1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat miskonsepsi mahasiswa pada materi gaya Lorentz menggunakan soal two-tier beralasan.
2. Hasilnya menunjukkan tingkat miskonsepsi mahasiswa pada materi ini cukup tinggi, terutama dalam soal perbandingan gaya Lorentz pada dua kawat lurus.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan profil miskonsepsi mahasiswa secara terperinci pada
1. SKRIPSI JURUSAN FISIKA FMIPA UM ARTIKEL http://fisika.fmipa.um.ac.id/
1 | S e m e s t e r G e n a p 2 0 2 0 / 2 0 2 1
ANALISIS MISKONSEPSI PADA MATERI GAYA
LORENTZ MENGGUNAKAN SOAL TWO-TIER
BERALASAN
Kelompok Bidang Keahlian: InovasiPembelajaran Fisika dan Pengembangan Profesionalisme Guru
Persentase Cek Kemiripan Tulisan: 17%, Tanggal Pengecekan: 18 Agustus 2021
Tanggal Ujian: 20 Agustus 2021, Tanggal Revisi: xxbulan 202x
Nama Mahamahasiswa :Muhammad Badrussya’ban1)
Pembimbing 1* :Muhammad Reyza Arief Taqwa1,*) Pembimbing 2 :Nama Dosen1)
Pembimbing Eksternal :Nama Pembimbing Eksternal2)
AFILIASI
1)Program Studi Sarjana Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Malang, Jl. Semarang 5, Malang, 65145, Indonesia
2)Afiliasi Pembimbing eksternal
*Penulis Korespondensi:Pembimbing1.fmipa@um.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan tingkat miskonsepsi mahasiswa pada materi gaya
Lorentz. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Universitas Negeri Malang pada 67
mahasiswa jurusan Fisika tahun pertama yang sedang menempuh mata kuliah Fisika Dasar III tahun ajaran 2020/2021.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes soal two tier beralasan. Pada tingkat pertama terdapat
soal dan beberapa pilihan jawaban lalu pada tingkat kedua terdapat pilihan tingkat keyakinan dalam menjawab
pertanyaan pada tingkat pertama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa miskonsepsi yang dialami mahasiswa pada
materi gaya Lorentz cukup tinggi. Tingkat aham konsep tertinggi terdapat pada soal nomor 10 terkait menganalisis arah
gaya Lorentz pada dua kawat di daerah yang memiliki medan magnet dengan 17,91% dan tingkat paham terendah
terjadi pada soal nomor 12 terkait menganalisis syarat gaya Lorentz pada muatan yang bergerak dengan 0%. Pada
penelitian ini diperoleh juga bahwa tingkat miskonsepsi tertinggi juga terjadi pada soal no 1 terkait membandingkan
gaya Lorentz pada 2 kawat lurus dengan 55,22% dan tingkat miskonsepsi terendah terjadi pada nomor 4 terkait
mengidentifikasi arah gaya Lorentz pada 2 kawat melingkar yang dialiri arus listrik dengan 4,48%.
Kata Kunci: Miskonsepsi,Gaya Lorentz, Soal Two Tier Beralasan
ABSTRACT
This study aims to analyze and describe the level of student misconceptions on Lorentz style material. The method used
is descriptive qualitative. The research was carried out at the State University of Malang on 67 first-year Physics majors
students who were taking Basic Physics III courses for the 2020/2021 academic year. The data collection technique in
this study used a two-tier reasoned test of questions. At the first level there are questions and several answer choices,
then at the second level there are choices of confidence levels in answering questions at the first level. The results of
this study indicate that the misconceptions experienced by students in the Lorentz style material are quite high. The
highest level of understanding of the concept is found in question number 10 related to analyzing the direction of the
Lorentz force on two wires in an area that has a magnetic field with 17.91% and the lowest level of understanding
occurs in question number 12 related to analyzing the terms of the Lorentz force on a moving charge with 0%. In this
study, it was also found that the highest level of misconceptions also occurred in question no 1 related to comparing the
Lorentz force on 2 straight wires with 55.22% and the lowest level of misconceptions occurred in number 4 related to
identifying the direction of the Lorentz force on 2 circular wires that are energized with an electric current. 4.48%.
Keywords: Misconceptions, Lorentz Style, Reasoned Two Tier Problems
A. PENDAHULUAN
Dalam pembelajaran sains, mahasiswa harus aktif
berpikir kritis untuk memperkuat pemahamannya
terhadap konsep-konsep kompleks dalam sains, sehingga
dapat membangun pengetahuan dan gagasan inti dari
disiplin ilmu tersebut.Berdasarkan temuan- temuan
terdahulu pendalaman konsep sains pada mahasiswa
dinilai masih kurang. Penelitian lain menyebutkan
bahwa, banyak faktor yang mempengaruhi kurangnya
pendalaman konsep sains khususnya fisika, salah satunya
adalah Miskonsepsi (Lengkong et al. 2021).
Banyak peneliti yang telah mendefinisikan istilah
Misikonsepsi ini, seperti menurut C. Sundaygara
Miskonsepsi adalah sesuatu yang menyebabkan
mahasiswa gagal memahami konsep fisika secara
intensif(Sundaygara et al. 2021).Noly Shofiyah,
2. SKRIPSI JURUSAN FISIKA FMIPA UM ARTIKEL http://fisika.fmipa.um.ac.id/
2 | S e m e s t e r G e n a p 2 0 2 0 / 2 0 2 1
mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu ide
pemahaman yang kurang setara dengan ide-ide objektif
atau ilmiah (Shofiyah 2021). Sedangkan, E. Mairani
berpendapat bahwa Miskonsepsi adalah struktur kognitif
yang stabil untuk berubah, mempengaruhi pemahaman
konseptual mahasiswa, dan harus diatasi agar mahasiswa
dapat mempelajari konsep ilmiah secara efektif(Mairani
2017).
Miskonsepsi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal
yaitu, Mahasiswa, Guru, Buku Teks yang baca, Konteks,
dan cara mengajar guru.mahasiswa yang mengarahkan
pemikirannya pada sesuatu yang muncul dalam situasi
atau kejadian tertentu.Miskonsepsi yang terjadi dalam
pembelajaran fisika harus segera diidentifikasi karena
dapat menghambat mahasiswa dalam memahami
pengetahuan(Sundaygara et al. 2021).
