SlideShare a Scribd company logo
1 of 70
KONSEP DASAR
 Manusia : mahluk reaktif yang tingkah lakunya
dikontrol/dipengaruhi oleh faktor-
faktor dari luar
 Manusia memulai kehidupannya dengan mem-
berikan reaksi terhadap lingkungannya dan
interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang
kemudian membentuk kepribadian
 Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak
dan macamnya penguatan yang diterima dalam
situasi hidupnya
 Tingkah laku dipelajari ketika individu
berinteraksi dengan lingkungan, melalui hukum-
hukum belajar :
• Pembiasaan klasik,
• Pembiasaan operan
• Peniruan.
 Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak
sadar melainkan merupakan hasil belajar,
sehingga ia dapat diubah dengan
memanipulasi dan mengkreasi kondisi-
kondisi pembentukan tingkah laku.
 Manusia cenderung akan mengambil sti-
mulus yang menyenangkan dan menghin-
darkan stimulus yang tidak menyenang-kan.
 Kepribadian seseorang merupakan
cerminan dari pengalaman, yaitu
situasi atau stimulus yang diteri-
manya.
 Memahami kepribadian manusia :
mempelajari dan memahami bagai-
mana terbentuknya suatu tingkah
laku
KARAKTEISTIK KONSELING
BEHAVIORAL :
 Berfokus pada tingkah laku yang tampak
 Cermat dan operasional dalam merumuskan
tujuan konseling
 Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik
 Penilaian obyektif terhadap tujuan konseling
ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH
 Tingkah laku bermasalah adalah tingkah
laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau
tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah
laku yang tidak sesuai dengan tuntutan
lingkungan
 Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu
dari cara belajar atau lingkungan yang salah
 Manusia bermasalah mempunyai
kecenderungan merespon tingkah laku
negatif dari lingkungannya
 Tingkah laku maladaptif terjadi karena
kesalapahaman dalam menanggapi
lingkungan dengan tepat
 Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan
cara belajar dan juga dapat diubah dengan
menggunakan prinsip-prinsip belajar
TUJUAN KONSELING
 Mengahapus/menghilangkan tingkah laku
maldaptif (masalah) untuk di-gantikan dengan
tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang
diinginkan klien.
 Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan
ke dalam perilaku yang spesifik
o Diinginkan oleh klien
o Konselor mampu dan bersedia membantu
mencapai tujuan tersebut
o Klien dapat mencapai tujuan tersebut
o Dirumuskan secara spesifik
 Konselor dan klien bersama-sama (bekerja
sama) menetapkan/merumuskan tujuan-
tujuan khusus konseling.
DESKRIPSI PROSES KONSELING
 Proses konseling dibingkai oleh kerangka kerja
untuk mengajar klien dalam mengubah tingkah
lakunya
 Proses konseling adalah proses belajar, konselor
membantu terjadinya proses belajar tersebut
 Konselor mendorong klien untuk mengemukakan
keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu
itu
 Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi
motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai
dengan tingkah laku yang ingin diubah.
2. Goal setting
 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah
assessment konselor dan klien menyusun dan
merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam
konseling
 Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut :
a. Konselor dan klien mendifinisikan
masalah yang dihadapi klien
b. Klien mengkhususkan perubahan positif
yang dikehendaki sbg hasil konseling
c. Konselor dan klien mendiskusikan
tujuan yang telah ditetapkan klien :
1) apakah merupakan tujuan yang
benar-benar diinginkan klien
2) apakah tujuan itu realistik
3) kemungkinan manfaatnya
4) kemungkinan kerugiannya.
d. Konselor dan klien membuat
keputusan apakah :
1) melanjutkan konseling dengan
mentapkan teknik yang akan
dilaksanakan
2) mempertimbangkan kembali
tujuan yang akan dicapai
3) melakukan referal
3. Technique implementation
menentukan dan melaksanakan teknik konseling
yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang
diinginkan yang menjadi tujuan konseling
4. Evaluation termination
melakukan penilaian apakah kegiatan konseling yang
telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil
sesuai dengan tujuan konseling
5. Feedback
memberikan dan menganalisis umpan balik untuk
memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.
TEKNIK KONSELING
 Teknik konseling behavioral diarahkan pada
penghapusan respon yang telah dipelajari (yang
memben-tuk tingkah laku bermasalah) terhadap
perangsang, dengan demikian respon-respon
yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat
dibentuk
 Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral
o Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian
penguatan
Agar klien terdorong untuk merubah tingkah lakunya
penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang
cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan
nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku klien.
 Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah
laku yang tidak diinginkan
 Memberikan penguatan terhadap suatu respon
yang akan mengakibatkan terham-batnya
kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan
 Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui
pemberian contoh atau model (film, tape recorder,
atau contoh nyata langsung)
 Merencanakan prosedur pemberian penguatan
terhadap tingkah laku yang diinginkan dengan
sistem kontrak
TEKNIK-TEKNIK KONSELING
 Latihan Asertif
o Digunakan untuk melatih klien yang mengalami
kesulitan untuk menyatakan diri bahwa
tindakannya adalah layak atau benar
o Terutama berguna di antaranya untuk membantu
individu yang tidak mampu mengungkapkan
perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak,
mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya
o Cara : permainan peran dengan bimbingan
konselor, diskusi kelompok
 Desensitisasi Sistematis
o Memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien
dari ketegangan yang dialami dengan cara
mengajarkan klien untuk rileks
o Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah
laku yang diperkuat secara negatif dan
menyertakan respon yang berlawanan dengan
tingkah laku yang akan dihilangkan
o Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang
tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara
bertahap
o Tingkah laku yang diperkuat secara negatif
biasanya merupakan kecemasan, dan ia
menyertakan respon yang berlawanan dengan
tingkah laku yang akan dihilangkan.
 Pengkondisian Aversi
o Digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk
dengan meningkatkan kepekaan klien agar
mengamati respon pada stimulus yang
disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut
o Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan
tersebut diberikan secara bersamaan dengan
munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki
kemunculannya
o Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi
antara tingkah laku yang tidak dikehendaki
dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
 Pembentukan Tingkah laku Model
o Digunakan untuk membentuk tingkah laku baru
pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang
sudah terbentuk
o Konselor menunjukkan kepada klien tentang
tingkah laku model, dapat menggunakan model
audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang
teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang
hendak dicontoh
o Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh
ganjaran dari konselor : dapat berupa pujian
sebagai ganjaran sosial.
KETERBATASAN PENDEKATAN
1. Bersifat dingin, kurang menyentuh aspek
pribadi, bersifat manipulatif, dan
mengabaikan hubungan antar pribadi
2. Lebih terkonsentrasi kepada teknik
3. Pemilihan tujuan sering ditentukan oleh
konselor
4. Konstruksi belajar yang dikembangkan
dan digunakan oleh konselor behavioral
tidak cukup komprehensif untuk menje-
laskan belajar dan harus dipandang hanya
sebagai suatu hipotesis
yang harus diuji
5. Perubahan klien hanya berupa gejala yang
dapat berpindah kepada bentuk tingkah
laku yang lain.
KONSEP DASAR
 Manusia dalam kehidupannya selalu aktif
sebagai suatu keseluruhan.
 Setiap individu bukan semata-mata
merupakan penjumlahan dari bagian-bagian
organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan
sebagainya, melainkan merupakan suatu
koordinasi semua bagian tersebut.
 Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan
dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah
lakunya
 Setiap individu memiliki kemampuan untuk
menerima tanggung jawab pribadi, memiliki
dorongan untuk mengembangkan kesadaran
yang akan mengarahkan menuju terbentuknya
integritas atau keutuhan pribadi.
 Hakikat manusia menurut Gestalt :
 Hanya dapat dipahami dalam keseluruhan
konteksnya
 Merupakan bagian dari lingkungannya dan
hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan
lingkungannya itu
 Aktor bukan reaktor
 Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya
sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya
 Dapat memilih secara sadar dan bertanggung
jawab
 Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya
secara efektif.
 Dalam hubungannya dengan perjalanan
kehidupan manusia :
tidak ada yang “ada”
kecuali “sekarang”.
Masa lalu telah pergi dan masa depan belum
dijalani, oleh karena itu yang menentukan
kehidupan manusia adalah masa sekarang.
Kecemasan :
“kesenjangan antara
saat sekarang dan
yang akan datang”
 Jika individu menyimpang dari saat sekarang
dan menjadi terlalu terpu-kau pada masa
depan, maka mereka mengalami kecemasan.
 Unfinished business
(urusan yang tak selesai)
perasaan-perasaan yang tidak
tersalurkan/terungkapkan
seperti : dendam, kemarahan,
kebencian, sakit hati,
kecemasan, kedudukan, rasa
berdosa, rasa diabaikan
 Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran,
perasaan-perasaan di ba-wa pada kehidupan
sekarang dengan cara-cara yang menghambat
hubung-an yang efektif dengan dirinya sendi-ri
dan orang lain
 Urusan yang tak selesai itu akan bertahan
sampai ia berani mengha-dapi dan
menangani/mengatasinya
ASUMSI TINGKAH LAKU
BERMASALAH
 Individu bermasalah karena terjadi pertentangan
antara kekuatan “top dog” dan keberadaan “under
dog”
o Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan,
menuntut, mengancam
o Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak
berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi.
 Perkembangan yang terganggu karena terjadi
ketidakseimbangan antara apa-apa yang harus
