1. N
PERP
Nama : Sin
Npm : E
Sem
PAJAKAN
ntia Sri A
ED11511
Angraeni
2056
mester V
N NON R
V
REGULEER
2. Pendahuluan
Suatu perusahaan yang telah berjalan tidak boleh tidak memonitor kegiatannya dan hasilnya.
Manajemen harus mempunyai pandangan dan sikap yang profesional untuk memajukan atau
meningkatkan hasil yang telah dicapainya.pandangan dan sikap tersebut di atas dinyatakan dalam
kesibukan manajemen untuk selalu melihat, meneliti, menganalisa dan mengambil keputusan
atas laporan-laporan yang telah sampai ke atas meja mereka. Laporan tersebut yang digunakan
sebagai dasar keputusannya baik untuk mengendalikan atau mengarahkan biasanya berbentuk
meringkas kejadian yang paling terakhir terjadi dan kondisi perusahaan. Unit/satuan
pengukurannya tidak hanya menggunakan rupiah tetapi juga satuan jam kerja, satuan berat,
penggunaan karyawan atau ukuranyang lain yang diperlukannya. Di samping laporan berfungsi
untuk mengendalikan dan mengarahkan, laporan juga mempunyai arti untuk menilai apakah
kebijaksanaan perusahaan yang telah ditentukan dijalankan, apakah kondisi keuangannya sehat,
kegiatan penjualannya menguntungkan dan hubungan antar bagian, atau departemen berlangsung
harmonis.
Apakah jaminan manajemen bahwa laporan-laporan tersebut bisa tepat waktu, membuat
penjelasan yang diperlukan, teliti dan benar atau dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan.
Hanya dengan pemeriksaan yang terus berkesinambungan dan di analisa, laporan dan catatan-
catatan dari mana laporan di atas didapat, manajemen dapat meletakkan kepercayaannya
terhadap laporan yang akan digunakan diperlukan itu. Pemeriksaan terus-menerus dan analisa
laporan dan catatan-catatan sering disebut pengendalian intern. Sistem pengendalian intern akan
menghasilkan laporan yang dikehendaki manajemen di atas, dalam arti yang tegas, dan sistem
tersebut akan : (a) mengamankan sumber dari pemborosan, kecurangan, dan ketidah efesienan,
(b) meningkatkan ketelitian dan dapat dipercayainya data akutansi, (c) mendorong ditaati dan
dilaksanakannya kebijakan perusahaan, (d) meningkatkan efisiensi. Sistem pengendalian intern
tersebut akan berada dan mempengaruhi semua kegiatan perusahaan. Ini meliputi metode-
metode dimana manajemen atas akan memberi delegasi atau wewenang dan memberi tanggung
jawab untuk fungsi pembelian, penjualan produksi dan akuntansi. Dalam akuntansi, SPI yang
berlaku dalam perusahaan/entitas merupakan faktor yang menentukan keandalan laporan
keuangan yang dihasilkan oleh entitas tersebut. Oleh karena itu dalam memberikan pendapat atas
kewajaran laporan yang di auditnya, Auditor meletakkan kepercayaan atas efektivitas SPI dalam
mencegah terjadinya kesalahan yang material dalam proses akuntansi.
3. Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui alasan-alasan tentang pentingnya Auditor
memahami pengendalian intern perusahaan klien dan untuk memenuhi tugas yang diberikan
dosen mata kuliah Audit.
Manfaat Makalah
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai penambah wawasan tentang pentingnya
pengendalian bagi auditor.
Metode penulisan Metode penulisan makalah ini hanya memakai metode kepustakaan atau
menyusun dari beberapa buku literatur yang berkaitan dengan pengendalian intern.
