1. 1
BAHAN PEMBELAJARAN III
PENANGANAN TERHADAP KASUS COVID-19
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus
yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus yang menjadi penyebab
COVID-19 termasuk dalam genus Betacoronavirus dimana
subgenusnya sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah
SARS yaitu Sarbecovirus sehingga atas dasar inilah International
Committee on Toxonomy of Viruses mengajukan nama SARS-Cov-2
sebagai penyebab COVID-19. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona
adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian
menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke
manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi
sumber penularan COVID-19 ini sampai saat ini masih belum diketahui.
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke
manusia melalui kontak erat dan droplet, tidak melalui udara. Orang yang
paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan
pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19. Rekomendasi
standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan
secara teratur, menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak
secara langsung dengan ternak dan hewan liar serta menghindari kontak
dekat dengan siapa pun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan
seperti batuk dan bersin. Selain itu, menerapkan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di fasilitas kesehatan terutama unit
gawat darurat. Di Indonesia sendiri sampai dengan hari Sabtu tanggal 25 April
2020 pukul 17.00 WIB total kasus corona virus mencapai 8.882 orang positif,
743 kasus kematian dan sembuh 1,107 orang (sumber: www.covid-19.go.id).
2. 2
Oleh karena itu mari bersama-sama mencegah penyebaran virus corona
dengan berbagai usaha. Dalam hal ini BKKBN mempunyai Penyuluh
KB/Petugas Lapangan KB sebagai "ujung tombak" atau "garda terdepan"
yang bertugas memberikan Penyuluhan, Pelayanan, Penggerakan dan
Pengembangan terkait Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga ke individu masyarakat/ stakeholder. Oleh
karenanya semua pegawai BKKBN dapat berpartisipasi untuk mencegah
penyebaran virus corona, agar tidak semakin meluas dan mengurangi dampak
yang ditimbulkan, sehingga dinamakan SIAGA COVID-19.
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi pembelajaran Penanganan terhadap kasus Covid-
19 peserta mampu menerapkan penanganan Covid-19.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi pembelajaran ini peserta dapat:
1. Menjelaskan tentang SIAGA Cegah Covid-19.
2. Membantu memfasilitasi penanganan Covid-19 di Puskesmas/fasyankes.
3. Menjelaskan dampak Covid-19 terhadap ekonomi, sosial dan mental-
spiritual.
II. WAKTU : 360 menit (8 JP)
III. RINCIAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Topik Waktu Alur Belajar Media
1 Penanganan
Terhadap Kasus
Covid-19
a. SIAGA Cegah
Covid-19
b. SOP
Penanganan
360 menit 1. Belajar Mandiri (BM)
2. Live Chat (LC), Video
Cenverence (VC)
3. Tes/Quiz
4. Penugasan
1. Bahan
Pembelajaran
2. Bahan Tayang
3. Video singkat
3. 3
Covid-19 di
Puskesmas/
Fasyankes
c. Dampak Covid-
19 terhadap
ekonomi, sosial
dan mental-
spiritual
IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
a. Peserta menyiapkan komputer/laptop.
b. Menyiapkan koneksi internet.
c. Memastikan jaringan lancer.
V. MATERI PEMBELAJARAN
A. ASN BKKBN SIAGA COVID-19
1. Pengertian
Perkembangan situasi dan kondisi dunia saat ini, di tengah merebaknya
wabah virus corona, maka ASN turut berpartisipasi dalam pencegahan penularan
virus corona khususnya di wilayah kerja masing-masing dan di Indonesia pada
umumnya.
Sebagaimana kita ketahui bahwa kompetensi ASN mempunyai kewajiban
melaksanakan tugas fungsinya maka dituntut mampu mengelola perubahan,
komunikasi dan pelayanan publik, yang harus cepat dan tanggap terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi. Seiring dengan pelaksanaan tanggung jawab
pada wilayah kerjanya untuk itu dicetuskan sebutan nama:
PKB SIAGA COVID-19, dengan akronim:
SI = SIap selalu
A = Antisipasi
G = Gangguan
A = CoronA
ASN BKKBN SIAGA COVID-19 adalah ASN yang SIAP ANTISIPASI
GANGGUAN CORONA yang juga selalu siap mengedukasi, membantu dan
memfasilitasi masyarakat terhadap penyebaran, pencegahan dan penanganan virus
corona di wilayah tugasnya masing-masing.
