Dokumen tersebut merangkum faktor-faktor yang berhubungan dengan resiko terjadinya infeksi saluran pernafasan akut pada anak sekolah dasar di Puskesmas Kelurahan Cililitan, Jakarta Timur. Penelitian menemukan adanya hubungan antara pendidikan orang tua, pengetahuan orang tua, dan lingkungan rumah dengan resiko ISPA. Faktor-faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap kejadian ISPA pada anak.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...Adil Athilshipate
ABSTRACT
Diarrheal disease is one disease that commonly affects infants and young children, said diarrhea
when frekuensianya more than 3 times a day. PHC Mungkajang in Palopo, diarrheal disease in the
top ten greatest disease which ranks sixth with a proportion of 2.44%. This study aims to
mengenalisis factors most dominant on the incidence of diarrhea in infants in PHC Mungkajang
Palopo. The research method is analytical survey with case control design. Population in this
research are children who live in PHC Mungkajang Palopo. Samples were taken by proportional
random sampling totaling 246 people. Data analysis included univariate, bivariate and multivariate.
The results showed that there is no correlation age, sex, measles immunization, maternal age,
mother's occupation and environmental sanitation with the incidence of diarrhea in infants (p>
0.05) and there is a relationship of nutritional status, exclusive breastfeeding, education, personal
hygiene, water supply Clean and availability toilet with diarrhea (p <0.05). The most predominant
risk factors associated with the incidence of diarrhea in children under five is personal hygiene with
OR = 3,065 (p = 0.001) and Exp (B) = 3,065. Models of logistic regression equations known to
toddlers who are not exclusively breastfed and personal hygiene, provision of clean water and poor
availability of latrines, then have a probability of occurrence of diarrhea by 48%. Advised the
public to raise awareness to behave clean and healthy lifestyle in reducing the frequency of
morbidity of diarrhea in infants.
Similar to FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI PUSKESMAS KELURAHAN CILILITAN JAKARTA TIMUR (20)
PENGARUH STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI HARGA DIRI RENDAH TERHADAP PERUBAHAN...Nanang Soleh
PENGARUH STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI HARGA DIRI RENDAH TERHADAP PERUBAHAN HARGA DIRI PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RS BHAYANGKARA TK.I RADEN SAID SUKANTO JAKARTA
Hubungan Kualitas Pengawasan Orang Tua Dengan Durasi Penggunaan Game Online P...Nanang Soleh
Hubungan Kualitas Pengawasan Orang Tua Dengan Durasi Penggunaan Game Online Pada Aanak Usia Sekolah 10-12 Tahun Di SDN Jati 05 Pagi Kelurahan Jati, Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur
EFEKTIFITAS INHALASI DENGAN PEMBERIAN POSISI SEMIFOWLER DAN BATUK EFEKTIF TER...Nanang Soleh
EFEKTIFITAS INHALASI DENGAN PEMBERIAN POSISI SEMIFOWLER DAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN SPUTUM DAN BERSIHAN JALAN NAPAS PADA PASIEN TB PARU DI RSUP. PERSAHABATAN JAKARTA TAHUN 2016
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CARA MENGURANGI MUAL MUNTAH PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG BEDAH UMUM RSUP PERSAHABATAN JAKARTA TAHUN 2016
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI PUSKESMAS KELURAHAN CILILITAN JAKARTA TIMUR
1. FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK USIA SEKOLAH
DASAR DI PUSKESMAS KELURAHAN CILILITAN
JAKARTA TIMUR.
Esa Maharani1
Esa Maharani : PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU
KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA, Jl.
Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat 10510
ABSTRAK
Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ) adalah infeksi saluran pernafasan.
Resiko terjadinya ISPA di pengaruhi faktor pendidikan orang tua, pengetahuan
orang tua, dan keadaan lingkungan rumah sekitar. Penelitian ini menggunakan
desain deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian
berjumlah 80 responden dengan tekhnik total sampling. Pengambilan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa dilakukan melalui analisa
univariat dan analisa bivariat dengan menggunakan Chi Square. Tujuan
penelitian adalah mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan resiko
kejadian ISPA pada anak usia sekolah dasar di puskesmas kelurahan cililitan
jakarta timur. Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara
pendidikan orang tua p-value 0,010 atau p<0,05, pengetahuan orang tua p-value
0,001 atau p<0,05 dan keadaan lingkungan sekitar rumah p-value 0,008 atau
p<0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari faktor pendidikan orang tua,
pengetahuan orang tua, dan keadaan lingkungan rumah sekitar sangat berpengaruh
terhadap terjadinya ISPA pada anak usia sekolah dasar.
Kata kunci : Hubungan pendidikan dan pengetahuan orang tua, dan keadaan
lingkungan rumah sekitar.
PENDAHULUAN
Anak Merupakan individu yang unik,
dimana mereka mempunyai
kebutuhan yang berbeda beda sesuai
dengan tahapan usianya. Anak bukan
miniatur dari orang dewasa atau
orang dewasa dengan tubuh yang
kecil. Anak usia sekolah adalah anak
yang menjalani rentang kehidupan
yang dimulai dari usia 6 – 12 tahun
dan memiliki berbagai label, yang
masing – masing menguraikan
karakteristik penting dari priode
tersebut. Periode ini dimulai dengan
masuknya anak kelingkungan
sekolah, yang memiliki dampak
signifikan dalam perkembangan dan
hubungan anak dengan orang lain.
