Dokumen tersebut membahas pengembangan sistem informasi, meliputi definisi sistem informasi berbasis komputer, tujuan dan prinsip pengembangan sistem, tahapan siklus hidup pengembangan sistem (SDLC), teknik pengembangan sistem seperti metode SDLC dan alternatif, serta partisipan yang terlibat dalam pengembangan sistem.
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
Tugas sistem informasi manajemen tm 8
1. ARTIKEL
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
DISUSUN OLEH :
FRENGKY S. SIHOMBING (43219110090)
KELAS : B-203
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCUBUANA MERUYA
2020/2021
2. TUGAS ARTIKEL PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
ABSTRAK
Pengembangan sistem informasi dalam berbagai bahkan semua aspek kehidupan merupakan
suatu kebutuhan terutama dalam bisnis. Pemanfaatan sistem informasi melahirkan berbagai karya
menarik yang dapat memberikan berbagai dampak bagi orang lain.
Perkembangan sistem informasi di era revolusi industri 4.0 sangat cepat dan dalam waktu
yang singkat dapat menciptakan inovasi-inovasi baru. Dalam perkembangan tersebut, hampir
semua perusahaan menyesuaikan penggunaan teknologi sistem informasi dengan inovasi-inovasi
terbarunya.
Sistem informasi merupakan sebuah kebutuhan bisnis dan pengembangannya adalah sebuah
tujuan dari perkembangan teknologi di era revolusi industri 4.0. Berbagai aspek atau strukturnya
sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari semua jenis teknologI dan perkembangan
zaman.
PENDAHULUAN
Pengembangan sistem informasi merupakan bagian dari inovasi teknologi di era revolusi
Industri 4.0. Berbagai manfaat dan kelebihan yang tercipta dari inovasi-inovasi baru yang
diperoleh para pengguna menjadi salah satu alasan perkembangan sistem informasi.
Sistem informasi terdiri dari berbagi struktur penyusun, termasuk dampak yang ditimbulkan,
manfaat, kelebihan atau kelemahan penggunaannya. Model-model pengembangan sistem
informasi memiliki berbagai daya tarik dan manfaat yang dapat diperoleh para pengguna.
Dalam artikel ini akan dibahas lebih spesifik tentang pengembangan sistem informasi yang
penting untuk dipahami sebelum penerapannya demi kenyamanan penggunaannya.
LITERATUR TEORI
Computer Based Information System (CBIS) atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut
juga Sistem Informasi Berbasis Komputer merupakan sistem pengolah data menjadi sebuah
3. informasi yang berkualitas dan dipergunakan untuk suatu alat bantu pengambilan keputusan.
Sistem Informasi yang akurat dan efektif, dalam kenyataannya selalu berhubungan dengan istilah
“computer-based” atau pengolahan informasi yang berbasis pada komputer. Sistem Informasi
“berbasis komputer” mengandung arti bahwa komputer memainkan peranan penting dalam sebuah
sistem informasi.
Secara teori, penerapan sebuah Sistem Informasi memang tidak harus menggunakan
komputer dalam kegiatannya. Tetapi pada prakteknya tidak mungkin sistem informasi yang sangat
kompleks itu dapat berjalan dengan baik jika tanpa adanya komputer. Sistem Informasi merupakan
sistem pembangkit informasi. Dengan integrasi yang dimiliki antar subsistemnya, sistem informasi
akan mampu menyediakan informasi yang berkualitas, tepat, cepat dan akurat sesuai dengan
manajemen yang membutuhkannya.
Pengembangan sistem didefinisikan sebagai menyusun suatu sistem yang baru untuk
menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang ada. Terdapat
dua pendekatan untuk mengembangkan sistem, yaitu Pendekatan SDLC dan Altenative.
PEMBAHASAN
Perlunya Pengembangan Sistem
Sistem yang lama perlu diperbaiki atau diganti disebabkan karenabeberapa hal :
1. Adanya permasalahan-permasalahan yang timbul di sistemyang lama.Permasalahan yang
timbul dapat berupa
2. Ketidakberesan sistem yang lama
3. Pertumbuhan organisasi
Kebutuhan informasi yang semakin luas, volume pengolahan data semakin meningkat, perubahan
prinsip akuntansi yang baru menyebabkan harus disusunnya sistem yang baru, karena sistem yang
lama tidak efektif lagi dan tidak dapat memenuhi lagi semua kebutuhan informasi yang dibutuhkan
manajemen.
4. Untuk meraih kesempatan-kesempatan
4. Dalam keadaan persaingan pasar yang ketat, kecepatan informasi atau efisiensi waktu sangat
menentukan berhasil atau tidaknya strategi dan rencana-rencana yang telah disusun untuk meraih
kesempatankesempatan dan peluang-peluang pasar, sehingga teknologi informasi perlu digunakan
untuk meningkatkan penyediaan informasi agar dapat mendukung proses pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh manajemen.
5. Adanya instruksi dari pimpinan atau adanya peraturan pemerintah
Penyusunan sistem yang baru dapat juga terjadi karena adanya instruksi-instruksi dari pimpinan
ataupun dari luar organisasi, seperti misalnya peraturan pemerintah.
Indikator Diperlukannya Pengembangan Sistem
Suatu sistem perlu untuk dilakukan pengembangan apabila terjadi beberapa indikator seperti di
bawah ini :
1. Keluhan pelanggan.
2. Pengiriman barang yang sering tertunda.
3. Pembayaran gaji yang terlambat.
4. Laporan yang tidak tepat waktu.
5. Isi laporan yang sering salah.
6. Waktu kerja yang berlebihan.
7. Ketidakberesan kas.
8. Produktivitas tenaga kerja yang rendah.
Tujuan Pengembangan Sistem Informasi
1. Peningkatan kinerja, yang dapat diukur dari throughput dan waktu respons. Throughput
adalah jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan pada suatu saat tertentu. Sedangkan waktu
respons adalah rata-rata waktu tertunda di antara dua transaksi.
5. 2. Kualitas informasi yang disajikan.
3. Keuntungan (penurunan biaya). Berhubungan dengan jumlah sumber daya yang
digunakan.
4. Kontrol (pengendalian).
Prinsip Pengembangan Sistem
Prinsip pengembangan sistem informasi adalah :
1. Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen.
2. Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar. Maka setiap investasi
modal harus mempertimbangkan 2 hal berikut ini :
3. Semua alternatif yang ada harus diinvestigasikan.
4. Investasi yang terbaik harus bernilai.
5. Sistem yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik.
6. Tahapan kerja dan tugas-tugas yang baru dilakukan dalam proses pengembangan sistem.
7. Proses pengembangan sistem tidak harus urut.
8. Harus ada untuk pedoman dalam pengembangan sistem.
Mengelola Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Siklus hidup pengembangan sistem (system development life cycle – SDLC) adalah model untuk
mengurangi risiko ini melalui perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan dokumentasi secara
hati-hati dari aktivitas-aktivitas lama. Lima tahap dari model ini dijelaskan sebagai berikut :
1. Strategi Sistem
Langkah pertama dalam SDLC adalah mengembangkan strategi sistem yang memerlukan
pemahaman mengenai kebutuhan bisnis strategis dari organisasi. Hal ini diperoleh dari misi
6. perusahaan, analisis tekanan kompetitif terhadap perusahaan, dan keadaan pasar saat ini.
