SlideShare a Scribd company logo
Page |

         IDEOLOGI AL YASAR AL ISLAMI (KIRI ISLAM) HASSAN HANAFI

                                          YUANDA KUSUMA

                 I.PENDAHULUAN

         Engels setelah menelusuri sejarah masyarakat mengatakan bahwa agama dalam
         sejarah pernah menjadi kekuatan sosial transformatif. Kontras dengan itu, Marx
         mengatakan bahwa agama adalah candu bagi masyarakat. Agama melahirkan
         kesadaran historis manusia ke kesadaran khayali, mengilusikannya dan akhirnya
         mendomistifikasi kekuatan perubahan yang dimilkinya. Hingga kemudian agama
         melegitimasi proses penghisapan ekonomi dalam sistem kapitalisme. Lenin dengan
         mantap mengatakan adalah salah satu bentuk penindasan spiritual terhadap
         manusia. Agama semacam minuman keras spiritual.

         Mengapa agama menampakkan dispersepsi sedemikian beragam? Bahkan saling
         kontras!. Agamawan boleh berapologi bahwa agama memiliki dimensi empiris dan
         normatif. Apa yang terjadi dalam wilayah empiris dikerangkakan sebagai
         penyelewengan agama dalam praktek. Dan secara normatif, agama selalu dikatakan
         membawa kebenaran absolut. Ketika keabsolutan ini menyejarah, ditangkap dan
         ditafsirkan secara historis maka wajahnya pun sesuai dengan kekuatan sosial dan
         ekonomi atau seting sosial yang melingkupinya. Sehingga dimensi normatif agama
         tidak selalu pararel dengan dimensi historis agama.

         Perspektif gerakan Kiri ternyata dapat menjelaskan fenomena ini secara lebih
         memuaskan. Agama menurut perpektif itu, dalam straktak (strategi dan taktik)
         gerakan, disejajarkan dengan nasionalisme yang gagap dalam proses pencarian
         ideologi. Konstruksi ideologis nasionalisme dideterminasi aktor yang memegangnya.
         Nasionalisme    yang   dimainkan    seorang    Hitler   atau   Mussolini,   misalnya,
         menghasilkan fasisme. Nasionalisme di tangan seorang Soekarno, misalnya,
         menjadi bagian dari kekuatan sosisal yangmelancarkan perlawanan terhadap
         imperialisme dan kolonialisme.

         Demikian    juga   dengan    agama.    Agama     tergantung     pada    siapa   yang
         mengendalikannya. Bila agama dimaknai dan diberi tanda transformatif dan
         progresif maka agama akan menampakkan secara historis sebagai kekuatan sosial
         transformatif dan progresif. Sebaliknya bila ditandai dan dimaknai dengan karakter
reaksioner maka agama akan menjadi sangat reaksioner. Sama-sama berteologi
Ahl




al Sunnah, misalnya, namun karakter sosiologis yang ditampilkan oleh komunitas
NU berbeda dengan yang ditampakkan oleh komunitas FPI. Sama-sama berteologi
Ahl al Sunnah, namun karakter pergerakan yang dimiliki Wahabi berbeda dengan al
Ikhwan al Muslimun.

Persoalan di atas mengingatkan kita pada suatu polemik mengenai kemungkinan
agama sebagai ideologi alternatif. Bagi beberapa kalangan, seperti Gus Dur
mengatakan bahwa Islam belum memiliki rumusan ideologis mengenai tatanan
sosial ekonomi seratikulatif sosialisme atau kapitalisme. Sebagai contoh, teori
kenegaraan Islam yang lengkap, terperinci dan tuntas belum ada. Apa yang segar
dapat dirumuskan adalah bagaimana mengatur negara dalam garis besarnya,
dengan kata lain hanya sebatas wawasan kebangsaaan dan kenegaraannya saja.

Perumusan sistematisasi agama secara ideologis ini merupakan upaya menjadikan
agama sebagai kekuatan transformatif. Konstruksi ideologi tersebut mula-mula
dirumuskan terlebih dahulu dengan melakukan pembacaan terhadap kondisi objektif
perkembangan global dan lokal serta situasi sosial yang melingkupinya. Setelah
memberikan perspektif terhadap cara baca realitas sosial maka pada tahap
selanjutnya agama sebagai hal ideologis selalu mendorong untuk melakukan
perubahan sosial sesuai dengan cita-cita ideologisnya.1

Dalam perspektif seperti itulah, kita harus membaca Hassan Hanafi sang pencipta
manifesto al Yasar al Islami (Kiri Islam). Sebuah konstruksi ideologis yang radikal
dan memiliki kejelasan baik secara konseptual, metode maupun tahapan-tahapan
praksisnya. Tulisan ini akan mengeksplorasi konsep dan struktur Kiri Islam,
metodologi, kekuatan-kekuatan sosial yang melahirkannya.

           II.APA ITU IDEOLOGI ?

Ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, cita-cita, konsep, keyakinan
dan kata logos yang artinya ilmu, pengetahuan dan logika. Jadi secara sederhana
1 Dr. Ibrahim al Dasui Syata, al Thaurah al Iraniyah : al Juzur al Idiyolojiyah. Al Zahra' li al I'lam al 'Araby
Madinat Nashr Kairo, 1988. Hal : 141.
Page |

         IDEOLOGI AL YASAR AL ISLAMI (KIRI ISLAM) HASSAN HANAFI

                                                YUANDA KUSUMA
         ideologi merupakan ilmu atau kajian yang membahas suatu keyakinan atau gagasan




         tertentu. Akan tetapi, ideologi berbeda dengan filsafat. Yang terakhir ini hanya bisa
         membantu manusia memahami secara lebih baik tentang dunia tetapi tidak pernah
         mampu mengubahnya. Oleh karenanya, dalam sejarah, ilmuwan dan filsuf tidak
         pernnah menggerakkan revolusi. Penggerak revolusi dan penggerak sejarah adalah
         selalu seorang ideolog atau ilmuwan ideologis atau filosof ideologis. Dan tentu saja
         di mata agamawan. Para Nabi. Yang dituntut ilmu adalah kemampuan menjaga
         jarak dengan objek kajian untuk mendapatkan objektivitas dan melukiskan sesuatu
         sebagaimana adanya. Sedangkan ideologi menuntut kepatuhan, memihak dan
         dituntut berjuang mewujudkan cita-cita ideologinya. Syari’ati mengatakan bahwa
         ideologi mengacu pada suatu keyakinan yang dipeluk oleh kelmpok atau kelas sosial
         tertentu dengan setting sosial dan kultural tertentu. Syari’ati menyebut bahwa
         ideologi memiliki tiga tahap. Pertama, tahap cara melihat dan menangkap alam
         semesta, eksistensi dan manusia. Kedua, cara khusus kita memahami dan menilai
         semua benda, gagasan-gagasan, ide-ide yang mengkonstruksi setting sosial dan
         klutural kita dan dengan demikian konstruksi kesadaran kita. Ketiga, tahapan
         praksis yang mencakup strategi, taktik, tahapan-tahapan, metode-metode gerakan
         untuk mengubah realita sosial sesuai dengan cita-cita ideologisnya. Pada tahapan
         ketiga ini, ideologi memberikan energi, inspirasi, keyakinan, dorongan para
         penganutnya sebagai dasar perubahan dan kemajuan kondisi sosial yang
         diharapkannya.2

         Untuk memahami Kiri Islam secara holistik diperlukan rekonstruksi terhadap setting
         sosial yang melahirkannya. Setiap ideologi, seperti diujarkan syari’ati selalu lahir dari
         massa kemanusiaan. Dalam analisis sosial dikenal adanya tiga konteks : konteks
         situasi, konteks sosial dan konteks budaya. Konteks situasi adalah kristalisasi
         konstruksi nalar hanafi yang direguk dari khazanah intelektual islam dan ilmu-ilmu
         sosial barat serta respon subjektifnya terhadap kondisi dan realita sosial saat itu.
         Konteks sosialnya, adalah setting sosial politik negaranya, yakni Mesir tahun1946-an
         (masa perang dunia ke II). atau lebih makro Timur Tengah dan dunia Islam secara

         2 Ali Syari'ati, Tugas Cendekiawan Muslim, Mizan Bandung, 1998, hal 79.
uum. Hanafi tidak hanya berbicara Mesir, Saudi dan Yaman. Namun juga berbicara




tentang penyatuan dunia Islam. Pan-Islamisme yang dicitakan al Afghani. Konteks
budayanya adalah peradaban global yang melingkupi kedua konteks pertama.3

          III.SEPINTAS BIOGRAFI HASSAN HANAFI

Hassan Hanafi dilahirkan di kota Kairo, Februari 1935 M.4 Keluarganya berasal dari
Bani Suwayf, sebuah propinsi yang berada di Mesir Dalam dan kemudian berurban
ke Kairo, ibu kota Mesir. Mereka mempunyai darah keturunan Maroko. Kakeknya
berasal dari Maroko, sementara neneknya dari kabilah Bani Mur yang di antaranya,
menurunkan Bani Gamal Abd Al Nasseer. Presiden Mesir ke dua. Kakeknya
memutuskan untuk menetap di Mesir setelah menikahi neneknya. Menjelang umur
lima tahun, Hanafi kecil mulai menghafal al Quran dari Syaikh Sayyid di jalan al
Benhawi, kompleks Bab Al Sya’riyah, sebuah kawasan di Kairo bagian Selatan.
Pendidikan dasarnya di mulai dari Madrasah Sulayman Gaisy, komplek Bab Al
Futuh berdekatan dengan benteng Shalah Al Din Al Ayyubi selama lima tahun.
Setamatnya dari sana, dia masuk sekolah pendidikan guru, Al Mu’allimin. Setelah
empat tahun dia lalui, dan ketika hendak naik ke tingkat lima, tingkat akhir, dia
memutuskan pindah ke Madrasah Al Silahdar, yang berada di kompleks masjid Al
Hakim Ibn Amrillah dan langsung diterima di kelas dua, mengikuti jejak kakaknya
hingga tamat. Di sekolahnya yang baru inilah dia banyak mendapat kesempatan
belajar bahasa asing. Pendidikan menengah atasnya dilalui di Madarasah
Tsanawiyah Khalil Agha di jalan Faruq Al Gaisy, Selama lima tahun. Empat tahun
untuk memperoleh bidang kebudayaan dan setahun untuk bidang pendidikan.5