Anak mulai bergabung dengan teman
seusianya, mempelajari budaya masa
kanak – kanak, dan mengabungkan
diri kedalam kelompok sebaya, yang
merupakan hubungan dekat pertama
di luar kelompok keluarga
(Cahyaningsih,2011).
Gambaran tumbuh kembang anak
sekolah usia sekolah secara biologis
2. anak mengalami pertumbuhan
ukuran sel dan kematangan fungsi
organ, secara psikologi anak mulai
bersosialisai dan berpartisipasi dalam
pekerjaan yang berarti dan berguna
secara social. Secara koknitif ketika
anak memasuki usia sekolah, mereka
mulai memperoleh kemampuan
untuk menghubungkan serangkaian
kejadian untuk mengambarkan
mental anak yang dapat diungkapkan
secara verbal ataupun simbolik.
Secara moral pada saat pola pikir
anak mulai berubah dari
egosentrisme ke polapikir lebih logis,
mereka juga bergerak melalui
tahapan perkembangan kesadaran
diri dan standar moral. Secara
spiritual anak – anak usia dini
berpikir dalam batasan kongkrit
tetapi merupakan pelajaran yang baik
dan memiliki kemampuan besar
untuk mempelajari Tuhan. Secara
sosial salah satu agent sosial penting
dalam anak usia sekolah adalah
kelompok teman sebayanya. Selain
orang tua dan sekolah, kelompok
teman sebayanya memberi sejumlah
hal yang penting kepada anggotanya.
Secara konsep diri merujuk pada
pengetahuan yang disadari mengenai
berbagai presepsi diri, seperti
karakteristik fisik, nilai, ideal diri
dan pengharapan secara ide – ide
dirinya sendiri dalam hubungan
dengan orang lain, konsep diri juga
termasuk citra tubuh, seksualitas dan
juga harga diri anak
(Cahyaningsih,2011).
Jumlah anak usia sekolah sekitar 66
juta jiwa atau 28% dari jumlah
penduduk Indonesia. Berbagai
masalah yang tejadi pada anak usia
sekolah diantaranya yaitu masalah
kesehatan fisik,
pisikologis/emosional dan spiritual
yang disebabkan oleh bebagai
masalah seperti kecelakan,
kekerasan, bakteri, virus dan parasit.
Salah satu penyakit yang banyak
menyerang anak usia sekolah adalah
Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA), (BKKBN,2015).
ISPA adalah radang akut saluran
pernafasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik
atau bakteri, virus maupun riketsia,
tanpa atau disertai radang parenkim
paru (Alsagaff & Mukty, 2010).
Salah satu yang termasuk dalam
infeksi saluran perenafasan bagian
atas adalah batuk pilek biasa, sakit
telinga, radang tenggorokan,
influenza, brochitis dan sinusitis
(Depkes RI, 2007).
ISPA berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan dan keluarga penduduk
adalah 25% dari jumlah penduduk
Indonesia. ISPA menyebabkan
kematian bayi pada balita yang
cukup tinggi yaitu kira – kira 1 dari 4
kematian yang terjadi. Setiap anak
diperkirakan mengalami 3-6 episode
ISPA setiap tahunnya. Antara 40% -
60% dari kunjungan di puskesmas
adalah karena penyakit ISPA. Jumlah
penderita ISPA di DKI Jakarta
khususnya pada anak usia sekolah
42.563 kasus (Riskesdas,2013).
Faktor penyebab infeksi saluran
pernafasan atas di bagi menjadi dua
yaitu faktor internal yang terdiri dari
faktor manusia (anak) diantaranya
adalah umur, jenis kelamin anak,
setatus gizi anak dan faktor orang tua
yang terdiri dari yaitu
pendidikan,setaus ekonomi orang tua
dan pengetahuan orang tua. Adapun
faktor eksternal yaitu cuaca
diantaranya adalah lingkungan fisik
rumah dan polusi udara.
Berdasarkan data studi pendahuluan
yang dilakukan di Puskesmas
Kelurahan Cililiatan Jakarta Timur,
disampaikan bahwa anak usia
sekolah yang terkena ISPA bulan
3. Oktober tahun 2015 sebanyak kuang
lebih 80 kasus. Oleh karena itu
berdasarkan fenomena diatas peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian “
Faktor – Faktor Yang Berhubungan
Dengan Resiko Kejadian ISPA Pada
Anak Usia Sekolah Dasar Di
Puskesmas Kelurahan Cililitan”.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan desain deskriptif
korelatif. Studi korelasi adalah suatu
penelitaian atau penelaahan
hubungan antara dua variabel pada
suatu situasi atau sekelompok objek.
Hal ini dilakukan untuk melihat
hubungan antara suatu variabel
dengan variabel yang lain, yaitu
variabel independen (faktor internal
dan eksternal) dengan variabel
dependen (ISPA), pada umumnya
survei deskriptif di gunakan untuk
membuat suatru penelitian terhadap
suatu kondisi dan penyelenggaraan
dimasa sekarang, kemudian hasilnya
digunakan untuk menyusun
perencanaan perbaikan program
tersebut (Notoatmodjo, 2012).
Pendekatan yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah cross secrional.
Keuntungan metode cross sectional
ini adalah kemudahan dalam
melakukan penelitian, sederhana,
ekonomis dalam hal waktu dan
hasilnya dapat diproleh dengan cepat
(Nursalam, 2009).
Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di
Puskesmas Kelurahan Cililitan
Jakarta Timur, dikarnakan peneliti
medapatkan informasi bahwa di
Puskesmas inilah banyak fenomena
ISPA terjadi pada anak usia sekolah
dasar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas
Kelurahan Cililitan Jakarta Timur,
yang dilaksanakan pada bulan
september 2015 hingga Maret 2016
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah semua elemen yang
terdiri dari individu, objek atau
substansi yang memiliki kriteria
tertentu untuk dapat digunakan
dalam penelitian (Notoatmodjo,
2010). Populasi adalah seluruh
subyek atau data dengan
karakteristik tertentu yang akan
diteliti (Nursalam, 2009).
Pada penelitian “ Faktor-faktor yang
berhubungan dengan resiko kajadian
ISPA pada anak usia sekolah dasar di
Puskesmas Kelurahan Cililitan
Jakarta Timur “ populasinya adalah
anak usia sekolah dasar di
Puskesmas Kelurahan Cililitan
Jakarta Timur. Berdasarkan data
studi pendahuluan yang dilakukan di
Puskesmas Kelurahan Cililitan
Jakarata Timur, disimpulkan bahwa
anak usia sekolah yang terkena ISPA
bulan Oktober tahun 2015 sebanyak
kurang lebih 80 kasus.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh
populasi ini. Dalam mengambil
sampel penelitian ini digunakan cara
atau tehnik-tehnik tertentu sehingga
sampel tersebut mungkil mewakili
populasinya. Tehnik ini biasanya
disebut metode sampling atau tehnik
sampling (Notostmodjo, 2012).
Agar karakteristik sampel tidak
menyimpang dari populasi yang
digunakan peneliti, maka sebelum
dilakukan pengambilan sampel perlu
ditentukan kriteria instruksi dan
eksklusi. Kriteria inklusi adalah
kriteria yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat di
4. ambil sebagai sampel. Sedangkan
kriteria eksklusi adalah ciri-ciri
anggota populasi yang tidak dapat di
ambil sampel (Notoatmodjo, 2010).
Peneliti telah menentukan kriteria
untuk sampel yang akan di teliti,
meliputi :
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik
umum sebjektif penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau yang
akan diteliti. Pertimbangan ilmiah
harus menjadi pedoman dalam
menentukan kriteria inklusi. Adapun
target pada penelitian ini adalah : 1)
Orang tua yang mempunyai anak
usia sekolah 6-12 tahun yang terkena
ISPA ; 2) Memahami bahasa
indonesia ; 3) Bersedia menjadi
respinden ; 4) Sehat jasmani.
Tehnik pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah Total Sampling
yang artinya seluruh responden yang
berjumlah 80 dijadikan objek
penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Cara Pengumpulan Data dan
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang
akan digunakan untuk pengumpulan
data. Pada penelitian ini peneliti
mengunakan kuesioner sebagai
instrumen pengumpulan data pada
penelitian “ Faktor-faktor yang
berhubungan dengan resiko kajadian
ISPA pada anak usia sekolah dasar di
Puskesmas Kelurahan Cililitan
Jakarta Timur “. Kuesioner tersebut
berisi pertanyaan tertutup agar lebih
mudah mengarahkan jawaban
responden dan mudah diolah dimana
responden hanya memberikan
jawaban atau dengan memberikan
tanda yang telah ditentukan oleh
peneliti (Nursalam , 2009).
Jenis instrumen yang digunakan
adalah kuesioner, pada penelitian ini
jumlah keseluruhan yaitu 18
kuesioner. Untuk keadaan
lingkungan mengunakan sekala likert
yang dibuat snediri oleh peneliti
dengan mengacu pada teori dan
konsep dengan pilihan jawaban :
Sering , Jarang, Pernah, Tidak
Pernah. Sedangkan pada
pengetahuan orang tua peneliti
menggunakan sekala Guttman
menggunakan pilihan Ya dan Tidak
(Saryomo, 2011). Dengan
pertanyaan-pertanyaan di atas yang
telah di modifikasi oleh peneliti.
Uji Instrumen
Suatu alat ukur mempunyai kriteria
validitas dan reliabilitas. Setelah
kuisioner sebagai alat ukur atau alat
pengumpul selesai disusun, belum
berarti kuesioner tersebut dapat
langsung di gunakan untuk
mengumpulkan data. Kuesioner
dapat digunakan sebagai alat ukutr
penelitian perlu uji validasi dan
reliabilitas. Untuk itu, makan
kuesioner tersebut harus dilakukan
uji “trial” dilapangan. Responden
yang di gunakan untuk uji coba
sebaiknya memiliki ciri-ciri
responden dari tempat dimana
peneliti tersebut harus di laksanakan
( Notoatmodjo, 2012).
Pengolahan dan Metode Analisa
Data
Setelah pengumpulan data dengan
kuesioner, tahap selanjutnya adalah
pengumpulan data. Dalam suatu
penelitian pengolahan data
merupakan salah satu langkah yang
penting. Untuk memperoleh
penyajian data sebagai hasil yang
berarti dan kesimpulan yang baik
maka diperlukan pengolahan data.
Perlu diingat bahwa peranan
komputer dalam pengolahan dan
analisa data hanya sebagai alat,
sehingga kita tidak dapat
mengandalkan sepenuhnya kepada
komputer. Demikian pula hasil
pengolahan dan analisa yang kita
5. peroleh dengan bantuan komputer,
juga tergantung kepada kualitas data
itu sendiri.
