Secara harfiah kaum Mu’tazilah berasal dari i’tazilah,berarti berpisah atau memisahkan diri yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri. Golongan ini muncul karena mereka berbeda pendapat tentang pemberiaan status kafir kepada yang berbuat dosa besar. Beberapa versi tentang pemberian nama mu’tazilah kepada golongan ini berpusat pada peristiwa yang terjadi antara Wasil bin Atta’ serta temannya Amr bin Ash, dan Hasan Al-Basri ketika dibasar yaitu ketika Wasil mengikuti pelajaran yang diberikan Hasan Al-Basri di Masjid Basrah, datanglah seorang yang bertanya mengenai pendapat Hasan Al-Basri tentang orang yang berdosa besar.
2. Di susun oleh
Dani Romansyah (2121235)
Muhamad Maskur Miftakhusalam (2121261)
Annisa Aulia Rahma (2121233)
3. A. Riwayat Singkat Hasan Hanafi
Hasan Hanafi dilahirkan pada 13 Februari tahun 1935, di Kairo. Pendidikannya diawali pada
tahun 1948 dengan menamatkan pendidikan tingkat dasar, dan melanjutkan studinya di
Madrasah Tsanawiyah Khalill Agha,
Kairo yang diselesaikannya selama empat tahun.
Hasan Hanafi adalah pengikut Ikhwanul Muslimin ketika dia aktif kuliah di Universitas
Kairo. Hanafi tertarik juga untuk mempelajari pemikiran Sayyid Qutb tentang
keadilan sosial dalam Islam. Ia berkonsentrasi untuk mendalami
pemikiran agama, revolusi, dan perubahan sosial.
4. B.Pengertian Kalam Hasan Hanafi
1. Kritik terhadap teologi Tradisional
Dalam gagasannya tentang rekobstruksi teologi tradisional, Hanafi
menegaskan perlunya mengubah orientasi perangkat konseptual kepercayaan
(teologi) sesuai dengan perubahan konteks politik yang terjadi. Hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa teologi tradisonal lahir dalam konteks
sejarah ketika inti keislaman yang bertujuan untuk memelihara kemurniannya.
5. 2. Rekonstruksi Teologi
Melihat sisi-sisi kelemahan teologi tradisional, Hanafi lalu mengajukan saran
rekontruksi teologi. Menurutnya, adalah mungkin untuk memfungsikan teologi
menjadi ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi masa kini, yaitu dengan melakukan
rekontruksi dan revisi, serta nenbangun kembali epistemologi lama yang rancu
dan palsu menuju epiatemologi baru yag sahih dan lebih signifikan.
6. C. Riwayat Singkat Nasr Ismail Alfaruqi
Ismail Raji al-Faruqi lahir di Jaffa, Palestina pada tanggal 1 Januari 1921. Pendidikan dasarnya
dimulai dari madrasah, dan pendidikan menengahnya di Colleges des Freres, dengan bahasa
pengantar Perancis. Kemudian pada tahun 1941 lulus dari American University of Beirut. Ismail lalu
bekerja untuk pemerintah Inggris di Palestina. Pada tahun 1945, dia dipilih sebagai Gubernur
Galilea. Tapi, setelah Israel mencaplok Palestina, ia pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1949. Di
Amerika, ia melanjutkan pendidikan Master dalam bidang filsafat di University of Indiana dan
University of Harvard. Dia melanjutkan pendidikannya dengan mengambil gelar doktor filsafat di
University of Indiana dan di Al-Azhar University pada tahun 1952.
7. D. Pemikiran Kalam Nasr Ismail Alfaruqi
Pemikiran kalam Ismail al Faruqi tertuang dalam karyanya yang berjudul Tahwid: Its
Implications for Thought and Life. Dalam karyanya ini beliau ini mengungkapkan bahwa
a. Tauhid sebagai inti pengalaman agama
b. Tauhid sebagai pandangan dunia
c. Tauhid sebagai intisari Islam
d. Tauhid sebagai prinsip sejarah
e. Tauhid sebagai prinsip pengetahuan
f. Tauhid sebagai prinsip metafisika
8. g. Tauhid sebagai prinsip etika
h. Tauhid sebagai prinsip tata sosial
i. Tauhid sebagai prinsip ummah
j. Tauhid sebagai prinsip keluarga
k. Tauhid sebagai tata politik
l. Tauhid sebagai prinsip tata
ekonomi
m. Tauhid sebagai prinsip estetika
9. E. Metodologi Pemikiran Kalam Kontemporer
Jelasnya, jika metodologi pemikiran kalam klasik berdialog dan bergaul
dengan
format pemikiran serta epistemologi Yunani (Hellenisme),
maka metodologi pemikiran kalam kontemporer
harus bersentuhan dengan pemikiran filsafat Barat kontemporer,
yang di bentuk dan diilhami oleh arus perubahan yang diakibatkan oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.