Pada 1946, Hanafi masih berumur sekitar 11 tahun sudah mulai menampakkan
keberaniannya dengan ikut-ikutan terjun dalam demonstrasi mendukung aksi pelajar
dan buruh di Kairo. Saat itu dia berpikir, revolusi adalah paduan antara jalanan dan
sekolahan, antara tanah air (al Wathan) dan ilmu. Pada 1948, Hanafi mengajukan
permohonan untuk ikut bergabung bersama organisasi pemuda Islam (Jam’iyah Al


3 Dr. 'Ishmat Saif al Daulah, Nazariyat al Thaurah al 'Arabiyah : al Usus, al Muntaliqat, al Ghayat, al Thariq, Dar
al MasirahBeirut. 1979. Hal 82.
4 Majalah al wasath, NO 276, 12-18 Mei 1997 h.15
5 Digest al hilal, edisi april 1997, hal 176-185
Page |

         IDEOLOGI AL YASAR AL ISLAMI (KIRI ISLAM) HASSAN HANAFI

                                               YUANDA KUSUMA
         Syubban Al Muslimin) untuk menjadi prajurit sukarelawan di Palestina. Namun,




         permohonan itu ditolak karena belum cukup umur. Baru pada 1951 M, dia
         mendapatkan kesempatan ikut berjuang dalam perang pembebasan Qanat Suez
         (Terusan Suez). Dia ikut belajar memegang senjata di Fakultas Teknik (Handasah)
         di Abbasiyah, kawasan Kairo Selatan. Ikut mengatar dan mensalatkan para jenazah
         yang syahid di medan laga di masjid al Kukhya di lapangan Opera. Dia melihat dan
         merasakan orang-orang berbaris, hormat penuh hikmad menyambut kedatangan
         para pahlawan yang pulang dari paletsina. Mati syahid adalah kebahagiaan yang
         sudah menyatu dengan jiwa saat itu.6

         Pada januari 1952 M, terjadi kebakaran besar-besaran di Kairo, sebagai rekayasa
         untuk mematikan semangat pejuang kemerdekaan dan menggulingkan pemerintah
         Partai Wafd sekaligus dijalinnya kongkalikong terselubung antara kalangan istana
         dan kolonialis Inggris untuk menghentikan gerakan nasionalisme Mesir. Hassan
         Hanafi sebagai pembela kaum lemah berada di kubu gerakan pembebasan tanah air
         dan nasionalis. Bagi Hassan Hanafi, tahun 1952 M adalah masa transisi bagi
         kehidupan akademisnya. Masa perpindahan dari jenjang menengah atas ke jenjang
         kuliah. Saat inilah dia harus memilih spesialisasinya; antara sains dan sastra; antara
         filsafat dan eksak. Akhirnya dia meilih keduanya.Pada musim panas, juli 1952 M,
         terjadi peristiwa penting dalam sejarah pergerakan Mesir. Peristiwa itu dikenal
         dengan Revolusi Juli. Revolusi yang melahirkan perubahan tatanan sosial, politik
         dan kultural cukup mendasar, di mana agama masuk pula di dalamnya. Yaitu
         perubahan dari sistem monarki ke sistem republik. Dari sinilah Hassan Hanafi
         membongkar pergolakan pemikiran besar di Mesir hingga tahun 1981 yang dia
         rangkum dalam karyanya “Agama Dan Revolusi” (Al Din Wa Al Thaurah) sebanyak
         delapan volume.7

         Gelar kesarjanaan dia peroleh dari Fakultas Adab (Sastra Arab) Universitas Kairo
         jurusan Filsafat. Pada 11 oktober 1956 M, Hassan Hanafi berangkat meninggalkan

         6 M. Aunul Abied Shah dkk, Islam Garda Depan Mosaik Pemikiran islam Timur Tengah, Mizan Bandung. 2001,
         hal 218.
         7 Hassan Hanafi, al Din wa al Thaurah, vol 1 hal 7
Mesir menuju Universitas Sorbonne Perancis. Selama kurang lebih sepuluh tahun
dia hidup di “kandang” barat. Tradisi, pemikiran dan keilmuan barat berhasil dia




kuasai dengan cukup baik. Dalam satu artikelnya dia mengatakan “Itulah barat yang
aku pelajari, aku kritik, aku cintai dan akhirnya aku benci”.8

Pada 1961M. Disertasinya tentang Ushul Al Fiqh dinyatakan sebagai karya ilmiah
terbaik di Mesir. Disertasi setebal 900 halaman itu dia beri judul “Essai Sur La
Methode d’Exegese” (Esai Tentang Metode Penafsiran).9 Sementara karya ilmiah
yang berhasil dia tulis selama jenjang akademisnya sebanyak tiga macam, yaitu:

      1.Essai Sur La Methode d’Exegese (Esai Tentang Metode Penafsiran)

      2.L’Exegese De La Phenomenologie (Tafsir Fenomenologi)

                                                                                   10
      3.La Phenomenologie De l’Exegese (Fenomenologi Tafsir).

Setelah menyandang gelar Doktor pada 1966 M, dia kembali pulang ke Mesir dan
mengajar di fakultas sastra jurusan filsafat Universitas Kairo hingga tahun 1971.
Kemudian berangkat ke Amerika Serikat sebagai dosen tamu di Universitas Temple,
Philadelphia hingga 1975. Dia kembali ke Universitas Kairo pada 1982. Kemudian
dipinjam sebagai dosen kehormatan di Universitas Fes, Maroko selama dua tahun.
Dosen di Universitas Tokyo dan Universitas Los Angeles, Amerika Serikat. Terakhir
di Universitas Cape Town, Afrika Selatan. Pada 1989. Kemudian ditunjuk sebagai
ketua jurusan Filsafat di fakultas sastra universitas Kairo hingga tahun 1995. Hanafi
adalah pelopor pendiri organisasi himpunan Filosof Mesir yang berdiri pada 1986 M,
diketuai oleh Dr. Abu al Wafa’ al Taftazani, yang kemudian digantikan oleh Dr.
Mahmud Hamdi Zaqzuq menteri agama Mesir sebelum Housni Mubarak
dilengserkan. Sementara Hanafi bertindak sebagai sekretaris jendralnya.

         IV.STRUKTUR KIRI ISLAM

Pembacaan terhadap realitas objektif dan pemeriksaan berbagai akar kegagalan
berbagai ideologi merupakan pijakan pertama proyeknya. Proyek inilah yang disebut
8 Al hilal 184
9 Abdurrahman wahid, pengantar Kiri Islam: Hassan Hanafi dan eksperimentasinya, Lkis 1993, hal XI
10 Hassan Hanafi, Muqaddimah fi 'Ilm al Istighrab , al Muassasah al Jami’iyah li al Dirasah wa al Nasyr wa al
Tawzi’, Beirut, 1992. hal 11.
Page |

         IDEOLOGI AL YASAR AL ISLAMI (KIRI ISLAM) HASSAN HANAFI

                                                YUANDA KUSUMA
         sebagai Kiri Islam. Kiri Islam merupakan sintesis dari eksplorasi dan tafsir ulang




         yang cerdas terhadap khasanah keilmuan Islam, analisis marxian atas kondisi
         objektif serta tradisi yang mengakar di masyarakat.11

         Kiri Islam bertumpu pada tiga dataran metodologis. Pertama, tradisi atau Turath.
         Kedua, fenomenologi. Ketiga, analisis sosial Marxian. Hanafi optimis, Kiri Islam
         dapat berhasil setelah realitas masyarakat, politik, ekonomi, khasanah Islam dan
         tantangan Barat dianalisis. Untuk menganalisis hal tersebut Hanafi menggunakan
         metode fenomenologi. Analisnya mengungkapkan dua fakta pokok: Islam telah
         dimanfaatkan kepentingan politik dan Islam telah menghujam dalam kehidupan
         bangsa Arab. Analisis sosial perspektif Marxiannya menampilkan kontras dua
         realitas secara diametral: kaya-miskin, penindas-tertindas, penguasa-dikuasai, tuan
         tanah-buruh, majikan-karyawan.12

                   V.REVITALISASI TURATH

         Hassan Hanafi meletakkan landasan teoritis revitalisasi Turath pada kerangka
         segitiga piramida peradaban; bahwa manusia tidak bisa dipisahkan dari tiga akar
         pijakan berpikir:       Yang telah Lalu (al Madli) personifikasi dari Turath Qadim
         (Khazanah Klasik). Esok ( al Mustaqbal) personifikasi dari Turath Gharbi (Khazanah
         Barat). Sekarang (al Hali) personifikasi dari al Waqi’ (Realitas Kekinian).13

         Tiga akar pijakan pemikiran ini oleh Hassan Hanafi disebut sebagai Trifrontasi (al
         Jabhah al Thalathah). Bagi Hanafi, umat Islam kita berada dalam segitiga piramida
         pemikiran itu. Dalam Turath Qadim kita meletakkan khazanah klasik sebagai acuan
         berpikir yang mempunyai bentangan sejarah perdaban sangat luas dan dalam serta
         memiliki akar yang kokoh. Dalam Turath Gharbi kita meletakkan khazanah barat
         sebagai tamu peradaban yang mempunyai bentangan sejarah selama sekitar dua
         abad (masa saat umat Islam mulai mengakui adanya signifikansi budaya barat
         sehingga dia harus datang dengan posisi sebagai murid). Sedangkan dalam al
         11 Mahmoud Amin al 'Alim, Mawaqif Naqdiyah min al Turaht, Dar Qadaya Fikriyah al Qahirah.2000. hal 49
         12 Muhidin M Dahlan, Sosialisme Religius Suatu Jalan Keempat?, Kreasi Wacana Yogyakarta,2001. Hal 175.
         13 Dr. Hassan Hanafi, Islam In The Modern World : Religion, Ideology and Development. Vol 1. Dar Kebaa
         Bookshop, Heliopolis Kairo. 2000, hal : 58.
Waqi’ kita meletakkan realitas kontemporer sebagai ladang untuk bertanam,
bercangkok dan berinteraksi antar khazanah klasik dan khazanah barat. Korelasi di
antara ketiganya (khazanah klasik, khazanah barat dan realitas kekinian) sangat
kuat sehingga antara satu sama lainnya tidak mungkin dipisahkan. Di sinilah proses
terjadinya akulturasi (Al Tathaqquf/Al Tahaddlur) tidak mungkin terelakkan. Secara
skematis bisa dilihat format proyek Al Turath Wa Al Tajdid Hassan Hanafi sebagai
berikut :




