SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
“ANALISIS PEMAHAMAN SISWA TERHADAPA PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA PAB 4
SAMPALI
“
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Titi Indra Lestari
4163332010
Pendidikan Bilingual Kimia 2016
BILINGUAL CHEMISTRY EDUCATION
FACULTY OF MATHEMATIC AND NATURAL SCIENCE
STATE UNIVERSITY OF MEDAN
2018
ANALISIS PEMAHAMAN SISWA TERHADAPA PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA PAB 4
SAMPALI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar kimia siswa di SMA PAB 4 SAMPALI.
Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil pada tahun pelajaran 2016/2017. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sampel diambil secara purposive sampling. Teknik
pengumpulan data diperoleh melalui instrumen kuesioner dan interview yang kemudian dianalisis secara
deskriptif. Berdasarkan data hasil penelitian secara keseluruhan didapatkan skor maksimal sebesar 792 dari
36 jumlah angket. Sedangkan rata-rata untuk tiap alternative jawaban yang teridentifikasi menyebabkan
kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran kimia diantaranya Sangat setuju sekali (sss) 5,05 %, Setuju sekali
(SS) 10,85 %, Setuju (S) 57,82 %, Tidak setuju (TS) 24,87 %, Sangat tidak setuju (STS) 1,38 %.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bahwa siswa dikelas tersebut ada yang memahami dengan baik
pembelajaran kimia, dan ada juga siswa yang tidak memahami pembelajaran kimia.
Kata kunci: Kesulitan Belajar; Kimia; Deskriptif Kualitatif
1. PENGANTAR
Pelajaran kimia merupakan salah satu pelajaran yang memiliki karakteristik tersendiri dan
memerlukan keterampilan khusus dalam memecahkan masalah-masalah yang berupa teori, konsep, hukum
dan fakta. Karakteristik khas pelajaran kimia tersebut adalah adanya tiga level representasi kimia, yaitu: level
makroskopik, level submikroskopik dan level simbolik (Treagust, et al., 2003).
Banyaknya representasi yang harus dikuasai dalam pelajaran kimia, menyebabkan banyak siswa
menganggap pelajaran kimia itu konsepnya abstrak dan sulit untuk dipahami. Kesulitan untuk memahami
konsep-konsep kimia berhubungan dengan pemahaman yang dimiliki siswa.
Pemahaman merupakan bagian dari kognitif manusia dan merupakan salah satu faktor penting dalam
belajar. Umumnya belajar kimia memerlukan banyak pemahaman konsep. Pemahaman konsep sangat
diperlukan siswa, sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah yang relevan dengan konsep yang sedang
dipelajari. Bila pemahaman siswa terhadap suatu konsep tidak sesuai dengan pemahaman para ahli,maka
dapat dikatakan siswa mengalami miskonsepsi atau kesalahan konsep (Inayah, 2003). Kesalahan konsep
inilah yang menyebabkan kesulitan belajar siswa, sehingga hasil belajar yang diperoleh menjadi rendah
(Istijabatun, 2008).
Dalam sebuah proses pembelajaran, pengajar memberikan materi pembelajaran kepada muridnya agar
bisa dipahami dan dimengerti oleh murid tersebut. Tujuan sebuah proses pembelajaran adalah seseorang yang
belajar mampu mengetahui dan memahami maksud dari data, informasi, dan pengetahuan yang mereka
peroleh dari sumber yang dipercaya (Hakim, 2010).
Belajar merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan
mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya
semi-permanen (The Liang Gie, 1982 dalam Salirawati, 2002). Belajar sebagai proses atau aktivitas
disyaratkan oleh banyak faktor. Suryabrata (1986) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar
dapat berasal dari luar diri siswa (ekstrinsik) dan dari dalam diri siswa (intrinsik). Kedua faktor tersebut
berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam mempengaruhi prestasi yang dicapai siswa.
Menurut Frandsen(1986 dalam Salirawati, 2002), keinginan-keinginan yang mendorong siswa untuk belajar
antara lain: memenuhi rasa ingin tahu, maju, mendapatkan simpati dari orang tua /guru /teman, memperbaiki
kegagalan dan mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. Mana yang dominan keinginan itu sangat
bergantung dari pribadi masing-masing siswa.
Penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa sains, terutama kimia dan fisika menjadi salah satu
mata pelajaran yang kurang disukai di kalangan siswa. Salah satu penyebab dari keadaan ini adalah dalam
sains terutama kimia, banyak dipelajari hal-hal yang abstrak, seperti konsep atom, bilangan oksidasi,
persamaan reaksi dan energi. Menurut Gabel, keabstrakan ini menjadikan kimia sebagai pelajaran yang
kompleks. Hal ini menyebabkan banyak kesulitan pada siswa. Selain itu, Coll & Taylor menyebutkan banyak
penelitian yang menunjukkan bahwa terjadi kesulitan memahami konsep-konsep kimia karena
ketidakmampuan menghubungkan dunia makroskopis dan mikroskopis. Konsep-konsep itu adalah konsep
mol, struktur atom, teori kinetik, termodinamika, elektrokimia, perubahan kimia dan reaktivitas, penyetaraan
persamaan reaksi redoks, dan stereokimia (Purtadi, 2006).
Materi Pelajaran Kimia di SMA/MA banyak berisi konsep-konsep yang cukup sulit untuk dipahami
siswa, karena menyangkut reaksi-reaksi kimia dan hitungan-hitungan serta menyangkut konsep-konsep yang
bersifat abstrak dan dianggap oleh siswa merupakan materi yang relatif baru. Sekolah dengan input siswa
yang unggulan mungkin tidak akan terpengaruh dengan permasalahan kurang dikenalnya pelajaran kimia,
karena dilihat dari sisi inteligensi siswanya yang tergolong baik sehingga guru tidak akan mengalami
kesulitan dalam menyampaikan materi pelajaran kimia. Akan tetapi berbanding terbalik dengan input siswa
yang tergolong kurang unggul, maka ini akan menjadi tugas yang berat bagi guru kimia di sekolah tersebut
untuk memberikan pemahaman yang lebih bagi para siswanya
Penumbuhan motivasi belajar siswa mutlak diperlukan untuk meningkatkan minat dan aktivitas
belajar kimia siswa melalui kegiatan pembelajaran yang kreatif dan inovatif dari seorang guru. Jika keacuhan
siswa timbul karena kehilangan persepsi positif dalam mempelajari suatu materi mata pelajaran, maka
urgensitas tindakan guru adalah mempunyai pemahaman yang tangguh tentang motivasi dan menemukan
pola pembelajaran yang menumbuhkan motivasi belajar siswa (Masnur M., 2007)
Paradigma baru dalam pembelajaran sains termasuk kimia adalah pembelajaran dimana siswa tidak
