SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN 
GANGGUAN MENTAL 
MAKALAH 
Oleh 
Kelompok 4B 
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 
UNIVERSITAS JEMBER 
2014 
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN 
GANGGUAN MENTAL 
MAKALAH 
diajukan guna memenuhi tugas Keperawatan Klien di Rumah dengan dosen 
pengampu Hanny Rasni, S.Kp., M.Kep. 
Oleh 
Ary Januar Pranata Putra 122310101039 
Wahyu Dini Candra Susila 122310101043 
Dwi Nida Dzusturia 122310101045 
Alfun Hidayatulloh 122310101047 
Afiq Zulfikar Zulmi 122310101049 
Armita Iriyana Hasanah 122310101051 
Aprilita Restuningtyas 122310101053 
Kezia Sinta Pratiwi 122310101057 
Akhmad Miftahul Huda 122310101061 
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 
UNIVERSITAS JEMBER 
2014 
ii
PRAKATA 
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga 
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada 
Pasien Dengan Gangguan Mental“ dengan baik dan tepat pada waktunya. 
Adapun tujuan penyusunan tugas ini untuk memenuhi tugas mata kuliah 
Keperawatan Klien di Rumah Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas 
Jember tahun ajaran 2013/2014. 
Penyusunan tugas ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena 
itu, kami menyampaikan terima kasih kepada: 
1. Hanny Rasni, S.Kp.,M.Kep. selaku penanggung jawab mata ajar 
Keperawatan Klien di Rumah; 
2. teman-teman kelompok yang telah membantu; 
3. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. 
Dengan segala kerendahan hati kami selaku penyusun tugas ini menyadari 
bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami senantiasa 
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi 
kesempurnaan tugas yang serupa di masa yang akan datang. Semoga segala yang 
tertulis di dalam tugas ini bermanfaat bagi dunia pendidikan, khususnya dalam 
lingkup Universitas Jember. 
Penulis, 
iii
DAFTAR ISI 
Halaman 
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i 
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii 
PRAKATA ...................................................................................................... 
iii DAFTAR ISI................................................................................................... 
iv BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 
1 
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 
1.2 Tujuan.............................................................................................. 1 
1.3 Manfaat............................................................................................ 1 
BAB 2. PEMBAHASAN ................................................................................ 
2 
2.1 Pengertian........................................................................................ 2 
2.2 Etiologi ............................................................................................ 2 
2.3 Klasifikasi ........................................................................................ 6 
2.4 Manifestasi klinis ............................................................................ 8 
2.5 Penatalaksanaan ............................................................................. 9 
2.6 Pencegahan ...................................................................................... 10 
BAB 3.ASUHAN KEPERAWATAN............................................................ 12 
3.1 Pengkajian ....................................................................................... 12 
3.2 Analisa Data .................................................................................... 14 
3.3 Diagnosa .......................................................................................... 16 
3.4 Intervensi ......................................................................................... 16 
BAB 4. PENUTUP.......................................................................................... 21 
4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 21 
4.2 Saran ............................................................................................... 21 
DAFTAR PUSTAKA 
iv
1 
1.1 Latar Belakang 
BAB 1. PENDAHULUAN 
Asuhan keperawatan pada gangguan mental dapat menjemukan, 
mengecewakan karena tidak tampak perubahan dengan segera. Akibatnya, 
pelayanan yang diberikan monoton, rutin, bersifat umum dan jauh dari pendekatan 
komprehensif yang memandang setiap klien unik berdasarkan aspek biopsiko-sosial 
budaya-spiritual. Kesadaran perawat tentang gangguan mental, baik proses 
terjadi, factor penyebab, keterbatasan, tingkat kemampuan klien dan asuhan 
keperawatan yang spesifik akan memotivasi perawat melakukan praktek 
keperawatan yang berkualitas. 
Keadaan klinis yang bervariasi menuntut pengetahuan dan keterampilan 
perawat dalam menangani berbagai masalah keperawatan yang berhubungan 
dengan gangguan mental Aplikasi proses keperawatan disertakan pada bagian 
akhir, sebagai bahan siap pakai dilapangan praktek keperawatan. Modifikasi perlu 
dilakukan agar sesuai dengan kebutuhan dan situasi klien. 
1.2 Rumusan Masalah 
1. Bagaimana definisi gangguan mental? 
2. Apa saja etiologi gangguan mental? 
3. Bagaimana klasifikasi gangguan mental? 
4. Bagaimana manifestasi klinis gangguan mental? 
5. Bagaimana penatalaksanaan gangguan mental? 
6. Bagaimana pencegahan gangguan mental? 
7. Bagaiamana asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan mental? 
1.3 Tujuan 
1. mahasiswa mampu menjelaskan pengertian gangguan mental; 
2. mahasiswa mampu menjelaskan etiologi kelainan gangguan mental; 
3. mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi gangguan mental? 
4. mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis gangguan mental? 
5. mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan gangguan mental? 
6. mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan gangguan mental? 
7. mahasiswa mampu menjelaskan bagaiamana asuhan keperawatannya?
2.1 Pengertian 
BAB 2. PEMBAHASAN 
Gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa merupakan istilah 
resmi yang digunakan dalam PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnostik 
Gangguan Jiwa). Konsep gangguan jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke 
DSM-III adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang 
secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu 
gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam 
satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia (Maslim, 2002). 
Menurut American Psychiatric Association (2006), gangguan jiwa 
didefinisikan sebagai suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang 
penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan 
adanya distres atau distabilitas atau disertai peningkatan ririko kematian yang 
menyakitkan, nyeri, disabilitas atau kehilangan kebebasan. Sedangkan 
menurut Kaplan dan Sadock (2007), gangguan jiwa merupakan gejala yang 
dimanifestasikan melalui perubahan karakteristik utama dari kerusakan fungsi 
perilaku atau psikologis yang secara umum diukur dari bebrapa konsep 
norma, dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dari respon 
yang diharapkan pada kejadian tertentu atau keterbbatasan hubungan antara 
individu dan lingkungan sekitarnya. Menurut Depkes RI (2000) gangguan 
jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya 
gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan 
atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. 
2.2 Etiologi 
Penyebab gangguan jiwa itu bermacam-macam ada yang bersumber dari 
berhubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti diperlakukan 
tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbatas, kehilangan 
seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu ada 
juga gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan
gangguan pada otak (Djamaludin, 2001). Para ahli psikologi berbeda 
pendapat tentang sebab-sebab terjadinya gangguan jiwa. Menurut pendapat 
Sigmund Freud dalam Maslim (2002), gangguan jiwa terjadi karena tidak 
dapat dimainkan tuntutan id (dorongan instinctive yang sifatnya seksual) 
dengan tuntutan super ego (tuntutan normal social). Orang ingin berbuat 
sesuatu yang dapat memberikan kepuasan diri, tetapi perbuatan tersebut akan 
mendapat celaan masyarakat. Konflik yang tidak terselesaikan antara 
keinginan diri dan tuntutan masyarakat ini akhirnya akan mengantarkan orang 
pada gangguan jiwa. 
Dari berbagai pendapat mengenai penyebab terjadinya gangguan jiwa 
seperti yang dikemukakan diatas disimpulkan bahwa gangguan jiwa 
disebabkan oleh karena ketidak mampuan manusia untuk mengatasi konflik 