Menurut Notoatmodjo (2012), tahap-
tahap pengolahan data yang
dilakukan adalah :
1. Editing Data
Peneliti mewawancarai dan
memberikan kuesioner kepada
responden lalu setelah dilakukan
penyuntingan (editing) terlebih
dahulu. Secara umum editing adalah
kegiatan untuk pengecekan dan
perbaikan isian formulir atau
kuesioner.
2. Coding
Setelah semua kuesioner telah diedit
atau disunting, selanjutnya peneliti
melakukan peng ”kodean” atau
“coding” yakini merubah data
berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan.
Koding atau pemeberian kode ini
sangat berguna dalam memasukan
data (data entry).
3. Entry Data
Data yakini jawaban – jawaban dari
masing – masing responden yang
dalam bentuk “kode” (angka atau
huruf) dimasukan ke dalam program
atau software komputer. Software
komputer ini bermacam-macam,
masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangannya. Salah
satu paket program yang paling
sering di gunakan untuk “entry data”
penelitian adalah paket program
SPSS for Window.
Dalam proses ini juga di tuntut
ketelitian dari peneliti yang
melakukan “data entry” ini. Apabila
tidak akan terjadi bias, meskipun
hanya memasukan data saja.
4. Cleanig
Setelah semua data dari setiap
sumber data atau responden selesai
dimasukan, dicek kembali untuk
melihat kemungkinan-kemungkinan
adanya kesalahan – kesalahan kode,
ketidak lengkapan dan sebagainya,
dan lakukan pembetulan datau
koreksi. Proses ini disebut
pembersihan data (data cleaning).
Analisa Data
Analisa dalam suatu penelitian, bisa
melalui prosedur bertahap antara
lain:
1. Univariat
Analisa univariat adalah menjelaskan
atau mendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian. Bentuk
analisis univariat terganting dari
jenis datanya. Untuk data numeric
digunakan nilai mean atau rata-rata,
median dan standar deviasi. Pada
umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekwensi
dan presentasi dari tiap variabel
(Notoatmodjo, 2012).
2. Bivariat
Apabila telah dilakukan analisa
univariat, hasilnya akan diketahui
karakteristik dan distribusi setiap
variabel, dan dapat dilanjutkan
analisis bivariat. Analisis bivariat
yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau
berkolerasi (Notoatmodjo, 2012).
Etika Penelitian
Etika penelitian adalah suatu
pedoman etika yang berlaku untuk
setiap kegiatan penelitian yang
melibatkan anatara pihak peneliti,
pihak yang diteliti (sbjek penelitian)
dan masyarakat yang akan
memperoleh dampak penelitian
tersebut ( Notoatmodjo, 2012).
Menurut Notatmodjo (2012), ada
empat prinsip yang harus dipegang
teguh dalam penelitian yaitu :
1. Perinsip menghargai hak dan
martabat partisipan
Prinsip ini dapat dilakukan penelitian
untuk memenuhi hak-hak partisipan
dengan cara menjaga keahasiaan
partisipan yaitu dengan tidak
6. memberitahukan kepada orang lain
kecuali apabila diminta oleh
pengadilan. Selain itu menghormati
otonomi responden (respect for
autonomy) bahwa setiap partisipan
berhak menolak menjadi responden.
2. Prinsip memperhatikan
kesejahteraan partisipan
Penerapan prinsip ini dilakukan
peneliti dengan memenuhi hak-hak
partisipan dengan memberikan
manfaat dari hasil penelitian kepada
partisipan untuk meminimkan resiko
terjadi ISPA pada anak usia sekolah
dasar dan menghindari
ketidaknyamanan partisipan saat
dilakukan penelitian dengan tidak
mlakukan paksaan untuk menjadi
responden.
3. Prinsip keadilan untuk semua
partisipan
Hak ini memberikan semua
partisipan yang sama untuk di pilih
atau berkontibusi dalam penelitian
tanpa diskriminasi. Semua partisipan
memperoleh perlakuan adil dan tidak
di beda-bedakan di antara mereka
selama kegiatan riset dilakukan.
Setiap peneliti memberi perlakuaan
dan penghargaan yang sama dalam
hal apapub selama kegiatan riset
dilakukan tanpa memandang suku,
agama,etnis dan kelas soial.
4. Persetujuan setelah penjelasan
Terdapat dua hal tahapan pada proses
PSP, yaitu : memberikan penjelasan
berkenaan dengan proses penelitian
dan memperoleh pernyataan
persetujuan dari partisipan untuk
mengikuti proses penelitian.
Pernyataan persetujuan diberikan
para partisipan setelah memperoleh
berbagai informasi berupa tujuan
penelitian, prosedur penelitian,
durasi keterlibatan penelitian, hak-
hak partisipan dengan memberikan
tanda tangan pada lembar
persetujuan tersebut
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian
ini akan melihat distribusi frekwensi
dari seluruh variabel, yaitu variabel
independen antara lain pendidikan
orang tua, pengetahuan orang tua,
keadan lingkungan sekitar, usia anak,
jenis kelamin anak, dari status gizi
anak. ISPA pada anak sebagai
variabel terkait (dependen). Analisa
univariat akan dijelaskan pada tabel
di bawah ini :
Variabel Independen
a. Pendidikan Orang Tua
Tabel 1
Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan
Pendidikan Orang Tua di Puskesmas Kelurahan Cililitan JakartaTimur.
