Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Tugas sim, pratiwi rosantry,yananto mihadi putra,se, m.si, pengembangan sistem informasi, 2018
1. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
Pertemuan Ke-7
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Sistem Informasi Manajemen”
Dosen Pengampu : Yananto Mihadi Putra, SE, M.Si
Disusun Oleh:
Pratiwi Rosantry (43217110253)
S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2. Pengembangan sistem informasi manajemen dilakukan melalui beberapa tahap, dimana
masing-masing langkah menghasilkan suatu yang lebih rinci dari tahap sebelumnya. Tahap awal
dari pengembangan sistem umumnya dimulai dengan mendeskripsikan kebutuhan pengguna dari
sisi pendekatan sistem rencana stratejik yang bersifat makro, diikuti dengan penjabaran rencana
stratejik dan kebutuhan organisasi jangka menengah dan jangka panjang, lazimnya untuk periode
3 sampai 5 tahun. Masukan (input) utama yang dibutuhkan dalam tahap ini mencakup:
Kebutuhan stratejik organisasi
Aspek legal pendukung organisasi
Masukan kebutuhan dari pengguna
Sistem strategi dijabarkan dalam:
1. Visi dan Misi: Strategi pengembangan sistem membutuhkan keputusan politis dari
pimpinan tertinggi yang telah dijabarkan dalam strategi aktivitas organisasi.
2. Analisis Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi dan kompetensi yang dimiliki. Analisis
Tupoksi akan mengarah pada seberapa jauh pencapaian kinerja organisasi dapat dicapai,
dengan menggunakan trend-trend penting, risiko-risiko yang harus dihadapi dan potensi
peluang yang dimiliki (menggunakan analisis SWOT).
Analisa kompetensi akan memberikan gambaran yang lengkap mengenai efektivitas
organisasi yang dapat dilihat dari 4 hal yaitu: sumberdaya, infrastruktur, produk layanan/jasa dan
kepuasan pelanggan/ masyarakat yang dilayani.
A. TAHAP-TAHAP PENGEMBANGAN SISTEM
1. Tahap Perencanaan
Tahap ini merupakan suatu rangkaian kegiatan sejak ide pertama yang
melatarbelakangi pelaksanaan pengembangan sistem tersebut dilontarkan. Dalam tahap
perencanaan pengembangan sistem harus mendapatkan perhatian yang sama besarnya
dengan merencanakan proyek-proyek besar lainnya, seperti perencanaan pengadaan
perangkat jaringan teknologi informasi (TI), rencana membangun gedung kantor 15
tingkat.
3. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh jika proyek pengembangan sistem informasi
direncanakan secara matang, mencakup:
a. Ruang lingkup proyek dapat ditentukan secara jelas dan tegas. Unit organisasi, kegiatan
ataun sistem yang mana yang akan dilibatkan dalam pengembangan ini? unit mana
yang tidak dilibatkan? Informasi ini memberikan perkiraan awal besarnya sumber daya
yang diperlukan.
b. Dapat mengidentifikasi wilayah/area permasalahan potensial. Perencanaan akan
menunjukkan hal-hal yang mungkin bisa terjadi suatu kesalahan, sehingga hal-hal
demikian dapat dicegah sejak awal.
c. Dapat mengatur urutan kegiatan. Banyak sekali tugas-tugas terpisah dan harus berjalan
secara bersamaan/paralel yang diperlukan untuk pengembangan sistem. Tugas-tugas ini
diatur dalam urutan logis berdasarkan prioritas informasi dan kebutuhan untuk
efisiensi.
d. Tersedianya sarana pengendalian. Tingkat pengukuran kinerja harus dipertegas sejak
awal.
2. Tahap Analisis
Ada dua aspek yang menjadi fokus tahap ini, yaitu aspek bisnis atau manajemen dan
aspek teknologi. Analisis aspek bisnis mempelajari karakteristik organisasi yang
bersangkutan. Tujuan dilakukannya langkah ini adalah untuk mengetahui posisi atau
peranan teknologi informasi yang paling sesuai dan relevan di organisasi dan mempelajari
fungsi-fungsi manajemen dan aspek-aspek bisnis terkait yang akan berpengaruh atau
memiliki dampak tertentu terhadap proses desain, konstruksi, dan implementasi.
