Be gg, fariz adlan, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma,audit & internal control , universitas mercu buana,2017
1. Business Ethics & GG: Audit & Internal Control Serta Sistem Pengendalian Internal (SPI)
Oleh : Fariz Adlan
Pendahuluan
Perusahaan memainkan peranan penting dalam kehidupan, karena menjalankan fungsi –
fungsi produksi dan distribusi barang dan jasa. Perusahaan juga memiliki peranan penting karena
terlibat secara langsung dalam proses alokasi sumber daya yang bersifat ekonomis bagi
masyarakat. Peranan ini sangat penting mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat
ekonomis sangat terbatas dan oleh karenannya harus dapat dialokasikan seoptimal mungkin.
Perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya akan dipengaruhi oleh suatu rerangka tata
kelola (corporate governance framework).
Agar perusahaan memiliki kelangsungan jangka panjang, shareholders dan stakeholders
perlu mempertimbangkan tata kelola yang baik (good corporate governance). Pada kondisi
perekonomian seperti yang terjadi pada saat ini, pengelolaan perusahaan telah dianggap penting
sebagaimana telah diterapkan pada pemerintah suatu negara. Pernyataan diatas telah menegaskan
kedudukan penting perusahaan – perusahaan dalam menjalankan peran mereka dalam kehidupan
ekonomi dan sosial.
Corporate governance didefinisikan sebagai perangkat peraturan yang mengatur hubungan
antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan
serta para pemegang intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak – hak dan kewajiban
mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Tujuan corporate governance untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders). Menurut Messier et al. (2005:514), definisi audit intern adalah:
"audit intern adalah aktivitas independen, keyakinan objektif, dan kondisi
yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi dan tujuan
organisasi. Audit ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan
melakukan pendekatan sistematis dan disiplin ilmu untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata
kelola.”
Berdasarkan pengertian diatas nampak bahwa pelaksanaan audit intern sangat berperan bagi
manajemen yang telah menerapkan pengendalian intern yang merupakan bagian dari suatu
perusahaan terutama BUMN.
2. Peranan Audit Intern Dalam Penerapan Good Corporate Governance Yang Efektif
Audit internal merupakan suatu fungsi penilaian yang independen yang dirancang untuk
mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan kegiatan organisasi (Hiro Tugiman, 2004). Good
Corporate Governance adalah proses dan struktur yang digunakan untuk meningkatkan
keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dan
jangka panjang dengan memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya.
Pengertian empat langkah kerja pelaksanaan audit intern diatas menurut Tugiman (1997:53-78)
adalah sebagai berikut:
I. Perencanaan harus didokumentasikan dan mencakup
a. Menetapkan tujuan dan ruang lingkup pekerjaan,
b. Mendapatkan informasi mengenai aktivasi yang diperiksa,
c. Menentukan sumber – sumber yang penting dalam melaksanakan audit,
d. Mengkomunikasikan dengan pihak – pihak tertentu,
e. Melakukan survey langsung,
f. Menulis program audit,
g. Menentukan kapan, kepada siapa hasil audit dikomunikasikan,
h. Mendapatkan persetujuan dan perencanaan pekerjaan audit.
II. Proses
a. Seluruh informasi yang berhubungan dengan tujuan dan ruang lingkup
dikumpulkan,
b. Prosedur audit termasuk teknik pengujian dan sample harus dipilih,
c. Proses pengumpulan analisis dan interprestasi serta dokumentasi harus diawasi
untuk memelihara objektivitas.
III. Audit intern harus melaporkan hasil audit
a. Laporan ditulis setelah pekerjaan audit selesai,
b. Audit intern harus mendiskusikan kesimpulan – kesimpulan dan rekomendasi –
3. rekomendasi dengan pihak manajemen,
c. Laporan harus objektif dan jelas, ringkas, konstruktif dan tepat waktu,
d. Laporan mencakup rekomendasi untuk pemeliharaan dan pernyataan keberhasilan
pelaksanaan disertai tindakan koreksi,
e. Laporan menyatakan tujuan, ruang lingkup, dan hasil pemeriksaan.
IV. Pemeriksa intern harus melakukan tindak lanjut untuk memastikan tindakan yang
pantas dilakukan.
