Hadis shahih adalah hadis yang memenuhi kriteria (1) sanadnya bersambung, (2) perawinya adil dan dhabit, (3) bebas dari syadz dan illat. Terdapat dua jenis hadis shahih yaitu shahih lidzatih yang memenuhi semua kriteria dan shahih lighairih yang memenuhi sebagian kriteria namun dikuatkan oleh hadis lain.
2. Hadis
shahih menurut bahasa artinya hadis
yang sehat atau hadis yang bersih dari cacat
“Adapun hadis shahih adalah hadis yang
sanadnya bersambung (sampai kepada Nabi,
diriwayatkan oleh (perawi) yang adil dan
dhabit sampai akhir sanad, tidak ada
janggalan dan berillat”
3. 1. Musnad (sanadnya bersambung)
2. Perawinya bersifat adil
3. Perawinya bersifat dhabit
4. Hadis itu selamat dari syadz
5. Hadis itu tidak terkena illat
4. Musnad
yaitu sanadnya bersambung, artinya
dalam periwayatan hadis telah terjadi
pertemuan antara perawi yang diatas
maupun yang dibawahnya, hal ini dikenal
dengan istilah liqa’.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rangkaian para perawi hadis sejak perawi
terakhir sampai kepada para sahabat yang
menerima hadis langsung dari Rasulullah
bersambung dalam periwayatannya.
5. Yang dimaksud dengan perawi yang adil
disamping harus muslim, baligh, dan berakal
sehat, para ulama berbeda pendapat mengenai
kriteria-kriteria mengenai sifat lain yang harus
ada. Sifat-sifat itu antara lain sebagai berikut:
Tidak pernah melakukan dosa besar dan tidak
berulang kali melakukan dosa kecil
Menjaga sifat Muru’ah, yaitu senantiasa
menjaga kehormatannya sesuai dengan
kedudukannya.
Senantiasa menjalankan perintah agama dan
meninggalkan semua larangannya.
6. Dhabit artinya orang yang hafal dan teliti
sehinga ia hafal apa yang ia dengar dan ia
dapat mengulangnya dengan mudah. Artinya
bahwa orang yang disebut dhabit itu haruslah
dapat mendengarkan secara utuh apa yang
diterima dan memahami sehingga isinya
terpatri dalam ingatannya, kemudian mampu
menyampaikan kepada orang lain.
Singkatnya orang yang dhabit itu mempunyai
3 fungsi otak yang baik yaitu 1). Retention
(mengecamkan), 2) Remembering
(mengingat), 3) Recalling (Mereproduksikan
kembali).
7. Syadz
menurut bahasa artinya menyendiri.
Dan syadz yang dimaksud disini adalah suatu
hadis yang bertentangan dengan hadis yang
diriwayatkan oleh perawi lain yang lebih kuat
atau lebih tsiqah (dhabit dan adil). Sehingga
dari sini dapat dipahami bahwa matan yang
tidak syadz adalah matan yang tidak
bertentangan dengan hadis yang lain yang
lebih kuat atau yang lebih tsiqah.
8.
Kata illat secara bahasa berarti cacat,
penyakit dan lain-lain. Dari pengertian ini
maka dapat diketahui bahwa yang dimaksud
hadis yang tidak terkena illat adalah hadis
yang tidak mempunyai cacat atau penyakit.
Atau dapat didefinisikan juga sebagai hadis
yang tidak terdapat kesalahan atau keraguraguan. Apabila dalam suatu hadis terdapat
illat, maka itu akan mengakibatkan kualitas
hadis tersebut menjadi tidak shahih.
10. Shahih
lidzatih secara bahasa artinya “yang
sah karena dzatnya”, sedangkan hadis shahih
lidzatih yang dimaksud adalah hadis yang
memenuhi seluruh persyaratan keshahihan
hadis secara lengkap. Contohnya sebagai
berikut:
Artinya: “Bukhari berkata: Telah
menceritakan kepada kami “Abdullah bin
Yusuf, (ia berkata) telah mengabarkan
kepada kami, Malik, dari Nafi’, dari Abdullah
bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: “Apabila
mereka bertiga, janganlah dua orang berbisik
tanpa ikut serta orang yang ketiga”.
11. Hadis diatas apabila disusun dengan tertib akan jadi seperti berikut:
Bukhari
Abdullah bin Yusuf
Malik
Nafi’
Abdullah (Ibnu Umar)
Rasulullah
Dari perawi yang pertama tersebut menerima hadis dari perawi
yang ke-dua, perawi yang ke-dua menerima dari yang ke-tiga dan
seterusnya dan sampai kepada Abdullah. Dan Abdullah itulah
sahabat Nabi yang mendengar Nabi bersabda seperti yang
tercantum diatas. Rawi-rawi tersebut dari yang pertama sampai
yang kelima, semua bersifat adil, dapat dipercaya, dhabit dan
benar-benar bersambung. Dari hadis tersebut tidak ditemukan
cacat baik pada sanad maupun pada matan, sehingga dapat diidentifikasikan sebagai hadis shahih lidzatih.
12.
Shahih lighairih secara bahasa artinya
“benar karena yang lainnya”. Secara istilah
dapat dipahami bahwa shahih lighairih di sini
lebih mengacu pada hadis shahih yang bisa
menjadi shahih karena sesuatu yang lain,
atas topangan hadis lain, atau karena di
dalamnya terdapat satu syarat yang kurang
dipenuhi.
13. Contoh:
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah
bersabda: “Sekiranya aku tidak menyusahkan
umatku, tentu aku menyuruh mereka bersiwak
(menggosok gigi) setiap shalat”
Apabila suatu hadis diriwayatkan oleh lima buah
sanad, maka hadis itu dihitung bukan sebagai satu
hadis, tetapi lima hadis. Hadis yang diriwayatkan
oleh empat buah sanad, dihitung sebagai empat buah
hadis, jadi hadis tersebut di atas, yang diriwayatkan
oleh Bukhari dengan sanad tersendiri dan Tirmidzi
dengan sanad tersendiri pula, dihitung sebagai dua
hadis. Pertama adalah hadis Bukhari, yang dinilai
sebagai hadis lidzatih, dan kedua hadis Tirmidzi.
Karena diperkuat oleh hadis Bukhari, hadis Tirmidzi
naik tingkatannya menjadi hadis shahih lighairih.