Kebutuhan ini mencerminkan postif relative perusahaan guna mempertahankan keunggulan
strategisnya.
2. Insiasi Proyek
Insiasi proyek adalah proses penilaian proposal sistem untuk melihat konsistensinya dengan
rencana sistem strategis dan dievaluasi kelayakannya dan biaya-manfaatnya. Alternatif desain
konseptial dipertimbangkan dan yang dipilih kemudian dimasukkan ke tahap konstruksi SDLC.
3. Pengembangan di dalam Perusahaan
Langkah pengembangan di dalam perusahaan mencakup analisis kebutuhan pengguna, desain
proses dan basis data, pembuatan tampilan pengguna, pemrogaman aplikasi, serta pengujian dan
implementasi sistem yang sudah lengkap.
4. Paket Komersial
Jika sifat proyek dan kebutuhan pengguna mengizinkan, kebanyakan perusahaan akan mencari
paket peranti lunak komersial yang sudah dikodekan, daripada mengembangkan sistem dari nol.
Ada berbagai keuntungan yang akan didapatkan oleh perusahaan yang bisa mengimplementasikan
peranti lunak komersial. Di antaranya adalah biaya awal yang lebih rendah, waktu implementasi
yang lebih singkat, pengendalian yang lebih baik, dan pengujian yang ketat oleh pemasok.
5. Pemeliharaan dan Dukungan
Pemeliharaan mencakup perolehan dan implemantasi versi peranti lunak terbaru dari paket
komersial serta modifikasi terhadap sistem yang ada agar dapat mengakomodasi perubahan dalam
kebtuhan pengguna.
Partisipan Dalam Pengembangan Sistem
Partisipan dalam pengembangan sistem dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yaitu:
1. Profesional sistemadalah analis sistem, desainer sistem, dan pemrogram. Orang-orang ini
adalah yang membangun sistem.
7. 2. Pengguna akhir adalah orang-orangyang akan menggunakan sistem yang dibangun.
3. Pemegang kepentingan adalah individu yang berada di dalam atau di luar perusahaan
yang berhubungan dengan sistem tersebut, tetapi bukan merupakan pengguna akhir.
Teknik Pengembangan Sistem
Terdapat dua pendekatan untuk mengembangkan sistem, yaituPendekatan SDLC dan Altenative.
Untuk lebih detailnya, pengembangan sistem dengan pendekatan SDLC dan pengembangan sistem
Alternatif akan dijelaskan di bawah ini :
1. Pengembangan Sistem Informasi Metode SDLC
SDLC (Systems Development Life Cycle, Siklus Hidup Pengembangan Sistem) atau
Systems Life Cycle (Siklus Hidup Sistem), dalam rekayasa sistem dan rekayasa perangkat lunak,
adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan metodologi yang digunakan
untuk mengembangkan sistem-sistem tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem
komputer atau informasi. SDLC juga merupakan pola yang diambil untuk mengembangkan sistem
perangkat lunak, yang terdiri dari tahap-tahap:
Rencana(planning),analisis (analysis), desain (design), implementasi (implementation), uji
coba (testing) dan pengelolaan (maintenance). Dalam rekayasa perangkat lunak angsyat Ä, konsep
SDLC mendasari berbagai jenis metodologi pengembangan perangkat lunak. Metodologi-
metodologi ini membentuk suatu kerangka kerja untuk perencanaan dan pengendalian pembuatan
sistem informasi, yaitu proses pengembangan perangkat lunak. Terdapat 3 jenis metode siklus
hidup sistem yang paling banyak digunakan, yakni: siklus hidup sistem tradisional(traditional
system life cycle), siklus hidup menggunakan prototyping (life cycle using prototyping), dan siklus
hidup sistem orientasi objek (object-oriented system life cycle).
SDLC adalah proses yang digunakan oleh analis sistem untuk mengembangkan sistem
informasi, termasuk persyaratan, validasi kepemilikan (stakeholder), pelatihan, dan pengguna.
Setiap SDLC harus menghasilkan sistem berkualitas tinggi yang memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan, mencapai selesai dalam waktu dan perkiraan biaya, bekerja secara efektif dan efisien
8. di saat ini dan direncanakan Teknologi Informasi infrastruktur, dan murah untuk mempertahankan
dan biaya-efektif untuk meningkatkan.
Sistem komputer yang kompleks dan sering (terutama dengan munculnya baru-baru
arsitektur berorientasi layanan ) link beberapa sistem tradisional berpotensi disediakan oleh vendor
perangkat lunak yang berbeda. Untuk mengelola tingkat kompleksitas, sejumlah model SDLC atau
metodologi telah diciptakan, seperti ” air terjun “;” spiral “;” Agile pengembangan perangkat lunak
“;” prototipe cepat “;” incremental “; dan” sinkronisasi dan menstabilkan “.
Tahapan SDLC
SDLC terdiri dari beberapa tahapan-tahapan berdasarkan analisa kebutuhan yang ada . Dimulai
dari analisa kebutuhan perangkat lunak akan dibuat terlebih dahulu desain dari kebutuhan tersebut
untuk mempermudah dalam pengerjaannya. Kemudian segala kebutuhan tersebut di
implementasikan dengan dua tahap yaitu tahap analisa dan tahap evaluasi (User Acceptance Test).
Setelah melakukan implementasi, maka proses tersebut akan dikembalikan kembali ke dalam
tahap desain untuk pengembangan kembali perangkat lunak ke versi yang terbaru.
Tahap Perencanaan
Pada tahapan ini dilakukan perencanaan dan pendefinisian proyek-proyek system yang dilakukan
oleh staff perencana untuk mengetahui ruang lingkup aplikasi yang akan dikembangkan beserta
rencana tahapan pengembangan (mulai dari nol atau prototype).
Misalnya adalah menentukan siapa saja yang akan menjadi user dari system informasi
ini, bagaimana alur proses system ini mulai dari input database hingga mencetak slip gajinya,
menentukan rumusan perhitungan gaji berdasarkan kilometer dan sebagainya.
Tahap Analisis
Fase analisa adalah sebuah proses investigasi terhadap sistem yang sedang berjalan dengan tujuan
untuk mendapatkan jawaban mengenai pengguna sistem, cara kerja sistem dan waktu penggunaan
sistem. Dari proses analisa ini akan didapatkan cara untuk membangun sistem baru.
Tahapan di analisis sistem terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut ini :
9. Studi Pendahuluan
Kegiatan awal dari analisi sistem adalah studi awal atau studi pendahuluan tentang jenis, ruang
lingkup dan pemahaman awal dari proyek sistem teknologi informasi. Studi pendahuluan ini
menghasilkan sistem secara awal, perkiraan biaya yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan.