dalam diri, tidak terpenuhinya kebutuhan hidup, perasaan kurang diperhatikan 
(kurang dicintai) dan perasaan rendah diri (Djamaludin dan Kartini, 2001). 
Disamping hal tersebut di atas banyak faktor yang mendukung timbulnya 
gangguan jiwa yang merupakan perpaduan dari beberapa aspek yang saling 
mendukung yang meliputi Biologis, psikologis, sosial, lingkungan. Tidak 
seperti pada penyakit jasmaniah, sebab-sebab gangguan jiwa adalah 
kompleks. Pada seseorang dapat terjadi penyebab satu atau beberapa faktor 
dan biasanya jarang berdiri sendiri. Mengetahui sebabsebab gangguan jiwa 
penting untuk mencegah dan mengobatinya. Menurut Santrock (1999) 
gangguan mental disebabkan oleh : 
1) Biologis 
a. Keturunan 
Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas 
dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi 
hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang 
tidak sehat. 
b. Jasmani 
Beberapa peneliti berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan 
dengan gangguan jiwa tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk /
endoform cenderung menderita psikosa manik depresif, sedang yang 
kurus/ ectoform cenderung menjadi skizofrenia. 
c. Temperamen 
Orang yang terlalu peka/ sensitif biasanya mempunyai masalah 
kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami 
gangguan jiwa. 
d. Penyakit dan cedera tubuh 
Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker dan 
sebagainya, mungkin menyebabkan merasa murung dan sedih. 
Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa 
rendah diri. 
2) Psikologis 
Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami 
akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. 
3) Sosio Kultural 
Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat 
maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab 
langsung menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan 
“warna” gejala-gejala. Disamping mempengaruhi pertumbuhan dan 
perkembangan kepribadian seseorang misalnya melalui aturan-aturan 
kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut. Menurut Santrock 
(1999) Beberapa faktor-faktor kebudayaan tersebut : 
a. Cara membesarkan anak 
Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter , hubungan orang 
tua anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa 
mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul 
atau justru menjadi penurut yang berlebihan. 
b. Sistem nilai 
Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu 
dengan yang lain, antara masa lalu dengan sekarang sering 
menimbulkan masalah-masalah kejiwaan. Begitu pula perbedaan
moral yang diajarkan di rumah / sekolah dengan yang dipraktekkan di 
masyarakat sehari-hari. 
c. Kesenjangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada 
Iklan-iklan di radio, televisi. Surat kabar, film dan lain-lain 
menimbulkan bayangan-bayangan yang menyilaukan tentang 
kehidupan modern yang mungkin jauh dari kenyataan hidup 
seharihari. Akibat rasa kecewa yang timbul, seseorang mencoba 
mengatasinya dengan khayalan atau melakukan sesuatu yang 
merugikan masyarakat. 
d. Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi 
Dalam masyarakat modern kebutuhan dan persaingan makin 
meningkat dan makin ketat untuk meningkatkan ekonomi hasil-hasil 
teknologi modern. Memacu orang untuk bekerja lebih keras agar dapat 
memilikinya. Jumlah orang yang ingin bekerja lebih besar dari 
kebutuhan sehingga pengangguran meningkat, demikian pula 
urbanisasi meningkat, mengakibatkan upah menjadi rendah. Faktor-faktor 
gaji yang rendah, perumahan yang buruk, waktu istirahat dan 
berkumpul dengan keluarga sangat terbatas dan sebagainya 
merupakan sebagian mengakibatkan perkembangan kepribadian yang 
abnormal. 
e. Perpindahan kesatuan keluarga 
Khusus untuk anak yang sedang berkembang kepribadiannya, 
perubahan-perubahan lingkungan (kebudayaan dan pergaulan), sangat 
cukup mengganggu. 
f. Masalah golongan minoritas 
Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan ini dari lingkungan 
dapat mengakibatkan rasa pemberontakan yang selanjutnya akan 
tampil dalam bentuk sikap acuh atau melakukan tindakan-tindakan 
yang merugikan orang banyak.
2.3 Klasifikasi 
Menurut Maslim (1994) gangguan jiwa dibedakan sebagai berikut ; 
a. Skizofrenia 
Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan 
disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan 
suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana mana sejak dahulu 
kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab dan 
patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994). Dalam kasus berat, 
klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran 
dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini 
secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa 
timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan 
spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas 
yang rusak “cacat”. 
b. Depresi 
Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan 
penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri 
atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah 
gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa 
bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang 
hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidakberdayaan, harga diri 
rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang 
akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan 
normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya 
kematian orang yang dicintai. 
c. Kecemasan 
Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan bahwa 
kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang 
kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi 
adaptif yang sesuai.. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang 
melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa
ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka 
bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan. 
d. Gangguan kepribadian 
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian 
(psikopatia) dan gejala-gejala neurosa berbentuk hampir sama pada 
orang-orang dengan inteligensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh 
dikatakan bahwa gangguan kepribadian, neurosa dan gangguan 
inteligensi sebagian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau 
tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian 
paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, 
kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-kompulsif, 
kepribadian histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial, 
Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadekuat. 
e. Gangguan mental organik 
Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit 
jasmani yang terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak. 
Jika bagian otak yang terganggu itu luas , maka gangguan dasar 
mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit 
yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu 
saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan 
sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi 
psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan 
otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut dan 
menahun. 
f. Gangguan Psikosomatik 
Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian 
besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang 
dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat 
disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena 
biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut 
juga gangguan psikofisiologik.
g. Retardasi mental 
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang 
terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya 
terhambatnya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga 
berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya 
kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan social. 
Sedangkan menurut Yosep (2007) penggolongan gangguan jiwa 
dan dibedakan menjadi : 
a. Neurosa 
Neurosa ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang 
kronis dimana tidak ada rangsangan yang spesifik yang menyebabkan 
kecemasan tersebut. 
b. Psikosa 
Psikosis merupakan gangguan penilaian yang menyebabkan 
ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya. 
Sehingga, terdapat realita baru versi orang psikosis tersebut. Psikosis 
dapat pula diartikan sebagai suatu kumpulan gejala atau sindrom yang 
berhubungan gangguan psikiatri lainnya, tetapi gejala tersebut bukan 
merupakan gejala spesifik penyakit tersebut. 
3.4 Manifestasi Klinik 
Tanda dan gejala gangguan jiwa menurut Yosep (2007) sebagai berikut : 
a. Ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, 
perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah, 
tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk. 
b. Gangguan kognisi pada persepsi: merasa mendengar 
(mempersepsikan) sesuatu bisikan yang menyuruh membunuh, 
melempar, naik genting, membakar rumah, padahal orang di 
sekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut sebenarnya tidak 
ada hanya muncul dari dalam diri individu sebagai bentuk kecemasan
yang sangat berat dia rasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, klien 
bisa mendengar sesuatu, melihat sesuatu atau merasakan sesuatu yang 
sebenarnya tidak ada menurut orang lain. 
c. Gangguan kemauan: klien memiliki kemauan yang lemah (abulia) 
susah membuat keputusan atau memulai tingkah laku, susah sekali 
bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau 
dan acak-acakan. 
d. Gangguan emosi: klien merasa senang, gembira yang berlebihan. 
Klien merasa sebagai orang penting, sebagai raja, pengusaha, orang 
kaya, titisan Bung karno tetapi di lain waktu ia bisa merasa sangat 
sedih, menangis, tak berdaya (depresi) sampai ada ide ingin 
mengakhiri hidupnya. 
e. Gangguan psikomotor : Hiperaktivitas, klien melakukan pergerakan 
yang berlebihan naik ke atas genting berlari, berjalan maju mundur 
meloncat-loncat, melakukan apa-apa yang tidak disuruh atau 
menentang apa yang disuruh, diam lama tidak bergerak atau 
melakukan gerakan aneh. 
3.5 Penanganan Gangguan Jiwa 
a. Terapi psikofarmaka 
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara 
selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama 
terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi 
gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup 
klien (Hawari, 2001). Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa 
golongan, diantaranya: antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas, 
antiinsomnia, anti-panik, dan anti obsesif-kompulsif,. 
Pembagian lainnya dari obat psikotropik antara lain: transquilizer, 
neuroleptic, antidepressants dan psikomimetika (Hawari, 2001).
b. Terapi somatik 
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat 
gangguan jiwa sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem 
tubuh lain. Salah satu bentuk terapi ini adalah Electro Convulsive 
Therapy. Terapi elektrokonvulsif (ECT) merupakan suatu jenis 
pengobatan somatik dimana arus listrik digunakan pada otak melalui 
elektroda yang ditempatkan pada pelipis. Arus tersebut cukup 
menimbulkan kejang grand mal, yang darinya diharapkan efek yang 
terapeutik tercapai. Mekanisme kerja ECT sebenarnya tidak diketahui, 
tetapi diperkirakan bahwa ECT menghasilkan perubahan-perubahan 
biokimia di dalam otak (Peningkatan kadar norepinefrin dan serotinin) 
mirip dengan obat anti depresan. (Townsend alih bahasa Daulima, 
2006). 
c. Terapi Modalitas 
Terapi modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien gangguan 
yang bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan 
jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. 
3.6 Pencegahan 
Banyak para ahli yang memberikan metode upaya pencegahan mulai dari 
faktor yang mempengaruhi sampai akibat yang ditimbulkan. Pada 
dasarnya upaya pencegahan ialah didasarkan pada prinsip-prinsip 
kesehatan mental. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah: 
a. Gambaran dan sikap baik terhadap diri-sendiri 
orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri, baik dengan diri 
sendiri maupun hubungan dengan orang lain, hubungan dengan alam 
lingkungan, serta hubungan dengan Tuhan. 
b. Keterpaduan atau integrasi diri 
berarti adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan jiwa dalam 
diri, kesatuan pandangan (falsafah dalam hidup) dan kesanggupan 
mengatasi ketegangan emosi (stres).
c. Pewujudan diri (aktualisasi) diri 
Aktualisasi diri merupakan sebuah proses pematangan diri dapat 
berarti sebagai kemampuan mempengaruhi potensi jiwa dan memiliki 
gambaran dan sikap yang baik terhadap diri-sendiri serta 
meningkatkan motivasi dan semangat hidup. 
d. Kemampuan menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial dan 
menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal 
Bagi individu yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan 
lingkungannya, dapat menyebabkan timbulnya kecemasan dan 
kesulitan dalam mengahadapi tuntutan dan persoalan yang dapat 
terjadi setiap hari. 
e. Agama dan falsafah hidup 
Falsafah hidup merupakan wujud dari kumpulan prinsip atau nilai-nilai. 
Sehingga setiap orang berusaha sesuai dengan ketentuannya. 
Dengan demikian apabila seseorang memiliki falsafah hidup, maka 
akan dapat menghadapi tantangannya dengan mudah. 
f. Pengawasan diri 
Sesorang yang dapat mengendalikan keinginannya dan mampu 
menunda sebagian dari pemenuhan kebutuhannya. Hal ini 
dimaksudkan untuk mewujudkan kesehatan mental yang didasarkan 
pada kemauan dan kemampuan setiap pribadi untuk merubah dari 
masalah yang buruk agar menjadi baik.
3.1 Pengkajian 
1. Identitas 
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN 
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Status Perkawinan, Pendidikan, 
Pekerjaan, dll. 
2. Riwayat Kesehatan 
a. Keluhan Utama 
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengigau dan melamun. 
b. Riwayat Penyakit Sekarang 
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering terlihat ketakutan. 
Keluarga pasien mengatakan pasien sering melakukan aktivitas yang 
membahayakan. 
c. Riwayat Penyakit Dahulu 
Keluarga pasien mengatakan kesulitan berkomunikasi dengan pasien, 
karena pasien mengatakan kata-kata yang tidak jelas. 
d. Riwayat Penyakit Keluarga 
Anggota keluarga tidak ada yang menderita gejala seperti ini. 
3. Pola Pemenuhan Kesehatan 
a. Aktivitas/kesehatan 
Pasien terlihat sering berhalusinasi dan perilaku pasien tidak stabil. Pasien 
tidak mampu diajak berkomunikasi secara baik dan perhatian pasien 
menurun dalam melakukan aktivitas. Keluarga pasien mengatakan pasien 
sering melakukan aktivitas yang membahayakan. 
b. Persepsi 
Gejala: riwayat kehilangan seseorang yang dicintai 
Tanda: pasien sering melamun, mengigau, dan berhalusinasi. 
c. Makanan/cairan 
Keluarga pasien mengatakan pasien makan sehari 2x-3x sehari, dengan 
bantuan keluarga pasien.
d. Nyeri/kenyamanan 
Pada pasien gangguan mental tidak ditemukan nyeri/ketidaknyamanan 
pada badan pasien. 
e. Pernafasan 
Pada pasien gangguan mental tidak ditemukan ketidaknormalan pada 
pernafasan 
f. Psikologi 
Pasien terhilat cemas dan ketakutan, pasien tampak mondar-mandir dan 
terkadang berteriak-teriak tidak jelas, pasien mengalami diorientasi ruang 
dan waktu, dan pasien tampak gelisah, dan labil. 
g. Sosial 
Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan jelas dan perilaku pasien tidak 
stabil, sehingga menyebabkan pasien sedikit mempunyai teman dan hanya 
berinteraksi dengan anggota keluarganya. 
4. Pemeriksaan Fisik 
Keadaan umum : Baik 
Tingkat kesadaran : Baik 
GCS : 15 ( E4 M6 V5) 
Tanda-tanda vital : 
Tekanan Darah : 120/80 mmHg 
Nadi : 88 x/menit 
Respirasi Rate : 19 x/menit 
Suhu : 36, 8 oC 
a. Kepala : Warna kulit sawo matang, tidak ada jejas, tidak ada nyeri tekan. 
b. Mata-Telinga-Hidung: 
a) Penglihatan : Baik 
b) Pendengaran : Baik 
c) Hidung, pembau : Baik 
c. Leher: Simetris, Normal, tidak Ada jejas, tidak ada benjolan
d. Dada dan punggung: Normal 
a) Paru-paru: Normal 
b) Jantung, abdomen, pinggang: Normal 
e. Sistem pencernaan : Normal 
f. Sistem Genitourinaria : Normal 
g. Ekstremitas atas dan bawah : Normal 
3.2 Analisa Data 
No. Data Penyebab Masalah 
1. DO: 
- Prilaku pasien tidak 
stabil. 
- Pasien mengalami 
diorientasi ruang dan 
waktu 
- Pasien terlihat sering 
berhalusinasi 
DS: 
- Keluarga pasien 
mengatakan bahwa pasien 
sering mengigau dan 
melamun 
Gangguan otak Gangguan proses 
pikir berhubungan 
dengan gangguan 
otak 
2. DO: 
- Pasien tidak mampu 
diajak berkomunikasi 
secara baik. 
DS: 
- Pasien mengatakan kata-kata 
yang tidak jelas. 
- Keluarga pasien 
Perubahan 
persepsi 
Hambatan 
komunikasi verbal 
berhubungan 
dengan perubahan 
persepsi
mengatakan kesulitan 
berkomunikasi dengan 
pasien. 
3. DO: 
- Pasien terhilat cemas dan 
ketakutan. 
- Pasien tampak mondar-mandir 
dan terkadang 
berteriak-teriak tidak 
jelas. 
DS: 
- Keluarga pasien 
mengatakan bahwa pasien 
sering terlihat ketakutan. 
Perubahan 
sistem 
neurologis 
Ansietas 
4. DO: 
- Pasien mengalami 
diorientasi ruang dan 
waktu. 
- Pasien tampak gelisah, 
dan labil. 
- Perhatian pasien menurun 
dalam melakukan 
aktivitas. 
DS: 
- Keluarga pasien 
mengatakan pasien sering 
melakukan aktivitas yang 
membahayakan. 
Disorientasi Resiko tinggi 