(self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self)
 Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial
dan biologis
 Ketidakmampuan individu mengintegrasikan
pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
 Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang
akan datang
 Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi
 Spektrum tingkah laku bermasalah :
 Kepribadian kaku (rigid)
 Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap
tergantung
 Menolak berhubungan dengan lingkungan
 Memeliharan unfinished bussiness
 Menolak kebutuhan diri sendiri
 Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih” .
TUJUAN KONSELING
 Tujuan utama :
Membantu klien berani
menghadapi tantangan dan
kenyataan yang harus dihadapi
 Klien dapat berubah dari ketergantungan terhadap
lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri,
dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan
kebermaknaan hidupnya.
 Individu yang bermasalah pada umumnya
belum memanfaatkan potensinya secara penuh,
ia baru memanfaatkan sebagaian dari
potensinya yang dimilikinya
Melalui konseling konselor
membantu klien agar potensi
yang baru dimanfaatkan
sebagian ini dimanfaatkan dan
dikembangkan secara optimal.
 Tujuan spesifik
1. Membantu klien agar dapat memper-oleh
kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau
realitas, serta menda-patkan insight secara
penuh
2. Membantu klien menuju pencapaian integritas
kepribadiannya
3. Mengentaskan klien dari kondisinya yang
tergantung pada pertimbangan orang lain ke
mengatur diri sendiri (to be true to himself)
4. Meningkatkan kesadaran individual agar klien
dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip
Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed
bussines) yang muncul dan selalu akan
muncul dapat diatasi dengan baik.
DESKRIPSI PROSES
KONSELING
 Fokus utama konseling : bagaimana keadaan klien
sekarang serta hambatan-hambatan apa yang
muncul dalam kesadarannya
Tugas konselor : mendorong klien untuk
dapat melihat kenyataan yang ada pada
dirinya dan mau mencoba menghadapinya
 Klien bisa diajak untuk memilih dua alternatif,
menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau
membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya
terjadi pada dirinya sekarang
 Konselor menghindarkan diri dari pikiran-pikiran
yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk
melakukan diagnosis, interpretasi maupun
memberi nasihat
 Konselor sejak awal konseling sudah
mengarahkan tujuan agar klien menjadi matang
dan mampu menyingkirkan hambatan-hambatn
yang menyebabkan klien tidak dapat berdiri
sendiri
 Konselor membantu klien menghadapi transisi
dari ketergantungannya terhadap faktor luar
menjadi percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha
ini dilakukan dengan menemukan dan membuka
ketersesatan atau kebuntuan klien.
 Pada saat klien mengalami gejala
kesesatan dan klien menyatakan
kekalahannya terhadap lingkungan dengan
cara mengungkapkan kelemahannya,
dirinya tidak berdaya, bodoh, atau gila
 Konselor membantu membuat perasaan
klien untuk bangkit dan mau menghadapi
ketersesatannya sehingga potensinya
dapat berkembang lebih optimal.
Deskripsi Fase-fase Proses Konseling :
 Fase pertama
 konselor mengembangkan pertemuan konseling,
agar tercapai situasi yang memungkinkan
perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien
 Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien
berbeda, karena masing-masing klien mempunyai
keunikan sebagai individu serta memiliki
kebutuhan yang bergantung kepada masalah
yang harus dipecahkan.
 Fase kedua
 Konselor berusaha meyakinkan dan
mengkondisikan klien untuk mengikuti
prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan
kondisi klien
 Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam
fase ini, yaitu :
1. Membangkitkan motivasi klien :
 memberi kesempatan klien untuk menyadari
ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya
 Makin tinggi kesadaran klien terhadap
ketidakpuasannya semakin besar motivasi
untuk mencapai perubahan dirinya, sehingga
makin tinggi pula keinginannya untuk bekerja
sama dengan konselor.
2. Mebangkitkan otonomi klien :
 menekankan kepada klien bahwa klien boleh
menolak saran-saran konselor asal dapat
mengemukakan alasan-alasannya secara
bertanggung jawab.
 Fase ketiga
 Konselor mendorong klien untuk mengatakan
perasaan-perasaannya pada saat ini
 Klien diberi kesempatan untuk mengalami
kembali segala perasaan dan perbuatan pada
masa lalu, dalam situasi di sini dan saat ini.
 Kadang-kadang klien diperbolahkan
memproyeksikan dirinya kepada konselor
 Melalui fase ini, konselor berusaha
menemukan celah-celah kepribadian atau
aspek-aspek kepribadian yang hilang, dari
sini dapat diidentifikasi apa yang harus
dilakukan klien.
 Fase keempat
 Setelah klien memperoleh pemahaman dan
penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan
tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien
memasuki fase akhir konseling
 Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala
yang mengindikasikan integritas
kepribadiannya sebagai individu yang unik dan
manusiawi.
 Klien telah memiliki kepercayaan pada
potensinya, menyadari keadaan dirinya
pada saat sekarang, sadar dan
