Tes pemahaman konsep fisika perlu dikembangkan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap konsep-konsep fisika secara lebih mendalam daripada tes hitungan tradisional. Penelitian ini bertujuan mengembangkan tes pemahaman konsep listrik dan prinsip-prinsip pengembangannya.
Dokumen tersebut membahas tentang mata kuliah matematika dan IPA (fisika, kimia, biologi) di program studi ilmu komputer FMIPA Universitas Lambung Mangkurat. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan cara yang lebih efektif dalam mengajarkan mata kuliah-mata kuliah tersebut agar mahasiswa dapat lebih mudah memahaminya dan menghindari penurunan IPK mahasiswa. Berdasarkan kuisioner yang diberikan
1. Kajian ini mengkaji penguasaan istilah kimia dan hubungannya dengan penyelesaian masalah konsep mol di kalangan pelajar tahun dua pendidikan kimia.
2. Kebanyakan pelajar tidak dapat mendefinisikan istilah-istilah kimia yang berkaitan dengan konsep mol atau menyelesaikan masalahnya dengan baik, walaupun mereka mempunyai sedikit pengetahuan tentang istilah-istilah tersebut.
Dokumen tersebut memberikan pengenalan mengenai konsep geometri dan elemen-elemennya. Ia menjelaskan bahawa geometri merupakan cabang matematik yang mengkaji bentuk, saiz, dan kedudukan objek. Dokumen ini juga menyebut beberapa sistem geometri seperti geometri Euclidean, geometri topologi, dan geometri transformasi. Selain itu, elemen-elemen geometri dasar seperti titik, garis, sudut, lengkok dan polygon turut dibincangkan.
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasSulistiawati .
Dokumen tersebut membahas analisis kesulitan belajar kemampuan penalaran matematis siswa SMP pada materi luas permukaan dan volume limas. Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kesulitan dalam menjawab soal-soal penalaran matematis terkait luas dan volume limas."
Dokumen tersebut membahas tentang mata kuliah matematika dan IPA (fisika, kimia, biologi) di program studi ilmu komputer FMIPA Universitas Lambung Mangkurat. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan cara yang lebih efektif dalam mengajarkan mata kuliah-mata kuliah tersebut agar mahasiswa dapat lebih mudah memahaminya dan menghindari penurunan IPK mahasiswa. Berdasarkan kuisioner yang diberikan
1. Kajian ini mengkaji penguasaan istilah kimia dan hubungannya dengan penyelesaian masalah konsep mol di kalangan pelajar tahun dua pendidikan kimia.
2. Kebanyakan pelajar tidak dapat mendefinisikan istilah-istilah kimia yang berkaitan dengan konsep mol atau menyelesaikan masalahnya dengan baik, walaupun mereka mempunyai sedikit pengetahuan tentang istilah-istilah tersebut.
Dokumen tersebut memberikan pengenalan mengenai konsep geometri dan elemen-elemennya. Ia menjelaskan bahawa geometri merupakan cabang matematik yang mengkaji bentuk, saiz, dan kedudukan objek. Dokumen ini juga menyebut beberapa sistem geometri seperti geometri Euclidean, geometri topologi, dan geometri transformasi. Selain itu, elemen-elemen geometri dasar seperti titik, garis, sudut, lengkok dan polygon turut dibincangkan.
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasSulistiawati .
Dokumen tersebut membahas analisis kesulitan belajar kemampuan penalaran matematis siswa SMP pada materi luas permukaan dan volume limas. Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kesulitan dalam menjawab soal-soal penalaran matematis terkait luas dan volume limas."
Proposal ini membahas penelitian tentang penerapan pendekatan kontekstual (CTL) untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi teorema Pythagoras di kelas VIII SMP. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan pemahaman konsep matematika siswa setelah diterapkannya pendekatan CTL. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi guru untuk mengajar konsep teorema Pythagoras secara efektif dan meningkatkan
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK). Secara singkat, PTK adalah penelitian sistematis yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran melalui siklus rencana tindakan-pelaksanaan-observasi-refleksi. PTK bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara kolaboratif.
Model Van Hiele menyarankan 5 tahapan pembelajaran geometri yaitu tahap informasi, orientasi terarah, eksplisitasi, orientasi bebas, dan integrasi. Teori ini membantu guru memahami kesulitan siswa dan menyesuaikan tingkat pembelajaran dengan tingkat berpikir siswa.
Cjr penggunaan turunan (penerapan masalah masalah turunan maksimum dan minimum)Linda Rosita
Jurnal ini membahas penelitian tentang penerapan Lembar Aktivitas Mahasiswa (LAM) berbasis teori APOS dalam pembelajaran turunan untuk meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa. Peneliti menggunakan tes dan wawancara untuk mengukur pemahaman mahasiswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan LAM. Hasilnya menunjukkan bahwa LAM berbasis APOS dapat meningkatkan pemahaman konsep turunan mahasiswa, meskipun masih
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas pengaruh metode perubahan konseptual dalam model pembelajaran 5E terhadap pemahaman konsep siswa.
