Tantangan dalam pengelolaan ekosistem mangrove di IndonesiaCIFOR-ICRAF
Challenges in managing mangrove ecosystem in Indonesia
This session discusses what are the opportunities and challenges in mangrove management, especially from the policy aspects. One of the highlights of this session is the urgency of mangrove economic valuation along the line of one-map policy. This session also discusses the issue faced by the government at the national and sub national levels to perform good mangrove management practices. The need to involve scientists and NGO in supporting the government to implement the mangrove management strategy is also suggested.
Speaker: Victor Nikijuluw, Marine Program Director, Conservation International Indonesia
Event: Webinar "Menata Peta Jalan Perencanaan untuk Implementasi Program Nasional PME (Peatland and Mangrove Ecosystems)"
Date: May 15, 2020
pemanfaatan SDA dengan prinsip Ekoefisiensi membuat kita dapat menemukan alternatif untuk melestarikan lingkungan dengan baik tanpa harus membiarkan alam rusak ketika kita memanfaatkannya.
Tantangan dalam pengelolaan ekosistem mangrove di IndonesiaCIFOR-ICRAF
Challenges in managing mangrove ecosystem in Indonesia
This session discusses what are the opportunities and challenges in mangrove management, especially from the policy aspects. One of the highlights of this session is the urgency of mangrove economic valuation along the line of one-map policy. This session also discusses the issue faced by the government at the national and sub national levels to perform good mangrove management practices. The need to involve scientists and NGO in supporting the government to implement the mangrove management strategy is also suggested.
Speaker: Victor Nikijuluw, Marine Program Director, Conservation International Indonesia
Event: Webinar "Menata Peta Jalan Perencanaan untuk Implementasi Program Nasional PME (Peatland and Mangrove Ecosystems)"
Date: May 15, 2020
pemanfaatan SDA dengan prinsip Ekoefisiensi membuat kita dapat menemukan alternatif untuk melestarikan lingkungan dengan baik tanpa harus membiarkan alam rusak ketika kita memanfaatkannya.
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Oswar Mungkasa
artikel ini didasarkan pada kenyataan bahwa tata kelola kolaboratif telah diadopsi dalam hampir seluruh dokumen pebangunan di Indonesia namun dalam kenyataannya masih belum sepenuhnya dapat dilaksanakan. untuk itu, makalah ini mencoba memetakan kondisi yang ada berdasar pada pembelajaran maupun studi kasus pelaksanaan SDGs di indonesia. kemudian memberikan pilihan langkah strategis dalam uaya memperkuat tata kelola kolaboratif di indonesia
KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT MELAYU PESISIR DAN NELAYANcindyanggrainy
Kearifan lokal masyarakat melayu pesisir dan nelayan diangkat menjadi suatu pembelajaran dengan cara bagaimana kita menyelamatkan lingkugan dengan cara-cara sederhana dan berbasis pengetahuan lokal setempat (masyarakat melayu).
Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Masa Lampau, Organik atau Terencana? (Studi...bramantiyo marjuki
Paper submitted to Planning and Development Problems Course at Master Programme of Urban and Regional Development, Diponegoro University, Semarang, Indonesia, 2016
Contoh Implementasi Penguatan Sistem Inovasi di Beberapa Kabupaten Kota - Tat...Tatang Taufik
Paparan dalam Workshop DRN – DRD, bertema “Penguatan Sumberdaya , Kelembagaan , dan Jaringan Iptek Pusat dan Daerah Untuk Peningkatan Daya Saing dan Kemandirian Bangsa”, di Ruang Komisi Utama BPPT, Jakarta, 4 Desember 2013
Pendekatan komunitas dalam menggerakkan pembangunan pertanian di pedesaan menjadi strategi yang banyak memberi keuntungan, lebih partisipatif, juga akan lebih berkelanjutan.
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Oswar Mungkasa
artikel ini didasarkan pada kenyataan bahwa tata kelola kolaboratif telah diadopsi dalam hampir seluruh dokumen pebangunan di Indonesia namun dalam kenyataannya masih belum sepenuhnya dapat dilaksanakan. untuk itu, makalah ini mencoba memetakan kondisi yang ada berdasar pada pembelajaran maupun studi kasus pelaksanaan SDGs di indonesia. kemudian memberikan pilihan langkah strategis dalam uaya memperkuat tata kelola kolaboratif di indonesia
KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT MELAYU PESISIR DAN NELAYANcindyanggrainy
Kearifan lokal masyarakat melayu pesisir dan nelayan diangkat menjadi suatu pembelajaran dengan cara bagaimana kita menyelamatkan lingkugan dengan cara-cara sederhana dan berbasis pengetahuan lokal setempat (masyarakat melayu).
Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Masa Lampau, Organik atau Terencana? (Studi...bramantiyo marjuki
Paper submitted to Planning and Development Problems Course at Master Programme of Urban and Regional Development, Diponegoro University, Semarang, Indonesia, 2016
Contoh Implementasi Penguatan Sistem Inovasi di Beberapa Kabupaten Kota - Tat...Tatang Taufik
Paparan dalam Workshop DRN – DRD, bertema “Penguatan Sumberdaya , Kelembagaan , dan Jaringan Iptek Pusat dan Daerah Untuk Peningkatan Daya Saing dan Kemandirian Bangsa”, di Ruang Komisi Utama BPPT, Jakarta, 4 Desember 2013
Pendekatan komunitas dalam menggerakkan pembangunan pertanian di pedesaan menjadi strategi yang banyak memberi keuntungan, lebih partisipatif, juga akan lebih berkelanjutan.
Literasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdfkustiyantidew94
literasi sains dalam pembelajaran IPAS disekolah dasar sebagai bentuk litarasi sanis dalam pengembangakn pembelajaran IPAS di sekolah dasar sesuai dengan hakikat pembelajaran sains
PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PR...Soga Biliyan Jaya
hakikat IPA yang berhubungan dengan kegiatan tersebut adalah IPA sebagai proses yang artinya pembelajaran IPA tidak hanya berfokus pada hasil belajar saja tetapi memberi perhatian lebih juga terhadap proses-proses kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Senada dengan penjelasan diatas, pasal 2 Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa pembelajaran dalam kurikulum 2013 dilaksanakan berbasis aktivitas dengan karakteristik, interaktif dan ispriratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, kontekstual dan kolaboratif. Pasal diatas menjelaskan bahwa, pembelajaran di kelas harus menekankan pada keaktifan, inovatif, berpikir kritis dan student center, serta suasana pembelajaran yang menyenangkan. Sehingga, siswa termotivasi dalam proses pembelajaran dan dapat mendorong siswa untuk selalu mengembangkan cakrawala ilmu pengetahuan mereka dan menerapkanya dalam kehidupan, sehingga mereka menjadi manusia yang kreatif. Proses pembelajaran IPA diperlukan suatu pembaharuan yang merujuk terhadap pendekatan pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan berpikir kritis. Sesuai yang disarankan dalam undang-undang dan kurikulum 2013, salah satu pendekatan yang dapat diterapkan guru pada proses pembelajaran IPA adalah ”Pendekatan Keterampilan Proses”.
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA KimiaM Wahyudi Haidar
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP REAKSI REDUKSI OKSIDASI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN ULAR TANGGA REDOKS DI KELAS X 2 SMA NEGERI 1 TANJUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
makalah prosiding ilmiah
1. PENDEKATAN SETS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS DAN KREATIF SISWA KELAS X MAN 2
MODEL MEDAN T.A. 2011/2012 PADA MATERI
POKOK HIDROKARBON
Yunita Elina Sihotang
Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan, Jl. Setia budi No. 191 Medan, Sumatera
Utara, 20122, Telp. (061) 8211347, Fax. (061) 8219570,
E-mail: sihotangyunitaelina@gmail.com
Abstract
This study aims to determine how SETS approach can improve the ability of students to
think critically and creatively. The population in this study were all students MAN 2 Model
Medan that as many as 13 classes. The samples taken purposively as much as 2 classes.
Given experimental class where learning SETS approach, while control classes given
conventional learning. Based on tests of critical thinking in classroom experiments the
percentage of students who think critically are 91.18% and 8.82% of students are not critical,
while the control class percentage of students who think critically are 67.65% and 32.35% of
students are not critical. The percentage of students who have the creativity in classroom
experiments amounted to 82.35% and 17.65% of students are less creative, while the
control class is equal to 38.24% and 61.76% of students are less creative. This suggests
that the ability to think critically and creatively student learning by using the approach given
SETS greater than the critical and creative thinking skills of students who are given
conventional learning. Based on the hypothesis test at significant level α = 0.05 is obtained
that Farithmetic> Ftable or 8.29> 1.68, meaning that there is an interaction between learning
SETS approach to improving student learning outcomes. The results showed that the
increase in student learning outcomes higher than the experimental class increased
students' classroom control. So the approach has a positive effect on SETS increased
student learning outcomes.
