SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
OLEH : KELOMPOK 7
THE PERSONIL
ADIKA
PRAWIRA
(0901551)
MUHAMAD G
IKHSAN (0901540)
JAMALUDIN AKBAR
(0901928)
FAJAR RAMADHANI
(0906677)
PENAFSIRAN HUKUM
Dengan adanya kodifikasi,hukum itu lalu menjadi
beku,statis,dan sukar berubah.Adapun yang selalu
melaksanakan kodifikasi hukum ialah hakim,karena
hakim lah yang berkewajiban menegakkan hukum
ditengah-tengah masyarakat.
Walaupun kodifikasi telah diatur selengkap-
lengkapnya,namun tetap saja kurang sempurna dan
masih banyak kekurangan-kekurangannya,karena
pada waktu kodifikasi dibuat,ada hal-hal atau benda-
benda yang belum ada atau dikenal.
Oleh sebab itu,hukum harus bersifat
dinamis,maka hakim pun sebagai penegak hukum
hanya memandang kodifikasi sebagai pedoman agar
ada kepastian hukum,sedangkan didalam memberi
putusan Hakim harus juga mempertimbangkan dan
mengingat perasaan keadilan yang hidup dalam
masyarakat.
Dengan adanya kodifikasi hukum yang dinamis dan
mengikuti perkembangan zaman,maka terdapat keluwesan
hukum (rechtslenigheid),yang mana hukum kodifikasi itu
berjiwa hidup dan dinamis mengikuti perkembangan
zaman.Ternyata,untuk memberi putusan seadil-adilnya seorang
hakim harus mengingat pula adat kebiasaan,jurisprudensi,ilmu
pengetahuan dan akhirnya pendapat Hakim itu sendiri ikut
menentukan;dan untuk itu perlu diadakan penafsiran hukum.
Ada beberapa macam penafsiran hukum,antara lain;
 Penafsiran tata bahasa (grammatical),yaitu cara penafsiran
berdasarkan pada bunyi ketentuan undang-undang,dengan
berpedoman pada arti perkataan-perkataan dalam hubungannya
satu sama lain dalam kalimat-kalimat yang dipakai oleh undang-
undang;yang dianut adalah semata-mata arti perkataan menurut
tata bahasa atau menurut kebiasaan,yakni arti dalam pemakaian
sehari-hari.
 Penafsiran sahih (autentik,resmi) ialah penafsiran yang pasti
terhadap arti kata-kata itu sebagaimana yang diberikan oleh
pembentuk undang-undang.
 Penafsiran Historis,yaitu:
 Sejarah Hukumnya,yang diselidiki maksudnya
berdasarkan sejarah terjadinya hukum tersebut.
 Sejarah Undang-undangnya,yang diselidiki maksud
pembentuk undang-undang pada waktu membuat
undang-undang itu.
 Penafsiran sistematis,(dogmatis) penafsiran memiliki
susunan yang berhubunga dengan bunyi pasal-pasal
lainnya baik undang-undang itu maupun dengan
undang-undang lainnya.
 Penafsiran Nasional,ialah penafsiran menilik sesuai tidaknya
dengan system hukum yang berlaku.
 Penafsiran teleologis (sosiologis),yaitu penafsiran dengan
mengingat maksud dan tujuan undang-undang itu.
 Penafsiran ekstensif.Ialah memberi tafsiran dengan memperluas
arti kata-kata dalam peraturan itu sehingga sesuatu peristiwa
yang baru dapat ditambahkan.
 Penafsiran Restriktif,ialah penafsiran dengan membatasi
(mempersempit) arti kata-kata dalam peraturan itu.
 Penafsiran analogis, memberi tafsiran pada sesuatu peraturan
hukum dengan memberi ibarat (kias) pada kata – kata tersebut
sesuai dengan asas hukumnya, sehingga sesuatu peristiwa
sebenarnya tidak dapat dimasukan, lalu dianggap sesuai dengan
bunyi peraturan tersebut.
 Penafsiran a contrario (menurut peringkaran), ialah suatu cara
menafsirkan undang – undang yang didasarkan pada
perlawanan pengertian antara soal yang di hadapi dan soal yang