2) Metode perubahan konseptual bertujuan mengurangi konsepsi alternatif siswa, sedangkan model pembelajaran konvensional bersifat linier dan produk-oriented.
3) Kajian pustaka membahas pandangan konstruktivisme bahwa pengetahuan dibangun se
Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat Ber...anggita ari
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan apa saja kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pertidaksamaan kuadrat berdasarkan prosedur Newman. Hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian ini antara lain: 1) tidak ada satupun subjek penelitian yang melakukan jenis kesalahan membaca dan juga kesalahan memahami, 2) kesalahan transformasi dilakukan oleh satu orang subjek penelitian yaitu tidak mengubah informasi pada soal kedalam bentuk pertidaksamaan kuadrat, 3) kesalahan keteram-pilan proses dilakukan oleh dua orang subjek penelitian yaitu ketika melakukan proses subtitusi persamaan kedalam pertidaksamaan dan juga ketika melakukan pemfaktoran, dan 4) kesalahan penulisan jawaban dilakukan oleh satu orang subjek penelitian yaitu menuliskan -4≤r≤-1 sebagai jari-jari lingkaran (r) yang memenuhi padahal jari-jari lingkaran (r) harus positif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Problem Posing dalam pembelajaran matematika serta hubungannya dengan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Penelitian eksperimental ini melibatkan 202 siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Grobogan yang dibagi menjadi kelas eksperimen dan kontrol. Hasilnya menunjukkan bahwa pendekatan CTL dan Problem Posing sama-sama efektif dan
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs) NERRU
Kesalahan dalam memahami konsep menjadi salah satu faktor yang menyebabkan miskonsepsi pada pelajaran matematika. Miskonsepsi pada materi bangun datar disebabkan oleh cara belajar siswa yang hanya menghafalkan bentuk dasar tanpa memahami hubungan antar bangun datar dan sifat-sifatnya. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi miskonsepsi tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran konstruktivis. Salah satu model pembelajaran konstruktivis adalah Conceptual Understanding Procedures (CUPs). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) sebagai upaya mengatasi miskonsepsi matematis siswa pada materi sifat-sifat bangun datar segiempat. Subjek penelitian adalah 12 orang siswa SMP yang mengalami miskonsepsi pada materi sifat-sifat bangun datar segiempat. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini melalui tes, video, observasi, dan wawancara. Validitas dan reliabilitas data melalui credibility, dependability, transferability, dan confirmability. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) yang terdiri dari fase individu, fase kelompok triplet, dan fase interpretasi seluruh kelas dapat mengatasi miskonsepsi siswa pada materi sifat-sifat bangun datar segiempat. Perubahan miskonsepsi siswa juga dapat dilihat dari nilai tes yang mengalami peningkatan nilai berdasarkan nilai tes awal dan tes akhir siswa.
Kata Kunci: Conceptual Understanding Procedures (CUPs), miskonsepsi, segiempat
Mistakes in understanding the concept became one of the factors that led to misconceptions in mathematics. The misconceptions in plane shapes are caused by the way of learning of students who only memorize the basic form without understanding the relationship between the plane shapes and its properties. Efforts made in overcoming these misconceptions is to apply constructivist learning. One of the constructivist learning models is Conceptual Understanding Procedures (CUPs). The purpose of this research is to know the application of conceptual learning model Conceptual Understanding Procedure (CUPs) as an effort to overcome students' mathematical misconception on the properties of quadrilateral. Research subjects were 12 students who experienced misconceptions on the properties of quadrilaterals. Data collection was conducted through test, video, observation, and interview. Validity and reliability of data through credibility, reliability, transferability, and confirmability. The results of this study indicate that the application of learning models. Comprising individual phases, triplet group phases, and all-class interpretation phenomena can overcome student misconceptions on quadrilateral properties. Changes in student misconceptions can also be seen from tests that have improved
Keywords: Conceptual Understanding Procedures (CUPs), misconception, quadrilateral
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemahaman konsep awal dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer dan direct instruction, serta menganalisis interaksi antara model pembelajaran dengan pemahaman konsep awal siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model advance organizer lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dibandingkan model direct instruction, dan sis
Unit ini membincangkan bentuk 2-dimensi dan 3-dimensi, termasuk ciri-ciri dan contoh bentuk 2D seperti poligon dan bentuk 3D seperti polihedron, prisma, dan piramid. Cadangan untuk mengajar tajuk ini termasuk menyediakan bahan bantu belajar seperti bongkah bentuk dan gambar di bilik matematik untuk membantu pemahaman murid.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang persamaan linear satu variabel melalui metode pembelajaran elaborasi sistem peta konsep di SMP IT Ar-Rahman Islamic School Bantargebang, Bekasi."