4. 4
2. Tujuan ASN SIAGA CEGAH COVID-19 adalah:
a. ASN memiliki pengetahuan mengenai konsep dan penyebaran virus corona,
b. ASN memiliki rasa tanggung jawab dalam upaya pencegahan penyebaran virus
corona,
c. ASN memiliki keterampilan dalam upaya membantu penanganan memutus mata
rantai penyebaran virus corona.
3. Manfaat ASN SIAGA CEGAH COVID-19, di antaranya:
a. Membantu masyarakat mendapatkan pemahaman terkait virus corona dengan
baik dan benar,
b. Membantu memperkecil potensi penyebaran virus corona di tengah masyarakat,
c. Membantu mencegah masyarakat terpapar virus corona,
d. Membantu memfasilitasi masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
apabila ada masyarakat yang terpapar gejala virus corona.
4. Langkah-langkah tugas ASN SIAGA CEGAH COVID-19 yaitu;
a. Senantiasa memantau perkembangan penyebaran virus corona di lingkup
tugasnya masing-masing, baik melalui internet maupun secara langsung,
b. Berkoordinasi dengan dinas kesehatan dan dinas yang terkait lainnya dalam
mencegah dan menangani wabah virus corona,
c. Melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pencegahan terjangkitnya virus
corona melalui media cetak dan media elektronik. Melalui media cetak dapat
berupa brosur/leafleat/poster. Melalui media elektronik dapat berupa media
sosial seperti WhatsApp, Youtube, Instagram dll, dengan sumber informasi dari
pelatihan yang telah diikuti,
d. Melaporkan kepada dinas kesehatan apabila mengetahui ada masyarakat
terpapar gejala virus corona,
e. Membantu masyarakat dalam penanganan paparan gejala virus corona untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan terdekat seperti di Puskesmas.
B. SOP Penanganan Pasien COVID-19 di Puskesmas
Pada BAB sebelumnya yang memaparkan tentang penggolongan orang
dengan kriteria Pasien Dalam Pengawasan (PDP) atau Orang Dalam Pemantauan
(ODP) dan Orang Tanpa Gejala (OTG) (dalam BAB tentang konsep dan
5. 5
penyebaran Covid-19) yang akan mempermudah dalam menindaklanjuti langkah
apa yang akan diambil oleh tenaga medis ketika pasien datang ke fasilitas
kesehatan untuk memeriksakan diri dari infeksi Covid-19. Pemeriksaan yang
dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) seperti Puskesmas adalah
dalam rangka pemilahan pasien apakah tergolong ke dalam PDP atau ODP yang
selanjutnya hanya akan dilakukan pengawasan atau langsung di rujuk ke rumah
sakit yang menjadi rujukan Covid-19.
1. Kasus Pasien dalam Pengawasan (PDP)
Ketika seorang pasien memenuhi kriteria PDP maka perlu dilakukan
pengawasan terhadap kontak erat keluarga ataupun petugas kesehatan yang
merawat pasien. Berikut kegiatan yang dilakukan terhadap kontak erat:
• Kontak erat risiko rendah
Pengawasan dilakukan selama selama 14 hari sejak kontak terakhir dengan
pasien dalam pengawasan dan wajib melakukan karantina. Kontak erat
risiko rendah tidak memerlukan pengambilan spesimen. Apabila pasien
dalam pengawasan dinyatakan negatif COVID-19 maka kegiatan surveilans
dan pemantauan terhadap kontak erat dihentikan. Apabila pasien dalam
pengawasan dinyatakan probabel/positif COVID-19 (konfirmasi) maka
pemantauan dilanjutkan menjadi kontak erat risiko tinggi.
• Kontak erat risiko tinggi.
Pengawasan dilakukan selama 14 hari sejak kontak terakhir dengan
probabel/ konfirmasi. Kontak erat ini wajib dikarantina dan dilakukan
pengambilan spesimen (hari ke-1 dan hari ke-14). Pengambilan spesimen
dilakukan oleh petugas laboratorium setempat yang berkompeten dan
berpengalaman di lokasi observasi Bila hasil pemeriksaan laboratorium
positif maka pasien dirujuk ke rumah sakit rujukan.