hanya dituntut untuk lebih banyak mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara verbalistis,
hafalan, pengenalan rumus-rumus, dan pengenalan istilah-istilah melalui serangkaian latihan sevara verbal,
namun hendaknya dalam pembelajaran sains (dalam hal ini kimia), guru lebih banyak memberikan
pengalaman kepada siswa untuk lebih mengerti dan membimbing siswa agar dapat menggunakan
pengetahuan kimianya tersebut dalam kehidupannya sehari-hari (Gallagher, 2007). Hal ini sejalan dengan
pendapat Piaget (1970 bahwa seorang anak akan lebuh mudah mencerna konsep dan ilmu pengetahuan
apabila di dalam dirinya sudah ada struktur dan strata intelektual. Struktur dan strata intelektual terbentuk
ketika intelek manusia beradaptasi dengan hal-hal yang diserap oleh pancaindera. Oleh sebab itu, dalam
pembelajaran kimia diperlukan kemampuan berfikir tingkat tinggi. Dengan demikian, sebagai hasil belajar
sains (kimia) diharapkan siswa memiliki kemampuan berfikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains
yang dimilikinya melalui kerangka berfikir sains.
Menurut Rutherford and Ahlgren (dalam Liliasari, 2007) bahwa kerangka berfikir sains sebagai
wahana pengembangan berfikir meliputi; (1) di alam ada pola yang konsisten dan berlaku universal; (2) sains
merupakan proses memperoleh pengetahuan untuk menjelaskan fenomena; (3) sains selalu berubah dan
bukan kebenaran akhir; (4) sains hanyalah pendekatan terhadap yang “mutlak” karena itu tidak bersifat
“bebas nilai”, dan (5) sains bersifat terbatas, sehingga tidak dapat menentukan baik atau buruk. Dengan
demikian, apabila guru kimia hanya menguasai terminologi kimia sebagai sains secara hafalan, sehingga
dalam proses pembelajaranpun dilakukan secara verbalistis (hafalan), maka hakekat berfikir sains tidak
dimiliki oleh guru tersebut. Akibatnya pembelajaran kimia berlangsung secara monoton, membosankan, dan
tidak menarik minat siswa dalam belajar kimia.
Pembelajaran dengan orientasi pada keterampilan generik sains siswa dapat dilakukan melalui
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses merupakan
pendekatan dengan mengedepankan pada keterampilan sains (generik sains) yang meliputi keterampilan
dasar sains dan keterampilan proses sains melalui kegiatan penemuan (Rezba dalam Prasetyo, 1998). Dalam
mata pelajaran kimia, kesempatan untuk melakukan penemuan (inkuiri) dan menyimpulkan sendiri hasil
pengamatannya dapat diperoleh siswa antara lain melalui metode eksperimen dan simulasi komputasi. Pada
metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati
suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan (Roestiyah, N.K., 1985). Model
pembelajaran penemuan (inkuiri) merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan proses yang
menekankan pada peningkatan kemampuan siswa dalam memproses informasi, dalam arti bagaimana siswa
menangkap stimulus yang ada dan menyimpannya sebagai informasi yang bermakna dalam dirinya dalam
jangka pendek dan jangka panjang, dan menggunakan kembali informasi tersebut untuk kepentingan
menyelesaikan masalah (Aripin, 1995).
Selain itu, kreativitas guru dalam mengajar juga tampaknya sangat mempengaruhi keberhasilan suatu
pencapaian tujuan pembelajaran. Sebagai contoh, dalam proses pembelajaran kimia di beberapa sekolah
selama ini terlihat kurang menarik, sehingga siswa merasa jenuh dan kurang memiliki minat pada pelajaran
kimia, sehingga suasana kelas cenderung pasif, sedikit sekali siswa yang bertanya pada guru meskipun materi
yang diajarkan belum dapat dipahami. Dalam pembelajaran seperti ini mereka akan merasa seolah -olah
dipaksa untuk belajar sehingga jiwanya tertekan. Keadaan demikian menimbulkan kejengkelan, kebosanan,
sikap masa bodoh, sehingga perhatian, minat, dan motivasi siswa dalam pembelajaran menjadi rendah. Hal
ini akan berdampak terhadap ketidaktercapaian tujuan pembelajaran kimia (Jurnal Pendidikan, 2009).
Namun demikian, proses pembelajaran di kelas adalah salah satu tahap yang sangat menentukan
keberhasilan belajar siswa. Guru sebagai salah satu mediator dan komponen pengajaran mempunyai peranan
penting dalam mencapai tujuan pembelajaran dan sangat menentukan keberhasilan proses pendidikan, karena
guru terlibat langsung di dalamnya. Selain itu, siswa juga menentukan dirinya sendiri apakah ia ingin berhasil
dalam belajar atau tidak. Jadi dalam memandang keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah
kita tidak bisa memandang dari satu sisi saja, akan tetapi harus menyeluruh.
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik
yang memuaskan. Namun kenyataannya, tampak jelas bahwa setiap siswa itu memiliki perbedaan dalam hal
kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang
terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa yang lain.
Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan
perbedaan gaya belajar dikalangan anak didik. Hal ini terkadang menjebak seorang anak dalam keadaan
tersulit dalam belajar, yaitu keadaan dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Oleh
karena itu, perlu dilakukan diagnostik kesulitan belajar sebagai upaya untuk memahami jenis, karakter, dan
latar belakang kesulitan-kesulitan belajar.
Berdasarkan uraian di atas maka kesulitan belajar merupakan salah satu penghambat dalam
keberhasilan belajar. Namun, apakah kesulitan belajar itu berpengaruh, khususnya pada mata pelajaran kimia
di SMA PAB 4 SAMPALI. Dalam pembahasan di atas penulis tertarik untuk menganalisis tingkat kesulitan
belajar kimia siswa di SMA PAB 4 SAMPALI
2. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMA PAB 4 SAMPALI pada semester ganjil pada tahun pelajaran
2016/2017. Populasi yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa SMA PAB 4 SAMPALI. Sedangkan
sampel pada penelitian ini adalah salah satu kelas X di SMA PAB 4 SAMPALI pada semester ganjil tahun
ajaran 2016/2017.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu
metode penelitian yang mendeskripsikan data apa adanya dan menganalisis data angket respon siswa dengan
kalimat-kalimat penjelasan secara kualitatif (Sudjana, 2009).
Dalam penelitian in, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Teknik Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
yang tampak pada objek penelitian. pengamatan dan pencatatan dilakukan trerhadap objek