terhadap cedera
3.3 Diagnosa 
a. Gangguan proses pikir berhubungan dengan gangguan otak 
b. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi 
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan sistem neurologis 
d. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan disorientasi 
3.4 Intervensi 
No. Diagnosa 
Keperawatan 
Tujuan dan Kriteria 
hasil 
Intervensi Keperawatan 
1. Gangguan 
proses pikir 
berhubungan 
dengan 
gangguan otak 
Setelah diberikan 
tindakan keperawatan 
diharapkan klien 
mampu mengenali 
perubahan dalam 
berpikir dengan Kriteria 
Hasil: 
 Mampu 
memperlihatkan 
kemampuan 
kognitifuntuk 
menjalani 
konsekuensi 
kejadian yang 
menegangkan 
terhadap emosi dan 
pikiran tentang diri 
 Mampu 
mengembangkan 
strategi untuk 
mengatasi anggapan 
diri yang negative 
 Mampu mengenali 
perubahan dalam 
berpikir atau tingkah 
laku dan factor 
penyebab 
 Mampu 
memperlihatkan 
penurunan tingkah 
laku yang tidak 
diinginkan, 
ancaman, dan 
1. Kembangkan lingkungan yang 
mendukung dan hubungan 
klien-perawat yang terapeutik 
2. Kaji derajat gangguan 
kognitif, seperti perubahan 
orientasi, rentang perhatian, 
kemampuan berpikir. 
Bicarakan dengan keluarga 
mengenai perubahan perilaku 
3. Pertahankan lingkungan yang 
menyenangkan dan tenang 
4. Lakukan pendekatan dengan 
cara perlahan dan tenang 
5. Panggil klien dengan 
namanya dan tatap wajahnya 
ketika berbicara 
6. Gunakan suara yang agak 
rendah dan berbicara dengan 
perlahan pada klien 
7. Gunakan kata-kata pendek, 
kalimat dan Ulangi instruksi 
tersebut sesuai kebutuhan 
8. Dengarkan dengan penuh 
perhatian pembicaraan klien. 
Interpretasikan pertanyaan, 
arti, dan kata. Beri kata yang 
benar 
9. Hindari kritikan, argumentasi, 
dan konfrontasi negative 
10. Gunakan distraksi. Bicarakan 
tentang kejadian yang 
sebenarnya saat klien 
mengungkapkan ide yang
kebingungan salah, jika tidak meningkatkan 
kecemasan 
11. Hindari klien dari aktivitas 
dan komunikasi yang 
dipaksakan 
12. Gunakan hal yang humoris 
saat berinteraksi pada klien 
13. Mengurangi kecemasan dan 
emosional, seperti kemarahan, 
meningkatkan pengembangan 
evaluasi diri yang positif dan 
mengurangi konflik 
psikologis 
14. Memberikan dasar 
perbandingan yang akan 
datang dan memengaruhi 
rencan intervensi. Catatan: 
evaluasi orientasi secara 
berulang dapat meningkatkan 
respon yang negative/tingkat 
frustasi 
a. Kebisingan merupakan 
sensori berlebihan yang 
meningkatkan gangguan 
neuron 
b. Pendekatan terburu-buru 
menyebabkan klien 
bingung, kesalahan 
persepsi/perasaan, 
terancam 
c. Menimbulkan perhatian, 
terutama pada klien 
dengan gangguan 
perceptual 
d. Nama adalah bentuk 
identitas diri dan 
menimbulkan pengenalan 
terhadap realita dan klien 
e. Meningkatkan 
pemahaman. Ucapan 
tinggi dank eras 
menimbulkan 
stress/marah yang 
mencetuskan konfrontasi 
dan respons marah
f. Seiring perkembangan 
penyakit, pusat 
komunikasi dalam otak 
terganggu sehingga 
menghilangkan 
kemampuan klien dalam 
respons penerimaan pesan 
dan percakapan secara 
keseluruhan 
g. Menimbulkan respons 
verbal, meningkatkan 
pemahaman. Isyarat 
menstimulasi komunikasi, 
memberi pengalaman 
positif 
h. Mengarahkan perhatian 
dan penghargaan. 
Membantu klien dengan 
alat bantu proses kata 
dalam menurunkan 
frustasi 
i. Provokasi menurunkan 
harga diri dan merupakan 
ancaman yang 
mencetuskan agitasi yang 
tidak sesuai 
j. Lamunan membantu 
dalam meningkatkan 
disorientasi. Orientasi 
pada realita 
meningkatkan perasaan 
realita klien, penghargaan 
diri dan kemuliaan 
(kebahagiaan) personal 
k. Keterpaksaan 
menurunkan 
keikutsertaan dan 
meningkatkan 
kecurigaan, delusi 
l. Tertawa membantu dalam 
komunikasi dan 
meningkatkan kestabilan 
emosi
2. Hambatan 
komunikasi 
verbal 
berhubungan 
dengan 
perubahan 
persepsi 
Setelah diberikan 
asuhan keperawatan, 
diharapkan klien tidak 
mengalami hambatan 
komunikasi verbal 
dengan kriteria hasil: 
 Membuat teknik / 
metode komunikasi 
yang dapat di 
mengerti sesuai 
kebutuhan dan 
meningkatkan 
kemampuan 
berkomunikasi 
1. Kaji kemampuan klien untuk 
berkomunikasi. 
2. Menentukan cara-cara 
berkomunikasi seperti 
mempertahankan kontak 
mata, pertanyaan dengan 
jawaban ya atau tidak, 
menggunakan kertas dan 
pensil/bolpoint, gambar, atau 
papan tulis; bahasa isyarat, 
penjelas arti dari komunikasi 
yang disampaikan. 
3. Letakkan bel/lampu 
panggilan di tempat mudah 
dijangkau dan berikan 
penjelasan cara 
menggunakannya. Jawab 
panggilan tersebut dengan 
segera. Penuhi kebutuhan 
klien. Katakan kepada klien 
bahwa perawat siap 
membantu jika dibutuhkan. 
Kolaborasi 
1. Kolaborasi dengan ahli 
wicara bahasa. 
2. Untuk menentukan tingkat 
kemampuan klien dalam 
berkomunikasi. 
3. Untuk membantu proses 
berkomunikasi dengan klien, 
dan agar tidak terjadi 
miskomunikasi. 
3. Ansietas 
berhubungan 
dengan 
perubahan 
sistem 
neurologis 
Setelah diberikan 
asuhan keperawatan, 
diharapkan klien dapat 
mengatasi rasa cemas 
dengan kriteria hasil: 
 Klien mampu 
mengidentifikasi dan 
mengungkapkan 
gejala cemas 
 Klien mampu 
1. Gunakan pendekatan yang 
menenangkan 
2. Jelaskan semua prosedur dan 
apa yang dirasalan selama 
prosedur 
3. Dorong keluarga untuk 
menemani klien 
4. Identifikasikan tingkat 
kecemasan 
5. Bantu klien untuk mengenal
menunjukkan teknik 
untuk mengontrol 
cemas 
 Postur tubuh, 
ekspresi wajah, 
bahasa tubuh dan 
tingkat aktivitas 
menunjukkan 
berkurangnya 
kecemasan 
situasi yang menyebabkan 
kecemasan 
6. Ajarkan pasien penggunaan 
teknik relaksasi 
4. Resiko tinggi 
terhadap 
cedera 
berhubungan 
dengan 
disorientasi 
Setelah dilakukan 
tindakan keperawatan 
diharapkan Risiko 
cedera tidak terjadi 
dengan Kriteria Hasil: 
 Meningkatkan 
tingkat aktivitas 
 Dapat beradaptasi 
dengan lingkungan 
untuk mengurangi 
risiko trauma/cedera 
 Tidak mengalami 
trauma/cedera 
 Keluarga mengenali 
potensial di 
lingkungan dan 
mengidentifikasi 
tahap-tahap untuk 
memperbaikinya 
1. Kaji derajat gangguan 
kemampuan,tingkah laku 
impulsive dan penurunan 
persepsi visual. Bantu 
keluarga mengidentifikasi 
risiko terjadinya bahaya yang 
mungkin timbul 
2. Hilangkan sumber bahaya 
lingkungan 
3. Alihkan perhatian saat 
perilaku teragitasi 
4. Gunakan pakaian sesuai 
dengan lingkungan 
fisik/kebutuhan klien 
5. Kaji efek samping obat, 
tanda keracunan (tanda 
ekstrapiramidal,hipotensi 
ortostatik,gangguan 
penglihatan, gangguan 
gastrointestinal) 
6. Hindari penggunaan restrain 
terus-menerus. Berikan 
kesempatan keluarga tinggal 
bersama klien selama periode 
agitasi akut
BAB 4. PENUTUP 
4.1 Kesimpulan 
Gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa merupakan istilah 
resmi yang digunakan dalam PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnostik 
Gangguan Jiwa). Penyebab gangguan jiwa itu bermacam-macam ada yang 
bersumber dari berhubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti 
diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbatas, 
kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain 
itu ada juga gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan 
gangguan pada otak. 
Banyak para ahli yang memberikan metode upaya pencegahan mulai dari 
faktor yang mempengaruhi sampai akibat yang ditimbulkan. Pada dasarnya upaya 
pencegahan ialah didasarkan pada prinsip-prinsip kesehatan mental. Prinsip-prinsip 
yang dimaksud adalah gambaran dan sikap baik terhadap diri-sendiri, 
keterpaduan atau integrasi diri, pewujudan diri (aktualisasi) diri, kemampuan 
menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial dan menyesuaikan diri dengan 
lingkungan tempat tinggal, agama dan falsafah hidup, dan pengawasan diri. 
4.2 Saran 
Kesadaran perawat tentang gangguan mental, baik proses terjadi, factor 
penyebab, keterbatasan, tingkat kemampuan klien dan asuhan keperawatan yang 
spesifik akan memotivasi perawat melakukan praktek keperawatan yang 
berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA 
Perry and Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, 
dan praktik / Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa, Yasmin 
Asih [ et all]; editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester.— 
Ed.4.—Jakarta : EGC 
Stuart Gail W dan Sandra J. Sundeen. 1995. Buku Saku. Keperawatan Jiwa. Edisi 
3. Jakarta: EGC. Buku Kedokteran. 
Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta : PT. Rineka 
Cipta. 
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Alih bahasa , Renata 
Komalasari, Alfrina Hany; Editor edisi bahasa Indonesia, Pemilih Eko 
Karyuni, Jakarta: EGC. 
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Editor: Aep Gunarsa. Bandung. PT. Refika 
Aditama.