Pendidikan Orang Tua Jumlah Persen
1. Pendidikan Tinggi 36 45
2. Pendidikan Rendah 44 55
Jumlah 80 100,0
Dari hasil analisis diatas
menunjukan bahwa
mayoritas pendidikan
orang tua rendah dengan
jumlah 44 responden
(55%). Dan dengan
pendidikan orang tua
tinggi dengan jumlah 36
responden (45%).
7. b. Pengetahuan Orang Tua
Tabel 2
Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan
Pekerjaan Orang Tua di Puskesmas Kelurahan Cililitan Jakarta
Timur.
Pengetahuan Orang Tua Jumlah Persen
1. Pengetahuan Baik 35 43,8
2. Pengetahuan Kurang 45 56,2
Jumlah 80 100,0
Dari hasil analisis diatas
menunjukan bahwa
pengetahuan orang tua
yang mayoritas adalah
kurang yang berjumlah 45
responden (56,2%). Dan
dengan pengetahuan
orang tua baik dengan
jumlah 35 responden
(43,8%).
c. Lingkungan Rumah
Tabel 3
Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan
Lingkungan Rumah di Puskesmas Kelurahan Cililitan Jakarta
imur.
Pengetahuan Orang Tua Jumlah Persen
1. Lingkungan Rumah Baik 31 38,8
2. Lingkungan Rumah
Buruk
49 61,2
Jumlah 80 100,0
Dari hasil analisis diatas
menunjukan bahwa
Lingkungan Rumah yang
mayoritas adalah buruk
yang berjumlah 49
responden (61,2%). Dan
dengan lingkurngan
rumah yang baik dengan
jumlah 31 responden
(38,8%).
d. Usia Anak
Tabel 4
Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan
Usia Anak di Puskesmas Kelurahan Cililitan Jakarta Timur.
Usia Anak Jumlah Persen
1. Anak Usia Sekolah Awal 39 48,8
2. Anak Usia Sekolah Akhir 41 51,2
Jumlah 80 100,0
8. Dari hasil analisis diatas
menunjukan bahwa Usia
Anak yang mayoritas
adalah akhir yang
berjumlah 41 responden
(51,2%). Dan anak usia
dengan sekolah awal
didapatkan jumlah 39
responden (48,8%).
e. Jenis Kelamin
Tabel 5
Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin di Puskesmas Kelurahan Cililitan Jakarta Timur.
Jenis Kelamin Jumlah Persen
1. Perempuan 26 32,5
2. Laki-laki 54 67,5
Jumlah 80 100,0
Dari hasil analisis diatas
menunjukan bahwa Jenis
Kelamin Anak yang
mayoritas adalah laki-laki
yang berjumlah 54
responden (67,5%). Dan
pada anak perempuan
berjumlah 26 responden
(32,5%).
f. Status Gizi
Tabel 6
Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan
Status Gizi Anak di Puskesmas Kelurahan Cililitan Jakarta
Timur.
Status Gizi Jumlah Persen
1. Gizi Kurang 0 100,0
2. Gizi Baik 80 100,0
Jumlah 80 100,0
Dari hasil analisis diatas
menunjukan bahwa Status
Gizi yang mayoritas
adalah baik yang
berjumlah 80 responden
(100,0%).
1. Variabel Dependen
a. ISPA
Tabel 7
Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan
ISPA di Puskesmas Kelurahan Cililitan Jakarta Timur.
Ispa Jumlah Persen
1. Ispa 47 58,8
2. Tidak Ispa 33 41,2
Jumlah 80 100,0
9. Dari hasil analisis diatas menunjukan
bahwa Anak yang mengalami ispa
sebanyak 47 responden (58,8%). Dan
yang tidak mengalami ispa
berjumlah 33 responden (41,2%).
A. Analisis Bivariat
Analisa bivariat, yaitu untuk menguji
hipotesis dengan menentukan
hubungan antara variabel dependen
dan variabel idependen dengan
mengunakan uji Chi-Square. Jenis
data yang peneliti gunakan untuk
analisis adalah data kategorikal.
Sehingga uji hipotesis yang
digunakan adalah uji Chi – Square
(X2
) dengan tingkat kemaknaan 5%.
Analisis bivariat digunakan untuk
menguji hubungan antara variabel-
variabel antara lain variabel
pendidikan orang tua, pengetahuan
orang tua, keadaan lingkungan, usia
anak, jenis kelamin, dan status gizi
sebagai variabel bebas (independen).
ISPA sebagai variabel terikat
(dependen). Analisa bivariat akan di
jelaskan pada tabel-tabel di bawah
ini :
Tabel 8
Hubungan Pendikan Orang Tua Terhadap Resiko Terjadinya ISPA
Puskesmas Kelurahan Cililitan Jakata Timur.
Pendidikan
Orang Tua
ISPA Total % OR P
valueTidak ISPA ISPA
N % N %
1. Tinggi 21 58,3 15 41,7 36 100,0 3,733 0,010
2. Rendah 12 27,3 32 72,7 44 100,0
Jumlah 33 41,3 47 58,8 69 100,0
Berdasarkan hasil analisis
menunjukan bahwa pendidikan
orang tua rendah lebih besar
mengalami ISPA daripada yang
tidak ISPA yaitu sebesar 32
(72,7%). Dari analisis melalui uji
statistik chi square diperoleh p-
value 0,010 atau p<0,05 jadi
berdasarkan hasil analisis diatas
menunjukan bahwa Ho ditolak
yaitu ada hubungannya yang
signifikan antara pendidikan
orang tua terhadap resiko
kejadian ISPA. Sedangkan
diperoleh hasil OR 3,733 yang
artinya pendidikan orang tua
rendah berpeluang 3,733 kali
untuk terjadinya ISPA pada anak
usia sekolah dasar.