Diantara beberapa materi fisika yang dipelajari,
mahasiswa sering mengalami Miskonsepsi pada materi
Gaya Lorentz yang pada era sekarang menjadi teori
penting dalam pengembangan alat- alat elektronik seperti
motor listrik, speaker, dan alat elektronik lainnya.
Bahkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Achmad
Samsudin, masih ditemukannnya miskonsepsi pada
mahasiswa setelah pembelajaran berbasis PDEODE*E
(Samsudin et al. 2017)
Banyak cara untuk mengidentifikasi miskonsepsi
yang terjadi pada mahasiswa, salah satunya ada lah tes
diagnostic. Tes diagnostik sudah banyak dikembangkan
mulai dari tes dua tingkat, tiga tingkat, maupun empat
tingkat.
Penelitian terkait Miskonsepsi pada topic
Elektromagnetik sudah beberapa kali dilakukan namun
belum terfokus pada miskonsepsi pada bagian Gaya
Lorentz, seperti pada penelitian Noly Shofiyah yang
menggunakan instrument berupa tes dua tingkat (Two-
Tier) dengan Tier pertama berbentuk soal pilihan ganda
dan Tier kedua diberikan dua pilihan tingkat
keyakinan.Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kelas
9 mengalami miskonsepsi tentang konsep magnet
termasuk cara membuat dan menentukan kutub magnet
buatan, gaya Lorentz dan Induksi GGL. Kelemahan dari
penelitian ini adalah guru tidak dapat mengetahui alasan
siswa memilih jawaban pada Tier 1.
Penelitian lain terkait Miskonsepsi Mahasiswa pada
materi Elektromagnetik juga dilakukan D. S. Bastiantono
dkk dengan menggunakan instrumen berupa Three-Tier
Diagnostic Test, juga pada penelitian yang dilakukan
oleh Eri Setyaningsih dkk yang menggunakan instrumen
berupa 12 soal Three- Tier. Namun, penelitian- penelitian
diatas belum berfokus pada materi Gaya Lorentz
sehingga perlu dilakukan penelitian yang benar-benar
fokus mengetahui Miskonsepsi Mahasiswa Pada Topik
Gaya Lorentz.
Dalam artikel ini akan difokuskan tentang
miskonsepsi mahasiswa pada materi gaya lorentz.
Pembahasan dilakukan dengan melihatjawaban
mahasiswa melalui instrumen two tier beralasan.Tes
Two-tieradalah jenis model penilaian yang
memungkinkan guru untuk mendeteksi alasan mengapa
peserta didik memecahkan masalah dengan cara yang
mereka lakukan dan menentukan apakah peserta didik
memiliki kesalahpahaman atau konsepsi alternatif(Yang
and Lu 2021).
.Tes diagnostik Two-Tier pertama kali
dikembangkan dengan item yang dirancang secara tepat
untuk mengidentifikasi konsepsi tambahan dan
kesalahpahaman dalam area konten sains yang
ditentukan(Mairani 2017). Instrumen diagnostik two-tier
beralasan merupakan model penilaian bertingkat dalam
mengetahui kelemahan dan kesalahan mahasiswa dalam
memahami suatu konsep Tingkat pertama instrumen tes
tersebut berupa soal multiple choice (Pilihan Ganda)
yang memiliki tujuan guna menilai kemampuan
mahasiswa dalam mengerjakan dengan tepat, serta
tingkat kedua adalah mahasiswa diminta untuk
memberikan alasan terkait pilihan jawabannya pada
tingkat pertama.
Menurut Tüysüz(2009) dengan menggunakan
instrumen Two-Tier Multiple Choicekemungkinan untuk
menebak jawaban benar dapat diperkecil menjadi 4%.
Selain itu, guru juga dapat mengetahui konsepsi yang
dimiliki oleh siswa dan kategori pemahaman siswa.
Rusilowati (2015) mengungkapkan bahwa melalui cara
ini guru dapat mengetahui siswa yang menjawab benar
dengan alasan yang benar dan siswa yang menjawab
benar dengan alasan yang salah.
Penelitian tentang Two Tier diagnostic test sudah
beberapa kali dilakukan, seperti Meilan Lengkong
dengan instrument Two-Tier memperoleh hasil 30,5%
siswa mengalami miskonsepsi dan sebesar 27,6% tidak
memahami konsep. Dari sembilan butir soal yang
diberikan dengan konsepsi berbeda, persentase
miskonsepsi siswa terbesar terdapat pada butir soal
nomor 4, yaitu 68,3% siswa mengalami miskonsepsi
tentang hubungan panjang pegas dengan nilai
frekuensinya(Lengkong et al. 2021).
Two-tier multiple choice memiliki lebih banyak
kelebihan daripada multiple choice konvensional, seperti
contohnya meminimalisir terjadinya eror saat penilaian.
Persentase menjawab benar dengan cara menebak dari
teknik multiple choice konvensional sebesar 20% namun
apabila menerapkan teknik tes two-tier multiple choice,
persentase menjawab benar dengan cara menebak
berkurang jauh menjadi 4%.
Penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan profil
miskonsepsi mahasiswa secara terperinci pada topik
Gaya Lorentz, sehingga bisa dimanfaatkan oleh para
pendidik sebagai bahan pertimbangan dalam menemukan
metode yang tepat untuk mengajarkan materi Gaya
Lorentz.
B. TEORI DAN METODE
A. Miskonsepsi
Miskonsepsiadalah sesuatu yang menyebabkan siswa
gagal memahami konsep fisika secara intensif. Banyak
siswa yang mengalami miskonsepsi dalam fisika. Hal ini
sering terjadi bukan karena pemahaman siswa yang tidak
benar, tetapi karena prakonsepsi yang muncul adalah
kesalahan selama proses pembelajaran yang
mempengaruhi ke dalam kelas. Miskonsepsi mungkin
muncul dalam aktivitas sehari-hari siswa ketika mereka
melakukan kontak dengan lingkungan mereka. Konsep
fisika yang salah tersebut kemudian akan menjadi
landasannya karena pemahaman yang terbentuk
sebelumnya salah dan akan sulit untuk
3. SKRIPSI JURUSAN FISIKA FMIPA UM ARTIKEL http://fisika.fmipa.um.ac.id/
3 | S e m e s t e r G e n a p 2 0 2 0 / 2 0 2 1
memperbaikinya(Sundaygara et al. 2021).