Studi Kelayakan
Setelah mengumpulkan data dan mendokumentasikan fakta, sistem analisis mengetahui apa yang
sesungguhnya dilakukan oleh sistem, Selanjutnya, sistem analis melakukan study kelayakan untuk
memperhitungkan apakah organisasi atau instansi di mana sistem tersebur dibuat dapat
melanjutkan ketahap berikutnya dalam proses pengembangan sistem atau tidak. Studi kelayakan
merupakan suatu tinjauan sekilas pada faktor-faktor utama yang akan mempengaruhi kemampuan
sistem untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan informasi pemakai
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi masalah disistem lama supaya dapat diperbaiki di
sistem yang baru. Mengidentifikasi masalah dilakukan dengan penyebab masalahnya. Penyebab
masalahnya merupakan sumber dari permasalahan yang harus diperbaiki. Selanjutnya memahami
sistem yang ada untuk mendapatkan data dan menganalisis permasalahannya.
Menganalisis hasil penelitian
Langkah selanjutnya menganalisis hasil penelitian. Menganalisis hasil penelitian adalah
menemukan penyebab permasalahan sistem yang tidak berfungsi sehingga dapat cepat digantikan
dengan sistem yang baru.
Tahap Perancangan
Tahap perancangan sistem mempunyai dau tujuan yaitu;
1. Perancangan sistem secara umum adalah memberikan gambaran umum kepada pemakai
sistem tentang sistem teknologi informasi yang baru. Perancangan sistem secara umum
lebih diarahkan kepada pemakai sistem untuk menyetujuinya ke perancangan sistem
selanjutnya. Yang dirancang di tahap perencanaan sistem secara umum adalah
10. menggambarkan bentuk dari sistem teknologi informasinya secara logika atau secara
konsep dan mengidentikasikan komponen-komponen dari sistem teknologi informasi.
2. Perancangan sistem terinci dimaksudkan untuk menggambarkan bentuk secara fisik dari
komponen-komponen sistem teknologi informasi yang akan dibangun oleh pemrogam dan
ahli teknik lainnya.
Tahap Implementasi
Tahap ini merupakan tahap meletakkan sistem supaya siap dioperasikan. Implementasi sistem juga
merupakan proses mengganti atau meninggalkan sistem yang lama dengan mengganti sistem yang
baru. Untuk menggantikan sistem yang lama ke sistem yang baru diperlukan suatu pendekatan
atau strategi supaya berhasil.
Tahap Pemeliharaan
Tahapan pemeliharaan sistem mencakup seluruh proses yang diperlukan untuk menjamin
kelangsungan, kelancaran, dan penyempurnaan sistem yang telah dioperasikan.
Kelebihan dan kekurangan metode SDLC
Kelebihan :
1. Menyediakan tahapan yang dapat digunakan sebagai pedoman mengembangkan system
2. Akan memberikan hasil sistem yang lebih baik karena sistem dianalisis dan dirancang
secara keseluruhan sebelum diimplementasikan
Kekurangan :
1. Hasil dari SDLC tergantung pada hasil analisis, sehingga jika terdapat kesalahan di tahap
analisis akan terbawa terus ke hasil sistem ayng kurang memuaskan
11. 2. Dibutuhkan biaya yang lebih besar jika dibandingkan metode yang lainnya
3. Dibutuhkan waktu yang lama untuk mengembangkannya karena sebuah sistem harus
dikembangkan sampai selesai terlebih dahulu
2. Pengembangan sistem dengan metode alternatif
Sebelumnya telah dibahas mengenai SLDC (System Development Life Cycle), metode
tersebut tidak cocok untuk semua keadaan. Oleh karena itu, untuk kasus-kasus tertentu diperlukan
metode pengembangan system metode alternative yang dapat berupa, pengembangan system
metode paket (package), metode prototipe (prototyping), metode pengembangan oleh pemakai
user (end user computing atau end user development), dan metode outsourcing.
Metode Prototype
Pembuatan prototype (prototyping) meliputi pengembangan system uji coba yang cepat dan
murah untuk dievaluasi oleh pengguna akhir.Prototipe (prototype) adalah versi system informasi
atau bagian dari system yang sudah dapat berfungsi, tetapi dimaksudkan hanya sebagai model awal
saja.
Setelah beroperasi prototype akan lebih jauh diperhalus hingga cocok sekali dengan
kebutuhan penggunanya. Ketika rancangannya telah difinalisasi, prototype dapat dikonversi
menjadi system produksi yang jauh lebih baik.Proses pembuatan rancangan awal, mencobanya,
memperhalusnya, dan mencobanya kembali disebut proses pengembangan system yang iterative
karena langkah-langkah yang dibutuhkan untuk membuat system dapat diulangi beberapa kali.
Langkah – langkah dalam Pembuatan Prototipe :
1. Langkah 1: mengidentifikasi kebutuhan dasar pengguna. Perancang system (biasanya
spesialis system informasi) bekerja cukup lama dengan pengguna untuk mendapatkan
informasi kebutuhan dasar pengguna.
12. 2. Langkah 2: Mengembangkan prototype awal. Perancang sistem dengan cepat membuat
prototype yang fungsional, menggunakan perangkat-perangkat untuk menciptakan peranti
lunak dengan cepat.
3. Langkah 3: Menggunakan prototype. Pengguna didorong untuk bekerja dengan sistem
tersebut untuk menetukan seberapa baik prototipe itu memenuhi kebutuhanya,dan untuk
memberikan saran-saran bagaimana memperbaiki prototipe itu.
4. Langkah 4: Merevisi dan memperbaiki prototipe. Pembuatan sistem mencatat semua
perubahan yang diminta pengguna dan memperhalus prototipe berdasarkan permintaan
terbut. Setelah prototipe direvisi, siklusnya kembali kelangkah 3.Langkah 3 dan 4 diulangi,
terus hingga penggunanya merasa puas.
Metode / Model Paket
Pengembangan STI alternatif model paket dilakukan dengan membeli perangkat lunak yang
ada. Paket ini dikembangkan oleh pihak ketiga, yaitu analis sistem penjual paket. Sistem yang
sudah dibeli dapat dioperasikan oleh departemen sistem informasi atau langsung digunakan oleh
pemakai sistem.Paket banyak tersedia di pasaran. Paket yang tersedia dapat berupa program
aplikasi yang sederhana, misalnya hanya aplikasi penggajian atau aplikasi persediaan saja di fungsi
akuntansi sampai ke program aplikasi yang lengkap dan komplek misalnya ERP.