Langkah-langkah di Puskemas apabila menemukan Orang dalam kriteria
PDP, maka perlu perlu melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Tatalaksana sesuai kondisi
- Ringan: Isolasi diri di rumah
- Sedang: Rujuk ke RS Darurat
- Berat: Rujuk ke RS Rujukan
6. 6
b. Saat melakukan rujukan berkoordinasi dengan RS dan memperhatikan
prinsip PPI.
c. Notifikasi 1x24 jam secara berjenjang.
d. Melakukan penyelidikan epidemiologi berkoordinasi dengan Dinkes
Kab/Kota
e. Mengidentifikasi kontak erat yang berasal dari masyarakat maupun
petugas kesehatan.
f. Melakukan pemantauan PDP yang isolasi rumah
g. Mencatat dan melaporkan hasil pemantauan kontak secara rutin.
h. Edukasi PDP ringan untuk isolasi diri di rumah. Bila gejala mengalami
perburukan segera ke fasyankes.
i. Melakukan komunikasi risiko baik kepada pasien, keluarga dan
masyarakat.
j. Pengambilan spesimen pada PDP ringan berkoordinasi dengan Dinkes
setempat terkait pengiriman spesimen.
2. Kasus Orang Dalam Pemantauan (ODP)
Orang dalam pemantauan wajib melakukan isolasi diri di rumah dan dilakukan
pengambilan spesimen (hari ke-1 dan hari ke-2). Pengawasan ini dilakukan
berkala untuk mengevaluasi adanya perburukan gejala selama 14 hari.
Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium setempat yang
berkompeten dan berpengalaman baik di fasyankes atau lokasi pemantauan.
Bila hasil pemeriksaan menunjukkan positif maka pasien di rujuk ke RS Rujukan.
Begitu pula bila apabila orang dalam pemantauan berkembang memenuhi
kriteria pasien dalam pengawasan dalam 14 hari terakhir maka segera rujuk ke
RS rujukan untuk tatalaksana lebih lanjut. Petugas kesehatan dapat melakukan
pemantauan melalui telepon namun idealnya melakukan kunjungan secara
berkala (harian) dan dicatat pada formulir pemantauan harian Pemantauan
dilakukan dalam bentuk pemeriksaan suhu tubuh dan skrining gejala harian.
Pemantauan dilakukan oleh petugas kesehatan layanan primer dan
berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat. Orang dalam pemantauan
yang sudah dinyatakan sehat dan tidak bergejala, ditetapkan melalui surat
pernyataan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan.
7. 7
Langkah-langkah yang dilakukan Puskesmas apabila menemukan Orang dalam
kriteria ODP, maka perlu perlu melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Tatalaksana sesuai kondisi pasien
b. Notifikasi kasus dalam waktu 1x24 jam ke Dinkes Kab/Kota.
c. Melakukan penyelidikan epidemiologi berkoordinasi dengan Dinkes
Kab/Kota.
d. Melakukan pemantauan (cek kondisi kasus setiap hari, jika terjadi
perburukan segera rujuk RS darurat/rujukan).
e. Mencatat dan melaporkan hasil pemantauan secara rutin.
f. Edukasi pasien untuk isolasi diri di rumah. Bila gejala mengalami perburukan
segera ke fasyankes.
g. Melakukan komunikasi risiko, keluarga dan masyarakat.
h. Pengambilan spesimen dan berkoordinasi dengan Dinkes setempat terkait
pengiriman spesimen.
3. Orang Tanpa Gejala (OTG)
Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang konfirmasi
COVID-19. Orang tanpa gejala (OTG) merupakan kontak erat dengan kasus
konfirmasi COVID-19. Kegiatan spengawasan terhadap OTG dilakukan selama
14 hari sejak kontak terakhir dengan kasus positif COVID-19. Terhadap OTG
dilakukan pengambilan spesimen pada hari ke-1 dan ke-14 untuk pemeriksaan
RT PCR. Dilakukan pemeriksaan Rapid Test apabila tidak tersedia fasilitas
pemeriksaan RT PCR.