penelitian. pengamatan dan pencatat dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau
berlangsungnya peristiwa disebut observasi langsung. sedangkan observasi tidak langsung adalah
pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang akan diselidiki.
Jenis observasi yang dilakukan adalah observasi langsung. observasi langsung adalah
penelitian yang mengadakan pengamatan secara langsung ( tanpa alat ) terhadap gejala-gejala
subyek yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan didalam situasi sebenarnya maupun dalam
situasi buatan yang secara khusus diciptakan untuk tujuan penelitian.
2. Wawancara
Wawancara (interview) merupakan komunikasi langsung antara penelitian dengan subjek
atau sample yang diteliti. wawancara dapat dibagi-bagi menurut tujuannya. interview yang
dilakukan yaitu interview tak berstruktur. dalam interview tak berstruktur, pertanyaan - pertanyaan
tentang pandangan hidup, sikap, keyakinan subjek, atau tentang keterangan lainnya dapat diajukan
secara bebas kepada subjek
3. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Angket yang
digunakan adalah angket skala Likert dengan memilih 5 jawaban yaitu Sangat Setuju Sekali (SSS),
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Angket ini
berisi tentang tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran kimia dengan model PJBL, motivasi
belajar peserta didik, respon peserta didik terhadap tes penguasaan konsep kimia materi asambasa
dan soal-soal yang digunakan dalam penelitian. Angket ini disusun dengan menggunakan skala
Likert yang terdiri dari pernyataan- pernyataan tertulis sebanyak 22 item.
Untuk memudahkan dalam mengolah data, data dari hasil angket dimasukkan ke dalam tabel
yang mempunyai kolom setiap bagian angket, juga dilakukan scoring yaitu menentukan skor pada
data hasil penelitian jawaban responden terhadap pernyataan dalamangket. Angket yang telah diisi
oleh siswa kemudian diperiksa dan diolah dengan menghitung frekuensi jawaban seluruh siswa
terhadap setiap pernyataan tersebut. Data diolah dengan cara mencari persentase jawaban yang
paling banyak atau modus jawaban siswa (Sudijono, 2009).
Jenis angket yang digunakan pada penelitian ini adalah skala likert. Dalammenganalisis hasil
angket, skala kualitatif ditransfer ke dalam skala kuantitatif dengan penskoran seperti ditunjukkan
pada Tabel 3.1 di bawah ini :
Tabel. Skala penilaian angket peserta didik
Alternative Jawaban Bobot penilaian
Positif Negative
Sangat tidak setuju (STS) 1 5
Tidak setuju (TS) 2 4
Setuju (S) 3 3
Setuju sekali (SS) 4 2
Sangat setuju sekali (sss) 5 1
Untuk mengukur data angket digunakan rumus
Presentase =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
𝑥 100%
Kriteria interpretasi skor
Angka 0%-20% = Sangat lemah
Angka 21%-40% = Lemah
Angka 41%-60% = Cukup
Angka 61%-80% = Kuat
Angka 81%-100% = Sangat kuat
3. HASIL DAN ANALISIS
3.1 kegiatan Siswa
Penilaian siswa dilakukan ketika angket di bagikan kepada setiap siswa yang ada di kelas yang akan di
observasi. kegiatan siswa dinilai dengan menggunakan lembaran angket pembelajaran kimia. siswa
menjawab angket secara pribadi dengan menjawab lemabaran observasi secara jujur. Hasil dari penilaian
aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel.1. Hasil Data Siswa
NO Alternative Jawaban Hasil Data
1 Sangat setuju sekali (sss) 5,05 %
2 Setuju sekali (SS) 10,85 %
3 Setuju (S) 57,82 %
4 Tidak setuju (TS) 24,87 %
5 Sangat tidak setuju (STS) 1,38 %
Dari aktivitas siswa yang telah mengisi angket diperoleh hasil terbanyak dengan pilihan setuju (s)
sebanyak 57,82% hal itu menunjukkan bahwa rata-rata siswa didalam kelas banyak tertarik dalam
pembelajaran kimia. hal ini juga didukung dengan sedikit nya siswa yang tidak tertarik dengan pembeajaran
kimia dapat dilihat dengan persentasi sangat tidak setuju (STS) yaitu sebanyak 1,38%.
3.2 Wawancara
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 2 siswa yang memilk pendapat yang berbeda. siswa
yang pertama menjelaskan bahwa dia tertarik dengan pembelajaran kimia, namun siswa ini juga memilki
kesulitan dalam pembelajaran materi kimia. kesulitan yang dia alami saat pembelajaran kimia dalam materi
struktur atom. sedangkan siswa yang kedua menjelaskan bahwa dia memilki sedikit pemahaman terhadap
Hasil Data
1 Selalu (s)
2 Sering (SR)
3 Kadang-Kadang (KK)
4 Jarang (JR)
5 Tidak Pernah (TP)
pembelajaran kimia dan dia sama sekali tidak menyukai pelajaran kimia. mereka menjelaskan disaat mereka
dikasih tugas oleh guru nya dan mereka tidak paham dan guru mereka bersedia menjelaskannya kembali
sampai siswa tersebut paham.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil data penelitian ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Berdasarkan data hasil penelitian secara keseluruhan didapatkan skor maksimal sebesar 792 dari
36 jumlah angket. Sedangkan rata-rata untuk tiap alternative jawaban yang teridentifikasi
menyebabkan kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran kimia diantaranya Sangat setuju sekali
(sss) 5,05 %, Setuju sekali (SS) 10,85 %, Setuju (S) 57,82 %, Tidak setuju (TS) 24,87 %, Sangat
tidak setuju (STS) 1,38 %.
b. Berdasarkan wawancara yang dilakukan bahwa siswa dikelas tersebut ada yang memahami dengan
baik pembelajaran kimia, dan ada juga siswa yang tidak memahami pembelajaran kimia.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Kepala Sekolah dan juga guru SMA PAB 4 SAMPALI yang telah memberikan
izin untuk melakukan mini riset di Sekolah SMA PAB 4 SAMPALI, serta mendukung proses mini riset
dengan baik.
REFERENSI
[1] Eka.,Hairida., Lestari, I. (2016). Pemahaman Konsep Siswa Terhadap Materi Ikatan Kimia Melalui
Self Assessment Di SMA MUHAMMADIYAH PONTIANAK.
[2] Erika, R., Evi Sapinatul, B. (2016). Analisis Kesulitan Belajar Kimia Siswa Di SMAN KOTA
TANGERANG SELATAN. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA. Vol.2, No.1 Juni 2016, Hal.
18-29
[3] Sunyono.,I Wayan, W*),Eko, S., Gimin, S. (2009). Identifikasi Masalah Kesulitan dalam
Pembelajaran Kimia SMA Kelas X di Propinsi Lampung. Jurnal Pendidikan.
[4] Arikunto, S. (2002), Mnajemen Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
[5] Manalu., Harry, B. (2008). Pengaruh Metode Mengajar MenginduksiPerubahan Konsep (M3PK)
Simson Tarigan Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia Di Kelas X T.A
2007/2008. Skripsi. Unimed Medan.

