2. A. Pendahuluan
ASAS HUKUM UMUM
adalah norma dasar yang
dijabarkan dari hukum positif dan
yang oleh ilmu hukum tidak
dianggap berasal dari aturan-
aturan yang lebih umum.
2
BELLEFROID
ASAS HUKUM UMUM merupakan
pengendepankan hukum positif
dalam suatu masyarakat.
VAN ELKEMA HOMMES
ASAS HUKUM itu tidak boleh
dianggap sebagai norma-norma
hukum yang konkrit, akan tetapi
perlu dipandang sebagai dasar-
dasar umum atau petunjuk
petunjuk bagi hukum yang
berlaku.
THE LIANG GIE
ASAS adalah suatu dalil umum yang
dinyatakan dalam istilah umum tanpa
menyarankan cara-cara khusus
mengenai pelaksanaannya yang
diterapkan pada serangkaian
perbuatan untuk menjadi petunjuk
yang tepat bagi perbuatan itu.
P. SCHOLTEN
ASAS HUKUM adalah
kecenderungan-kecenderungan
yang disyaratkan oleh pandangan
kesusilaan kita pada hukum,
merupakan sifat-sifat umum
dengan segala keterbatasannya
sebagai pembawaan yang umum
itu, tetapi yang tidak boleh tidak
harus ada.
3. “
Asas hukum atau prinsip hukum bukanlah peraturan hukum
konkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang umum
sifatnya atau merupakan latar belakang dari peraturan yang
konkrit yang terdapat dalam dan di belakang setiap sistem
hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan
dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat
diketemukan dengan mencari sifat-sifat umum dalam peraturan
konkrit tersebut.
3
4. ASAS HUKUM tidak semua dituangkan dalam bentuk peraturan
yang konkrit atau pasal-pasal, seperti
- Asas Fictie Hukum (asas bahwa setiap orang dianggap tahu
akan undang-undang); Asas in dubio pro reo (jika ada keragu-
raguan mengenai sesuatu hal haruslah diputuskan hal-hal yang
menguntungkan terdakwa); Asas res judicata pro veritate habetur
(apa yang diputus hakim harus dianggap benar); Asas lex
posteriori derogat legi priori (Aturan hukum yang lebih baru
mengesampingkan atau meniadakan aturan hukum yang lama).
Akan tetapi tidak jarang asas hukum itu dituangkan dalam
peraturan konkrit seperti misalnya asas Praduga Tak Bersalah
(the presumptiom of ln nocence) yang terdapat dalam Pasal 8
Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman dan asas Suatu perbuatan tidak dapat dipidana,
kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan
pidana yang telah ada (nullum delictum nulla poenasine praevia
lage poenali) seperti yang tercantum dalam Pasal l ayat 1
KUHPidana.
4
5. Fungsi ASAS HUKUM:
1. ASAS HUKUM UMUM ialah asas hukum yang
berhubungan dengan seluruh bidang hukum, seperti asas
restitutio in integrum (kekacauan dalam masyarakat,
haruslah dipulihkan pada keadaan semula/aman), asas lex
posteriori derogat legi priori (Aturan hukum yang lebih
baru mengesampingkan atau meniadakan aturan hukum
yang lama), asas bahwa apa yang lahirnya tampak benar,
untuk sementara harus dianggap demikian sampai
diputus (lain) oleh pengadilan.
2. ASAS HUKUM KHUSUS berfungsi dalam bidang yang
lebih sempit seperti dalam bidang hukum perdata, hukum
pidana dan sebagainya, yang sering merupakan
penjabaran dari asas hukum umum, seperti asas pacta
sunt servanda, asas konsensualisme, asas yang
tercantum dalam Pasal 1977 KUHPerdata tentang Bezit,
asas praduga tak bersalah.
5
1. FUNGSI DALAM HUKUM
mendasarkan eksistensinya pada rumusan
oleh pembentuk undang-undang dan hakim
(ini merupakan fungsi yang bersifat
mengesahkan) serta mempunyai pengaruh
yang normatif dan mengikat para pihak.
2. FUNGSI DALAM ILMU HUKUM
hanya bersifat mengatur dan eksplikatif
(menjelaskan). Tujuannya adalah memberi
ikhtisar, tidak normatif sifatnya dan tidak
termasuk hukum positif.
6. 6
B. Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Asas-asas pembentukan peraturan perundang-
undangan yang baik menurut Purnadi Purbacaraka
dan Soerjono Soekanto
Undang-Undang Tidak Dapat Berlaku Surut (Non-Retroaktif).