More Related Content

Viewers also liked

Viewers also liked (20)

Tes minat bk
Tes minat bkTes minat bk
Tes minat bk
 
Makalah tpq
Makalah tpqMakalah tpq
Makalah tpq
 
Makalah psikologi ibu dan anak 2
Makalah psikologi ibu dan anak 2Makalah psikologi ibu dan anak 2
Makalah psikologi ibu dan anak 2
 
Cara mengukur tensi
Cara mengukur tensiCara mengukur tensi
Cara mengukur tensi
 
Penatalaksanaan gangguan jiwa
Penatalaksanaan gangguan jiwaPenatalaksanaan gangguan jiwa
Penatalaksanaan gangguan jiwa
 
SLIDE SHOW : 10 Gangguan JIwa yang Paling Sering Dialami
SLIDE SHOW : 10 Gangguan JIwa yang Paling Sering DialamiSLIDE SHOW : 10 Gangguan JIwa yang Paling Sering Dialami
SLIDE SHOW : 10 Gangguan JIwa yang Paling Sering Dialami
 
PSIKOLOGI UMUM
PSIKOLOGI UMUMPSIKOLOGI UMUM
PSIKOLOGI UMUM
 
Leaflet gangguan jiwa
Leaflet gangguan jiwaLeaflet gangguan jiwa
Leaflet gangguan jiwa
 
Teknik pengukuran tekanan darah dr anjang
Teknik pengukuran tekanan darah dr anjangTeknik pengukuran tekanan darah dr anjang
Teknik pengukuran tekanan darah dr anjang
 
Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)
Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)
Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)
 
Makalah psikologi
Makalah psikologiMakalah psikologi
Makalah psikologi
 
Dasar dasar anatomi
Dasar dasar anatomiDasar dasar anatomi
Dasar dasar anatomi
 
Cara mengukur tekanan darah
Cara mengukur tekanan darahCara mengukur tekanan darah
Cara mengukur tekanan darah
 
jurnal efusu flaura
jurnal efusu flaurajurnal efusu flaura
jurnal efusu flaura
 
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan NeurotikPerbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
 
Keperawatan jiwa
Keperawatan jiwaKeperawatan jiwa
Keperawatan jiwa
 
Makalah terapi kejang listrik (ect)
Makalah terapi kejang listrik (ect)Makalah terapi kejang listrik (ect)
Makalah terapi kejang listrik (ect)
 
Pemeriksaan fisik head to toe KDM by Pangestu chaesar
Pemeriksaan fisik head to toe KDM by Pangestu chaesarPemeriksaan fisik head to toe KDM by Pangestu chaesar
Pemeriksaan fisik head to toe KDM by Pangestu chaesar
 
Psychiatry
PsychiatryPsychiatry
Psychiatry
 
TANDA VITAL
TANDA VITALTANDA VITAL
TANDA VITAL
 

Similar to Gangguan jiwa

M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4
M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4
M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4ppghybrid4
 
Tugas kelompok 2 konsep recovery
Tugas kelompok 2   konsep recoveryTugas kelompok 2   konsep recovery
Tugas kelompok 2 konsep recoveryShareToSharechannel
 
Proses keperawatan kesehatan jiwa
Proses keperawatan kesehatan jiwa Proses keperawatan kesehatan jiwa
Proses keperawatan kesehatan jiwa Amalia Senja
 
Kb 2 asuhan keperawatan risiko perilaku kekerasan
Kb 2 asuhan keperawatan  risiko perilaku kekerasanKb 2 asuhan keperawatan  risiko perilaku kekerasan
Kb 2 asuhan keperawatan risiko perilaku kekerasanpjj_kemenkes
 
1B_Kelompok 6_Ujian Praktikum Epidemiologi.docx
1B_Kelompok 6_Ujian Praktikum Epidemiologi.docx1B_Kelompok 6_Ujian Praktikum Epidemiologi.docx
1B_Kelompok 6_Ujian Praktikum Epidemiologi.docxGebrielMetondiaGurni
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicVertilia Desy
 
504082838-Asuhan-Keperawatan-Keluarga-Dengan-Kesehatan-Mental-Skizofrenia (1)...
504082838-Asuhan-Keperawatan-Keluarga-Dengan-Kesehatan-Mental-Skizofrenia (1)...504082838-Asuhan-Keperawatan-Keluarga-Dengan-Kesehatan-Mental-Skizofrenia (1)...
504082838-Asuhan-Keperawatan-Keluarga-Dengan-Kesehatan-Mental-Skizofrenia (1)...AgungAbadi1
 
Psikologi ( SKEZOFRENIA )
Psikologi ( SKEZOFRENIA )Psikologi ( SKEZOFRENIA )
Psikologi ( SKEZOFRENIA )Aftina Eka R
 
Makalah stres dan adaptasi akbid paramata raha
Makalah stres dan adaptasi akbid paramata rahaMakalah stres dan adaptasi akbid paramata raha
Makalah stres dan adaptasi akbid paramata rahaSeptian Muna Barakati
 

Similar to Gangguan jiwa (20)

M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4
M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4
M5 kb3 kesehatan jiwa_rev4
 
Tugas kelompok 2 konsep recovery
Tugas kelompok 2   konsep recoveryTugas kelompok 2   konsep recovery
Tugas kelompok 2 konsep recovery
 
Makalah depresi
Makalah depresiMakalah depresi
Makalah depresi
 
Makalah depresi
Makalah depresiMakalah depresi
Makalah depresi
 
Makalah depresi (5)
Makalah depresi (5)Makalah depresi (5)
Makalah depresi (5)
 
Makalah depresi (2)
Makalah depresi (2)Makalah depresi (2)
Makalah depresi (2)
 
Makalah depresi (4)
Makalah depresi (4)Makalah depresi (4)
Makalah depresi (4)
 
Makalah depresi (6)
Makalah depresi (6)Makalah depresi (6)
Makalah depresi (6)
 
Makalah depresi (3)
Makalah depresi (3)Makalah depresi (3)
Makalah depresi (3)
 
Makalah depresi
Makalah depresiMakalah depresi
Makalah depresi
 
Proses keperawatan kesehatan jiwa
Proses keperawatan kesehatan jiwa Proses keperawatan kesehatan jiwa
Proses keperawatan kesehatan jiwa
 
Kb 2 asuhan keperawatan risiko perilaku kekerasan
Kb 2 asuhan keperawatan  risiko perilaku kekerasanKb 2 asuhan keperawatan  risiko perilaku kekerasan
Kb 2 asuhan keperawatan risiko perilaku kekerasan
 
1B_Kelompok 6_Ujian Praktikum Epidemiologi.docx
1B_Kelompok 6_Ujian Praktikum Epidemiologi.docx1B_Kelompok 6_Ujian Praktikum Epidemiologi.docx
1B_Kelompok 6_Ujian Praktikum Epidemiologi.docx
 
Ilmu keperawatan
Ilmu keperawatanIlmu keperawatan
Ilmu keperawatan
 
Konsep dasar keperawatan jiwa
Konsep dasar keperawatan jiwaKonsep dasar keperawatan jiwa
Konsep dasar keperawatan jiwa
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
 
504082838-Asuhan-Keperawatan-Keluarga-Dengan-Kesehatan-Mental-Skizofrenia (1)...
504082838-Asuhan-Keperawatan-Keluarga-Dengan-Kesehatan-Mental-Skizofrenia (1)...504082838-Asuhan-Keperawatan-Keluarga-Dengan-Kesehatan-Mental-Skizofrenia (1)...
504082838-Asuhan-Keperawatan-Keluarga-Dengan-Kesehatan-Mental-Skizofrenia (1)...
 