bertanggung jawab atas sifat otonominya,
perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya
dan tingkah lakunya.
 Dalam situasi ini klien secara sadar dan
bertanggung jawab memutuskan untuk
“melepaskan” diri dari konselor, dan siap
untuk mengembangan potensi dirinya.
TEKNIK KONSELING
 Prinsip Kerja Teknik Konseling Gestal
 Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor
menekankan bahwa konselor bersedia membantu
klien tetapi tidak akan bisa mengubah klien,
konselor menekankan agar klien mengambil
tanggung jawab atas tingkah lakunya.
 Orientasi Sekarang dan Di Sini
 Konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau
motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan
keadaan sekarang
 Masa lalu hanya dalam kaitannya dengan
keadaan sekarang
 Konselor tidak bertanya dengan pertanyaan
“mengapa”.
 Orientasi Eksperiensial
 konselor meningkatkan kesadaran klien
tentang diri sendiri dan masalah-masalahnya,
sehingga klien mampu mengintegrasikan
kembali dirinya:
 klien mempergunakan kata ganti personal
 klien mengubah kalimat pertanyaan
menjadi pernyataan
 klien mengambil peran dan tanggung jawab
 klien menyadari bahwa ada hal-hal positif
dan/atau negative pada diri atau tingkah
lakunya
Teknik-teknik Konseling Gestal
 Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien
dikondisikan untuk mendialogan dua
kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu
kecenderungan top dog dan kecenderungan
under dog, misalnya :
 kecenderungan orang tua lawan kecenderungan
anak
Kecenderungan “anak baik” lawan
kecenderungan “anak bodoh”
Kecenderungan bertanggung jawab lawan
kecenderungan masa bodoh
Kecenderungan otonom lawan
kecenderungan tergantung
Kecenderungan kuat atau tegar lawan
kecenderungan lemah
 Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut
pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan
mengarahkan dirinya pada suatu posisi di
mana ia berani mengambil resiko
 Penerapan permainan dialog ini dapat
dilaksanakan dengan menggunakan teknik
“kursi kosong”.
 Latihan Saya Bertanggung Jawab
 Teknik untuk membantu klien agar mengakui
dan menerima perasaan-perasaannya dari pada
memproyek-sikan perasaannya itu kepada
orang lain.
 Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk
membuat suatu pernyataan dan kemudian klien
menambahkan dalam pernyataan itu dengan
kalimat : “...dan saya bertanggung jawab atas
hal itu”.
 Misalnya :
 “Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas
kejenuhan itu”
 “Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang,
dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.
 “Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas
kemalasan itu”.
 Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut
Gestalt akan membantu meningkatkan
kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang
mungkin selama ini diingkarinya.
 Bermain Proyeksi
 Proyeksi :
 Memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan
yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau
menerimanya
 Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara
memantulkannya kepada orang lain
 Sering terjadi, perasaan-perasaan yang
dipantulkan kepada orang lain merupakan
atribut yang dimilikinya
 Dalam teknik bermain proyeksi konselor
meminta kepada klien untuk mencobakan atau
melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada
orang lain.
 Teknik Pembalikan
 Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering
kali mempresentasikan pembalikan dari
dorongan-dorongan yang mendasarinya
 Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk
memainkan peran yang berkebalikan dengan
perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
 Misalnya :
Konselor memberi kesempatan kepada klien
untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi
klien pemalu yang berlebihan
 Tetap dengan Perasaan
 Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang
menunjukkan perasaan atau suasana hati yang
tidak menyenangkan dan ia sangat ingin
menghindarinya
 Konselor mendorong klien untuk tetap
bertahan dengan perasaan yang ingin
dihindarinya itu.
 Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari
stimulus yang menakutkan dan
menghindari perasaan-perasaan yang
tidak menyenangkan
 Dalam hal ini konselor tetap mendorong
klien untuk bertahan dengan ketakutan
atau kesakitan perasaan yang dialaminya
sekarang dan mendorong klien untuk
menyelam lebih dalam ke dalam tingklah
laku dan perasaan yang ingin dihindarinya
itu.
 Untuk membuka dan membuat jalan me-
nuju perkembangan kesadaran perasaan
yang lebih baru :
tidak cukup hanya mengkonfron-
tasi dan menghadapi perasaan-
perasaan yang ingin dihindarinya
 membutuhkan keberanian dan pengalam-
an untuk bertahan dalam kesakitan pera-
saan yang ingin dihindarinya itu.
KETERBATASAN
PENDEKATAN
1. Pendekatan gestalt cenderung kurang
memperhatikan faktor kognitif
2. Pendekatan gestalt menekankan tanggung
jawab atas diri sendiri,
tetapi mengabaikan tanggung jawab pada
orang lain
3. Menjadi tidak produktf bila penggunaan
teknik-teknik gestalt dikembangkan
secara mekanis
4. Dapat terjadi klien sering bereaksi
negatif terhadap sejumlah teknik
gestalt karena merasa dirinya
dianggap anak kecil atau orang bodoh.