Tabel 9
Hubungan Pengetahuan Orang Tua Terhadap Resiko Terjadiny ISPA
Puskesmas Kelurahan Cililitan Jakata Timur.
Pengerahuan
Orang Tua
ISPA Total % OR P
valueTidak ISPA ISPA
N % N %
1. Baik 22 62,9 13 37,1 35 100,0 5,231 0.001
2. Kurang 11 24,4 34 75,6 34 100,0
Jumlah 33 41,3 47 58,8 69 100,0
Berdasarkan hasil analisis
menunjukan bahwa pengetahuan
orang tua kurang lebih besar
mengalami ISPA daripada yang
tidak ISPA yaitu sebesar 34
(75,6%). Dari analisis melalui uji
statistik chi square diperoleh p-
value 0,001 atau p<0,05 jadi
berdasarkan hasil analisis diatas
menunjukan bahwa Ho ditolak
yaitu ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan
10. orang tua terhadap resiko
kejadian ISPA. Sedangkan
diperoleh hasil OR 5,231 yang
artinya pengetahuan orang tua
kurang berpeluang5,231 kali
untuk terjadinya ISPA.
Tabel 10
Hubungan Keadaan Lingkungan Terhadap Resiko Terjadiny ISPA
Puskesmas Kelurahan Cililitan Jakata Timur.
Keadaan
Lingkungan
Rumah
ISPA Total % OR P
valueTidak ISPA ISPA
N % N %
1. Baik 19 61,3 12 38,7 31 100,0 3,958 0.008
3. Buruk 14 28,6 47 71,4 49 100,0
Jumlah 33 41,3 47 58,8 80 100,0
Berdasarkan hasil analisis
menunjukan bahwa keadan
lingkungan buruk lebih besar
mengalami ISPA daripada yang
tidak ISPA yaitu sebesar 47
(71,4%). Dari analisis melalui uji
statistik chi square diperoleh p-
value 0,008 atau p<0,05 jadi
berdasarkan hasil analisis diatas
menunjukan bahwa Ho ditolak
yaitu ada hubungan yang
signifikan antara keadaan
lingkungan orang tua terhadap
resiko kejadian ISPA. Sedangkan
diperoleh hasil OR 3,958 yang
artinya lingkungan buruk
berpeluang 3,958 kali untuk
terjadinya ISPA.
Tabel 11
Hubungan Usia Anak Sekolah Terhadap Resiko Terjadiny ISPA
Puskesmas Kelurahan Cililitan Jakata Timur.
Usia Anak
Sekolah
ISPA Total % OR P
valueTidak ISPA ISPA
N % N %
1. Awal 16 41,0 23 59,0 39 100,0 0,982 1,000
2. Akhir 17 41,5 24 58,5 41 100,0
Jumlah 33 41,3 47 58,8 80 100,0
Berdasarkan hasil analisis
menunjukan bahwa usia anak
sekolah akhir lebih bersar mengalami
ISPA daripada yang tidak ISPA yaitu
sebesar 24 (58,5%). Dari analisis
melalui uji statistik chi square
diperoleh p-value 1,000 p<0,05 jadi
berdasarkan hasil analisis diatas
menunjukan bahwa Ho ditolak yaitu
ada hubungan yang signifikan usia
sekolah terhadap resiko kejadian
ISPA. Sedangkan diperoleh hasil OR
0,982 yang artinya usia anak sekolah
awal berpeluang 0,982 kali untuk
terjadinya ISPA.
Tabel 12
Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Resiko Terjadiny ISPA
Puskesmas Kelurahan Cililitan Jakata Timur.
Jenis Kelamin ISPA Total % OR P
valueTidak ISPA ISPA
N % N %
1. Peremp
uan
10 35,5 16 61,5 26 100,0 0,842 0,913
11. 2. Laki –
Laki
23 42,6 31 57,4 54 100,0
Jumlah 33 41,3 47 58,8 80 100,0
Berdasarkan hasil analisis
menunjukan bahwa usia jenis
kelamin laki- laki lebih besar
mengalami ISPA daripada yang tidak
ISPA yaitu sebesar 31 (57,4%). Dari
analisis melalui uji statistik chi
square diperoleh p-value 0,913
p<0,05 jadi berdasarkan hasil analisis
diatas menunjukan bahwa Ho ditolak
yaitu ada hubungan yang signifikan
jenis kelamin terhadap resiko
kejadian ISPA. Sedangkan diperoleh
hasil OR 0,842 yang artinya jenis
kelamin perempuan berpengaruh
0,842 kali untuk terjadinya ISPA.
Tabel 13
Hubungan Status Gizi Terhadap Resiko Terjadinya ISPA
Puskesmas Kelurahan Cililitan Jakata Timur.
Status Gizi ISPA Total % OR P
valueTidak ISPA ISPA
N % N %
1. B
uruk
0 0 0 0 0 0 1,424 0,521
2. B
aik
33 41,3 47 58,8 80 100,0
Jumlah 33 41,3 47 58,8 80 100,0
Berdasarkan hasil analisis
menunjukan bahwa status gizi baik
lebih besar mengalami ISPA
daripada yang tidak ISPA yaitu
sebesar 47 (58,8%). Dari analisis
melalui uji statistik chi square
diperoleh p-value 0,521 p<0,05 jadi
berdasarkan hasil analisis diatas
menunjukan bahwa Ho diterima
yaitu tidak ada hubungan yang
signifikan antara setatus gizi
terhadap resiko kejadian ISPA.