Psikologi ( SKEZOFRENIA )
Psikologi ( SKEZOFRENIA )Psikologi ( SKEZOFRENIA )
Psikologi ( SKEZOFRENIA )
 
1
11
1
 
Makalah stres dan adaptasi akbid paramata raha
Makalah stres dan adaptasi akbid paramata rahaMakalah stres dan adaptasi akbid paramata raha
Makalah stres dan adaptasi akbid paramata raha
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 

Gangguan jiwa

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN MENTAL MAKALAH Oleh Kelompok 4B PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2014 i
  • 2. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN MENTAL MAKALAH diajukan guna memenuhi tugas Keperawatan Klien di Rumah dengan dosen pengampu Hanny Rasni, S.Kp., M.Kep. Oleh Ary Januar Pranata Putra 122310101039 Wahyu Dini Candra Susila 122310101043 Dwi Nida Dzusturia 122310101045 Alfun Hidayatulloh 122310101047 Afiq Zulfikar Zulmi 122310101049 Armita Iriyana Hasanah 122310101051 Aprilita Restuningtyas 122310101053 Kezia Sinta Pratiwi 122310101057 Akhmad Miftahul Huda 122310101061 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2014 ii
  • 3. PRAKATA Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Mental“ dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penyusunan tugas ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Klien di Rumah Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember tahun ajaran 2013/2014. Penyusunan tugas ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada: 1. Hanny Rasni, S.Kp.,M.Kep. selaku penanggung jawab mata ajar Keperawatan Klien di Rumah; 2. teman-teman kelompok yang telah membantu; 3. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Dengan segala kerendahan hati kami selaku penyusun tugas ini menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan tugas yang serupa di masa yang akan datang. Semoga segala yang tertulis di dalam tugas ini bermanfaat bagi dunia pendidikan, khususnya dalam lingkup Universitas Jember. Penulis, iii
  • 4. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii PRAKATA ...................................................................................................... iii DAFTAR ISI................................................................................................... iv BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Tujuan.............................................................................................. 1 1.3 Manfaat............................................................................................ 1 BAB 2. PEMBAHASAN ................................................................................ 2 2.1 Pengertian........................................................................................ 2 2.2 Etiologi ............................................................................................ 2 2.3 Klasifikasi ........................................................................................ 6 2.4 Manifestasi klinis ............................................................................ 8 2.5 Penatalaksanaan ............................................................................. 9 2.6 Pencegahan ...................................................................................... 10 BAB 3.ASUHAN KEPERAWATAN............................................................ 12 3.1 Pengkajian ....................................................................................... 12 3.2 Analisa Data .................................................................................... 14 3.3 Diagnosa .......................................................................................... 16 3.4 Intervensi ......................................................................................... 16 BAB 4. PENUTUP.......................................................................................... 21 4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 21 4.2 Saran ............................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA iv
  • 5. 1 1.1 Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN Asuhan keperawatan pada gangguan mental dapat menjemukan, mengecewakan karena tidak tampak perubahan dengan segera. Akibatnya, pelayanan yang diberikan monoton, rutin, bersifat umum dan jauh dari pendekatan komprehensif yang memandang setiap klien unik berdasarkan aspek biopsiko-sosial budaya-spiritual. Kesadaran perawat tentang gangguan mental, baik proses terjadi, factor penyebab, keterbatasan, tingkat kemampuan klien dan asuhan keperawatan yang spesifik akan memotivasi perawat melakukan praktek keperawatan yang berkualitas. Keadaan klinis yang bervariasi menuntut pengetahuan dan keterampilan perawat dalam menangani berbagai masalah keperawatan yang berhubungan dengan gangguan mental Aplikasi proses keperawatan disertakan pada bagian akhir, sebagai bahan siap pakai dilapangan praktek keperawatan. Modifikasi perlu dilakukan agar sesuai dengan kebutuhan dan situasi klien. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana definisi gangguan mental? 2. Apa saja etiologi gangguan mental? 3. Bagaimana klasifikasi gangguan mental? 4. Bagaimana manifestasi klinis gangguan mental? 5. Bagaimana penatalaksanaan gangguan mental? 6. Bagaimana pencegahan gangguan mental? 7. Bagaiamana asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan mental? 1.3 Tujuan 1. mahasiswa mampu menjelaskan pengertian gangguan mental; 2. mahasiswa mampu menjelaskan etiologi kelainan gangguan mental; 3. mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi gangguan mental? 4. mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis gangguan mental? 5. mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan gangguan mental? 6. mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan gangguan mental? 7. mahasiswa mampu menjelaskan bagaiamana asuhan keperawatannya?
  • 6. 2.1 Pengertian BAB 2. PEMBAHASAN Gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa merupakan istilah resmi yang digunakan dalam PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa). Konsep gangguan jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke DSM-III adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia (Maslim, 2002). Menurut American Psychiatric Association (2006), gangguan jiwa didefinisikan sebagai suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distres atau distabilitas atau disertai peningkatan ririko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas atau kehilangan kebebasan. Sedangkan menurut Kaplan dan Sadock (2007), gangguan jiwa merupakan gejala yang dimanifestasikan melalui perubahan karakteristik utama dari kerusakan fungsi perilaku atau psikologis yang secara umum diukur dari bebrapa konsep norma, dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dari respon yang diharapkan pada kejadian tertentu atau keterbbatasan hubungan antara individu dan lingkungan sekitarnya. Menurut Depkes RI (2000) gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. 2.2 Etiologi Penyebab gangguan jiwa itu bermacam-macam ada yang bersumber dari berhubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbatas, kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu ada juga gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan
  • 7. gangguan pada otak (Djamaludin, 2001). Para ahli psikologi berbeda pendapat tentang sebab-sebab terjadinya gangguan jiwa. Menurut pendapat Sigmund Freud dalam Maslim (2002), gangguan jiwa terjadi karena tidak dapat dimainkan tuntutan id (dorongan instinctive yang sifatnya seksual) dengan tuntutan super ego (tuntutan normal social). Orang ingin berbuat sesuatu yang dapat memberikan kepuasan diri, tetapi perbuatan tersebut akan mendapat celaan masyarakat. Konflik yang tidak terselesaikan antara keinginan diri dan tuntutan masyarakat ini akhirnya akan mengantarkan orang pada gangguan jiwa. Dari berbagai pendapat mengenai penyebab terjadinya gangguan jiwa seperti yang dikemukakan diatas disimpulkan bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh karena ketidak mampuan manusia untuk mengatasi konflik dalam diri, tidak terpenuhinya kebutuhan hidup, perasaan kurang diperhatikan (kurang dicintai) dan perasaan rendah diri (Djamaludin dan Kartini, 2001). Disamping hal tersebut di atas banyak faktor yang mendukung timbulnya gangguan jiwa yang merupakan perpaduan dari beberapa aspek yang saling mendukung yang meliputi Biologis, psikologis, sosial, lingkungan. Tidak seperti pada penyakit jasmaniah, sebab-sebab gangguan jiwa adalah kompleks. Pada seseorang dapat terjadi penyebab satu atau beberapa faktor dan biasanya jarang berdiri sendiri. Mengetahui sebabsebab gangguan jiwa penting untuk mencegah dan mengobatinya. Menurut Santrock (1999) gangguan mental disebabkan oleh : 1) Biologis a. Keturunan Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang tidak sehat. b. Jasmani Beberapa peneliti berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan dengan gangguan jiwa tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk /
  • 8. endoform cenderung menderita psikosa manik depresif, sedang yang kurus/ ectoform cenderung menjadi skizofrenia. c. Temperamen Orang yang terlalu peka/ sensitif biasanya mempunyai masalah kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan jiwa. d. Penyakit dan cedera tubuh Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker dan sebagainya, mungkin menyebabkan merasa murung dan sedih. Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa rendah diri. 2) Psikologis Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. 3) Sosio Kultural Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan “warna” gejala-gejala. Disamping mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut. Menurut Santrock (1999) Beberapa faktor-faktor kebudayaan tersebut : a. Cara membesarkan anak Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter , hubungan orang tua anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul atau justru menjadi penurut yang berlebihan. b. Sistem nilai Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu dengan yang lain, antara masa lalu dengan sekarang sering menimbulkan masalah-masalah kejiwaan. Begitu pula perbedaan