Memilih paket sistem, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan:
1. Fungsi yang ditawarkan
2. Flesibilitas
3. Kemudahan pakai
4. Kualitas penjual
5. Biaya
6. Instalasi
13. 7. Perawatan
8. Dokumentasi
9. Perangkat keras dan perangkat lunak dukungan
10. Karakteristik file dan basis data
Kelebihan Paket :
1. Kualitas paket yang baik.
2. Dapat digunakan dengan seketika
3. Harga paket relatif murah
4. Dapat digunakan untuk rekayasa ulang proses bisnis (business process reengineering atau
BPR)
5. Kompatibel dengan sesama pengguna paket.
Kekurangan Paket :
1. Tidak sesuai dengan aplikasi yang unik
2. Perbaikan, modifikasi dan pengambangan paket sulit dikerjakan sendiri
3. Basis data tidak terintegrasi dengan aplikasi lainnya.
4. Ketergantungan dari pemasok
Model Outsourcing
Jika paket tidak tersedia, prioritas kedua biasanya jatuh pada outsourcing. Penentuan apakah
akan dikerjakan dan dioperasikan oleh pihak ketiga (outsourcing) atau akan dikembangkan sendiri
(insourcing) ditentukan oleh faktor kemampuan sumber daya (resources) dari departemen system
teknologi informasi. Jika departemen STI tidak mempunyai sumber daya yang baik, misalnya tidak
14. mempunyai analis dari pemograman yang berkualitas dan tidak mempunyai teknologi yang
memadai, pilihan biasanya jatuh pada outsourcing.
Kelebihan Dan Kekurangan Outsourcing
Outsourcing menjadi pilihan karena mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut :
1. Biaya teknologi yang semakin meningkat dan akan lebih murah jika perusahaan tidak
berinvestasi lagi tetapi menyerahkannya kepada pihak ketiga dalam bentuk outsourcing
yang lebih murah, dikarenakan outsourcer menerima jasa dari perusahaan lainnya,
sehingga biaya tetap outsourcer dapat dibagi ke beberapa perusahaan.
2. Mengurangi waktu proses, karena beberapa outsourcer dapat dipilih untuk bekerja
bersama-sama menyediakan jasa ini kepada perusahaan.
3. Jasa yang diberikan oleh outsourcer lebih berkualitas dibandingkan dikerjakan sendiri
secara internal, karena outsourcer memang spesialisasi dan ahli di bidang tersebut.
4. Perusahaan tidak mempunyai pengetahuan tentang system teknologi ini dan pihak
outsourcer mempunyainya.
5. Perusahaan merasa tidak perlu dan tidak ingin melakukan transfer teknologi dan transfer
pengetahuan yang dimiliki oleh outsourcer.
6. Meningkatkan fleksibilitas untuk melakukan atau tidak melakukan investasi.
7. Mengurangi risiko kegagalan investasi yang mahal.
8. Penggunaan sumber daya system informasi belum optimal.
9. Perusahaan dapat memfokuskan pada pekerjaan lain yang lebih penting.
Disamping kelebihan-kelebihan yang diberikan oleh outsourcing, beberapa kelemahan juga perlu
diperhatikan. Kelemahan-kelemahan itu adalah sebagai berikut :
1. Jika aplikasi yang di-outsourcer adalah aplikasi yang stratejik, maka dapat ditiru oleh
pesaingnya yang juga dapat menjadi klien dari outsourcer yang sama.
15. 2. Perusahaan akan kehilangan kendali terhadap aplikasi yang di-outsourcer kan.
3. Jikakekuatan menawar ada di outsourcer, perusahaan akan kehilangan banyak kendali
dalam memutuskan sesuatu apalagi jika terjadi konflik diantaranya.
4. Perusahaan akan kehilangan keahlian dari belajar membangun dan mengoperasikan
aplikasi tersebut.
Model-Model Pengembangan Sistem
Secara prinsip metode pengembangan perangkat lunak bertujuan untuk membantu
menghasilkan perangkat lunak yang berkualitas. Berikut faktor-faktor yang perlu di cermati dalam
pengembangan perangkat lunak. Metode pengembangan perangkat lunak (atau disebut juga model
proses atau paradigma rekayasa perangkat lunak) adalah suatu strategi pengembangan yang
memadukan proses, metode, dan perangkat (tools). Metode- metode pengembangan perangkat
lunak, memberikan teknik untuk membangun perangkat lunak yang berkaitan dengan serangkaian
tugas yang luas yang menyangkut analisis kebutuhan, konstruksi program, desain, pengujian, dan
pemeliharaan. Pengembangan sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk
menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan/memperbaiki sistem yang telah ada. Sistem
yang lama perlu diperbaiki atau diganti disebabkan karena beberapa hal, yaitu :
1. Adanya permasalahan-permasalahan (problems) yang timbul di sistem yang lama.
2. Untuk meraih kesempatan-kesempatan (opportunities).
3. Adanya instruksi-instruksi (directives).
Metode Pengembangan Perangkat Lunak
1. Model Waterfall
Waterfall merupakan salah satu metode dalam SDLC yang mempunyai ciri khas pengerjaan
setiap fase dalam watefall harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke fase
selanjutnya. Artinya fokus terhadap masing-masing fase dapat dilakukan maksimal karena tidak
adanya pengerjaan yang sifatnya paralel.
16. Tahapan tahapan dari metode waterfall adalah sebagai berikut :
1. Requirement Analysis
Seluruh kebutuhan software harus bisa didapatkan dalam faseini, termasuk didalamnya kegunaan
software yang diharapkan pengguna dan batasan software. Informasi ini biasanya dapat diperoleh
melalui wawancara, survey atau diskusi. Informasi tersebut dianalisis untuk mendapatkan
dokumentasi kebutuhan pengguna untuk digunakan pada tahap selanjutnya.
2. System Design
Tahap ini dilakukan sebelum melakukan coding. Tahap inibertujuan untuk memberikan gambaran
apa yang seharusnyadikerjakan dan bagaimana tampilannya. Tahap ini membantu dalam
menspesifikasikan kebutuhan hardware dan sistem sertamendefinisikan arsitektur sistem secara
keseluruhan.
3. Implementation
Dalam tahap ini dilakukan pemrograman. Pembuatan softwaredipecah menjadi modul-modul kecil
yang nantinya akan digabungkan dalam tahap berikutnya. Selain itu dalam tahap inijuga dilakukan
pemeriksaaan terhadap modul yang dibuat, apakahsudah memenuhi fungsi yang diinginkan atau
belum.
4. Integration & Testing
Di tahap ini dilakukan penggabungan modul-modul yangsudah dibuat dan dilakukan pengujian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah software yang dibuat telah sesuai dengandesainnya dan masih
terdapat kesalahan atau tidak.
5. Operation & Maintenance
Ini merupakan tahap terakhir dalam model waterfall. Softwareyang sudah jadi dijalankan serta
dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan termasuk dalam memperbaiki kesalahan yang
tidakditemukan pada langkah sebelumnya. Perbaikan implementasi unitsistem dan peningkatan
jasa sistem sebagai kebutuhan baru
17. Kapan sebaiknya model water fall digunakan?
Teori-teori menyimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Ketika semua persyaratan sudah dipahami dengan baik di awal pengembangan.
2. Definisi produk stabil dan tidak ada perubahan saat pengembangan untuk alasan apapun
seperti perubahan eksternal, perubahan tujuan, perubahan anggaran atau perubahan
teknologi. Untuk itu, teknologi yang digunakan pun harus sudah dipahami dengan baik.
3. Menghasilkan produk baru, atau versi baru dari produk yang sudah ada. Sebenarnya, jika
menghasilkan versi baru maka sudah masuk incremental development, yang setiap
tahapnya sama dengan Waterfall kemudian diulang-ulang.