Teknik lewi meningkatkan kemahiran pelajar menulis formula kamiran luasMagdalene Lim
Ringkasan:
1. Kajian ini bertujuan meningkatkan kemahiran pelajar dalam menulis formula kamiran untuk mencari luas antara lengkung dengan menggunakan teknik LE-WI.
2. Teknik LE-WI menggunakan konsep luas segiempat tepat untuk membentuk formula kamiran luas antara dua lengkung.
3. Ujian pra menunjukkan 62% pelajar salah menulis formula kamiran manakala 25% mendapat nilai lu
Dokumen ini membahas penelitian tentang pemahaman konsep matematika siswa pada materi geometri dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di SMP Negeri 14 Palembang. Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar siswa (54,1%) memiliki pemahaman konsep matematika yang sangat baik dengan rata-rata nilai 83,11.
Penerapan pembelajaran fisika model latihan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses ilmiah siswa kelas X-4 SMAN 5 Malang Tahun Ajaran 2007/2008. Penelitian tindakan kelas ini menunjukkan peningkatan keterampilan proses ilmiah siswa dan keterlaksanaan pembelajaran model latihan inkuiri setelah siklus I dan II.
Tinjauan pustaka meninjau pengertian momentum dan impuls, hubungan antara momentum dan impuls, hukum kekekalan momentum, dan jenis-jenis tumbukan. Konsep momentum didefinisikan sebagai hasil kali massa dan kecepatan, sementara impuls didefinisikan sebagai hasil kali gaya dan selang waktu. Hukum kekekalan momentum menyatakan bahwa jumlah momentum sebelum dan sesudah tumbukan adalah sama.
Proposal ini membahas penelitian tentang penerapan pendekatan kontekstual (CTL) untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi teorema Pythagoras di kelas VIII SMP. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan pemahaman konsep matematika siswa setelah diterapkannya pendekatan CTL. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi guru untuk mengajar konsep teorema Pythagoras secara efektif dan meningkatkan
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK). Secara singkat, PTK adalah penelitian sistematis yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran melalui siklus rencana tindakan-pelaksanaan-observasi-refleksi. PTK bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara kolaboratif.
Model Van Hiele menyarankan 5 tahapan pembelajaran geometri yaitu tahap informasi, orientasi terarah, eksplisitasi, orientasi bebas, dan integrasi. Teori ini membantu guru memahami kesulitan siswa dan menyesuaikan tingkat pembelajaran dengan tingkat berpikir siswa.
Cjr penggunaan turunan (penerapan masalah masalah turunan maksimum dan minimum)Linda Rosita
Jurnal ini membahas penelitian tentang penerapan Lembar Aktivitas Mahasiswa (LAM) berbasis teori APOS dalam pembelajaran turunan untuk meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa. Peneliti menggunakan tes dan wawancara untuk mengukur pemahaman mahasiswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan LAM. Hasilnya menunjukkan bahwa LAM berbasis APOS dapat meningkatkan pemahaman konsep turunan mahasiswa, meskipun masih
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas pengaruh metode perubahan konseptual dalam model pembelajaran 5E terhadap pemahaman konsep siswa.
2) Metode perubahan konseptual bertujuan mengurangi konsepsi alternatif siswa, sedangkan model pembelajaran konvensional bersifat linier dan produk-oriented.
3) Kajian pustaka membahas pandangan konstruktivisme bahwa pengetahuan dibangun se
Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat Ber...anggita ari
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan apa saja kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pertidaksamaan kuadrat berdasarkan prosedur Newman. Hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian ini antara lain: 1) tidak ada satupun subjek penelitian yang melakukan jenis kesalahan membaca dan juga kesalahan memahami, 2) kesalahan transformasi dilakukan oleh satu orang subjek penelitian yaitu tidak mengubah informasi pada soal kedalam bentuk pertidaksamaan kuadrat, 3) kesalahan keteram-pilan proses dilakukan oleh dua orang subjek penelitian yaitu ketika melakukan proses subtitusi persamaan kedalam pertidaksamaan dan juga ketika melakukan pemfaktoran, dan 4) kesalahan penulisan jawaban dilakukan oleh satu orang subjek penelitian yaitu menuliskan -4≤r≤-1 sebagai jari-jari lingkaran (r) yang memenuhi padahal jari-jari lingkaran (r) harus positif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Problem Posing dalam pembelajaran matematika serta hubungannya dengan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Penelitian eksperimental ini melibatkan 202 siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Grobogan yang dibagi menjadi kelas eksperimen dan kontrol. Hasilnya menunjukkan bahwa pendekatan CTL dan Problem Posing sama-sama efektif dan
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs) NERRU
Kesalahan dalam memahami konsep menjadi salah satu faktor yang menyebabkan miskonsepsi pada pelajaran matematika. Miskonsepsi pada materi bangun datar disebabkan oleh cara belajar siswa yang hanya menghafalkan bentuk dasar tanpa memahami hubungan antar bangun datar dan sifat-sifatnya. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi miskonsepsi tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran konstruktivis. Salah satu model pembelajaran konstruktivis adalah Conceptual Understanding Procedures (CUPs). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) sebagai upaya mengatasi miskonsepsi matematis siswa pada materi sifat-sifat bangun datar segiempat. Subjek penelitian adalah 12 orang siswa SMP yang mengalami miskonsepsi pada materi sifat-sifat bangun datar segiempat. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini melalui tes, video, observasi, dan wawancara. Validitas dan reliabilitas data melalui credibility, dependability, transferability, dan confirmability. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) yang terdiri dari fase individu, fase kelompok triplet, dan fase interpretasi seluruh kelas dapat mengatasi miskonsepsi siswa pada materi sifat-sifat bangun datar segiempat. Perubahan miskonsepsi siswa juga dapat dilihat dari nilai tes yang mengalami peningkatan nilai berdasarkan nilai tes awal dan tes akhir siswa.