Sementara Turath menurut Hassan Hanafi bukanlah sekedar barang mati yang telah
ditinggalkan oleh orang-orang terdahulu di perpustakaan atau museum baik dalam
bidang agama, sastra, seni, ataupun ilmu pengetahuan. Tetapi, lebih dari itu, Turath
adalah elemen-elemen budaya, kesadaran berpikir serta potensi yang hidup dan
masih terpendam dalam tanggungjawab generasi berikutnya. Dia adalah sebagai
dasar argumentatif dan sebagai pembentuk “Pandangan Dunia” (World View) serta
pembimbing perilaku bagi setiap generasi mendatang. Karena itu, setiap masa
mempunyai Turath dan Turath harus diinterpretasikan seperti itu.14

Akan tetapi, kenyataan membuktikan bahwa Turath kita telah banyak dicemari oleh
hegemoni feodalisme akibat ulah tangan-tangan penguasa = kanan yang menindas.
Sementara umat yang tertindas = kiri yang ditindas selalu menjadi kaum lemah dan
terjajah. Hanafi menggambarkan adanya kecenderungan kooptasi agama oleh
kelompok elit penguasa dan praktek keagamaan semata diubah menjadi ritus dan




14 Lukman Hakim, Revolusi Sistemik : Solusi Stagnasi REformasi Dalam Bingkai Sosialisme Religius. Kreasi
Wacana Yogyakarta, 2003. 21.
Page |

         IDEOLOGI AL YASAR AL ISLAMI (KIRI ISLAM) HASSAN HANAFI

                                                   YUANDA KUSUMA


         rutinitas. kecenderungan seperti itu hanya “kedok” yang menyembunyikan sikap
         feodalisme dan kapitalisme rakus kelompok elite penguasa. Berangkat dari realitas
         di atas, Hassan Hanafi memandang perlunya langkah-langkah eksploratif terhadap
         Turath yang berorientasi pada kepentingan umat Islam yang tertindas. Turath harus
         di revitalisasi dan bukan hanya sekedar di pajang, dikutip dan disyarah. Turath
         hendaknya mampu menjadi basis dan titik tolak bagi kekuatan revolusioner umat
         Islam.15

                   VI.KONSEPTUALISASI KIRI ISLAM

         Kiri Islam lahir dari respon subjektif Hassan Hanafi terhadap kondisi bangsa Arab
         yang merupakan formulasi ideologisasi Islam. Pemahaman Islam yang hanya berarti
         tunduk, penyerahan diri, pengabdian atau bahkan penghambaan, menurutnya,
         merupakan distorsi besar-besaran terhadap Islam. Islam memang bermakna
         penyerahan diri. Namun penyerahan diri ini merupakan penyerahan diri terhadap
         Allah. Bukan kepada siapapun atau apapun selain-Nya. Ini berarti Islam bermakna
         ganda. Yaitu, penolakan terhadap segala kekuasaan yang tidak transendental dan
         penerimaan terhadap kekuasaan yang transendental. Dalam kerangka ini, tunduk
         kepada penguasa ditransformasikan menjadi tunduk kepada Allah. Makna ganda
         (mafhum mukhalafah)                 inilah yang secara sadar telah diselewengkan untuk
         kepentingan kekuasaan. Islam semata-mata ditafsirkan sebagai tunduk. Hanafi
         menegaskan bahwa makna Islam adalah juga protes, penolakan, oposisi bahkan
         “teriakan orang tertindas”. Selama ini pemaknaan revolusioner progresif itu selalu
         disembunyikan. Penggalian unsur-unsur revolusioner inilah yang merupakan tugas
         pokok dari kiri Islam.16




         15Dr. Hamdi Zaqzuq, Humum al Ummah al Islamiyah. Al Hai'ah al 'Ammah al Mashriyah li al Kitab Kairo, 2011.
         Hal : 33.
         16 Dr. Hassan Hanafi, al Din wa al Thaurah fi Mashr (1956 – 1981) : al Yamin wa al Yasar fi al Fikr al Diny. Vol :
         7. Maktabah al Madbuli Kairo. 1979. Hal : 179.
VII.CONTOH CONTOH PEMAKNAAN ISLAM ALA KIRI ISLAM

Tuhan menurut Hassan Hanafi, bukanlah objek untuk dibuktikan secara teoritis,
melainkan suatu tujuan untuk diwujudkan secara praksis. Tujuan rekonstruksi sistem
kepercayaan tradisional ini bukan untuk menghasilkan kehidupan abadi dengan
mengetahui kebenaran. Namun untuk mendaatkan keberhasilan di dunia dengan
memenuhi harapan dunia muslim terhadap kemerdekaan, kebebasan, kesamaan
sosial, kemajuan dan seterusnya. Karana itu ia menolak pengertian teologi sebagai
“ilmu tentang Tuhan”. Ia mendefinisikannya sebagai ilmu tentang perkataan (ilmu
kalam). Hal itu karena menurutnya, Tuhan tidak tunduk pada ilmu. Manusia hanya
dapat berbicara tentang Tuhan melalui analogi dan secara metaforis (Qiyas al Ghaib
ala Syahid). Teologi karenanya adalah antropologi. Teologi merupakan ilmu
kemanusiaan bukan ilmu ketuhanan.17

Tauhid, misalnya, yang semula diartikan sebagai pengesaan Tuhan dalam tataran
metafisik diseret dalam wilayah kemanusiaan. Dalam wilayah ini tauhid berarti
kesatuan pribadi manusia yang jauh dari perilaku dualistik seperti hipokrisi dan
perilaku oportunistik. Pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan identik dengan
perbuatan. Tauhid berarti pula kesatuan sosial : masyarakat tanpa kelas dan
masyarakat tanpa diskriminasi rasial.18

Hal yang sama juga dilakukan pada doktrin-doktrin Tasawuf. Ibu kandung yang
melahirkan Tasawuf – menurut Hanafi – adalah kekalahan kesalehan sosial. Yang
dimulai pada krisis politik pada era Ali yang dikalahkan kelompok Mu’awiyah.
Kekalahan Ali dan kemenangan Mu’awiyah ini menjadikan kesalehan kembali ke
asalnya semula, ke dalam ruh manusia. Kondisi ini terus berlanjut pada abad ke 5
Hijriah saat al Ghazali meluncurkan magnum opusnya “ihya’ Ulum al Din”. Setting
kesejarahan ini membawa hanafi pada tesis bahwa alasan-alasan historis
kemunculan tasawuf adalah tidak adanya kebenaran dalam gerakan-gerakan sejrah,
sosial dan politik serta ekonomi. Menyelamatkan diri sendiri tanpa menyelamatkan




17 Dr. Hassan Hanafi, al Din wa al Thaurah fi Mashr (1956 – 1981) : al Yasar al Islamy wa al Wihdah al
Wathaniyah. Vol :8. Maktabah al Madbuli Kairo. 1979. Hal : 179.
18 Ibid.
Page |

         IDEOLOGI AL YASAR AL ISLAMI (KIRI ISLAM) HASSAN HANAFI

                                                    YUANDA KUSUMA
         orang lain adalah egoisme. Kesucian jiwa tanpa kesucian dunia adalah naif dan
         destruktif serta menggerus dimensi sosial dari spiritualitas.19

         Atas dasar itu, Hanafi melakukan rekonstruksi pada Tasawuf di tiga tataran
         sekaligus. Pertama, tataran moral ditransformasikan orientasi jiwa ke tubuh, ruhani
         ke jasmani etika individual ke politik-sosial. Kedua, tataran etikopsikologi
         ditransformasikan nilai pasif ke nilai aktif, kondisi-kondisi psikologi ke kondisi sosial.
         Ketiga, tataran metafisik ditransformasikan orientasi vertikal ke horisontal, dari dunia
         lain ke dunia ini dan dari dunia khayal ke penyatuan nyata.20

                 VIII.PENUTUP

         Itulah Kiri Islam. Tugas utamanya adalah menguak unsur-unsur revolusioner dalam
         agama dan menjelaskan pokok-pokok pertautan antara agama dan revolusi. Agama
         adalah revolusi itu sendiri dan para Nabi merupakan revolusioner dan pembaharu
         sejati. Ibarahim adalah cermin revolusi akal menundukkan tradisi-tradisi buta. Musa
         merefleksikan revolusi pembebasan melawan otoritarianisme dan diktatorisme. Isa
         adalah contoh revolusi ruh atas dominasi materialisme. Dan Muhammad merupakan
         cerminan dari revolusi kelas antara kaum papa, hamba sahaya dan komunitas
         tertindas berdapan dengan para konglomerat, elit Quraisy dalam perjuangan
         menegakkan masyarakat yang bebas, penuh kasih sayang, persaudaraan dan
         egaliter.




         19 Ibid.
         20 Shadiq Jalal Azim, Naqd al Fikr al Diny. Dar al Thali'ah li al Thiba'ah wa al Nasyr, Beirut. 2000. Hal : 59.
IX.PROYEK REVITALISASI TURATH HASSAN HANAFI




               ‫من العقيدة الى الثورة : محاولة لعادة بناء علم أصول الدين‬
       Dari Teologi ke Revolusi : upaya rekonstruksi ilmu-ilmu ushuluddin



                  ‫من النقل الى البداع : محاولة لعادة بناء علوم الحكمة‬
     Dari transferensi ke inovasi: Upaya rekonstruksi ilmu-ilmu Hikmah



                 ‫من الفناء الى البقاء : محاولة لعادة بناء علوم التصوف‬
Dari kesementaraan menuju keabadian: Upaya rekonstruksi ilmu-ilmu Tasawuf



               ‫من النص الى الواقع : محاولة لعادة بناء علوم أصول الفقه‬
       Dari teks ke realita; Upaya rekonstruksi ilmu-ilmu Ushul al Fiqh



                    ‫من النقل الى العقل : محاولة لعادة بناء علوم نقلية‬
         Dari teks ke rasio; Upaya rekonstruksi ilmu-ilmu Tekstual

                (Tafsir, Ulum al Hadith, Sejarah, Fiqh, Kalam).



