SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
KONSEPSI SISWA MENGENAI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT 
DI KELAS V SEKOLAH DASAR 
Oleh 
Sugiatno 
Abstrak 
Soal cerita mengenai operasi hitung bilangan bulat ternyata cenderung sulit 
diserap siswa. Kesulitan ini antara lain disebabkan oleh konsepsinya yang belum 
sesuai dengan konsep soal cerita. Namun demikian ada klaim, tidak semua soal 
cerita menyulitkan mereka. Kesulitan siswa diduga tergantung pada konteks soal 
cerita yang diberikan. Karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah untuk 
mengungkap konsepsi siswa yang mana cenderung sesuai dengan beberapa soal 
kontekstual operasi hitung bilangan bulat. Desain eksploratori digunakan untuk 
mengungkap konsepsi siswa tersebut. Sebanyak 58 siswa kelas V SDN 20 
Pontianak yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan 
bahwa keempat soal kontekstual yang bersifat: (1) personal; (2) sesuai dengan 
kehidupan siswa di kelas; (3) sesuai dengan kehidupan siswa di masyarakat; 
(4) sesuai dengan fenomena dan substansi secara saintifik atau berkaitan dengan 
matematika itu sendiri. Masing-masing sifat ini dapat mengungkap kecen-derungan 
konsepsi siswa yang sesuai dengan keempat konteks soal tersebut 
adalah 67%, 53%, 90%, dan 48%. 
Kata Kunci: konsepsi, kontekstual, bilangan bulat 
Pendahuluan 
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat 
abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam 
mempelajari matematika. Penyebab lainnya menurut Gisburg (1997), yaitu guru 
di dalam pengajaran matematika, kurang berhasil memasukan pelajaran ke pikiran 
siswa. Kurang masuknya pelajaran matematika ke pikiran siswa, beberapa ahli 
konstruktivis, misal Ausubel (1968), Novak dan Gowin (1984), dan bahkan para 
ahli di National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) (2000) 
berpandangan bahwa penyebabnya adalah konsepsi (gagasan yang ada di dalam 
struktur kognitif) siswa kurang sesuai atau bahkan sama sekali tidak sesuai 
(miskonsepsi) dengan konsep matematika yang disampaikan guru. 
Pentingnya konsepsi siswa untuk diketahui dan dilibatkan ke dalam proses 
pembelajaran matematika, sejalan dengan pandangan Ausubel (1968) dan NCTM 
(2000), bahwa belajar akan lebih bermakna dan informasi yang dipelajari akan 
bertahan lama, jika guru yang mengajar dapat mengaitkan konsepsi siswa dengan 
konsep baru yang sedang dipelajarinya. Namun demikian, bagi guru
mempertimbangkan konsepsi siswa untuk dikaitkan dengan konsep baru 
matematika bukan pekerjaan yang sederhana. Tetapi, upaya awal untuk 
membantu tugas guru melalui penyediaan informasi mengenai konsepsi 
matematika siswa pantas untuk dilakukan. 
Sebagai bagian dari upaya awal tersebut, peneliti memandang perlu untuk 
mengungkap konsepsi siswa melalui soal kontekstual. Pemilihan materi ini 
dilakukan dengan pertimbangan, antara lain berdasarkan hasil studi Jenning dan 
Dunne (1999) dan Depdiknas (2008) menemukan bahwa kebanyakan siswa 
mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi 
kehidupan real. 
Masalahnya, apakah semua jenis soal kontekstual matematika itu 
menyulitkan siswa? Oleh karena setiap individu siswa memiliki pengalaman 
lingkungan fisik yang berbeda, maka perbedaan pengalaman itu menyebabkan 
adanya perbedaan struktur kognitif maupun kemampuannya di dalam 
mengasimilasi suatu masukan lingkungan (Piaget, 1985). Pendapat ini 
menyiratkan bahwa setiap individu siswa memiliki potensi yang berbeda 
merespons masukan lingkungan (termasuk merespon soal-soal matematika 
kontekstual). Masukan lingkungan ini oleh para ahli RME (Realistic Mathematic 
Education) disebut sebagai konteks (Fruedental, 2002). Oleh karena itu, dapat 
diasumsikan bahwa tidak semua jenis soal kontekstual matematika menyulitkan 
siswa. Sukar tidaknya soal matematika, menurut Bickmore (1993) sangat 
tergantung pada konteksnya. 
Zulkardi dan Ilma membagi soal cerita kontekstual ke dalam empat jenis, 
yaitu terkait dengan: (1) kehidupan sehari-hari siswa (bersifat personal); (2) 
kehidupan akademik siswa di sekolah; (3) kehidupan dan aktivitas masyarakat 
sekitar di mana siswa tersebut tinggal; (4) situasi yang berhubungan dengan 
fenomena dan substansi secara saintifik atau berkaitan dengan matematika itu 
sendiri (Fruedental, 2002). Oleh karena setiap individu siswa memiliki perbedaan 
struktur kognitif maupun kemampuan di dalam merespons suatu masukan 
lingkungan, maka diduga bahwa setiap individu siswa akan merespons keempat 
macam soal kontekstual tersebut secara berbeda pula.
Sebagai gambaran awal, dilakukan studi pendahuluan kepada empat siswa 
SD di Pontianak (Sugiatno, 2010). Di dalam menjawab soal cerita kontekstual: 
“Pada waktu yang sama suhu di dalam kulkas yaitu -5°C dan suhu di luar kulkas 
sebesar 29°C, berapakah perbedaan suhu antara di luar dan di dalam kulkas?”. 
Tiga orang menjawab soal cerita tersebut “ 29 5 24 ”, dan satu siswa menjawab 
“34 tanpa menunjukkan proses operasi hitung”. Hasil ini menunjukkan bahwa ada 
dua variasi jawaban yang diberikan oleh keempat siswa tersebut. Variasi jawaban 
pertama menunjukkan bahwa mereka mengalami kesulitan di dalam 
menyelesaikan soal kontekstual yang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. 
