MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Lporan
1. ABSTRAK
PENDAHULUAN
Fisika sebagai bagian dari sains memiliki
peranan yang penting dalam menunjang
keberhasilan untuk menciptakan keberhasilan
baru yang diaplikasikan pada berbagai
pengalaman manusia dalam skala luas dan
mendorong pengembanagan teknologi. Fisika
merupakan jantung informasi baru dan yang
menyebabkan pesatnya perkembangan
teknologi sehingga mengubah kehidupan kita
dalam dekade terkahir. Pandangan fisika
sebagai mata pelajaran secara global, sungguh
luar biasa sukses dalam sejumlah bidang,
menyediakan secara instan metode lebih
generik dalam analisis menyelesaikan masalah
kompleks dalam kehidupan manusia. Namun,
fisika sebagai mata pelajaran di sekolah belum
mendapat respon atau tanggapan yang baik
dari peserta didik. Sehingga, berdasarkan
pendapat Euler (2004) fisikawan, guru, bahkan
peminat fisika umumnya mempunyai masalah
yang sangat besar dalam upaya menyajikan
fisika secara lebih bermakna dan membuat
generasi muda lebih tertarik dalam belajar
fisika.
Para pendidik fisika, baik di sekolah menengah
ataupun perguruan tinggi menghadapi
kenyataan bahwa fisika merupakan mata
pelajaran yang tidak menarik dan tidak
diminati sebab materi-materi fisika dianggap
sulit, salah satunya merupakan topik fisika
modern atau fisika kuantum. Dipihak lain,
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi merupakan hasil dari penelitian dan
pengembanagan ilmu fisika, terutama topik
tersebut (Zollman, 2002). Fisika kuantum
sebenarnya dapat menjadi suatu bidang kajian
yang sangat menarik bagi siswa, namun
kebanyakan mereka menganggap fisika
kuantum merupakan materi fisika yang sangat
abstrak dan secara konseptual sulit dipahami
(Asikainen et.al, 2005).
Kesulitan dalam memahami konsep ini
disebabkan karena materi fisika memiliki
keberagaman tingkat kesukaran, sehingga
memungkinkan terjadinya kesalahan
penafsiran terhadap materi atau konsep.
Kesalahan dalam penafsir inilah yang
menyebabkan siswa mengalami miskonsepsi.
Menurut Brown, miskonsepsi didefenisikan
sebagai suatu pandangan yang naif, suatu
gagasan yang tidak cocok dengan pengertian
ilmiah yang sekarang diterima
(Dahar,1996:63). Terkait dengan pengertian
miskonsepsi, “misconception is inaccurate
understanding of a concept, misuse of a
concept name, wrong classification of concept
examples, confusion between different
concepts, improper hierarchical relationships,
over and under generalizing of a concept.”
(Fowler & Jaoude, 1987:183). Dengan
demikian, miskonsepsi dapat diartikan
ketidaksesuaian konsep yang dipahami dengan
konsep yang sebenarnya.
Sumber kesalahan dalam memahami sebuah
konsep dapat bersumber dari penafsiran awal
siswa yang salah atau kesalahan yang terjadi
pada guru ditularka kepada siswa, sebab
penyampaian informasi dan pemahaman
konsep yang benar dari guru akan
menghasilkan informasi dan pemahaman
konsep yang benar pula bagi siswa. Jika pada
awalnya informasi yang diterima oleh siswa
2. sudah salah maka siswa selamanya akan
memahami hal-hal yang salah. Terkadang,
penyampaian informasi dan konsep yang benar
pula belum tentu dapat diterima sebagai
informasi dan konsep yang benar, terlebih lagi
jika informasi dan konsep yang disampaikan
salah. Oleh karena itu, untuk meminimalisir
terjadinya miskonsepsi yang sama pada siswa
maka perlu dilakukan review dari jurnal-jurnal
terkait dengan analisis pemahaman konsep
siswa atau miskonsepsi siswa pada materi
gejala kuantum (fisika kuantum).
METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kajian review dari jurnal-
jurnal yang relevan terkait dengan pemahaman
konsep siswa pada materi gajala kuantum
(fisika kuantum), maka dapat diperoleh
perbandingan hasil dari jurnal tersebut sebagai
berikut
Identitas Jurnal Tujuan Temuan
Jurnal 1
Judul: Analisis
MiskonsepsiFisika Siswa
Dalam Menjawab
Soal Ujian Nasional Sma
Di Kabupaten Buton.
Penulis: Halimin, Heri dan
Retnawati
Tahun : 2015
Metode penelitian:
penelitian deskriptif
dengan pendekatan
kuantitatif dengan teknik
analisis data menggunakan
instrumen tes.
1. Mengidentifikasi
miskonsepsi fisika siswa
dalam menjawab soal
Ujian Nasional SMA di
Kabupaten Buton,
2. Mengidentifikasi materi
yang paling dominan
terjadi miskonsepsi fisika
siswa dalam menjawab
soal Ujian Nasional SMA
di Kabupaten Buton
1. Persentase jawaban benar siswa dalam menjawab
soal Ujian Nasional adalah hanya sebesar 32,10%.
67,90% sisanya adalah merupakan jawaban yang
salah. Hal ini menujukkan bahwa kemampuan siswa
dalam menjawab soal ujian nasional masih sangat
rendah.
2. Secara rinci, dapat dijabarkan bahwa dari 32,10%
siswa yang menjawab benar UN, 17,76%
disebabkan karena siswa paham konsep, 10,59%
siswa hanya memahami sebagian konsep saja, dan
11,70% siswa tidak yakin dengan jawaban yang
diberikan (faktor keberuntungan).
3. 67,90% siswa yang menjawab salah dalam UN,
28,79% disebabkan miskonsepsi, 28,57% siswa
memahami sebagian konsep saja, dan 10,54% siswa
tidak paham konsep.
4. Secara proporsional berdasarkan butir soal, materi
teori atom adalah materi dengan tingkat
miskonsepsi yang paling besar di mana soal tentang
materi ini termuat dalam butir soalnomor 30 dengan
proporsi miskonsepsi sebesar 53,72%.
5. Konsep efek foto listrik merupakan materi dengan
tingkat miskonsepsi yang terbesar ke dua dimana
soal tentang materi ini termuat dalam butir nomor
31dengan proporsi miskonsepsi sebesar 51,06%.
6. Hukum kekekalan energi mekanik merupakan
materi tingkat miskonsepsi terbesar ketiga yaitu
sebesar 45,74% yang termuat pada soal nomor
sembilan.
Jurnal 2
Judul: Pemahaman
Mahasiswa Tentang Efek
Fotolistrik.
Penulis: Siswoyo
Tahun: 2015
Metode penelitian:
Penelitian Deskriptif
dengan teknik analisis data
survey
1. Mengidentifikasi
pemahaman
mahasiswa pada materi
efek fotolistrik.
1. Berdasarkan hasil survey ternyata semua
mahasiswa menyatakan bahwa mereka
mengetahui PhET tentang Efek Fotolistrik sejak
kuliah. Hal ini menunjukkan bahwa selama di
SMA mereka tidak mengenal pembelajaran efek
fotolistrik dengan menggunakan PhET Interactive
Simulation.
2. masih banyak sekali mahasiswa yang gagal
mendefiniskan efek fotolistrik dengan benar.
Hanya 23% dari responden yang mendefinisikan
dengan benar sedangkan sebanyak 57 % salah
3. dalam mendefinisikan efek fotolistrik, dan 20%
sisanya tidak mampu mendefinisikan (tidak
memberi jawaban).
3. Berdasarkan survey, 76% responden sudah dapat
menentukan kondisi atau keadaan ketika
intensitas sumber cahaya, frekuensi atau panjang
gelombang dan beda potensional semuanya sama
dengan nol, sedangkan 24% responden menjawab
salah.