Kata Kunci: Conceptual Understanding Procedures (CUPs), miskonsepsi, segiempat
Mistakes in understanding the concept became one of the factors that led to misconceptions in mathematics. The misconceptions in plane shapes are caused by the way of learning of students who only memorize the basic form without understanding the relationship between the plane shapes and its properties. Efforts made in overcoming these misconceptions is to apply constructivist learning. One of the constructivist learning models is Conceptual Understanding Procedures (CUPs). The purpose of this research is to know the application of conceptual learning model Conceptual Understanding Procedure (CUPs) as an effort to overcome students' mathematical misconception on the properties of quadrilateral. Research subjects were 12 students who experienced misconceptions on the properties of quadrilaterals. Data collection was conducted through test, video, observation, and interview. Validity and reliability of data through credibility, reliability, transferability, and confirmability. The results of this study indicate that the application of learning models. Comprising individual phases, triplet group phases, and all-class interpretation phenomena can overcome student misconceptions on quadrilateral properties. Changes in student misconceptions can also be seen from tests that have improved
Keywords: Conceptual Understanding Procedures (CUPs), misconception, quadrilateral
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemahaman konsep awal dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer dan direct instruction, serta menganalisis interaksi antara model pembelajaran dengan pemahaman konsep awal siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model advance organizer lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dibandingkan model direct instruction, dan sis
Unit ini membincangkan bentuk 2-dimensi dan 3-dimensi, termasuk ciri-ciri dan contoh bentuk 2D seperti poligon dan bentuk 3D seperti polihedron, prisma, dan piramid. Cadangan untuk mengajar tajuk ini termasuk menyediakan bahan bantu belajar seperti bongkah bentuk dan gambar di bilik matematik untuk membantu pemahaman murid.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang persamaan linear satu variabel melalui metode pembelajaran elaborasi sistem peta konsep di SMP IT Ar-Rahman Islamic School Bantargebang, Bekasi."
Teknik lewi meningkatkan kemahiran pelajar menulis formula kamiran luasMagdalene Lim
Ringkasan:
1. Kajian ini bertujuan meningkatkan kemahiran pelajar dalam menulis formula kamiran untuk mencari luas antara lengkung dengan menggunakan teknik LE-WI.
2. Teknik LE-WI menggunakan konsep luas segiempat tepat untuk membentuk formula kamiran luas antara dua lengkung.
3. Ujian pra menunjukkan 62% pelajar salah menulis formula kamiran manakala 25% mendapat nilai lu
Dokumen ini membahas penelitian tentang pemahaman konsep matematika siswa pada materi geometri dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di SMP Negeri 14 Palembang. Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar siswa (54,1%) memiliki pemahaman konsep matematika yang sangat baik dengan rata-rata nilai 83,11.
Penerapan pembelajaran fisika model latihan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses ilmiah siswa kelas X-4 SMAN 5 Malang Tahun Ajaran 2007/2008. Penelitian tindakan kelas ini menunjukkan peningkatan keterampilan proses ilmiah siswa dan keterlaksanaan pembelajaran model latihan inkuiri setelah siklus I dan II.
Tinjauan pustaka meninjau pengertian momentum dan impuls, hubungan antara momentum dan impuls, hukum kekekalan momentum, dan jenis-jenis tumbukan. Konsep momentum didefinisikan sebagai hasil kali massa dan kecepatan, sementara impuls didefinisikan sebagai hasil kali gaya dan selang waktu. Hukum kekekalan momentum menyatakan bahwa jumlah momentum sebelum dan sesudah tumbukan adalah sama.
Jurnal Artikel Muhammad Badrussya ban.docxLoueMois
1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat miskonsepsi mahasiswa pada materi gaya Lorentz menggunakan soal two-tier beralasan.