diatur dalam suatu pasal undang – undang. Dengan berdasarkan
perlawanan pengertian (peringkaran) itu di tarik kesimpulan,
bahwa soal yang dihadapi itu tidak di liputi oleh pasal yang
termaksud atau dengan kata lain di luar dari pasal tersebut.
CARA MENGISI KEKOSONGAN
HUKUM
 Pengisian Kekosongan Hukum
Peraturan – peraturan perundangan yang berlaku dalam suatu
Negara dalam suatu waktu tertentu bisa dikatakan hukum
positif merupakan suatu system yang formal, yang sulit untuk
mengubah atau mencabutnya walaupun tak sesuai dengan
perkembangan masyarakat yang harus diatur oleh peraturan –
perundangan tersebut.
Hakim Memenuhi Kekosongan Hukum
Dalam hubungan ini apabila hakim menambah peraturan –
perundangan, maka hal ini berarti, bahwa hakim memenuhi
ruangan kosong (leemten) dalam system hukum formal dari tata
hukum yang berlaku.
Adapun pendapat bahwa dalam system formal dari hukum
ada kekosongan yang dapat di isi oleh hakim, belum lah lama
dianut oleh orang.
Seperti diketahui pada akhir abad ke-19, para sarjana
hukum berpendapat, bahwa hukum itu merupakan suatu
kesatuan yang lengkap dan yang tertutup; di luar undang –
undang tidak ada hukum, dan hakim tidak boleh menjalankan
keadaan hukum yang tidak disebutkan dalam peraturan
perundangan.
Namun kemudian tentang paham keasatuan yang bulat
dan lengkap daripada hukum itu, tidak dapat diterima
oleh para sarjana hukum. Prof. Mister Paul Scholten,
mengatakan bahwa hukum itu merupakan suatu
sisitem yang terbuka (open systeem van het recht).
Pendapat ini lahir dari kenyataan, bahwa dengan
pesatnya kemajuan dan perkembangan masyarakat,
menyebabkan hukum menjadi dianamis, terus
menerus mengiktui proses perkembangan masyarakat.
Berhubungan dengan itulah telah menimbulkan
konsekuensi, bahwa hakim dapat dan bahkan harus
memenuhi kekosongan yang ada dalam system hukum
asalkan penambahan itu tidaklah membawa
perubahan prisipil pada system hukum yang berlaku.
 Konstruksi Hukum
Berdasarkan ketentuan – ketentuan yang mengandung inti
kesamaan, maka hakim membuat suatu pengertian hukum yang
mendapat menjadi dasar hukum bagi penyelesaian persoalan
tersebut di atas.
Dengan demikian dengan menggunakan konstruksi
hukum hakim dapat menyempurnakan system formal dari
hukum yakni system peraturan perundangan yang berlaku
(hukum positif).
 Tugas Hakim Menurut Pandangan pada Masa Kini
Menurut Van Apeldoorn(1981:397),pekerjaan hakim tak
lain daripada memasukkan hal yang harus diputuskannya
kedalam suatu peraturan undang-undang yang dengan
sendirinya menyatakan menyatakan akibat hukumnya.Ini
berarti,hakim tentu tidak membentuk hukum,melainkan dari
sesuatu yang tidak ada,hakim membentuk sebuah peraturan
baru yang sesuai dengan keadaan pada saat itu sehingga menjadi
sebuah hukum yang berlaku.
 Aplikasi Hukum pada Era Globalisasi Saat Ini
Menurut Anthony Giddens seperti yang dikutip
oleh F.K.K Kalidjernih(2009:39),Globalisasi
berhubungan dengan tesis bahwa kita semuanya
tinggal dalam satu dunia.Tumbuhnya interdepedensi
di antara orang-orang,daerah-daerah,dan negara-
negara yang berbeda.Hukum pun demikian.Tumbuh
dan berkembang ditengah-tengah masyarakat.Pada
era Globalisasi saat ini,hukum telah mengalami
perubahan yang sesuai dengan zaman dan juga
masyarakatnya.

