SlideShare a Scribd company logo
BAB I
                                 PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Penelitian

       Salah satu tujuan pendidikan fisika di sekolah adalah agar peserta didik

dapat memahami sejumlah (a modest amount) konsep dan dapat menerapkan atau

mengaplikasikan konsep-konsep itu secara fleksibel (Reif, 1995). Seperti

diketahui untuk dapat mendeskripsikan dan menerangkan gejala alam, orang

membangun konsep (Holton & Rollev, 1958; Mannoia, 1980). Konsep-konsep itu

biasanya diberi label dengan istilah-istilah yang terdapat dalam kehidupan sehari-

hari tetapi diberi “arti khusus”. Sebagai contoh, untuk mendeskripsikan interaksi

antar benda, fisikawan membangun konsep “gaya”. Dalam sehari-hari dikenal

ungkapan-ungkapan seperti “gaya bicara”, “gaya bahasa”, atau “gaya kupu-kupu”

dalam berenang. Kata gaya dalam ungkapan sehari-hari dapat berarti ragam atau

cara melakukan, yang berbeda dengan arti gaya dalam fisika. Contoh lain untuk

mendeskripsikan gerak benda-benda, fisikawan membangun konsep ‘kecepatan”

dan “laju”. Dalam kehidupan sehari-hari orang tidak membedakan arti laju dan

kecepatan, sedang dalam fisika laju dibedakan dari kecepatan. Jadi, dapat

dikatakan bahwa memahami atau menguasai konsep fisika dapat diartikan dapat

menangkap “arti khusus” yang tersirat dalam istilah yang menjadi label itu. “Arti

khusus” dari konsep itu sering disebut “arti fisis” sebuah konsep. Diharapkan, bila

peserta didik telah memahami atau bahkan menghayati “arti khusus” sebuah

konsep, maka yang bersangkutan dapat menerapkan konsep itu secara fleksibel




                                                                                 1
atau dalam situasi yang berbeda-beda, terutama dengan situasi ketika konsep itu

diajarkan oleh guru.

       Di sekolah, kemampuan peserta didik untuk memahami arti khusus dari

konsep fisika biasanya diukur dengan soal-soal yang umumnya bersifat

kuantitatif. Jika dikaji soal-soal yang biasa digunakan dalam Evaluasi Bersama

Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) atau Ujian Nasional (UN) dari tahun 1991

hingga 2008 sebagian besar bersifat kuantitatif dan sedikit yang bersifat kualitatif.

Soal-soal EBTANAS yang bersifat kualitatif paling banyak 24% dari 50 butir soal

terdapat pada tes EBTANAS tahun 1995 dan 1998. Soal-soal UN 2008 yang

bersifat kualitatif hanya 7,5% dari 40 butir soal. Diasumsikan jika peserta didik

sudah dapat mengerjakan soal-soal fisika yang bersifat kuantitatif, maka berarti

sudah dapat menangkap arti khusus dari konsep fisika.

       Penelitian yang dilakukan oleh Kim dan Pak             (2002), menunjukkan

banyak mahasiswa tahun pertama di Departemen Pendidikan Fisika                 Seoul

National University, mengalami kesulitan konseptual terhadap mekanika dasar

(basic mechanics). Padahal mahasiswa tersebut telah mengerjakan banyak soal

latihan tradisional (bersifat hitungan) ketika persiapan masuk ke perguruan tinggi.

Soal yang pernah dikerjakan oleh para mahasiswa tersebut berkisar 300 sampai

2900 dengan rata-rata berkisar pada 1500. Selain itu investigasi yang dilakukan

oleh Mazur (Allain, 2001) menunjukkan bahwa skor rata-rata siswa terhadap

masalah konseptual lebih rendah dari pada skor rata-ratanya terhadap masalah

hitungan. Hal ini mungkin disebabkan karena pekerjaan memecahkan soal itu

seperti pekerjaan mekanis yang hanya “memasukkan” angka dalam rumus tertentu




                                                                                   2
tanpa memahami atau menghayati “arti fisis” yang terkandung dalam konsep atau

rumus itu. Hal ini sering terjadi terutama bila konstruksi soal itu kurang baik.

       Penelitian ini mencoba mengembangkan alat ukur untuk mengetahui

apakah peserta didik di sekolah menengah dapat memahami konsep atau arti fisis

dari konsep-konsep fisika. Alat ukur yang dikembangkan diharapkan dapat

mengungkap pemahaman konsep fisika siswa SMA lebih mendalam dibandingkan

soal-soal yang digunakan selama ini. Alat ukur ini dikembangkan melalui

penelitian dan pengembangan.

       Alat ukur pemahaman konsep yang dikembangkan oleh para peneliti

pendidikan fisika berupa tes pilihan ganda bersifat pemahaman. Instrumen ini

ternyata menjadi modal yang berharga bagi komunitas Physics Education

Research (PER), seperti digunakan secara luas di dalam penelitian aspek

pengembangan kurikulum (Allain, 2001). Tes pemahaman konsep yang terkenal

adalah Force Concept Inventory disingkat FCI (Hestenes, et al.,1992) dan Test of

Understanding Graphs-Kinematics disingkat TUG-K (Beichner, 1994). FCI dan

TUG-K telah digunakan secara luas dan telah memberikan cara baru

mengevaluasi pemahaman konsep siswa (Engelhardt & Beichner, 2004).