Kesulitan mereka ini diperkirakan disebabkan oleh miskonsepsi siswa dalam 
operasi pengurangan maupun penjumlahan bilangan bulat. Sedangkan variasi 
jawaban ke dua menunjukkan bahwa konsepsi siswa sesuai dengan soal konteks-tual 
yang terkait dengan kehidupan sehari-harinya. 
Dari studi pendahuluan tersebut, memberikan gambaran adanya variasi 
jawaban maupun konsepsi siswa menurut soal kontekstual operasi hitung bilangan 
bulat. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih menyeluruh mengenai konsepsi 
siswa tersebut, diperlukan suatu pengkajian yang lebih mendalam. 
Metode 
Oleh karena penelitian ini bertujuan untuk mengungkap konsepsi siswa 
dalam operasi bilangan bulat menurut empat tipe soal kontekstual, maka disain 
penelitian eksploratori dipandang sesuai. Karakteristik utama desain penelitian 
tersebut, yaitu menjajagi kemungkinan adanya hubungan antara suatu fenomena 
dan fenomena lainnya (Suharsimi, 1993). Dengan demikian, desain penelitian 
eksploratori dapat memberikan jaminan untuk menjawab dugaan mengenai soal 
kontekstual tipe mana yang lebih sesuai dengan konsepsi siswa dalam materi 
operasi hitung bilangan bulat. 
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VA dan kelas VB SDN 20 
Pontianak, yang berjumlah 58 orang. Kesemua siswa diberikan empat tipe soal 
kontekstual dalam materi operasi hitung bilangan bulat. Keempat tipe soal ini 
dijadikan sebagai instrumen untuk mengungkap konsepsi siswa.
Instrumen yang berupa soal-soal kontekstual dalam materi operasi hitung 
bilangan bulat divalidasi secara logis dan empiris. Validas logis dilakukan 
(ditimbang) oleh para ahli di bidangnya terhadap instrumen tersebut terbebas 
(lulus) dari konflik penalaran. Sedangkan validitas empiris dilakukan untuk 
menguji apakah instrumen yang telah lulus dari validitas logis itu layak digunakan 
untuk mengungkap konsepsi siswa. 
Setelah instrumen penelitian memenuhi syarat, selanjutnya dilakukan 
pengungkapan konsepsi siswa. Data yang diperoleh dari pengungkapan tersebut, 
selanjutnya dianalisis sesuai dengan keempat tipe soal kontekstual. 
Hasil dan Pembahasan Penelitian 
Ada empat tipe soal kontekstual, yang digunakan untuk mengungkap 
konsepsi siswa dalam operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, yaitu 
tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan tipe 4. Secara rinci keempat tipe soal kontekstual tersebut 
dan konsepsi siswa, diberikan melalui Tabel 1 dan Gambar 1. 
Tabel 1. Tipe-Tipe Soal Kontekstual 
Tipe Soal Kontekstual 
1 
Pada waktu musim kemarau suhu rata-rata di kota Pontianak tercatat 290C. Sedangkan 
pada waktu musim penghujan suhu rata-rata turun 20C. Berapakah suhu rata-rata di 
kota Pontianak pada waktu musim penghujan? 
2 
Dalam suatu latihan baris berbaris di sekolah, Andi diminta untuk maju 5 langkah dan 
setelah berhenti ia diminta balik kanan. Setelah itu, ia diminta mundur 3 langkah. 
Seluruhnya kaki Andi bergerak ada .... langkah? 
3 
Suhu wedus gembel di kawah Merapi bisa mencapai 1.0000C. Ketika wedus gembel 
bergerak ke lereng Merapi sejauh empat kilometer, suhunya berkurang menjadi 5000C. 
Berapakah suhu wedus gembel setelah bergerak ke lereng Merapi sejauh empat 
kilometer? 
4 
Isilah titik-titik berikut dengan bilangan yang tepat! 
1.  56  23  .... 
2.  7  5  .... 
3. 25 + 9  .... 
4.  19 + 31  ....
67% 
53% 
89% 
48% 
33% 
47% 
11% 
52% Benar 
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 
Gambar 1. Konsepsi Siswa menurut Tipe Soal Kontekstual 
Salah 
Jawaban siswa untuk masing-masing tipe soal kontekstual, secara garis besar 
60 
50 
40 
30 
20 
10 
0 
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jawaban benar dan jawaban salah. Jawaban 
benar menunjukkan bahwa konsepsi awal (struktur kognitif) siswa sesuai dengan 
konsep operasi penjumlahan ataupun pengurangan bilangan bulat. Sedangkan 
jawaban salah menunjukkan bahwa konsepsi siswa tidak sesuai dengan kedua 
konsep operasi bilangan tersebut. Secara terperinci dari kedua jawaban siswa 
tersebut jika dikaji menurut masing-masing tipe soal kontekstual dapat diberikan 
pembahasan sebagai berikut. 
Pertama, ragam konteks yang terdapat dalam soal tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan 
tipe 4 diduga sebagai penyebab bervariasinya jumlah jawaban benar maupun 
jawaban salah. Namun demikian, rerata struktur kognitif siswa yang sesuai dan 
yang tidak sesuai dengan soal kontekstual tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan tipe 4 masing-masing 
adalah 65% dan 35%. Dugaan tersebut didasarkan pada pandangan 
Schoenfeld (2006) bahwa bervariasinya soal-soal kontekstual tersebut merupakan 
sarana untuk memediasi keluarnya pengalaman yang telah terkonstruksi di dalam 
pikiran (struktur kognitif) siswa. 
Kedua, untuk soal kontekstual tipe 1, tipe 2, dan tipe 3 siswa yang menjawab 
salah lebih sedikit daripada siswa yang menjawab benar. Rerata miskonsepsi dan 
konsepsi siswa untuk ketiga soal kontekstual tersebut, masing-masing 30% dan 
70%. Diduga penyebabnya adalah bahwa konteks ketiga soal tersebut yang 
masing-masing berhubungan dengan kehidupan personal, pengalaman akademik,
dan pengalaman masyarakat maupun yang terkait dengan operasi pengurangan 