More Related Content

Similar to PENAFSIRAN_&_CARA_MENGISI_KEKOSONGAN_HUKUM.pptx

Ketika Hukum di Negeriku dikali NOL
Ketika Hukum di Negeriku dikali NOLKetika Hukum di Negeriku dikali NOL
Ketika Hukum di Negeriku dikali NOLatuulll
 
Ujian akhir semester ganjil PENEMUAN HUKUM
Ujian akhir semester ganjil PENEMUAN HUKUMUjian akhir semester ganjil PENEMUAN HUKUM
Ujian akhir semester ganjil PENEMUAN HUKUMAlfirdausDaus
 
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docxInstrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docxZukét Printing
 
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdfInstrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdfZukét Printing
 
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede Auditta
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede AudittaPenegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede Auditta
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede AudittaI Gede Auditta
 
Tugas merangkum ilmu hukum
Tugas merangkum ilmu hukumTugas merangkum ilmu hukum
Tugas merangkum ilmu hukumAndrew Hutabarat
 
Kelompok 4 hukum konstitusi.pptx
Kelompok 4 hukum konstitusi.pptxKelompok 4 hukum konstitusi.pptx
Kelompok 4 hukum konstitusi.pptxCepUle
 
NORMA, HUKUM DAN PERATURAN
NORMA, HUKUM DAN PERATURAN NORMA, HUKUM DAN PERATURAN
NORMA, HUKUM DAN PERATURAN ImamKhatamiYudha
 
TUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdf
TUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdfTUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdf
TUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdfkarisma46
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarUiversitas Muhammadiyah Maluku Utara
 
Hukum yang-tak-kunjung-tegak
Hukum yang-tak-kunjung-tegakHukum yang-tak-kunjung-tegak
Hukum yang-tak-kunjung-tegakAbdi Hataramura
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negaraaishkhuw fillah
 
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptxIX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptxdonihasmanto
 

Similar to PENAFSIRAN_&_CARA_MENGISI_KEKOSONGAN_HUKUM.pptx (20)

Ketika Hukum di Negeriku dikali NOL
Ketika Hukum di Negeriku dikali NOLKetika Hukum di Negeriku dikali NOL
Ketika Hukum di Negeriku dikali NOL
 
Ujian akhir semester ganjil PENEMUAN HUKUM
Ujian akhir semester ganjil PENEMUAN HUKUMUjian akhir semester ganjil PENEMUAN HUKUM
Ujian akhir semester ganjil PENEMUAN HUKUM
 
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docxInstrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
 
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdfInstrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
 
Kebuntuan dari pendekatan legalitas formal menuju pendekatan interdisipliner
Kebuntuan dari pendekatan legalitas formal menuju pendekatan interdisiplinerKebuntuan dari pendekatan legalitas formal menuju pendekatan interdisipliner
Kebuntuan dari pendekatan legalitas formal menuju pendekatan interdisipliner
 
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede Auditta
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede AudittaPenegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede Auditta
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede Auditta
 
Tugas merangkum ilmu hukum
Tugas merangkum ilmu hukumTugas merangkum ilmu hukum
Tugas merangkum ilmu hukum
 
PKN Kd 4.1
PKN Kd 4.1PKN Kd 4.1
PKN Kd 4.1
 
Kelompok 4 hukum konstitusi.pptx
Kelompok 4 hukum konstitusi.pptxKelompok 4 hukum konstitusi.pptx
Kelompok 4 hukum konstitusi.pptx
 
57161539 keabsahan-nilai-etis-keadilan
57161539 keabsahan-nilai-etis-keadilan57161539 keabsahan-nilai-etis-keadilan
57161539 keabsahan-nilai-etis-keadilan
 
KEBUNTUAN DARI PENDEKATAN LEGALITAS FORMAL MENUJU PENDEKATAN INTERDISIPLINER
KEBUNTUAN DARI PENDEKATAN LEGALITAS FORMAL MENUJU PENDEKATAN INTERDISIPLINERKEBUNTUAN DARI PENDEKATAN LEGALITAS FORMAL MENUJU PENDEKATAN INTERDISIPLINER
KEBUNTUAN DARI PENDEKATAN LEGALITAS FORMAL MENUJU PENDEKATAN INTERDISIPLINER
 
NORMA, HUKUM DAN PERATURAN
NORMA, HUKUM DAN PERATURAN NORMA, HUKUM DAN PERATURAN
NORMA, HUKUM DAN PERATURAN
 
Urgensi kemandirian peradilan
Urgensi kemandirian peradilanUrgensi kemandirian peradilan
Urgensi kemandirian peradilan
 
TUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdf
TUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdfTUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdf
TUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdf
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
 