4. Porting produk yang sudah ada ke dalam platform. Dengan demikian, Waterfall dianggap
pendekatan yang lebih cocok digunakan untuk proyek pembuatan sistem baru. Tetapi salah
satu kelemahan paling dasar adalah menyamakan pengembangan perangkat keras dengan
perangkat lunak dengan meniadakan perubahan saat pengembangan. Padahal, galat
diketahui saat perangkat lunak dijalankan, dan perubahan-perubahan akan sering terjadi.
Contoh Penerapan Metode Waterfall
Implementasi waterfall pada sistem pendaftaran mahasiswa/mahasiswi secara online di
universitas. Sebelumna, pendaftaran/ registrasi dilakukan secara tatap muka datang langsung ke
lingkungan sekolah. Beda halnya dengan saat ini. Dengan metode waterfall sistem akan dibuat
menggunakan bahasa pemograman PHP, dengan basis data yang digunakan adalah MySQL yang
dilakukan di perangkat keras PC (personal computer) dengan sistem operasi Microsoft Windows
XP, Linux, dan lain sebagainya, yang digunakan untuk mempermudah siswa – siswi yang ingin
mendaftar pada suatu sekolah, universitas, akademik tanpa harus ke suatu sekolah yang ingin kita
masuki.
Kelebihan metode waterfall
18. Proses menjadi lebih teratur, urutan proses pengerjaan menggunakan metode ini menjadi
lebih teratur dari satu tahap ke tahap yang selanjutnya.
Dari sisi user juga lebih menguntungkan karena dapat merencanakan dan menyiapkan
seluruh kebutuhan data dan proses yang akan dipperlukan.
Jadwal menjadi lebih menentu, jadwal setiap proses dapat ditentukan secara pasti.
Sehingga dapat dilihat jelas target penyelesaian pengembangan program. Dengan adanya
urutan yang pasti, dapat dilihat pula progress untuk setiap tahap secara pasti.
Kelemahan metode waterfall
Sifatnya kaku, sehingga susah melakukan perubahan di tengah proses.
Jika terdapat kekuarangan proses atau prosedur dari tahan sebelumnya, maka tahapan
pengembangan harus dilakukan mulai dari awal. Hal ini akan memakan waktu yang cukup
lama. Karena jika proses sebelumnya belum selesai sampai akhir, maka proses selanjutnya
juga tidak dapat berjalan. Maka, jika terdapat kekuarangan dalam permintaan user, proses
pengembangan harus dimulai dari awal.
Membutuhkan daftar kebutuhan yang lengkap di awal, tapi jarang konsumen bisa
memberikan kebutuhan secara lengkap diawal.
Untuk menghindari pengulangan tahap dari awal, user harus memberikan seluruhh
prosedur, data dan laporan yang diinginkan mulai dari tahap awal pengembangan. Tetapi
di banyak kondisi, user sering melakukan permintaan si tahap pertengahan pengembangan
sistem.
Dengan metode ini, maka development harus dilakukan mulai dari tahap awal. Karena
development disesuaikan dengan design hassil user pada saat tahap awal pengembangan
2. Model Prototipe
Prototype adalah suatu proses yang memungkinkan developer membuat sebuah model
software,metode ini baik digunakan apabila client tidak bisa memberikan informasi yang
19. maksimal mengenai kebutuhan yang diinginkannya. Seringkali seorang customer sulit
menentukan input yang lebih terinci, proses yang diinginkan dan output yang diharapkan hal
tersebut menyebabkan developer tidak yakin dengan efisiensi alogoritma yang di buatnya,
sehingga sulit dalam menyesuaikan sistem operasi, serta interaksi manusia dan mesin yang harus
diambil. Dalam hal seperti ini, pendekatan prototype untuk software engineering merupakan
langkah yang terbaik.
Secara ideal prototype berfungsi sebagai subuah mekanisme untuk mengidentivikasi
kebutuhan software, bila prototype yang sedang bekerja dibangun pengembangannya harus
menggunakan fragmen-fragmen program yang ada atau mengaplikasikan alat-alat bantu
(contohnya : report generator, window manager dll) dimana memungkinkan program yang bekerja
untuk dimunculkan secara cepat. Prototype dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Paper Prototype, menggambarkan interaksi manusia dan mesin dalam sebuah bentuk yang
memungkinkan user mengerti bagaimana interaksi itu terjadi.
2. Working Prototype, adalah prototype yang mengimplementasikan beberapa bagian dari
fungsi software yang diinginkan seperti pada pendekatan pengembangan software.
Model ini dimulai dengan :
Pengumpulan kebutuhan developer dan customer
Menentukan semua tujuan software
Tujuan Prototype
Prototyping model sendiri mempunyai tujuan yaitu mengembangkan model awal software menjadi
sebuah sistem yang final.
Proses Prototype
Proses-proses dalam model prototyping yaitu:
Komunikasi terlebih dahulu yang dilakukan antara pelanggan dengan tim pemgembang
perangkat lunak mengenai spesifikasi kebutuhan yang diinginkan.
20. Akan dilakukan perencanaan dan pemodelan secara cepat berupa rancangan cepat(quick
design) dan kemudian akan memulai konstruksi pembuatan prototype.
Prototipe kemudian akan diserahkan kepada para stakeholder untuk dilakukan evaluasi
lebih lanjut sebelum diserahkan kepada para pembuat software.
Pembuatan software sesuai dengan prototype yang telah dievaluasi yang kemudian akan
diserahkan kepada pelanggan.
Jika belum memenuhi kebutuhan dari pelanggan maka akan kembali ke proses awal sampai
dengan kebutuhan dari pelanggan telah terpenuhi
Sedangkan proses-proses dalam model prototyping secara umum adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan kebutuhan
developer dan klien akan bertemu terlebih dahulu dan kemudian menentukan tujuan umum,
kebutuhan yang diketahui dan gambaran bagian-bagian yang akan dibutuhkan berikutnya
2. Perancangan
perancangan dilakukan dengan cepat dan rancangan tersebut mewakili semua aspek software yang
diketahui, dan rancangan ini menjadi dasar pembuatan prototype
3. Evaluasi Prototype
klien akan mengevaluasi prototype yang dibuat dan digunakan untuk memperjelas kebutuhan
software.
Tahapan-tahapan Prototype
Selain itu, untuk memodelkan sebuah perangkat lunak dibutuhkan beberapa tahapan di
dalam proses pengembangannya. Tahapan inilah yang akan menentukan keberhasilan dari sebuah
softwareitu .Pengembang perangkat lunak harus memperhatikan tahapan dalam metode
prototyping agar software finalnya dapat diterima oleh penggunanya. Dan tahapan-tahapan dalam
prototyping tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan kebutuhan
21. Pelanggan dan pengembang bersama-sama mendefinisikan format dan kebutuhan kesseluruhan
perangkat lunak, mengidentifikasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang akan dibuat.
2. Membangun prototyping
Membangun prototyping dengan membuat perancangan sementara yang berpusat pada penyajian
kepada pelanggan (misalnya dengan membuat input dan contoh outputnya).