Selama tahap analisis, sistem analis terus bekerjasama dengan manajer, dan komite
pengarah SIM terlibat dalam titik-titik yang penting mencakup kegiatan sebagai berikut:
Menetapkan rencana penelitian system :
a. Mengorganisasikan tim proyek
b. Mendefinisikan kebutuhan informasi
c. Mendefinisikan kriteria kinerja system
d. Menyiapkan usulan rancangan system
e. Menyetujui atau menolak rancangan proyek pengembangan system
4. Keluaran dari proses analisis di kedua aspek ini adalah masalahmasalah penting yang
harus segera ditangani, analisis penyebab dan dampak permasalahan bagi organisasi,
beberapa kemungkinan skenario pemecahan masalah dengan kemungkinan dan dampak
risiko serta potensinya, dan pilihan alternatif solusi yang direkomendasikan.
3. Tahap Perancangan/Desain
Pada tahap ini, tim teknologi informasi bekerja sama dengan tim bisnis atau
manajemen melakukan perancangan komponen-komponen sistem terkait. Tim teknologi
informasi akan melakukan perancangan teknis dari teknologi informasi yang akan
dibangun, seperti system basis data, jaringan komputer, teknik koversi data, metode
migrasi sistem, dan sebagainya.
Sementara itu, secara paralel dan bersama-sama tim bisnis atau manajemen, dan tim
teknologi informasi akan melakukan perancangan terhadap komponen-komponen
organisasi yang terkait, seperti: yang akan berpengaruh atau memiliki dampak tertentu
terhadap proses desain, konstruksi, dan implementasi. Selama tahap analisis, sistem analis
terus bekerjasama dengan manajer, dan komite pengarah SIM terlibat dalam titik-titik yang
penting mencakup kegiatan sebagai berikut:
a. Menetapkan rencana penelitian sistem
b. Mengorganisasikan tim proyek
c. Mendefinisikan kebutuhan informasi
d. Mendefinisikan kriteria kinerja system
e. Menyiapkan usulan rancangan system
f. Menyetujui atau menolak rancangan proyek pengembangan system
Keluaran dari proses analisis di kedua aspek ini adalah masalah-masalah penting
yang harus segera ditangani, analisis penyebab dan dampak permasalahan bagi organisasi,
beberapa kemungkinan skenario pemecahan masalah dengan kemungkinan dan dampak
risiko serta potensinya, dan pilihan alternatif solusi yang direkomendasikan.
5. 4. Tahap Pembangunan Fisik/Konstruksi
Berdasarkan desain yang telah dibuat, konstruksi atau pengembangan sistem yang
sesungguhnya (secara fisik) dibangun. Tim teknis merupakan tulang punggung
pelaksanaan tahap ini, mengingat semua hal yang bersifat konseptual harus diwujudkan
dalam suatu konstruksi teknologi informasi dalam skala yang lebih detail.
Dari semua tahapan yang ada, tahap konstruksi inilah yang biasanya paling banyak
melihatkan sumber daya terbesar, terutama dalam hal penggunaan SDM, biaya, dan waktu.
Pengendalian terhadap manajemen proyek pada tahap konstruksi harus diperketat agar
penggunaan sumber daya dapat efektif dan efisien. Bagaimanapun, hal ini akan berdampak
terhadap keberhasilan proyek sistem informasi yang diselesaikan secara tepat waktu. Akhir
dari tahap konstruksi biasanya berupa uji coba atas sistem informasi yang baru
dikembangkan.