bilangan bulat lebih banyak yang sesuai dengan struktur kognitif siswa. 
Ketiga, secara teoritis seyogyanya yang menjawab benar untuk soal 
kontekstual tipe 1, dan tipe 2 lebih banyak daripada siswa yang benar untuk soal 
kontekstual tipe 3. Mengapa demikian? Penyebabnya mungkin karena mereka 
lebih mudah mengakses berita mengenai meletusnya gunung merapi dari banyak 
sumber, misalnya televisi. Sedangkan soal kontekstual tipe 1 maupun tipe 2 lebih 
jarang mereka alami (dengar maupun lihat). Akibatnya, struktur kognitif siswa 
lebih mudah beradaptasi dengan soal kontekstual tipe 3 daripada soal kontekstual 
tipe 1 maupun tipe 2. 
Keempat, temuan penelitian yang menunjukkan bahwa soal kontekstual tipe 
4 yang terkait langsung dengan simbol-simbol matematika ternyata termasuk soal 
yang paling banyak dijawab salah oleh siswa SD kelas V. Temuan ini menguatkan 
pandangan bahwa meskipun simbol-simbol matematika selalu dikomunikasikan 
kepada siswa, tetapi tidak menjamin simbol-simbol tersebut “nyantel” (baca 
bermakna) bagi struktur kognitifnya. Hal ini dikarenakan simbol-simbol 
matematika bersifat “artifisial” (tiruan) yang hanya mempunyai arti setelah 
sebuah makna diberikan kepadanya (Sugiatno dan Rif’at, 2010). Oleh karena itu, 
temuan tersebut memberikan pemahaman bahwa pelajaran matematika yang 
disajikan langsung melalui simbol-simbol—tanpa dijembatani oleh alat bantu 
belajar (salah satunya adalah konteks berupa pengalaman-pengalaman lingkungan 
siswa) cenderung menyulitkan siswa. 
Kelima, mengapa konteks berupa pengalaman-pengalaman lingkungan siswa 
lebih mudah terjangkau oleh pikiran siswa? Piaget (1985) berpandangan bahwa 
tidak hanya naluri yang menyebabkan setiap anak dapat merespons suatu objek 
konkret, tetapi ia juga memiliki skemata dari pengalamannya mengasimilasi dan 
mengakomodasi objek konkret. Oleh karena pengalaman yang diperoleh 
seseorang terjadi berulangkali, maka skemata yang terbentuk tidak lagi berupa 
objek konkret, tetapi telah berubah menjadi representasi-representasi lain (dapat 
berupa kata-kata, kalimat, gambar, maupun simbol-simbol) yang sama konkretnya 
dengan objek konkret tersebut.
Simpulan dan Saran 
Simpulan 
Soal kontekstual operasi pengurangan bilangan bulat yang terkait dengan 
kehidupan siswa di masyarakat, ternyata paling sesuai dengan struktur kognitif 
siswa jika dibandingkan dengan soal kontekstual yang terkait dengan personal 
siswa maupun soal kontekstual sesuai dengan kehidupan siswa di kelas dan soal 
kontekstual yang terkait dengan matematika (operasi pengurangan dan 
penjumlahan bilangan bulat). Soal kontekstual yang terkait dengan simbol-simbol 
operasi pengurangan dan penjumlahan bilangan bulat lebih sukar dijangkau oleh 
struktur kognitif daripada soal kontekstual tipe 3, tipe 1, maupun tipe 2. 
Saran 
Perlu ada kajian yang lebih mendalam melalui suatu survai yang me-libatkan 
suatu sampel yang representatif mengenai konsepsi siswa yang terkait 
dengan soal kontekstual matematika. Oleh karena soal kontekstual yang terkait 
dengan simbol-simbol operasi pengurangan dan penjumlahan bilangan bulat lebih 
sukar dijangkau oleh struktur kognitif siswa, maka di dalam merencanakan 
maupun melaksanakan pembelajaran materi tersebut seyogyanya guru meng-gunakan 
alat bantu (media pembelajaran) tertentu.
DAFTAR PUSTAKA 
Ausubel, D. 1968. Educational psychology: A cognitive view. New York : Holt, 
Rinehart, and Winston. 
Bickmore-Brand. 1993. Implications from recent research in language arts for 
mathematical teaching. In J. Bickmore-Brand (Ed.), Language in 
Mathematics. Portsmouth, NH: Heinemann. 
Frudental, Hans. 2002. Didactical Phenomenology of Mathematical Structures. 
New York: Kluwer Academic Publishers. 
Ginsburg, H. P. 1997. Mathematical learning disabilities: A view for develop-mental 
psychology. Journal of Learning. 
Jennings, Sue dan R, Dunne. 1999. Math Stories, Real Stories, Real-life Stories. 
[Online]. Tersedia: http:www.ex.ac.uk/telematics/T3/maths/actar 01,htm. 
[14 Desember 2010]. 
Novak, J. D., & Gowin, D. B. (1984). Learning how to learn. New York and 
Cambridge, UK: Cambridge University Press. 
Piaget, J. 1985. The Equilibration of Cognitive Structures: The Central Problem 
of Intellectual Development. Chicago: University of Chicago Press. 
Schoenfeld, AH. 2006. Mathematics teaching and learning. Dalam PA Alexander 
dan PH Wiinne (Eds.), Handbook of of Educational Psychology (2nd 
edition) (pp. XX-XX). NJ: Erlbaum. Mahwah, NJ: Erlbaum. 
Sugiatno. 2010. Studi Pendahuluan. Pontianak: FKIP Universitas Tanjungpura. 
Sugiatno dan Rif’at. 2010. Mengembangkan kemampuan komunikasi matematis 
Mahasiswa calon guru melalui perkuliahan matematika dengan 
menggunakan model pembelajaran Transactional reading strategy. 
Laporan Penelitian Riset Strategi Nasional. Universitas Tanjungpura 
Pontianak. 
Suharsimi, Arikunto, 1993. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. 
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. 
Supinah. 2008. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual 
dalam Melaksanakan KTSP. Yogyakarta. Pusat dan Pendidik dan Tenaga 
Kependidikan Matematika. 
Zulkardi dan Ilma, R. 2006. Mendesain Sendiri Soal Kontekstual Matematika. 
Semarang: Prosiding SMK Negeri 13.