Undang-UndangTidak Dapat Diganggu Gugat.
Undang-Undang yang dibuat oleh Penguasa Lebih Tinggi
Mempunyai Kedudukan Yang Tinggi Pula (Lex superiori
derogat legi inferiori).
Undang-Undang yang Bersifat Khusus Akan
Mengesampingkan Undang-undang Yang Bersifat Umum
(Lex specialis derogat legi generalis).
Undang-Undang yang Baru Mengalahkan Undang-
undang Yang Lama (Lex posteriori derogat legi priori).
7. Lembaga
Pengujian
Peraturan
Perundang-
undangan
Lembaga pengujian
peraturan perundang-
undangan dapat
melakukannya sendiri
dengan membetuk
peraturan perundang-
undangan dalam
pengujian politik atau
legislative, atau
lembaga peradilan
melalui Mahkamah
Konstitusi dan
Mahkamah Agung
(judicial review).
MAHKAMAH
AGUNG
dapat meluruskan
peraturan di bawah
undang-undang
terhadap Undang-
undang (Aspek
legalitas).
7
MAHKAMAH
KONSTITUSI
dapat juga meluruskan
Undang-Undang
terhadap UUD yang
berisi nilai dasar dan
nilai rinciannya.
8. C. Asas Hukum
Pembentukan
Perjanjian
1. Asas Kebebasan Berkontrak
Asas kebebasan berkontrak atau dikenal dengan istilah
freedom of contract, party autonomy, liberty of contract
berkembang seiring dengan kapitalisme dan
individualisme.
Kebebasan membuat perjanjian merupakan wujud nyata
dari penghormatan hak asasi manusia. Oleh sebab itu,
pengaturan perjanjian dalam KUHPerdata dikatakan
bersifat terbuka, karena terbuka untuk memperjanjikan
apapun yang dikehendaki oleh para pihak.
8
9. 9
Pentingnya
Asas
Kebebasan
Berkontrak
2.Asas kebebasan berkontrak ini
mengandung makna sebagai
suatu perwujudan dari kehendak
bebas para pihak dalam suatu
perjanjian yang berarti juga
sebagai pancaran atas
pengakuan hak asasi manusia.
1. Asas kebebasan
berkontrak merupakan suatu
asas yang bersifat universal
yang berlaku disemua negara
di dunia.
10. Adam Smith
10
Kebebasan berkontak adalah merupakan
refleksi dari perkembangan pasar
bebas yang dipelopori Adam Smith
pada abad ke sembilanbelas.
Adam Smith dengan filsafat ekonomi
klasiknya menekankan pada ajaran
laissez faire yang menekankan prinsip
non intervensi oleh negara terhadap
kegiatan ekonomi dan bekerjanya
pasar.
Menurut Smith pemerintah yang terbaik
adalah pemerintah yang mengatur
sedikit. Kebijakan ekonomi yang
terbaik adalah yang berasal dari
kegiatan orang-orang yang timbul
secara spontan dan tanpa halangan.
Jeremy Bentham
Menurut pemikiran Jeremy Bentham yang
dikenal dengan ajaran filsafat
utilitarian Bentham (Benthamite
utilitarianism).
Secara umum Bentham menyatakan
bahwa tidak seorangpun dapat
mengetahui tentang apa yang baik
untuk kepentingan dirinya, kecuali
dirinya sendiri.
Menurut Bentham, pemerintah tidak boleh
ikut campur dalam hal yang
pemerintah sendiri tidak
memahaminya.
11. Dua Aspek
Utama asas
kebebasan
berkontrak
dijadikan dasar
dalam
pelaksanaan
perancangan
dan pembuatan
perjanjian
ASPEK AKOMODATIF
Dalam perancangan dan pembuatan
perjanjian, seorang perancang
perjanjian harus mampu
mengakomodasikan seoptimal
mungkin kebutuhan dan keinginan
yang sah, yang terbentuk di dalam
transaksi bisnis mereka ke dalam
kontrak bisnis yang dirancangnya.
11
ASPEK LEGALITAS
Seorang perancang dan
pembuat perjanjian harus
berupaya semaksimal mungkin
untuk dapat menuangkan
transaksi bisnis (transaksi
apapun) diantara para pihak ke
dalam kontrak yang sah dan
dapat dilaksanakan.
12. Asas
kebebasan
berkontrak
dalam hukum
perjanjian di
Indonesia
Pasal 1320 Ayat (1) jo.