2. Hasilnya menunjukkan tingkat miskonsepsi mahasiswa pada materi ini cukup tinggi, terutama dalam soal perbandingan gaya Lorentz pada dua kawat lurus.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan profil miskonsepsi mahasiswa secara terperinci pada
Penelitian ini bertujuan mengembangkan instrumen tes diagnostik untuk mengungkap miskonsepsi siswa SMA kelas XI pada materi Fluida dan Teori Kinetik Gas. Peneliti mengembangkan 56 butir soal melalui validasi teoritis dan uji coba, yang menghasilkan instrumen berupa soal pilihan ganda dengan alasan terbuka sebanyak 33 butir untuk setiap tipe soal. Instrumen tersebut memiliki reliabilitas cukup untuk mengung
Artikel ini berisi hasil Penelitian Tindakan Kelas pada mata pelajaran Fisika dengan menggunakan metode Experimen. Untuk artikel yang lainnya : https://www.facebook.com/RMT-BookStore-414768045235149/
Kimia adalah salah satu cabang yang paling penting dari ilmu pengetahuanMasiv Rcm
Kimia merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa karena banyak menggabungkan konsep-konsep abstrak. Siswa memiliki kesulitan memahami konsep-konsep kimia yang abstrak ini dan cenderung memiliki konsepsi alternatif. Pengajaran dan penilaian kimia saat ini juga dianggap bermasalah karena terlalu berfokus pada pengetahuan deklaratif dan keterampilan menghafal definisi konsep.
Penelitian ini mengungkap miskonsepsi siswa menengah di Turki tentang materi Partikel Alam (PNM) dilihat dari perspektif ontologi. Peneliti menemukan bahwa siswa kesulitan menghubungkan sifat makroskopis dan mikroskopis secara tepat sesuai kategori ontologinya, seperti menghubungkan sifat atom dengan daun. Kesalahpahaman ini terjadi karena ketidakcocokan antara kateg
Dokumen tersebut membahas pendekatan pembelajaran dalam pembelajaran kimia. Beberapa pendekatan yang dibahas antara lain pendekatan konsep, pendekatan keterampilan proses, dan pendekatan lingkungan. Pendekatan konsep memberi kesempatan siswa untuk berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep kimia. Pendekatan keterampilan proses bertujuan mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
Tiga kelompok strategi pemecahan masalah stoikiometri berdasarkan persamaan kimia diidentifikasi yaitu metode mol, metode perbandingan, dan metode campuran. Struktur pengetahuan siswa berbeda antara kelompok yang menggunakan strategi dan yang tidak, dengan kelompok strategi menunjukkan pengetahuan lebih terfokus pada algoritma dibanding konsep.
Studi ini mengintegrasikan remediasi miskonsepsi tentang gelombang melalui model pembelajaran generatif untuk mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan hasil belajar siswa. Hasilnya menunjukkan penurunan signifikan konsep siswa dan jumlah siswa yang salah konsep, serta peningkatan hasil belajar dan pengurangan miskonsepsi yang tinggi dengan model pembelajaran ini.
Dokumen tersebut membahas latar belakang masalah rendahnya penguasaan konsep fisika siswa. Metode pembelajaran konvensional kurang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Model pembelajaran berbasis masalah (PBL) diusulkan untuk mengatasi hal tersebut dengan menghadirkan masalah yang harus diselesaikan siswa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas PBL dalam meningkat
Dokumen ini membahas latar belakang penggunaan pendekatan problem posing dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendekatan mana yang lebih efektif antara pendekatan problem posing berbasis aktivitas dan pendekatan konvensional. Hipotesis penelitian adalah bahwa pendekatan problem posing berbasis aktivitas akan meningkatkan prestasi belajar fisika siswa.
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Salah satu tujuan pendidikan fisika di sekolah adalah agar peserta didik
dapat memahami sejumlah (a modest amount) konsep dan dapat menerapkan atau
mengaplikasikan konsep-konsep itu secara fleksibel (Reif, 1995). Seperti
diketahui untuk dapat mendeskripsikan dan menerangkan gejala alam, orang
membangun konsep (Holton & Rollev, 1958; Mannoia, 1980). Konsep-konsep itu
biasanya diberi label dengan istilah-istilah yang terdapat dalam kehidupan sehari-
hari tetapi diberi “arti khusus”. Sebagai contoh, untuk mendeskripsikan interaksi
antar benda, fisikawan membangun konsep “gaya”. Dalam sehari-hari dikenal
ungkapan-ungkapan seperti “gaya bicara”, “gaya bahasa”, atau “gaya kupu-kupu”
dalam berenang. Kata gaya dalam ungkapan sehari-hari dapat berarti ragam atau
cara melakukan, yang berbeda dengan arti gaya dalam fisika. Contoh lain untuk
mendeskripsikan gerak benda-benda, fisikawan membangun konsep ‘kecepatan”
dan “laju”. Dalam kehidupan sehari-hari orang tidak membedakan arti laju dan
kecepatan, sedang dalam fisika laju dibedakan dari kecepatan. Jadi, dapat
dikatakan bahwa memahami atau menguasai konsep fisika dapat diartikan dapat
menangkap “arti khusus” yang tersirat dalam istilah yang menjadi label itu. “Arti
khusus” dari konsep itu sering disebut “arti fisis” sebuah konsep. Diharapkan, bila
peserta didik telah memahami atau bahkan menghayati “arti khusus” sebuah
konsep, maka yang bersangkutan dapat menerapkan konsep itu secara fleksibel
1
2. atau dalam situasi yang berbeda-beda, terutama dengan situasi ketika konsep itu
diajarkan oleh guru.