More Related Content

What's hot

Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...
Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...
Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...Cha Aisyah
 
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...Fppi Unila
 
ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL BERBASIS PISA BERDASARK...
ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL BERBASIS PISA BERDASARK...ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL BERBASIS PISA BERDASARK...
ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL BERBASIS PISA BERDASARK...aseprosadi29
 
20140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl0120140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl01Fppi Unila
 
Power point skripsi
Power point skripsiPower point skripsi
Power point skripsisiskaningsih
 
Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat Ber...
Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat Ber...Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat Ber...
Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat Ber...anggita ari
 
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematisInstrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematisPreally A
 
Makalah seminar ispi
Makalah seminar ispiMakalah seminar ispi
Makalah seminar ispisrirejeki345
 
Proses Berpikir Reflektif Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Pembuktian Teore...
Proses Berpikir Reflektif Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Pembuktian Teore...Proses Berpikir Reflektif Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Pembuktian Teore...
Proses Berpikir Reflektif Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Pembuktian Teore...Muhammad Alfiansyah Alfi
 
Pengaruh Open-Ended terhadap Peningkatan Kreativitas Matematik
Pengaruh Open-Ended terhadap Peningkatan Kreativitas MatematikPengaruh Open-Ended terhadap Peningkatan Kreativitas Matematik
Pengaruh Open-Ended terhadap Peningkatan Kreativitas MatematikMuhammad Natsir Maulana
 
7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pbFppi Unila
 
Kondisi Konkrit untuk pembelajaran bilangan desimal
Kondisi Konkrit untuk pembelajaran bilangan desimalKondisi Konkrit untuk pembelajaran bilangan desimal
Kondisi Konkrit untuk pembelajaran bilangan desimalLilia Ismarti
 
Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktifPenalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktifSriNurwahyuni92
 
ppt skripsi "open ended" hermaini
ppt skripsi "open ended" hermainippt skripsi "open ended" hermaini
ppt skripsi "open ended" hermainiHermaini Syahkila
 

What's hot (20)

Ipi183134
Ipi183134Ipi183134
Ipi183134
 
Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...
Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...
Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...
 
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
 
ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL BERBASIS PISA BERDASARK...
ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL BERBASIS PISA BERDASARK...ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL BERBASIS PISA BERDASARK...
ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL BERBASIS PISA BERDASARK...
 
20140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl0120140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl01
 
Power point skripsi
Power point skripsiPower point skripsi
Power point skripsi
 
Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat Ber...
Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat Ber...Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat Ber...
Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Kuadrat Ber...
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematisInstrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
 
Makalah seminar ispi
Makalah seminar ispiMakalah seminar ispi
Makalah seminar ispi
 
Proses Berpikir Reflektif Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Pembuktian Teore...
Proses Berpikir Reflektif Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Pembuktian Teore...Proses Berpikir Reflektif Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Pembuktian Teore...
Proses Berpikir Reflektif Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Pembuktian Teore...
 
Pengaruh Open-Ended terhadap Peningkatan Kreativitas Matematik
Pengaruh Open-Ended terhadap Peningkatan Kreativitas MatematikPengaruh Open-Ended terhadap Peningkatan Kreativitas Matematik
Pengaruh Open-Ended terhadap Peningkatan Kreativitas Matematik
 
Pp pemahaman matematis Tina Lisdianti
Pp pemahaman matematis Tina LisdiantiPp pemahaman matematis Tina Lisdianti
Pp pemahaman matematis Tina Lisdianti
 
4435 14519-1-pb
4435 14519-1-pb4435 14519-1-pb
4435 14519-1-pb
 
7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb
 
Proposal penilitian
Proposal penilitianProposal penilitian
Proposal penilitian
 
Kondisi Konkrit untuk pembelajaran bilangan desimal
Kondisi Konkrit untuk pembelajaran bilangan desimalKondisi Konkrit untuk pembelajaran bilangan desimal
Kondisi Konkrit untuk pembelajaran bilangan desimal
 
Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktifPenalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif
 
ppt skripsi "open ended" hermaini
ppt skripsi "open ended" hermainippt skripsi "open ended" hermaini
ppt skripsi "open ended" hermaini
 
213 556-1-sm
213 556-1-sm213 556-1-sm
213 556-1-sm
 

Viewers also liked

Koordinatni sistem u ravni (7.razred)
Koordinatni sistem u ravni (7.razred)Koordinatni sistem u ravni (7.razred)
Koordinatni sistem u ravni (7.razred)mihailmihail
 
Matematika kordinatni sistem
Matematika kordinatni sistemMatematika kordinatni sistem
Matematika kordinatni sistemMirjana Kokerić
 
Potrazi me, pronadji me
Potrazi me, pronadji mePotrazi me, pronadji me
Potrazi me, pronadji meJelena Volarov
 
Opis časa "Potraži me, pronađi me"
Opis časa "Potraži me, pronađi me"Opis časa "Potraži me, pronađi me"
Opis časa "Potraži me, pronađi me"Jelena Volarov
 
Matematika sedmi razred Kvadriranje i korenovanje
Matematika sedmi razred Kvadriranje i korenovanjeMatematika sedmi razred Kvadriranje i korenovanje
Matematika sedmi razred Kvadriranje i korenovanjeZorana Raičević
 
Rene descartes power point
Rene descartes power pointRene descartes power point
Rene descartes power point40442367
 
Cogito Ergo Sum (Rene Descartes)
Cogito Ergo Sum (Rene Descartes)Cogito Ergo Sum (Rene Descartes)
Cogito Ergo Sum (Rene Descartes)Tom Richey
 
How to Become a Thought Leader in Your Niche
How to Become a Thought Leader in Your NicheHow to Become a Thought Leader in Your Niche
How to Become a Thought Leader in Your NicheLeslie Samuel
 

Viewers also liked (14)