Kata Kunci. SETS, critically, creatively, MAN 2 Model Medan, increased students learning
outcomes.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendekatan SETS dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua siswa MAN 2 Model Medan sebanyak 13 kelas. Sampel diambil secara
purposive sebanyak 2 kelas. Pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran pendekatan
SETS, sedangkan kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional. Berdasarkan tes
berpikir kritis dalam kelas eksperimen persentase siswa yang berpikir kritis adalah 91,18%
dan 8.82% siswa tidak kritis, sedangkan persentase kelas kontrol siswa yang berpikir kritis
adalah 67,65% dan 32,35% siswa tidak kritis. Persentase siswa yang memiliki kreativitas
baik pada kelas eksperimen sebesar 82,35% dan 17,65% siswa kurang kreatif, sedangkan
kelas kontrol sebesar 38.24% siswa memiliki kreativitas baik dan 61,76% siswa kurang
kreatif. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk berpikir kritis dan kreatif belajar siswa
dengan menggunakan pendekatan yang diberikan SETS lebih besar dari kemampuan
berpikir kritis dan kreatif siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Berdasarkan uji
hipotesis pada tingkat α = 0,05 signifikan diperoleh bahwa Fhitung> Ftabel atau 8.29> 1.68,
yang berarti bahwa ada interaksi antara pembelajaran SETS pendekatan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil
belajar siswa lebih tinggi dibanding kelas control siswa kelas eksperimen. Jadi pendekatan
memiliki efek positif pada SETS peningkatan hasil belajar siswa.
Kata Kunci. SETS, kritis, kreatif, MAN 2 Model Medan, peningkatan hasil belajar siswa.
2. PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan negara yang sedang mengalami perkembangan dan
sedang melakukan pembangunan. Untuk memenuhi keperluan pembangunan ini, maka
dibutuhkan sumber daya modal dan sumber daya manusia yang berkualitas. Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) berkembang pesat saat memasuki era globalisasi ini
dan persaingan antar - individu, antar - bangsa menjadi semakin ketat.
Pendidikan IPA adalah bagian dari pendidikan, umumnya memiliki peran penting dalam
peningkatan mutu pendidikan, khususnya untuk menghasilkan peserta didik yang
berkualitas, yaitu manusia Indonesia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif
dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA
dan teknologi.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan cara berpikir kritis
dan kreatif siswa adalah melalui pendekatan Science, Environment, Technology and Society
(SETS). Binadja menyatakan bahwa titik pusat pembelajaran sains berwawasan SETS
adalah menghubungkan antara konsep sains yang dipelajari dan implikasinya terhadap
lingkungan, teknologi dan masyarakat. Keunggulan pembelajaran dengan pendekatan
SETS dibandingkan pendekatan lainnya yaitu karena pembelajaran selalu dihubungkan
dengan kejadian nyata yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari (bersifat kontekstual) dan
komprehensif (terintegrasi antara keempat komponen SETS) (Nurfitria, 2006).
Diharapkan melalui pendekatan SETS ini, siswa memandang sesuatu secara
terintegratif, yaitu dengan memperhatikan unsur-unsur yang terdapat dalam SETS. Guru
dapat menghubungkan konsep - konsep sains yang diajarkan dengan permasalahan yang
terjadi di masyarakat, lingkungan sehari - hari siswa sehingga dapat membantu siswa
menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari - hari agar pembelajaran yang
dilakukan di sekolah bermanfaat bagi masyarakat dengan tetap memperhatikan dampaknya
terhadap lingkungan. Dengan demikian diharapkan siswa akan mampu berpikir kritis - kreatif
dalam mencermati hubungan antara sains (Science), lingkungan (Environment), teknologi
(Technology) dan Masyarakat (Society). Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait
dengan Pendekatan SETS atau dalam istilah Indonesia disebut SaLingTeMas adalah
penelitian dari Andini menyatakan bahwa materi reproduksi manusia yang disampaikan
dengan pendekatan SETS terhadap siswa SMA Negeri 4 memiliki persentase ketuntasan
belajar sebesar 83,3% lebih tinggi dibandingkan siswa SMAIT Hidayatullah sebesar 80%.