5. Tahap Implementasi
Tahap implementasi merupakan tahap yang paling kritis karena untuk pertarna
kalinya sistem informasi akan dipergunakan di dalam organisasi. Ada berbagai pendekatan
untuk implementasi sistem yang baru didesain. Pekerjaan utama dalam implementasi
sistem biasanya mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Merencanakan waktu yang tepat untuk implementasi
b. Mengumumkan rencana implementasi
c. Mendapatkan sumberdaya perangkat keras dan lunak
d. Menyiapkan database
e. Menyiapkan fasilitas fisik
f. Memberikan pelatihan dan workshop
g. Menyiapkan saat yang tepat untuk cutover (peralihan sistem)
h. Penggunaan sistem baru
Pemberian pelatihan (training) harus diberikan kepada semua pihak yang terlibat
sebelum tahap implementasi dimulai. Selain untuk mengurangi risiko kegagalan,
pemberian pelatihan juga berguna untuk menanamkan rasa memiliki terhadap sistem baru
yang akan diterapkan. Dengan cara ini, seluruh jajaran pengguna akan dengan mudah
menerima sistem tersebut dan memeliharanya dengan baik di masa-masa mendatang.
6. 6. Tahap Pasca Implementasi
Pengembangan sistem informasi biasanya diakhiri setelah tahap implementasi
dilakukan. Namun, ada satu tahapan lagi yang harus dijaga dan diperhatikan oleh
manajemen, yaitu tahap pasca implementasi. Kegiatan yang dilakukan di tahap pasca
implementasi adalah bagaimana pemeliharaan sistem akan dikelola. Seperti halnya sumber
daya yang lain, sistem informasi akan mengalami perkembangan di kemudian hari. Hal-hal
seperti modifikasi sistem, berpedoman ke sistem lain, perubahan hak akses sistem,
penanganan terhadap fasilitas pada sistem yang rusak, merupakan contoh dari kasus-kasus
yang biasanya timbul dalam pemeliharaan sistem. Disinilah diperlukan dokumentasi yang
memadai dan pemindahan pengetahuan dari pihak penyusun sistem ke pengguna untuk
menjamin terkelolanya dengan baik proses-proses pemeliharaan sistem. Dari perspektif
manajemen, tahap pasca-implementasi adalah berupa suatu aktivitas di mana harus ada
personil atau divisi yang dapat melakukan perubahan atau modifikasi terhadap sistem
informasi sejalan dengan perubahan kebutuhan bisnis yang dinamis.
B. METODE PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
1. CBIS Life Cycle
CBIS (Computer Based Information Systems) Life Cycle atau yang disebut dengan
siklus sistem informasi berbasis komputer. Merupakan tahapan-tahapan dan tugas-tugas
yang harus dilakukan dalam mengembangkan sistem informasi, tanpa memperhatikan sistem
informasi jenis apa yang akan dibuat dan seberapa luas yang harus di hasilkannya.
2. System Development Life Cycle (SDLC)
Suatu sistem lama yang telah dikembangkan ke sistem yang baru, namun saat kerja
sistem baru ditemukan permasalahan dalam tahap pemeliharaan sistem yang kemungkinan
tidak dapat diatasi, maka sistem tersebut akan dikembalikan lagi ke sistem yang lama, hal
inilah yang disebut dengan siklus hidup pengembangan sistem atau disebut dengan System
Development Life Cycle.
SDLC merupakan proses mengembangkan atau mengubah suatu sistem perangkat
lunak dengan menggunakan model-model dan metodologi yang digunakan orang untuk
mengembangkan sistem-sistem perangkat lunak sebelumnya. Kegunaan dari SDLC yaitu
7. mengakomodasi beberapa kebutuhan pengguna akhir dan pengadaan perbaikan masalah
yang berhubungan dengan perangkat lunak. Metode ini digunakan oleh para analisis sistem
ataupun pembuat program dengan tahapan-tahapan pekerjaan untuk membangun sistem
informasi. Metode ini sangat cocok untuk pengembangan sistem besar. Setiap SDLC harus
menghasilkan sistem berkualitas tinggi yang memenuhi atau melebihi harapan user,
mencapai selesai dalam waktu dan perkiraan biaya, bekerja secara efektif dan efisien.