                    ‫العقل و الطبيعة : محاولة لعادة بناء علوم عقلية‬
            Akal dan alam; Upaya rekonstruksi ilmu-ilmu Logika

                           (Matematika, Fisika, Kimia)



                   ‫النسان و التاريخ : محاولة لعادة بناء علوم انسانية‬
Page |

         IDEOLOGI AL YASAR AL ISLAMI (KIRI ISLAM) HASSAN HANAFI

                                     YUANDA KUSUMA
           Manusia dan sejarah; upaya rekonstruksi ilmu-ilmu Humaniora (Bahasa,
                                 Sastra, Geografi, Sejarah)



              X.DAFTAR PUSTAKA

                             1.Dr. Ibrahim al Dasui Syata, al Thaurah al Iraniyah : al
                               Juzur al Idiyolojiyah. Al Zahra' li al I'lam al 'Araby Madinat
                               Nashr Kairo, 1988.
                             2.Ali   Syari'ati,   Tugas   Cendekiawan      Muslim,     Mizan
                               Bandung, 1998.
                             3.Dr. 'Ishmat Saif al Daulah, Nazariyat al Thaurah al
                               'Arabiyah : al Usus, al Muntaliqat, al Ghayat, al Thariq,
                               Dar al MasirahBeirut. 1979.
                             4.Majalah al wasath, NO 276, 12-18 Mei 1997.
                             5.Digest al hilal, edisi april 1997, hal 176-185.
                             6.M. Aunul Abied Shah dkk, Islam Garda Depan Mosaik
                               Pemikiran islam Timur Tengah, Mizan Bandung. 2001.
                             7.Hassan Hanafi, al Din wa al Thaurah, vol 1. Maktabah al
                               Madbuli Kairo. 1979.
                             8.Abdurrahman Wahid, pengantar Kiri Islam: Hassan
                               Hanafi dan eksperimentasinya, Lkis 1993.
                             9.Hassan Hanafi, Muqaddimah fi 'Ilm al Istighrab , al
                               Muassasah al Jami’iyah li al Dirasah wa al Nasyr wa al
                               Tawzi’, Beirut, 1992.
                            10.Mahmoud Amin al 'Alim, Mawaqif Naqdiyah min al
                               Turaht, Dar Qadaya Fikriyah al Qahirah.2000.
                            11.Muhidin M Dahlan, Sosialisme Religius Suatu Jalan
                               Keempat?, Kreasi Wacana Yogyakarta,2001.
                            12.Dr. Hassan Hanafi, al Din wa al Thaurah fi Mashr (1956 –
                               1981) : al Yamin wa al Yasar fi al Fikr al Diny. Vol : 7.
                               Maktabah al Madbuli Kairo. 1979.
                            13.Dr. Hassan Hanafi, al Din wa al Thaurah fi Mashr (1956 –
                               1981) : al Yasar al Islamy wa al Wihdah al Wathaniyah.
Vol :8. Maktabah al Madbuli Kairo. 1979.
14.Shadiq Jalal Azim, Naqd al Fikr al Diny. Dar al Thali'ah li
   al Thiba'ah wa al Nasyr, Beirut. 2000. Hal.
15.Dr. Hassan Hanafi, Islam In The Modern World : Religion,
   Ideology and Development. Vol 1. Dar Kebaa Bookshop,
   Heliopolis Kairo. 2000,
16.Lukman Hakim, Revolusi Sistemik : Solusi Stagnasi
   REformasi Dalam Bingkai Sosialisme Religius. Kreasi
   Wacana Yogyakarta, 2003.
17.Dr. Hamdi Zaqzuq, Humum al Ummah al Islamiyah. Al
   Hai'ah al 'Ammah al Mashriyah li al Kitab Kairo, 2011.

More Related Content

What's hot

Impelementasi pendidikan sufisme
Impelementasi pendidikan sufismeImpelementasi pendidikan sufisme
Impelementasi pendidikan sufisme
FAI Unmuh Ponorogo
 
Maraimbang Daulay - etika alquran menurut fazlur rahman
Maraimbang Daulay - etika alquran menurut fazlur rahmanMaraimbang Daulay - etika alquran menurut fazlur rahman
Maraimbang Daulay - etika alquran menurut fazlur rahman
universitas islam negeri sumatera utara medan
 
Sekularisme, pluralisme, liberalisme & ajaran2 sesat
Sekularisme, pluralisme, liberalisme & ajaran2 sesatSekularisme, pluralisme, liberalisme & ajaran2 sesat
Sekularisme, pluralisme, liberalisme & ajaran2 sesat
Hidayat Shafie
 
Filsafat dalam islam
Filsafat dalam islamFilsafat dalam islam
Filsafat dalam islam
noussevarenna
 
ISLAM LIBERAL
ISLAM LIBERALISLAM LIBERAL
ISLAM LIBERAL
vacena vacena corleone
 
Sekularisme aliran pemikiran barat
Sekularisme aliran pemikiran baratSekularisme aliran pemikiran barat
Sekularisme aliran pemikiran baratKesuma Wahida
 
Msi kelompok 5 ppt
Msi kelompok 5 pptMsi kelompok 5 ppt
Msi kelompok 5 ppt
AlfinfatihaRahmah
 
Islam dalam pandangan epistimologi
Islam dalam pandangan epistimologiIslam dalam pandangan epistimologi
Islam dalam pandangan epistimologiM fazrul
 
Modenisme
ModenismeModenisme
Modenisme
wanhishamudin
 
islamic worldview 15 feb upload slideshare
islamic worldview 15 feb upload slideshareislamic worldview 15 feb upload slideshare
islamic worldview 15 feb upload slideshare
Sri Suwanti
 
Konsep ilmu
Konsep ilmuKonsep ilmu
Konsep ilmu
Suardi Al-Bukhari
 
Pendekatan sosiologis-studi-islam
Pendekatan sosiologis-studi-islamPendekatan sosiologis-studi-islam
Pendekatan sosiologis-studi-islam
semangatbaru85
 
pemikiran asing, islam liberal dan sekularisme
pemikiran asing, islam liberal dan sekularismepemikiran asing, islam liberal dan sekularisme
pemikiran asing, islam liberal dan sekularisme
Salam Salleh
 
DINAMIKA ISLAM KONTEMPORER
DINAMIKA ISLAM KONTEMPORERDINAMIKA ISLAM KONTEMPORER
DINAMIKA ISLAM KONTEMPORER
AlfinfatihaRahmah
 
Filsafat islam
Filsafat islamFilsafat islam
Filsafat islam
devisiana larasati
 
Makalah Presentasi "Filsafat Islam" Media Culture & Studies
Makalah Presentasi "Filsafat Islam" Media Culture & StudiesMakalah Presentasi "Filsafat Islam" Media Culture & Studies
Makalah Presentasi "Filsafat Islam" Media Culture & Studies
Agus Murdadi
 
metodologi study islam
metodologi study islammetodologi study islam
metodologi study islamFitri Lely
 

What's hot (20)

Impelementasi pendidikan sufisme
Impelementasi pendidikan sufismeImpelementasi pendidikan sufisme
Impelementasi pendidikan sufisme
 
Maraimbang Daulay - etika alquran menurut fazlur rahman
Maraimbang Daulay - etika alquran menurut fazlur rahmanMaraimbang Daulay - etika alquran menurut fazlur rahman
Maraimbang Daulay - etika alquran menurut fazlur rahman
 
Sekularisme, pluralisme, liberalisme & ajaran2 sesat
Sekularisme, pluralisme, liberalisme & ajaran2 sesatSekularisme, pluralisme, liberalisme & ajaran2 sesat
Sekularisme, pluralisme, liberalisme & ajaran2 sesat
 
Filsafat dalam islam
Filsafat dalam islamFilsafat dalam islam
Filsafat dalam islam
 
ISLAM LIBERAL
ISLAM LIBERALISLAM LIBERAL
ISLAM LIBERAL
 
Memahami islam sbg worldview
Memahami islam sbg worldviewMemahami islam sbg worldview
Memahami islam sbg worldview
 
Sekularisme aliran pemikiran barat
Sekularisme aliran pemikiran baratSekularisme aliran pemikiran barat
Sekularisme aliran pemikiran barat
 
Msi kelompok 5 ppt
Msi kelompok 5 pptMsi kelompok 5 ppt
Msi kelompok 5 ppt
 
Islam dalam pandangan epistimologi
Islam dalam pandangan epistimologiIslam dalam pandangan epistimologi
Islam dalam pandangan epistimologi
 
Modenisme
ModenismeModenisme
Modenisme
 
islamic worldview 15 feb upload slideshare
islamic worldview 15 feb upload slideshareislamic worldview 15 feb upload slideshare
islamic worldview 15 feb upload slideshare
 
Kwn bab2 kel9_akt2
Kwn bab2 kel9_akt2Kwn bab2 kel9_akt2
Kwn bab2 kel9_akt2
 
Konsep ilmu
Konsep ilmuKonsep ilmu
Konsep ilmu
 
Pendekatan sosiologis-studi-islam
Pendekatan sosiologis-studi-islamPendekatan sosiologis-studi-islam
Pendekatan sosiologis-studi-islam
 
pemikiran asing, islam liberal dan sekularisme
pemikiran asing, islam liberal dan sekularismepemikiran asing, islam liberal dan sekularisme
pemikiran asing, islam liberal dan sekularisme
 
DINAMIKA ISLAM KONTEMPORER
DINAMIKA ISLAM KONTEMPORERDINAMIKA ISLAM KONTEMPORER
DINAMIKA ISLAM KONTEMPORER
 
Filsafat islam
Filsafat islamFilsafat islam
Filsafat islam
 
Harun nasution eka
Harun nasution ekaHarun nasution eka
Harun nasution eka
 
Makalah Presentasi "Filsafat Islam" Media Culture & Studies
Makalah Presentasi "Filsafat Islam" Media Culture & StudiesMakalah Presentasi "Filsafat Islam" Media Culture & Studies
Makalah Presentasi "Filsafat Islam" Media Culture & Studies
 
metodologi study islam
metodologi study islammetodologi study islam
metodologi study islam
 

Viewers also liked

Mega proyek hassan hanafi
Mega proyek hassan hanafiMega proyek hassan hanafi
Mega proyek hassan hanafiyuandakusuma
 
Nu vs im & hti
Nu vs im & htiNu vs im & hti
Nu vs im & hti
yuandakusuma
 
Nu dan gerakan transnasional
Nu dan gerakan transnasionalNu dan gerakan transnasional
Nu dan gerakan transnasionalyuandakusuma
 
Pendidikan islam dan tuntutan zaman
Pendidikan islam dan tuntutan zamanPendidikan islam dan tuntutan zaman
Pendidikan islam dan tuntutan zamanyuandakusuma
 
Hukum kepemilikan tanah dari nabi hingga sby
Hukum kepemilikan tanah dari nabi hingga sbyHukum kepemilikan tanah dari nabi hingga sby
Hukum kepemilikan tanah dari nabi hingga sbyyuandakusuma
 
Fungsi & peran masjid
Fungsi & peran masjidFungsi & peran masjid
Fungsi & peran masjidyuandakusuma
 

Viewers also liked (10)

Mega proyek hassan hanafi
Mega proyek hassan hanafiMega proyek hassan hanafi
Mega proyek hassan hanafi
 
