1. Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat digunakan untuk menganalisis dinamika perbatasan dan lintas batas pada negosiasi umum dan teritorial khususnya. SIG yang diimplementasikan dengan benar dapat membantu penyelesaian masalah batas yang kompleks.
2. Data georeferensi yang relevan dan akurat sangat penting untuk SIG, namun seringkali tidak tersedia atau diperdebatkan. Kesepakatan tentang lapisan data yang diterima men
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Penetapan dan Penegasan Batas Darat - GIS as a Tool for Territorial Negotiations (Book Review)
1. 1
Nama : Luhur Moekti Prayogo
NIM : 19/ 449597/ PTK/ 12856
Matakuliah : Penetapan dan Penegasan Batas Darat
Tugas : III (Tiga)
Judul Jurnal : GIS As a Tool for Territorial Negotiations
Penulis : William B Wood
Tahun, Hal : 2000, 72-29
Publikasi : IBRU Boundary and Security Bulletin, Autumn 2000
Review
GIS AS A TOOL FOR TERRITORIAL NEGOTIATIONS
Sistem Informasi Geogarfis (SIG) Sebagai Alat Negosiasi Territorial
Pendahuluan
Kedaulatan negara didefinisikan sebagai otoritas yang diakui secara internasional dari
pemerintah atas wilayah dan masyarakat yang diklaim untuk dikendalikan. Menurut Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) bentuk kontrol kedaulatan yang paling eksplisit adalah pembuatan dan
pemeliharaan perbatasan internasional. Batas internasional memiliki banyak fungsi yang secara
langsung dapat memengaruhi hubungan internasional. Makalah ini akan melihat bagaimana data-
data yang berkaitan dengan fungsi batas dikumpulkan, diatur, dianalisis, dan ditampilkan dalam
suatu Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai bagian dari negosisasi territorial. Sebagaimana
peta politik dunia yang terus berubah, SIG dapat digunakan untuk membuat keputusan lebih
transparan, analisis opsi lebih teliti dan presentasi hasil menjadi lebih meyakinkan karena faktor-
faktor tersebut akan dapat memengaruhi stabilitas kehidupan mereka yang tinggal di wilayah
perbatasan di masa depan.
Boundaries, frontiers dan stabilitas regional
International Boundaries atau batas internasional merupakan “garis pada peta” yang
ditetapkan oleh suatu negara dan menunjukkan kedaulatan territorial. Sebuah garis batas
2. 2
internasional yang berada pada suatu area / borderland sering disebut sebagai zona transisi atau
frontier. Sistem batas / boundaries sebagai hasil dari pembagian politik permukaan bumi saat ini
relatif baru dan akan terus dipelihara demi menjaga kedamaian dan stabilitas regional. Batas-batas
pada daratan terus berkembang cepat dan melahirkan negara berdaulat baru semenjak berakhirnya
Perang Dunia II. Hal yang sama juga terjadi pada batas maritim, pada tahun 1982 United Nations
Convention for the Law of the Sea (UNCLOS) membuat suatu mekanisme penciptaan berbagai
jenis zona maritim yang diakui secara internasional.
Tidak seperti boundaries yang dapat dijelaskan secara tepat, frontiers masih difahami
secara ambigu karena menyangkut suatu wilayah perbatasan dengan masyarakat dan kebudayaan
yang ada di dalamnya. Baik dinamis atau statis, batas-batas memberikan pengaruh yang sangat
besar pada hubungan bilateral, gerakan irredentist, arus migrasi (legal dan ilegal), aktivitas
ekonomi, dan bahkan perlindungan lingkungan. Jika diberlakukan, batas internasional dapat
berfungsi sebagai filter untuk mengatur jaringan ekonomi, budaya, politik, dan lingkungan.
Sayangnya Fungsi dari batas-batas tersebut serta Borderlanders yang hidup disepanjang wilayah
tersebut belum difahami dengan baik sehingga menjadi jantung berbagai permasalahan
internasional.
Masalah perbatasan- internasional dan subnasional
Batas, kemudian, memiliki banyak arti, bergantung pada konteks, fungsi, dan persepsi
orang yang tinggal di sekitarnya. Mereka secara resmi digambarkan dalam dokumen, di peta, dan
di tanah melalui penempatan penanda, pilar, pelampung, atau pos pemeriksaan imigrasi dan bea
cukai. Sengketa batas diwujudkan dalam perjanjian yang rusak, representasi kartografi dari klaim
teritorial yang tumpang tindih, dan zona militerisasi di sepanjang perbatasan yang disengketakan.
Permasalahan soal batas baik internasional maupun subnasional dapat dipacu tidak hanya dari
konflik aspek territorial geografisnya saja melainkan juga berkaitan dengan berbagai nilai intrinsic
(sumber daya alam), rasional (tujuan strategis nasional) dan simbolis (sejarah, budaya) termasuk
krisis yang disebakan adanya kekerasan etnis, gerakan separatis dan pemisahan kekuatan.
Penyelesaian terhadap permasalahan batas wilayah menjadi suatu tantangan yang bisa sangat
kompleks untuk diselesikan tergantung nilai – nilai apa saja yang melekat di dalamnya.