3. Evaluasi protoptyping
Evaluasi ini dilakukan oleh pelanggan apakah prototyping yang sudah dibangun sudah sesuai
dengan keinginan pelanggan. Jika sudah sesuai maka langkah keempat akan diambil. Jika tidak,
maka prototyping diperbaiki dengan mengulang langkah 1, 2 , dan 3.
4. Mengkodekan system
Dalam tahap ini prototyping yang sudah disepakati diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman
yang sesuai.
5. Menguji system
Setelah sistem sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap pakai, harus dites dahulu sebelum
digunakan. Pengujian ini dilakukan dengan White Box, Black Box, Basis Path, pengujian
arsitektur dan lain-lain.
6. Evaluasi Sistem
Pelanggan mengevaluasi apakah sistem yang sudah jadi sudah sesuai dengan yang diharapkan .
Jika sudah, maka langkah ketujuh dilakukan, jika belum maka mengulangi langkah 4 dan 5.
7. Menggunakan system
Perangkat lunak yang telah diuji dan diterima pelanggan siap untuk digunakan
Kelebihan prototyping
1. Komunikasi akan terjalin baik antara pengembang dan pelanggan.
2. Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan setiap pelanggannya.
22. 3. Pelanggan berperan aktif dalam proses pengembangan sistem.
4. Lebih menghemat waktu dalam pengembangan sistem.
5. Penerapan menjadi lebih mudah karena pemakai mengetahui apa yang diharapkannya
Kelemahan prototyping
1. Pelanggan kadang tidak melihat atau menyadari bahwa perangkat lunak yang ada belum
mencantumkan kualitas perangkat lunak secara keseluruhan dan juga belum memikirkan
kemampuan pemeliharaan untuk jangka waktu lama.
2. Pengembang biasanya ingin cepat menyelesaikan proyek sehingga menggunakan
algoritma dan bahasa pemrograman yang sederhana untuk membuat prototyping lebih
cepat selesai tanpa memikirkan lebih lanjut bahwa program tersebut hanya merupakan
sebuah kerangka kerja(blueprint) dari sistem .
3. Hubungan pelanggan dengan komputer yang disediakan mungkin tidak mencerminkan
teknik perancangan yang baik dan benar. Dalam setiap metode mempunyai kelebihan
maupun kekurangan, namun kekurangan tersebut dapat diminimalisir yaitu dengan
mengetahui kunci dari model prototype tersebut. Kunci agar model prototype ini berhasil
dengan baik adalah dengan mendefinisikan aturan-aturan main pada saat awal, yaitu
pelanggan dan pengembang harus setuju bahwa prototype dibangun untuk mendefinisikan
kebutuhan.
3. Model Rapid Application Development (RAD)
Rapid Application Development (RAD) adalah sebuah model proses perkembangan
software sekuensial linier yang menekankan siklus perkembangan yang sangat pendek. Model
RAD ini merupakan sebuah adaptasi “kecepatan tinggi” dari model sekuensial linier di mana
perkembangan cepat dicapai dengan menggunakan pendekatan kontruksi berbasis komponen. Jika
kebutuhan dipahami dengan baik, proses RAD memungkinkan tim pengembangan menciptakan
“sistem fungsional yang utuh” dalam periode waktu yang sangat pendek (kira-kira 60 sampai 90
23. hari). Karena dipakai terutama pada aplikasi sistem konstruksi, pendekatan RAD melingkupi fase
– fase sebagai berikut : bussiness modeling, data modeling, process modeling, application
generation dan testing and turnover.
Model Pengembangan Sistem Informasi Berbasis Web
1. Berikut adalah beberapa model pengembangan informasi berbasis web, yaitu :
Metode RAD (Rapid Application Development)
Merupakan metode pengembangan sistem secara linear sequential yang menekankan pada
siklus pengembangan yang sangat singkat.
Jika kebutuhan dipahami dengan baik, proses RAD memungkinkan tim pengembangan
menciptakan “sistem fungsional yang utuh” dalam periode waktu yang sangat pendek
(kira-kira 60-90 hari).
Pemakai sistem dapat mendefinisikan kebutuhan perangkat lunak dengan baik.
Pemakai sistem bersedia meluangkan waktu yang cukup untuk berkomunikasi intensif
dengan pengembang sehubungan dengan pengembangan perangkat lunak
Rapid Application Development adalah seperangkat strategi yang terintegrasi yang ada dalam
suatu kerangka kerja meneyeluruh yang disebut Information Engineering (IE).
Alasan memilih model RAD
Di dalam memilih metode RAD harus memperhatikan alasan-alasan berikut ini:
1. Alasan yang Buruk
Apabila menggunakan RAD hanya untuk menghemat biaya pengembangan suatu sistem.
Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan metode RAD membutuhkan suatu tim
yang mengerti betul
mengenai manajemen biaya. Sebab bila tidak, maka biaya yang dikeluarkan akan menjadi lebih
besar.
24. Apabila menggunakan RAD hanya untuk menghemat waktu pengembangan suatu sistem.
Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan metode RAD membutuhkan suatu tim
yang mengerti betul mengenai manajemen waktu. Sebab bila tidak maka waktu yang
dibutuhkan akan menjadi lebih lama.
2. Alasan yang Baik
Apabila menggunakan RAD untuk mendapatkan suatu desain yang dapat diterima oleh
konsumen dan dapat dikembangkan dengan mudah.
Apabila menggunakan RAD untuk memberikan batasan-batasan pada suatu system supaya
tidak mengalami perubahan.
Apabila menggunakan RAD untuk menghemat waktu, dan kalau memungkinkan bisa
menghemat biaya serta menghasilkan produk yang berkualitas.
Karena dipakai terutama pada aplikasi sistem konstruksi, pendekatan RAD melingkupi fase – fase
sebagai berikut :
1. Bussiness modeling
Aliran informasi di antara fungsi – fungsi bisnis dimodelkan dengan suatu cara untuk menjawab
pertanyaan – pertanyaan berikut : informasi apa yang mengendalikan proses bisnis? Informasi apa
yang di munculkan? Siapa yang memunculkanya? Ke mana informasi itu pergi? Siapa yang
memprosesnya?
2. Data modeling
Aliran informasi yang didefinisikan sebagai bagian dari fase bussiness modelling disaring ke
dalam serangkaian objek data yang dibutuhkan untuk menopang bisnis tersebut. Karakteristik
(disebut atribut) masing – masing objek diidentifikasi dan hubungan antara objek – objek tersebut
didefinisikan.
3. Prosess modelling
25. Aliran informasi yang didefinisikan di dalam fase data modeling ditransformasikan untuk
mencapai aliran informasi yang perlu bagi implementasi sebuah fungsi bisnis. Gambaran
pemrosesan diciptakan untuk menambah, memodifikasi, menghapus, atau mendapatkan kembali
sebuah objek data.