Miskonsepsi dapat menjadi penghambat untuk
memahami materi kimia selanjutnya dalam mata pelajaran
kimia. Banyak materi kimia abstrak yang saling
berhubungan dengan materi lain sehingga miskonsepsi
dalam satu konsep menyebabkan miskonsepsi pada
konsep lain. Artinya, miskonsepsi yang muncul terus
menerus akan mengganggu proses pembelajaran,
pembentukan konsep ilmiah siswa, pemikiran logis yang
salah dan menimbulkan interpretasi ketika mempelajari
konsep(Bachtiar, Nahadi, and Firman 2020).
B. Konsepsi pada Materi Gaya Lorentz
Tergantung pada arah arus, konduktor pembawa arus
bergerak ke kiri atau kanan (lihat Gambar 1).
Gambar 1. Visualisasi medan Visualisasi medan magnet
dan aturan tangan kanan menggunakan HoloLens. Secara
opsional, tiga alat pembelajaran dapat ditampilkan: rumus
gaya Lorentz, indikasi arah dengan tangan kanan, dan
triad vektor.
Dalam pendidikan fisika aturan tangan kanan
digunakan untuk menggambarkan arah gaya Lorentz yang
menjadi penyebab terjadinya gerakan ini. Aturan ini
menggambarkan bahwa gaya Lorentz merupakan hasil
perkalian silang arah arus listrik dan orientasi medan
magnet. Karena ada variasi khusus negara dari aturan ini,
kami mengikuti konvensi yang ditunjukkan pada Gambar.
2: Jempol kanan menunjuk ke arah teknis saat ini, indeks
yang sesuaijari berorientasi sejajar dengan garis medan
magnet, dan jari tengah memprediksi arah gaya Lorentz.
Ketiga jari saling ortogonal seperti triad vektor.
Sementara pergerakan konduktor pembawa arus menjadi
terlihat, medan magnet magnet tapal kuda, aliran arus
listrik, dan medan magnet terkait di sekitar ayunan
konduktor tetap tidak terlihat. Oleh selanjutnya- ly
mempelajari ketergantungan gaya Lorentz FL pada
parameter arus listrik saya dan panjang konduktor dl,
siswa dapat mempelajari bahwa gaya Lorentz sebanding
dengan arus listrik saya dan panjang konduktor dl.
(Sumber: Donhauseret al. 2020)
C. Intrumen Soal Two-Tier Beralasan
Tes diagnostik merupakan instrumen penilaian yang
terdiri dari beberapa soal yang akan diujikan, dimana
soal-soal tersebut difokuskan pada kesulitan dan
kelemahan siswa dalam suatu materi.
Instrumen two-tier merupakan salah satu bentuk
penilaian bertingkat yang dapat digunakan untuk
mengetahui kelemahan dan kesalahan mahasiswa dalam
memahami suatu konsep. Tingkat pertama instrumen tes
tersebutmemiliki tujuan gunamenilai kemampuan
mahasiswasaat menjawab pertanyaan dengan benar yang
terdiri dari lima pilihan jawaban, dan tingkat kedua adalah
pilihan tingkat keyakinan.
Bentuk soal ini juga masih memiliki kelemahan,
yaitu untuk memahami alasan yang diberikan oleh siswa
diperlukan penilai (Suwarto, 2013). Rusilowati (2015)
mengungkapkan bahwa dengan menggunakan tes pilihan
ganda dua tingkat guru tidak dapat mengetahui seberapa
kuat siswa dalam memahami konsep yang diberikan.
D. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis
deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada 67 mahasiswa
jurusan Fisika tahun pertama yang sedang menempuh
mata kuliah Fisika Dasar III pada tahun ajaran 2020/2021.
Fokus penelitian ini menganalisis tingkat miskonsepsi
pada topik gaya Lorentz.
Dalam menganalisis tingkat pemahaman konsep pada
mahasiswa, instrumen yang digunakan ialah soal dalam
format two-tier. Pada Tingkat pertama terdapat soal dan
beberapa pilihan jawaban lalu pada tingkat kedua terdapat
pilihan tingkat keyakinan dalam menjawab pertanyaan
pada tingkat pertama yaitu yakin atau tidak yakin.
Instrumen penelitian yang digunakan berjumlah 12 butir
soal yang telah terstandari dalam penelitian yang
dilakukan oleh (Pratiwi 2021). Adapun sub topik di tiap
butir soal yang mahasiswa terima ditunjukkan pada Tabel
1.
Tabel 1. Sub Topik Diujikan tiap Butir Soal
Nomor
Soal
Kemampuan yang diujikan
1, 11
Membandingkan gaya Lorentz yang bekerja pada
dua kawat berarus listrik
2, 3, 4
Mengidentifikasi arah gaya Lorentz yang bekerja
pada muatan disekitar kawat berarus
5
Menganalisis jenis gaya yang bekerja pada elektron
yang berada di dalam medan magnet
6,7
Mengidentifikasi gerak partikel bermuatan di
dalam medan magnet
8
Membandingkangaya Lorentz pada beberapa
muatan yang bergerak dalam medan magnet
9 Menganalisissyaratterjadinyagaya Lorentz
10
Menganalisisarahgaya Lorentz pada duakawat di
dalam medan magnet
11
Mengidentifikasigaya Lorentz yang bekerja pada
kawat yang salingberdekatan
12
Mengidentifikasi arah gerak partikel di antara dua
kawat berarus listris.
Teknik pengambilan data untuk kebutuhan penelitian
ini dilakukan dengan metode survei. Metode survei
merupakan metode pengumpulan informasi atau data
untuk populasiyang cenderung besardengan sampel yang
cenderung lebih kecil. Metode tersebut pun didukung
4. SKRIPSI JURUSAN FISIKA FMIPA UM ARTIKEL http://fisika.fmipa.um.ac.id/
4 | S e m e s t e r G e n a p 2 0 2 0 / 2 0 2 1
dengan adanya observasi langsung kepada sebuah proses
yang sedang dan tengah berlangsung.
Beberapa data yang didapatkan dari penelitian ini
terdiri dari data kuantitatif berupa respon Mahasiswa
dalam menjawab 12 butir soal Instrumen penelitian.
Respon mahasiswa yang diperoleh berupa pilihan
jawaban pada Tier pertama dan pilihan tingkat keyakinan
pada tier kedua.
