1, si & pi,mislia, hapzi ali, si ancaman terhadap sistem informasi akunta...
1, si & pi, mislia, hapzi ali, si dalam kegiatan bisnis, universitas mercu buana, 2019.doc
1. SISTEM INFORMASI DAN PENGENDALIAN INTERNAL
ANCAMAN TERHADAP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
Dosen :
Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA
Disusun Oleh:
NAMA : Mislia
NIM : 55518120050
PROGRAM MEGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2019
2. 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
1.1 Pengertian Sistem
Menurut Mulyadi (2001 : 2) “Suatu sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur
yang erat berhubungan satu dengan yang lain yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai
tujuan tertentu”. Dari defenisi tersebut dapat dirinci lebih lanjut pengertian umum mengenai
sistem yaitu sebagai berikut :
a. Setiap sistem terdiri dari unsur-unsur
b. Unsur-unsur tersebut adalah bagian yang terpadu dari sistem yang bersangkutan.
c. Unsur suatu sistem bekerja sama untuk mencapai tujuan system
d. Suatu sistem merupakan bagian dari sistem yang lain yang lebih besar.
Menurut James A. Hall (2001 : 7) “Sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur
formal dimana data dikumpulkan, diproses, menjadi informasi, dan didistribusikan kepada para
pemakai”. Menurut Bodnar dan Hopwood (2003 : 1) “Sistem Informasi Akuntansi adalah
Kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang dirancang untuk mengubah data
keuangan dan data lainnya menjadi informasi”.
Menurut Widjajanto (2001 : 2) “Sistem adalah Sesuatu yang memiliki bagian-bagian
yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu melalui tiga tahapan yaitu input,
proses, dan output”.
Menanggapi pengertian dari Sistem Akuntansi ini Bastian (2001 : 151) mendefenisikan
sistem akuntansi ini sebagai berikut Sistem Akuntansi adalah “Organisasi formulir, catatan dan
laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan
oleh manjemen guna menentukan dasar kebutuhan informasi”.
Dalam arti luas ungkapan “sistem“ ternyata telah disamakan maknanya dengan
ungkapan “cara“. Sehingga kita akan dapat membaca rangkaian kata seperti: sistem penilaian,
system pengawalan, sistem perwasitan, dan lainnya. Pada dasarnya sesuatu dapat disebut
sistem apabila memenuhi dua syarat . Pertama adalah memiliki bagian-bagian yang saling
berinteraksi dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu. Bagian-bagian itu disebut
subsistem atau ada pula yang menyebutnya sebagai prosedur.
Agar sistem dapat berfungsi secara efisien dan efektif, subsistem-subsistem atau
prosedur-prosedur itu harus saling berinteraksi antar satu dengan lainnya. Interaksi ini bisa
tercapai terutama melalui komunikasi informasi yang relevan antar subsistem. Namun
demikian, biasanya antara subsistem dengan subsistem lainnya tidak dapat dilihat garis
pemisahnya secara tegas, karena interaksi yang terjalin anatara subsistem itu demikian kuatnya
dan acapkali saling bertumpang tindih.
3. Romney dan Steinbart (2004:3) membagi SIA menjadi lima komponen:
1. Orang-orang yang mengoperasikan sistem tersebut dan melaksanakan
2. Prosedur-prosedur, baik manual maupun yang terotomatisasi yang berbagai fungsi
dilibatkan dalam mengumpulkan, memproses dan menyimpan data tentang aktivitas-
aktivitas organisasi.
3. Data tentang proses-proses bisnis organisasi.
4. Software yang dipakai untuk memproses data organisasi.
5. Infrasturuktur teknologi informasi, termasuk komputer, peralatan
Kelima komponen tersebut secara bersama-sama memungkinkan suatu system informasi
akuntansi memenuhi tiga fungsi pentingnya dalam organisasi, yaitu:
1. Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan
organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh aktivitas tersebut, dan para pelaku yang
terlibat dalam berbagai aktivitas tersebut, agar pihak manajemen, para pegawai dan
pihak luar yang berkepentingan dapat meninjau ulang (review) hal-hal yang telah
terjadi.
2. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi pihak manajemen untuk
3. Membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
4. Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset-aset organisasi
termasuk data organisasi untuk memastikan bahwa data tersebut tersedia saat
dibutuhkan, akurat dan handal. pendukung (peripheral device), dan peralatan untuk
komunikasi jaringan.