4. Aplication generation
RAD mengasumsikan pemakaian teknik generasi ke empat. Selain menciptakan perangkat lunak
dengan menggunakan bahasa pemrograman generasi ketiga yang konvensional, RAD lebih banyak
memproses kerja untuk memkai lagi komponen program yang ada ( pada saat memungkinkan)
atau menciptakan komponen yang bisa dipakai lagi (bila perlu). Pada semua kasus, alat – alat bantu
otomatis dipakai untuk memfasilitasi konstruksi perangkat lunak.
5. Testing and turnover
Karena proses RAD menekankan pada pemakaian kembali, banyak komponen program telah diuji.
Hal ini mengurangi keseluruhan waktu pengujian. Tetapi komponen baru harus di uji dan semua
interface harus dilatih secara penuh.
Kelebihan RAD
Beberapa keuntungan dalam menggunakan metode RAD adalah sebagai berikut:
Membeli sistem yang baru memungkinkan untuk lebih menghemat biaya ketimbang
mengembangkan sendiri.
Proses pengiriman menjadi lebih mudah, hal ini dikarenakan proses pembuatan lebih
banyak menggunakan potongan-potongan script.
Mudah untuk diamati karena menggunakan model prototype, sehingga user lebih mengerti
akan sistem yang dikembangkan.
Lebih fleksibel karena pengembang dapat melakukan proses desain ulang pada saat yang
bersamaan.
Bisa mengurangi penulisan kode yang kompleks karena menggunakan wizard.
26. Keterlibatan user semakin meningkat karena merupakan bagian dari tim secara
keseluruhan.
Mampu meminimalkan kesalahan-kesalahan dengan menggunakan alat-alat bantuan
(CASE tools).
Mempercepat waktu pengembangan sistem secara keseluruhan karena cenderung
mengabaikan kualitas.
Tampilan yang lebih standar dan nyaman dengan bantuan software-software pendukung.
Kelemahan RAD
Beberapa kerugian dalam menggunakan metode RAD adalah sebagai berikut :
Dengan melakukan pembelian belum tentu bisa menghemat biaya dibandingkan dengan
mengembangkan sendiri.
Membutuhkan biaya tersendiri untuk membeli peralatan-peralatan penunjang seperti
misalnya software dan hardware.
Kesulitan melakukan pengukuran mengenai kemajuan proses.
Kurang efisien karena apabila melakukan pengkodean dengan menggunakan tangan bisa
lebih efisien.
Ketelitian menjadi berkurang karena tidak menggunakan metode yang formal dalam
melakukan pengkodean.
Lebih banyak terjadi kesalahan apabila hanya mengutamakan kecepatan dibandingkan
dengan biaya dan kualitas.
Fasilitas-fasilitas banyak yang dikurangi karena terbatasnya waktu yang tersedia.
Sistem sulit diaplikasikan di tempat yang lain.
Fasilitas yang tidak perlu terkadang harus disertakan, karena menggunakan komponen
yang sudah jadi, sehingga hal ini membuat biaya semakin meningkat
27. 4. Model Spiral
Spiral Model merupakan penggabungan ide pengembangan berulang (prototyping ) dengan,
aspek sistematis terkendali model air terjun ( waterfall). Model spiral juga secara eksplisit meliputi
manajemen resiko dalam pengembangan perangkat lunak. Mengidentifikasi risiko utama, baik
teknis maupun manajerial, dan menentukan bagaimana untuk mengurangi risiko membantu
menjaga proses pengembangan perangkat lunak di bawah kontrol .
Spiral model dibagi menjadi beberapa framework aktivitas, yang disebut dengan task regions.
Kebanyakan aktivitas-aktivitas tersebut dibagi antara 3 sampai 6 aktivitas. Berikut adalah
aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam spiral model:
1. Customer communication .
Aktivitas yang dibutuhkan untuk membangun komunikasi yang efektif antara developer dengan
user / customer terutama mengenai kebutuhan dari customer.
2. Planning .
Aktivitas perencanaan ini dibutuhkan untuk menentukan sumberdaya, perkiraan waktu
pengerjaan, dan informasi lainnya yang dibutuhkan untuk pengembangan software.
3. Analysis risk .
Aktivitas analisis resiko ini dijalankan untuk menganalisis baik resiko secara teknikal maupun
secara manajerial. Tahap inilah yang mungkin tidak ada pada model proses yang juga
menggunakan metode iterasi, tetapi hanya dilakukan pada spiral model.
4. Engineering .
Aktivitas yang dibutuhkan untuk membangun 1 atau lebih representasi dari aplikasi secara
teknikal.
5. Construction & Release .
28. Aktivitas yang dibutuhkan untuk develop software, testing, instalasi dan penyediaan user /
costumer support seperti training penggunaan software serta dokumentasi seperti buku manual
penggunaan software.
6. Customer evaluation .
Aktivitas yang dibutuhkan untuk mendapatkan feedback dari user / customer berdasarkan evaluasi
mereka selama representasi software pada tahap engineering maupun pada implementasi selama
instalasi software pada tahap construction and release.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari model spiral sebagai berikut:
Kelebihan model Spiral :
1. Dapat disesuaikan agar perangkat lunak bisa dipakai selama hidup perangkat lunak
komputer.
2. Lebih cocok untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar.
3. Pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami dan bereaksi terhadap resiko
setiap tingkat evolusi karena perangkat lunak terus bekerja selama proses .
4. Menggunakan prototipe sebagai mekanisme pengurangan resiko dan pada setiap keadaan
di dalam evolusi produk.
5. Tetap mengikuti langkah-langkah dalam siklus kehidupan klasik dan memasukkannya ke
dalam kerangka kerja iteratif .
6. Membutuhkan pertimbangan langsung terhadp resiko teknis sehingga mengurangi resiko
sebelum menjadi permaslahan yang serius.
Kelemahan model Spiral :
1. Sulit untuk menyakinkan pelanggan bahwa pendekatan evolusioner ini bisa dikontrol.
2. Memerlukan penaksiran resiko yang masuk akal dan akan menjadi masalah yang serius
jika resiko mayor tidak ditemukan dan diatur.
3. Butuh waktu lama untuk menerapkan paradigma ini menuju kepastian yang absolut.
29. IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI ERA REVOLUSI
INDUSTRI 4.0
Proses pengembangan sistem informasi yang berkembang saat ini di era revolusi industri
4.0 sangat cepat dan sangat canggih dan modern. Teknologi sistem informasi sangat berpengaruh
di era industri 4.0 karena di era industri 4.0 mengandalkan teknologi informasi dalam segala
bidang, dari ekonomi, pendidikan, kesehatan, pemerintahan dan lain-lain. Karena teknologi
informasi sangat memudahkan manusia dalam memproduksi, mengolah data dan menyebarkan
informasi. Sehingga perkembangan sistem informasi di era ini sangat cepat perkembangannya.
Semakin berkembangnya teknologi informasi sehingga tenaga kerja manusia bisa beralih menjadi
tenaga mesin. Selain dari kecepatannya tenaga mesin juga lebih terjamin keakuratan serta
keberhasilannya dalam bekerja.