Di sekolah, kemampuan peserta didik untuk memahami arti khusus dari
konsep fisika biasanya diukur dengan soal-soal yang umumnya bersifat
kuantitatif. Jika dikaji soal-soal yang biasa digunakan dalam Evaluasi Bersama
Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) atau Ujian Nasional (UN) dari tahun 1991
hingga 2008 sebagian besar bersifat kuantitatif dan sedikit yang bersifat kualitatif.
Soal-soal EBTANAS yang bersifat kualitatif paling banyak 24% dari 50 butir soal
terdapat pada tes EBTANAS tahun 1995 dan 1998. Soal-soal UN 2008 yang
bersifat kualitatif hanya 7,5% dari 40 butir soal. Diasumsikan jika peserta didik
sudah dapat mengerjakan soal-soal fisika yang bersifat kuantitatif, maka berarti
sudah dapat menangkap arti khusus dari konsep fisika.
Penelitian yang dilakukan oleh Kim dan Pak (2002), menunjukkan
banyak mahasiswa tahun pertama di Departemen Pendidikan Fisika Seoul
National University, mengalami kesulitan konseptual terhadap mekanika dasar
(basic mechanics). Padahal mahasiswa tersebut telah mengerjakan banyak soal
latihan tradisional (bersifat hitungan) ketika persiapan masuk ke perguruan tinggi.
Soal yang pernah dikerjakan oleh para mahasiswa tersebut berkisar 300 sampai
2900 dengan rata-rata berkisar pada 1500. Selain itu investigasi yang dilakukan
oleh Mazur (Allain, 2001) menunjukkan bahwa skor rata-rata siswa terhadap
masalah konseptual lebih rendah dari pada skor rata-ratanya terhadap masalah
hitungan. Hal ini mungkin disebabkan karena pekerjaan memecahkan soal itu
seperti pekerjaan mekanis yang hanya “memasukkan” angka dalam rumus tertentu
2
3. tanpa memahami atau menghayati “arti fisis” yang terkandung dalam konsep atau
rumus itu. Hal ini sering terjadi terutama bila konstruksi soal itu kurang baik.
Penelitian ini mencoba mengembangkan alat ukur untuk mengetahui
apakah peserta didik di sekolah menengah dapat memahami konsep atau arti fisis
dari konsep-konsep fisika. Alat ukur yang dikembangkan diharapkan dapat
mengungkap pemahaman konsep fisika siswa SMA lebih mendalam dibandingkan
soal-soal yang digunakan selama ini. Alat ukur ini dikembangkan melalui
penelitian dan pengembangan.
Alat ukur pemahaman konsep yang dikembangkan oleh para peneliti
pendidikan fisika berupa tes pilihan ganda bersifat pemahaman. Instrumen ini
ternyata menjadi modal yang berharga bagi komunitas Physics Education
Research (PER), seperti digunakan secara luas di dalam penelitian aspek
pengembangan kurikulum (Allain, 2001). Tes pemahaman konsep yang terkenal
adalah Force Concept Inventory disingkat FCI (Hestenes, et al.,1992) dan Test of
Understanding Graphs-Kinematics disingkat TUG-K (Beichner, 1994). FCI dan
TUG-K telah digunakan secara luas dan telah memberikan cara baru
mengevaluasi pemahaman konsep siswa (Engelhardt & Beichner, 2004).
Tes serupa juga telah dikembangkan dalam bidang termodinamika, listrik
dan magnet. Tes dalam bidang termodinamika dikembangkan oleh Yeo dan
Zadnik (2001). Tes ini dikenal dengan sebutan Thermal Concept Evaluation
disingkat TCE. TCE yang didesain secara khusus untuk menguji sekitar
pemahaman konsep termodinamika bagi siswa berumur 15–18 tahun. Pertanyaan-
pertanyaan TCE adalah berkisar kejadian sehari-hari yang dialami siswa (Yeo &
3
4. Zadnik, 2001). Tes untuk konsep listrik dan magnet yang dikenal adalah
Conceptual Survey of Electricity and Magnetism disingkat CSEM (Maloney, et
al., 2001) dan Determining and Interpretating Resistive Electric Circuits
Concepts disingkat DIRECT (Engelhardt & Beichner, 2004). DIRECT digunakan
untuk mengevaluasi pemahaman siswa tentang konsep rangkaian listrik resistive
arus searah, sedangkan CSEM merupakan kombinasi tes konsepsi alternatif dan
pengetahuan siswa, dan tidak dikembangkan untuk tes konsepsi alternatif itu
sendiri.