Sedangkan diperoleh hasil OR 1,424
yang artinya jenis status gizi buruk
berpeluang 1,424 kali untuk
terjadinya ISPA.
PEMBAHASAN
Analisa Univariat
Variabel Independen
Pendidikan Orang Tua
Dari hasil analisis penelitian
menunjukan bahwa mayoritas
pendidikan orang tua rendah dengan
44 responden (55%).
Hasil penelitian diatas didukung oleh
teori Dep.Kes. RI tahun 2012 bahwa
tingkat pendidikan orang tua
menunjukan adanya hubungan
terbalik antara angka kejadian
dengan kematian ISPA. Kurangnya
pengetahuan menyebabkan sebagian
kasus ISPA tidak diketahui oleh oang
tua dan tidak diobati. Dan didukung
penelitian Ahmad tahun 2002 bahwa
faktor pendidikan juga menjadi salah
satu faktor resiko yang dapat
menyebabkan terjadinya ISPA pada
balita.
Sedangkan menurut pendapat penulis
pendidikan mempengaruhi kejadian
ISPA karena dengan pengetahuan
rendah orang tua tidak bisa
mengenali gejala, penyebab, dan
mencegah terjadinya penyakit ISPA,
12. sedangkan dengan pengetahuan yang
baik orang tua bisa memahami apa
itu ISPA dan melakukan kiat-kiat
pencegahan maupun pengobatan.
Analisa Bivariat
Hubungan antara pendidikan
orang tua dengan resiko kejadian
ISPA
Berdasarkan hasil analisis
menunjukan bahwa pendidikan orang
tua rendah lebih besar mengalami
ISPA daripada yang tidak ISPA yaitu
sebesar 32 (72,7%).
Dari analisis melalui uji statistik chi
square diperoleh p-value 0,010 atau
p<0,05 jadi berdasarkan hasil analisis
diatas menunjukan bahwa Ho ditolak
yaitu ada hubungan paling signifikan
antara pendidikan orang tua terhadap
resiko kejadian ISPA, diperoleh juga
OR 3,733 yang artinya pendidikan
orang tua rendah berpeluang 3,733
kali untuk terjadinya ISPA.
Hasil penelitian diatas tidak
didukung oleh penelitian Pharamitha
A.Marmi dan kawan-kawan tahun
2013 dengan judul hubungan tingkat
pengetahuaan ibu tentang ispa
dengan kemampuan ibu merawat
balita ISPA pada balita di Kota
Manado didapatkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan dengan perawatan ISPA
pada balita di Puskesmas Bahu Kota
Manado dnegan uji chi square
didapatkan nilai p = 0.115> a = 0,05
yang berati Ho diterima, sedangkan
pada pengetahuan terdapat hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan
perawatan ISPA pada balita di
Puskesmas Bahu Kota Manado
dengan uji chi square didapatkan
nilai p = 0,029 < a=0,05 yang berarti
Ho ditolak.
Menurut peneliti tingkat pendidikan
orang tua mempengaruhi kejadian
ISPA pada anak usia seklolah karna
dengan pengetahuan baik maka
orang tua bisa mengindarkan anak
dari penyebab penyakit ISPA seperti
mengontrol lingkungan sekitar
rumah, mengurangi polusi akibat
pembakaran sampah maupun polusi
kendaraan, mengatur pencahyaan
matahari langsung serta memenuhi
kebutuhan gizi anak.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Ada hubungan yang signifikan
antara pendidikan orang tua terhadap
resiko kejadian ISPA (p<0,05) dan
pendidikan orang tua rendah
berpeluang 3,733 kali untuk
terjadinya ISPA.
2. Ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan orang tua
terhadap resiko kejadian ISPA
(p<0,05) dan pengaruh orang tua
kurang berpeluang 5,231 kali untuk
terjadinya ISPA.
3. Ada hubungan yang signifikan
antara keadaan lingkungan terhadap
resiko kejadian ISPA (p<0,05) dan
lingkungan buruk berpeluang 3,958
kali untuk terjadinya ISPA.
4. Tidak Ada hubungan yang
signifikan antara usia anak sekolah
terhadap resiko kejadian ISPA
(p<0,05) dan usia anak sekolah awal
berpeluang 0,982 kali untuk
terjadinya ISPA.
5. Tidak Ada hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin
terhadap resiko kejadian ISPA
(p<0,05) dan jenis kelamin
perempuan berpeluang 0,913 kali
untuk terjadinya ISPA.
6. Tidak Ada hubungan yang
signifikan antara setatus gizi
terhadap resiko kejadian ISPA
(p<0,05) dan status gizi buruk
berpeluang 1,424 kali untuk
terjadinya ISPA.
Saran
13. Berdasarkan kesimpulan hasil
penelitian “Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Resiko
Kejadian ISPA Pada Anak Usia
Sekolah Dasar Di Puskesmas
Kelurahan Cililitan Jakarta Timur”,
maka dapat diberikan saran-saran
yang berkaitan dengan sebagai
berikut :
1. Bagi Masyarakat
Dapat dimanfaatkan sebagai
masukan dan penambahan
pengetahuan sehingga masyarakat
bisa mencegah terjadinya infeksi
saluran pernafasan akut dengan
membentuk program lingkungan
sehat yang diprakarsai oleh tokoh
maupun anggota masyarakat seperti
melaksanakan gotong royong, serta
pendidikan kesehatan dari warga
untuk warga agar mengerti serta
menjauhi faktor-faktor yang menjadi
penyebab ISPA di lingkungan tempat
tinggal.