3. 3
SIG, Informasi Teritorial dan keuntungannya
Sistem Informasi Geografis (SIG) mengatur data secara spasial. Premis sederhananya SIG
mampu menghubungkan data fitur alam, kejadian dan aktivitas manusia berdasarkan lokasinya.
Alat ini telah diterapkan untuk mempelajari perubahan territorial, misalnya untuk membandingkan
konfigurasi batas Israel dan Jerman dalam “strategi kekompakan” akuisisi territorial. Data yang
dikelola SIG dapat membantu mengklarifikasi elemen spasial dari sengketa wilayah dan implikasi
sosial-ekonomi dan militernya namun tidak serta merta dapat menyelesaikan masalah territorial
apapun. Perangkat lunak SIG dapat menerapkan citra penginderaan jauh, model ketinggian medan,
dan lapisan data digital lainnya untuk memvisualisasikan luas area yang disengketakan, jenis
sumber daya yang dipertaruhkan, populasi yang mungkin terpengaruh, dan pertimbangan lainnya.
SIG juga merupakan sarana yang terbukti mampu mengeksplorasi skenario 'bagaimana jika' untuk
perubahan teritorial yang diusulkan. Negosiator teritorial dapat menggunakan alat SIG untuk
mencari, menganalisis, dan menampilkan data dengan cepat, yang dapat membantu mereka untuk
lebih memahami sejauh mana perubahan yang diusulkan, serta implikasi lokal dan regional.
Namun, penggunaan SIG yang efektif dalam mediasi mengharuskan kedua belah pihak
berkomitmen untuk mengembangkan basis data yang relevan dengan sengketa secara transparan.
Lapisan data
Sementara perangkat lunak SIG yang canggih sekarang dapat menangani sebagian besar
pertanyaan teritorial yang dibuat oleh negosiator, rintangan utama adalah mendapatkan data
georeferensi yang relevan dan akurat. Data tersebut seringkali tersebut seringkali tidak ada,
ketinggalan zaman, tidak terorganisir dengan baik, diklasifikasikan, dan / atau diperdebatkan oleh
satu pihak atau pihak lain. “Peta dasar” atau “pondasi geospasial” harus mewakili lapisan data
yang paling tidak bermasalah dalam SIG karena sebagian besar mencerminkan fitur lanskap
'obyektif'. SIG dapat berfungsi sebagai sarana untuk mengeksplorasi varians dalam data, berbeda
dari data yang hanya berfungsi untuk memvisualisasikan aspek teritorial dari negosiasi.
Kesepakatan tentang lapisan data yang diterima dan resolusi dari mereka yang tidak setuju dapat
menjadi langkah penting lainnya dalam negosiasi teritorial yang produktif.
Penginderaan dan Negosiasi
Pengumpulan data dasar geospasial dapat dilakukan dengan berbagai teknik diantaranya
menggunaan penginderaan jauh yang telah lama digunakan untuk mendeteksi perubahan
4. 4
lingkungan permukaan bumi. Citra penginderaan jauh komersial juga dapat digunakan sebagai
kunci lapisan data utama untuk semua sengketa batas, terutama untuk area di mana peta skala besar
yang akurat, terkini, dan tidak tersedia. Resolusi dari pengindraan komersial menjadi lebih tepat
dan fleksibel karena menawarkan sejumlah aplikasi berbeda yang dapat digabungkan dalam proses
analisis batas berbasis SIG. Selain juga ada pilihan lain yang dapat digunakan seperti LandSat dan
RadarSat (resolusi rendah), IRES India dan SPOT Eropa (resolusi menengah) serta fotogrametri
dan satelit IKONOS (resolusi tinggi).
Penggunaan citra komersial untuk negosiasi batas memiliki beberapa pertimbangan
penting. Pertimbangan pertama adalah ketersediaan dan persetujuan. Pertimbangan kedua adalah
biaya dan analisis serta pertimbangan ketiga adalah bagaimana citra akan digunakan dalam
negosiasi batas dan sebagai catatan permanen untuk proses penetapan batas / demarkasi, serta
penggunaannya sebagai bagian dari pemantauan batas. Resolusi dari mereka yang tidak setuju
dapat menjadi langkah penting lainnya dalam negosiasi teritorial yang produktif sebagai proses
demarkasi.
Kesimpulan
Aplikasi SIG berpotensi digunakan untuk menganalisis dinamika perbatasan dan lintas
batas pada negosiasi umum dan teritorial pada khususnya. SIG yang diimplementasikan dengan
benar dapat membantu dalam penyelesaian masalah batas yang kompleks. Penggunaan SIG secara
penuh sebagai bagian dari perangkat diplomatik dan mediasi hanya akan terjadi jika negosiator
menyadari bahwa di dunia yang semakin padat, dengan perbatasan yang padat dan sumber daya
alam yang langka, penyelesaian masalah lebih dari sekadar latihan dua dimensi. Negosiasi
territorial adalah proses politik yang melibatkan berbagai data yang berpotensi luas. Setelah
lapisan data yang mendasarinya dapat disetujui, negosiator akan berada dalam posisi untuk
menggunakan SIG sebagai alat yang ampuh untuk analisis teritorial dan pengambilan keputusan
mediasi yang tepat dan saling menguntungkan.