Koordinatni sistem u ravni (7.razred)
Koordinatni sistem u ravni (7.razred)Koordinatni sistem u ravni (7.razred)
Koordinatni sistem u ravni (7.razred)
 
Matematika kordinatni sistem
Matematika kordinatni sistemMatematika kordinatni sistem
Matematika kordinatni sistem
 
Koordinatni
KoordinatniKoordinatni
Koordinatni
 
Potrazi me, pronadji me
Potrazi me, pronadji mePotrazi me, pronadji me
Potrazi me, pronadji me
 
Koordinatni sistem
Koordinatni sistemKoordinatni sistem
Koordinatni sistem
 
Opis časa "Potraži me, pronađi me"
Opis časa "Potraži me, pronađi me"Opis časa "Potraži me, pronađi me"
Opis časa "Potraži me, pronađi me"
 
Rene descartes
Rene descartesRene descartes
Rene descartes
 
16 grafik brzine i puta ravnomerno
16 grafik brzine i puta ravnomerno16 grafik brzine i puta ravnomerno
16 grafik brzine i puta ravnomerno
 
sedmirazredgramatematika
sedmirazredgramatematikasedmirazredgramatematika
sedmirazredgramatematika
 
Matematika sedmi razred Kvadriranje i korenovanje
Matematika sedmi razred Kvadriranje i korenovanjeMatematika sedmi razred Kvadriranje i korenovanje
Matematika sedmi razred Kvadriranje i korenovanje
 
Rene descartes power point
Rene descartes power pointRene descartes power point
Rene descartes power point
 
Cogito Ergo Sum (Rene Descartes)
Cogito Ergo Sum (Rene Descartes)Cogito Ergo Sum (Rene Descartes)
Cogito Ergo Sum (Rene Descartes)
 
Build Features, Not Apps
Build Features, Not AppsBuild Features, Not Apps
Build Features, Not Apps
 
How to Become a Thought Leader in Your Niche
How to Become a Thought Leader in Your NicheHow to Become a Thought Leader in Your Niche
How to Become a Thought Leader in Your Niche
 

Similar to Artikel sugiatno update 2012

Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1Sugiatno Sakidin
 
Jurnal1 130117153631-phpapp01
Jurnal1 130117153631-phpapp01Jurnal1 130117153631-phpapp01
Jurnal1 130117153631-phpapp01fathinirin
 
Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Teorema Pytha...
Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Teorema Pytha...Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Teorema Pytha...
Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Teorema Pytha...Monica Waters
 
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahPeningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahLukman
 
Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT
Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMTDesign Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT
Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMTSuci Agustina
 
42622-75676629363-1-SM.pdf
42622-75676629363-1-SM.pdf42622-75676629363-1-SM.pdf
42622-75676629363-1-SM.pdfDewiVatikaSari
 
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)  Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs) NERRU
 
4029-Article Text-7055-1-10-20171014.pdf
4029-Article Text-7055-1-10-20171014.pdf4029-Article Text-7055-1-10-20171014.pdf
4029-Article Text-7055-1-10-20171014.pdfVikram1003
 
RPP MATEMATIKA KURIKULUM 2013 ATURAN PERKALIAN
RPP MATEMATIKA KURIKULUM 2013 ATURAN PERKALIANRPP MATEMATIKA KURIKULUM 2013 ATURAN PERKALIAN
RPP MATEMATIKA KURIKULUM 2013 ATURAN PERKALIANFaridatul Lail
 
2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pb2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pbFppi Unila
 
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri TerbimbingPembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbingsrilinda_w
 
Peningkatan kemampuan berpikir kritis
Peningkatan kemampuan berpikir kritisPeningkatan kemampuan berpikir kritis
Peningkatan kemampuan berpikir kritisMilo Muhammad
 
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...asmaun4
 
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...tikamathworld
 
Iis listiani iryanti (037108095)
Iis listiani iryanti  (037108095)Iis listiani iryanti  (037108095)
Iis listiani iryanti (037108095)Ajir d'Kuvagaa
 
Bab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grup
Bab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grupBab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grup
Bab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grupnazihah zuhrotun
 

Similar to Artikel sugiatno update 2012 (20)

Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1
 
Jurnal1 130117153631-phpapp01
Jurnal1 130117153631-phpapp01Jurnal1 130117153631-phpapp01
Jurnal1 130117153631-phpapp01
 
Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Teorema Pytha...
Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Teorema Pytha...Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Teorema Pytha...
Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Teorema Pytha...
 
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahPeningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
 
Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT
Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMTDesign Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT
Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT
 
Pembelajaran Osborn
Pembelajaran OsbornPembelajaran Osborn
Pembelajaran Osborn
 
42622-75676629363-1-SM.pdf
42622-75676629363-1-SM.pdf42622-75676629363-1-SM.pdf
42622-75676629363-1-SM.pdf
 
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)  Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
 
Artikel ptk
Artikel ptkArtikel ptk
Artikel ptk
 
4029-Article Text-7055-1-10-20171014.pdf
4029-Article Text-7055-1-10-20171014.pdf4029-Article Text-7055-1-10-20171014.pdf
4029-Article Text-7055-1-10-20171014.pdf
 
Bab i dari nora
Bab i dari noraBab i dari nora
Bab i dari nora
 
RPP MATEMATIKA KURIKULUM 2013 ATURAN PERKALIAN
RPP MATEMATIKA KURIKULUM 2013 ATURAN PERKALIANRPP MATEMATIKA KURIKULUM 2013 ATURAN PERKALIAN
RPP MATEMATIKA KURIKULUM 2013 ATURAN PERKALIAN
 
2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pb2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pb
 
Ipi288264
Ipi288264Ipi288264
Ipi288264
 
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri TerbimbingPembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
 
Peningkatan kemampuan berpikir kritis
Peningkatan kemampuan berpikir kritisPeningkatan kemampuan berpikir kritis
Peningkatan kemampuan berpikir kritis
 
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...
 