More Related Content

What's hot (20)

Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 E
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 E
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Ao vs di
Ao vs diAo vs di
Ao vs di
 
Power oral emmi
Power oral emmiPower oral emmi
Power oral emmi
 
Jp kim ia211
Jp kim ia211Jp kim ia211
Jp kim ia211
 
Analisis jurnal dalam negeri
Analisis jurnal dalam negeriAnalisis jurnal dalam negeri
Analisis jurnal dalam negeri
 
PTK METODE EXPERIMENT
PTK METODE EXPERIMENTPTK METODE EXPERIMENT
PTK METODE EXPERIMENT
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
4908 article text-10015-1-10-20180423
4908 article text-10015-1-10-201804234908 article text-10015-1-10-20180423
4908 article text-10015-1-10-20180423
 
04. elvinawati hal. 23 28
04. elvinawati hal. 23 2804. elvinawati hal. 23 28
04. elvinawati hal. 23 28
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Makalah seminar ispi
Makalah seminar ispiMakalah seminar ispi
Makalah seminar ispi
 
Proposal mimi yuni
Proposal mimi yuniProposal mimi yuni
Proposal mimi yuni
 
Judul dengan media flip chart
Judul dengan media flip chartJudul dengan media flip chart
Judul dengan media flip chart
 
Hakikat belajar dan pembelajaran ipa
Hakikat belajar dan pembelajaran ipaHakikat belajar dan pembelajaran ipa
Hakikat belajar dan pembelajaran ipa
 
pendidikan kurirkulum
pendidikan kurirkulumpendidikan kurirkulum
pendidikan kurirkulum
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Lporan
LporanLporan
Lporan
 
makalah prosiding ilmiah
makalah prosiding ilmiahmakalah prosiding ilmiah
makalah prosiding ilmiah
 

Similar to Analisis Pemahaman Siswa

Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1Sugiatno Sakidin
 
3842 8495-1-sm
3842 8495-1-sm3842 8495-1-sm
3842 8495-1-smriko45
 
42622-75676629363-1-SM.pdf
42622-75676629363-1-SM.pdf42622-75676629363-1-SM.pdf
42622-75676629363-1-SM.pdfDewiVatikaSari
 