Boockholdt (1999) menyatakan, “Information system is a set of organized procedures
that, when executed, provides information to support decision making and control in an
organization.”
Moscove dan Simkin (2001) menyatakan, “An information system is a set of
interrelated subsystems that work together to collect, process, store, transform information for
planning, decision making, and control.”
Input Proses Output
4. Connolly dan Begg (2002) menulis, “Information system is the resources that enable
the collection, management, control, and dissemination of information throughout an
organization.”
1.2 Pengertian Sistem Akuntansi
Bodnar dan Hopwood yang diterjemahkan oleh Jusuf, A.A. (2000) mendefinisikan,
“Sistem Akuntansi suatu organisasi terdiri dari metode dan catatan-catatan yang dibuat untuk
mengidentifikasikan, mengumpulkan, menganalisis, mencatat, dan melaporkan transaksi-
transaksi organisasi dan menyelenggarakan pertanggungjawaban bagi aktiva dan kewajiban
yang berkaitan.”
Mulyadi (2001) menulis, “Sistem Akuntansi adalah organisasi formulir-formulir,
catatan-catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi
keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan.”
Gelinas dan Oram (1996) menulis, “The accounting information system (AIS) is a
specialized subsystem of the management information system (MIS) whose purpose is to
collect, process, and report information related to financial transaction.”
Wilkinson dan Cerullo (2000) menyatakan, “An accounting information ssytem is a
unified structure within an entity, such as business firm, that employs physical resources and
other components to transform economic data into accounting information.”
1.3 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Bodnar dan Hopwood (2000) seperti yang diterjemahkan Amir Abadi Jusuf, “Sistem
Informasi Akuntansi adalah sebagai sistem berbasis komputer yang dirancang untuk mengubah
data akuntansi menjadi informasi, tetapi istilah Sistem Informasi Akuntansi diperluas
mencakup siklus-siklus pemrosesan transaksi, penggunaan tehnologi informasi, dan
pengembangan sistem informasi.” Romney dan Steinbart (2003) menulis, “Accounting
Information System is the human and capital resources within an organization that responsible
for the preparation of financial information and the information obtained from collecting and
processing company transaction.”
2. Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Romney dan Steinbart (2003) menyatakan, “Sistem informasi akuntansi terdiri dari
lima komponen, yaitu:
1. People, yang mengoperasikan sistem dan melakukan berbagai fungsi.
5. 2. Procedures, baik yang manual maupun otomatis termasuk dalam kegiatan
pengumpulan, pemprosesan, dan penyimpanan data tentang kegiatan organisasi.
3. Data, tentang kegiatan / proses bisnis organisasi.
4. Software, digunakan untuk memproses data organisasi.
5. Information technology infrastructure, termasuk didalamnya komputer, peralatan
komunikasi jaringan.
3. Pengendalian Intern
3.1 Pengertian Pengendalian Intern
Istilah pengendalian intern oleh sebagian orang diterjemahkan dengan istilah
pengawasan intern sedangkan sebagian lagi dikenal dengan istilah internal control. Menurut
Widjajanto, pengendalian intern adalah suatu sistem pengendalian yang meliputi struktur
organisasi beserta semua metode dan ukuran yang diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan
untuk:
1. Mengamankan aktiva perusahaan,
2. Mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi,
3. Meningkatkan efisiensi, dan
4. Mendorong agar kebijaksanaan manajemen dipatuhi oleh setiap jajaran organisasi.
Sedangkan menurut Mulyadi, pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan
oleh dewan komisaris, manjemen dan personel lain yang didesain untuk memberikan
keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu: keandalan pelaporan
keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, dan efektifitas dan efisiensi
operasi.
Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran
yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek keteilitian dan keandalan
data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manjemen.
Menurut tujuannya, sistem pengendalian intern tersebut dapat dibagi menjadi dua
macam yaitu:
a. Pengendalian intern akuntansi ( internal accounting control )
Menurut Tunggal, Pengendalian intern akuntansi adalah pengendalian yang meliputi
pengamanan terhadap kekayaan perusahaan sehingga diperlukannya catatan akuntansi.
Pengendalian intern yang baik akan menjamin keamanan kekayaan para investor dan
6. kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan
yang dapat dipercaya.
b. Pengendalian intern admistratif ( internal administrative control)
Pengendalian intern administratif meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-
ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya
kebijakan manajemen.