Pembahasan
Defenisi Pengendalian Intern Menurut PSAP pengendalian intern adalah suatu proses-yang
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas-yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : (a)
keandalan pelaporan keuangan,(b) efektivitasdan efisiensi operasi, dan(c) kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku. Dari defenisi pengendalian tersebut terdapat beberapa
konsep dasar berikut ini :
1. pengendalian merupakan suatu proses. Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk
mencapai tujuan tertentu, bukan tujuan itu sendiri.pengendalian intern merupakan suatu
rangkaian tindakan bersifat pervasif dan menjadi bagian tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai
tambahan dari infrastruktur entitas
2. pengendalian dijalankan oleh orang.pengendalian intern bukan hanya terdiri dari pedoman
kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang
menckup dewan komisaris, manajemen dan personel lain.
3. pengendlian intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan
keyakinan mutlak, bagi manajemen dan komisaris entitas.
4. pengendalian ditujukan untuk mencpai tujuan yang saling berkaitan: pelaporan, keuangan,
keparuhan dan operasi.
Pengendalian terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini :
a. Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran
pengendalian orang-orangnya.
b. Penaksiran resiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan untuk
mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola
4. c. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa
arahan manajemen dilaksanakan.
d. Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapandan pertukaran informasi
dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab
mereka.
e. Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kerja pengendalian intern sepanjang
waktu.
Keterbatasan Struktur Pengendalian Intern Suatu Entitas Struktur pengendalian intern setiap
entitas memiliki keterbatasan bawaan sehingga hanya memberikan keyakinan memadai , bukan
mutlak , kepada manajemen dan dewan komisaris tentang pencapaian tujuan entitas. Berikut
adalah keterbatasan bawaan yang melekat setiap struktur pengendalian intern:
1.Kesalahan dalam pertimbangan. Seringkali manajemen dan personil lain dapat salah dalam
mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena
tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu atau tekanan lain.
2.Gangguan. Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personel
secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena lalai tidak adanya perhatian,
atau kelelahan.perubahanyang bersifat sementara atau permanen dalam personel atau dalam
sistem dan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan.
3. Kolusi. Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut kolusi, ini dapat
mengakibatkan bobolnya pengendalianintern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas
dan tidak terungkapnya ketidkberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh struktur
pengendalian intern yang dirancang.
4. Pengabaian oleh manajemen. Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang
telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian
kondisi keuangan yang berlebihan atau kepatuhan semu.
5. Biaya lawan manfaat. Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan SPI tidak boleh melebihi
manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut.
Ada delapan tujuan pengendalian intern terperinci yang sudah mencakup kepentingan pokok
akuntan pemeriksa untuk mencegah kesalahan pancatatan transaksi dalam buku jurnal dan dalam
beberapa catatan lainnya. Sistem pengendalian intern klien dalam setiap siklus transaksi harus
cukup memberikan kepastian yang layak bahwa :
• Transaksi yang tercatat adalah wajar.
• Transaksi yang tercatat adalah sah
• Transaksi diotorisasi sebgaimana mestinya
5. • Transaksi yang ada sudah di catat
• Transaksi dinilai sebagaimana mestinya
• Transaksi diklasifikasikan sebagaimana mestinya
• Transaksi dicatat pada waktu yang tepat
• Transaksi dimasukkan dengan tepat ke dalam catatan pembantu dan diikhtisarkan dengan
benar.
Mengapa Auditor perlu memperoleh pemahaman tentang SPI kliennya ?
Arti pentingnya SPI bagi manajemen dan auditor independen sudah lama diakui dalam profesi
akuntansi, dan pengakuan tersebut makin meluas dengan alasan :
• Semakin luas lingkup dan ukuran perusahaan mengakibatkan di dalam banyak hal manajemen
tidak dapat melakukan pengendalian secara langsung atau secara pribadi terhdap jalannya
perusahaan.
• Pengecekan dan review yang melekat pada sistem pengendalian intern yang baik dapat akan
pula melindungi dari kelemahan manusia dan mengurangi kekeliruab dan penyimpngan yang
akan terjadi
• Di lain pihak, adalah tidak praktis bagi auditor untuk melakukan pengauditan secara
menyeluruh atau secara detail untuk hampir semu transaksi perusahaan dalam waktu dan biaya
terbatas.