Pemahaman SPI (Sistem Pengendalian Intern)
Sistem pengendalian intern merupakan suatu perencanaan yang meliputi struktur organisasi
dan semua metode dan alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan
dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan
kebenaran data akuntansi, mendorong efisiensi, dan membantu mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen yang telah ditetapkan.
Tujuan SPI
Dari definisi di atas dapat kita lihat bahwa tujuan adanya pengendalian intern:
1. Menjaga kekayaan organisasi.
2. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi.
3. Mendorong efisiensi.
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Jenis SPI
Dilihat dari tujuan tersebut maka sistem pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pengendalian Intern Akuntansi (Preventive Controls)
Pengendalian Intern Akuntansi dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya
adalah menjaga kekayaan perusahaan dan memeriksa keakuratan data akuntansi. Contoh :
adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab antar unit organisasi.
4. 2. Pengendalian Intern Administratif (Feedback Controls).
Pengendalian Administratif dibuat untuk mendorong dilakukannya efisiensi dan mendorong
dipatuhinya kebijakkan manajemen.(dikerjakan setelah adanya pengendalian akuntansi) Contoh :
pemeriksaan laporan untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil tindakan.
Peran Penting SPI
1. Membantu manajemen dalam mengendalikan dan memastikan keberhasilan kegiatan
organisasi.
2. Menciptakan pengawasan melekat, menutupi nkelemahan dan keterbatasan personel,
serta mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan.
3. Membantu auditor dalam menentukan ukuran sampel dan pendekatan audit yang akan
diterapkan.
4. Membantu auditor dalam memastikan efektifitas
5. audit, dengan keterbatasan waktu dan biaya audit
Keterbatasan SPI
1. Kekeliruan pengoperasian sistem (mistake in judgement) karena terbatasnya informasi
dan waktu, karena tekanan lingkungan, atau karena terbatasnya kemampuan, meskipun
SPI sudah dilengkapi dengan pedoman penyelesaian masalah.
2. Pelanggaran sistem (breakdowns), baik disengaja atau tidak, misalnya karena kesalahan
interpretasi,kecerobohan, gangguan lingkungan, perubahan personalia, atau perubahan
sistem dan prosedur.
3. Kolusi, atau kerjasama negatif sekelompok orang.
4. Pelanggaran dengan sengaja oleh manajemen (management override)
5. Dilema biaya-manfaat (costs versus benefits)
Penanggungjawab SPI
1. COSO (committee of sponsoring organizations), suatu organisasi yang anggotannya terdiri
dari AAA (the American Accounting Association), AICPA, IIA (the Institute of Internal Auditors),
IMA (the Institute of Management Accountants), dan FEI (the Financial Executive
Institute), menyatakan bahwa setiap personel dalam suatu organisasi memiliki
tanggungjawab dan merupakan bagian dari struktur pengendalian interen organisasi.
5. 2. pihak eksteren, seperti auditor independent serta lembaga otoritas yang lain, dimungkinkan
untuk memberikan kontribusi dalam perancangan struktur pengendalian interen, tetapi mereka
tidak bertanggungjawab terhadap efektifitas SPI dan bukan bagian dari SPI
3. Kelompok berperan besar:
a. Manajemen,
b. Dewan komisaris dan komite audit,
c. Auditor interen,
d. Personel lain dalam organisasi,
e. Auditor independen,
f. Fihak luar lain, seperti lembaga-lembaga otoritas yang memiliki kewenangan untuk mengatur
jalannya organisasi
Lingkungan Pengendalian
Adalah kondisi lingkungan organisasi yang sehat untuk mendukung penerapan SPI, yang
komponennya terdiri dari:
1. Integritas dan nilai-nilai etika yang tertanam dalam budaya organisasi,
2. Komitmen terhadap kompetensi,
3. Peran dan pengaruh dewan komisaris serta komite audit,
4. Filosofi manajemen dan gaya operasi organisasi,
5. Struktur organisasi yang mampu memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab
dengan baik,
6. Budaya dan aturan yang sehat dalam mekanisme penetapan otoritas dan tanggungjawab,
7. Kebijakan dan praktik yang sehat di bidang sumber daya manusia.
8. Pengaruh faktor-faktor eksteren organisasi
Prosedur Pemahaman SPI
Pemahaman SPI mencakup:
6. 1. Memahami lingkungan pengendalian.