3.2 Tujuan Pengendalian Intern
Tujuan sistem pengendalian intern yang efektif dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Untuk menjamin kebenaran data akuntansi
Manajemen harus memiliki data akuntansi yang dapat diuji ketepatannya untuk
melaksanakan operasi perusahaan. Contoh ; harga jual barang jadi sebagian ditentukan
berdasarkan data baiya produksi, jumlah barang jadi yang akan diproduksi dipengaruhi
oleh jumlah persediaan barang yang berada di gudang perusahaan dan pesanan yang
belun dikirim karena menunggu persediaan barang yang berada di gudang perusahaan
dan pesanan yang belum dikirim karena menunggu pengangkutan.
Sistem pengendalian akuntansi intern bertujuan untuk mengamankan atau menguji
kecermatan dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya dengan jalan mencegah
dan menemukan kesalahan-kesalahan pada saat yang tepat.
2. Untuk mengamankan harta kekayaan dan catatan pembukuannya
Mencegah atau menemukan harta yang hilang dan catatan pembukuan pada saat
yang tepat.
3. Untuk menggalakkan efisiensi usaha
Pengendalian dalam suatu perusahaan juga dimaksudkan untuk menghindari
pekerjaan-pekerjaan yang berganda yang tidak perlu, mencegah pemborosan terhadap
semua aspek usaha termasuk pencegahaan terhadap penggunanan sumber-sumber dana
yang tidak efisien.
4. Untuk mendorong ditaatinya kebijakan pimpinan yang telah digariskan Manajemen.
Manajemen menyusun prosedur dan peraturan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Sistem pengendalian intren memberikan jaminan akan ditaatinya prosedur
dan peratuaran adalah jaminan akan ditataatinya prosedur tersebut pada perusahaan.
3.3 Aktivitas Pengendalian Fisik
a. Otorisasi Transaksi
7. Tujuan ; Untuk memastikan bahwa semua transaksi yang diproses oleh sistem
informasi valid dan sesuai dengan tujuan dari pihak manajemen.
b. Pemisahan Tugas
Tujuan ;
1. Agar otorisasi transaksi terpisah dari proses transaksi. Contoh proses pembelian
hanya boleh dilakukan jika ada permintaan lain dari pihak otorisasi persediaan,
bahwa barang yang diminta tidak ada atau kurang.
2. Tanggung jawab pemeliharaan asset harus dipisah dari tanggungjawab
pencatatan. Contoh mesin tanggungjawab pemeliharaannnya oleh departemen
pabrik, sedangkan pencatatannya oleh departemen harga atau akunting.
3. Struktur organisasi harus dilaksanakan agar penipuan antara dua pihak atau
lebih yang memiliki tanggungjawab tidak dapat disatukan. Contoh pembelian
barang dan pembayaran dilakukan oleh orang yang berbeda.
c. Supervisi
Meminimalisasi terjadinya atau adanya pengawasan.
d. Pencatatan Akuntansi
Dari dokumen sumber, jurnal, buku besar, dan lain-lain. Catatan ini bisa dijadikan
pengendali atas transaksi yang terjadi.
e. Pengendalian Akses
Hanya personal yang dapat mengakses aktiva penting dan catatan akuntansi.
f. Verifikasi Independen
Yaitu pemeriksaan independen sistem akuntansi untuk mengidentifikasi kesalahan
prosedur dan kesalahan penyajian.
3.4 Unsur dan Struktur Pengendalian Intern
Mulyadi (2001) menyatakan, “Unsur pokok sistem pengendalian intern adalah:
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup
terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
3. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
8. Arens dan Loebbecke yang diterjemahan Amir Abadi Jusuf mendefinisikan, “Struktur
pengendalian intern mencakup lima kategori dasar kebijakan dan prosedur yang dirancang dan
digunakan oleh manajemen untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan
pengendalian dapat dipenuhi.” Kelima kategori ini disebut sebagai komponen struktur
pengendalian intern. Kelima komponen tersebut adalah:
1. Lingkungan pengendalian
2. Penetapan resiko oleh manajemen
3. Sistem informasi dan komunikasi akuntansi
4. Aktivitas pengendalian
5. Pemantauan
5. Pengendalian Intern dalam Sistem Pembelian
Unsur pengendalian intern dalam sistem pembelian digolongkan ke dalam tiga
kelompok, yaitu sistem pengendalian intern yang terdiri dari organisasi, sistem otorisasi dan
prosedur pencatatan, dan praktek yang sehat.