Berdasarkan Respon mahasiswa tersebut kemudian
dikategorikan ke dalam tiga kategori profil miskonsepsi
sesuai yang dikembangkan oleh Nursyamsi
dkk(Nursyamsi, Sujiono, and Yani 2018), adapun
kategori profil miskonsepsi tersebut seperti yang
ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2. Tingkat Pemahaman Konsep Berdasarkan Respon
Mahasiswa
Tingkat Keyakinan
Tidak
Yakin
Ragu-
Ragu
Yakin
Jawaban Benar Tidak
Paham
Tidak
Paham
Paham
Salah Tidak
Paham
Tidak
Paham
Miskonsepsi
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Deskriptif Pemahaman Konsep
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa tingkat pemahaman mahasiswa pada
gaya Lorentz sangat rendah. Dalam penelitian ini
membahas hasil pemahaman mahasiswa dalam
menyelesaikan 12 soal tentang gaya Lorentz.
Tabel 3. Data Statistik Deskriptif Skor Mahasiswa
StatistikDeskriptif Skor
Rata-rata 29,73
Median 25.00
Modus 25.00
DeviasiStandar 18,59
Berdasarkan data pada Tabel 3 terlihat bahwa
kemampuan mahasiswa dalam memahami konsep gaya
Lorentz masih cenderung rendah. Hal tersebut diindikasi
dari rata-rata skor yang hanya mencapai 29,73. Adapun
data persentase mahasiswa yang menjawab benar untuk
tiap butir soal seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2.Persentase Mahasiswa yang Menjawab Benar di
Tiap Nomer Soal
Selanjutnya, dilakukan klasifikasi respon mahasiswa
di tiap butri soal, sehingga diperoleh profil miskonsepsi
mahasiswa di topik gaya Lorentz seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2.
Tabel 4. Presentase Konsepsi Mahasiswa
NO
JUMLAH MAHASISWA (%)
PAHAM
TIDAK
PAHAM
MISKONSEPSI
1 2,99% 41,79% 55,22%
2 10,45% 73,13% 16,42%
3 2,99% 82,09% 14,93%
4 14,93% 80,60% 4,48%
5 13,43% 79,10% 7,46%
6 5,97% 82,09% 11,94%
7 4,48% 88,06% 7,46%
8 2,99% 70,15% 26,87%
9 8,96% 85,07% 5,97%
10 17,91% 76,12% 5,97%
11 8,96% 76,12% 14,93%
12 0,00% 86,57% 13,43%
Berdasarkan paparan Tabel 4, kita dapat tarik benang
merah, dimana rata-rata persentase banyak mahasiswa di
tiap klasifikasi pemahaman konsep adalah seperti pada
Gambar 3 berikut.
Gambar 3. Diagram Profil KonsepsiMahasiswa
Dari analisis data yang telah dipaparkan diatas, kita
dapat membandingkan data di Tabel 3 dengan data di
Gambar 3. Terlihat bahwa rata-rata skor mahasiswa
3%
27%
19%
64%
48%
13%
40%
13%
28%
67%
24%
9%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nomor Soal
Persentase mahasiswa yang menjawab benar
7.84%
76.74%
15.42%
Persentase
Banyak
Mahasiswa
5. SKRIPSI JURUSAN FISIKA FMIPA UM ARTIKEL http://fisika.fmipa.um.ac.id/
5 | S e m e s t e r G e n a p 2 0 2 0 / 2 0 2 1
sangat rendah dikarenakan mayoristas mahasiswa berada
di dalam kategori “Tidak Paham”, bahkan dengan
persentase sebesar 76,74%. Pernyataan ini juga didukung
dari komparasi yang bisa dilakukan dari data di dalam
Gambar 2 dan Gambar 4. Terlihat bahwa sedikitnya
mahasiswa yang mampu menjawab soal dengan benar,
diiringi dengan persentase yang sangat tinggi di kategori
“Tidak Paham” dan “Miskonsepsi”.
Berdasarkan pada tabel 4, terlihat bahwa kemampuan
mahasiswa dalam memahami konsep gaya Lorents paling
baik adalah pada soal nomor 10 terkait menganalisis arah
gaya Lorentz pada dua kawat di daerah yang memiliki
medan magnet diperoleh hasil 18% dan tingkat paham
konsep terendah terdapat pada soal nomor 12 terkait
syarat gaya Lorentz pada muatan yang bergerak dengan
tingkat paham konsep 0%. Sedangkan miskonsepsi
tertinggi terjadi pada soal nomor 1 tentang
membandingkan gaya Lorentz pada dua kawat lurus
diperoleh hasil 55% dan miskonsepsi terendah terjadi
pada soal nomor 4 terkait mengidentifikasi arah gaya
Lorentz pada dua kawat melingkar yang dialiri arus listrik
dengan persentase miskonsepsi 4,48%. Oleh karena itu
pembahasan akan difokuskan pada soal nomor 1 dengan
miskonsepsi tertinggi, soal nomor 4 dengan miskonsepsi
terendah, soal nomor 10 dengan pemahaman konsep
tertinggi, dan soal nomor 12 dengan tingkat pemahaman
konsep terendah.
B. Menganalisis Arah Gaya Lorentz Pada Dua
Kawat Pada Daerah Yang Memiliki Medan
Magnet
Berdasarkan diagram pada Gambar 2, diperoleh
bahwa tingkat pemahaman mahasiswa pada soal nomor
10 tentang menganalisis arah gaya Lorentz pada dua
kawat pada daerah yang memiliki medan magnet cukup
tinggi. Adapun bentuk soal nomor 10 pada tier 1 seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 4
Gambar 4. Soal Nomor 10
Adapun respon mahasiswa dalam menjawab soal
nomor 10 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.
Table 5. Respon Mahasiswapada Soal Nomor 10
JAWABAN
TINGKAT KEYAKINAN
TY R Y
A 1 3 2
B 10 23 12
C 0 2 1
D 2 4 0
E 3 3 1
TOTAL 16 35 16
Keterangan: Tingkat keyakinan Tidak yakin(TY), Ragu-
ragu(R), Yakin(Y).
Berdasarkan temuan yang ditunjukkan pada Tabel 5
dapat dilihat bahwa terdapat 12 mahasiswa yang memilih
jawaban benar pada tier 1 dengan tingkat keyakinan 3
(Yakin) pada tier 2. Sehingga, dapat dikatakan bahwa 12
mahasiswa tersebut terkategorikan Paham Konsep (P).