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
 
Iis listiani iryanti (037108095)
Iis listiani iryanti  (037108095)Iis listiani iryanti  (037108095)
Iis listiani iryanti (037108095)
 
Bab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grup
Bab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grupBab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grup
Bab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grup
 

More from Sugiatno Sakidin

More from Sugiatno Sakidin (8)

Openended math scoring_manual_g34_2
Openended math scoring_manual_g34_2Openended math scoring_manual_g34_2
Openended math scoring_manual_g34_2
 
Apakah teori itu
Apakah teori ituApakah teori itu
Apakah teori itu
 
Handout analisis real
Handout analisis realHandout analisis real
Handout analisis real
 
Bahan inovasi pembelajaran mat
Bahan inovasi pembelajaran matBahan inovasi pembelajaran mat
Bahan inovasi pembelajaran mat
 
Artikel pm pmp 2012
Artikel pm pmp 2012Artikel pm pmp 2012
Artikel pm pmp 2012
 
Ed practices 19
Ed practices 19Ed practices 19
Ed practices 19
 
Contoh kajian kritis kkg
Contoh kajian kritis kkgContoh kajian kritis kkg
Contoh kajian kritis kkg
 
37 prinsip-penilaian-sma-setiawan
37 prinsip-penilaian-sma-setiawan37 prinsip-penilaian-sma-setiawan
37 prinsip-penilaian-sma-setiawan
 