       Tes serupa juga telah dikembangkan dalam bidang termodinamika, listrik

dan magnet. Tes dalam bidang termodinamika dikembangkan oleh                Yeo dan

Zadnik (2001). Tes ini dikenal dengan sebutan Thermal Concept Evaluation

disingkat TCE. TCE yang          didesain secara khusus untuk menguji sekitar

pemahaman konsep termodinamika bagi siswa berumur 15–18 tahun. Pertanyaan-

pertanyaan TCE adalah berkisar kejadian sehari-hari yang dialami siswa (Yeo &




                                                                                   3
Zadnik, 2001). Tes untuk konsep listrik dan magnet yang dikenal adalah

Conceptual Survey of Electricity and Magnetism disingkat CSEM (Maloney, et

al., 2001) dan Determining and Interpretating Resistive Electric Circuits

Concepts disingkat DIRECT (Engelhardt & Beichner, 2004). DIRECT digunakan

untuk mengevaluasi pemahaman siswa tentang konsep rangkaian listrik resistive

arus searah, sedangkan CSEM merupakan kombinasi tes konsepsi alternatif dan

pengetahuan siswa, dan tidak dikembangkan untuk tes konsepsi alternatif itu

sendiri.

           Para peneliti dalam mengidentifikasi konsepsi anternatif atau miskonsepsi

siswa didasarkan pada hasil tes dan hasil interviu. Interviu dilakukan terhadap

beberapa peserta tes sekitar pilihan jawaban dan alasan atas pilihan jawabannya.

Cara lain untuk mendapatkan informasi pemahaman konsep siswa dengan

meminta siswa memberikan alasan secara tertulis atas pilihan jawabannya.

Dengan mengetahui pemahaman konsep siswa dan kesulitan yang dialami siswa,

guru diharapkan dapat membantu siswa mengatasi kesulitan dan permasalahannya

dalam mempelajari fisika. Membiasakan siswa memahami konsep lebih baik

daripada menghafal rumus fisika. Jika siswa memahami konsep atau sejumlah

konsep, maka ia dapat menggunakannya untuk menganalisis dan menalar tentang

keadaan yang lebih kompleks (Dufresne & Gerace, 2004).

           Pertanyaan-pertanyaan dalam tes pemahaman konsep bersifat kualitatif.

Pertanyaan-pertanyaan kualitatif dimaksudkan untuk memperkenalkan konsep dan

mengurangi penggunaan rumus matematika yang rumit. Mengurangi penggunaan

rumus matematika yang rumit diharapkan dapat menghilangkan kesan bahwa




                                                                                  4
fisika sangat sulit. Tes pemahaman konsep diharapkan dapat memotivasi siswa

tidak hanya menghafal rumus fisika tetapi juga belajar memahami konsep dengan

benar.



B. Perumusan Masalah Penelitian

           Latar belakang di atas menunjukkan perlu dikembangkan asesmen untuk

mengetahui apakah peserta didik di sekolah menengah dapat memahami konsep

atau arti fisis dari konsep-konsep fisika. Yang menjadi perhatian dalam

pengembangan alat ukur ini adalah bagaimana bentuk asesmen dan bagaimana

prinsip-prinsip pengembangannya. Untuk dapat mencapai rencana penelitian ini

dikembangkan tes pemahaman konsep tentang          konsep listrik dinamis. Ada

beberapa alasan memilih konsep listrik: (1) Konsep listrik banyak diterapkan

dalam bidang teknologi elektronika. Reif (1995) menyatakan bahwa menghafal

atau pemahaman yang buruk terhadap konsep fisika hanya sedikit memberikan

manfaat dalam kemajuan teknologi yang perubahannya begitu cepat dan

kompleks.; (2) Konsep listrik memerlukan pemahaman konsep bidang lainnya

seperti gaya, gerak dan energi (Maloney, et al., 2001); (3) Banyak siswa fisika

lebih sukar memahami konsep rangkaian listrik daripada konsep mekanika dasar

(Pfister, 2004); (4) Hasil penelitian yang dilakukan Rosenthal & Henderson

(2006) menunjukkan bahwa siswa yang mengambil fisika dasar (introductory

physics) sering gagal mengembangkan model konsep koheren tentang rangkaian

listrik.




                                                                             5
Berkaitan dengan upaya mengembangkan asesmen yang dapat mengukur

dengan akurat pemahaman konsep atau arti fisis konsep-konsep fisika siswa SMA,

maka yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah asesmen yang

bagaimana yang dapat mengukur pemahaman konsep fisika siswa SMA? Agar

penelitian menjadi lebih terarah maka masalah utama ini diuraikan dalam

beberapa sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengkonstruksi tes pemahaman konsep listrik dan kemampuan

   berpikir kualitatif bagi siswa SMA ?

2. Bagaimana karakteristik butir soal dan perangkat tes tersebut ?

3. Adakah perbedaan yang signifikan antara hasil tes pemahaman konsep dengan

   hasil tes hitungan?

4. Adakah hubungan pemahaman konsep siswa dengan kemampuannya

   mengerjakan soal hitungan ?

