Dokumen tersebut membahas tantangan dalam knowledge sharing, yaitu adanya hambatan-hambatan seperti rendahnya keinginan untuk berbagi pengetahuan, job insecurity, budaya organisasi yang tertutup, serta hambatan komunikasi yang menyebabkan terbentuknya pulau-pulau pengetahuan. Untuk mendukung knowledge sharing diperlukan strategi pengelolaan sumber daya manusia dan pengetahuan yang tepat.
2. Knowledge sharing bukanlah suatu proses
yang terjadi begitu saja. Knowledge
sharing memerlukan rekayasa, fasilitas
dan fasilitator sehingga proses dan
hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
Berbagai hambatan untuk membagikan
pengetahuan harus dapat diatasi untuk
menjamin efektivitas dari knowledge
sharing di dalam dan antar suatu
organisasi.
3. Masalah yang ditimbulkan oleh dilema sosial
biasanya disebabkan oleh perilaku manusia, yaitu
rendahnya keinginan untuk berbagi, belum
terbangunnya hubungan antara penerima dan
pengirim pengetahuan, tidak adanya
pengetahuan tentang pengetahuan itu sendiri
(no knowledge of knowledge), adanya gengsi
atau rasa malu untuk mengakui
ketidaktahuannya sendiri, rendahnya saling
percaya dalam organisasi, dan khususnya untuk
perusahaan multinasional adalah rendahnya
keterampilan mempresentasikan pengetahuan
karyawan khususnya disebabkan oleh
keterbatasan bahasa.
4. Job insecurity adalah kekuatiran dan ketakutan
yang di rasakan pekerja terhadap posisinya atau
posisi yang ingin di capainya jika dia
membagikan pengetahuannya. Hal ini terjadi
karena knowledge merupakan salah satu
komponen penting dari kompetensi seseorang
selain skill dan attitude, yang menjadi
pertimbangan dari pimpinan untuk
mempertahankan seseorang dalam posisinya
atau untuk mem promosikan seseorang ke
posisi yang lebih tinggi. Knowledge ini relatif
lebih mudah diukur dan diuji, dibandingkan
dengan kompetensi lainnya seperti attitude.
5. Rendahnya keinginan untuk berbagi
(unwillingness to share dan knowledge
hoarding) biasanya disebabkan oleh
adanya power yang akan tetap dimiliki
jika pengetahuan itu tetap ditahan oleh
pemiliknya atau tidak adanya manfaat
langsung atau tidak langsung yang dapat
diterima oleh orang yang berbagi. Untuk
mengatasi hal ini, perlu ditekankan
manfaat berbagi pengetahuan yang akan
diperoleh oleh orang yang berbagi
pengetahuan, misalnya akan dikenal
banyak orang dan membentuk image
yang lebih baik.
6. Budaya perusahaan yaitu perilaku kolektif yang
kurang transparan dan belum terbentuknya
komunikasi terbuka. Strategi perusahaan juga
dapat menghambat knowledge sharing,
misalnya perusahaan yang akan melaksanakan
down/right sizing akan mengakibatkan
meningginya perasaan job insecurity di kalangan
anggota organisasi. Masalah lain yang tidak
kurang pentingnya, adalah kondisi kebijakan dan
praktek pengelolaan modal manusia yang kurang
mampu memotivasi munculnya perilaku dan
keinginan berbagi pengetahuan dan belum
efektifnya penerapan ke bijakan dalam
merekognisi dan menghargai perilaku sharing.
7. Tantangan terhadap knowledge sharing
juga terjadi karena adanya hambatan
yang bersifat organisasional, yaitu
hambatan hirarkis dan hambatan
fungsional.
Hambatan hirarkis terjadi karena ada
ke senjangan komunikasi antara atasan
dan bawahan, di mana po sisi tertentu
dan orang yang mendudukinya terkesan
sakral, sehingga terkesan menakutkan
untuk didekati.