Artikel sugiatno update 2012

  • 1. KONSEPSI SISWA MENGENAI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DI KELAS V SEKOLAH DASAR Oleh Sugiatno Abstrak Soal cerita mengenai operasi hitung bilangan bulat ternyata cenderung sulit diserap siswa. Kesulitan ini antara lain disebabkan oleh konsepsinya yang belum sesuai dengan konsep soal cerita. Namun demikian ada klaim, tidak semua soal cerita menyulitkan mereka. Kesulitan siswa diduga tergantung pada konteks soal cerita yang diberikan. Karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengungkap konsepsi siswa yang mana cenderung sesuai dengan beberapa soal kontekstual operasi hitung bilangan bulat. Desain eksploratori digunakan untuk mengungkap konsepsi siswa tersebut. Sebanyak 58 siswa kelas V SDN 20 Pontianak yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat soal kontekstual yang bersifat: (1) personal; (2) sesuai dengan kehidupan siswa di kelas; (3) sesuai dengan kehidupan siswa di masyarakat; (4) sesuai dengan fenomena dan substansi secara saintifik atau berkaitan dengan matematika itu sendiri. Masing-masing sifat ini dapat mengungkap kecen-derungan konsepsi siswa yang sesuai dengan keempat konteks soal tersebut adalah 67%, 53%, 90%, dan 48%. Kata Kunci: konsepsi, kontekstual, bilangan bulat Pendahuluan Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Penyebab lainnya menurut Gisburg (1997), yaitu guru di dalam pengajaran matematika, kurang berhasil memasukan pelajaran ke pikiran siswa. Kurang masuknya pelajaran matematika ke pikiran siswa, beberapa ahli konstruktivis, misal Ausubel (1968), Novak dan Gowin (1984), dan bahkan para ahli di National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) (2000) berpandangan bahwa penyebabnya adalah konsepsi (gagasan yang ada di dalam struktur kognitif) siswa kurang sesuai atau bahkan sama sekali tidak sesuai (miskonsepsi) dengan konsep matematika yang disampaikan guru. Pentingnya konsepsi siswa untuk diketahui dan dilibatkan ke dalam proses pembelajaran matematika, sejalan dengan pandangan Ausubel (1968) dan NCTM (2000), bahwa belajar akan lebih bermakna dan informasi yang dipelajari akan bertahan lama, jika guru yang mengajar dapat mengaitkan konsepsi siswa dengan konsep baru yang sedang dipelajarinya. Namun demikian, bagi guru
  • 2. mempertimbangkan konsepsi siswa untuk dikaitkan dengan konsep baru matematika bukan pekerjaan yang sederhana. Tetapi, upaya awal untuk membantu tugas guru melalui penyediaan informasi mengenai konsepsi matematika siswa pantas untuk dilakukan. Sebagai bagian dari upaya awal tersebut, peneliti memandang perlu untuk mengungkap konsepsi siswa melalui soal kontekstual. Pemilihan materi ini dilakukan dengan pertimbangan, antara lain berdasarkan hasil studi Jenning dan Dunne (1999) dan Depdiknas (2008) menemukan bahwa kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan real. Masalahnya, apakah semua jenis soal kontekstual matematika itu menyulitkan siswa? Oleh karena setiap individu siswa memiliki pengalaman lingkungan fisik yang berbeda, maka perbedaan pengalaman itu menyebabkan adanya perbedaan struktur kognitif maupun kemampuannya di dalam mengasimilasi suatu masukan lingkungan (Piaget, 1985). Pendapat ini menyiratkan bahwa setiap individu siswa memiliki potensi yang berbeda merespons masukan lingkungan (termasuk merespon soal-soal matematika kontekstual). Masukan lingkungan ini oleh para ahli RME (Realistic Mathematic Education) disebut sebagai konteks (Fruedental, 2002). Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa tidak semua jenis soal kontekstual matematika menyulitkan siswa. Sukar tidaknya soal matematika, menurut Bickmore (1993) sangat tergantung pada konteksnya. Zulkardi dan Ilma membagi soal cerita kontekstual ke dalam empat jenis, yaitu terkait dengan: (1) kehidupan sehari-hari siswa (bersifat personal); (2) kehidupan akademik siswa di sekolah; (3) kehidupan dan aktivitas masyarakat sekitar di mana siswa tersebut tinggal; (4) situasi yang berhubungan dengan fenomena dan substansi secara saintifik atau berkaitan dengan matematika itu sendiri (Fruedental, 2002). Oleh karena setiap individu siswa memiliki perbedaan struktur kognitif maupun kemampuan di dalam merespons suatu masukan lingkungan, maka diduga bahwa setiap individu siswa akan merespons keempat macam soal kontekstual tersebut secara berbeda pula.
  • 3. Sebagai gambaran awal, dilakukan studi pendahuluan kepada empat siswa SD di Pontianak (Sugiatno, 2010). Di dalam menjawab soal cerita kontekstual: “Pada waktu yang sama suhu di dalam kulkas yaitu -5°C dan suhu di luar kulkas sebesar 29°C, berapakah perbedaan suhu antara di luar dan di dalam kulkas?”. Tiga orang menjawab soal cerita tersebut “ 29 5 24 ”, dan satu siswa menjawab “34 tanpa menunjukkan proses operasi hitung”. Hasil ini menunjukkan bahwa ada dua variasi jawaban yang diberikan oleh keempat siswa tersebut. Variasi jawaban pertama menunjukkan bahwa mereka mengalami kesulitan di dalam menyelesaikan soal kontekstual yang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Kesulitan mereka ini diperkirakan disebabkan oleh miskonsepsi siswa dalam operasi pengurangan maupun penjumlahan bilangan bulat. Sedangkan variasi jawaban ke dua menunjukkan bahwa konsepsi siswa sesuai dengan soal konteks-tual yang terkait dengan kehidupan sehari-harinya. Dari studi pendahuluan tersebut, memberikan gambaran adanya variasi jawaban maupun konsepsi siswa menurut soal kontekstual operasi hitung bilangan bulat. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih menyeluruh mengenai konsepsi siswa tersebut, diperlukan suatu pengkajian yang lebih mendalam. Metode Oleh karena penelitian ini bertujuan untuk mengungkap konsepsi siswa dalam operasi bilangan bulat menurut empat tipe soal kontekstual, maka disain penelitian eksploratori dipandang sesuai. Karakteristik utama desain penelitian tersebut, yaitu menjajagi kemungkinan adanya hubungan antara suatu fenomena dan fenomena lainnya (Suharsimi, 1993). Dengan demikian, desain penelitian eksploratori dapat memberikan jaminan untuk menjawab dugaan mengenai soal kontekstual tipe mana yang lebih sesuai dengan konsepsi siswa dalam materi operasi hitung bilangan bulat. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VA dan kelas VB SDN 20 Pontianak, yang berjumlah 58 orang. Kesemua siswa diberikan empat tipe soal kontekstual dalam materi operasi hitung bilangan bulat. Keempat tipe soal ini dijadikan sebagai instrumen untuk mengungkap konsepsi siswa.
  • 4. Instrumen yang berupa soal-soal kontekstual dalam materi operasi hitung bilangan bulat divalidasi secara logis dan empiris. Validas logis dilakukan (ditimbang) oleh para ahli di bidangnya terhadap instrumen tersebut terbebas (lulus) dari konflik penalaran. Sedangkan validitas empiris dilakukan untuk menguji apakah instrumen yang telah lulus dari validitas logis itu layak digunakan untuk mengungkap konsepsi siswa. Setelah instrumen penelitian memenuhi syarat, selanjutnya dilakukan pengungkapan konsepsi siswa. Data yang diperoleh dari pengungkapan tersebut, selanjutnya dianalisis sesuai dengan keempat tipe soal kontekstual. Hasil dan Pembahasan Penelitian Ada empat tipe soal kontekstual, yang digunakan untuk mengungkap konsepsi siswa dalam operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, yaitu tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan tipe 4. Secara rinci keempat tipe soal kontekstual tersebut dan konsepsi siswa, diberikan melalui Tabel 1 dan Gambar 1. Tabel 1. Tipe-Tipe Soal Kontekstual Tipe Soal Kontekstual 1 Pada waktu musim kemarau suhu rata-rata di kota Pontianak tercatat 290C. Sedangkan pada waktu musim penghujan suhu rata-rata turun 20C. Berapakah suhu rata-rata di kota Pontianak pada waktu musim penghujan? 2 Dalam suatu latihan baris berbaris di sekolah, Andi diminta untuk maju 5 langkah dan setelah berhenti ia diminta balik kanan. Setelah itu, ia diminta mundur 3 langkah. Seluruhnya kaki Andi bergerak ada .... langkah? 3 Suhu wedus gembel di kawah Merapi bisa mencapai 1.0000C. Ketika wedus gembel bergerak ke lereng Merapi sejauh empat kilometer, suhunya berkurang menjadi 5000C. Berapakah suhu wedus gembel setelah bergerak ke lereng Merapi sejauh empat kilometer? 4 Isilah titik-titik berikut dengan bilangan yang tepat! 1.  56  23  .... 2.  7  5  .... 3. 25 + 9  .... 4.  19 + 31  ....