5. Adakah perbedaan yang signifikan menurut gender mengerjakan tes ini ?

6. Bagaimana prinsip-prinsip pengembangan tes pemahaman konsep fisika dan

   kemampuan berpikir kualitatif bagi siswa SMA ?

7. Miskonsepsi siswa apa saja yang dapat diungkap dengan tes ini ?



C. Tujuan Penelitian

       Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang diuraikan

di atas maka tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan asesmen yang

dapat digunakan mengukur pemahaman konsep fisika siswa dan berdasarkan




                                                                             6
pengembangan asesmen ini diperoleh prinsip dan cara mengembangkan asesmen

pemahaman konsep fisika. Tujuan khusus penelitian ini adalah

1. Mengembangkan tes pemahaman konsep listrik dan kemampuan berpikir

   kualitatif bagi siswa SMA.

2. Menyelidiki karakteristik butir soal dan perangkat soal tes tersebut.

3. Membandingkan hasil tes pemahaman konsep dengan hasil tes hitungan

4. Melihat hubungan pemahaman konsep siswa dengan kemampuannya

   mengerjakan soal hitungan

5. Membandingkan hasil tes pemahaman konsep siswa menurut gender.

6. Mengembangkan prinsip-prinsip menyusun tes pemahaman konsep fisika dan

   kemampuan berpikir kualitatif bagi siswa SMA.

7. Mengidentifikasi miskonsepsi siswa terhadap konsep listrik dinamis.



D. Manfaat Penelitian

       Penelitian ini akan memberikan informasi prinsip-prinsip pengembangan

asesmen dan bentuk tes pemahaman konsep fisika bagi siswa SMA, dan juga

memberikan informasi miskonsepsi siswa terhadap konsep listrik dinamis.

Penelitian ini dapat memberikan manfaat teoritis dengan diperolehnya prinsip-

prinsip pengembangan asesmen pemahaman konsep fisika berserta karateristik tes

pemahaman konsep fisika. Manfaat praktis hasil penelitian ini bagi peneliti

pendidikan fisika dan guru-guru fisika adalah diperolehnya tes pemahaman

konsep yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, yang dapat digunakan sebagai

instrumen penelitian dan digunakan untuk mediagnosis pemahaman konsep siswa




                                                                                 7
sebelum dilakukan proses belajar mengajar. Manfaat praktis bagi siswa adalah

terlatihnya siswa dalam memahami konsep dan berpikir kualitatif. Bagi penulis

buku teks fisika SMA memberikan contoh-contoh soal yang relevan dengan

pemahaman konsep siswa.



E. Kerangka Penelitian

       Kerangka berpikir dalam merencanakan penelitian ini didasarkan terhadap:

(1) Tujuan pendidikan fisika; (2) alat ukur yang digunakan untuk mengukur tujuan

pendidikan fisika; dan (3) Cara belajar siswa dan cara guru mengajar. Kerangka

berpikir penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.1. Tujuan pembelajaran fisika

adalah untuk memperbaiki kemampuan siswa menerapkan konsep-konsep fisika

untuk menyelesaikan soal kualitatif dan kuantitatif (Dufresne & Gerace, 2004).

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tujuan pendidikan fisika adalah tes

tertulis yang kebanyakan butir soalnya bersifat kuantitatif atau hitungan. Siswa

yang dapat mengerjakan soal hitungan diasumsikan memahami konsep. Untuk

mengetahui apakah siswa betul-betul memahami konsep diperlukan tes khusus

untuk menguji pemahaman konsep siswa.

       Tes yang digunakan selama ini telah memberikan dampak terhadap cara

siswa belajar dan cara guru mengajar. Guru sering kali memberikan contoh soal

yang bersifat hitungan kepada siswa dan siswa cendrung belajar menghafal rumus

dan cara-cara mengerjakan berbagai variasi soal serta kurang memahami konsep.

Siswa akan termotivasi belajar memahami konsep dan meningkatkan kemampuan

berpikir kualitatifnya, apabila soal-soal yang diberikan kepadanya bersifat




                                                                              8
Tujuan Pendidikan Fisika: Memahami
                    konsep dan mengaplikasikan secara
                                fleksibel
                                     Alat ukur yang
                                     digunakan

                    Soal-soal Tes Fisika (UN & SPMB)
                     Bersifat kuantitatif atau hitungan
                                          Dapat
                                        Mengerjakan

                           Berarti memahami
                                konsep

                                      Dampaknya

 Siswa menghafal         Cara siwa belajar dan              Siswa kurang
     rumus                cara guru mengajar              memahami konsep




                         Pengembangan Alat Ukur
                           Pemahaman Konsep


                              Tes Pemahaman
                              Konsep Valid &
                                  Reliabel



   Memotivasi siswa                                       Guru dapat
   belajar memahami                                    mengungkap dan
      konsep atau                                     mengatasi kesulitan
   memahami arti fisis                                konseptual siswanya




                   Gambar 1.1 Bagan Kerangka Penelitian


pemahaman konsep. Pemahaman konsep yang dimaksud di sini adalah

kemampuan siswa di dalam memahami arti fisis dan mengaplikasikan konsep

secara fleksibel. Mengaplikasikan konsep secara fleksibel berkenaan dengan



                                                                            9
kemampuan dasar menginterpretasikan konsep-konsep ilmiah, mendeskripsikan

konsep secara efektif dan mengorganisasikannya secara efektif (Reif, 1995).