2. Memahami disain kebijakan dan prosedur masing-masing komponen SPI
3. Mengevaluasi penerapan nkebijakan dan prosedur.
Pemahaman dilakukan dengan cara:
1. Review pengalaman dengan klien dalam penugasan audit sebelumnya.
2. Wawancara dengan manajemen, staff, serta personel pelaksana.
3. Inspeksi dokumen dan catatan.
4. Observasi aktivitas dan operasi perusahaan.
Elemen SPI
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan Pengendalian dari suatu organisasi menekankan pada berbagai macam faktor yang
secara bersamaan mempengaruhi kebijakan dan prosedur pengendalian
2. Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi tidak hanya digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan saja, tetapi juga
menghasilkan pengendalian manajemen.
3. Prosedur Pengendalian
Prosedur pengendalian merupakan kebijakan dan aturan mengenai kelakuan karyawan yang
dibuat untuk menjamin bahwa tujuan pengendali-an manajemen dapat tercapai.
Secara umum prosedur pengendalian yang baik terdiri dari:
a. Penggunaan wewenang secara tepat untuk melakukan suatu kegiatan atau transaksi.
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki
wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi
harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya
setiap transaksi. Dengan adanya pembagian wewenang ini akan mempermudah jika akan
dilakukan audit trail, karena otorisasi membatasi aktivitas transaksi hanya pada orang-orang yang
terpilih. Otorisasi mencegah terjadinya penyelewengan transaksi kepada orang lain.
b. Pembagian tugas.
7. Pembagian tugas memisahkan fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi
(pencatatan). Dan suatu fungsi tidak boleh melaksanakan semua tahap suatu transaksi.
Dengan pemisahakn fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi pencatatan, catatan akuntansi
yang disiapkan dapat mencerminkan transaksi yang sesungguhnya terjadi pada fungsi operasi
dan fungsi penyimpanan. Jika semua fungsi disatukan, akan membuka kemungkinan terjadinya
pencatatan transaksi yang sebenarnya tidak terjadi, sehingga informasi akuntansi yang dihasilkan
tidak dapat dipercaya kebenarannya, dan sebagai akibatnya kekayaan organisasi tidak terjamin
keamanannya.
c. Pembuatan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai.
Prosedur harus mencakup perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai
untuk membantu meyakinkan adanya pencatatan transaksi dan kejadian secara memadai.
Selanjutnya dokumen dan catatan yang memadai akan menghasilkan informasi yang teliti dan
dapat dipercaya mengenai kekayaan, utang, pendapatan dan biaya suatu organisasi.(biasanya
dilakukan berdampingan dengan penggunaan wewenang secara tepat)
d. Keamanan yang memadai terhadap aset dan catatan.
Keamanan yang memadai meliputi pembatasan akses ke tempat penyimpanan aset dan catatan
perusahaan untuk menghindari terjadi-nya pencurian aset dan data/informasi perusahaan.
e. Pengecekan independen terhadap kinerja.
Semua catatan mengenai aktiva yang ada harus dibandingkan (dicek) secara periodik dengan
aktiva yang ada secara fisik. Pengecekkan inni harus dilakukan oleh suatu unit organisasi yang
independen (selain unit fungsi penyimpanan, unit fungsi operasi dan unit fungsi pencatatan)
untuk menjaga objektivitas pemeriksaan.
4. Penilaian Resiko (Risk Assesment)
Semua organisasi memiliki risiko, dalam kondisi apapun yang namanya risiko pasti ada dalam
suatu aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan dengan bisnis (profit dan non profit) maupun non
bisnis. Suatu risiko yang telah di identifikasi dapat di analisis dan evaluasi sehingga dapat di
perkirakan intensitas dan tindakan yang dapat meminimalkannya.
5. Informasi dan komunikasi
Informasi dan komunikasi merupakan elemen-elemen yang penting dari pengendalian intern
perusahaan. Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian risiko, prosedur pengendalian
dan monitoring diperlukan oleh manajemen Winnebago pedoman operasional dan menjamin
ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan.
8. Informasi juga diperlukan dari pihak luar perusahaan. Manajemen dapat menggunakan informasi
jenis ini untuk menilai standar eksternal. Hukum, peristiwa dan kondisi yang berpengaruh pada
pengambilan keputusan dan pelaporan eksternal.