More Related Content

What's hot

Pendekatan Konseling Gestalt
Pendekatan Konseling GestaltPendekatan Konseling Gestalt
Pendekatan Konseling GestaltAmalianur_rizki
 
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)mncgita
 
Pendekatan Konseling "Analisis transaksional"
Pendekatan Konseling "Analisis transaksional"Pendekatan Konseling "Analisis transaksional"
Pendekatan Konseling "Analisis transaksional"Siti Sabilah Salmah
 
Rpl Bidang Pribadi
Rpl Bidang PribadiRpl Bidang Pribadi
Rpl Bidang PribadiAfy Luna
 
Ppt analisis transaksional
Ppt analisis transaksionalPpt analisis transaksional
Ppt analisis transaksionalelsanugrahita
 
Konseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikKonseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikAyu W. Shepty
 
Ppt analisis transaksional
Ppt analisis transaksionalPpt analisis transaksional
Ppt analisis transaksionalbkupstegal
 
Pendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitasPendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitasIFTITAH INDRIANI
 
1.konsep bk pribadi sosial
1.konsep bk pribadi sosial1.konsep bk pribadi sosial
1.konsep bk pribadi sosialrizkyaden
 
Ppt analisis transaksional
Ppt analisis transaksionalPpt analisis transaksional
Ppt analisis transaksionalkhomisah
 
Pendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredPendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredmisbakhulfirdaus
 
Kedudukan BK dalam Pendidikan
Kedudukan BK dalam PendidikanKedudukan BK dalam Pendidikan
Kedudukan BK dalam PendidikanSepti Ratnasari
 
Slide teori belajar sosial
Slide teori belajar sosialSlide teori belajar sosial
Slide teori belajar sosialAdryan Dan
 

What's hot (20)

Peta kognitif
Peta kognitifPeta kognitif
Peta kognitif
 
Pendekatan Konseling Gestalt
Pendekatan Konseling GestaltPendekatan Konseling Gestalt
Pendekatan Konseling Gestalt
 
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
 
Pendekatan Konseling "Analisis transaksional"
Pendekatan Konseling "Analisis transaksional"Pendekatan Konseling "Analisis transaksional"
Pendekatan Konseling "Analisis transaksional"
 
Rpl Bidang Pribadi
Rpl Bidang PribadiRpl Bidang Pribadi
Rpl Bidang Pribadi
 
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
 
Ppt analisis transaksional
Ppt analisis transaksionalPpt analisis transaksional
Ppt analisis transaksional
 
Peta Kognitif Client Centered
Peta Kognitif Client CenteredPeta Kognitif Client Centered
Peta Kognitif Client Centered
 
Konseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikKonseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistik
 
VERBATIM PADA KONSELING
VERBATIM PADA KONSELINGVERBATIM PADA KONSELING
VERBATIM PADA KONSELING
 
Ppt analisis transaksional
Ppt analisis transaksionalPpt analisis transaksional
Ppt analisis transaksional
 
Pendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitasPendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitas
 
1.konsep bk pribadi sosial
1.konsep bk pribadi sosial1.konsep bk pribadi sosial
1.konsep bk pribadi sosial
 
Ppt analisis transaksional
Ppt analisis transaksionalPpt analisis transaksional
Ppt analisis transaksional
 
pendekatan Humanistik ppt
pendekatan Humanistik pptpendekatan Humanistik ppt
pendekatan Humanistik ppt
 
Pendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredPendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centered
 