Kemampuan       berpikir   kualitatif   yang    dimaksud        adalah   kemampuan

membandingkan dan memprediksi secara kualitatif, seperti menyatakan lebih

besar, lebih kecil, sama besar, sama terang dan lebih terang.




                                                                                10

More Related Content

What's hot

Proposal penilitian
Proposal penilitianProposal penilitian
Proposal penilitian
djoko abimanyu
 
Artikel Academic Writing
Artikel Academic WritingArtikel Academic Writing
Artikel Academic Writing
marselladia
 
5. ptk
5. ptk5. ptk
5. ptk
Asep Hidayat
 
pola argumentasi
pola argumentasipola argumentasi
pola argumentasi
ssuser489844
 
Artikel sugiatno update 2012
Artikel sugiatno update 2012Artikel sugiatno update 2012
Artikel sugiatno update 2012Sugiatno Sakidin
 
Van hiele
Van hieleVan hiele
Van hiele
sri jumainisa
 
Cjr penggunaan turunan (penerapan masalah masalah turunan maksimum dan minimum)
Cjr penggunaan turunan (penerapan masalah masalah turunan maksimum dan minimum)Cjr penggunaan turunan (penerapan masalah masalah turunan maksimum dan minimum)
Cjr penggunaan turunan (penerapan masalah masalah turunan maksimum dan minimum)
Linda Rosita
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 E
Kusdian
 
Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat Ber...
Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat Ber...Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat Ber...
Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat Ber...
anggita ari
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 E
Kusdian
 
Makalah seminar ispi
Makalah seminar ispiMakalah seminar ispi
Makalah seminar ispi
srirejeki345
 
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)  Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
NERRU
 
Ao vs di
Ao vs diAo vs di
Ao vs di
Osas Falcao
 
Aktiviti berasaskan tajuk bentuk dan ruang
Aktiviti berasaskan tajuk bentuk dan ruangAktiviti berasaskan tajuk bentuk dan ruang
Aktiviti berasaskan tajuk bentuk dan ruang
Norazlin Mohd Rusdin
 
Sidang skripsi muji
Sidang skripsi mujiSidang skripsi muji
Sidang skripsi muji
GE CENTRE
 
Teknik lewi meningkatkan kemahiran pelajar menulis formula kamiran luas
Teknik lewi meningkatkan kemahiran pelajar menulis formula kamiran luasTeknik lewi meningkatkan kemahiran pelajar menulis formula kamiran luas
Teknik lewi meningkatkan kemahiran pelajar menulis formula kamiran luas
Magdalene Lim
 
Power point skripsi
Power point skripsiPower point skripsi
Power point skripsi
siskaningsih
 
powerpoint Ujian skripsi (gedelalu.blogspot.com)
powerpoint Ujian skripsi (gedelalu.blogspot.com)powerpoint Ujian skripsi (gedelalu.blogspot.com)
powerpoint Ujian skripsi (gedelalu.blogspot.com)
Lalu Gede Sudarman
 

What's hot (20)

Proposal penilitian
Proposal penilitianProposal penilitian
Proposal penilitian
 
Lporan
LporanLporan
Lporan
 
Artikel Academic Writing
Artikel Academic WritingArtikel Academic Writing
Artikel Academic Writing
 
5. ptk
5. ptk5. ptk
5. ptk
 
pola argumentasi
pola argumentasipola argumentasi
pola argumentasi
 
Artikel sugiatno update 2012
Artikel sugiatno update 2012Artikel sugiatno update 2012
Artikel sugiatno update 2012
 
Van hiele
Van hieleVan hiele
Van hiele
 
Cjr penggunaan turunan (penerapan masalah masalah turunan maksimum dan minimum)
Cjr penggunaan turunan (penerapan masalah masalah turunan maksimum dan minimum)Cjr penggunaan turunan (penerapan masalah masalah turunan maksimum dan minimum)
Cjr penggunaan turunan (penerapan masalah masalah turunan maksimum dan minimum)
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 E
 
Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat Ber...
Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat Ber...Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat Ber...
Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat Ber...
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 E
 
1 st, Try
1 st, Try1 st, Try
1 st, Try
 
Makalah seminar ispi
Makalah seminar ispiMakalah seminar ispi
Makalah seminar ispi
 
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)  Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
 
Ao vs di
Ao vs diAo vs di
Ao vs di
 
Aktiviti berasaskan tajuk bentuk dan ruang
Aktiviti berasaskan tajuk bentuk dan ruangAktiviti berasaskan tajuk bentuk dan ruang
Aktiviti berasaskan tajuk bentuk dan ruang
 
Sidang skripsi muji
Sidang skripsi mujiSidang skripsi muji
Sidang skripsi muji
 
Teknik lewi meningkatkan kemahiran pelajar menulis formula kamiran luas
Teknik lewi meningkatkan kemahiran pelajar menulis formula kamiran luasTeknik lewi meningkatkan kemahiran pelajar menulis formula kamiran luas
Teknik lewi meningkatkan kemahiran pelajar menulis formula kamiran luas
 
Power point skripsi
Power point skripsiPower point skripsi
Power point skripsi
 
powerpoint Ujian skripsi (gedelalu.blogspot.com)
powerpoint Ujian skripsi (gedelalu.blogspot.com)powerpoint Ujian skripsi (gedelalu.blogspot.com)
powerpoint Ujian skripsi (gedelalu.blogspot.com)
 