Kegiatan Dalam Tahapan SDLC, yaitu :
a. Inisiasi (initiation)
Tahap ini ditandai dengan adanya kebutuhan dari user yang ada, maka pembuatan
proposal proyek perangkat lunak dimulai dan dibuat berdasarkan konsep sistem yang
telah direncanakan. Kegiatan dalam tahapan inisiasi :
Menentukan durasi waktu yang dibutuhkan.
Menentukan sumber daya dan sistem yang dibutuhkan.
Merencanakan jadwal pelaksanaan proyek.
b. Pengembangan konsep sistem (system concept development)
Mendefinisikan lingkup konsep sistem hingga dokumen lingkup sistem. Kemudian
menganalisa manfaat biaya yang dibuthkan, manajemen rencana dan pembelajaran
kemudahan sistem untuk digunakan. Memperhatikan juga perencanaan resiko yang
kemungkinan dihadapi jika sistem akan diterapakan ke depannya. Kegiatan di dalam
tahap pengembangan konsep sistem :
Mendefinisikan ruang lingkup system.
Menganalisis manafaat biaya yang dibutuhkan.
c. Perencanaan (planning)
Mengembangkan rencana manajemen proyek dan dokumen perencaaan lainnya
yang diperlukan masing-masing tahapan, sumber daya dan perangkat lunak. Tahapan ini
menghasilkan hal-hal mendasar yang dibutuhkan untuk mencari solusi dari masalah yang
muncul dalam sistem. Kegiatan dalam tahap perencaan meliputi :
Pembentukan dan konsolidasi tim pengembang.
Mendefinisikan tujuan dan ruang lingkup pengembangan.
8. Mengidentifikasi apakah masalah-masalah yang ada bisa diselesaikan melalui
pengembangan sistem.
Menentukan dan evaluasi strategi yang akan digunakan.
Penentuan prioritas teknologi dan pemilihan aplikasi.
Analisis kebutuhan (requirement analysis)
Menganalisis kebutuhan pemakai sistem (user) dan mengembangkan kebutuhan
user. Membuat dokumen kebutuhan fungsional. Langkah-langkah yang digunakan dalam
analisis kebutuhan adalah wawancara, riset terhadap sistem baru, observasi lapangan,
jajak pendapat, pengamatan sistem yang serupa dan prototype. Kegiatan utama dalam
tahapan analisis kebutuhan :
Pengumpulan informasi.
Mendefinisikan sistem requirement.
Memprioritaskan kebutuhan.
Menyusun dan mengevaluasi alternatif.
Mengulas kebutuhan dengan pihak manajemen
d. Desain (design)
Mentransformasikan sistem lama menjadi sistem baru yang berdasarkan hasil
analisis sebelumnya, dokumen desain sistem fokus pada bagaimana dapat memenuhi
fungsi-fungsi yang dibutuhkan. Ada 2 perancangan dalam desain yaitu perancangan
konseptual dan perancangan fisik.
Perancangan konseptual juga disebut dengan perancangan logika yang meliputi
perancangan DFD, ERD, Normalisasi, Flowchart System, Flowchart Document dan
laporan-laporan pendukung lainnya yang menjelaskan perjalanan sistem. Perancangan
fisik meliputi perancangan input, perancangan output, perancangan form, perancangan
struktur tabel, perancangan klasifikasi kode dan perancangan klasifikasi perangkat yang
dibutuhkan sistem. Beberapa kegiatan utama yang di lakukan pada tahap desain :
Merancang arsitektur aplikasi.
Meracang antar muka pengguna.
Mendesain dan mengintegrasikan database.
9. Membuat prototipe untuk detail desain.
Mendesain mengintegrasikan kendali sistem.
e. Pengembangan (development)
Mengonversi desain ke sistem informasi yang lengkap termasuk bagaimana
memperoleh dan melakukan instalasi lingkungan sistem yang dibutuhkan.
Mempersiapkan prosedur kasus pengujian, pengodean, pengompilasian, memperbaiki dan
membersihkan program dan peninjauan pengujian.