Langkah-langkah yang dilakukan Puskesmas apabila menemukan Orang dalam
kriteria OTG , maka perlu perlu melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Melakukan pendataan kontak erat (OTG).
b. Puskesmas segera melaporkan secara berjenjang dalam waktu 24 jam ke
Dinkes Kabupaten/Kota/Provinsi.
c. Melakukan pemantauan (cek kondisi kasus setiap hari, jika terjadi
perburukan segera rujuk RS darurat/rujukan).
d. Mencatat dan melaporkan hasil pemantauan secara rutin.
e. Edukasi pasien untuk isolasi diri di rumah. Bila gejala mengalami perburukan
segera ke fasyankes
f. Melakukan komunikasi risiko, keluarga dan masyarakat.
8. 8
g. Pengambilan spesimen dan berkoordinasi dengan Dinkes setempat terkait
pengiriman spesimen.
Bila kasus tidak memenuhi kriteria definisi operasional maka dilakukan:
1) Tatalaksana sesuai kondisi pasien
2) Komunikasi risiko kepada pasien
4. Pelaku Perjalanan Dari Negara/Area Terjangkit
a. Pelaku Perjalanan dari Negara/ Wilayah Terjangkit COVID-19
(melaporkan kasus konfirmasi tetapi bukan transmisi lokal)
Pelaku perjalanan dari negara/ wilayah terjangkit COVID-19 yang tidak
bergejala wajib melakukan monitoring mandiri (self monitoring) terhadap
kemungkinan munculnya gejala selama 14 hari sejak kepulangan. Setelah
kembali dari negara/area terjangkit sebaiknya mengurangi aktivitas yang
tidak perlu dan menjaga jarak kontak (≥ 1 meter) dengan orang lain.
b. Pelaku Perjalanan dari Negara/ Wilayah dengan Transmisi Lokal
COVID-19
Pelaku perjalanan dari negara/ wilayah transmisi lokal maka harus
melakukan karantina mandiri di rumah selama 14 hari sejak kedatangan
dan bagi warga negara asing harus menunjukkan alamat tempat tinggal
selama di karantina dan informasi tersebut harus disampaikan pada saat
kedatangan di bandara. Selama masa karantina diharuskan untuk tinggal
sendiri di kamar yang terpisah, menghindari kontak dengan anggota
keluarga lainnya, dan tidak boleh melakukan aktivitas di luar rumah.
9. 9
Terhadap dua kelompok pelaku perjalananan petugas kesehatan harus
memberikan edukasi jika dalam 14 hari timbul gejala, maka segera datangi
fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
C. Dampak Wabah Covid-19 Terhadap Ekonomi, Sosial dan Mental-Spiritual
1. Dampak Ekonomi
Virus corona baru merebak sejak awal bulan Maret 2020 di Tanah Air.
Namun dampaknya telah memukul berbagai sudut ekonomi. Indeks bursa
saham rontok, rupiah terperosok, dan pelaku di sektor riil berteriak susah
berusaha. Lembaga keuangan dunia, ekonom, dan otoritas pemerintah
membuat sejumlah prediksi. Ekonomi Indonesia bisa masuk dalam skenario
terburuk jika tidak mengatasi dengan benar pandemi ini. Pada perdagangan
Selasa kemarin (24/3), indeks harga saham gabungan ditutup turun 1,3 % di
level 3.937. Sepanjang pekan ini, IHSG telah menyentuh posisi terendahnya
sepanjang delapan tahun terakhir. IHSG sempat jatuh di level 3.000 yakni pada
24 Juni 2012 di posisi 3.955,58. Untuk membendung meluasnya dampak Covid-
19 di pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis beberapa kebijakan. Di
antaranya, trading halt atau pembekuan selama 30 menit jika IHSG turun 5
%. Trading halt pertama kali sepanjang sejarah pasar modal Indonesia
berlangsung pada Kamis (12/3) dan telah terjadi lima kali sejak itu. Kemudian,
OJK meminta PT Bursa Efek Indonesia, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia,
dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia untuk memangkas waktu operasional.
Langkah ini sebagai adaptasi dari kebijakan Bank Indonesia yang
mempersingkat jam operasional BI Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
Mulai 30 Maret 2020, waktu perdagangan di bursa efek dibagi menjadi dua sesi.