Para peneliti dalam mengidentifikasi konsepsi anternatif atau miskonsepsi
siswa didasarkan pada hasil tes dan hasil interviu. Interviu dilakukan terhadap
beberapa peserta tes sekitar pilihan jawaban dan alasan atas pilihan jawabannya.
Cara lain untuk mendapatkan informasi pemahaman konsep siswa dengan
meminta siswa memberikan alasan secara tertulis atas pilihan jawabannya.
Dengan mengetahui pemahaman konsep siswa dan kesulitan yang dialami siswa,
guru diharapkan dapat membantu siswa mengatasi kesulitan dan permasalahannya
dalam mempelajari fisika. Membiasakan siswa memahami konsep lebih baik
daripada menghafal rumus fisika. Jika siswa memahami konsep atau sejumlah
konsep, maka ia dapat menggunakannya untuk menganalisis dan menalar tentang
keadaan yang lebih kompleks (Dufresne & Gerace, 2004).
Pertanyaan-pertanyaan dalam tes pemahaman konsep bersifat kualitatif.
Pertanyaan-pertanyaan kualitatif dimaksudkan untuk memperkenalkan konsep dan
mengurangi penggunaan rumus matematika yang rumit. Mengurangi penggunaan
rumus matematika yang rumit diharapkan dapat menghilangkan kesan bahwa
4
5. fisika sangat sulit. Tes pemahaman konsep diharapkan dapat memotivasi siswa
tidak hanya menghafal rumus fisika tetapi juga belajar memahami konsep dengan
benar.
B. Perumusan Masalah Penelitian
Latar belakang di atas menunjukkan perlu dikembangkan asesmen untuk
mengetahui apakah peserta didik di sekolah menengah dapat memahami konsep
atau arti fisis dari konsep-konsep fisika. Yang menjadi perhatian dalam
pengembangan alat ukur ini adalah bagaimana bentuk asesmen dan bagaimana
prinsip-prinsip pengembangannya. Untuk dapat mencapai rencana penelitian ini
dikembangkan tes pemahaman konsep tentang konsep listrik dinamis. Ada
beberapa alasan memilih konsep listrik: (1) Konsep listrik banyak diterapkan
dalam bidang teknologi elektronika. Reif (1995) menyatakan bahwa menghafal
atau pemahaman yang buruk terhadap konsep fisika hanya sedikit memberikan
manfaat dalam kemajuan teknologi yang perubahannya begitu cepat dan
kompleks.; (2) Konsep listrik memerlukan pemahaman konsep bidang lainnya
seperti gaya, gerak dan energi (Maloney, et al., 2001); (3) Banyak siswa fisika
lebih sukar memahami konsep rangkaian listrik daripada konsep mekanika dasar
(Pfister, 2004); (4) Hasil penelitian yang dilakukan Rosenthal & Henderson
(2006) menunjukkan bahwa siswa yang mengambil fisika dasar (introductory
physics) sering gagal mengembangkan model konsep koheren tentang rangkaian
listrik.
5
6. Berkaitan dengan upaya mengembangkan asesmen yang dapat mengukur
dengan akurat pemahaman konsep atau arti fisis konsep-konsep fisika siswa SMA,
maka yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah asesmen yang
bagaimana yang dapat mengukur pemahaman konsep fisika siswa SMA? Agar
penelitian menjadi lebih terarah maka masalah utama ini diuraikan dalam
beberapa sub masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mengkonstruksi tes pemahaman konsep listrik dan kemampuan
berpikir kualitatif bagi siswa SMA ?
2. Bagaimana karakteristik butir soal dan perangkat tes tersebut ?
3. Adakah perbedaan yang signifikan antara hasil tes pemahaman konsep dengan
hasil tes hitungan?
4. Adakah hubungan pemahaman konsep siswa dengan kemampuannya
mengerjakan soal hitungan ?
5. Adakah perbedaan yang signifikan menurut gender mengerjakan tes ini ?
6. Bagaimana prinsip-prinsip pengembangan tes pemahaman konsep fisika dan
kemampuan berpikir kualitatif bagi siswa SMA ?