Kegiatan di dalam tahap pengembangan, yaitu membuat basis data dan
mempersiapakan prosedur pengujian sistem, mempersiapkan berkas pengujian sistem,
pengodean sistem, dan memperbaiki kesalahan sistem.
f. Integrasi dan pengujian (integration and test)
Menggabungkan bagian-bagian sistem yang dikerjakan terpisah, dan mencari
kesalahan sistem dari kesalaham logika dan kesalahan pengodean. Kemudian
mendemonstrasikan sistem yang dikembangkan untuk diuji dan memehuni spesifikasi
kebutuhan sistem.Kegiatan di dalam tahap integrasi dan pengujian, yaitu :
memastikan bahwa sistem berfungsi seperti yang diharapkan.
membutuhkan partisipasi pengguna untuk memverifikasi pengujian menyeluruh dari
semua persyaratan.
memenuhi semua kebutuhan bisnis.
g. Implementasi (implementation)
Merupakan pengujian pada sistem yang sebenarnya, mengimplementasikan sistem
perangkat lunak pada lingkungan user (adaptasi user dengan sistem) dan menjalankan
resolusi dari permasalahan yang teridentifikasi dari fase integrasi dan pengujian. Kegiatan
di dalam tahapan implementasi, yaitu :
pembuatan database sesuai skema rancangan
pembuatan aplikasi berdasarkan desain sistem
pengujian dan perbaikan aplikasi.
10. h. Operasi dan pemeliharaan (operations and maintenance)
Mengoperasikan dan memelihara sistem informasi pada lingkungan user termasuk
implementasi akhir dan masuk pada proses peninjauan. Operasi dan pemeliharaan
meliputi 3 bagian :
Pemeliharaan perfektif yaitu ditunjukkan untuk memperbaharui sistem sebagai
tanggapan atas adanya permintaan atau kebutuhan yang baru serta meingkatkan
efisiensi sistem.
Pemeliharaan adatif yaitu perubahan aplikasi untuk menyesuaikan diri terhadap
perangkat keras dan lunak yang baru
Pemeliharaan korektif yaitu melaksanakan perbaikan-perbaikan kesalahan ang
ditemukan pada saat sistem dijalankan.
i. Disposisi (disposition)
Merupakan aktifitas akhir dari pengembangan sistem dan membangun data sesuai
dengan aktifitas user. Pada tahap ini ditekankan untuk memastikan bahwa sistem telah
dikemas sesuai dengan peraturan dan persyaratan yang tepat. Kegiatan dalam tahap
disposisi, yaitu penghentiaan sistematis sistem untuk memastikan bahwa informasi
penting yang disimpan untuk akses masa depan.
3. Prototyping
Dalam pengembangan sistem dimana requirement diubah ke dalam sistem yang
bekerja secara terus menerus dan diperbaiki melalui kerjasama antar analis danuser. Metode
ini menggunakan data aktual, edit input, melakukan komputasi dan semua manipulasi
sehingga dihasilkan output nyata. Karakteristik dari metode ini meliputi langkah pemilahan
fungsi, penyusunan sistem informasi, evaluasi dan penggunaan selanjutnya.
Model prototipe (prototyping model) dimulai dengan mengumpulkan kebutuhan dan
perbaikan, desain cepat, pembentukan prototipe, evaluasi userterhadap prototipe, perbaikan
dan produk akhir sistem yang akan dibuat. Model ini menyediakan tampilan dengan simulasi
alur sistem sehingga tampak seperti sistem yang sudah jadi. Model prototipe ini dievalusi
oleh user hingga ditemukan spesifikasi yang sesuai keinginan user. Model prototipe sangat
11. cocok digunakan untuk menjabarkan kebutuhan user secara lebih detail karena user sering
kali lesulitan menyampaikan kebutuhnya secara detail tanpa melihat gambaran yang jelas.