5.1 Organisasi
1. Fungsi pembelian harus terpisah dari fungsi penerimaan.
2. Fungsi pembelian harus terpisah dari fungsi akuntansi.
3. Fungsi penerimaan harus terpisah dari fungsi penyimpanan barang.
4. Transaksi pembelian harus dilaksanakan oleh fungsi gudang, fungsi pembelian, fungsi
penerimaan, fungsi akuntansi. Tidak ada transaksi pembelian yang dilaksanakan secara
lengkap oleh hanya satu fungsi tersebut.
5. Surat permintaan pembelian diotorisasi oleh fungsi gudang, untuk barang yang
disimpan dalam gudang, atau oleh fungsi pemakai barang, untuk barang yang langsung
pakai.
6. Surat order pembelian diotorisasi oleh fungsi pembelian atau fungsi yang lebih tinggi.
7. Laporan penerimaan barang diotorisasi oleh fungsi penerimaan barang.
8. Bukti kas keluar diotorisasi oleh fungsi akuntansi atau pejabat yang lebih tinggi.
9. Pencatatan terjadinya utang didasarkan pada bukti kas keluar yang didukung dengan
surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok.
10. Pencatatan ke dalam kartu utang dan register bukti kas keluar (voucher register)
diotorisasi oleh fungsi akuntansi.
11. Surat permintaan pembelian bernomor urut tercetak dan pemakaiannya
dipertanggungjawabkan oleh fungsi gudang.
9. 12. Surat order pembelian bernomor urut tercetak dan pemakaiannya
dipertanggungjawabkan oleh fungsi pembelian.
13. Laporan penerimaan barang bernomor urut tercetak dan pemakaiannya
dipertanggungjawabkan oleh fungsi penerimaan.
14. Pemasok dipilih berdasarkan jawaban penawaran harga bersaing dari berbagai
pemasok.
15. Barang hanya diperiksa dan diterima oleh fungsi penerimaan jika fungsi ini telah
menerima tembusan surat order pembelian dari fungsi pembelian.
16. Fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan barang yang diterima dari pemasok dengan
cara menghitung dan menginspeksi barang tersebut dan membandingkannya dengan
tembusan surat order pembelian.
17. Terdapat pengecekan terhadap harga, syarat pembelian, dan ketelitian perkalian dalam
faktur dari pemasok sebelum faktur tersebut diproses untuk dibayar.
18. Catatan yang berfungsi sebagai buku pembantu utang secara periodik direkonsiliasi
dengan rekening kontrol utang dalam buku besar.
19. Pembayaran faktur dari pemasok dilakukan sesuai dengan syarat pembayaran guna
mencegah hilangnya kesempatan untuk memperoleh potongan tunai.
6. Analisis dan Perancangan Sistem
6.1 Pengertian Analisis Sistem
Boockholdt (1999) menyatakan, “System analysis is the process of examine an existing
information system and its environment to identify potential improvement.”
Bodnar dan Hopwood (2000) yang diterjemahan Amir Abadi Jusuf menulis, “Analisis
Sistem meliputi formulasi dan evaluasi solusi-solusi masalah sistem, penekanan dalam analisis
sistem adalah pada tujuan keseluruhan sistem dan dasar dari semua ini adalah analisis untung
rugi diantara tujuan-tujuan sistem.”
Mcleod (2001) seperti yang diterjemahkan Hendra Teguh menulis, “Analisis sistem
adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru
atau diperbarui.”
6.2 Tujuan Analisis Sistem
Gelinas dan Oram (1996) menulis, “Tujuan analisis sistem adalah:
1. Mendefinisikan masalah yang ada secara tepat.
2. Merencanakan solusi alternatif.
3. Memilih dan menentukan salah satu dari solusi alternatif yang ada.
10. 4. Mengembangkan spesifikasi logik untuk solusi yang telah dipilih.
