Dokumen tersebut membahas tentang pengertian hadits shahih dan hasan, serta syarat-syarat yang harus dipenuhi agar sebuah hadits dikategorikan sebagai hadits shahih atau hasan. Juga dibahas tentang tingkatan hadits shahih dan pembagian hadits shahih dan hasan.
2. Pengertian Hadits Shahih
Menurut ahli hadits, adalah hadits yang sanadnya
bersambung, dikutip oleh orang yang adil lagi cermat
dari orang yang sama, sampai berakhir pada
Rasulullah SAW, atau sahabat atau tabi’in, bukan
hadits syadz (kontroversi) dan terkena ‘illat yang
menyebabkan cacat dalam penerimaannya.
Menurut Ibn al-Shalah adalah hadits musnad yang
bersambung isnadnya, dari seorang rawi adil yang
dhobit dari rawi yang dhobit juga sampai akhir dan
tidak ada syadz dan ‘illat (cacat) di dalamnya.
3. Syarat – syarat hadits sahih
Rawinya bersifat adil, Seseoarang bisa dikatakan adil
apabila pada dirinya terdapat sifat yang dapat
mendorong terpeliharanya ketaqwaan, yakni
senantiasa melaksanakan perintah agama dan
meninggalkan larangannya.
Rawinya bersifat dhobit, Menurut Ibnu Hajar Al
asqalani, perawi yang dhabit adalah mereka yang kuat
hafalannya terhadap segala sesuatu yang pernah
didengarnya, kemudian mampu menyampaikan
hafalannya tersebut manakala diperlukan.
4. Syarat – syarat hadits sahih
Sanadnya bersambung adalah bahwa setiap rawi
hadits yang bersangkutan benar – benar menerimanya
dari rawi yang berada di atasnya dan begitu
selanjutnyaa sampai kepada pembicara yang pertama.
Tidak ber’illat adalah hadits hadits yang mengandung
cacat atau penyakit.
Tidak syadz (janggal)
5. Tingkatan Hadits Sahih
Hadits yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim.
Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari saja.
Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim saja.
Hadits yang diriwayatkan sesuai dengan persyaratan B
ukhari danMuslim.
Hadits yang diriwayatkan menurut
persyaratan Bukhari.
Hadits yang diriwayatkan menurut
persyaratan Muslim.
Tingkatan selanjutnya adalah hadits sahih menurut
imam-imam hadits lainnya yang tidak mengikuti
persyaratan Bukhari dan Muslim, seperti Ibn
Khuzaimah dan Ibn Hibban.
6. Pembagian atau Macam-Macam
Hadits Sahih
Hadits sahih li-dzatihi Yaitu hadits yang karena
keadaan dirinya sendiri telah
memenuhi sepenuhnya limasyarat hadits sahih
sebagaimana telah dikemukakan di atas.
2)Hadits Sahih li-Ghairihi Yaitu hadits yang pada
dirinya sendiri belum mencapai kualitas sahih,
misalnya hanya berkualitas hasan li-dzatihi, lalu ada
petunjuk atau dalil lain yang menguatkannya, maka
hadits tersebut meningkat menjadi hadits sahih li-
ghairihi.
7. Pengertian Hadits Hasan
Menurut al-Khattabi ialah hadits hasan adalah hadits
yang diketahui asalnya (sanadnya), perawinya
masyhur, diterima oleh sebagian besar ulama dan para
ahli fiqih juga memakainya.
Menurut At Tirmidzi, hadits hasan adalah hadits yang
diriwayatkan oleh para perawi yang tidak ada dalam
sanadnya perawi yang dituduh suka berbohong,
matannya tidak syadz, dan diriwayatkan pula melalui
jalan yang lain.
Hadits yang dinukilkan oleh seorang yang adil, (tapi)
tidak begitu kuat ingatannya,bersambungan sanadnya,
dan tidak terdapat „illat serta kejanggalan (pada
matannya)
8. Syarat – syarat Hadits Hasan
Sanad hadits tersebut harus bersambung. adalah
bahwa setiap rawi hadits yang bersangkutan benar –
benar menerimanya dari rawi yang berada di atasnya
dan begitu selanjutnyaa sampai kepada pembicara
yang pertama yaitu nabi Muhammad atau sahabat
atau tabi’in.
Perawinya adalah adil. Menjaga ketaqwaannya dengan
menjauhi segala larangan agama dan melaksanakan
semua perintah agama.
9. Syarat – syarat Hadits Hasan
Perawinya memiliki sifat dhabith namun kualitasnya
lebih rendah dari perawi hadits shahih.
Hadits tersebut tidak syadz atau tidak bertentangan
dengan riwayat perawi lain yang lebih tsiqah.
Dalam hadits tersebut tidak terdapat illah atau cacat.
10. Pembagian atau Macam-Macam
Hadits Hasan
Hasan li-dzatihiYakni, hadits yang karena keadaan
dirinya sendiri telah memenuhi sepenuhnya
limasyarat hadits hasan sebagaimana telah
dikemukakan di atas.
Hasan li-Ghairihi Yakni, hadits yang sanadnya ada
rawi yang tidak diakui keahliannya, tetapi ia bukanlah
orang yang terlalu banyak melakukan kesalahan
dalam meriwayatkan hadits, kemudianada riwayat
dengan sanad yang lain yang bersesuaian maknanya.