Ekonomi islam
Ekonomi islamEkonomi islam
Ekonomi islam
 
Doa
DoaDoa
Doa
 
Nu vs im & hti
Nu vs im & htiNu vs im & hti
Nu vs im & hti
 
Nu dan gerakan transnasional
Nu dan gerakan transnasionalNu dan gerakan transnasional
Nu dan gerakan transnasional
 
Ekonomi islam
Ekonomi islamEkonomi islam
Ekonomi islam
 
Pendidikan islam dan tuntutan zaman
Pendidikan islam dan tuntutan zamanPendidikan islam dan tuntutan zaman
Pendidikan islam dan tuntutan zaman
 
Nu vs hti
Nu vs htiNu vs hti
Nu vs hti
 
Hukum kepemilikan tanah dari nabi hingga sby
Hukum kepemilikan tanah dari nabi hingga sbyHukum kepemilikan tanah dari nabi hingga sby
Hukum kepemilikan tanah dari nabi hingga sby
 
Fungsi & peran masjid
Fungsi & peran masjidFungsi & peran masjid
Fungsi & peran masjid
 

Similar to Ideologi al yasar al islami

06 PEMIKIRAN HASSAN HANAFI DALAM ASWAJA.pptx
06 PEMIKIRAN HASSAN HANAFI DALAM ASWAJA.pptx06 PEMIKIRAN HASSAN HANAFI DALAM ASWAJA.pptx
06 PEMIKIRAN HASSAN HANAFI DALAM ASWAJA.pptx
AnasRomzy
 
kiri islam hasan hanafi.docx
kiri islam hasan hanafi.docxkiri islam hasan hanafi.docx
kiri islam hasan hanafi.docx
LamyaHayatina
 
Metodologi studiislam2010
Metodologi studiislam2010Metodologi studiislam2010
Metodologi studiislam2010
Universitas Islam Virtual
 
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdfMAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
DMI
 
Kerangka berfikir kalam kontemporer
Kerangka berfikir kalam kontemporerKerangka berfikir kalam kontemporer
Kerangka berfikir kalam kontemporer
Rifan Abidin
 
Corak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qurCorak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qur
Ana Laku
 
Kel 6
Kel 6Kel 6
Kel 6
Bung Ri
 
masyarakat berkarakter.pdf
masyarakat berkarakter.pdfmasyarakat berkarakter.pdf
masyarakat berkarakter.pdf
Rasya Rianto
 
Hamid Worldview Sebagai Asas Islamisasi
Hamid  Worldview Sebagai  Asas IslamisasiHamid  Worldview Sebagai  Asas Islamisasi
Hamid Worldview Sebagai Asas IslamisasiSuardi Al-Bukhari
 
22B_121_INDAH QORY P..pptx
22B_121_INDAH QORY P..pptx22B_121_INDAH QORY P..pptx
22B_121_INDAH QORY P..pptx
22B121IndahQoryPerma
 
Komparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdf
Komparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdfKomparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdf
Komparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdf
Irfan Pathurahman
 
Sejarah dan perkembangan filsafat islam
Sejarah dan perkembangan filsafat islamSejarah dan perkembangan filsafat islam
Sejarah dan perkembangan filsafat islam
moh najmi albegama
 
Teori-Teori Sosiohistoris
Teori-Teori SosiohistorisTeori-Teori Sosiohistoris
Teori-Teori SosiohistorisGideon Repi
 
Isu isu seputar radikalisme (makalah)
Isu isu seputar radikalisme (makalah)Isu isu seputar radikalisme (makalah)
Isu isu seputar radikalisme (makalah)
Erta Erta
 
4. aliran dan dilog peradaban
4. aliran dan dilog peradaban4. aliran dan dilog peradaban
4. aliran dan dilog peradaban
Abdul Aziz
 
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara FilsafatPengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
norma 28
 
Isu isu islam kontemporer
Isu   isu islam kontemporerIsu   isu islam kontemporer
Isu isu islam kontemporer
ilmalaja
 
Fiqh kel 6
Fiqh kel 6Fiqh kel 6
Fiqh kel 6
Ltfltf
 
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docxFKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
EkoSulastri
 

Similar to Ideologi al yasar al islami (20)

06 PEMIKIRAN HASSAN HANAFI DALAM ASWAJA.pptx
06 PEMIKIRAN HASSAN HANAFI DALAM ASWAJA.pptx06 PEMIKIRAN HASSAN HANAFI DALAM ASWAJA.pptx
06 PEMIKIRAN HASSAN HANAFI DALAM ASWAJA.pptx
 
kiri islam hasan hanafi.docx
kiri islam hasan hanafi.docxkiri islam hasan hanafi.docx
kiri islam hasan hanafi.docx
 
Metodologi studiislam2010
Metodologi studiislam2010Metodologi studiislam2010
Metodologi studiislam2010
 
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdfMAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
 
Kerangka berfikir kalam kontemporer
Kerangka berfikir kalam kontemporerKerangka berfikir kalam kontemporer
Kerangka berfikir kalam kontemporer
 
Corak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qurCorak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qur
 
Kel 6
Kel 6Kel 6
Kel 6
 
masyarakat berkarakter.pdf
masyarakat berkarakter.pdfmasyarakat berkarakter.pdf
masyarakat berkarakter.pdf
 
Hamid Worldview Sebagai Asas Islamisasi
Hamid  Worldview Sebagai  Asas IslamisasiHamid  Worldview Sebagai  Asas Islamisasi
Hamid Worldview Sebagai Asas Islamisasi
 
22B_121_INDAH QORY P..pptx
22B_121_INDAH QORY P..pptx22B_121_INDAH QORY P..pptx
22B_121_INDAH QORY P..pptx
 
Komparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdf
Komparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdfKomparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdf
Komparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdf
 
Sejarah dan perkembangan filsafat islam
Sejarah dan perkembangan filsafat islamSejarah dan perkembangan filsafat islam
Sejarah dan perkembangan filsafat islam
 
Teori-Teori Sosiohistoris
Teori-Teori SosiohistorisTeori-Teori Sosiohistoris
Teori-Teori Sosiohistoris
 
Isu isu seputar radikalisme (makalah)
Isu isu seputar radikalisme (makalah)Isu isu seputar radikalisme (makalah)
Isu isu seputar radikalisme (makalah)
 
Pss tutor (2)
Pss tutor (2)Pss tutor (2)
Pss tutor (2)
 
4. aliran dan dilog peradaban
4. aliran dan dilog peradaban4. aliran dan dilog peradaban
4. aliran dan dilog peradaban
 
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara FilsafatPengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
 
Isu isu islam kontemporer
Isu   isu islam kontemporerIsu   isu islam kontemporer
Isu isu islam kontemporer
 
Fiqh kel 6
Fiqh kel 6Fiqh kel 6
Fiqh kel 6
 
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docxFKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
 

More from yuandakusuma

Filsafat pendidikan islam
Filsafat pendidikan islamFilsafat pendidikan islam
Filsafat pendidikan islamyuandakusuma
 
Pemberdayaan metode cepat baca al quran di TAMAN PENDIDIKAN AL QURAN malang r...
Pemberdayaan metode cepat baca al quran di TAMAN PENDIDIKAN AL QURAN malang r...Pemberdayaan metode cepat baca al quran di TAMAN PENDIDIKAN AL QURAN malang r...
Pemberdayaan metode cepat baca al quran di TAMAN PENDIDIKAN AL QURAN malang r...
yuandakusuma
 
Akar ideologi ekonomi islam
Akar ideologi ekonomi islamAkar ideologi ekonomi islam
Akar ideologi ekonomi islamyuandakusuma
 
Pendidikan mu'tazilah
Pendidikan mu'tazilahPendidikan mu'tazilah
Pendidikan mu'tazilah
yuandakusuma
 
Analisis sosial malang raya
Analisis sosial malang rayaAnalisis sosial malang raya
Analisis sosial malang raya
yuandakusuma
 
Potensi ekonomi tartiila
Potensi ekonomi tartiilaPotensi ekonomi tartiila
Potensi ekonomi tartiila
yuandakusuma
 

More from yuandakusuma (7)

Islam di perancis
Islam di perancisIslam di perancis
Islam di perancis
 
Filsafat pendidikan islam
Filsafat pendidikan islamFilsafat pendidikan islam
Filsafat pendidikan islam
 
Pemberdayaan metode cepat baca al quran di TAMAN PENDIDIKAN AL QURAN malang r...
Pemberdayaan metode cepat baca al quran di TAMAN PENDIDIKAN AL QURAN malang r...Pemberdayaan metode cepat baca al quran di TAMAN PENDIDIKAN AL QURAN malang r...
Pemberdayaan metode cepat baca al quran di TAMAN PENDIDIKAN AL QURAN malang r...
 
Akar ideologi ekonomi islam
Akar ideologi ekonomi islamAkar ideologi ekonomi islam
Akar ideologi ekonomi islam
 
Pendidikan mu'tazilah
Pendidikan mu'tazilahPendidikan mu'tazilah
Pendidikan mu'tazilah
 
Analisis sosial malang raya
Analisis sosial malang rayaAnalisis sosial malang raya
Analisis sosial malang raya
 
Potensi ekonomi tartiila
Potensi ekonomi tartiilaPotensi ekonomi tartiila
Potensi ekonomi tartiila
 