Transaksi perdagangan pertama mulai pukul 09.00 hingga 11.30 dan sesi kedua
dimulai dari pukul 13.30 hingga 15.00. Sedangkan hari kerjanya tetap dari Senin
sampai Jumat. (Baca: Pandemi Corona Dalam Negeri Meluas, IHSG Diramal
Kembali Anjlok)
Tak hanya merontokkan pasar modal, virus corona juga menjatuhkan
nilai tukar rupiah. Pada Senin (23/3), harga jual dolar Amerika Serikat di lima
bank besar menembus Rp 17 ribu. Sementara kurs referensi Jakarta Interbank
Spot Dolar Rate atau JISDOR menempatkan nilai rupiah di posisi 16.608 per
dolar Amerika. Mengutip Bloomberg, pelemahan rupiah menjadi yang terdalam
10. 10
di Asia. Angka itu juga merupakan yang terendah sejak krisis pada Juli 1998.
Hari berikutnya, rupiah hanya menguat 0,45 % ke level 16.500 per dolar AS.
Bank Indonesia mencatat, aliran modal asing yang keluar dari Indonesia
sejak awal tahun mencapai Rp 125,2 triliun di tengah kekhawatiran
pandemi virus corona. “Bulan ini saja terjadi outflow Rp 104,7 triliun dari total Rp
125,2 triliun,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Selasa (24/3).
Kemerosotan ini tampaknya belum akan berhenti karena wabah Covid-19 di
Indonesia semakin luas. Kasus dan korban corona terus berjatuhan di berbagai
daerah.
7 Skenario Ekonomi dan Potensi Resesi Akibat Virus Corona Dalam riset
bertajuk “The Global Macroeconomic Impacts of Covid-19” ekonom Australian
National University, Warwick McKibbin dan Roshen Fernando meramalkan
kegawatan luar biasa. Keduanya menyebutkan dampak virus corona jauh lebih
buruk ketimbang Flu Spanyol yang pada 1918-1919 menjadi pandemi paling
mematikan sepanjang sejarah dengan menelan 40 juta korban jiwa.
(Baca: Resesi Ekonomi yang Lazim Mengiringi Pandemi Besar di Dunia)
Dampak ekonomi Covid-19 diperkirakan bisa mencapai US$ 2,4 triliun atau
sekitar Rp 39.304 triliun. Jauh lebih besar ketimbang penyakit pernapasan akut
SARS yang pada 2003 memangkas ekonomi dunia sebesar US$ 40 miliar atau
Rp 656,72 triliun. Kedua ekonom itu membuat tujuh skenario berdasarkan
tingkat sebaran virus corona, kasus, dan jumlah korban tewas.
Skenario satu sampai tiga jika corona hanya terjadi di Tiongkok dan
bersifat sementara. Skenario empat hingga enam jika corona menyebar ke
seluruh dunia dan bersifat sementara. Sedangkan pada skenario tujuh yaitu
ketika wabah corona meluas ke seluruh dunia dan skala ringan, namun berulang
pada tahun-tahun mendatang. Mereka membuat prognosis berdasarkan lima
faktor guncangan (shock). Yang pertama adalah equity risk premium atau
guncangan pasar modal. Kemudian ada suplai tenaga kerja, biaya produksi,
permintaan konsumsi, dan belanja pemerintah. Secara garis besar, Indonesia
menghadapi risiko kenaikan equity risk premium, penurunan suplai tenaga kerja,
kenaikan biaya produksi, penurunan permintaan, dan kenaikan anggaran
belanja. Berdasarkan simulasi itu, keduanya memperkirakan, pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada 2020 akan terkoreksi 1,3 % pada skenario empat; 2,8
% pada skenario lima; 4,7 % pada skenario enam, dan 1,3 % pada skenario
tujuh.
11. 11
Sebelumnya, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2020,
pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,3 %. Dengan skenario empat
saja, pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia akan jatuh di kisaran 4 %.