2. Bagi Puskesmas
Memberikan pendidikan kesehatan
kepada masyarakat tentang ISPA
lebih lanjut seperti penyebab,
pencegahan, dan bagaimana sanitasi
lingkungan yang baik sehingga bisa
diaplikasikan oleh masyarakat serta
membentuk tim khusus penanganan
ISPA yang memiliki program
pengobatan dan penatalaksanaan
penderita ISPA pada anak usia
sekolah baik dilingkungan
masyarakat atau disekolah dasar.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya
disarankan untuk meneliti peran
masyarakat dalam pencegahan ISPA
dan faktor-faktor lain yang belum
diteliti dalam penelitian ini yang
berhubungan dengan faktor resiko
terjadinya ISPA dengan sampel yang
lebih besar dan ruang lingkup yang
lebih luas.
UCAPAN TERIMAKASIH
Keberhasilan dalam penelitian ini
tidak terlepas dari bantuan dan
dorongan berbagai pihak dengan
tulus ikhlas. Izinkanlah peneliti
menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih, terutama
kepada :
1. ALLAH SWT yang telah
memberikan nikmat yang tidak
ternilai harganya dan telah
memberikan keberkahan melalui
ketenangan dalam doa sepenuh hati
di setiap perjalanan penulis dalam
menyelesaikan laporan penelitian ini.
2. Dr, Muhammad Hadi, SKM. M.Kes,
selaku Dekan Program Studi Ilmu
Keperawatan, Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
3. Dr. Irna Nursanti, M.Kep. Sp,
Kep.Mat. selaku Ketua Program
Studi Ilmu Keperawatan, Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
4. Bapak Ns. Nana Supriyatna, M.Kep,
Sp.Kep. Kom selaku pembimbing
Riset Keperawatan yang penuh
dengan kesabaran dan bersedia
meluangkan waktunya untuk
memberikan pengarahan dan
bimbingan kepada saya.
5. Kepala Puskesmas Kelurahan
Cililitan beserta Staf.
6. Staf perpustakaan yang telah banyak
meminjamkan buku kepada peneliti.
7. Yang tercinta dan tersayang kedua
orang tuaku Mama dan Papa, dan
Kakak-kakakku (Mas Eko, Mba
Indah, Mas Rino dan Mba Melly)
yang telah memberikan doa, dan
kasih sayang. Motivasi, moril dan
materi dalam menyelesaikan
penelitian ini.
8. Yang tercinta Aditia Rachmayunda
yang telah memberikan dukungan
dan support selama menempuh
proses perkuliahan sampai
14. pembuatan tugas penelitian ini
selesai.
9. Sahabat – Sahabat seperjuangan
(David, Rini, Chintya, Anisa Amtsal,
Anisa O, Maul, Ayu, dan Ianah)
mereka jugalah yang telah
memberikan support dan motivasi
dalam menyelesaikan tugas penelitia
ini.
10. Mia Rachmawati yang senantiasa
selalu memberikan semangat untuk
menyelesaikan tugas penelitian ini.
11. Rekan – rekan mahasiswa kelas 3B
Program Studi Ilmu Keperawatan
UMJ Transfer, yang telah banyak
memberikan dukungan dan semnagat
dalam menyelesaikan tugas
penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa penelitian
ini masih jauh dari sempurna, baik
dari segi bentuk, isi, maupun teknik
penyajian. Oleh sebab itu, peneliti
mengharapkan kritikan yang bersifat
membangun dari berbagai pihak
dengan tangan terbuka. Semoga
penelitian ini bermanfaat guna
kemajuan dan perkembangan di
bidang kesehatan.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Daftar Pustaka
Asmadi. ( 2008 ). Konsep dasar
keperawatan. Jakarta : EGC
Cahyaningsih, Sulistyo dwi. (2011).
Pertumbuhan perkembangan
anak dan remaja, Jakarta: TIM
Hastono, S.P & Sabri, Luknis.
(2014). Statistik kesehatan.
Jakarta: PT Raja Grapindo
Persada
Hurlock, E. (2002). Psikologi
perkembangan. Jakarta:
Erlangga
Misnadiarly. (2008). Penyakit
saluran nafas atas, pneumonia.
Jakarta: Pustaka Obor Populer
Mubarak, Wahid Iqbal, Cahyatin,
Nurul. (2009). Ilmu kesehatan
masyarakat teori dan aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010).
Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012).
Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Nursalam. (2003). Konsep dan
penerapan metodologi
penelitian ilmu keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. (2009). Konsep dan
penerapan metodologi
penelitian ilmu keperawatan
pedoman skripsi, tesis, dan
instrumen penelitian
keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Saryono (2011). Metode penelitian
kesehatan. Yogyakarta: Mitra
Cendikia
Sujarweni, V Wiratna. (2014).
Metodologi penelitian
keperawatan. Yogyakarta:
Gava Medika
Susilo, H Wihelmus, Aima, Havidz.
(2013). Skala pengukuran dan
instrumen penelitian. Jakarta:
IN MEDIA
Wong, D.L.,et all. (2009). Buku ajar
keperawatan pediatrik edisi 6
volume 1. (Alih Bahasa: Agus
Sutarna, Neti Juniarti, H.Y.
Kuncara). Jakarta:EGC