Ideologi al yasar al islami

  • 1. Page | IDEOLOGI AL YASAR AL ISLAMI (KIRI ISLAM) HASSAN HANAFI YUANDA KUSUMA I.PENDAHULUAN Engels setelah menelusuri sejarah masyarakat mengatakan bahwa agama dalam sejarah pernah menjadi kekuatan sosial transformatif. Kontras dengan itu, Marx mengatakan bahwa agama adalah candu bagi masyarakat. Agama melahirkan kesadaran historis manusia ke kesadaran khayali, mengilusikannya dan akhirnya mendomistifikasi kekuatan perubahan yang dimilkinya. Hingga kemudian agama melegitimasi proses penghisapan ekonomi dalam sistem kapitalisme. Lenin dengan mantap mengatakan adalah salah satu bentuk penindasan spiritual terhadap manusia. Agama semacam minuman keras spiritual. Mengapa agama menampakkan dispersepsi sedemikian beragam? Bahkan saling kontras!. Agamawan boleh berapologi bahwa agama memiliki dimensi empiris dan normatif. Apa yang terjadi dalam wilayah empiris dikerangkakan sebagai penyelewengan agama dalam praktek. Dan secara normatif, agama selalu dikatakan membawa kebenaran absolut. Ketika keabsolutan ini menyejarah, ditangkap dan ditafsirkan secara historis maka wajahnya pun sesuai dengan kekuatan sosial dan ekonomi atau seting sosial yang melingkupinya. Sehingga dimensi normatif agama tidak selalu pararel dengan dimensi historis agama. Perspektif gerakan Kiri ternyata dapat menjelaskan fenomena ini secara lebih memuaskan. Agama menurut perpektif itu, dalam straktak (strategi dan taktik) gerakan, disejajarkan dengan nasionalisme yang gagap dalam proses pencarian ideologi. Konstruksi ideologis nasionalisme dideterminasi aktor yang memegangnya. Nasionalisme yang dimainkan seorang Hitler atau Mussolini, misalnya, menghasilkan fasisme. Nasionalisme di tangan seorang Soekarno, misalnya, menjadi bagian dari kekuatan sosisal yangmelancarkan perlawanan terhadap imperialisme dan kolonialisme. Demikian juga dengan agama. Agama tergantung pada siapa yang mengendalikannya. Bila agama dimaknai dan diberi tanda transformatif dan progresif maka agama akan menampakkan secara historis sebagai kekuatan sosial transformatif dan progresif. Sebaliknya bila ditandai dan dimaknai dengan karakter
  • 2. reaksioner maka agama akan menjadi sangat reaksioner. Sama-sama berteologi Ahl al Sunnah, misalnya, namun karakter sosiologis yang ditampilkan oleh komunitas NU berbeda dengan yang ditampakkan oleh komunitas FPI. Sama-sama berteologi Ahl al Sunnah, namun karakter pergerakan yang dimiliki Wahabi berbeda dengan al Ikhwan al Muslimun. Persoalan di atas mengingatkan kita pada suatu polemik mengenai kemungkinan agama sebagai ideologi alternatif. Bagi beberapa kalangan, seperti Gus Dur mengatakan bahwa Islam belum memiliki rumusan ideologis mengenai tatanan sosial ekonomi seratikulatif sosialisme atau kapitalisme. Sebagai contoh, teori kenegaraan Islam yang lengkap, terperinci dan tuntas belum ada. Apa yang segar dapat dirumuskan adalah bagaimana mengatur negara dalam garis besarnya, dengan kata lain hanya sebatas wawasan kebangsaaan dan kenegaraannya saja. Perumusan sistematisasi agama secara ideologis ini merupakan upaya menjadikan agama sebagai kekuatan transformatif. Konstruksi ideologi tersebut mula-mula dirumuskan terlebih dahulu dengan melakukan pembacaan terhadap kondisi objektif perkembangan global dan lokal serta situasi sosial yang melingkupinya. Setelah memberikan perspektif terhadap cara baca realitas sosial maka pada tahap selanjutnya agama sebagai hal ideologis selalu mendorong untuk melakukan perubahan sosial sesuai dengan cita-cita ideologisnya.1 Dalam perspektif seperti itulah, kita harus membaca Hassan Hanafi sang pencipta manifesto al Yasar al Islami (Kiri Islam). Sebuah konstruksi ideologis yang radikal dan memiliki kejelasan baik secara konseptual, metode maupun tahapan-tahapan praksisnya. Tulisan ini akan mengeksplorasi konsep dan struktur Kiri Islam, metodologi, kekuatan-kekuatan sosial yang melahirkannya. II.APA ITU IDEOLOGI ? Ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, cita-cita, konsep, keyakinan dan kata logos yang artinya ilmu, pengetahuan dan logika. Jadi secara sederhana 1 Dr. Ibrahim al Dasui Syata, al Thaurah al Iraniyah : al Juzur al Idiyolojiyah. Al Zahra' li al I'lam al 'Araby Madinat Nashr Kairo, 1988. Hal : 141.
  • 3. Page | IDEOLOGI AL YASAR AL ISLAMI (KIRI ISLAM) HASSAN HANAFI YUANDA KUSUMA ideologi merupakan ilmu atau kajian yang membahas suatu keyakinan atau gagasan tertentu. Akan tetapi, ideologi berbeda dengan filsafat. Yang terakhir ini hanya bisa membantu manusia memahami secara lebih baik tentang dunia tetapi tidak pernah mampu mengubahnya. Oleh karenanya, dalam sejarah, ilmuwan dan filsuf tidak pernnah menggerakkan revolusi. Penggerak revolusi dan penggerak sejarah adalah selalu seorang ideolog atau ilmuwan ideologis atau filosof ideologis. Dan tentu saja di mata agamawan. Para Nabi. Yang dituntut ilmu adalah kemampuan menjaga jarak dengan objek kajian untuk mendapatkan objektivitas dan melukiskan sesuatu sebagaimana adanya. Sedangkan ideologi menuntut kepatuhan, memihak dan dituntut berjuang mewujudkan cita-cita ideologinya. Syari’ati mengatakan bahwa ideologi mengacu pada suatu keyakinan yang dipeluk oleh kelmpok atau kelas sosial tertentu dengan setting sosial dan kultural tertentu. Syari’ati menyebut bahwa ideologi memiliki tiga tahap. Pertama, tahap cara melihat dan menangkap alam semesta, eksistensi dan manusia. Kedua, cara khusus kita memahami dan menilai semua benda, gagasan-gagasan, ide-ide yang mengkonstruksi setting sosial dan klutural kita dan dengan demikian konstruksi kesadaran kita. Ketiga, tahapan praksis yang mencakup strategi, taktik, tahapan-tahapan, metode-metode gerakan untuk mengubah realita sosial sesuai dengan cita-cita ideologisnya. Pada tahapan ketiga ini, ideologi memberikan energi, inspirasi, keyakinan, dorongan para penganutnya sebagai dasar perubahan dan kemajuan kondisi sosial yang diharapkannya.2 Untuk memahami Kiri Islam secara holistik diperlukan rekonstruksi terhadap setting sosial yang melahirkannya. Setiap ideologi, seperti diujarkan syari’ati selalu lahir dari massa kemanusiaan. Dalam analisis sosial dikenal adanya tiga konteks : konteks situasi, konteks sosial dan konteks budaya. Konteks situasi adalah kristalisasi konstruksi nalar hanafi yang direguk dari khazanah intelektual islam dan ilmu-ilmu sosial barat serta respon subjektifnya terhadap kondisi dan realita sosial saat itu. Konteks sosialnya, adalah setting sosial politik negaranya, yakni Mesir tahun1946-an (masa perang dunia ke II). atau lebih makro Timur Tengah dan dunia Islam secara 2 Ali Syari'ati, Tugas Cendekiawan Muslim, Mizan Bandung, 1998, hal 79.
  • 4. uum. Hanafi tidak hanya berbicara Mesir, Saudi dan Yaman. Namun juga berbicara tentang penyatuan dunia Islam. Pan-Islamisme yang dicitakan al Afghani. Konteks budayanya adalah peradaban global yang melingkupi kedua konteks pertama.3 III.SEPINTAS BIOGRAFI HASSAN HANAFI Hassan Hanafi dilahirkan di kota Kairo, Februari 1935 M.4 Keluarganya berasal dari Bani Suwayf, sebuah propinsi yang berada di Mesir Dalam dan kemudian berurban ke Kairo, ibu kota Mesir. Mereka mempunyai darah keturunan Maroko. Kakeknya berasal dari Maroko, sementara neneknya dari kabilah Bani Mur yang di antaranya, menurunkan Bani Gamal Abd Al Nasseer. Presiden Mesir ke dua. Kakeknya memutuskan untuk menetap di Mesir setelah menikahi neneknya. Menjelang umur lima tahun, Hanafi kecil mulai menghafal al Quran dari Syaikh Sayyid di jalan al Benhawi, kompleks Bab Al Sya’riyah, sebuah kawasan di Kairo bagian Selatan. Pendidikan dasarnya di mulai dari Madrasah Sulayman Gaisy, komplek Bab Al Futuh berdekatan dengan benteng Shalah Al Din Al Ayyubi selama lima tahun. Setamatnya dari sana, dia masuk sekolah pendidikan guru, Al Mu’allimin. Setelah empat tahun dia lalui, dan ketika hendak naik ke tingkat lima, tingkat akhir, dia memutuskan pindah ke Madrasah Al Silahdar, yang berada di kompleks masjid Al Hakim Ibn Amrillah dan langsung diterima di kelas dua, mengikuti jejak kakaknya hingga tamat. Di sekolahnya yang baru inilah dia banyak mendapat kesempatan belajar bahasa asing. Pendidikan menengah atasnya dilalui di Madarasah Tsanawiyah Khalil Agha di jalan Faruq Al Gaisy, Selama lima tahun. Empat tahun untuk memperoleh bidang kebudayaan dan setahun untuk bidang pendidikan.5 Pada 1946, Hanafi masih berumur sekitar 11 tahun sudah mulai menampakkan keberaniannya dengan ikut-ikutan terjun dalam demonstrasi mendukung aksi pelajar dan buruh di Kairo. Saat itu dia berpikir, revolusi adalah paduan antara jalanan dan sekolahan, antara tanah air (al Wathan) dan ilmu. Pada 1948, Hanafi mengajukan permohonan untuk ikut bergabung bersama organisasi pemuda Islam (Jam’iyah Al 3 Dr. 'Ishmat Saif al Daulah, Nazariyat al Thaurah al 'Arabiyah : al Usus, al Muntaliqat, al Ghayat, al Thariq, Dar al MasirahBeirut. 1979. Hal 82. 4 Majalah al wasath, NO 276, 12-18 Mei 1997 h.15 5 Digest al hilal, edisi april 1997, hal 176-185