Menurut Bambang Hartadi, Ak berikut di bawah ini di pandang sebagai alasan mengapa sistem
pengendalian intern diperlukan.
1. Luas dan ukuran kesatuan usaha yang menjadi begitu kompleks dan meluas sehingga
manajemen harus mempercayai berbagai macam laporan-laporan dan analisis-analisis. Untuk
mengendalikan operasi secara efektif.
2. Pengawasan dan penelaahan yang melihat pada sistem pengendalian intern yang baik mampu
melindungi terhadap kelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan kesalahan atau
ketidakberesan akan terjadi.
3.Tidak praktis apakah akuntan untuk memeriksa secara keseluruhan dan keterbatasan uang jasa
(fee) tanpa mempercayai sistem pengendalian intern.
Tujuan Auditor memahami struktur pengendalian intern adalah sebagai berikut ;
• Memenuhi standar auditing khususnya standar pelaksanaan auditing nomor dua.
• Untuk menentukan kemungkinan dilakukannya pemeriksaan.
6. • Untuk menentukan luasnya atau ruang lingkup audit atau menentukan bukti-bukti audit yang
harus dikumpulkan
• Untuk membantu sebagai dasar rekomendasi (jika perlu) kepada manajemen untuk
mengadakan perbaikan-perbaikan supaya SPI semakin sempurna.
Secara umum, auditor perlu memperoleh pemahaman tentang SPI kliennya untuk perencanaan
auditnya. Secara khusus, pemahaman auditor tentang struktur pengendalian intern yang berkaitan
dengan suatu asersi adalah untuk digunakan dalam kegiatan berikut ini :
1. kemungkinan atau tidaknya audit dilaksanakan
2. salah saji material yang potensial dapat terjadi
3. risiko deteksi
4. perancangan pengujian substantif
Sebagai contoh dalam memeriksa asersi keberadaan kas, perlu memperoleh pemahaman tentang
SPI terhadap asersi tersebut. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini menuntut auditor untuk
memperoleh pemahaman tentang SPI yang berkaitan dengan asersi keberadaan kas :
• jenis asersi apa yang dapat terjadi dalam asersi keberadaan kas ?
• faktor apa saja yang berdampak terhadap resiko salah saji material dan berapa taksiran tingkat
risiko pengendalian ?
• pengujian substantif apa yang perlu di desain?
Oleh karena itu, auditor perlu memperoleh pemahaman tentang kebijakan dan prosedur yang
berkaitan dengan asersi keberadaan kas dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya
saldo akun bank di catat benar-benar ada. Jika dari hasil pemahaman dan pengujian efektivitas
pengendalian intern ternyata pengendalian intern dalam perusahaan klien sangat lemah atau sama
sekali tidak ada, tidaklah mungkin bagi auditor untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan klien. Masalah utama yang timbulkarena sangat lemahnya pengendalian intern
adalah adanya kemungkinan tidak dicatatnya jumlah-jumlah yang material seperti misalnya hasil
penjualan, utang yang ditarik klien, dan pemilik kekayaan. Oleh karena itu, jika pengendalian
intern di perusahaan sangat jelek, auditor harus menolak untuk melaksanakan audit atau menolak
untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya.
Hasil studi dan pengujian efektivitas pengendalian intern menentukan juga luasnya audit yaitu
dalam hal ;
1. pemilihan prosedur audit yang akan digunakan dalam audit.
7. 2. pemlihan saat penerapan prosedur audit tersebut , yaitu apakah diterapkan sebelum tanggal
laporan keuangan atau sesudahnya.