Metodologi Penelitian
Metodologi PenelitianMetodologi Penelitian
Metodologi PenelitianAstika Rahayu
 
1247-2601-1-SM.pdf Penerapan problem bas
1247-2601-1-SM.pdf Penerapan problem bas1247-2601-1-SM.pdf Penerapan problem bas
1247-2601-1-SM.pdf Penerapan problem basHerawatiHerawati23
 
Teaching lab report writing through inquiry a green chemistry stoichiometry ...
Teaching lab report writing through inquiry  a green chemistry stoichiometry ...Teaching lab report writing through inquiry  a green chemistry stoichiometry ...
Teaching lab report writing through inquiry a green chemistry stoichiometry ...Linda Rosita
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...guestf6b63af
 
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docx
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docxProsiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docx
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docxmeimunah3
 
Tesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based LearningTesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based Learningguestf6b63af
 
My final mini riset (nesfi)
My final mini riset (nesfi)My final mini riset (nesfi)
My final mini riset (nesfi)Nesfi Vayuni
 
Makalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaranMakalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaranDhiah Febri
 

Similar to Analisis Pemahaman Siswa (20)

112.meor
112.meor112.meor
112.meor
 
Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1
 
3842 8495-1-sm
3842 8495-1-sm3842 8495-1-sm
3842 8495-1-sm
 
42622-75676629363-1-SM.pdf
42622-75676629363-1-SM.pdf42622-75676629363-1-SM.pdf
42622-75676629363-1-SM.pdf
 
BAB I ok
BAB I okBAB I ok
BAB I ok
 
Jp kim ia121redhana
Jp kim ia121redhanaJp kim ia121redhana
Jp kim ia121redhana
 
Metodologi Penelitian
Metodologi PenelitianMetodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
 
1247-2601-1-SM.pdf Penerapan problem bas
1247-2601-1-SM.pdf Penerapan problem bas1247-2601-1-SM.pdf Penerapan problem bas
1247-2601-1-SM.pdf Penerapan problem bas
 
pemgaruh DL.pdf
pemgaruh DL.pdfpemgaruh DL.pdf
pemgaruh DL.pdf
 
Proposal SKRIPSI
Proposal SKRIPSIProposal SKRIPSI
Proposal SKRIPSI
 
Teaching lab report writing through inquiry a green chemistry stoichiometry ...
Teaching lab report writing through inquiry  a green chemistry stoichiometry ...Teaching lab report writing through inquiry  a green chemistry stoichiometry ...
Teaching lab report writing through inquiry a green chemistry stoichiometry ...
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
 
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docx
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docxProsiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docx
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docx
 
Tesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based LearningTesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based Learning
 
5. CP IPA.docx
5. CP IPA.docx5. CP IPA.docx
5. CP IPA.docx
 
My final mini riset (nesfi)
My final mini riset (nesfi)My final mini riset (nesfi)
My final mini riset (nesfi)
 
Belajar kimia it's oke wae
Belajar kimia it's oke waeBelajar kimia it's oke wae
Belajar kimia it's oke wae
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Jurnal yeni
Jurnal yeniJurnal yeni
Jurnal yeni
 
Makalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaranMakalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaran
 

Recently uploaded

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 

Recently uploaded (20)