Dapat dilihat juga bahwa terdapat 2 orang mahasiswa
yang memilih opsi A pada tier 1 dengan tingkat
keyakinan 3 (Yakin) pada tier 2. Padahal seperti yang kita
ketahui bersama bahwa konsep yang benar adalah
(1)Kawat A mengalami medan magnet oleh kawat B
dengan arah keluar bidang, sehingga arah gaya Lorentz ke
kanan. (2)Medan magnet di sekitar kawat adalah masuk
bidang, sehingga arah gaya Lorentz ke kiri. (3)Nol, karena
dari kemungkinan point 1 dan 2 arah gaya Lorentznya
berlawanan sehingga akan saling menghabiska. Sehingga,
dapat dikatakan bahwa 2 mahasiswa tersebut
terkategorikan Miskonsepsi. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Setyaningsih, Harijanto, dan Prastowo
(Setyaningsih, Harijanto, and Prastowo 2018) yang
menemukan bahwa siswa kelas XII SMA di Jember
mengalami miskonsepsi pada bagian menganalisis arah
dari gaya lorentz pada dua kawat di daerah yang memiliki
medan magnet.
Temuan Penelitian ini juga menunjukkan berbagai
alasan Mahasiswa dalam memilih opsi jawaban, adapun
rekapitulasi alasan mahasiswa tersebut seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Rekapitulasi Alasan Mahasiswadalam menjawab soal
nomor 10
ALASAN N MAHASISWA
Arah gaya Lorentz tegak lurus degan I 3
Tergantung letak muatan 1
B total bisa sama dengan 0 3
Kawat lurus A dan B yang sangat panjang saling
berdekatan dan keduanya dialiri arus listrik yang
sama besar dengan arah sama. Pada daerah di
sekitar kedua kawat diberi medan magnet dengan
arah masuk bidang(⊗).Arah gaya Lorentz yang
bekerja pada kawat A yang masih mungkin
adalah....
A. ⊗,⨀, atau nol
B. →,←, atau nol
C. ↑, ↓, atau nol
D. Selalu nol
E. Tidak cukup informasi
6. SKRIPSI JURUSAN FISIKA FMIPA UM ARTIKEL http://fisika.fmipa.um.ac.id/
6 | S e m e s t e r G e n a p 2 0 2 0 / 2 0 2 1
I sejajar dan sama arahnya maka F = tarik
menarik
13
Berdasarkan kaidah tangan kanan 16
Arus kawat sejajar 3
Kawatnyasejajar dan B masuk 4
Tidak cukup informasi 6
Karena tidak ada elektron 1
Tidak memberikan alasan 17
Pada soal nomor 10 pada kawat A terjadi dua gaya
Lorentz yang disebabkan oleh medan magnet kawat B
yang arahnya keluar bidang sehingga arah gaya Lorentz
FAB ke kanan dan medan magnet disekitar kawat A yang
arahnya masuk bidang sehingga arah gaya Lorentz FA ke
kiri. Hal ini sesuai dengan kaidah tangan kanan, sehingga
∑𝐹 = 𝐹
𝐴𝐵 + 𝐹
𝐴 yang arahnya bisa →,←, atau nol
karena tidak diketahui nilainya. Berdasarkan pada Tabel 6
dapat dilihat bahwa 16 mahasiswa menggunakan alasan
“Menggunakan kaidah tangan kanan”, 13 mahasiswa
menggunakan alasan “I sejajar dan sama arahnya maka F
= tarik menarik”, dan 4 mahasiswa menggunakan alasan
“Kawatnya sejajar dan B masuk” dalam menjawab soal
nomor 10.
C. Menganilis Syarat Gaya Lorentz Pada
Muatan yang Bergerak
Berdasarkan diagram pada Gambar 2, diperoleh
bahwa tingkat pemahaman mahasiswa pada soal nomor
12 tentang menganalisis syarat gaya Lorentz pada muatan
yang bergerak tidak ada. Adapun bentuk soal nomor 12
pada tier 1 seperti yang ditunjukkan pada gambar 5
Gambar 5. Soal Nomor 12
Adapun respon mahasiswa dalam menjawab soal
nomor 12 seperti yang ditunjukkan pada tabel 7.
Tabel 7. Respon MahasiswaPada Soal Nomor 12
JAWABAN
TINGKAT KEYAKINAN
1 2 3
A 4 8 0
B 4 2 0
C 12 28 9
TOTAL 20 38 9
Keterangan: Tingkat keyakinan Tidak yakin(TY), Ragu-
ragu(R), Yakin(Y).
Berdasarkan temuan yang ditunjukkan pada
Tabel 7 dapat dilihat bahwa tidak ada mahasiswa yang
memilih jawaban benar pada tier 1 dengan tingkat
keyakinan 3 (Yakin) pada tier 2. Sehingga, dapat
dikatakan bahwa tidak ada mahasiswa yang
terkategorikan Paham Konsep (P). Dapat dilihat juga
bahwa terdapat 9 orang mahasiswa yang memilih opsi
C pada tier 1 dengan tingkat keyakinan 3 (Yakin) pada
tier 2. Padahal seperti yang kita ketahui bersama
bahwakonsep yang benar adalah Di titik antara kedua
kawat arah B adalah searah yakni masuk bidang baca.
Sehingga dengan v ke atas, dengan menggunakan
kaidah tangan kanan diperoleh FL ke arah kiri.
Sehingga, dapat dikatakan bahwa 9 mahasiswa tersebut
terkategorikan Miskonsepsi. Hal ini sejalan dengan
yang ditemukan pada penelitian Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Eder Hernandez, Esmeralda Campos,
dan Pablo Barniol(Hernandez et al. 2020) yang
menemukan bahwa dalam pembelajaran fisika juga
sering terjadi miskonsepsi dalam menganalisis syarat
gaya lorentz pada muatan yang bergerak.