Salah satu hal terbesar didalam Revolusi Industri 4.0 adalah Internet of Things.IoT (Internet
of Things) memiliki kemampuan dalam menyambungkan dan memudahkan proses komunikasi
antara mesin, perangkat, sensor, dan manusia melalui jaringan internet. Sebagai contoh kecil,
apabila sebelumnya di era Revolusi Industri 3.0 kita hanya dapat mentransfer uang melalui ATM
atau teller bank, saat ini kita dapat melakukan transfer uang dimana saja dan kapan saja selama
kita terhubung dengan jaringan internet. Cukup dengan aplikasi yang ada di dalam gadget kita dan
koneksi internet, kita dapat mengontrol aktifitas keuangan kita dimanapun dan kapanpun.
Selain Internet of Things, ada juga istilah Big Data yang berperan penting dalam Revolusi
Industri 4.0. Big data adalah seluruh informasi yang tersimpan di cloud computing. Analitik data
besar dan komputasi awan, akan membantu deteksi dini cacat dan kegagalan produksi, sehingga
memungkinkan pencegahan atau peningkatan produktivitas dan kualitas suatu produk berdasarkan
data yang terekam. Hal ini dapat terjadi karena adanya analisis data besar dengan sistem 6c, yaitu
connection, cyber, content/context, community, dan customization.
Proses tersebut dapat memberikan wawasan yang berguna bagi manajemen pabrik. Data
diproses dengan alat canggih (analitik dan algoritma) untuk menghasilkan informasi yang logik.
Data yang diproses tersebut juga dapat membantu mempertimbangkan adanya masalah yang
terlihat dan tidak terlihat di pabrik industri. Algoritma pembuatan informasi harus mampu
mendeteksi masalah yang tidak terlihat seperti degradasi mesin dan kehausan komponen.
30. Di era revolusi industri 4.0, sebuah perusahaan melakukan pengembangan sistem dengan
tujuan menemukan cara terbaik penggunaan sistem informasi dalam proses bisnis. Pengambilan
ataupun pertukaran data dapat dilakukan on time saat dibutuhkan, melalui jaringan internet.
Sehingga proses produksi dan pembukuan yang berjalan di pabrik dapat termotorisasi oleh pihak
yang berkepentingan kapan saja dan dimana saja selama terhubung dengan internet. Para ahli telah
meyakini era ini merupakan era dari Revolusi Industri 4.0, dikarenakan terdapat banyak inovasi
baru di Industri 4.0, diantaranya Internet of Things (IoT), Big Data, percetakan 3D, Artifical
Intelligence (AI), kendaraan tanpa pengemudi, rekayasa genetika, robot dan mesin pintar. Hal ini
juga yang memotori pengembangan sistem informasi.
Perkembangan teknologi informasi harus sejalan dengan sumber daya manusia yaitu kita yang
sebagai berperan penting dalam mengontrol perkembangan Teknologi Informasi.
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan manfaat pengembangan sistem adalah
sebagai berikut:
Memberi perincian peristiwa dari mulai komposisi fisik, manufaktur, dan nomor seri.
Meningkatkan visibilitas status ketersediaan barang dan proses pengiriman
Memberi informasi real time akan arus barang
Transparansi berbagai informasi produk seperti kualitas dan asal barang
Menurunkan biaya untuk menangani rantai pasokan yang kompleks
KESIMPULAN
Sistem informasi merupakan bagian penting dalam proses bisnis perusahaan. Di era revolusi
industri 4.0, Pengembangan sistem informasi sudah melahirkan banyak inovasi baru yang dapat
digunakan para pengguna.
Pengembangan sistem informasi dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu pendekatan SDLC
(Systems Development Life Cycle) dan pengembangan sistem metode Altenative. Kedua
pendekatan tersebut terdiri dari beberapa model yang mempunyai kelebihan dan kelemahan
tersendiri. Keuntungan atau kelebihan yang diperoleh merupakan aspek yang menunjang
berkembang pesatnya pengembangan sistem tersebut.
31. Sistem informasi juga terdiri dari berbagai model pengembangan sistem yang sangat
membantu semua pihak khususnya dalam perusahaan terlebih dalam perluasan pemasaran produk
perusahaan membutuhkan pengembangan sistem yang lebih kompleks demi tercapainya proses
bisnis yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Laudon, Kenneth C., & Jane, P. Laudon. (2010). Manajemen Information System:
Managing the Digital Firm.
Reymond, MC Leod. 2009. Sistem Informasi Manajemen. Salemba Empat
https://www.gurupendidikan.co.id/siklus-pengembangan-sistem/
https://www.dosenpendidikan.co.id/pengembangan-sistem-informasi/
https://pojoksisteminformasi.blogspot.com/2013/01/konsep-sistem-informasi-
pengembangan.html
Damayanti, K., Fardinal., (2019). The Effect of Information Technology Utilization,
Management Support, Internal Control, and User Competence on Accounting Information
System Quality. Schollars Bulletin, 5(12), 751-758.
Hanifah, S., Sarpingah, S., & Putra, Y. M., (2020). The Effect of Level of Education,
Accounting Knowledge, and Utilization Of Information Technology Toward Quality The
Quality of MSME ’ s Financial Reports. (3). https://doi.org/10.4108/eai.3-2-2020.163573
Herliansyah, Y., Nugroho, L., Ardilla, D., & Putra, Y. M., (2020). The Determinants of
Micro, Small and Medium Entrepreneur (MSME) Become Customer of Islamic Banks
(Religion, Religiosity, and Location of Islamic Banks). The 1st Annual Conference
Economics, Business, and Social Sciences, (2). https://doi.org/10.4108/eai.26-3-
2019.2290775
Anggraini, D., Hamiza, A., Doktoralina, C. M., & Anah, S. (2018). Application of Supply
Chain Management Practices in Banks: Evidence from Indonesia. International Journal of
Supply Chain Management, 7(5), 418-427.
Surjandari, D.A., Anggraeni, D., Arlita, D.P., Purba, R.M. (2019). Analysis of Non-
Financial Determinants of Company Value In Manufacturing Companies in Indonesia.
Jurnal Akuntansi, 23(2), 230-252
32. Anggraini, D., Tanjung, P.R.S. (2020).Company Value: Disclosure Implications of
Sustainable Supply Chain, Profitability and Industrial Profile. International Journal of
Supply Chain Management, 9(2), 648-655
Dewi, M Hadri, M. Financial distress prediction in Indonesia companies: finding an
alternative model, Russian Journal of Agricultural and Socio-Economic Sciences. 61(1)
Putra, Y. M. (2018). Pengembangan Sistem Informasi. Modul Kuliah Sistem Informasi
Manajemen. FEB-Universitas Mercu Buana: Jakarta
Putra, Y. M., (2019). Analysis of Factors Affecting the Interests of SMEs Using
Accounting Applications. Journal of Economics and Business, 2(3), 818-826.
https://doi.org/10.31014/aior.1992.02.03.129
Zamzami, A.H., & Putra, Y. M., (2019). Intensity of Taxpayers Using E-Filing (Empirical
Testing of Taxpayers in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi). EPRA
International Journal of Multidisciplinary Research (IJMR) 5(7), 154-161.