2. Pendekatan Realitas dan Tokoh
Terapi realitas adalah suatu sistem yang
difokuskan pada tingkah laku sekarang. Terapis
berfungsi sebagai guru dan model serta
mengonfrontasikan klien dengan cara-cara
yang bisa membantu klien menghadapi
kenyataan dan memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya
sendiri ataupun orang lain. Tujuan terapi ini
ialah membantu seseorang untuk mencapai
otonomi.
3. TOKOH PENDEKATAN KONSELING
REALITAS
William Glasser
Pada tahun 1956 ia menjadi kepala bagian
psikiatri di the Ventura School of Girls yang
merupakan institusi untuk menangani kenakalan
remaja perempuan. Pada saat inilah Glasser
mengembangkan konsep pendekatan realistis.
Melalui buku pertamanya yang berjudul “Mental
Health or Mental Illmess” (1961) ia menuangkan
landasan pemikirannya mengenai landasan
berfikir dari teknik dan konsep dasar terapi
realitas.
4. Konsep Dasar
Pada dasarnya setiap individu terdorong untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginannya, masing-
masing individu juga memiliki kebutuhan yang beragam,
dimana kebutuhan tersebut bersifat unik pada masing-
masing individu, dan tentu saja keinginan atau
kebutuhan tersebut terkadang berbeda dengan individu
yang lain.
Ketika seseorang dapat memenuhi apa yang diinginkan,
kebutuhan tersebut terpuaskan dan tentu saja ia akan
merasa senang.
5. LANJUTAN
Tetapi, jika apa yang diperolehnya tidak sesuai dengan
apa yang diinginkan dan sangat bertolak belakang dari
apa yang dibutuhkan, maka orang tersebut akan
frustasi, dan pada akhirnya akan terus memunculkan
perilaku baru sampai keinginannya terpuaskan dan
merasa benar-benar terpenuhi.
Artinya, ketika timbul perbedaan antara apa yang
diinginkan dengan apa yang diperoleh, membuat
individu terus memunculkan perilaku-perilaku yang
spesifik, yang membuatnya terlihat berbeda dengan
yang lain.
6. Asumsi Perilaku Bermasalah
Reality therapy pada dasarnya tidak mengatakan
bahwa perilaku individu itu sebagai perilaku yang
abnormal. Konsep perilaku menurut konseling realitas
lebih dihubungkan dengan berperilaku yang tepat atau
berperilaku yang tidak tepat.
Menurut Glasser, bentuk dari perilaku yang tidak tepat
tersebut disebabkan karena ketidakmampuannya
dalam memuaskan kebutuhannya, akibatnya
kehilangan ”sentuhan” dengan realitas objektif, dia
tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya,
tidak dapat melakukan atas dasar kebenaran,
tangguang jawab dan realitas.
7. Tujuan konseling realitas :
Menolong individu agar mampu mengurus dirinya sendiri,
supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam
bentuk nyata.
Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta
memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan
dan keinginannya dalam perkembangan dan
pertumbuhannya.
Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian
kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan
nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya
sendiri.
Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas
kesadaran diri.
8. Peran Dan Fungsi Konselor
Bertindak sebagai pembimbing yang membantu
konseli agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri
secara realistis.
Berperan sebagai moralis.
Berperan sebagai motivator.
Berperan sebagai guru yang mengajarkan klien
untuk mengevaluasi perilakunya.
Mengembangkan kondisi fasilitatif dalam
konseling dan hubungan baik dengan klien.
9. Deskripsi Proses Konseling
Langkah-langkah yang ditempuh:
Menciptakan hubungan kerja dengan klien, konselor
melakukan pendekatan untuk lebih mendekatkan diri
dengan klien demi kelangsungan proses konseling.
Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam
mengemukakan masalahnya dan melakukan
transferensi.
Pengembangan hubungan transferensi klien dengan
konselor.
Menutup wawancara konseling, cara kita menutup
wawancara dapat meningkatkan kepercayaan klien
terhadap kita selama wawancara.
10. Teknik Konseling
1. Metapor
Konselor menggunakan teknik ini seperti senyuman,
imej, analogi, dan anekdot untuk memberi konseli suatu
pesan penting dalam cara yang efektif.
2. Hubungan
Menggunakan hubungan sebagai bagian yang esensial
dalam proses terapiotik.
3. Pertanyaan
Konselor menekankan evaluasi dalam perilaku total,
asesmen harus berasal dari konseli sendiri.
11. 4. WDEP & SAMI2C3
Merupakan akronim dari wants (keinginan), direction
(arahan), evaluasi (penilaian), dan planing (rencana).
Teknik ini digunakan untuk membantu konseli menilai
keinginan-keinginannya. Perilaku-perilakunya, dan
kemudian merumuskan rencana-rencana.
SAMI2C3 mempersentasikan elemen-elemen yang
memaksimalkan keberhasilanya keberhasilan rencana :
mudah/ sederhana (simple), dapat dicapai (attainable),
dapat diukur (measurable), segera (immedate),
melibatkan tindakan (involving), dapat dikontrol
(controled), konsisten (consistent), dan menekankan
pada komitmen (committed)
12. 5. Renegosiasi
Konseli tidak selalu dapat menjalankan rencana
perilaku pilihanya.
6. Intervebsi paradoks
Glasser menggunakan paradoks untuk mendorong
konseli menerima tanggung jawab bagi perilakunya
sendiri.
7. Pengembangan ketrampilan
Konselor perlu membantu konseli mengembangkan
ketrampilan untuk memnuhi kebutuhan dan keinginan-
keinginannya dalam cara yang bertanggung jawab.
13. 8. Adiksi positif
teknik yang digunakan untuk menurunkan berbagai
bentuk perilaku negatif dengan cara memberikan
kesiapan atau kekuatan mental, kreatifitas, energi dan
keyakinan.
9. Penggunakan kata kerja
Dimaksudkan untuk membantu jonseli agar mampu
mengendalikan hidup mereka sendiri dan membuat
pilihan perilaku total yang positif.
10. Konsekuensi natural
Konselor harus memiliki keyakinan bahwa konseli
dapat bertanggung jawab dan karena itu dapat
menerima konsekuensi dari perilakunya.
14. Kelemahan Dan Kelebihan
Kelemahan:
Teori ini mengabaikan tentang intelegensi manusia,
perbedaan individu dan factor genetic lain.
Dalam konseling kurang menekankan hubungan baik
antara konselor dan konseli, hanya sekedarnya.
Pemberian reinforcement jika tidak tepat dapat
mengakibatkan kecanduan atau ketergantungan.
Kelebihan:
Asumsi mengenai tingkah laku merupakan hasil belajar.
Asumsi mengenai kepribadian dipengaruhi oleh
lingkungan dan kematangan.
Konseling bertujuan untuk mempelajari tingkah laku baru
sebagai upaya untuk memperbaiki tingkah laku malasuai.
15. Contoh Penerapan Kasus
Ilustrasi Kasus
Amir siswa kelas 7 SMP, dia sangat tidak disiplin
sehingga dia mengalami hambatan dalam menjalankan
kewajibannya sebagai siswa disekolah.
Hal ini tentu akan berakibat pada proses belajar
mengajar dan prestasi belajar Amir disekolah.
Bimbingan bagi Amir ini sangat diperlukan untuk
membantu menyelesaikan permasalahan dan agar
membuat Amir dapat mengikuti proses belajar mengajar
secara baik.