Similar to D ipa 054686_chapter1

Cjr momentum dan impuls
Cjr momentum dan impulsCjr momentum dan impuls
Cjr momentum dan impuls
Linda Rosita
 
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang TepatMiskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Puji Lestari
 
Jurnal Artikel Muhammad Badrussya ban.docx
Jurnal Artikel Muhammad Badrussya ban.docxJurnal Artikel Muhammad Badrussya ban.docx
Jurnal Artikel Muhammad Badrussya ban.docx
LoueMois
 
Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1
Sugiatno Sakidin
 
Artikel kapita selekta 1
Artikel kapita selekta 1Artikel kapita selekta 1
Artikel kapita selekta 1mamikislami
 
PTK METODE EXPERIMENT
PTK METODE EXPERIMENTPTK METODE EXPERIMENT
PTK METODE EXPERIMENT
Esti Widiawati
 
Kimia adalah salah satu cabang yang paling penting dari ilmu pengetahuan
Kimia adalah salah satu cabang yang paling penting dari ilmu pengetahuanKimia adalah salah satu cabang yang paling penting dari ilmu pengetahuan
Kimia adalah salah satu cabang yang paling penting dari ilmu pengetahuan
Masiv Rcm
 
RPS_Fisika_Dasar_I_Teknik_Kimia_2018_Rev_01 (2).DOCX
RPS_Fisika_Dasar_I_Teknik_Kimia_2018_Rev_01 (2).DOCXRPS_Fisika_Dasar_I_Teknik_Kimia_2018_Rev_01 (2).DOCX
RPS_Fisika_Dasar_I_Teknik_Kimia_2018_Rev_01 (2).DOCX
TrisnaSonjaya
 
Bab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grup
Bab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grupBab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grup
Bab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grupnazihah zuhrotun
 
Analisis Jurnal 1 mujahid imam muttaqin 1906868
Analisis Jurnal 1 mujahid imam muttaqin 1906868Analisis Jurnal 1 mujahid imam muttaqin 1906868
Analisis Jurnal 1 mujahid imam muttaqin 1906868
Mujahid Imam Muttaqin
 
Susiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaran
Susiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaranSusiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaran
Susiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaran
Fheby Chem'
 
Bab i awal
Bab i awalBab i awal
Bab i awal
anakrajeg
 
3842 8495-1-sm
3842 8495-1-sm3842 8495-1-sm
3842 8495-1-sm
riko45
 
Jurnal stoikiometri (translete)
Jurnal stoikiometri (translete)Jurnal stoikiometri (translete)
Jurnal stoikiometri (translete)
Pujiati Puu
 
J1 f111019 abdul hadi
J1 f111019 abdul hadiJ1 f111019 abdul hadi
J1 f111019 abdul hadi
bankir212
 
42622-75676629363-1-SM.pdf
42622-75676629363-1-SM.pdf42622-75676629363-1-SM.pdf
42622-75676629363-1-SM.pdf
DewiVatikaSari
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
uud efendi
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
semua17an
 

Similar to D ipa 054686_chapter1 (20)

Cjr momentum dan impuls
Cjr momentum dan impulsCjr momentum dan impuls
Cjr momentum dan impuls
 
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang TepatMiskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
 
112.meor
112.meor112.meor
112.meor
 
Jurnal Artikel Muhammad Badrussya ban.docx
Jurnal Artikel Muhammad Badrussya ban.docxJurnal Artikel Muhammad Badrussya ban.docx
Jurnal Artikel Muhammad Badrussya ban.docx
 
Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1
 
Artikel kapita selekta 1
Artikel kapita selekta 1Artikel kapita selekta 1
Artikel kapita selekta 1
 
PTK METODE EXPERIMENT
PTK METODE EXPERIMENTPTK METODE EXPERIMENT
PTK METODE EXPERIMENT
 
Kimia adalah salah satu cabang yang paling penting dari ilmu pengetahuan
Kimia adalah salah satu cabang yang paling penting dari ilmu pengetahuanKimia adalah salah satu cabang yang paling penting dari ilmu pengetahuan
Kimia adalah salah satu cabang yang paling penting dari ilmu pengetahuan
 
RPS_Fisika_Dasar_I_Teknik_Kimia_2018_Rev_01 (2).DOCX
RPS_Fisika_Dasar_I_Teknik_Kimia_2018_Rev_01 (2).DOCXRPS_Fisika_Dasar_I_Teknik_Kimia_2018_Rev_01 (2).DOCX
RPS_Fisika_Dasar_I_Teknik_Kimia_2018_Rev_01 (2).DOCX
 
Profosal nifa
Profosal nifaProfosal nifa
Profosal nifa
 
Bab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grup
Bab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grupBab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grup
Bab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grup
 
Analisis Jurnal 1 mujahid imam muttaqin 1906868
Analisis Jurnal 1 mujahid imam muttaqin 1906868Analisis Jurnal 1 mujahid imam muttaqin 1906868
Analisis Jurnal 1 mujahid imam muttaqin 1906868
 
Susiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaran
Susiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaranSusiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaran
Susiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaran
 