5. Mengembangkan kebutuhan fisik untuk solusi yang telah dipilih.
6. Membuat anggaran belanja/budget untuk dua fase pengembangan sistem ke depan.
6.3. Tahapan Analisis Sistem
Mcleod (2001) menyatakan, “Analisis sistem dapat dibagi menjadi:
1. Mengumumkan penelitian proyek.
2. Mengorganisasikan tim proyek.
3. Mendefinisikan kebutuhan informasi.
4. Mendefinisikan kriteria kerja sistem.
5. Menyiapkan usulan rancangan.
6. Menyetujui atau menolak rancangan proyek.
7. JOB DESCRIPTION STRUKTUR ORGANISASI
CEO
1. Merencanakan, mengelola dan menganalisis segala aktifitas fungsional bisnis seperti
operasional, sumber daya manusia, keuangan dan pemasaran.
2. merencanakan dan mengelola proses penganggaran, lalu mengamati dan menganalisis
apabila ada kejanggalan dalam praktiknya.
3. mengelola perusahaan dengan tujuan strategis perusahaan dengan keefektifan dan biaya
seefissien mungkin.
CIO
1. Mempelajari dan memahami secara menyeluruh dan mendetail bisnis yang digeluti
perusahaan.
2. membangun kredibilitas direktorat sistem informasi yang dipimpinnya.
3. memasyarakatkan teknologi informasi agar dipergunakan secara aktif untuk para karyawan
perusahaan.
4. mencanangkan visi teknologi informasi.
5. membuat suatu perusahaan mendapat profit margin yang besar akibat adanya perubahan-
perubahan teknologi, pasar dan regulasi yang membawa dampak perubahan perilaku bisnis.
MANAGER SYSTEM DEVELOPMENT
11. Manajer pengembangan sistem membantu memastikan bahwa proses dan mekanisme
perusahaan yang memadai, fungsional dan sesuai dengan rekomendasi atas kepemimpinan dan
standar industri. Mereka merencanakan dan mengkoordinasikan pemeliharaan, upgrade dan
implementasi sistem informasi.
DATA ADMINISTRATOR
Tugas-tugas seorang administrator database bervariasi, tergantung pada job description-nya,
perusahaan, peraturan Teknologi Informasi (TI), fitur-fitur teknis, dan juga kemampuan dari
DBMS yang diberikan. Semua itu termasuk pemulihan setelah bencana (backups and testing
of backups), analisis kinerja dan tuning, pemeliharaan data dictionary, dan desain database.
DBA
1. Pemasangan perangkat lunak baru - Ini adalah tugas DBA untuk menginstal versi
baru dari perangkat lunak DBMS, aplikasi perangkat lunak, dan perangkat lunak lain
yang berhubungan dengan administrasi DBMS. Penting bahwa DBA atau anggota staf
IS menguji software baru sebelum pindah ke sebuah lingkungan produksi.
2. Konfigurasi hardware dan software dengan sistem administrator – Dalam banyak
kasus, perangkat lunak sistem hanya dapat diakses oleh administrator sistem. Dalam
kasus ini, DBA bekerja sama dengan administrator sistem untuk melakukan instalasi
perangkat lunak, dan untuk mengkonfigurasi hardware dan software agar berfungsi
secara optimal dengan DBMS.
3. Pengamanan administrasi - Salah satu tugas utama DBA adalah untuk memantau dan
mengelola keamanan DBMS. Hal ini melibatkan penambahan dan menghapus
pengguna, pemberian quota, audit, dan memeriksa masalah keamanan.
4. Analisis data – DBA menganalisis data yang tersimpan dalam database dan membuat
rekomendasi yang berkaitan dengan kinerja dan efisiensi penyimpanan data. Ini
termasuk penggunaan indeks efektif, memungkinkan “Paralel Query” eksekusi, atau
fitur khusus DBMS lainnya.
5. Database design (awal) - DBA dapat terlibat di awal tahap desain database, hal ini
bertujuan menghilangkan berbagai masalah yang mungkin terjadi. DBA tahu bahwa
DBMS dan sistem, dapat menunjukkan potensi masalah, dan dapat membantu
pengembangan kinerja tim dengan pertimbangan khusus.
12. 6. Data pemodelan dan optimasi – pemodelan data befungsi untuk mengoptimalkan
sistem tata letak untuk mengambil yang paling keuntungan dari I / O subsystem.
7. Bertanggung jawab atas administrasi perusahaan yang berhubungan dengan
database dan analisis, desain, dan penciptaan database baru.