  • 5. 67% 53% 89% 48% 33% 47% 11% 52% Benar Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Gambar 1. Konsepsi Siswa menurut Tipe Soal Kontekstual Salah Jawaban siswa untuk masing-masing tipe soal kontekstual, secara garis besar 60 50 40 30 20 10 0 dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jawaban benar dan jawaban salah. Jawaban benar menunjukkan bahwa konsepsi awal (struktur kognitif) siswa sesuai dengan konsep operasi penjumlahan ataupun pengurangan bilangan bulat. Sedangkan jawaban salah menunjukkan bahwa konsepsi siswa tidak sesuai dengan kedua konsep operasi bilangan tersebut. Secara terperinci dari kedua jawaban siswa tersebut jika dikaji menurut masing-masing tipe soal kontekstual dapat diberikan pembahasan sebagai berikut. Pertama, ragam konteks yang terdapat dalam soal tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan tipe 4 diduga sebagai penyebab bervariasinya jumlah jawaban benar maupun jawaban salah. Namun demikian, rerata struktur kognitif siswa yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan soal kontekstual tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan tipe 4 masing-masing adalah 65% dan 35%. Dugaan tersebut didasarkan pada pandangan Schoenfeld (2006) bahwa bervariasinya soal-soal kontekstual tersebut merupakan sarana untuk memediasi keluarnya pengalaman yang telah terkonstruksi di dalam pikiran (struktur kognitif) siswa. Kedua, untuk soal kontekstual tipe 1, tipe 2, dan tipe 3 siswa yang menjawab salah lebih sedikit daripada siswa yang menjawab benar. Rerata miskonsepsi dan konsepsi siswa untuk ketiga soal kontekstual tersebut, masing-masing 30% dan 70%. Diduga penyebabnya adalah bahwa konteks ketiga soal tersebut yang masing-masing berhubungan dengan kehidupan personal, pengalaman akademik,
  • 6. dan pengalaman masyarakat maupun yang terkait dengan operasi pengurangan bilangan bulat lebih banyak yang sesuai dengan struktur kognitif siswa. Ketiga, secara teoritis seyogyanya yang menjawab benar untuk soal kontekstual tipe 1, dan tipe 2 lebih banyak daripada siswa yang benar untuk soal kontekstual tipe 3. Mengapa demikian? Penyebabnya mungkin karena mereka lebih mudah mengakses berita mengenai meletusnya gunung merapi dari banyak sumber, misalnya televisi. Sedangkan soal kontekstual tipe 1 maupun tipe 2 lebih jarang mereka alami (dengar maupun lihat). Akibatnya, struktur kognitif siswa lebih mudah beradaptasi dengan soal kontekstual tipe 3 daripada soal kontekstual tipe 1 maupun tipe 2. Keempat, temuan penelitian yang menunjukkan bahwa soal kontekstual tipe 4 yang terkait langsung dengan simbol-simbol matematika ternyata termasuk soal yang paling banyak dijawab salah oleh siswa SD kelas V. Temuan ini menguatkan pandangan bahwa meskipun simbol-simbol matematika selalu dikomunikasikan kepada siswa, tetapi tidak menjamin simbol-simbol tersebut “nyantel” (baca bermakna) bagi struktur kognitifnya. Hal ini dikarenakan simbol-simbol matematika bersifat “artifisial” (tiruan) yang hanya mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya (Sugiatno dan Rif’at, 2010). Oleh karena itu, temuan tersebut memberikan pemahaman bahwa pelajaran matematika yang disajikan langsung melalui simbol-simbol—tanpa dijembatani oleh alat bantu belajar (salah satunya adalah konteks berupa pengalaman-pengalaman lingkungan siswa) cenderung menyulitkan siswa. Kelima, mengapa konteks berupa pengalaman-pengalaman lingkungan siswa lebih mudah terjangkau oleh pikiran siswa? Piaget (1985) berpandangan bahwa tidak hanya naluri yang menyebabkan setiap anak dapat merespons suatu objek konkret, tetapi ia juga memiliki skemata dari pengalamannya mengasimilasi dan mengakomodasi objek konkret. Oleh karena pengalaman yang diperoleh seseorang terjadi berulangkali, maka skemata yang terbentuk tidak lagi berupa objek konkret, tetapi telah berubah menjadi representasi-representasi lain (dapat berupa kata-kata, kalimat, gambar, maupun simbol-simbol) yang sama konkretnya dengan objek konkret tersebut.
  • 7. Simpulan dan Saran Simpulan Soal kontekstual operasi pengurangan bilangan bulat yang terkait dengan kehidupan siswa di masyarakat, ternyata paling sesuai dengan struktur kognitif siswa jika dibandingkan dengan soal kontekstual yang terkait dengan personal siswa maupun soal kontekstual sesuai dengan kehidupan siswa di kelas dan soal kontekstual yang terkait dengan matematika (operasi pengurangan dan penjumlahan bilangan bulat). Soal kontekstual yang terkait dengan simbol-simbol operasi pengurangan dan penjumlahan bilangan bulat lebih sukar dijangkau oleh struktur kognitif daripada soal kontekstual tipe 3, tipe 1, maupun tipe 2. Saran Perlu ada kajian yang lebih mendalam melalui suatu survai yang me-libatkan suatu sampel yang representatif mengenai konsepsi siswa yang terkait dengan soal kontekstual matematika. Oleh karena soal kontekstual yang terkait dengan simbol-simbol operasi pengurangan dan penjumlahan bilangan bulat lebih sukar dijangkau oleh struktur kognitif siswa, maka di dalam merencanakan maupun melaksanakan pembelajaran materi tersebut seyogyanya guru meng-gunakan alat bantu (media pembelajaran) tertentu.
  • 8. DAFTAR PUSTAKA Ausubel, D. 1968. Educational psychology: A cognitive view. New York : Holt, Rinehart, and Winston. Bickmore-Brand. 1993. Implications from recent research in language arts for mathematical teaching. In J. Bickmore-Brand (Ed.), Language in Mathematics. Portsmouth, NH: Heinemann. Frudental, Hans. 2002. Didactical Phenomenology of Mathematical Structures. New York: Kluwer Academic Publishers. Ginsburg, H. P. 1997. Mathematical learning disabilities: A view for develop-mental psychology. Journal of Learning. Jennings, Sue dan R, Dunne. 1999. Math Stories, Real Stories, Real-life Stories. [Online]. Tersedia: http:www.ex.ac.uk/telematics/T3/maths/actar 01,htm. [14 Desember 2010]. Novak, J. D., & Gowin, D. B. (1984). Learning how to learn. New York and Cambridge, UK: Cambridge University Press. Piaget, J. 1985. The Equilibration of Cognitive Structures: The Central Problem of Intellectual Development. Chicago: University of Chicago Press. Schoenfeld, AH. 2006. Mathematics teaching and learning. Dalam PA Alexander dan PH Wiinne (Eds.), Handbook of of Educational Psychology (2nd edition) (pp. XX-XX). NJ: Erlbaum. Mahwah, NJ: Erlbaum. Sugiatno. 2010. Studi Pendahuluan. Pontianak: FKIP Universitas Tanjungpura. Sugiatno dan Rif’at. 2010. Mengembangkan kemampuan komunikasi matematis Mahasiswa calon guru melalui perkuliahan matematika dengan menggunakan model pembelajaran Transactional reading strategy. Laporan Penelitian Riset Strategi Nasional. Universitas Tanjungpura Pontianak. Suharsimi, Arikunto, 1993. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Supinah. 2008. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP. Yogyakarta. Pusat dan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. Zulkardi dan Ilma, R. 2006. Mendesain Sendiri Soal Kontekstual Matematika. Semarang: Prosiding SMK Negeri 13.