Bab i awal
Bab i awalBab i awal
Bab i awal
 
3842 8495-1-sm
3842 8495-1-sm3842 8495-1-sm
3842 8495-1-sm
 
Jurnal stoikiometri (translete)
Jurnal stoikiometri (translete)Jurnal stoikiometri (translete)
Jurnal stoikiometri (translete)
 
J1 f111019 abdul hadi
J1 f111019 abdul hadiJ1 f111019 abdul hadi
J1 f111019 abdul hadi
 
42622-75676629363-1-SM.pdf
42622-75676629363-1-SM.pdf42622-75676629363-1-SM.pdf
42622-75676629363-1-SM.pdf
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 

D ipa 054686_chapter1

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu tujuan pendidikan fisika di sekolah adalah agar peserta didik dapat memahami sejumlah (a modest amount) konsep dan dapat menerapkan atau mengaplikasikan konsep-konsep itu secara fleksibel (Reif, 1995). Seperti diketahui untuk dapat mendeskripsikan dan menerangkan gejala alam, orang membangun konsep (Holton & Rollev, 1958; Mannoia, 1980). Konsep-konsep itu biasanya diberi label dengan istilah-istilah yang terdapat dalam kehidupan sehari- hari tetapi diberi “arti khusus”. Sebagai contoh, untuk mendeskripsikan interaksi antar benda, fisikawan membangun konsep “gaya”. Dalam sehari-hari dikenal ungkapan-ungkapan seperti “gaya bicara”, “gaya bahasa”, atau “gaya kupu-kupu” dalam berenang. Kata gaya dalam ungkapan sehari-hari dapat berarti ragam atau cara melakukan, yang berbeda dengan arti gaya dalam fisika. Contoh lain untuk mendeskripsikan gerak benda-benda, fisikawan membangun konsep ‘kecepatan” dan “laju”. Dalam kehidupan sehari-hari orang tidak membedakan arti laju dan kecepatan, sedang dalam fisika laju dibedakan dari kecepatan. Jadi, dapat dikatakan bahwa memahami atau menguasai konsep fisika dapat diartikan dapat menangkap “arti khusus” yang tersirat dalam istilah yang menjadi label itu. “Arti khusus” dari konsep itu sering disebut “arti fisis” sebuah konsep. Diharapkan, bila peserta didik telah memahami atau bahkan menghayati “arti khusus” sebuah konsep, maka yang bersangkutan dapat menerapkan konsep itu secara fleksibel 1
  • 2. atau dalam situasi yang berbeda-beda, terutama dengan situasi ketika konsep itu diajarkan oleh guru. Di sekolah, kemampuan peserta didik untuk memahami arti khusus dari konsep fisika biasanya diukur dengan soal-soal yang umumnya bersifat kuantitatif. Jika dikaji soal-soal yang biasa digunakan dalam Evaluasi Bersama Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) atau Ujian Nasional (UN) dari tahun 1991 hingga 2008 sebagian besar bersifat kuantitatif dan sedikit yang bersifat kualitatif. Soal-soal EBTANAS yang bersifat kualitatif paling banyak 24% dari 50 butir soal terdapat pada tes EBTANAS tahun 1995 dan 1998. Soal-soal UN 2008 yang bersifat kualitatif hanya 7,5% dari 40 butir soal. Diasumsikan jika peserta didik sudah dapat mengerjakan soal-soal fisika yang bersifat kuantitatif, maka berarti sudah dapat menangkap arti khusus dari konsep fisika. Penelitian yang dilakukan oleh Kim dan Pak (2002), menunjukkan banyak mahasiswa tahun pertama di Departemen Pendidikan Fisika Seoul National University, mengalami kesulitan konseptual terhadap mekanika dasar (basic mechanics). Padahal mahasiswa tersebut telah mengerjakan banyak soal latihan tradisional (bersifat hitungan) ketika persiapan masuk ke perguruan tinggi. Soal yang pernah dikerjakan oleh para mahasiswa tersebut berkisar 300 sampai 2900 dengan rata-rata berkisar pada 1500. Selain itu investigasi yang dilakukan oleh Mazur (Allain, 2001) menunjukkan bahwa skor rata-rata siswa terhadap masalah konseptual lebih rendah dari pada skor rata-ratanya terhadap masalah hitungan. Hal ini mungkin disebabkan karena pekerjaan memecahkan soal itu seperti pekerjaan mekanis yang hanya “memasukkan” angka dalam rumus tertentu 2
  • 3. tanpa memahami atau menghayati “arti fisis” yang terkandung dalam konsep atau rumus itu. Hal ini sering terjadi terutama bila konstruksi soal itu kurang baik. Penelitian ini mencoba mengembangkan alat ukur untuk mengetahui apakah peserta didik di sekolah menengah dapat memahami konsep atau arti fisis dari konsep-konsep fisika. Alat ukur yang dikembangkan diharapkan dapat mengungkap pemahaman konsep fisika siswa SMA lebih mendalam dibandingkan soal-soal yang digunakan selama ini. Alat ukur ini dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan. Alat ukur pemahaman konsep yang dikembangkan oleh para peneliti pendidikan fisika berupa tes pilihan ganda bersifat pemahaman. Instrumen ini ternyata menjadi modal yang berharga bagi komunitas Physics Education Research (PER), seperti digunakan secara luas di dalam penelitian aspek pengembangan kurikulum (Allain, 2001). Tes pemahaman