  • 9. moral yang diajarkan di rumah / sekolah dengan yang dipraktekkan di masyarakat sehari-hari. c. Kesenjangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada Iklan-iklan di radio, televisi. Surat kabar, film dan lain-lain menimbulkan bayangan-bayangan yang menyilaukan tentang kehidupan modern yang mungkin jauh dari kenyataan hidup seharihari. Akibat rasa kecewa yang timbul, seseorang mencoba mengatasinya dengan khayalan atau melakukan sesuatu yang merugikan masyarakat. d. Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi Dalam masyarakat modern kebutuhan dan persaingan makin meningkat dan makin ketat untuk meningkatkan ekonomi hasil-hasil teknologi modern. Memacu orang untuk bekerja lebih keras agar dapat memilikinya. Jumlah orang yang ingin bekerja lebih besar dari kebutuhan sehingga pengangguran meningkat, demikian pula urbanisasi meningkat, mengakibatkan upah menjadi rendah. Faktor-faktor gaji yang rendah, perumahan yang buruk, waktu istirahat dan berkumpul dengan keluarga sangat terbatas dan sebagainya merupakan sebagian mengakibatkan perkembangan kepribadian yang abnormal. e. Perpindahan kesatuan keluarga Khusus untuk anak yang sedang berkembang kepribadiannya, perubahan-perubahan lingkungan (kebudayaan dan pergaulan), sangat cukup mengganggu. f. Masalah golongan minoritas Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan ini dari lingkungan dapat mengakibatkan rasa pemberontakan yang selanjutnya akan tampil dalam bentuk sikap acuh atau melakukan tindakan-tindakan yang merugikan orang banyak.
  • 10. 2.3 Klasifikasi Menurut Maslim (1994) gangguan jiwa dibedakan sebagai berikut ; a. Skizofrenia Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994). Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak “cacat”. b. Depresi Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidakberdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. c. Kecemasan Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa
  • 11. ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan. d. Gangguan kepribadian Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-gejala neurosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan inteligensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, neurosa dan gangguan inteligensi sebagian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-kompulsif, kepribadian histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadekuat. e. Gangguan mental organik Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit jasmani yang terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak. Jika bagian otak yang terganggu itu luas , maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut dan menahun. f. Gangguan Psikosomatik Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.
  • 12. g. Retardasi mental Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya terhambatnya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan social. Sedangkan menurut Yosep (2007) penggolongan gangguan jiwa dan dibedakan menjadi : a. Neurosa Neurosa ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis dimana tidak ada rangsangan yang spesifik yang menyebabkan kecemasan tersebut. b. Psikosa Psikosis merupakan gangguan penilaian yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya. Sehingga, terdapat realita baru versi orang psikosis tersebut. Psikosis dapat pula diartikan sebagai suatu kumpulan gejala atau sindrom yang berhubungan gangguan psikiatri lainnya, tetapi gejala tersebut bukan merupakan gejala spesifik penyakit tersebut. 3.4 Manifestasi Klinik Tanda dan gejala gangguan jiwa menurut Yosep (2007) sebagai berikut : a. Ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk. b. Gangguan kognisi pada persepsi: merasa mendengar (mempersepsikan) sesuatu bisikan yang menyuruh membunuh, melempar, naik genting, membakar rumah, padahal orang di sekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut sebenarnya tidak ada hanya muncul dari dalam diri individu sebagai bentuk kecemasan
  • 13. yang sangat berat dia rasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, klien bisa mendengar sesuatu, melihat sesuatu atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada menurut orang lain. c. Gangguan kemauan: klien memiliki kemauan yang lemah (abulia) susah membuat keputusan atau memulai tingkah laku, susah sekali bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau dan acak-acakan. d. Gangguan emosi: klien merasa senang, gembira yang berlebihan. Klien merasa sebagai orang penting, sebagai raja, pengusaha, orang kaya, titisan Bung karno tetapi di lain waktu ia bisa merasa sangat sedih, menangis, tak berdaya (depresi) sampai ada ide ingin mengakhiri hidupnya. e. Gangguan psikomotor : Hiperaktivitas, klien melakukan pergerakan yang berlebihan naik ke atas genting berlari, berjalan maju mundur meloncat-loncat, melakukan apa-apa yang tidak disuruh atau menentang apa yang disuruh, diam lama tidak bergerak atau melakukan gerakan aneh. 3.5 Penanganan Gangguan Jiwa a. Terapi psikofarmaka Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup klien (Hawari, 2001). Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya: antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas, antiinsomnia, anti-panik, dan anti obsesif-kompulsif,. Pembagian lainnya dari obat psikotropik antara lain: transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan psikomimetika (Hawari, 2001).
  • 14. b. Terapi somatik Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat gangguan jiwa sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh lain. Salah satu bentuk terapi ini adalah Electro Convulsive Therapy. Terapi elektrokonvulsif (ECT) merupakan suatu jenis pengobatan somatik dimana arus listrik digunakan pada otak melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis. Arus tersebut cukup menimbulkan kejang grand mal, yang darinya diharapkan efek yang terapeutik tercapai. Mekanisme kerja ECT sebenarnya tidak diketahui, tetapi diperkirakan bahwa ECT menghasilkan perubahan-perubahan biokimia di dalam otak (Peningkatan kadar norepinefrin dan serotinin) mirip dengan obat anti depresan. (Townsend alih bahasa Daulima, 2006). c. Terapi Modalitas Terapi modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien gangguan yang bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. 3.6 Pencegahan Banyak para ahli yang memberikan metode upaya pencegahan mulai dari faktor yang mempengaruhi sampai akibat yang ditimbulkan. Pada dasarnya upaya pencegahan ialah didasarkan pada prinsip-prinsip kesehatan mental. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah: a. Gambaran dan sikap baik terhadap diri-sendiri orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri, baik dengan diri sendiri maupun hubungan dengan orang lain, hubungan dengan alam lingkungan, serta hubungan dengan Tuhan. b. Keterpaduan atau integrasi diri berarti adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan jiwa dalam diri, kesatuan pandangan (falsafah dalam hidup) dan kesanggupan mengatasi ketegangan emosi (stres).
  • 15. c. Pewujudan diri (aktualisasi) diri Aktualisasi diri merupakan sebuah proses pematangan diri dapat berarti sebagai kemampuan mempengaruhi potensi jiwa dan memiliki gambaran dan sikap yang baik terhadap diri-sendiri serta meningkatkan motivasi dan semangat hidup. d. Kemampuan menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal Bagi individu yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dapat menyebabkan timbulnya kecemasan dan kesulitan dalam mengahadapi tuntutan dan persoalan yang dapat terjadi setiap hari. e. Agama dan falsafah hidup Falsafah hidup merupakan wujud dari kumpulan prinsip atau nilai-nilai. Sehingga setiap orang berusaha sesuai dengan ketentuannya. Dengan demikian apabila seseorang memiliki falsafah hidup, maka akan dapat menghadapi tantangannya dengan mudah. f. Pengawasan diri Sesorang yang dapat mengendalikan keinginannya dan mampu menunda sebagian dari pemenuhan kebutuhannya. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan kesehatan mental yang didasarkan pada kemauan dan kemampuan setiap pribadi untuk merubah dari masalah yang buruk agar menjadi baik.
  • 16. 3.1 Pengkajian 1. Identitas BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Status Perkawinan, Pendidikan, Pekerjaan, dll. 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengigau dan melamun. b. Riwayat Penyakit Sekarang Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering terlihat ketakutan. Keluarga pasien mengatakan pasien sering melakukan aktivitas yang membahayakan. c. Riwayat Penyakit Dahulu Keluarga pasien mengatakan kesulitan berkomunikasi dengan pasien, karena pasien mengatakan kata-kata yang tidak jelas. d. Riwayat Penyakit Keluarga Anggota keluarga tidak ada yang menderita gejala seperti ini. 3. Pola Pemenuhan Kesehatan a. Aktivitas/kesehatan Pasien terlihat sering berhalusinasi dan perilaku pasien tidak stabil. Pasien tidak mampu diajak berkomunikasi secara baik dan perhatian pasien menurun dalam melakukan aktivitas. Keluarga pasien mengatakan pasien sering melakukan aktivitas yang membahayakan. b. Persepsi Gejala: riwayat kehilangan seseorang yang dicintai Tanda: pasien sering melamun, mengigau, dan berhalusinasi. c. Makanan/cairan Keluarga pasien mengatakan pasien makan sehari 2x-3x sehari, dengan bantuan keluarga pasien.