4. Rapid Application Development (RAD)
Menggunakan metode prototyping dan teknik terstruktur lainnya untuk menentukan
kebutuan user dan perancangan sistem informasi. Proses pengembangan metode ini yaitu
mempelajari apakah proyek pengembangan sistem memenuhi kriteria, mempelajari aktivitas
bisnis perusahaan, menentukan area bisnis serta fungsi yang menjadi prioritas, membuat
model dari fungsi-fungsi yang menjadi prioritas, memilih prototipe mana yang direview dan
mengimplementasikan sistem informasi.
Rapid Application Development (RAD) merupakan model pengembangan sistem yang
bersifat inkremental (bertingkat) terutama waktu pengerjaan yang pendek. Model RAD
membagi tim pengembang manjadi beberapa komponen masing-masing tim
pengerjaan dapat dilakukan secara paralel. Model ini dimulai dari pemodelan bisnis,
pemodelan data, pemodelan proses, pembangkitan aplikasi, dan pengujian.
5. Spiral
Model proses sistem evolusioner yang merangkai sifat iteratif dari prototipe dengan
cara kontrol dan aspek sistematis model sekuensial linier. Model iterativeditandai dengan
tingkah laku yang memungkinkan pengembang mengembangkan versi sistem yang lebih
lengkap secara bertahap. Model spriral (spiral model) menyediakan pengembangan dengan
cara cepat dengan sistem yang memiliki versi yang bertambah fungsinya. Model ini
menekan adanya analisa resiko, jika analisa resiko menunjukka adanya ketidakpastian
terhadap kebutuhan, maka pengembangan sistem dapat dihentikan.
6. Join Application Development (JAD)
Sebuah rangkaian metode yang memberi kesempatan kepada user dan manajemen
untuk berpartisipasi secara luas dalam siklus pengembangan sistem informasi. Tahap dalam
metode ini yaitu perancangan, menentukan dan menjabarkan permintaan user, menentukan
teknik yang dibutukan’
12. 7. Object Oriented Technology
Object Oriented Technology merupakan cara pengembangan sistem berdasarkan
abstraksi objek-objek yang ada di dunia nyata. Tahapan dalam metode ini yaitu perencaan,
analisis, perancangan, dan implementasi. Dari tahapan tersebutdapat diterapkan pada
perancangan sistem secara umum yang menyangkut perangkat lunak, perangkat keras dan
sistem secara keseluruhan,
8. Functional Decomposition Methodologies
Menekankan pada pemecahan dari sistem ke dalam subsistem yang lebih kecil
sehingga akan lebih mudah untuk dipahami, dirancang dan diimplentasikan.
9. End-user Development
Keterlibatan langsung end-user sangat menguntungkan, karena memahami benar
bagaimana sistem bekerja. Artinya tahap analisis sistem dapat dilakukan lebih cepat.
Kelemahan adalah pada pengendalian mutu dan kecenderungan tumbuhnyaprivate sistem
informasi. Integrasi dengan sistem yang lain menjadi sulit.
10. Outsourcing
Metode pengelolaan teknologi informasi dengan cara memindahkan pengelolaannya
pada pihak lain, yang tujuan akhirnya adalah efektivitas dan efisiensi kerja. Metode ini
seringkali juga disamakan dengan metode lain seperti : sub kontrak, supplier, proyek atau
istilah lain yang berbeda-beda dilapangan, namun pada dasarnya adalah sama, yaitu
pemindahan layanan kepada pihak lain.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN SISTEM
INFORMASI
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan sistem informasi, yaitu :
1. Bisnis Internal
Aspek-aspek internal yang terkait dengan kondisi terkini pada suatu organisasi serta
strategis, meliputi :
13. a. Visi, misi dan strategis suatu organisasi, yang menjadi suatu pedoman arah akan seperti
apa suatu organisasi tersebut di masa yang akan datang.
b. Posisi organisasi dalam industry sekarang dan kekuatan apa saja yang
mempengaruhinya.
c. Kekuatan, kelemahan dan peluang organisasi serta tantangan di masa mendatang.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan strategi organisasi.
e. Dokumen organisasi yang berhubungan dengan kegiatan utama dan kegiatan pendukung
dalam suatu organisasi.