konsep yang terkenal adalah Force Concept Inventory disingkat FCI (Hestenes, et al.,1992) dan Test of Understanding Graphs-Kinematics disingkat TUG-K (Beichner, 1994). FCI dan TUG-K telah digunakan secara luas dan telah memberikan cara baru mengevaluasi pemahaman konsep siswa (Engelhardt & Beichner, 2004). Tes serupa juga telah dikembangkan dalam bidang termodinamika, listrik dan magnet. Tes dalam bidang termodinamika dikembangkan oleh Yeo dan Zadnik (2001). Tes ini dikenal dengan sebutan Thermal Concept Evaluation disingkat TCE. TCE yang didesain secara khusus untuk menguji sekitar pemahaman konsep termodinamika bagi siswa berumur 15–18 tahun. Pertanyaan- pertanyaan TCE adalah berkisar kejadian sehari-hari yang dialami siswa (Yeo & 3
  • 4. Zadnik, 2001). Tes untuk konsep listrik dan magnet yang dikenal adalah Conceptual Survey of Electricity and Magnetism disingkat CSEM (Maloney, et al., 2001) dan Determining and Interpretating Resistive Electric Circuits Concepts disingkat DIRECT (Engelhardt & Beichner, 2004). DIRECT digunakan untuk mengevaluasi pemahaman siswa tentang konsep rangkaian listrik resistive arus searah, sedangkan CSEM merupakan kombinasi tes konsepsi alternatif dan pengetahuan siswa, dan tidak dikembangkan untuk tes konsepsi alternatif itu sendiri. Para peneliti dalam mengidentifikasi konsepsi anternatif atau miskonsepsi siswa didasarkan pada hasil tes dan hasil interviu. Interviu dilakukan terhadap beberapa peserta tes sekitar pilihan jawaban dan alasan atas pilihan jawabannya. Cara lain untuk mendapatkan informasi pemahaman konsep siswa dengan meminta siswa memberikan alasan secara tertulis atas pilihan jawabannya. Dengan mengetahui pemahaman konsep siswa dan kesulitan yang dialami siswa, guru diharapkan dapat membantu siswa mengatasi kesulitan dan permasalahannya dalam mempelajari fisika. Membiasakan siswa memahami konsep lebih baik daripada menghafal rumus fisika. Jika siswa memahami konsep atau sejumlah konsep, maka ia dapat menggunakannya untuk menganalisis dan menalar tentang keadaan yang lebih kompleks (Dufresne & Gerace, 2004). Pertanyaan-pertanyaan dalam tes pemahaman konsep bersifat kualitatif. Pertanyaan-pertanyaan kualitatif dimaksudkan untuk memperkenalkan konsep dan mengurangi penggunaan rumus matematika yang rumit. Mengurangi penggunaan rumus matematika yang rumit diharapkan dapat menghilangkan kesan bahwa 4
  • 5. fisika sangat sulit. Tes pemahaman konsep diharapkan dapat memotivasi siswa tidak hanya menghafal rumus fisika tetapi juga belajar memahami konsep dengan benar. B. Perumusan Masalah Penelitian Latar belakang di atas menunjukkan perlu dikembangkan asesmen untuk mengetahui apakah peserta didik di sekolah menengah dapat memahami konsep atau arti fisis dari konsep-konsep fisika. Yang menjadi perhatian dalam pengembangan alat ukur ini adalah bagaimana bentuk asesmen dan bagaimana prinsip-prinsip pengembangannya. Untuk dapat mencapai rencana penelitian ini dikembangkan tes pemahaman konsep tentang konsep listrik dinamis. Ada beberapa alasan memilih konsep listrik: (1) Konsep listrik banyak diterapkan dalam bidang teknologi elektronika. Reif (1995) menyatakan bahwa menghafal atau pemahaman yang buruk terhadap konsep fisika hanya sedikit memberikan manfaat dalam kemajuan teknologi yang perubahannya begitu cepat dan kompleks.; (2) Konsep listrik memerlukan pemahaman konsep bidang lainnya seperti gaya, gerak dan energi (Maloney, et al., 2001); (3) Banyak siswa fisika lebih sukar memahami konsep rangkaian listrik daripada konsep mekanika dasar (Pfister, 2004); (4) Hasil penelitian yang dilakukan Rosenthal & Henderson (2006) menunjukkan bahwa siswa yang mengambil fisika dasar (introductory physics) sering gagal mengembangkan model konsep koheren tentang rangkaian listrik. 5
  • 6. Berkaitan dengan upaya mengembangkan asesmen yang dapat mengukur dengan akurat pemahaman konsep atau arti fisis konsep-konsep fisika siswa SMA, maka yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah asesmen yang bagaimana yang dapat mengukur pemahaman konsep fisika siswa SMA? Agar penelitian menjadi lebih terarah maka masalah utama ini diuraikan dalam beberapa sub masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana mengkonstruksi tes pemahaman konsep listrik dan kemampuan berpikir kualitatif bagi siswa SMA ? 2. Bagaimana karakteristik butir soal dan perangkat tes tersebut ? 3. Adakah perbedaan yang signifikan antara hasil tes pemahaman konsep dengan hasil tes hitungan? 4. Adakah hubungan pemahaman konsep siswa dengan kemampuannya mengerjakan soal hitungan ? 5. Adakah perbedaan yang signifikan menurut gender mengerjakan tes ini ? 6. Bagaimana prinsip-prinsip pengembangan tes pemahaman konsep fisika dan kemampuan berpikir kualitatif bagi siswa SMA ? 7. Miskonsepsi siswa apa saja yang dapat diungkap dengan tes ini ? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang diuraikan di atas maka tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan asesmen yang dapat digunakan mengukur pemahaman konsep fisika siswa dan berdasarkan 6