Penelitian dari Nurfitria menyatakan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan nilai rata-rata
hasil belajar siswa yang bernuansa SETS dapat tercapai pada setiap siklus, dimana pada
siklus I adalah 65,42, siklus II adalah 71,68, siklus III adalah 74,52. Fuadurrahman yang
salah satu kesimpulannya menyatakan bahwa rata-rata kreativitas siswa dengan model
pembelajaran inkuiri pada materi pokok koloid dengan penggunaan media berbasis
3. komputer sebesar 80,77, sedangkan rata-rata kreativitas siswa dengan pembelajaran
konvensional dengan media berbasis komputer sebesar 79,23. Penelitian dari Aprilia yang
salah satu kesimpulannya menyatakan bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi
memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dengan siswa yang mempunyai kreativitas
rendah pada materi pokok larutan asam basa. Penelitian dari Haani memberikan kesimpulan
bahwa tinggi rendahnya nilai post-tes yang diperoleh menjadi gambaran kemampuan
penalaran dan berpikir kritis siswa dan siswa yang memilki hasil belajar tinggi di sebabkan
kemampuan penalaran dan berpikir kritisnya. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pendekatan SETS Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Kelas X MAN 2 Model Medan Tahun Ajaran
2011/ 2012 Pada Materi Pokok Hidrokarbon”.
Belajar dan Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari
kegiatan manusia. R.H Ennis memberikan sebuah definisi “berpikir kritis adalah berpikir
secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang
harus dipercayai atau dilakukan” (Hassoubah, 2004). Tujuan dari berpikir kritis adalah agar
dapat menjauhkan seseorang dari keputusan yang keliru dan tergesa-gesa yang
menyebabkan keputusan itu tidak dapat dipertanggungjawabkan. Berpikir kreatif adalah pola
berpikir yang didasarkan pada suatu cara yang mendorong kita untuk menghasilkan produk
yang kreatif. D.N. Perkins juga menyebutkan bahwa kreativitas itu tidak sendirian,
kemampuan khusus atau talenta, dan produk yang kreatif tidak bergantung kepada satu sifat
saja, yaitu ide yang baru. Menurut Binadja, pendidikan SETS ditujukan untuk membantu
peserta didik mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana perkembangan sains
dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik. Program ini
sekurang-kurangnya dapat membuka wawasan peserta didik hakikat pendidikan sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat (SETS) secara utuh (Nurfitria, 2006). Penerapan
SETS dalam pembelajaran untuk tingkat sekolah disesuaikan dengan jenjang pendidikan
siswa. Sebuah program untuk memenuhi kepentingan peserta didik harus dibuat dengan
menyesuaikan tingkat pendidikan peserta didik tersebut. Topik-topik yang menyangkut isi
SETS di luar materi pengajaran dipersiapkan oleh guru sesuai dengan jenjang pendidikan
siswa. Menurut Binadja dalam pendidikan SETS, pendekatan yang paling sesuai adalah
pendekatan SETS itu sendiri.
Di dalam pengajaran menggunakan pendekatan SETS siswa diminta menghubungkaitkan
antar unsur SETS. Yang dimaksudkan adalah siswa menghubungkan antara konsep sains
yang dipelajari dengan benda-benda berkenaan dengan konsep tersebut pada unsur lain
dalam SETS, sehingga memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang keterkaitan konsep tersebut dengan unsur lain dalam SETS, baik dalam bentuk
kelebihan ataupun kekurangannya. Untuk bisa mengetahui hubungan antar unsur SETS,
4. diperlukan pemikiran yang mendalam berupa identifikasi dan analisis tentang apa dan
bagaimana konsep yang sedang dipelajari. Selanjutnya dipikirkan mengapa dan bagaimana
konsep tersebut bisa digunakan pada teknologi yang terkait. Setelah itu diperlukan
pertimbangan atau evaluasi berdasarkan fakta-fakta yang diketahui akan dampak positif
maupun negatif yang ditimbulkan dari pemanfaatan konsep sains ke bentuk teknologi
terhadap lingkungan dan masyarakat, kemudian bagaimana siswa harus bersikap atau
bertindak bila berhadapan/ menemui keadaan atau masalah terkait dengan konsep yang
telah dipelajarinya tersebut. Dari gambaran tersebut terlihat bahwa diperlukan pemikiran
yang kritis untuk belajar setiap elemen SETS, karena dalam prosesnya diperlukan
keterampilan yang merupakan unsur dasar dalam berpikir kritis seperti keterampilan untuk
untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, mencari dan mengamati fakta-fakta
yang dijumpai siswa terkait materi/ konsep yang diajarkan. Dengan demikian kemampuan
berpikir kritis siswa akan tergali dan terlatih.