Hingga Selasa (24/3), jumlah pasien positif Covid-19 di Indonesia sebanyak 686
orang, 55 di antaranya meninggal dunia. Meski masih jauh dari angka 647
korban pada skenario empat, pemerintah harus berusaha keras untuk menekan
korban. McKibbin dan Fernando menyebutkan dampak terjadinya wabah
penyakit terhadap pasokan tenaga kerja tak sebatas kematian. Sebab, selain
penderita menjadi tak produktif, kinerja anggota keluarga yang merawat mereka
akan terdampak. Apalagi, sekitar 70 % pekerja perempuan juga bertanggung
jawab atas kelangsungan rumah tangga, termasuk kesehatan anggota
keluarganya. Dalam kasus Covid-19, masa karantina yang disarankan adalah
selama 14 hari, lebih dari jatah cuti tahunan karyawan.
Semakin banyak pekerja yang terinfeksi, semakin tinggi pula biaya
produksi yang ditanggung perusahaan. Kondisi tersebut diperparah dengan
kendala impor bahan baku dan barang modal dari Tiongkok yang menjadi
epicentrum pandemi. Ujung-ujungnya, harga barang pun naik. Kenaikan harga
barang, ditambah penghasilan yang menurun akibat penyakit (jika tidak di-PHK)
adalah kombinasi fatal pemukul daya beli. Pemerintah harus mengantisipasi
merosotnya konsumsi yang selama ini jadi penyokong pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Maka, kuncinya adalah realokasi anggaran. Pemerintah perlu
mempercepat pengajuan rancangan APBN Perubahan 2020 dan mendorong
pemerintah daerah melakukan hal yang sama. Jika itu tak dilakukan, praktis
pemerintah hanya bisa memakai dana tanggap darurat sebesar Rp 5 triliun.
Melihat berbagai skenario tersebut, ekonomi Indonesia pada 2020 dan tahun-
tahun mendatang akan sangat bergantung pada penanganan pandemi virus
corona. Makin buruk penanganan, korban akan terus berjatuhan dan sulit
membendung dampak ekonominya.
2. Dampak Sosial
Keberadaan Covid-19 yang mematikan ini telah banyak menyita
perhatian dunia. Ada yang menanganinya dengan sangat serius, ada pula yang
seolah-olah tak mau tahu, tapi karena hari demi hari penyebarannya semakin
banyak, maka langkah konkret yang harus ditempuh sebagai antisipasi adalah
12. 12
membangun kerja sama yang baik dengan keluarga, rekan kerja, dan pihak
pihak terkait.
Penyakit Covid-19 telah menggerakkan para kepala negara untuk cepat
tanggap dan peduli atas keselamatan rakyatnya. Hal ini dapat kita lihat dari
berbagai pengumuman untuk meliburkan sekolah, meniadakan kuliah tatap
muka, larangan terlibat dalam keramaian, termasuk larangan ke luar negeri, baik
untuk umrah, rekreasi, ataupun hanya untuk kunjungan biasa.
Peraturan atau kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah tentu
sangat berpengaruh terhadap segala sektor, termasuk perekonomian dan
kehidupan sosial dalam masyarakat. Berdasarkan informasi di media ini
beberapa hari lalu bahwa lebih kurang 50 juta orang terancam kehilangan
pekerjaan akibat dampak dari pandemi virus corona (Covid-19), sulit untuk
dibayangkan bila terjadi pengangguran maka masalah sosial akan terus
bermunculan. Namun, semua itu perlu digarisbawahi bahwa apa pun yang
dilakukan pemerintah adalah sebagai bentuk kepedulian terhadap rakyatnya,
karena mencegah itu lebih baik daripada mengobati.
Selain itu, dampak pengaruh virus corona (Covid-19) dalam kehidupan
sosial masyarakat, di antaranya adalah timbulnya rasa curiga dan hilangnya
kepercayaan terhadap orang-orang yang ada di seputaran kita atau yang baru
kita kenal. Sebagai contoh pada saat kita membeli makanan, baik di warung
yang berlabel maupun kaki lima kita pasti akan mencari tahu apakah bersih atau
tidak. Apakah pelayan ada bersentuhan dengan orang yang terjangkit virus atau
tidak, adakah petugas atau pelayan yang mencuci tangan pada saat mengolah
atau memproses makanan yang kita pesan atau tidak, sehingga timbul
keraguan.
Pada saat kita berbicang atau berjumpa baik di lingkungan kantor
maupun di lingkungan rumah dan dengan masyarakat setempat kita pun enggan
berjabat tangan, meskipun mereka adalah orang tua, sebagaimana yang kita
ajarkan kepada anak-anak kita untuk selalu menghormati yang lebih tua.