8. Hambatan fungsional terjadi akibat
terbentuknya silo-silo yang sulit di
tembus siapa pun pada fungsi-fungsi
tertentu, misalnya fungsi perencanaan,
fungsi HR, fungsi keuangan dan fungsi
pemasaran. Silo-silo ini begitu terisolasi
dan merasa dirinya paling tahu tentang
bidangnya, sehingga sangat tertutup
untuk menerima masukan dari luar
fungsinya
9. Probst et.al (2000), menyatakan bahwa
interaksi, komunikasi, transparansi dan
integrasi merupakan prasyarat terjadinya
transformasi pengetahuan individual
menjadi pengetahuan kolektif. Elemen-
elemen dasar ini hanya akan kita temui
dalam suatu tim yang solid. Hal inilah yang
menyebabkan knowledge sharing yang
optimal lebih sering terjadi melalui
komunitas atau grup.
10. Hambatan komunikasi akan mengakibatkan
munculnya pulau-pulau pengetahuan, baik
dalam suatu bagian maupun pada individu.
Pulau-pulau pengetahuan ini merupakan
pengetahuan yang tidak efisien karena hanya
dapat dimanfaatkan secara individual atau unit
yang memilikinya, juga sering tidak bisa
menghasilkan suatu solusi secara sendirian.
Melalui tim yang solid, pulau-pulau
pengetahuan dari setiap individu/unit akan
mencair dan bergabung membentuk
pengetahuan kolektif yang jauh lebih efektif
dan lebih bermutu dari pengetahuan individual
dan dapat dieksploitasi secara maksimal
11. Penyebab masalah no knowledge of
knowledge, adalah rendahnya kesadaran
karyawan tentang arti penting
pengetahuan yang dimilikinya dan
dimiliki organisasinya. Mereka tidak
menyadari bahwa pengetahuan yang
dimiliki dirinya, unit dan organisasinya itu
memiliki nilai sehingga perlu dibagikan
kepada karyawan atau unit lainnya
12. Tantangan lain yang perlu dibenahi dalam
menggalakkan knowledge sharing adalah
kebijakan pengelolaan human capital. Harus
ada kebijakan yang mampu merekognisi
keinginan seseorang untuk berbagi
pengetahuan baik secara tertulis maupun
secara lisan, dan keaktifan berbagi
pengetahuan ini sebaiknya terintegrasi dengan
kebijakan performansi dan kebijakan karir.
Sering terjadi seseorang yang
menjadi sumber pengetahuan yang orisinil
tertinggal karirnya, hanya karena orang
tersebut kurang lihai menjual pengetahuan
yang dimilikinya.
13. Masalah yang ditimbulkan knowledge dilema
antara lain diakibatkan oleh kelengketan
pengetahuan (the stickiness of knowledge) atau
sulitnya memindahkan knowledge dan tidak
adanya identitas bersama (common identity) yang
berdampak pada rendahnya saling pengertian
partisipan knowledge sharing. Masalah
kelengketan pengetahuan terkait dengan sifat
alami dari pengetahuan itu sendiri yang sebagian
besar berada di dalam diri atau otak manusia,
sehingga secara alami cenderung sulit
dikomunikasikan atau dibagikan. Kelengketan
pengetahuan juga terkait dengan jenis
pengetahuan itu sendiri. Pengetahuan tacit tentu
lebih sulit atau membutuhkan upaya yang lebih
besar untuk membagikannya.
14. Selain itu faktor-faktor lain yang menghambat
perilaku knowledge sharing yang termasuk
dalam dilema pengetahuan adalah sikap yang
belum lepas dari anggota organisasi seperti:
knowledge is power dan power bukan untuk
di-share, sikap ini akan mendorong anggota
organisasi untuk menahan pengetahuannya
untuk dimiliki secara eksklusif (knowledge
hoarding). Untuk mengeleminir knowledge
hoarding, perusahaan perlu menanamkan
suatu nilai untuk menghargai pengetahuan
seseorang, sehingga orang yang sudah
membagikan pengetahuannya jangan sampai
ditinggalkan sesudah pengetahuannya dikuasai
oleh orang lain.
15. Faktor berikutnya adalah belum tersedianya
strategi pengetahuan di organisasi tersebut
khususnya dalam memenuhi kebutuhan
pengetahuannya dan mengalirkan
pengetahuan di dalam organisasi itu sendiri,
serta belum efektifnya strategi KM dalam
mengatasi hambatanhambatan knowledge
sharing dari sisi dilema sosial dan
pengetahuan itu sendiri