Temuan Penelitian ini juga menunjukkan
berbagai alasan Mahasiswa dalam memilih opsi
jawaban, adapun rekapitulasi alasan mahasiswa
tersebut seperti yang ditunjukkan pada Tabel 8 berikut
Tabel 8. Rekapitulasi Alasan Mahasiswadalam menjawab soal
nomor 12
ALASAN N MAHASISWA
Kedua gaya yang dihasilkan
sama besar dan arahnya
berlawanan
7
I berlawanan dan F tolak-
menolak
6
Arah I berlawanan 5
Tarik menaarik dengan A dan
tolak menolak dengan B
3
Kawat lurus A dan B yang sangat panjang saling
berdekatan dan keduanya dialiri arus listrik yang
sama besar dengan arah berlawanan. Tepat
diantara kedua kawat ditembakkan muatan
positif Q dengan arah seperti gambar.
Kemungkinan pembelokan arah gerak muatan
adalah....
A. Kearah y
B. Kearah x
C. Tetap lurus sesuai arah v mula-mula
7. SKRIPSI JURUSAN FISIKA FMIPA UM ARTIKEL http://fisika.fmipa.um.ac.id/
7 | S e m e s t e r G e n a p 2 0 2 0 / 2 0 2 1
Berdasarkan kaidah tangan
kanan
2
Kuat arus sama besar 5
V dab B sejajar 2
Q bermuatan positif 1
V sejajar dengan I 5
Saling tolak menolak 1
F tegak lurus dengan B 1
F tegak lurus dengan I 1
Arah Q searah dengan V 1
Tidak ada gaya yang
mempengaruhi Q
1
Besarnya medan magnet
dititik p adalah penjumlahan
dari medan magnet yang
dihasilkan kedua kawat
6
F tegak lurus dengan arah
gerak Q
1
Tidak memberikan alasan 19
Pada soal nomor 12 pada muatan positif Q terdapat
medan magnet yang disebabkan medan magnet kawat A
dan medan kawat B arahnya masuk bidang baca.
Sehingga dengan v ke atas, dengan menggunakan kaidah
tangan kanan diperoleh gaya Lorentz FQA arahnya ke kiri
dan gaya Lorentz FQB ke arah kiri. Sehingga arah gaya
Lorentz ∑𝐹𝑄 = 𝐹𝑄𝐴 + 𝐹
𝑄𝐵 ke kiri. Berdasarkan pada
Tabel 8 dapat dilihat bahwa 2 mahasiswa menggunakan
alasan “Menggunakan kaidah tangan kanan”, 1
mahasiswa menggunakan alasan “F tegak lurus dengan
arah gerak Q”, dan 1 mahasiswa menggunakan alasan “F
tegak lurus dengan I” dalam menjawab soal nomor 12.
D. Membandingkan Gaya Lorentz pada Dua
Kawat Lurus
Berdasarkan diagram pada Gambar 2, diperoleh
bahwa tingkat miskonsepsi mahasiswa pada soal nomor 1
tentang membandingkan gaya Lorentz pada dua kawat
lurus sangat tinggi. Adapun bentuk soal nomor 1 pada tier
1 seperti yang ditunjukkan pada gambar 6
Gambar 6. Soal Nomor 1
Adapun respon mahasiswa dalam menjawab soal
nomor 1 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 9.
Tabel 9. Respon Mahasiswapada Soal Nomor 1
JAWABAN
TINGKAT KEYAKINAN
1 2 3
A 0 3 1
B 1 5 5
C 1 6 22
D 0 2 1
E 0 0 2
F 0 3 1
G 2 5 7
TOTAL 4 24 39
Keterangan: Tingkat keyakinan Tidak yakin(TY), Ragu-
ragu(R), Yakin(Y).
Berdasarkan temuan yang ditunjukkan pada Tabel
9 dapat dilihat bahwa terdapat 2 orang mahasiswa yang
memilih opsi E pada tier 1 dengan tingkat keyakinan 3
(Yakin) pada tier 2. Sehingga, dapat dikatakan bahwa 2
mahasiswa tersebut terkategorikan paham konsep(P).
Dapat dilihat juga bahwa 37 mahasiswa yang memilih
jawaban salah pada tier 1 dengan tingkat keyakinan 3
(Yakin) pada tier 2. Padahal seperti yang kita ketahui
bersama bahwa konsep yang benar adalah (1)Arah gaya
Lorentz dari kawat A searah dengan arah gaya Lorentz
dari kawat B sehingga saling tolak-menolak, dan besar
gaya dari kedua kawat adalah sama. (2)Arah BA pada
kawat B adalah sehingga pada kawat B bekerja gaya
Lorentz dengan arah menarikmendekati menuju kawat A
dan sebaliknya. Sehingga, dapat dikatakan bahwa 37
mahasiswa yang terkategorikan Miskonsepsi. Hal ini
sejalan dengan Hasil Penelitian Noly Shofiyah(Shofiyah
2021) yang menemukan bahwa siswa kelas XI SMP
Muhammadiyah Sidoarjo masih mengalami miskonsepsi
Dua kawat lurus diletakkan saling sejajar dan saling
berdekatan kemudian aliri arus listrik yang cukup besar
(perhatikan gambar).Perbandingan gaya Lorentz yang timbul
pada kawat A(FA) dan kawat B(FB) adalah... .
A. FA=3 FB salingtarik-menarik
B. FA=1/3 FB salingtolak-menolak
C. FA=1/3 FB salingtarik-menarik
D. FA=FB salingtolak-menolak
E. FA=3 FB salingtolak-menolak
F. FA=FB salingtarik-menarik
G. Tidak ada gaya Lorentz yangtimbul karena tidak
ada medan magnet dikedua kawat
8. SKRIPSI JURUSAN FISIKA FMIPA UM ARTIKEL http://fisika.fmipa.um.ac.id/
8 | S e m e s t e r G e n a p 2 0 2 0 / 2 0 2 1
pada bagian membandingkan gaya lorentz pada dua
kawat lurus.
Temuan Penelitian ini juga menunjukkan berbagai
alasan Mahasiswa dalam memilih opsi jawaban, adapun
rekapitulasi alasan mahasiswa tersebut seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Rekapitulasi Alasan Mahasiswadalam menjawab soal
nomor 1
ALASAN N mahasiswa
Tidak ada medan magnet 13
F1=F2 (tolak menolak) 6
Adanyagaya Lorentz di kedua
kawat
1
I berlawanan arah dan Fb =3Fa 11
Arah F sama-sama masuk dan
arah I berlawanan
4
Arah I berlawanan 21
Arah medan magnet
berlawanan
1
Menggunakan kaidah tangan
kanan
6
Arusnyasearah, jadi saling
tarik menarik
1
Tidak memberikan alasan 3
Pada soal nomor 1 gaya Lorentz pada kawat sejajar
yang berarus listrik. arah arus dari kawat A berlawanan
arah dengan dari kawat maka akan saling tolak-menolak.