Pasal 1338 Ayat (1)
KUHPerdata.
Para pihak Sepakat
mengikatkan diri dan
sebagai Undang-Undang
bagi para pihak
12
Pasal 1332 KUHPerdata,
menentukan hanya
barang-barang yang
dapat diperdagangkan
saja dapat menjadi pokok
perjanjian-perjanjian
Pasal 1320 Ayat (4) jo. Pasal
1337 KUHPerdata
Sahnya perjanjian atas suatu
sebab yang halal dan suatu
sebab adalah terlarang, apabila
dilarang oleh undang-undang,
atau apabila berlawanan dengan
kesusilaan baik atau ketertiban
umum
Pasal 1329 jo. Pasal 1330 dan
1331 KUHPerdata
Kecakapan dalam melakukan
perbuatan hukum
Ketentuan Buku III
KUHPerdata kebanyakan
bersifat hukum
pelengkap (aanvullend
Recht)
Buku III KUHPerdata juga
tidak melarang kepada
seseorang untuk
membuat perjanjian itu
dalam bentuk tertentu.
13. 2. Asas Konsensualisme
▪ Asas konsensualisme
menekankan bahwa pada
dasarnya perjanjian dan
perikatan yang timbul itu
sudah dilahirkan sejak detik
tercapainya kesepakatan.
▪ Asas ini mengandung arti
bahwa perjanjian itu terjadi
sejak saat tercapainya kata
sepakat (consensus) antara
pihak-pihak mengenai
pokok perjanjian.
14. 14
Teori
sejak kapan
kesepakatan
itu terjadi
1. Teori kehendak (willstheorie) yang mengajarkan
bahwa kesepakatan terjadi pada saat kehendak
pihak penerima dinyatakan.
2. Teori pengiriman (verzendtheorie) yang
mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada saat
kehendak yang dinyatakan itu dikirim oleh pihak yang
menerima tawaran.
3.Teori pengetahuan (vernemingstheorie) yang
mengajarkan bahwa pihak yang menawarkan
seharusnya sudah mengetahui bahwa tawarannya
diterima.
4. Teori kepercayaan (vertrouwenstheorie) yang
mengajarkan bahwa kesepakatan itu terjadi pada
saat pernyataan kehendak dianggap layak diterima
oleh pihak yang menawarkan.
15. 3. Asas
Pacta Sunt
Servanda
▪ The rule pacta sunt servanda, a fundamental element
in the principle of good faith (Pacta sunt sevanda
adalah suatu elemen dasar dari asas itikad baik).
▪ Asas pacta sunt servanda bahkan pada awalnya di
negara Anglo Saxon asas ini berlaku mutlak, bahwa
perjanjian harus dipenuhi meskipun orang itu tidak
lagi mampu untuk memenuhinya bukan karena
kesalahannya, tetap tidak dapat dijadikan alasan
15
16. 16
4. Asas Itikad
Baik
▪ Asas itikad baik
mendapatkan basis
fundamental dalam
hukum alam, yang
memandang semua
orang pada dasarnya
memiliki itikad baik
dalam dirinya, dalam
hal ini hati nurani
▪ Asas itikad baik
kemudian menjadi
aturan pragmatis yang
dikenal dengan asas
pacta sunt servanda
yang berarti janji dan
perjanjian harus
ditepati.
17. D. Asas Hukum Kebendaan
1. ASAS ABSOLUT
(DEWINGENRECHT)
Hukum benda
tidak akan
memberikan
wewenang yang
lain daripada apa
yang sudah
ditentukan oleh
undang-undang,
kehendak para
pihak tidak dapat
mempengaruhi
isi hak
kebendaan.
2. ASAS DAPAT
DIPINDAHTANGANKAN
Kecuali dalam hal
yang bertentangan
dengan undang-
undang, kesusilaan
dan ketertiban
umum hak milik
atas kebendaan
dapat dipindah
tangankan atau
dapat dialihkan dari
pemiliknya semula
kepada pihak lain
dengan segala
akibat hukumnya
3. ASAS
INDIVIDUALITEIT
segala sesuatu yang
menurut hukum
dapat ditentukan
terpisah
(individueelbepaaal
d)dan benda
tertentu atau dapat
ditentukan secara
individual artinya
orang hanya dapat
sebagai pemilik dari
barang yang
berwujud yang
merupakan
kesatuan.