Pendekatan SETS kaitannya dengan berpikir kreatif dapat dijelaskan sebagai
berikut bahwa dalam pembelajaran dengan pendekatan SETS, siswa tidak hanya diajak
untuk mempelajari sains saja tetapi juga diajak untuk memanfaatkan atau mempelajari
pemanfaatan konsep sains yang sedang dipelajari ke bentuk teknologi untuk kepentingan
masyarakat. Pemanfaatan atau penerapan konsep sains menghasilkan suatu produk
teknologi dapat dikategorikan sebagai hasil dari proses kreatif. Dalam prosesnya diperlukan
keterampilan-keterampilan yang merupakan sifat dari kemampuan berpikir kreatif, yaitu
keluwesan, kelancaran, keaslian, penguraian ataupun perumusan kembali. Dalam
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SETS, siswa tidak hanya diajak untuk
berpikir tentang pemanfaatan konsep sains ke bentuk teknologi terkait, tetapi juga berbagai
kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses pentransferan sains yang sedang dipelajari
ke bentuk teknologi terhadap masyarakat dan lingkungannya.
Salah satu karakteristik pendekatan SETS yaitu mengajak siswa berbincang
tentang SETS dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar siswa,
memungkinkan siswa untuk secara kreatif mencari dan menentukan salah satu atau
beberapa unsur SETS yang diambilnya sebagai titik awal untuk membahas konsep yang
sedang dipelajari. Dalam proses pencarian dan penemuan keterhubungkaitan antar unsur
SETS tersebut diperlukan kemampuan kreatif siswa untuk menentukan hubungan antar
unsur SETS dari masalah yang dipilihnya terkait konsep yang dipelajari. Hal ini juga dapat
memperlihatkan keaslian atau orisinalitas dan keluwesan berpikir siswa.
5. METODE PENELITIAN
Tahapan penelitian terdiri atas (1) Tahap persiapan penelitian, yang meliputi
observasi ke sekolah, penyusunan proposal penelitian, penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran, penyusunan instrumen penelitian, dan uji test awal
instrumen penelitian, (2) Tahap pelaksanaan penelitian, yang meliputi penentuan
kelas eksperimen dan kelas kontrol, pelaksanaan pre-tes untuk kelas eksperimen
dan kelas control, (3) Pemberian perlakuan untuk kedua kelas. Pada kelas
eksperimen pembelajaran dilakukan dengan pembelajaran berpendekatan SETS.
Sedangkan untuk kelas kontrol dilakukan pembelajaran konvensional, pemberian
tes kemampuan berpikir kritis dan angket kreativitas, pemberian post-test pada
kedua kelas. Post-test bertujuan untuk mengukur peningkatan hasil belajar
setelah pengajaran selesai dan tahapan yang terakhir (4) Tahap analisis data,
meliputi uji analisis data dan uji hipotesis berdasarkan data yang diperoleh dan
dilakukan pengambilan kesimpulan. Sebagai sampel yang telah digunakan yaitu
kelompok I merupakan kelas kontrol dan kelompok II sebagai kelompok
eksperimen. Namun sebelumnya pada kedua kelas dilakukan pre-test yang
bertujuan untuk memperoleh nilai awal sebagai untuk mengetahui kemampuan
awal kedua kelas sampel. Kedua kelompok melaksanakan proses belajar
mengajar dengan guru yang sama dan materi pokok yang sama pula. Perbedaan
perlakuan pada sampel dilakukan pada proses pembelajaran, Kedua kelompok
melewati tingkat pendidikan dengan titik awal yang sama, yaitu mulai menempuh
materi pelajaran kimia kelas X semester 2 materi pokok hidrokarbon.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors. Data dikatakan
berdistribusi normal jika Fhitung < Ftabel. Setelah dilakukan perhitungan maka
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Uji Normalitas
No Kelas Data Lhitung Ltabel Keterangan
1. Eksperimen Gain 0,12 0,15 Normal
2. Kontrol Gain 0,14 0,15 Normal
6. Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa data yang diperoleh dalam
penelitian berdistribusi normal. Uji homogenitas data bertujuan untuk mengetahui
apakah sampel dalam penelitian berasal dari populasi yang homogen. Uji
homogenitas data dilakukan dengan menggunakan uji F pada taraf signifikansi α
= 0,05. Data dapat dikatakan homogen jika Fhitung < Ftabel. Hasil perhitungan uji
homogenitas secara singkat dapat dilihat pada berikut (data selengkapnya pada
lampiran 24)
Tabel 2. Uji homogenitas
Kelas S2
Fhitung Ftabel Keterang
an
Eksperi
men
75,8
6
1,30
1,79
(dengan
mengunak
an MS.