Berdasarkan pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa 6
mahasiswa menggunakan alasan “Menggunakan kaidah
tangan kanan”, 6 mahasiswa menggunakan alasan “F1=F2
(tolak menolak)”, dan 1 mahasiswa menggunakan alasan
“Adanya gaya Lorentz di ke dua kawat” dalam menjawab
soal nomor 1.
E. Mengidentifikasi Arah Gaya Lorentz Pada
Dua Kawat Melingkar Yang Dialiri Arus
Listrik
Berdasarkan diagram pada Gambar 2, diperoleh
bahwa tingkat pemahaman mahasiswa pada soal nomor 4
tentang mengidentifikasi arah gaya Lorentz pada dua
kawat melingkar yang dialiri arus listrik cukup rendah.
Adapun bentuk soal nomor 4 pada tier 1 seperti yang
ditunjukkan pada gambar 7.
Gambar 7. Soal Nomor 4
Adapun respon mahasiswa dalam menjawab soal
nomor 4 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 11
Tabel 11. Respon MahasiswaPada soal Nomor 4
JAWABAN
TINGKAT KEYAKINAN
1 2 3
A 0 2 1
B 1 1 0
C 2 4 0
D 0 2 0
E 1 1 0
F 2 6 2
G 17 15 10
TOTAL 23 31 13
Keterangan: Tingkat keyakinan Tidak yakin(TY), Ragu-
ragu(R), Yakin(Y).
Berdasarkan temuan yang ditunjukkan pada Tabel
11 dapat dilihat bahwa 13 mahasiswa yang memilih
jawaban salah pada tier 1 dengan tingkat keyakinan 3
(Yakin) pada tier 2. Padahal seperti yang kita ketahui
bersama bahwa konsep yang benar adalah tidak muncul
gaya Lorentz karena salah satu syarat terjadinya gaya
Lorentz adalah muatannya bergerak Sehingga, dapat
dikatakan bahwa 13 mahasiswa yang terkategorikan
Miskonsepsi. Hal ini sejalan dengan yang ditemukan Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian Setyaningsih,
Harijanto, dan Prastowo(Setyaningsih, Harijanto, and
Prastowo 2018) yang menemukan bahwa pada siswa
kelas XI masih terdapat Miskonsepsi dalam usaha
memahami arah gaya lorentz pada dua kawat melingkar
yang dialiri arus listrik.
Temuan Penelitian ini juga menunjukkan berbagai
Dua kawat melingkar dengan ukuran sama diletakkan
salingberhadapan. Pada kedua kawat dialiri arus listrik
yangsama besar dan mengalir dengan arah yangsama.
Mula-mula diantaragaris khayal yangmenghubungkan
kedua pusat terdapat muatan positif Q yang diam.
Dalam kondisi tersebut, kemana arah gaya Lorentz
yang bekerja pada muatan?
A. ←
B. →
C. ↑
D. ↓
E. ⨀
F. ⊗
G. Tidak ada
9. SKRIPSI JURUSAN FISIKA FMIPA UM ARTIKEL http://fisika.fmipa.um.ac.id/
9 | S e m e s t e r G e n a p 2 0 2 0 / 2 0 2 1
alasan Mahasiswa dalam memilih opsi jawaban, adapun
rekapitulasi alasan mahasiswa tersebut seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 12 berikut.
Tabel 12. Rekapitulasi Alasan Mahasiswadalam menjawab soal
nomor 4
ALASAN N MAHASISWA
Berada ditengah-tengah kawat yang sama
besar dan arahnya sama
2
Tidak ada G, karena q diam 14
Gayatotal = 0 2
Berdasarkan kaidah tangan kanan 7
Tidak ada medan magnet 10
F tegak lurus dengan B dan searah I 4
Arah medan magnet pada kedua kawat
kebawah maka partikelikut kebawah
1
Karena I masuk ke bidang menggunakan
cros
6
Karena arah I diatas berlawanan dengan
arah I bawah
1
Arah arus menuju kekanan 2
Partikel q berada di tengah 1
F tegak lurus dengan I 1
Karena q positif, 2 arus memutar kearah
yang sama
3
Tidak memberi kan alasan 13
Pada soal nomor 4 pada muatan Q tidak mempunyai
arah sehingga tidak muncul gaya Lorentz karena salah
satu syarat terjadinya gaya Lorentz adalah muatannya
Bergerak. Berdasarkan pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa
14 mahasiswa menggunakan alasan Menggunakan ”Tidak
ada G, karena q diam”, 1 mahasiswa menggunakan alasan
“F tegak lurus dengan I”, dan 7 mahasiswa menggunakan
alasan “Berdasarkan kaidah tangan kanan” dalam
menjawab soal nomor 4.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian dan dianalisis, dapat
disimpulkan bahwa memahami materi Gaya Lorentz
masih cukup sulit bagi mahasiswa yang diteliti. Hal ini
ditunjukkan dengan rendahnya tingkat paham konsep
pada 12 soal yang diujikan. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa miskonsepsi yang dialami
mahasiswa pada sub topic yang diuji juga cukup tinggi.
Pada penelitian ini diperoleh bahwa tingkat Paham
Konsep tertinggi terdapat pada soal nomor 10 terkait
menganalisis arah gaya Lorentz pada dua kawat di daerah
yang memiliki medan magnet dengan 17,91% dan tingkat
paham terendah terjadi pada soal nomor 12 terkait
menganalisis syarat gaya Lorentz pada muatan yang
bergerak dengan 0%.
Pada penelitian ini diperoleh juga bahwa tingkat
miskonsepsi tertinggi juga terjadi pada soal no 1 terkait
membandingkan gaya Lorentz pada 2 kawat lurus dengan
55,22% dan tingkat miskonsepsi terendah terjadi pada
nomor 4 terkait mengidentifikasi arah gaya Lorentz pada
2 kawat melingkar yang dialiri arus listrik dengan 4,48%.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
diperoleh bahwa mahasiswa mengalami miskonsepsi
dibeberapa bagian dalam topik gaya Lorentz. Oleh karena
itu, sebagai sebagai seorang pengajar diharapkan mampu
menemukan metode yang tepat untuk mengatasi
miskonsepsi pada gaya Lorentz.