  • 5. Page | IDEOLOGI AL YASAR AL ISLAMI (KIRI ISLAM) HASSAN HANAFI YUANDA KUSUMA Syubban Al Muslimin) untuk menjadi prajurit sukarelawan di Palestina. Namun, permohonan itu ditolak karena belum cukup umur. Baru pada 1951 M, dia mendapatkan kesempatan ikut berjuang dalam perang pembebasan Qanat Suez (Terusan Suez). Dia ikut belajar memegang senjata di Fakultas Teknik (Handasah) di Abbasiyah, kawasan Kairo Selatan. Ikut mengatar dan mensalatkan para jenazah yang syahid di medan laga di masjid al Kukhya di lapangan Opera. Dia melihat dan merasakan orang-orang berbaris, hormat penuh hikmad menyambut kedatangan para pahlawan yang pulang dari paletsina. Mati syahid adalah kebahagiaan yang sudah menyatu dengan jiwa saat itu.6 Pada januari 1952 M, terjadi kebakaran besar-besaran di Kairo, sebagai rekayasa untuk mematikan semangat pejuang kemerdekaan dan menggulingkan pemerintah Partai Wafd sekaligus dijalinnya kongkalikong terselubung antara kalangan istana dan kolonialis Inggris untuk menghentikan gerakan nasionalisme Mesir. Hassan Hanafi sebagai pembela kaum lemah berada di kubu gerakan pembebasan tanah air dan nasionalis. Bagi Hassan Hanafi, tahun 1952 M adalah masa transisi bagi kehidupan akademisnya. Masa perpindahan dari jenjang menengah atas ke jenjang kuliah. Saat inilah dia harus memilih spesialisasinya; antara sains dan sastra; antara filsafat dan eksak. Akhirnya dia meilih keduanya.Pada musim panas, juli 1952 M, terjadi peristiwa penting dalam sejarah pergerakan Mesir. Peristiwa itu dikenal dengan Revolusi Juli. Revolusi yang melahirkan perubahan tatanan sosial, politik dan kultural cukup mendasar, di mana agama masuk pula di dalamnya. Yaitu perubahan dari sistem monarki ke sistem republik. Dari sinilah Hassan Hanafi membongkar pergolakan pemikiran besar di Mesir hingga tahun 1981 yang dia rangkum dalam karyanya “Agama Dan Revolusi” (Al Din Wa Al Thaurah) sebanyak delapan volume.7 Gelar kesarjanaan dia peroleh dari Fakultas Adab (Sastra Arab) Universitas Kairo jurusan Filsafat. Pada 11 oktober 1956 M, Hassan Hanafi berangkat meninggalkan 6 M. Aunul Abied Shah dkk, Islam Garda Depan Mosaik Pemikiran islam Timur Tengah, Mizan Bandung. 2001, hal 218. 7 Hassan Hanafi, al Din wa al Thaurah, vol 1 hal 7
  • 6. Mesir menuju Universitas Sorbonne Perancis. Selama kurang lebih sepuluh tahun dia hidup di “kandang” barat. Tradisi, pemikiran dan keilmuan barat berhasil dia kuasai dengan cukup baik. Dalam satu artikelnya dia mengatakan “Itulah barat yang aku pelajari, aku kritik, aku cintai dan akhirnya aku benci”.8 Pada 1961M. Disertasinya tentang Ushul Al Fiqh dinyatakan sebagai karya ilmiah terbaik di Mesir. Disertasi setebal 900 halaman itu dia beri judul “Essai Sur La Methode d’Exegese” (Esai Tentang Metode Penafsiran).9 Sementara karya ilmiah yang berhasil dia tulis selama jenjang akademisnya sebanyak tiga macam, yaitu: 1.Essai Sur La Methode d’Exegese (Esai Tentang Metode Penafsiran) 2.L’Exegese De La Phenomenologie (Tafsir Fenomenologi) 10 3.La Phenomenologie De l’Exegese (Fenomenologi Tafsir). Setelah menyandang gelar Doktor pada 1966 M, dia kembali pulang ke Mesir dan mengajar di fakultas sastra jurusan filsafat Universitas Kairo hingga tahun 1971. Kemudian berangkat ke Amerika Serikat sebagai dosen tamu di Universitas Temple, Philadelphia hingga 1975. Dia kembali ke Universitas Kairo pada 1982. Kemudian dipinjam sebagai dosen kehormatan di Universitas Fes, Maroko selama dua tahun. Dosen di Universitas Tokyo dan Universitas Los Angeles, Amerika Serikat. Terakhir di Universitas Cape Town, Afrika Selatan. Pada 1989. Kemudian ditunjuk sebagai ketua jurusan Filsafat di fakultas sastra universitas Kairo hingga tahun 1995. Hanafi adalah pelopor pendiri organisasi himpunan Filosof Mesir yang berdiri pada 1986 M, diketuai oleh Dr. Abu al Wafa’ al Taftazani, yang kemudian digantikan oleh Dr. Mahmud Hamdi Zaqzuq menteri agama Mesir sebelum Housni Mubarak dilengserkan. Sementara Hanafi bertindak sebagai sekretaris jendralnya. IV.STRUKTUR KIRI ISLAM Pembacaan terhadap realitas objektif dan pemeriksaan berbagai akar kegagalan berbagai ideologi merupakan pijakan pertama proyeknya. Proyek inilah yang disebut 8 Al hilal 184 9 Abdurrahman wahid, pengantar Kiri Islam: Hassan Hanafi dan eksperimentasinya, Lkis 1993, hal XI 10 Hassan Hanafi, Muqaddimah fi 'Ilm al Istighrab , al Muassasah al Jami’iyah li al Dirasah wa al Nasyr wa al Tawzi’, Beirut, 1992. hal 11.
  • 7. Page | IDEOLOGI AL YASAR AL ISLAMI (KIRI ISLAM) HASSAN HANAFI YUANDA KUSUMA sebagai Kiri Islam. Kiri Islam merupakan sintesis dari eksplorasi dan tafsir ulang yang cerdas terhadap khasanah keilmuan Islam, analisis marxian atas kondisi objektif serta tradisi yang mengakar di masyarakat.11 Kiri Islam bertumpu pada tiga dataran metodologis. Pertama, tradisi atau Turath. Kedua, fenomenologi. Ketiga, analisis sosial Marxian. Hanafi optimis, Kiri Islam dapat berhasil setelah realitas masyarakat, politik, ekonomi, khasanah Islam dan tantangan Barat dianalisis. Untuk menganalisis hal tersebut Hanafi menggunakan metode fenomenologi. Analisnya mengungkapkan dua fakta pokok: Islam telah dimanfaatkan kepentingan politik dan Islam telah menghujam dalam kehidupan bangsa Arab. Analisis sosial perspektif Marxiannya menampilkan kontras dua realitas secara diametral: kaya-miskin, penindas-tertindas, penguasa-dikuasai, tuan tanah-buruh, majikan-karyawan.12 V.REVITALISASI TURATH Hassan Hanafi meletakkan landasan teoritis revitalisasi Turath pada kerangka segitiga piramida peradaban; bahwa manusia tidak bisa dipisahkan dari tiga akar pijakan berpikir: Yang telah Lalu (al Madli) personifikasi dari Turath Qadim (Khazanah Klasik). Esok ( al Mustaqbal) personifikasi dari Turath Gharbi (Khazanah Barat). Sekarang (al Hali) personifikasi dari al Waqi’ (Realitas Kekinian).13 Tiga akar pijakan pemikiran ini oleh Hassan Hanafi disebut sebagai Trifrontasi (al Jabhah al Thalathah). Bagi Hanafi, umat Islam kita berada dalam segitiga piramida pemikiran itu. Dalam Turath Qadim kita meletakkan khazanah klasik sebagai acuan berpikir yang mempunyai bentangan sejarah perdaban sangat luas dan dalam serta memiliki akar yang kokoh. Dalam Turath Gharbi kita meletakkan khazanah barat sebagai tamu peradaban yang mempunyai bentangan sejarah selama sekitar dua abad (masa saat umat Islam mulai mengakui adanya signifikansi budaya barat sehingga dia harus datang dengan posisi sebagai murid). Sedangkan dalam al 11 Mahmoud Amin al 'Alim, Mawaqif Naqdiyah min al Turaht, Dar Qadaya Fikriyah al Qahirah.2000. hal 49 12 Muhidin M Dahlan, Sosialisme Religius Suatu Jalan Keempat?, Kreasi Wacana Yogyakarta,2001. Hal 175. 13 Dr. Hassan Hanafi, Islam In The Modern World : Religion, Ideology and Development. Vol 1. Dar Kebaa Bookshop, Heliopolis Kairo. 2000, hal : 58.
  • 8. Waqi’ kita meletakkan realitas kontemporer sebagai ladang untuk bertanam, bercangkok dan berinteraksi antar khazanah klasik dan khazanah barat. Korelasi di antara ketiganya (khazanah klasik, khazanah barat dan realitas kekinian) sangat kuat sehingga antara satu sama lainnya tidak mungkin dipisahkan. Di sinilah proses terjadinya akulturasi (Al Tathaqquf/Al Tahaddlur) tidak mungkin terelakkan. Secara skematis bisa dilihat format proyek Al Turath Wa Al Tajdid Hassan Hanafi sebagai berikut : Sementara Turath menurut Hassan Hanafi bukanlah sekedar barang mati yang telah ditinggalkan oleh orang-orang terdahulu di perpustakaan atau museum baik dalam bidang agama, sastra, seni, ataupun ilmu pengetahuan. Tetapi, lebih dari itu, Turath adalah elemen-elemen budaya, kesadaran berpikir serta potensi yang hidup dan masih terpendam dalam tanggungjawab generasi berikutnya. Dia adalah sebagai dasar argumentatif dan sebagai pembentuk “Pandangan Dunia” (World View) serta pembimbing perilaku bagi setiap generasi mendatang. Karena itu, setiap masa mempunyai Turath dan Turath harus diinterpretasikan seperti itu.14 Akan tetapi, kenyataan membuktikan bahwa Turath kita telah banyak dicemari oleh hegemoni feodalisme akibat ulah tangan-tangan penguasa = kanan yang menindas. Sementara umat yang tertindas = kiri yang ditindas selalu menjadi kaum lemah dan terjajah. Hanafi menggambarkan adanya kecenderungan kooptasi agama oleh kelompok elit penguasa dan praktek keagamaan semata diubah menjadi ritus dan 14 Lukman Hakim, Revolusi Sistemik : Solusi Stagnasi REformasi Dalam Bingkai Sosialisme Religius. Kreasi Wacana Yogyakarta, 2003. 21.