Penstrukturan
PenstrukturanPenstrukturan
Penstrukturan
 
Kedudukan BK dalam Pendidikan
Kedudukan BK dalam PendidikanKedudukan BK dalam Pendidikan
Kedudukan BK dalam Pendidikan
 
Slide teori belajar sosial
Slide teori belajar sosialSlide teori belajar sosial
Slide teori belajar sosial
 
Contoh verbatim (REFRENSI)
Contoh verbatim (REFRENSI)Contoh verbatim (REFRENSI)
Contoh verbatim (REFRENSI)
 

Similar to OPTIMALKAN KONSEP DASAR

Similar to OPTIMALKAN KONSEP DASAR (20)

(konbe)
(konbe)(konbe)
(konbe)
 
Ppt behavioral
Ppt behavioralPpt behavioral
Ppt behavioral
 
Rangkuman Pendekatan Konseling
Rangkuman Pendekatan KonselingRangkuman Pendekatan Konseling
Rangkuman Pendekatan Konseling
 
Ppt behavioristik kelompok 2
Ppt behavioristik kelompok 2Ppt behavioristik kelompok 2
Ppt behavioristik kelompok 2
 
power point"teknik konseling behavior"
power point"teknik konseling behavior"power point"teknik konseling behavior"
power point"teknik konseling behavior"
 
behavioristik
behavioristikbehavioristik
behavioristik
 
Pendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioralPendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioral
 
Konseling behavioral
Konseling behavioralKonseling behavioral
Konseling behavioral
 
Teori teori konseling
Teori teori konselingTeori teori konseling
Teori teori konseling
 
Terapi Realitas
Terapi RealitasTerapi Realitas
Terapi Realitas
 
Terapi Realitas
Terapi RealitasTerapi Realitas
Terapi Realitas
 
Bimbingan Konseling
Bimbingan KonselingBimbingan Konseling
Bimbingan Konseling
 
Trait and-factor
Trait and-factorTrait and-factor
Trait and-factor
 
behavior hans
behavior hansbehavior hans
behavior hans
 
Pendekatan konseling behavioristik
Pendekatan konseling behavioristikPendekatan konseling behavioristik
Pendekatan konseling behavioristik
 
Teori tingkah laku shamil 2002
Teori tingkah laku shamil 2002Teori tingkah laku shamil 2002
Teori tingkah laku shamil 2002
 
Peta Kognitif
Peta Kognitif Peta Kognitif
Peta Kognitif
 
Terapi behavioral
Terapi behavioralTerapi behavioral
Terapi behavioral
 
pendekatan client centered
pendekatan client centeredpendekatan client centered
pendekatan client centered
 
Tera pi tingkah laku
Tera pi tingkah lakuTera pi tingkah laku
Tera pi tingkah laku
 