Excel)
Data
Homogen
Kontrol 98,8
0
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa kelas data pretest kedua kelas
kelompok sampel adalah homogen, artinya kelas eksperimen dan kelas kontrol
berasal dari populasi yang homogen.
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis altenatif (Ha)
diterima atau ditolak. Hipotesis penelitian diuji dengan uji t satu pihak (pihak
kanan) digunakan karena dimilikinya informasi mengenai arah kecenderungan
dari karakteristik populasi yang sedang diamati.
Uji hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan kriteria
pengujian Ha diterima jika thitung > ttabel. Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis,
diperoleh data berikut ini:
Tabel 3. Uji Hipotesis
Kela
s
Data thitu
ng
ttab
el
Ketera
ngan
Ekpe
rime
n
X̅ =
25,15
8,2
9
1,6
8
Ha
diterim
a
S2
=
146,19
Kont
rol
X̅ =
18,68
7. S2
=
115,62
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa peningkatan hasil belajar kimia
siswa dengan penerapan pembelajaran pendekatan SETS lebih besar daripada
penerapan pembelajaran konvensional.
Pada proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SETS juga
dilakukan diskusi. Anggota dari masing-masing kelompok yang terdiri dari 5-6
orang dapat saling berdiskusi untuk membahas artikel yang diberikan peneliti.
Pada saat diskusi siswa didalam kelompoknya melakukan diskusi. Selanjutnya,
setiap siswa perwakilan dari kelompok diminta untuk membacakan hasil
diskusinya, dan peneliti akan menyimpulkan hasil diskusi bersama-sama dengan
siswa. Sehingga terjadi pertukaran ilmu antara masing-masing anggota kelompok.
Sedangkan siswa yang diajar dengan menggunakan pengajaran konvensional
kurang antusias dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh suasana belajar
terkesan biasa dan monoton. Secara ringkas dapat dilihat pada tabel 4. dan
diagram 1.
Tabel 4.Persentase kritis siswa
No Kriteria
% siswa yang menjawab
tes kemampuan berpikir
kritis
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
1. Kritis 91,18% 67,65%
2. Kurang
Kritis
8,82% 32,35%
Keterangan: Kritis
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
%Siswa
8. Kurang kritis
Diagram 1. Persentase siswa yang kritis
Hal ini terlihat dari kemampuan siswa dalam menjawab tes kemampuan berpikir
kritis dan juga terlihat pada hasil lembar observasi kreativitas. Dimana pada kelas
eksperimen ada 91,18% siswa memiliki kemampuan berpikir kritis dan 8,82%
siswa yang kurang kritis, sedangkan pada kelas kontrol ada 67,65% siswa
memiliki kemampuan berpikir kritis dan 32,35% siswa yang kurang kritis. Dan
mengenai kreativitas siswa, secara ringkas dapat dilihat pada tabel 5 dan diagram
2.
Tabel 5. Persentase kreativitas siswa
No Kriteria
% siswa berdasarkan
lembar observasi
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
1. Kreatif 82,35% 38,24%
2. Kurang
Kreatif
17,65% 61,76%
Keterangan: Kreatif
Kurang kreatif
Diagram 2. Persentase siswa yang kreatif
Pada lembar observasi kreativitas, pada kelas eksperimen ada 82,35%
siswa yang kreatif dan 17,65% siswa yang kurang kreatif. Hal ini tidak sesuai
dengan perolehan angket, dimana siswa yang kreatif sebanyak 100% dan tidak
ada siswa yang kurang kreatif. Pada kelas kontrol sebanyak 38,24% siswa yang
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
%Siswa
9. kreatif dan 61,76% siswa yang kurang kreatif, hal ini juga tidak sesuai dengan
perolehan angket kreativitas. Dimana ada 94,12% siswa yang kreatif dan 5,88%
siswa yang kurang kreatif. Ketidaksesuaian lembar observasi kreativitas dengan
angket kreativitas pada kedua kelas mungkin disebabkan siswa yang kurang jujur
dalam mengisi lembar angket kreativitas.
Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa data yang diperoleh
berdistribusi normal dan sampel berasal dari populasi yang homogen. Hasil
perhitungan uji hipotesis diperoleh data bahwa thitung = 8,29 sedangka ttabel pada
taraf signifikansi 0,05 dengan dk = 66 adalah sebesar 1,68 sehingga thitung > ttabel.
KESIMPULAN
Peningkatan hasil belajar kimia siswa pada sub pokok bahasan Hidrokarbon yang
diberi penerapan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and
Society) lebih besar dari peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diberi
penerapan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan,
siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan SETS memiliki antusias
yang lebih dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
konvensional. Pada kelas eksperimen ada 91,18% siswa yang kritis dan 82,35%
siswa yang kreatif, sedangkan pada kelas kontrol ada 67,65% siswa yang kritis
dan 38,24% siswa yang kreatif. Hal ini menjelaskan bahwa penerapan
pendekatan SETS dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif
siswa serta hasil belajar kimia kelas X MAN 2 Model Medan pada materi pokok
Hidrokarbon.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dilitabmas Dikti Depdikbud melalui
penelitian Strategis Nasional. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Feronica Sihotang yang sudah membantu dalam pengambilan data penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Andini, D.S., (2006), Pengetahuan Sikap Siswa SMA Negeri 4 Dan SMAIT
Hidayatullah Semarang Terhadap Materi Reproduksi Manusia Yang
10. Disampaikan Dengan Pendekatan SETS, Skripsi, FMIPA, Unnes,
Semarang, http://www.pustakaskripsi.comdownload.phpfile=2332
(diakses 27 Januari 2012)
Aprilia, F., (2006), Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Tingkat Kreativitas Siswa
Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Medan.
Program Pascasarjana, Unimed, Medan.
Binadja, A., Wardani, S., dan Nugroho, S., (2008), Keberkesanan Pembelajaran
Kimia Materi Ikatan Kimia Bervisi SETS Pada Hasil Belajar Siswa, Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia, Vol.2, No. 2, 2008, hlm 256-262,
http://scholar.googleusercontent.
comscholarq=cacheXtfl5Wzgb8Jscholar.google.com+jurnal+pendekatan
+SETS+pada+pembelajaran+ kimia&hl=en&as_sdt=0,5.htm (diakses 18
Januari 2012))
Djamarah, S.B., (2002), Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2010), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian
Kependidikan, FMIPA Unimed.
Fuadaturrahman, (2011), Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri dan Penggunaan
Media Berbasis Komputer (CD Movie dan Flash) terhadap kreativitas dan
hasil belajar siswa kelas XI pada Pokok Bahasan Koloid, Tesis, Program
Pascasarjana, Unimed, Medan.
Haani, U., (2010), Pengaruh Problem Based Learning untuk Meningkatkan
Penalaran dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Konsep
Struktur Atom, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Hassoubah, I.Z., (2004), Developing Creatif and Critical Thinking Skill (Cara
Berpikir Kreatif dan Kritis), Nuansa, Bandung.
Munandar, U., (2009), Pengembangan Kreativitas Anak berbakat, Rineka Cipta,
Jakarta.
Nurfitria, L., (2006). Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pada Konsep
Lingkungan Melalui Pendekatan SETS Dengan Model PBI Di SMA
Masehi 1 PSAK Semarang, Skripsi, FMIPA, Unnes, Semarang,
http://www.pustakaskripsi.comdownload. phpfile=1631 (diakses 27
Januari 2012)
Nuryanto, dan Binadja, A., (2010), Efektivitas Pembelajaran Kimia Dengan
Pendekatan Salingtemas Ditinjau Dari Minat Dan Hasil Belajar Siswa,
11. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 4, No.1, 2010, hlm 552-556,
http://scholar.googleusercontent.comscholarq=cacheDbl2H-
1n1NAJscholar.google.
com+jurnal+pendekatan+SETS+pada+pembelajaran+kimia&hl=en&as_s
dt=0,5.htm (diakses 18 Januari 2012)