3. penentuan jumlah pengujian (test) yang diperlukan untuk mendukung pendapat auditor atas
laporan keuangan yang diauditnya,
Jika dari hasil pemahaman dan pengujian efektivitas pengendalian intern, auditor menemukan
adannya kelemahan-kelemahan di dalamnya, auditor bertanggung jawab untuk memberitahukan
penemuannya tersebut kepada manajemen. Atas dasar informasi tersebut manajemen dapat
memperbaiki pengendalian internnya jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang
dikorbankan.
Pertimbangan Pengendalian Intern Dalam Perencanaan Audit
Dalam semua Audit, Auditor harus memperoleh pemahaman masing-masing dari lima
komponen pengendalian intern yang cukup untuk merencanakan audit dengan melaksanakan
prosedur untuk memahami dewsain pengendalian relevan dengan suatu audit laporan keuangan
dan apakah pengendalian tersebut dioperasikan.
Dalam perencanaaan audit pengetahuan tersebut harus digunakan untuk :
a. mengidentifikasi tipe salah saji potensial
b. mempertimbangkan faktor-faktor yang berdampak terhadap resiko salah saji material
c. mendesain pengujian substantif.
Sifat, saat dan luasnya prosedur yang dipilih auditor untuk memperoleh pemahaman akan
bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman sebelumnya dengan entitas, sifat
pengendalian khusus yang terkait, dan sifat dokumentasi pengendalian khusus yang
diselenggarakan oleh entitas. Apakah suatu pengendalian telah dioperasikan adalah berbeda dari
efektivitas operasinya. Dalam memperoleh pengetahuan tentang apakah pengendalian telah
dioperasikan, auditor menentukan bahwa entitas telah menggunakannya. Di lain pihak,
efektivitas operasi, berkaitan dengan bagaimana pengendalian tersebut diterapkan, konsistensi
penerapannya, dan oleh siapa pengendalian tersebut diterapkan.
8. Penutup
Kesimpulan
• Dalam akuntansi, SPI yang berlaku dalam perusahaan/entitas merupakan faktor yang
menentukan keandalan laporan keuangan yang dihasilkan oleh entitas tersebut. Oleh karena itu
dalam memberikan pendapat atas kewajaran laporan yang di auditnya, Auditor meletakkan
kepercayaan atas efektivitas SPI dalam mencegah terjadinya kesalahan yang material dalam
proses akuntansi.
• Pengendalian intern merupakan suatu proses-yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen, dan personel lain entitas-yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai
tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : (a) keandalan pelaporan keuangan,(b)
efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
• Arti pentingnya SPI bagi manajemen dan auditor independen: karena : manajemen tidak dapat
melakukan pengendalian secara langsung atau secara pribadi terhadap jalannya perusahaan.,
Pengecekan dan review yang melekat pada sistem pengendalian intern yang baik dapat akan pula
melindungi dari kelemahan manusia dan mengurangi kekeliruan dan penyimpngan yang akan
terjadi, tidak praktis bagi auditor untuk melakukan pengauditan secara menyeluruh atau secara
detail untuk hampir semu transaksi perusahaan dalam waktu dan biaya terbatas.
• Pemahaman auditor tentang struktur pengendalian intern yang berkaitan dengan suatu asersi
adalah untuk digunakan dalam kegiatan: mungkin atau tidaknya audit dilaksanakan, salah saji
material yang potensial dapat terjadi, risiko deteksi, perancangan pengujian substantif.
9. Daftar Pustaka
1. Hartadi, Bambang, Drs, Ak.. Auditing. BPFE YOGYAKARTA, 1990
2. Mulyadi, Drs. Msc., Ak, Pemeriksaan Akuntansi, BP- STIE YKPN Yogyakarta, 1985.
3. Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Profesional Akuntan Publik per Agustus 1994,
Yogyakarta: Bagian penerbitan STIE, YKPN, 1994.
4. Mulyadi, Sistem Akuntansi.Edisi-3 Jakarta: PT Salemba Empat, 2001
5. https://ovy19.wordpress.com/2009/11/04/pengendalian-internal/