MANAJER TELECOMUNICATION
a. Mengelola Teknologi Informasi dan sistem computer
b. Bertanggung jawab pada kesiapan dan ketersediaan sistem komputer / aplikasi dalam
lingkungan perusahaan
c. Membuat dan/atau implementasi semua sistem dan aplikasi
d. Merancang, mengelola dan mengawasi serta meng-evaluasi operasional dari sistem informasi
(software dan aplikasi) dan pendukungnya (hardware, infrastruktur, telekomunikasi)
e. Membuat dan mengimplementasikan kebijakan dan prosedur TI (IT policy) termasuk kebijakan
keamanan TI (IT security policy)
f. Berkerja sama dengan TI vendor untuk merancang , membuat dan meng-implementasikan
sistem atau aplikasi jika diperlukan
g. Membuat dan mengawasi anggaran TI (budget) dan expenditures
MANAGER AND USER COMPUTER
Manajer End User Computing bertanggung jawab atas pengiriman perusahaan dari
pelanggan menghadapi layanan teknologi. Posisi ini akan memimpin sebuah tim dibebankan
dengan memberikan kualitas tinggi, layanan biaya yang efektif termasuk klien hardware
komputasi dan perangkat lunak, dukungan service desk / bantuan, dan pelayanan bidang. Posisi
ini bertanggung jawab untuk bermitra dengan semua IT dan kepemimpinan bisnis untuk
mengembangkan strategi teknologi, implementasi rencana, metodologi adopsi dan dukungan
operasional untuk wilayah layanan yang telah disebutkan sebelumnya. Manajer End User
Computing bertanggung jawab untuk terus berkembang penawaran produk dan strategi
sourcing yang sejalan dengan strategi bisnis untuk memastikan kinerja terbaik dan hasil untuk
ABM.
Bertanggung jawab atas pengiriman perusahaan dari pelanggan menghadapi pelayanan
teknologi. Dalam memimpin seebuah tim untuk memberikan kualitas yang tinggi, biaya yg
efektif termaksuk hardware, computasi, dan perangkat lunak dukungan service desk. Bermitra
13. dengan semua IT dan kepemimpinan bisnis untuk mengembangkan strategi teknologi,
implementasi rencana, metodologi adopsi dan dukungan operasional
MANAGER COMPUTER OPERATION
Manajer operasi komputer akan merencanakan dan mengkoordinasikan instalasi dan
upgrade perangkat keras dan perangkat lunak pemrograman dan desain sistem. Mereka akan
secara langsung mengawasi pekerjaan insinyur perangkat lunak komputer dan programer.
Mereka bertanggung jawab untuk koordinasi kerja antar departemen terkait dan tidak terkait
dalam perusahaan mereka. Mereka menganalisis kebutuhan komputer dan informasi dari
perusahaan mereka dari perspektif strategis dan membuat keputusan tentang personel langsung
dan jangka panjang dan persyaratan peralatan. Mereka menetapkan dan meninjau pekerjaan
bawahan dan mempelajari teknologi terbaru untuk menjaga perusahaan mereka kompetitif.
Beberapa mungkin mengevaluasi teknologi terbaru untuk menentukan apakah mereka akan
berguna dan di perusahaan mereka kepentingan terbaik. Mereka juga dapat terlibat dalam
pengembangan persyaratan, anggaran dan penjadwalan untuk proyek-proyek teknologi
perusahaan mereka. Para manajer ini akan mengkoordinasikan proyek-proyek tersebut dari
pembangunan untuk pelaksanaan dan mengkoordinasikan kerja antara klien, vendor dan
konsultan. Ini biasanya proyek-proyek yang digunakan untuk meng-upgrade keamanan
informasi perusahaan.
14. DAFTAR PUSTAKA
B. Romney, Marshall dan Paul John Steinbart. 2006. Sistem Informasi Akuntansi Edisi 9.
Jakarta: Salemba Empat.
W. Wilkinson, Joseph. 1995. Sistem Akunting dan Informasi. Jakarta: Binarupa Aksara.
L. Whitten, Jeffrey, Lonnie D. Bentley dan Kevin C. Dittman. 2005. System Analysis and
Design Methods. New York: McGraw Hill Companies Inc.
Siagian, Sondang P. 2004. Manajemen Abad 21. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyadi. 2001. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
2012/03/pengendalian-intern-dalam-sistem.html