  • 7. pengembangan asesmen ini diperoleh prinsip dan cara mengembangkan asesmen pemahaman konsep fisika. Tujuan khusus penelitian ini adalah 1. Mengembangkan tes pemahaman konsep listrik dan kemampuan berpikir kualitatif bagi siswa SMA. 2. Menyelidiki karakteristik butir soal dan perangkat soal tes tersebut. 3. Membandingkan hasil tes pemahaman konsep dengan hasil tes hitungan 4. Melihat hubungan pemahaman konsep siswa dengan kemampuannya mengerjakan soal hitungan 5. Membandingkan hasil tes pemahaman konsep siswa menurut gender. 6. Mengembangkan prinsip-prinsip menyusun tes pemahaman konsep fisika dan kemampuan berpikir kualitatif bagi siswa SMA. 7. Mengidentifikasi miskonsepsi siswa terhadap konsep listrik dinamis. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini akan memberikan informasi prinsip-prinsip pengembangan asesmen dan bentuk tes pemahaman konsep fisika bagi siswa SMA, dan juga memberikan informasi miskonsepsi siswa terhadap konsep listrik dinamis. Penelitian ini dapat memberikan manfaat teoritis dengan diperolehnya prinsip- prinsip pengembangan asesmen pemahaman konsep fisika berserta karateristik tes pemahaman konsep fisika. Manfaat praktis hasil penelitian ini bagi peneliti pendidikan fisika dan guru-guru fisika adalah diperolehnya tes pemahaman konsep yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, yang dapat digunakan sebagai instrumen penelitian dan digunakan untuk mediagnosis pemahaman konsep siswa 7
  • 8. sebelum dilakukan proses belajar mengajar. Manfaat praktis bagi siswa adalah terlatihnya siswa dalam memahami konsep dan berpikir kualitatif. Bagi penulis buku teks fisika SMA memberikan contoh-contoh soal yang relevan dengan pemahaman konsep siswa. E. Kerangka Penelitian Kerangka berpikir dalam merencanakan penelitian ini didasarkan terhadap: (1) Tujuan pendidikan fisika; (2) alat ukur yang digunakan untuk mengukur tujuan pendidikan fisika; dan (3) Cara belajar siswa dan cara guru mengajar. Kerangka berpikir penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.1. Tujuan pembelajaran fisika adalah untuk memperbaiki kemampuan siswa menerapkan konsep-konsep fisika untuk menyelesaikan soal kualitatif dan kuantitatif (Dufresne & Gerace, 2004). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tujuan pendidikan fisika adalah tes tertulis yang kebanyakan butir soalnya bersifat kuantitatif atau hitungan. Siswa yang dapat mengerjakan soal hitungan diasumsikan memahami konsep. Untuk mengetahui apakah siswa betul-betul memahami konsep diperlukan tes khusus untuk menguji pemahaman konsep siswa. Tes yang digunakan selama ini telah memberikan dampak terhadap cara siswa belajar dan cara guru mengajar. Guru sering kali memberikan contoh soal yang bersifat hitungan kepada siswa dan siswa cendrung belajar menghafal rumus dan cara-cara mengerjakan berbagai variasi soal serta kurang memahami konsep. Siswa akan termotivasi belajar memahami konsep dan meningkatkan kemampuan berpikir kualitatifnya, apabila soal-soal yang diberikan kepadanya bersifat 8
  • 9. Tujuan Pendidikan Fisika: Memahami konsep dan mengaplikasikan secara fleksibel Alat ukur yang digunakan Soal-soal Tes Fisika (UN & SPMB) Bersifat kuantitatif atau hitungan Dapat Mengerjakan Berarti memahami konsep Dampaknya Siswa menghafal Cara siwa belajar dan Siswa kurang rumus cara guru mengajar memahami konsep Pengembangan Alat Ukur Pemahaman Konsep Tes Pemahaman Konsep Valid & Reliabel Memotivasi siswa Guru dapat belajar memahami mengungkap dan konsep atau mengatasi kesulitan memahami arti fisis konseptual siswanya Gambar 1.1 Bagan Kerangka Penelitian pemahaman konsep. Pemahaman konsep yang dimaksud di sini adalah kemampuan siswa di dalam memahami arti fisis dan mengaplikasikan konsep secara fleksibel. Mengaplikasikan konsep secara fleksibel berkenaan dengan 9
  • 10. kemampuan dasar menginterpretasikan konsep-konsep ilmiah, mendeskripsikan konsep secara efektif dan mengorganisasikannya secara efektif (Reif, 1995). Kemampuan berpikir kualitatif yang dimaksud adalah kemampuan membandingkan dan memprediksi secara kualitatif, seperti menyatakan lebih besar, lebih kecil, sama besar, sama terang dan lebih terang. 10