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 

Analisis Pemahaman Siswa

  • 1. “ANALISIS PEMAHAMAN SISWA TERHADAPA PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA PAB 4 SAMPALI “ D I S U S U N OLEH : Titi Indra Lestari 4163332010 Pendidikan Bilingual Kimia 2016 BILINGUAL CHEMISTRY EDUCATION FACULTY OF MATHEMATIC AND NATURAL SCIENCE STATE UNIVERSITY OF MEDAN 2018
  • 2. ANALISIS PEMAHAMAN SISWA TERHADAPA PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA PAB 4 SAMPALI ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar kimia siswa di SMA PAB 4 SAMPALI. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil pada tahun pelajaran 2016/2017. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sampel diambil secara purposive sampling. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui instrumen kuesioner dan interview yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan data hasil penelitian secara keseluruhan didapatkan skor maksimal sebesar 792 dari 36 jumlah angket. Sedangkan rata-rata untuk tiap alternative jawaban yang teridentifikasi menyebabkan kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran kimia diantaranya Sangat setuju sekali (sss) 5,05 %, Setuju sekali (SS) 10,85 %, Setuju (S) 57,82 %, Tidak setuju (TS) 24,87 %, Sangat tidak setuju (STS) 1,38 %. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bahwa siswa dikelas tersebut ada yang memahami dengan baik pembelajaran kimia, dan ada juga siswa yang tidak memahami pembelajaran kimia. Kata kunci: Kesulitan Belajar; Kimia; Deskriptif Kualitatif
  • 3. 1. PENGANTAR Pelajaran kimia merupakan salah satu pelajaran yang memiliki karakteristik tersendiri dan memerlukan keterampilan khusus dalam memecahkan masalah-masalah yang berupa teori, konsep, hukum dan fakta. Karakteristik khas pelajaran kimia tersebut adalah adanya tiga level representasi kimia, yaitu: level makroskopik, level submikroskopik dan level simbolik (Treagust, et al., 2003). Banyaknya representasi yang harus dikuasai dalam pelajaran kimia, menyebabkan banyak siswa menganggap pelajaran kimia itu konsepnya abstrak dan sulit untuk dipahami. Kesulitan untuk memahami konsep-konsep kimia berhubungan dengan pemahaman yang dimiliki siswa. Pemahaman merupakan bagian dari kognitif manusia dan merupakan salah satu faktor penting dalam belajar. Umumnya belajar kimia memerlukan banyak pemahaman konsep. Pemahaman konsep sangat diperlukan siswa, sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah yang relevan dengan konsep yang sedang dipelajari. Bila pemahaman siswa terhadap suatu konsep tidak sesuai dengan pemahaman para ahli,maka dapat dikatakan siswa mengalami miskonsepsi atau kesalahan konsep (Inayah, 2003). Kesalahan konsep inilah yang menyebabkan kesulitan belajar siswa, sehingga hasil belajar yang diperoleh menjadi rendah (Istijabatun, 2008). Dalam sebuah proses pembelajaran, pengajar memberikan materi pembelajaran kepada muridnya agar bisa dipahami dan dimengerti oleh murid tersebut. Tujuan sebuah proses pembelajaran adalah seseorang yang belajar mampu mengetahui dan memahami maksud dari data, informasi, dan pengetahuan yang mereka peroleh dari sumber yang dipercaya (Hakim, 2010). Belajar merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya semi-permanen (The Liang Gie, 1982 dalam Salirawati, 2002). Belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak faktor. Suryabrata (1986) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar dapat berasal dari luar diri siswa (ekstrinsik) dan dari dalam diri siswa (intrinsik). Kedua faktor tersebut berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam mempengaruhi prestasi yang dicapai siswa. Menurut Frandsen(1986 dalam Salirawati, 2002), keinginan-keinginan yang mendorong siswa untuk belajar antara lain: memenuhi rasa ingin tahu, maju, mendapatkan simpati dari orang tua /guru /teman, memperbaiki kegagalan dan mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. Mana yang dominan keinginan itu sangat bergantung dari pribadi masing-masing siswa. Penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa sains, terutama kimia dan fisika menjadi salah satu mata pelajaran yang kurang disukai di kalangan siswa. Salah satu penyebab dari keadaan ini adalah dalam sains terutama kimia, banyak dipelajari hal-hal yang abstrak, seperti konsep atom, bilangan oksidasi, persamaan reaksi dan energi. Menurut Gabel, keabstrakan ini menjadikan kimia sebagai pelajaran yang kompleks. Hal ini menyebabkan banyak kesulitan pada siswa. Selain itu, Coll & Taylor menyebutkan banyak penelitian yang menunjukkan bahwa terjadi kesulitan memahami konsep-konsep kimia karena ketidakmampuan menghubungkan dunia makroskopis dan mikroskopis. Konsep-konsep itu adalah konsep mol, struktur atom, teori kinetik, termodinamika, elektrokimia, perubahan kimia dan reaktivitas, penyetaraan persamaan reaksi redoks, dan stereokimia (Purtadi, 2006). Materi Pelajaran Kimia di SMA/MA banyak berisi konsep-konsep yang cukup sulit untuk dipahami siswa, karena menyangkut reaksi-reaksi kimia dan hitungan-hitungan serta menyangkut konsep-konsep yang bersifat abstrak dan dianggap oleh siswa merupakan materi yang relatif baru. Sekolah dengan input siswa yang unggulan mungkin tidak akan terpengaruh dengan permasalahan kurang dikenalnya pelajaran kimia, karena dilihat dari sisi inteligensi siswanya yang tergolong baik sehingga guru tidak akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi pelajaran kimia. Akan tetapi berbanding terbalik dengan input siswa yang tergolong kurang unggul, maka ini akan menjadi tugas yang berat bagi guru kimia di sekolah tersebut untuk memberikan pemahaman yang lebih bagi para siswanya Penumbuhan motivasi belajar siswa mutlak diperlukan untuk meningkatkan minat dan aktivitas belajar kimia siswa melalui kegiatan pembelajaran yang kreatif dan inovatif dari seorang guru. Jika keacuhan siswa timbul karena kehilangan persepsi positif dalam mempelajari suatu materi mata pelajaran, maka urgensitas tindakan guru adalah mempunyai pemahaman yang tangguh tentang motivasi dan menemukan pola pembelajaran yang menumbuhkan motivasi belajar siswa (Masnur M., 2007) Paradigma baru dalam pembelajaran sains termasuk kimia adalah pembelajaran dimana siswa tidak hanya dituntut untuk lebih banyak mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara verbalistis, hafalan, pengenalan rumus-rumus, dan pengenalan istilah-istilah melalui serangkaian latihan sevara verbal, namun hendaknya dalam pembelajaran sains (dalam hal ini kimia), guru lebih banyak memberikan pengalaman kepada siswa untuk lebih mengerti dan membimbing siswa agar dapat menggunakan pengetahuan kimianya tersebut dalam kehidupannya sehari-hari (Gallagher, 2007). Hal ini sejalan dengan pendapat Piaget (1970 bahwa seorang anak akan lebuh mudah mencerna konsep dan ilmu pengetahuan apabila di dalam dirinya sudah ada struktur dan strata intelektual. Struktur dan strata intelektual terbentuk