Namun, situasi saat ini mengharuskan kita untuk menghindari berjabat tangan
dan harus menjaga jarak ± 2 meter bila ingin berbicara dengan orang lain,
apalagi orang yang tidak kita kenal.
Untuk mematuhi imbauan dalam pertemuan atau rapat mengharuskan
kita memakai masker, tapi di sisi lain ada juga yang tidak menggunakan masker,
bahkan batuk sembarangan, hal ini tentu menimbulkan kecurigaan, kita pun
13. 13
terkadang cepat menghindar. Masalah ini tentu akan membuat yang
bersangkutan merasa tersinggung, apalagi kalau ada yang mengatakan bahwa
itu corona, rekan kerja tentu langsung meninggalkan atau menjauhinya.
Virus corona (covid-19) telah melumpuhkan perekonomian dunia,
termasuk Indonesia, sebagaimana terlihat dalam kehidupan sehari-hari di
kalangan menengah ke bawah seperti pedagang kelontong, penjual ikan, dan
pedagang sayur. Mereka merasakan menurunnya daya beli masyarakat karena
ketidaknyamanan para konsumen dalam berbelanja.
Lain lagi kisah seorang sopir yang biasanya dapat memenuhi kebutuhan
keluarganya, tetapi dengan merebaknya kasus virus corona ini masyarakat
enggan menggunakan transportasi umum. Imbauan pemerintah untuk lockdown
atau karantina mandiri di rumah masing-masing dengan meliburkan aktivitas
tatap muka di sekolah, perguruan tinggi, dan perkantoran tidak semua
mematuhinya, bahkan ada yang menggunakan waktu karantina mandiri untuk
menikmati liburan. Hal ini tentu menjadi masalah bukan hanya untuk diri sendiri,
tetapi juga masyarakat, maka sangat dibutuhkan kesadaran akan keselamatan
diri dan lingkungan.
Sejak diberlakukannnya peraturan tidak dibenarkan ada kumpulan
keramaian seperti di masjid, maka hampir semua masjid pada saat shalat
berjamaah hanya beberapa orang yang hadir, sehingga masjid tampak sepi.
Situasi ini menimbulkan kegelisahan apakah semua larangan yang telah
ditetapkan semuanya bermanfaat karena di satu sisi sebagai umat Islam,
apabila di masjid tidak ada lagi orang yang shalat berjamaah, tidak ada lagi
pengajian, tak terdengar lagi zikir, maka tanpa sadar kita telah meninggalkan
modal menuju akhirat. Bukankah dengan adanya musibah kita seharusnya
semakin memenuhi masjid untuk berzikir dan berdoa?
Kegiatan yang dilaksanakan di masjid tentu bagi yang merasa dirinya
sehat dan untuk pencegahan virus corona ini bila perlu pemerintah juga
memasang alat pengukur suhu tubuh ketika memasuki masjid.
Menghadapi musibah Covid-19 bukan hanya para medis yang berperan,
tetapi juga hendaknya pemerintah mengajak para ulama dan pemuka agama
untuk ikut berperan aktif, sehingga masyarakat merasa tenang dan tidak dihantui
oleh berita-berita yang menakutkan.
14. 14
Peran serta keluarga dengan memberikan pemahaman dan penanganan
yang baik kepada anggota keluarga menjadi faktor utama dalam keberhasilan
pencegahan Covid-19.
Akhirya, kita pasti akan kembali kepada Allah, Sang Pencipta. Jika waktu
itu telah tiba maka tak seorang pun mampu mencegahnya. Namun, sebagai
manusia kita harus berusaha untuk terhindar dari penyakit dan menjaga umur
dengan baik.
3. Dampak Mental-Spiritual
Merebaknya wabah Covid-19 memengaruhi setiap individu untuk
menjalankan ibadah sesuai agamanya masing-masing. Kegiatan ritual
keagamaan ada yang bersifat mandiri dan bersama-sama. Untuk kegiatan
keagamaan yang bersifat mandiri dapat dilakukan tanpa menemui kendala, dan
justru inilah saatnya kita menguatkan dan memperbaiki diri untuk kembali
kepada sang Pencipta Alam Semesta, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
turunnya wabah mungkin juga teguran bagi kita yang lalai akan perintah dan
larangan Tuhan Yang Maha Kuasa. Kegiatan-kegiatan kegamaan yang
mengumpulkan orang banyak dianjurkan untuk tidak dilakukan di tempat ibadah
seperti masjid, gereja, pura, vihara dan klenteng akan tetapi dilakukan di rumah.