SPI pada Lingkungan Pemrosesan Data Elektronik
Sistem pengendalian intern dalam perusahaan yang menggunakan manual system dalam
akuntansinya lebih menitikberatkan pada orang yang melaksanakan sistem tersebut (People
Oriented). Jika komputer yang digunakan sebagai alat bantu pengolahan data, akan terjadi
pergeseran dari sistem yang berorientasi pada orang ke sistem yang berorientasi pada komputer
(Computer Oriented). Pengendalian Intern Akuntansi dalam lingkungan Pemrosesan Data
Elektronik dibagi menjadi Pengendalian Umum dan Pengendalian Aplikasi.
Pengendalian Umum
Pengendalian umum merupakan standart dan panduan yang digunakan oleh karyawan untuk
melakukan fungsinya. Unsur pengendalian umum ini meliputi:
1. Organisasi,
Dalam manual system, pengendalian dilaksanakan dengan memisahkan fungsi fungsi pokok
(operasi, penyimpanan dan akuntansi). Suatu transaksi akan dilaksanakan oleh fungsi operasi
jika ada otorisasi dari yang berwenang, hasil transaksi akan disimpan oleh fungsi penyimpanan,
dan transaksi yang terjadi akan dicatat oleh fungsi akuntansi.
Dalam sistem komputer, fungsi pokok tersebut seringkali digabung dalam wujud program
komputer, sehingga penggabungan ketiga fungsi tersebut memerlukan metode pengendalian
yang khusus.
2. Prosedur dan standar untuk perubahan program,
3. Pengembangan sistem dan pengoperasian fasilitas pengolahan data.
Informasi yang Didapat Dari SPI
Sistem pengendalian intern klien dalam setiap siklus transaksi harus cukup memberikan
kepastian yang layak bahwa:
1. Transaksi yang tercatat adalah wajar.
2. Transaksi yang tercatat adalah sah
9. 3. Transaksi diotorisasi sebagaimana mestinya
4. Transaksi yang ada sudah di catat
5. Transaksi dinilai sebagaimana mestinya
6. Transaksi diklasifikasikan sebagaimana mestinya
7. Transaksi dicatat pada waktu yang tepat
8. Transaksi dimasukkan dengan tepat ke dalam catatan pembantu dan diikhtisarkan dengan
benar.
Arti Penting SPI
Arti pentingnya SPI bagi manajemen dan auditor independen sudah lama diakui dalam profesi
akuntansi, dan pengakuan tersebut makin meluas dengan alasan :
1. Semakin luas lingkup dan ukuran perusahaan mengakibatkan di dalam banyak hal
manajemen tidak dapat melakukan pengendalian secara langsung atau secara pribadi
terhadap jalannya perusahaan.
2. Pengecekan dan review yang melekat pada sistem pengendalian intern yang baik dapat
akan pula melindungi dari kelemahan manusia dan mengurangi kekeliruan dan
penyimpangan yang akan terjadi
3. Di lain pihak, adalah tidak praktis bagi auditor untuk melakukan pengauditan secara
menyeluruh atau secara detail untuk hampir semu transaksi perusahaan dalam waktu dan
biaya terbatas.
10. Daftar Pustaka
Soetjipta,Felix Hendra.2013.Jurnal Ilmiah Akutansi: PERANAN AUDIT INTERN
DALAM PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE YANG EFEKTIF”
(Studi Kasus PT. XYZ, Bandung).No.10.
http://repository.maranatha.edu/3572/1/Peranan%20Audit%20Intern%20Dalam%20Pene
rapan%20Good%20Corporate%20Governance%20yang%20Efektif.pdf diakses 6 Mei
2017 pukul 12:45
Dwiwarningrum, Karina Sintya.2015.PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM
PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (Studi Kasus pada PT. Bank
Danamon Indonesia (Persero) Tbk. Bandung).Universitas Widayatama.Bandung
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/5608 diakses 6 Mei 2017
pukul 12:48
Akutansi Universitas Trunojoyo Madura. PEMAHAMAN SPI (SISTEM
PENGENDALIAN INTERN)
https://www.academia.edu/8446057/PEMAHAMAN_SPI diakses 6 Mei 2017 pukul
12:52