  • 17. d. Nyeri/kenyamanan Pada pasien gangguan mental tidak ditemukan nyeri/ketidaknyamanan pada badan pasien. e. Pernafasan Pada pasien gangguan mental tidak ditemukan ketidaknormalan pada pernafasan f. Psikologi Pasien terhilat cemas dan ketakutan, pasien tampak mondar-mandir dan terkadang berteriak-teriak tidak jelas, pasien mengalami diorientasi ruang dan waktu, dan pasien tampak gelisah, dan labil. g. Sosial Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan jelas dan perilaku pasien tidak stabil, sehingga menyebabkan pasien sedikit mempunyai teman dan hanya berinteraksi dengan anggota keluarganya. 4. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : Baik Tingkat kesadaran : Baik GCS : 15 ( E4 M6 V5) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi : 88 x/menit Respirasi Rate : 19 x/menit Suhu : 36, 8 oC a. Kepala : Warna kulit sawo matang, tidak ada jejas, tidak ada nyeri tekan. b. Mata-Telinga-Hidung: a) Penglihatan : Baik b) Pendengaran : Baik c) Hidung, pembau : Baik c. Leher: Simetris, Normal, tidak Ada jejas, tidak ada benjolan
  • 18. d. Dada dan punggung: Normal a) Paru-paru: Normal b) Jantung, abdomen, pinggang: Normal e. Sistem pencernaan : Normal f. Sistem Genitourinaria : Normal g. Ekstremitas atas dan bawah : Normal 3.2 Analisa Data No. Data Penyebab Masalah 1. DO: - Prilaku pasien tidak stabil. - Pasien mengalami diorientasi ruang dan waktu - Pasien terlihat sering berhalusinasi DS: - Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengigau dan melamun Gangguan otak Gangguan proses pikir berhubungan dengan gangguan otak 2. DO: - Pasien tidak mampu diajak berkomunikasi secara baik. DS: - Pasien mengatakan kata-kata yang tidak jelas. - Keluarga pasien Perubahan persepsi Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi
  • 19. mengatakan kesulitan berkomunikasi dengan pasien. 3. DO: - Pasien terhilat cemas dan ketakutan. - Pasien tampak mondar-mandir dan terkadang berteriak-teriak tidak jelas. DS: - Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering terlihat ketakutan. Perubahan sistem neurologis Ansietas 4. DO: - Pasien mengalami diorientasi ruang dan waktu. - Pasien tampak gelisah, dan labil. - Perhatian pasien menurun dalam melakukan aktivitas. DS: - Keluarga pasien mengatakan pasien sering melakukan aktivitas yang membahayakan. Disorientasi Resiko tinggi terhadap cedera
  • 20. 3.3 Diagnosa a. Gangguan proses pikir berhubungan dengan gangguan otak b. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi c. Ansietas berhubungan dengan perubahan sistem neurologis d. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan disorientasi 3.4 Intervensi No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan 1. Gangguan proses pikir berhubungan dengan gangguan otak Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu mengenali perubahan dalam berpikir dengan Kriteria Hasil:  Mampu memperlihatkan kemampuan kognitifuntuk menjalani konsekuensi kejadian yang menegangkan terhadap emosi dan pikiran tentang diri  Mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi anggapan diri yang negative  Mampu mengenali perubahan dalam berpikir atau tingkah laku dan factor penyebab  Mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan, ancaman, dan 1. Kembangkan lingkungan yang mendukung dan hubungan klien-perawat yang terapeutik 2. Kaji derajat gangguan kognitif, seperti perubahan orientasi, rentang perhatian, kemampuan berpikir. Bicarakan dengan keluarga mengenai perubahan perilaku 3. Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang 4. Lakukan pendekatan dengan cara perlahan dan tenang 5. Panggil klien dengan namanya dan tatap wajahnya ketika berbicara 6. Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada klien 7. Gunakan kata-kata pendek, kalimat dan Ulangi instruksi tersebut sesuai kebutuhan 8. Dengarkan dengan penuh perhatian pembicaraan klien. Interpretasikan pertanyaan, arti, dan kata. Beri kata yang benar 9. Hindari kritikan, argumentasi, dan konfrontasi negative 10. Gunakan distraksi. Bicarakan tentang kejadian yang sebenarnya saat klien mengungkapkan ide yang
  • 21. kebingungan salah, jika tidak meningkatkan kecemasan 11. Hindari klien dari aktivitas dan komunikasi yang dipaksakan 12. Gunakan hal yang humoris saat berinteraksi pada klien 13. Mengurangi kecemasan dan emosional, seperti kemarahan, meningkatkan pengembangan evaluasi diri yang positif dan mengurangi konflik psikologis 14. Memberikan dasar perbandingan yang akan datang dan memengaruhi rencan intervensi. Catatan: evaluasi orientasi secara berulang dapat meningkatkan respon yang negative/tingkat frustasi a. Kebisingan merupakan sensori berlebihan yang meningkatkan gangguan neuron b. Pendekatan terburu-buru menyebabkan klien bingung, kesalahan persepsi/perasaan, terancam c. Menimbulkan perhatian, terutama pada klien dengan gangguan perceptual d. Nama adalah bentuk identitas diri dan menimbulkan pengenalan terhadap realita dan klien e. Meningkatkan pemahaman. Ucapan tinggi dank eras menimbulkan stress/marah yang mencetuskan konfrontasi dan respons marah
  • 22. f. Seiring perkembangan penyakit, pusat komunikasi dalam otak terganggu sehingga menghilangkan kemampuan klien dalam respons penerimaan pesan dan percakapan secara keseluruhan g. Menimbulkan respons verbal, meningkatkan pemahaman. Isyarat menstimulasi komunikasi, memberi pengalaman positif h. Mengarahkan perhatian dan penghargaan. Membantu klien dengan alat bantu proses kata dalam menurunkan frustasi i. Provokasi menurunkan harga diri dan merupakan ancaman yang mencetuskan agitasi yang tidak sesuai j. Lamunan membantu dalam meningkatkan disorientasi. Orientasi pada realita meningkatkan perasaan realita klien, penghargaan diri dan kemuliaan (kebahagiaan) personal k. Keterpaksaan menurunkan keikutsertaan dan meningkatkan kecurigaan, delusi l. Tertawa membantu dalam komunikasi dan meningkatkan kestabilan emosi
  • 23. 2. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien tidak mengalami hambatan komunikasi verbal dengan kriteria hasil:  Membuat teknik / metode komunikasi yang dapat di mengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi 1. Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi. 2. Menentukan cara-cara berkomunikasi seperti mempertahankan kontak mata, pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak, menggunakan kertas dan pensil/bolpoint, gambar, atau papan tulis; bahasa isyarat, penjelas arti dari komunikasi yang disampaikan. 3. Letakkan bel/lampu panggilan di tempat mudah dijangkau dan berikan penjelasan cara menggunakannya. Jawab panggilan tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan klien. Katakan kepada klien bahwa perawat siap membantu jika dibutuhkan. Kolaborasi 1. Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa. 2. Untuk menentukan tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi. 3. Untuk membantu proses berkomunikasi dengan klien, dan agar tidak terjadi miskomunikasi. 3. Ansietas berhubungan dengan perubahan sistem neurologis Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat mengatasi rasa cemas dengan kriteria hasil:  Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas  Klien mampu 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan 2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasalan selama prosedur 3. Dorong keluarga untuk menemani klien 4. Identifikasikan tingkat kecemasan 5. Bantu klien untuk mengenal
  • 24. menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan situasi yang menyebabkan kecemasan 6. Ajarkan pasien penggunaan teknik relaksasi 4. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan disorientasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Risiko cedera tidak terjadi dengan Kriteria Hasil:  Meningkatkan tingkat aktivitas  Dapat beradaptasi dengan lingkungan untuk mengurangi risiko trauma/cedera  Tidak mengalami trauma/cedera  Keluarga mengenali potensial di lingkungan dan mengidentifikasi tahap-tahap untuk memperbaikinya 1. Kaji derajat gangguan kemampuan,tingkah laku impulsive dan penurunan persepsi visual. Bantu keluarga mengidentifikasi risiko terjadinya bahaya yang mungkin timbul 2. Hilangkan sumber bahaya lingkungan 3. Alihkan perhatian saat perilaku teragitasi 4. Gunakan pakaian sesuai dengan lingkungan fisik/kebutuhan klien 5. Kaji efek samping obat, tanda keracunan (tanda ekstrapiramidal,hipotensi ortostatik,gangguan penglihatan, gangguan gastrointestinal) 6. Hindari penggunaan restrain terus-menerus. Berikan kesempatan keluarga tinggal bersama klien selama periode agitasi akut
  • 25. BAB 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa merupakan istilah resmi yang digunakan dalam PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa). Penyebab gangguan jiwa itu bermacam-macam ada yang bersumber dari berhubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbatas, kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu ada juga gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan gangguan pada otak. Banyak para ahli yang memberikan metode upaya pencegahan mulai dari faktor yang mempengaruhi sampai akibat yang ditimbulkan. Pada dasarnya upaya pencegahan ialah didasarkan pada prinsip-prinsip kesehatan mental. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah gambaran dan sikap baik terhadap diri-sendiri, keterpaduan atau integrasi diri, pewujudan diri (aktualisasi) diri, kemampuan menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal, agama dan falsafah hidup, dan pengawasan diri. 4.2 Saran Kesadaran perawat tentang gangguan mental, baik proses terjadi, factor penyebab, keterbatasan, tingkat kemampuan klien dan asuhan keperawatan yang spesifik akan memotivasi perawat melakukan praktek keperawatan yang berkualitas.
  • 26. DAFTAR PUSTAKA Perry and Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, dan praktik / Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa, Yasmin Asih [ et all]; editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester.— Ed.4.—Jakarta : EGC Stuart Gail W dan Sandra J. Sundeen. 1995. Buku Saku. Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC. Buku Kedokteran. Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Alih bahasa , Renata Komalasari, Alfrina Hany; Editor edisi bahasa Indonesia, Pemilih Eko Karyuni, Jakarta: EGC. Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Editor: Aep Gunarsa. Bandung. PT. Refika Aditama.