  • 4. ketika intelek manusia beradaptasi dengan hal-hal yang diserap oleh pancaindera. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran kimia diperlukan kemampuan berfikir tingkat tinggi. Dengan demikian, sebagai hasil belajar sains (kimia) diharapkan siswa memiliki kemampuan berfikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya melalui kerangka berfikir sains. Menurut Rutherford and Ahlgren (dalam Liliasari, 2007) bahwa kerangka berfikir sains sebagai wahana pengembangan berfikir meliputi; (1) di alam ada pola yang konsisten dan berlaku universal; (2) sains merupakan proses memperoleh pengetahuan untuk menjelaskan fenomena; (3) sains selalu berubah dan bukan kebenaran akhir; (4) sains hanyalah pendekatan terhadap yang “mutlak” karena itu tidak bersifat “bebas nilai”, dan (5) sains bersifat terbatas, sehingga tidak dapat menentukan baik atau buruk. Dengan demikian, apabila guru kimia hanya menguasai terminologi kimia sebagai sains secara hafalan, sehingga dalam proses pembelajaranpun dilakukan secara verbalistis (hafalan), maka hakekat berfikir sains tidak dimiliki oleh guru tersebut. Akibatnya pembelajaran kimia berlangsung secara monoton, membosankan, dan tidak menarik minat siswa dalam belajar kimia. Pembelajaran dengan orientasi pada keterampilan generik sains siswa dapat dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan dengan mengedepankan pada keterampilan sains (generik sains) yang meliputi keterampilan dasar sains dan keterampilan proses sains melalui kegiatan penemuan (Rezba dalam Prasetyo, 1998). Dalam mata pelajaran kimia, kesempatan untuk melakukan penemuan (inkuiri) dan menyimpulkan sendiri hasil pengamatannya dapat diperoleh siswa antara lain melalui metode eksperimen dan simulasi komputasi. Pada metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan (Roestiyah, N.K., 1985). Model pembelajaran penemuan (inkuiri) merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan proses yang menekankan pada peningkatan kemampuan siswa dalam memproses informasi, dalam arti bagaimana siswa menangkap stimulus yang ada dan menyimpannya sebagai informasi yang bermakna dalam dirinya dalam jangka pendek dan jangka panjang, dan menggunakan kembali informasi tersebut untuk kepentingan menyelesaikan masalah (Aripin, 1995). Selain itu, kreativitas guru dalam mengajar juga tampaknya sangat mempengaruhi keberhasilan suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Sebagai contoh, dalam proses pembelajaran kimia di beberapa sekolah selama ini terlihat kurang menarik, sehingga siswa merasa jenuh dan kurang memiliki minat pada pelajaran kimia, sehingga suasana kelas cenderung pasif, sedikit sekali siswa yang bertanya pada guru meskipun materi yang diajarkan belum dapat dipahami. Dalam pembelajaran seperti ini mereka akan merasa seolah -olah dipaksa untuk belajar sehingga jiwanya tertekan. Keadaan demikian menimbulkan kejengkelan, kebosanan, sikap masa bodoh, sehingga perhatian, minat, dan motivasi siswa dalam pembelajaran menjadi rendah. Hal ini akan berdampak terhadap ketidaktercapaian tujuan pembelajaran kimia (Jurnal Pendidikan, 2009). Namun demikian, proses pembelajaran di kelas adalah salah satu tahap yang sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Guru sebagai salah satu mediator dan komponen pengajaran mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran dan sangat menentukan keberhasilan proses pendidikan, karena guru terlibat langsung di dalamnya. Selain itu, siswa juga menentukan dirinya sendiri apakah ia ingin berhasil dalam belajar atau tidak. Jadi dalam memandang keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah kita tidak bisa memandang dari satu sisi saja, akan tetapi harus menyeluruh. Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun kenyataannya, tampak jelas bahwa setiap siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa yang lain. Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan gaya belajar dikalangan anak didik. Hal ini terkadang menjebak seorang anak dalam keadaan tersulit dalam belajar, yaitu keadaan dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, perlu dilakukan diagnostik kesulitan belajar sebagai upaya untuk memahami jenis, karakter, dan latar belakang kesulitan-kesulitan belajar. Berdasarkan uraian di atas maka kesulitan belajar merupakan salah satu penghambat dalam keberhasilan belajar. Namun, apakah kesulitan belajar itu berpengaruh, khususnya pada mata pelajaran kimia di SMA PAB 4 SAMPALI. Dalam pembahasan di atas penulis tertarik untuk menganalisis tingkat kesulitan belajar kimia siswa di SMA PAB 4 SAMPALI