Hukum yang-tak-kunjung-tegak
Hukum yang-tak-kunjung-tegakHukum yang-tak-kunjung-tegak
Hukum yang-tak-kunjung-tegak
 
Kebuntuan Dari Pendekatan Legalitas Formal Menuju Pendekatan Interdisipliner
Kebuntuan Dari Pendekatan Legalitas Formal Menuju Pendekatan InterdisiplinerKebuntuan Dari Pendekatan Legalitas Formal Menuju Pendekatan Interdisipliner
Kebuntuan Dari Pendekatan Legalitas Formal Menuju Pendekatan Interdisipliner
 
Tata urut perundang
Tata urut perundangTata urut perundang
Tata urut perundang
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara
 
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptxIX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
 

PENAFSIRAN_&_CARA_MENGISI_KEKOSONGAN_HUKUM.pptx

  • 2. THE PERSONIL ADIKA PRAWIRA (0901551) MUHAMAD G IKHSAN (0901540) JAMALUDIN AKBAR (0901928) FAJAR RAMADHANI (0906677)
  • 4. Dengan adanya kodifikasi,hukum itu lalu menjadi beku,statis,dan sukar berubah.Adapun yang selalu melaksanakan kodifikasi hukum ialah hakim,karena hakim lah yang berkewajiban menegakkan hukum ditengah-tengah masyarakat. Walaupun kodifikasi telah diatur selengkap- lengkapnya,namun tetap saja kurang sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangannya,karena pada waktu kodifikasi dibuat,ada hal-hal atau benda- benda yang belum ada atau dikenal. Oleh sebab itu,hukum harus bersifat dinamis,maka hakim pun sebagai penegak hukum hanya memandang kodifikasi sebagai pedoman agar ada kepastian hukum,sedangkan didalam memberi putusan Hakim harus juga mempertimbangkan dan mengingat perasaan keadilan yang hidup dalam masyarakat.
  • 5. Dengan adanya kodifikasi hukum yang dinamis dan mengikuti perkembangan zaman,maka terdapat keluwesan hukum (rechtslenigheid),yang mana hukum kodifikasi itu berjiwa hidup dan dinamis mengikuti perkembangan zaman.Ternyata,untuk memberi putusan seadil-adilnya seorang hakim harus mengingat pula adat kebiasaan,jurisprudensi,ilmu pengetahuan dan akhirnya pendapat Hakim itu sendiri ikut menentukan;dan untuk itu perlu diadakan penafsiran hukum. Ada beberapa macam penafsiran hukum,antara lain;  Penafsiran tata bahasa (grammatical),yaitu cara penafsiran berdasarkan pada bunyi ketentuan undang-undang,dengan berpedoman pada arti perkataan-perkataan dalam hubungannya satu sama lain dalam kalimat-kalimat yang dipakai oleh undang- undang;yang dianut adalah semata-mata arti perkataan menurut tata bahasa atau menurut kebiasaan,yakni arti dalam pemakaian sehari-hari.  Penafsiran sahih (autentik,resmi) ialah penafsiran yang pasti terhadap arti kata-kata itu sebagaimana yang diberikan oleh pembentuk undang-undang.
  • 6.  Penafsiran Historis,yaitu:  Sejarah Hukumnya,yang diselidiki maksudnya berdasarkan sejarah terjadinya hukum tersebut.  Sejarah Undang-undangnya,yang diselidiki maksud pembentuk undang-undang pada waktu membuat undang-undang itu.  Penafsiran sistematis,(dogmatis) penafsiran memiliki susunan yang berhubunga dengan bunyi pasal-pasal lainnya baik undang-undang itu maupun dengan undang-undang lainnya.
  • 7.  Penafsiran Nasional,ialah penafsiran menilik sesuai tidaknya dengan system hukum yang berlaku.  Penafsiran teleologis (sosiologis),yaitu penafsiran dengan mengingat maksud dan tujuan undang-undang itu.  Penafsiran ekstensif.Ialah memberi tafsiran dengan memperluas arti kata-kata dalam peraturan itu sehingga sesuatu peristiwa yang baru dapat ditambahkan.  Penafsiran Restriktif,ialah penafsiran dengan membatasi (mempersempit) arti kata-kata dalam peraturan itu.  