7. Miskonsepsi siswa apa saja yang dapat diungkap dengan tes ini ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang diuraikan
di atas maka tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan asesmen yang
dapat digunakan mengukur pemahaman konsep fisika siswa dan berdasarkan
6
7. pengembangan asesmen ini diperoleh prinsip dan cara mengembangkan asesmen
pemahaman konsep fisika. Tujuan khusus penelitian ini adalah
1. Mengembangkan tes pemahaman konsep listrik dan kemampuan berpikir
kualitatif bagi siswa SMA.
2. Menyelidiki karakteristik butir soal dan perangkat soal tes tersebut.
3. Membandingkan hasil tes pemahaman konsep dengan hasil tes hitungan
4. Melihat hubungan pemahaman konsep siswa dengan kemampuannya
mengerjakan soal hitungan
5. Membandingkan hasil tes pemahaman konsep siswa menurut gender.
6. Mengembangkan prinsip-prinsip menyusun tes pemahaman konsep fisika dan
kemampuan berpikir kualitatif bagi siswa SMA.
7. Mengidentifikasi miskonsepsi siswa terhadap konsep listrik dinamis.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan informasi prinsip-prinsip pengembangan
asesmen dan bentuk tes pemahaman konsep fisika bagi siswa SMA, dan juga
memberikan informasi miskonsepsi siswa terhadap konsep listrik dinamis.
Penelitian ini dapat memberikan manfaat teoritis dengan diperolehnya prinsip-
prinsip pengembangan asesmen pemahaman konsep fisika berserta karateristik tes
pemahaman konsep fisika. Manfaat praktis hasil penelitian ini bagi peneliti
pendidikan fisika dan guru-guru fisika adalah diperolehnya tes pemahaman
konsep yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, yang dapat digunakan sebagai
instrumen penelitian dan digunakan untuk mediagnosis pemahaman konsep siswa
7
8. sebelum dilakukan proses belajar mengajar. Manfaat praktis bagi siswa adalah
terlatihnya siswa dalam memahami konsep dan berpikir kualitatif. Bagi penulis
buku teks fisika SMA memberikan contoh-contoh soal yang relevan dengan
pemahaman konsep siswa.
E. Kerangka Penelitian
Kerangka berpikir dalam merencanakan penelitian ini didasarkan terhadap:
(1) Tujuan pendidikan fisika; (2) alat ukur yang digunakan untuk mengukur tujuan
pendidikan fisika; dan (3) Cara belajar siswa dan cara guru mengajar. Kerangka
berpikir penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.1. Tujuan pembelajaran fisika
adalah untuk memperbaiki kemampuan siswa menerapkan konsep-konsep fisika
untuk menyelesaikan soal kualitatif dan kuantitatif (Dufresne & Gerace, 2004).
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tujuan pendidikan fisika adalah tes
tertulis yang kebanyakan butir soalnya bersifat kuantitatif atau hitungan. Siswa
yang dapat mengerjakan soal hitungan diasumsikan memahami konsep. Untuk
mengetahui apakah siswa betul-betul memahami konsep diperlukan tes khusus
untuk menguji pemahaman konsep siswa.
Tes yang digunakan selama ini telah memberikan dampak terhadap cara
siswa belajar dan cara guru mengajar. Guru sering kali memberikan contoh soal
yang bersifat hitungan kepada siswa dan siswa cendrung belajar menghafal rumus
dan cara-cara mengerjakan berbagai variasi soal serta kurang memahami konsep.
Siswa akan termotivasi belajar memahami konsep dan meningkatkan kemampuan
berpikir kualitatifnya, apabila soal-soal yang diberikan kepadanya bersifat
8
9. Tujuan Pendidikan Fisika: Memahami
konsep dan mengaplikasikan secara
fleksibel
Alat ukur yang
digunakan
Soal-soal Tes Fisika (UN & SPMB)
Bersifat kuantitatif atau hitungan
Dapat
Mengerjakan
Berarti memahami
konsep
Dampaknya
Siswa menghafal Cara siwa belajar dan Siswa kurang
rumus cara guru mengajar memahami konsep
Pengembangan Alat Ukur
Pemahaman Konsep
Tes Pemahaman
Konsep Valid &
Reliabel
Memotivasi siswa Guru dapat
belajar memahami mengungkap dan
konsep atau mengatasi kesulitan
memahami arti fisis konseptual siswanya
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Penelitian
pemahaman konsep. Pemahaman konsep yang dimaksud di sini adalah
kemampuan siswa di dalam memahami arti fisis dan mengaplikasikan konsep
secara fleksibel. Mengaplikasikan konsep secara fleksibel berkenaan dengan
9
10. kemampuan dasar menginterpretasikan konsep-konsep ilmiah, mendeskripsikan
konsep secara efektif dan mengorganisasikannya secara efektif (Reif, 1995).
Kemampuan berpikir kualitatif yang dimaksud adalah kemampuan
membandingkan dan memprediksi secara kualitatif, seperti menyatakan lebih
besar, lebih kecil, sama besar, sama terang dan lebih terang.
10