Berdasarkan temuan penelitian ini pengajar
diharapkan memberikan penekanan lebih saat
mengajarkan membandingkan gaya Lorentz pada 2 kawat
lurus dan menganilisi syarat gaya Lorentz pada muatan
yang bergerak.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah hirobbil ‘alamin, puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel dengan
judul “Analisis Miskonsepsi pada Materi Gaya Lorentz
Menggunakan Soal Two-Tier Beralasan”. Sholawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah mengantarkan kita menuju jalan yang
diridhoi-Nya. Artikel ini disusun sebagai salah satu syarat
kelulusan program S1 Pendidikan Fisika di Universitas
Negeri Malang.
Penulis menyadari bahwa artikel ini tidak dapat
terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hadi Suwono, M. Si, Dekan
Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang.
2. Jurusan Fisika Univeersitas Negeri Malang yang telah
memberikan izin sehingga penelitian ini dapat
terlaksana dengan baik.
3. Bapak Muhammad Reyza Arief Taqwa,
Pembimbing yang telah sabar membimbing
penulis hingga terselesaikannya artikel ini
4. 67 mahasiswa fisika angkatan 2020 yang telah
menjadi subjek penelitian
5. Orang tua tersayang, Abi Abdul Malik dan Umik
Churriyatul Lu’lu’ yang selalu mendoakan dan
memberikan dukungan penuh baik moril maupun
materil
6. Kakak, Zahrotul Fitriyah dan Nur Afiyah yang
telah memberikan semangat, dukungan serta doa
7. Pasangan tersayang, Ana Siti Rosyidah yang
selalu setia dan sabar memberikan motivasi,
dukungan dan doa
8. Sahabat - sahabat terbaik, Sahabat Al Hikam
10. SKRIPSI JURUSAN FISIKA FMIPA UM ARTIKEL http://fisika.fmipa.um.ac.id/
10 | S e m e s t e r G e n a p 2 0 2 0 / 2 0 2 1
Malang, Keluarga Offering B 2015, Furqon dan
Nadhor yang memberikan semangat dan solusi
dalam keluh kesah selama pengerjaan artikel ini
9. Pihak-pihak lain yang telah banyak membantu
dan juga sebagai motivator dalam artikel ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT membalas budi baik dari semua
pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi pembaca maupun pihak - pihak yang
berkepentingan. Amin.
DAFTAR RUJUKAN
Bachtiar, R. A., N. Nahadi, and H. Firman. 2020. “The
Development of an Instruments Diagnostic Two-
Tier Multiple Choice Assisted Smartphone on Salt
Hydrolysis.” Journal of Physics: Conference Series
1469 (1). https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1469/1/012085.
Donhauser,Anna, Stefan Küchemann, Jochen Kuhn,
Martina Rau, Sarah Malone, Peter Edelsbrunner,
and Andreas Lichtenberger. 2020. “Making the
Invisible Visible: Visualization of the Connection
between Magnetic Field, Electric Current, and
Lorentz Force with the Help of Augmented
Reality.” The Physics Teacher 58 (6): 438–39.
https://doi.org/10.1119/10.0001848.
Hernandez, Eder, Esmeralda Campos, Pablo Barniol, and
Genaro Zavala. 2020. “The Effect of Similar
Surface Features on Students’Understanding of the
Interaction of Charges with Electric and Magnetic
Fields.”
https://doi.org/10.1119/perc.2019.pr.hernandez.
Lengkong, Meilan, Edi Istiyono,B A O Rampean, Awal
Mulia Rejeki, M F T Nirmala, Evaluasi Pendidikan,
Sekolah Pascasarjana, et al. 2021.
“Kesalahpahaman Fisika Siswa” 528 (Icriems
2020): 561–66.
Mairani, Era. 2017. “Jurnal Inovasi Pembelajaran Fisika (
INPAFI ).” Jurnal Inovasi Pembelajaran Fisika 1
(1): 7–16.
Nursyamsi, Eko hadi Sujiono, and Ahmad Yani. 2018.
“Identifikasi MiskonsepsiMateri Fisika Suhu Dan
Kalor Menggunakan Cri ( Certainty of Response
Index ) Pada Peserta Didik Kelas Xi Mia Sma
Negeri 8 Bulukumba.” Jurnal Sains Dan
Pendidikan Fisika,no.1991: 44–54.
Pratiwi, Mega Anggun.2021. “Identifikasi Miskonsepsi
Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan
Certainty of Response Index (CRI).” Jurnal
Universitas Negeri Malang 24 (3): 4–9.
Samsudin, Achmad, Andi Suhandi, Dadi Rusdiana, Ida
Kaniawati, and Bayram Coştu.2017. “Promoting
Conceptual Understanding on Magnetic Field
Concept through Interactive Conceptual Instruction
(ICI) with PDEODE∗E Tasks.” Advanced Science
Letters 23 (2): 1205–9.
https://doi.org/10.1166/asl.2017.7539.
Setyaningsih, Eri, Alex Harijanto, and Sri Handono Budi
Prastowo. 2018. “Identifikasi MiskonsepsiMateri
Medan Magnet Menggunakan Three Tier Test Pada
Siswa Kelas XII SMA Di Jember.” Seminar
Nasional Pendidikan Fisika 2018 3(2015): 167–72.
Shofiyah, Noly. 2021. “InvestigasiKesalahpahaman
Siswa Kelas Sembilan Tentang Magnetisme
InvestigasiMiskonsepsiSiswa Kelas IX,” no. April.
https://doi.org/10.21070/pedagogia.v10vi2i.630.
Sundaygara, C., L. A.R.P. Gusi, H. Y. Pratiwi, H. D. Ayu,
A. Jufriadi, and M. N. Hudha. 2021. “Identification
Students’Misconception Using Four-Tier
Diagnostic Test on Newton Law Subject.” Journal
of Physics: Conference Series 1869 (1).
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1869/1/012157.
Yang, Kai Hsiang, and Bou Chuan Lu. 2021. “Towards
the SuccessfulGame-Based Learning: Detection
and Feedback to Misconceptions Is the Key.”
Computers and Education 160 (September).
https://doi.org/10.1016/j.compedu.2020.104033.