  • 5. 2. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMA PAB 4 SAMPALI pada semester ganjil pada tahun pelajaran 2016/2017. Populasi yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa SMA PAB 4 SAMPALI. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah salah satu kelas X di SMA PAB 4 SAMPALI pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu metode penelitian yang mendeskripsikan data apa adanya dan menganalisis data angket respon siswa dengan kalimat-kalimat penjelasan secara kualitatif (Sudjana, 2009). Dalam penelitian in, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Teknik Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. pengamatan dan pencatatan dilakukan trerhadap objek penelitian. pengamatan dan pencatat dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa disebut observasi langsung. sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang akan diselidiki. Jenis observasi yang dilakukan adalah observasi langsung. observasi langsung adalah penelitian yang mengadakan pengamatan secara langsung ( tanpa alat ) terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan didalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan yang secara khusus diciptakan untuk tujuan penelitian. 2. Wawancara Wawancara (interview) merupakan komunikasi langsung antara penelitian dengan subjek atau sample yang diteliti. wawancara dapat dibagi-bagi menurut tujuannya. interview yang dilakukan yaitu interview tak berstruktur. dalam interview tak berstruktur, pertanyaan - pertanyaan tentang pandangan hidup, sikap, keyakinan subjek, atau tentang keterangan lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subjek 3. Angket Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Angket yang digunakan adalah angket skala Likert dengan memilih 5 jawaban yaitu Sangat Setuju Sekali (SSS), Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Angket ini berisi tentang tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran kimia dengan model PJBL, motivasi belajar peserta didik, respon peserta didik terhadap tes penguasaan konsep kimia materi asambasa dan soal-soal yang digunakan dalam penelitian. Angket ini disusun dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari pernyataan- pernyataan tertulis sebanyak 22 item. Untuk memudahkan dalam mengolah data, data dari hasil angket dimasukkan ke dalam tabel yang mempunyai kolom setiap bagian angket, juga dilakukan scoring yaitu menentukan skor pada data hasil penelitian jawaban responden terhadap pernyataan dalamangket. Angket yang telah diisi oleh siswa kemudian diperiksa dan diolah dengan menghitung frekuensi jawaban seluruh siswa terhadap setiap pernyataan tersebut. Data diolah dengan cara mencari persentase jawaban yang paling banyak atau modus jawaban siswa (Sudijono, 2009). Jenis angket yang digunakan pada penelitian ini adalah skala likert. Dalammenganalisis hasil angket, skala kualitatif ditransfer ke dalam skala kuantitatif dengan penskoran seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1 di bawah ini : Tabel. Skala penilaian angket peserta didik Alternative Jawaban Bobot penilaian Positif Negative Sangat tidak setuju (STS) 1 5 Tidak setuju (TS) 2 4 Setuju (S) 3 3 Setuju sekali (SS) 4 2 Sangat setuju sekali (sss) 5 1 Untuk mengukur data angket digunakan rumus Presentase = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100% Kriteria interpretasi skor Angka 0%-20% = Sangat lemah
  • 6. Angka 21%-40% = Lemah Angka 41%-60% = Cukup Angka 61%-80% = Kuat Angka 81%-100% = Sangat kuat 3. HASIL DAN ANALISIS 3.1 kegiatan Siswa Penilaian siswa dilakukan ketika angket di bagikan kepada setiap siswa yang ada di kelas yang akan di observasi. kegiatan siswa dinilai dengan menggunakan lembaran angket pembelajaran kimia. siswa menjawab angket secara pribadi dengan menjawab lemabaran observasi secara jujur. Hasil dari penilaian aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 1. Tabel.1. Hasil Data Siswa NO Alternative Jawaban Hasil Data 1 Sangat setuju sekali (sss) 5,05 % 2 Setuju sekali (SS) 10,85 % 3 Setuju (S) 57,82 % 4 Tidak setuju (TS) 24,87 % 5 Sangat tidak setuju (STS) 1,38 % Dari aktivitas siswa yang telah mengisi angket diperoleh hasil terbanyak dengan pilihan setuju (s) sebanyak 57,82% hal itu menunjukkan bahwa rata-rata siswa didalam kelas banyak tertarik dalam pembelajaran kimia. hal ini juga didukung dengan sedikit nya siswa yang tidak tertarik dengan pembeajaran kimia dapat dilihat dengan persentasi sangat tidak setuju (STS) yaitu sebanyak 1,38%. 3.2 Wawancara Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 2 siswa yang memilk pendapat yang berbeda. siswa yang pertama menjelaskan bahwa dia tertarik dengan pembelajaran kimia, namun siswa ini juga memilki kesulitan dalam pembelajaran materi kimia. kesulitan yang dia alami saat pembelajaran kimia dalam materi struktur atom. sedangkan siswa yang kedua menjelaskan bahwa dia memilki sedikit pemahaman terhadap Hasil Data 1 Selalu (s) 2 Sering (SR) 3 Kadang-Kadang (KK) 4 Jarang (JR) 5 Tidak Pernah (TP)
  • 7. pembelajaran kimia dan dia sama sekali tidak menyukai pelajaran kimia. mereka menjelaskan disaat mereka dikasih tugas oleh guru nya dan mereka tidak paham dan guru mereka bersedia menjelaskannya kembali sampai siswa tersebut paham. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil data penelitian ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Berdasarkan data hasil penelitian secara keseluruhan didapatkan skor maksimal sebesar 792 dari 36 jumlah angket. Sedangkan rata-rata untuk tiap alternative jawaban yang teridentifikasi menyebabkan kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran kimia diantaranya Sangat setuju sekali (sss) 5,05 %, Setuju sekali (SS) 10,85 %, Setuju (S) 57,82 %, Tidak setuju (TS) 24,87 %, Sangat tidak setuju (STS) 1,38 %. b. Berdasarkan wawancara yang dilakukan bahwa siswa dikelas tersebut ada yang memahami dengan baik pembelajaran kimia, dan ada juga siswa yang tidak memahami pembelajaran kimia. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Kepala Sekolah dan juga guru SMA PAB 4 SAMPALI yang telah memberikan izin untuk melakukan mini riset di Sekolah SMA PAB 4 SAMPALI, serta mendukung proses mini riset dengan baik. REFERENSI [1] Eka.,Hairida., Lestari, I. (2016). Pemahaman Konsep Siswa Terhadap Materi Ikatan Kimia Melalui Self Assessment Di SMA MUHAMMADIYAH PONTIANAK. [2] Erika, R., Evi Sapinatul, B. (2016). Analisis Kesulitan Belajar Kimia Siswa Di SMAN KOTA TANGERANG SELATAN. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA. Vol.2, No.1 Juni 2016, Hal. 18-29 [3] Sunyono.,I Wayan, W*),Eko, S., Gimin, S. (2009). Identifikasi Masalah Kesulitan dalam Pembelajaran Kimia SMA Kelas X di Propinsi Lampung. Jurnal Pendidikan. [4] Arikunto, S. (2002), Mnajemen Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. [5] Manalu., Harry, B. (2008). Pengaruh Metode Mengajar MenginduksiPerubahan Konsep (M3PK) Simson Tarigan Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia Di Kelas X T.A 2007/2008. Skripsi. Unimed Medan.