Penafsiran analogis, memberi tafsiran pada sesuatu peraturan hukum dengan memberi ibarat (kias) pada kata – kata tersebut sesuai dengan asas hukumnya, sehingga sesuatu peristiwa sebenarnya tidak dapat dimasukan, lalu dianggap sesuai dengan bunyi peraturan tersebut.  Penafsiran a contrario (menurut peringkaran), ialah suatu cara menafsirkan undang – undang yang didasarkan pada perlawanan pengertian antara soal yang di hadapi dan soal yang diatur dalam suatu pasal undang – undang. Dengan berdasarkan perlawanan pengertian (peringkaran) itu di tarik kesimpulan, bahwa soal yang dihadapi itu tidak di liputi oleh pasal yang termaksud atau dengan kata lain di luar dari pasal tersebut.
  • 9.  Pengisian Kekosongan Hukum Peraturan – peraturan perundangan yang berlaku dalam suatu Negara dalam suatu waktu tertentu bisa dikatakan hukum positif merupakan suatu system yang formal, yang sulit untuk mengubah atau mencabutnya walaupun tak sesuai dengan perkembangan masyarakat yang harus diatur oleh peraturan – perundangan tersebut. Hakim Memenuhi Kekosongan Hukum Dalam hubungan ini apabila hakim menambah peraturan – perundangan, maka hal ini berarti, bahwa hakim memenuhi ruangan kosong (leemten) dalam system hukum formal dari tata hukum yang berlaku. Adapun pendapat bahwa dalam system formal dari hukum ada kekosongan yang dapat di isi oleh hakim, belum lah lama dianut oleh orang. Seperti diketahui pada akhir abad ke-19, para sarjana hukum berpendapat, bahwa hukum itu merupakan suatu kesatuan yang lengkap dan yang tertutup; di luar undang – undang tidak ada hukum, dan hakim tidak boleh menjalankan keadaan hukum yang tidak disebutkan dalam peraturan perundangan.
  • 10. Namun kemudian tentang paham keasatuan yang bulat dan lengkap daripada hukum itu, tidak dapat diterima oleh para sarjana hukum. Prof. Mister Paul Scholten, mengatakan bahwa hukum itu merupakan suatu sisitem yang terbuka (open systeem van het recht). Pendapat ini lahir dari kenyataan, bahwa dengan pesatnya kemajuan dan perkembangan masyarakat, menyebabkan hukum menjadi dianamis, terus menerus mengiktui proses perkembangan masyarakat. Berhubungan dengan itulah telah menimbulkan konsekuensi, bahwa hakim dapat dan bahkan harus memenuhi kekosongan yang ada dalam system hukum asalkan penambahan itu tidaklah membawa perubahan prisipil pada system hukum yang berlaku.
  • 11.  Konstruksi Hukum Berdasarkan ketentuan – ketentuan yang mengandung inti kesamaan, maka hakim membuat suatu pengertian hukum yang mendapat menjadi dasar hukum bagi penyelesaian persoalan tersebut di atas. Dengan demikian dengan menggunakan konstruksi hukum hakim dapat menyempurnakan system formal dari hukum yakni system peraturan perundangan yang berlaku (hukum positif).  Tugas Hakim Menurut Pandangan pada Masa Kini Menurut Van Apeldoorn(1981:397),pekerjaan hakim tak lain daripada memasukkan hal yang harus diputuskannya kedalam suatu peraturan undang-undang yang dengan sendirinya menyatakan menyatakan akibat hukumnya.Ini berarti,hakim tentu tidak membentuk hukum,melainkan dari sesuatu yang tidak ada,hakim membentuk sebuah peraturan baru yang sesuai dengan keadaan pada saat itu sehingga menjadi sebuah hukum yang berlaku.
  • 12.  Aplikasi Hukum pada Era Globalisasi Saat Ini Menurut Anthony Giddens seperti yang dikutip oleh F.K.K Kalidjernih(2009:39),Globalisasi berhubungan dengan tesis bahwa kita semuanya tinggal dalam satu dunia.Tumbuhnya interdepedensi di antara orang-orang,daerah-daerah,dan negara- negara yang berbeda.Hukum pun demikian.Tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat.Pada era Globalisasi saat ini,hukum telah mengalami perubahan yang sesuai dengan zaman dan juga masyarakatnya.