17
18. D. Asas Hukum Kebendaan
4. ASAS TOTALITEIT
Hak kebendaan
selalu diletakkan
diatas seluruh
objeknya sebagai
satu kesatuan, siapa
yang mempunyai
zakelijkrecht atas
suatu zaak ia
mempunyai
zakelijkrecht atas
keseluruhan zaak
itu juga atas
bagian-bagiannya
yang tidak terpisah
5. ASAS TIDAK DAPAT
DIPISAHKAN
(ONSPLITSBAARHEID)
seorang yang berhak
tidak boleh memindah
tangankan sebagian
dari kekuasaan yang
termasuk suatu hak
kebendaan yang ada
padanya.
Meskipun seorang
pemilik diberikan
kewenangan untuk
membebani hak
miliknya dengan
kebendaan lainnya
yang bersifat terbatas
(jura in re aliena).
6.ASAS PRIORITEIT
seorang hanya
dapat memberikan
hak yang tidak
melebihi apa yang
dipunyai (asas
nemoplis) yang
artinya bahwa
orang dapat
memberikan atau
memindahkan
kepada orang lain
suatu hak yang
lebih besar daripada
hak yang ada pada
dirinya.
18
19. D. Asas Hukum Kebendaan
7. ASAS PERCAMPURAN
(VERMINGING)
Hak kebendaan yang
terbatas jadi selain hak
milik hanya mungkin atas
benda orang lain. Tidak
dapat orang itu untuk
kepentingan sendiri
memperoleh hak gadai
(menerima gadai) hak
memungut hasil atas
barangnya sendiri.
Apabila hak yang
membebani dan yang
dibebani itu terkumpul
dalam satu tangan ,
maka hak yang
membebani itu lenyap
8. ASAS PERLAKUAN
YANG BERLAINAN
TERHADAP BENDA
BERGERAK DAN TIDAK
BERGERAK
Antara benda
bergerak dengan
benda tak bergerak
terdapat perbedaan
pengaturan dalam hal
terjadi peristiwa
hukum yang
berhubungan dengan
penyerahan,
pembebanan,
kepemilikan,
kedaluarsa, demikian
juga mengenai jura in
re aliena yang dapat
diadakan
9.ASAS PUBLICITEIT
Asas ini dianut atas
kebendaan tidak
bergerak yang diberikan
hak kebendaan, hak
kebendaan atas benda
tidak bergerak
diumumkan dan
didaftarkan dalam
register umum,
sedangkan mengenai
benda-benda yang
bergerak cukup dengan
penyerahan nyata, tanpa
pendaftaran dalam
register umum, Misalkan
Hak Milik Kendaraan
Bermotor.
19
20. E. Asas Dalam
HukumPidana
Pasal 1 KUHP
mengandung
tiga buah asas
yang sangat
penting
Hukum pidana yang
berlaku di negara kita itu
merupakan ' suatu
hukum yang tertulis.
20
Undang-undang Pidana
yang berlaku di negara
kita itu tidak dapat
diberlakukan surut.
Penafsiran secara
analogis itu tidak
boleh dipergunakan
dalam menafsirkan
Undang-undang
Pidana.
21. Ketentuan-ketentuan yang mengatur masalah
perundang-undangan seperti tidak berlaku
surut, dapat kita jumpai dalam Algemene
Bepalingen van Wetgeving voor Indonesie
(AB) (Ketentuan-ketentuan Umum tentang
Perundang-undangan untuk Indonesia) yang
telah diundangkan dalam Staatsblad tahun
1847 nomor 23 pada tanggal 30 April 1847.
Pasal 2 dari AB menentukan:
"De wet verbindt alleen voor het toekomende
en heaft geene terugWerkende kracht. (yang
artinya Undang-undang itu hanyalah
berkenaan dengan hal-hal yang akan datang
dan tidak mempunyai kekuatan berlaku
secara surut).
2. Asas
Undang-
undang
Tidak
Berlaku
Surut
21
22. ▪ Dilarangnya penggunaan penafsiran
secaraan alogis dalam hukum pidana
itu adalah dengan maksud agar suatu
perbuatan yang semula bukan
merupakan perbuatan yang terlarang
menurut undang-undang itu, jangan
sampai kemudian secara analogis
dipandang sebagai suatu perbuatan
yang terlarang, hingga pelakunya
menjadi dapat dihukum karena telah
melakukan suatu perbuatan yang
sebenarnya tidak pernah dinyatakan
sebagai suatu perbuatan yang
terlarang menurut undang-undang.
3. Asas
Penafsiran
Secara
Analogis
22