4. Berdasarkan hasil survey hanya 53% responden
yang menjawab benar tentang pengaruh
perubahan frekuensi terhadap jumlah elektron
yang keluar, tetapi sebagian besar hanya
menyatakan bahwa elektron yang keluar
bertambah banyak, sedangkan sebanyak 47%
responden menjawab salah.
5. Berdasarkan hasil survey hanya 8% responden
yang menjawab benar tentang grafik hubungan
antara frekuensi dan energi kinetik, sedangkan
92% menjawab salah.
6. Berdasarkan hasil survey hanya 5% responden
yang menjawab benar terkait dengan grafik
hubungan arus dengan beda potensial (intensitas
dan beda potensial konstan, frekuensi diubah).
7. Berdasarkan hasil survey hanya 5% responden
yang menjawab benarterkait grafik hubungan arus
terhadap intensitas cahaya.
8. Berdasarkan hasil survey hanya 3 % rensponden
yang menjawab benar terkait dengan grafik
hubungan kuat arus terhadap beda potensial
(frekuensi dan intensitas tetap, beda potensial
diubah).
9. Berdasarkan hasil survey hanya 2% responden
yang dapat menjawab dengan benar dalam
menjelaskan peristiwa yang terjadi pada setiap
grafik dengan variabel tertentu.
10. Mahasiswa masih salah dalam menggambarkan
grafik stoping potensial
Informasi yang diperoleh berdasarkan jurnal 1
yaitu kemampuan siswa dalam menjawab soal
ujian masih rendah, hal ini terbukti karena
masih banyak siswa yang menjawab salah
dalam ujian nasional. Persentase jawaban
benar siswa dalam menjawab soal Ujian
Nasional hanya sebesar 32,10%. 67,90%
sisanya adalah merupakan jawaban yang salah.
Secara rinci, dapat dijabarkan bahwa dari
32,10% siswa yang menjawab benar UN,
17,76% disebabkan karena siswa paham
konsep, 10,59% siswa hanya memahami
sebagian konsep saja, dan 11,70% siswa tidak
yakin dengan jawaban yang diberikan (faktor
keberuntungan). Sedangkan, 67,90% siswa
yang menjawab salah dalam UN, 28,79%
disebabkan miskonsepsi, 28,57% siswa
memahami sebagian konsep saja, dan 10,54%
siswa tidak paham konsep. Miskonsepsi dalam
menyelesaikan soal fisika dikategorikan
berdasarkan materi tes dalam isi fisika antara
lain: miskonsepsi atas fakta fisika, konsep
dasar fisika, penerapan konsep atas prinsip
fisika, penerapan konsep atas hukum fisika,
penerapan konsep atas teori fisika, penerapan
konsep untuk membuat hipotesis fisika dan
penerapan konsep atas model fisika. Instrumen
dalam penelitian ini disusun berdasarkan
standar kompetensi lulusan
KESIMPULAN DAN SARAN
4. DAFTAR PUSTAKA
Asikainen, M., dkk. (2005). A Novel Quantum
Physics Course for Physics Teacher:
Theoretical Background. The report of
cooperation project between Univercities
of Joensuu and Helsinki.
Dahar, R.W., (1996). Teori-teori belajar.
Jakarta: Erlangga.
Euler, M. (2004). The role of experiment in
the teaching and learning physics.
Proceedings of the international school
of physics “Enrico Fermi’. Italia: IOS
Press.
Fowler, T.W & Jaoude, S.B (1983).Using
hierarchical concepts/proposition maps to plan
instructions that addresses existing and
potential student misunderstanding in science.
In Proceedings of the Second International
Seminar on Misconceptions and Educational
Stategies In Science and Mathematics.1,182-
186.
Zollman, D.A., Rebello, N.S. and Hong, K.
(2002). Quantum mechanics for everyone:
hands on activities integrated with technology.
Am. J. Phys. 70(3):252-259.