  • 9. Page | IDEOLOGI AL YASAR AL ISLAMI (KIRI ISLAM) HASSAN HANAFI YUANDA KUSUMA rutinitas. kecenderungan seperti itu hanya “kedok” yang menyembunyikan sikap feodalisme dan kapitalisme rakus kelompok elite penguasa. Berangkat dari realitas di atas, Hassan Hanafi memandang perlunya langkah-langkah eksploratif terhadap Turath yang berorientasi pada kepentingan umat Islam yang tertindas. Turath harus di revitalisasi dan bukan hanya sekedar di pajang, dikutip dan disyarah. Turath hendaknya mampu menjadi basis dan titik tolak bagi kekuatan revolusioner umat Islam.15 VI.KONSEPTUALISASI KIRI ISLAM Kiri Islam lahir dari respon subjektif Hassan Hanafi terhadap kondisi bangsa Arab yang merupakan formulasi ideologisasi Islam. Pemahaman Islam yang hanya berarti tunduk, penyerahan diri, pengabdian atau bahkan penghambaan, menurutnya, merupakan distorsi besar-besaran terhadap Islam. Islam memang bermakna penyerahan diri. Namun penyerahan diri ini merupakan penyerahan diri terhadap Allah. Bukan kepada siapapun atau apapun selain-Nya. Ini berarti Islam bermakna ganda. Yaitu, penolakan terhadap segala kekuasaan yang tidak transendental dan penerimaan terhadap kekuasaan yang transendental. Dalam kerangka ini, tunduk kepada penguasa ditransformasikan menjadi tunduk kepada Allah. Makna ganda (mafhum mukhalafah) inilah yang secara sadar telah diselewengkan untuk kepentingan kekuasaan. Islam semata-mata ditafsirkan sebagai tunduk. Hanafi menegaskan bahwa makna Islam adalah juga protes, penolakan, oposisi bahkan “teriakan orang tertindas”. Selama ini pemaknaan revolusioner progresif itu selalu disembunyikan. Penggalian unsur-unsur revolusioner inilah yang merupakan tugas pokok dari kiri Islam.16 15Dr. Hamdi Zaqzuq, Humum al Ummah al Islamiyah. Al Hai'ah al 'Ammah al Mashriyah li al Kitab Kairo, 2011. Hal : 33. 16 Dr. Hassan Hanafi, al Din wa al Thaurah fi Mashr (1956 – 1981) : al Yamin wa al Yasar fi al Fikr al Diny. Vol : 7. Maktabah al Madbuli Kairo. 1979. Hal : 179.
  • 10. VII.CONTOH CONTOH PEMAKNAAN ISLAM ALA KIRI ISLAM Tuhan menurut Hassan Hanafi, bukanlah objek untuk dibuktikan secara teoritis, melainkan suatu tujuan untuk diwujudkan secara praksis. Tujuan rekonstruksi sistem kepercayaan tradisional ini bukan untuk menghasilkan kehidupan abadi dengan mengetahui kebenaran. Namun untuk mendaatkan keberhasilan di dunia dengan memenuhi harapan dunia muslim terhadap kemerdekaan, kebebasan, kesamaan sosial, kemajuan dan seterusnya. Karana itu ia menolak pengertian teologi sebagai “ilmu tentang Tuhan”. Ia mendefinisikannya sebagai ilmu tentang perkataan (ilmu kalam). Hal itu karena menurutnya, Tuhan tidak tunduk pada ilmu. Manusia hanya dapat berbicara tentang Tuhan melalui analogi dan secara metaforis (Qiyas al Ghaib ala Syahid). Teologi karenanya adalah antropologi. Teologi merupakan ilmu kemanusiaan bukan ilmu ketuhanan.17 Tauhid, misalnya, yang semula diartikan sebagai pengesaan Tuhan dalam tataran metafisik diseret dalam wilayah kemanusiaan. Dalam wilayah ini tauhid berarti kesatuan pribadi manusia yang jauh dari perilaku dualistik seperti hipokrisi dan perilaku oportunistik. Pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan identik dengan perbuatan. Tauhid berarti pula kesatuan sosial : masyarakat tanpa kelas dan masyarakat tanpa diskriminasi rasial.18 Hal yang sama juga dilakukan pada doktrin-doktrin Tasawuf. Ibu kandung yang melahirkan Tasawuf – menurut Hanafi – adalah kekalahan kesalehan sosial. Yang dimulai pada krisis politik pada era Ali yang dikalahkan kelompok Mu’awiyah. Kekalahan Ali dan kemenangan Mu’awiyah ini menjadikan kesalehan kembali ke asalnya semula, ke dalam ruh manusia. Kondisi ini terus berlanjut pada abad ke 5 Hijriah saat al Ghazali meluncurkan magnum opusnya “ihya’ Ulum al Din”. Setting kesejarahan ini membawa hanafi pada tesis bahwa alasan-alasan historis kemunculan tasawuf adalah tidak adanya kebenaran dalam gerakan-gerakan sejrah, sosial dan politik serta ekonomi. Menyelamatkan diri sendiri tanpa menyelamatkan 17 Dr. Hassan Hanafi, al Din wa al Thaurah fi Mashr (1956 – 1981) : al Yasar al Islamy wa al Wihdah al Wathaniyah. Vol :8. Maktabah al Madbuli Kairo. 1979. Hal : 179. 18 Ibid.
  • 11. Page | IDEOLOGI AL YASAR AL ISLAMI (KIRI ISLAM) HASSAN HANAFI YUANDA KUSUMA orang lain adalah egoisme. Kesucian jiwa tanpa kesucian dunia adalah naif dan destruktif serta menggerus dimensi sosial dari spiritualitas.19 Atas dasar itu, Hanafi melakukan rekonstruksi pada Tasawuf di tiga tataran sekaligus. Pertama, tataran moral ditransformasikan orientasi jiwa ke tubuh, ruhani ke jasmani etika individual ke politik-sosial. Kedua, tataran etikopsikologi ditransformasikan nilai pasif ke nilai aktif, kondisi-kondisi psikologi ke kondisi sosial. Ketiga, tataran metafisik ditransformasikan orientasi vertikal ke horisontal, dari dunia lain ke dunia ini dan dari dunia khayal ke penyatuan nyata.20 VIII.PENUTUP Itulah Kiri Islam. Tugas utamanya adalah menguak unsur-unsur revolusioner dalam agama dan menjelaskan pokok-pokok pertautan antara agama dan revolusi. Agama adalah revolusi itu sendiri dan para Nabi merupakan revolusioner dan pembaharu sejati. Ibarahim adalah cermin revolusi akal menundukkan tradisi-tradisi buta. Musa merefleksikan revolusi pembebasan melawan otoritarianisme dan diktatorisme. Isa adalah contoh revolusi ruh atas dominasi materialisme. Dan Muhammad merupakan cerminan dari revolusi kelas antara kaum papa, hamba sahaya dan komunitas tertindas berdapan dengan para konglomerat, elit Quraisy dalam perjuangan menegakkan masyarakat yang bebas, penuh kasih sayang, persaudaraan dan egaliter. 19 Ibid. 20 Shadiq Jalal Azim, Naqd al Fikr al Diny. Dar al Thali'ah li al Thiba'ah wa al Nasyr, Beirut. 2000. Hal : 59.
  • 12. IX.PROYEK REVITALISASI TURATH HASSAN HANAFI ‫من العقيدة الى الثورة : محاولة لعادة بناء علم أصول الدين‬ Dari Teologi ke Revolusi : upaya rekonstruksi ilmu-ilmu ushuluddin ‫من النقل الى البداع : محاولة لعادة بناء علوم الحكمة‬ Dari transferensi ke inovasi: Upaya rekonstruksi ilmu-ilmu Hikmah ‫من الفناء الى البقاء : محاولة لعادة بناء علوم التصوف‬ Dari kesementaraan menuju keabadian: Upaya rekonstruksi ilmu-ilmu Tasawuf ‫من النص الى الواقع : محاولة لعادة بناء علوم أصول الفقه‬ Dari teks ke realita; Upaya rekonstruksi ilmu-ilmu Ushul al Fiqh ‫من النقل الى العقل : محاولة لعادة بناء علوم نقلية‬ Dari teks ke rasio; Upaya rekonstruksi ilmu-ilmu Tekstual (Tafsir, Ulum al Hadith, Sejarah, Fiqh, Kalam). ‫العقل و الطبيعة : محاولة لعادة بناء علوم عقلية‬ Akal dan alam; Upaya rekonstruksi ilmu-ilmu Logika (Matematika, Fisika, Kimia) ‫النسان و التاريخ : محاولة لعادة بناء علوم انسانية‬
  • 13. Page | IDEOLOGI AL YASAR AL ISLAMI (KIRI ISLAM) HASSAN HANAFI YUANDA KUSUMA Manusia dan sejarah; upaya rekonstruksi ilmu-ilmu Humaniora (Bahasa, Sastra, Geografi, Sejarah) X.DAFTAR PUSTAKA 1.Dr. Ibrahim al Dasui Syata, al Thaurah al Iraniyah : al Juzur al Idiyolojiyah. Al Zahra' li al I'lam al 'Araby Madinat Nashr Kairo, 1988. 2.Ali Syari'ati, Tugas Cendekiawan Muslim, Mizan Bandung, 1998. 3.Dr. 'Ishmat Saif al Daulah, Nazariyat al Thaurah al 'Arabiyah : al Usus, al Muntaliqat, al Ghayat, al Thariq, Dar al MasirahBeirut. 1979. 4.Majalah al wasath, NO 276, 12-18 Mei 1997. 5.Digest al hilal, edisi april 1997, hal 176-185. 6.M. Aunul Abied Shah dkk, Islam Garda Depan Mosaik Pemikiran islam Timur Tengah, Mizan Bandung. 2001. 7.Hassan Hanafi, al Din wa al Thaurah, vol 1. Maktabah al Madbuli Kairo. 1979. 8.Abdurrahman Wahid, pengantar Kiri Islam: Hassan Hanafi dan eksperimentasinya, Lkis 1993. 9.Hassan Hanafi, Muqaddimah fi 'Ilm al Istighrab , al Muassasah al Jami’iyah li al Dirasah wa al Nasyr wa al Tawzi’, Beirut, 1992. 10.Mahmoud Amin al 'Alim, Mawaqif Naqdiyah min al Turaht, Dar Qadaya Fikriyah al Qahirah.2000. 11.Muhidin M Dahlan, Sosialisme Religius Suatu Jalan Keempat?, Kreasi Wacana Yogyakarta,2001. 12.Dr. Hassan Hanafi, al Din wa al Thaurah fi Mashr (1956 – 1981) : al Yamin wa al Yasar fi al Fikr al Diny. Vol : 7. Maktabah al Madbuli Kairo. 1979. 13.Dr. Hassan Hanafi, al Din wa al Thaurah fi Mashr (1956 – 1981) : al Yasar al Islamy wa al Wihdah al Wathaniyah.
  • 14. Vol :8. Maktabah al Madbuli Kairo. 1979. 14.Shadiq Jalal Azim, Naqd al Fikr al Diny. Dar al Thali'ah li al Thiba'ah wa al Nasyr, Beirut. 2000. Hal. 15.Dr. Hassan Hanafi, Islam In The Modern World : Religion, Ideology and Development. Vol 1. Dar Kebaa Bookshop, Heliopolis Kairo. 2000, 16.Lukman Hakim, Revolusi Sistemik : Solusi Stagnasi REformasi Dalam Bingkai Sosialisme Religius. Kreasi Wacana Yogyakarta, 2003. 17.Dr. Hamdi Zaqzuq, Humum al Ummah al Islamiyah. Al Hai'ah al 'Ammah al Mashriyah li al Kitab Kairo, 2011.