Namun bagi sebagian orang yang meyakini agamanya dengan kuat bersikeras
untuk tetap menjalankan kewajibannya sebagaimana biasanya. Ini dapat
dimaklumi, karena iman, kepecayaan atau keyakinan sesorang terhadap Tuhan
Yang Maha Esa merupakan anugerah tertinggi yang dimiliki sesorang, jika iman
sudah menghujam di hati, tidak ada yang ditakuti kecuali Tuhan Yang Maha
Kuasa. Akan tetapi bagi sebagian orang yang terlalu khawatir akan penyebaran
virus corona, mereka memilih untuk beribadah di rumah inipun dapat dimaklumi
karena penyebaran virus corona semakin masif dan menelan banyak korban.
Namun yang perlu digaris bawahi adalah bahwa setiap musibah yang datang
kepada kita menyimpan banyak hikmah yang terkandung di dalamnya. Kita
sebagai makhluk hanya dapat berikhtiar/berusaha seoptimal mungkin dan
hasilnya kita pasrahkan, tawakkal sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa.
Dengan adanya wabah Covid-19 menjadi sarana untuk kita kembali
mendekat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan selalu berdo’a memohon
perlindunganNya, agar terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh virus
15. 15
Corona. Kita yakin bahwa virus Corona juga makhluk, dan manusia juga
makhluk, hanya saja berbeda ukuran, penyusun sel serta tugas dan fungsinya.
Kita tidak mengetahui virus Corona akan menyerang siapa saja, yang perlu kita
lakukan adalah berikthiar seoptimal mungkin dengan langkah-langkah protokol
kesehatan yang sudah kita pelajari.
Kita bangsa Indonesia, sebagai bangsa yang penduduknya beragama
mempercayai Ketuhanan Yang Maha Esa, seyogianya tidak melepaskan nilai-
nilai ajaran agama dalam menghadapi musibah virus Corona, berprilaku jujur,
menghargai orang lain, saling toleransi, tidak ikut-ikutan menyebarkan berita
bohong (hoax) terkait Corona sehingga tidak menimbulkan kegaduhan dan
kepanikan sesama anak bangsa yang justru akan menimbulkan masalah baru
dan akan menimbulkan korban jiwa. Saat ini juga waktu yang paling tepat untuk
saling berbagi antara orang yang lebih mampu dengan orang yang kurang
mampu sehingga terjalin kestiakawanan sosial yang semakin erat, bukannya
sifat individualistik dan mementingkan keuntungan pribadi di saat-saat
kehidupan lagi susah dan penuh ujian. Semoga dengan adanya musibah ini kita
semakin dewasa dalam berpikir dan bertindak, menjadi manusia yang rendah
hati di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa.
19. 19
VI. EVALUASI
1. Keaktifan peserta selama proses pembelajaran e-learning melalui live chat/video
converence.
2. Mengerjakan tugas.
VII. REFERENSI
1. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID 19 (Revisi ke-4), Kemenkes
27 Maret 2020
2. Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan masyarakat Covid-19 di
Indonesia. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. 23 Maret 2020
3. Perban nomor 19 tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional
Penyuluh Keluarga Berencana
4. Surat Edaran Nomor 04 Tahun 2020 Tentang Mekanisme Bekerja Penyuluh
KB/Petugas Lapangan KB Dalam Kondisi Wabah Corona Virus Disease
(COVID-19).
5. www.kemenkes.go.id
6. www.covid-19.go.id
7. https://katadata.co.id/telaah/2020/03/26/ekonomi-indonesia-dalam-skenario-
terburuk-akibat-virus-corona/1 diakses 13 April 2020.
8. https://aceh.tribunnews.com/2020/03/21/pengaruh-corona-terhadap-kehidupan-
sosial-masyarakat?page=2. Diakses 13 April 2020.