OPTIMALKAN KONSEP DASAR

  • 1.
  • 2. KONSEP DASAR  Manusia : mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol/dipengaruhi oleh faktor- faktor dari luar  Manusia memulai kehidupannya dengan mem- berikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian
  • 3.  Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya  Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan, melalui hukum- hukum belajar : • Pembiasaan klasik, • Pembiasaan operan • Peniruan.
  • 4.  Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi- kondisi pembentukan tingkah laku.  Manusia cenderung akan mengambil sti- mulus yang menyenangkan dan menghin- darkan stimulus yang tidak menyenang-kan.
  • 5.  Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang diteri- manya.  Memahami kepribadian manusia : mempelajari dan memahami bagai- mana terbentuknya suatu tingkah laku
  • 6. KARAKTEISTIK KONSELING BEHAVIORAL :  Berfokus pada tingkah laku yang tampak  Cermat dan operasional dalam merumuskan tujuan konseling  Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik  Penilaian obyektif terhadap tujuan konseling
  • 7. ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH  Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan  Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu dari cara belajar atau lingkungan yang salah
  • 8.  Manusia bermasalah mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya  Tingkah laku maladaptif terjadi karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat  Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar
  • 9. TUJUAN KONSELING  Mengahapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah) untuk di-gantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien.
  • 10.  Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik o Diinginkan oleh klien o Konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut o Klien dapat mencapai tujuan tersebut o Dirumuskan secara spesifik  Konselor dan klien bersama-sama (bekerja sama) menetapkan/merumuskan tujuan- tujuan khusus konseling.
  • 11. DESKRIPSI PROSES KONSELING  Proses konseling dibingkai oleh kerangka kerja untuk mengajar klien dalam mengubah tingkah lakunya  Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut
  • 12.  Konselor mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu  Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.
  • 13. 2. Goal setting  Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling  Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi klien b. Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sbg hasil konseling
  • 14. c. Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien : 1) apakah merupakan tujuan yang benar-benar diinginkan klien 2) apakah tujuan itu realistik 3) kemungkinan manfaatnya 4) kemungkinan kerugiannya.
  • 15. d. Konselor dan klien membuat keputusan apakah : 1) melanjutkan konseling dengan mentapkan teknik yang akan dilaksanakan 2) mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai 3) melakukan referal
  • 16. 3. Technique implementation menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling 4. Evaluation termination melakukan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling 5. Feedback memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.
  • 17. TEKNIK KONSELING  Teknik konseling behavioral diarahkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang memben-tuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk
  • 18.  Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral o Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan Agar klien terdorong untuk merubah tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku klien.
  • 19.  Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan  Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan terham-batnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan  Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model (film, tape recorder, atau contoh nyata langsung)  Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan dengan sistem kontrak
  • 20. TEKNIK-TEKNIK KONSELING  Latihan Asertif o Digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar o Terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya o Cara : permainan peran dengan bimbingan konselor, diskusi kelompok
  • 21.  Desensitisasi Sistematis o Memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks o Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan
  • 22. o Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap o Tingkah laku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.
  • 23.  Pengkondisian Aversi o Digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk dengan meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut o Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya o Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
  • 24.  Pembentukan Tingkah laku Model o Digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk o Konselor menunjukkan kepada klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh o Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor : dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
  • 25. KETERBATASAN PENDEKATAN 1. Bersifat dingin, kurang menyentuh aspek pribadi, bersifat manipulatif, dan mengabaikan hubungan antar pribadi 2. Lebih terkonsentrasi kepada teknik 3. Pemilihan tujuan sering ditentukan oleh konselor
  • 26. 4. Konstruksi belajar yang dikembangkan dan digunakan oleh konselor behavioral tidak cukup komprehensif untuk menje- laskan belajar dan harus dipandang hanya sebagai suatu hipotesis yang harus diuji 5. Perubahan klien hanya berupa gejala yang dapat berpindah kepada bentuk tingkah laku yang lain.
  • 27.
  • 28. KONSEP DASAR  Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.  Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut.
  • 29.  Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya  Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi.
  • 30.  Hakikat manusia menurut Gestalt :  Hanya dapat dipahami dalam keseluruhan konteksnya  Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu  Aktor bukan reaktor
  • 31.  Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya  Dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab  Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
  • 32.  Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia : tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Masa lalu telah pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan kehidupan manusia adalah masa sekarang.
  • 33. Kecemasan : “kesenjangan antara saat sekarang dan yang akan datang”  Jika individu menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu terpu-kau pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan.
  • 34.  Unfinished business (urusan yang tak selesai) perasaan-perasaan yang tidak tersalurkan/terungkapkan seperti : dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan
  • 35.  Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan di ba-wa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubung-an yang efektif dengan dirinya sendi-ri dan orang lain  Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia berani mengha-dapi dan menangani/mengatasinya
  • 36. ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH  Individu bermasalah karena terjadi pertentangan antara kekuatan “top dog” dan keberadaan “under dog” o Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut, mengancam o Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi.
  • 37.  Perkembangan yang terganggu karena terjadi ketidakseimbangan antara apa-apa yang harus (self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self)  Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis  Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
  • 38.  Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang  Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi
  • 39.  Spektrum tingkah laku bermasalah :  Kepribadian kaku (rigid)  Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap tergantung  Menolak berhubungan dengan lingkungan  Memeliharan unfinished bussiness  Menolak kebutuhan diri sendiri  Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih” .
  • 40. TUJUAN KONSELING  Tujuan utama : Membantu klien berani menghadapi tantangan dan kenyataan yang harus dihadapi  Klien dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya.
  • 41.  Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya secara penuh, ia baru memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang dimilikinya Melalui konseling konselor membantu klien agar potensi yang baru dimanfaatkan sebagian ini dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.
  • 42.  Tujuan spesifik 1. Membantu klien agar dapat memper-oleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta menda-patkan insight secara penuh 2. Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya
  • 43. 3. Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to himself) 4. Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.
  • 44. DESKRIPSI PROSES KONSELING  Fokus utama konseling : bagaimana keadaan klien sekarang serta hambatan-hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya Tugas konselor : mendorong klien untuk dapat melihat kenyataan yang ada pada dirinya dan mau mencoba menghadapinya  Klien bisa diajak untuk memilih dua alternatif, menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang
  • 45.  Konselor menghindarkan diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk melakukan diagnosis, interpretasi maupun memberi nasihat  Konselor sejak awal konseling sudah mengarahkan tujuan agar klien menjadi matang dan mampu menyingkirkan hambatan-hambatn yang menyebabkan klien tidak dapat berdiri sendiri  Konselor membantu klien menghadapi transisi dari ketergantungannya terhadap faktor luar menjadi percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan membuka ketersesatan atau kebuntuan klien.
  • 46.  Pada saat klien mengalami gejala kesesatan dan klien menyatakan kekalahannya terhadap lingkungan dengan cara mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak berdaya, bodoh, atau gila  Konselor membantu membuat perasaan klien untuk bangkit dan mau menghadapi ketersesatannya sehingga potensinya dapat berkembang lebih optimal.
  • 47. Deskripsi Fase-fase Proses Konseling :  Fase pertama  konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien  Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena masing-masing klien mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung kepada masalah yang harus dipecahkan.
  • 48.  Fase kedua  Konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien  Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini, yaitu :
  • 49. 1. Membangkitkan motivasi klien :  memberi kesempatan klien untuk menyadari ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya  Makin tinggi kesadaran klien terhadap ketidakpuasannya semakin besar motivasi untuk mencapai perubahan dirinya, sehingga makin tinggi pula keinginannya untuk bekerja sama dengan konselor. 2. Mebangkitkan otonomi klien :  menekankan kepada klien bahwa klien boleh menolak saran-saran konselor asal dapat mengemukakan alasan-alasannya secara bertanggung jawab.
  • 50.  Fase ketiga  Konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat ini  Klien diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini dan saat ini.
  • 51.  Kadang-kadang klien diperbolahkan memproyeksikan dirinya kepada konselor  Melalui fase ini, konselor berusaha menemukan celah-celah kepribadian atau aspek-aspek kepribadian yang hilang, dari sini dapat diidentifikasi apa yang harus dilakukan klien.
  • 52.  Fase keempat  Setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling  Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi.
  • 53.  Klien telah memiliki kepercayaan pada potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat sekarang, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya dan tingkah lakunya.  Dalam situasi ini klien secara sadar dan bertanggung jawab memutuskan untuk “melepaskan” diri dari konselor, dan siap untuk mengembangan potensi dirinya.
  • 54. TEKNIK KONSELING  Prinsip Kerja Teknik Konseling Gestal  Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor menekankan bahwa konselor bersedia membantu klien tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor menekankan agar klien mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.
  • 55.  Orientasi Sekarang dan Di Sini  Konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan keadaan sekarang  Masa lalu hanya dalam kaitannya dengan keadaan sekarang  Konselor tidak bertanya dengan pertanyaan “mengapa”.
  • 56.  Orientasi Eksperiensial  konselor meningkatkan kesadaran klien tentang diri sendiri dan masalah-masalahnya, sehingga klien mampu mengintegrasikan kembali dirinya:  klien mempergunakan kata ganti personal  klien mengubah kalimat pertanyaan menjadi pernyataan  klien mengambil peran dan tanggung jawab  klien menyadari bahwa ada hal-hal positif dan/atau negative pada diri atau tingkah lakunya
  • 57. Teknik-teknik Konseling Gestal  Permainan Dialog Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya :  kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak
  • 58. Kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh” Kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh Kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung Kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah
  • 59.  Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko  Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.
  • 60.  Latihan Saya Bertanggung Jawab  Teknik untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyek-sikan perasaannya itu kepada orang lain.  Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “...dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.
  • 61.  Misalnya :  “Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”  “Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.  “Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”.  Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.
  • 62.  Bermain Proyeksi  Proyeksi :  Memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya  Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain
  • 63.  Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya  Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
  • 64.  Teknik Pembalikan  Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya  Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
  • 65.  Misalnya : Konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan
  • 66.  Tetap dengan Perasaan  Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan dan ia sangat ingin menghindarinya  Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
  • 67.  Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan  Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingklah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
  • 68.  Untuk membuka dan membuat jalan me- nuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru : tidak cukup hanya mengkonfron- tasi dan menghadapi perasaan- perasaan yang ingin dihindarinya  membutuhkan keberanian dan pengalam- an untuk bertahan dalam kesakitan pera- saan yang ingin dihindarinya itu.
  • 69. KETERBATASAN PENDEKATAN 1. Pendekatan gestalt cenderung kurang memperhatikan faktor kognitif 2. Pendekatan gestalt menekankan tanggung jawab atas diri sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab pada orang lain
  • 70. 3. Menjadi tidak produktf bila penggunaan teknik-teknik gestalt dikembangkan secara mekanis 4. Dapat terjadi klien sering bereaksi negatif terhadap sejumlah teknik gestalt karena merasa dirinya dianggap anak kecil atau orang bodoh.