2. Bisnis Eksternal
Merupakan aspek-aspek di luar organisasi yang dapat mempengaruhi strategi organisasi
misalnya:
a. Aspek politik, diantaranya kebijakan pemerintah dan peraturan Perundang- undangan.
b. Aspek ekonomi, yaitu persaingan dalam industri, tingkat permintaan dan penawaran,
tingkat inflasi
c. Aspek sosial, yaitu hubungan dan kepercayaan mitra kerja
d. Aspek teknologi, yaitu perkembangan teknologi
3. Internal Teknologi
Yaitu kondisi SI/TI saat ini yang digunakan dalam mendukung kegiatan operasional
organisasi yang meliputi :
a. Struktur organisasi SI/TI dan sumber daya, dalam hal ini SDM
b. Portofolio aplikasi sekarang. Maksudnya adalah aplikasi yang telah dimiliki organisasi
dimasukkan ke dalam portofolio yang berguna untuk mengetahui kondisi TI pada
organisasi sekarang ini.
c. Pemetaan proses bisnis kedalam suatu model yang menggambarkan arus informasi
yang terjadi dalam kegiatan bisnis organisasi
d. Infrastruktur TI (Hardware, Software dan Network)
e. Manajemen informasi (pengelolaan SI dan TI) yang telah dan akan dimanfaatkan oleh
organisasi untuk mendukung tercapainya sasaran bisnis
14. 4. Eksternal Teknologi
Yaitu perkembangan teknologi TI terkini dan tren ke depan, misalnya:
a. Tren teknologi TI, bisa dengan mempelajari tren teknologi yang tengah berkembang,
yang khususnya bisa diterapkan pada kegiatan/bisnis organisasi. Tujuan mempelajari
hal ini adalah agar tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan teknologi yang diterapkan
dan dikembangakan dalam perusahaan. Tidak semua produk-produk TI tergolong
baik. Dengan melihat tren dalam perkembangan TI sama artinya dengan mempelajari
peluang baru yang dapat meningkatkan kinerja organisasi di masa akan datang, baik
dalam peningkatan pendapatan, penurunan biaya atau pengembangan kegiatan/usaha
bisnis.
b. Teknologi yang sedang dipakai oleh pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan/bisnis
organisasi.
c. Peluang dan kemungkinan penggunaan teknologi untuk keunggulan di masa
mendatang.
D. HAMBATAN DAN TANTANGAN YANG DIHADAPI DALAM PENGEMBANGAN
SISTEM INFORMASI
Masalah yang dihadapi dalam implementasi tersebut biasanya adalah sebagai berikut :
1. Pengguna tidak mengetahui kemampuan teknologi yang dapat digunakan untuk membantu
proses bisnis yang dikerjakannya setiap hari, dan pada tahap analisa developer juga tidak
mengetahui benar-benar proses bisnis yang berlangsung atau juga karena standard dari
developer yang kurang dalam membuat program sehingga program yang dihasilkan adalah
program yang baik dari kacamata developer bukan dari kedua belah pihak. Karena ketidak
tahuan pengguna maka masalah ini bisa diabaikan dimana pengguna juga tidak keberatan
dengan program yang diberikan untuk digunakan.
2. Kedua belah pihak tidak memahami asumsi dan ketergantungan yang ada dalam system
dan bisnis proses, sehingga pada tahap implementasi jika ada bagian dari proses bisnis
yang belum di cover oleh system dan kemudian dibuatkan fungsi baru yang ternyata
menimbulkan masalah, dan penyelesaian masalah menimbulkan masalah baru seperti
15. melakukan tambal sulam yang berakibat pada benang kusut akan membuat suatu aplikasi
yang tidak dapat di andalkan. Dan aplikasi hanya dibuat sebagai program untuk melakukan
entry data.
3. Dalam implementasi system terintegrasi, dimana pengguna tidak dapat menjadikan
implementasi sebagai prioritas pertama, dimana pengguna yang sudah disibukkan dengan
kegiatan operasional akan berpura-pura menyetujui, menjalankan dan mengikutinya tetapi
pada kenyataannya semuanya tidak berjalan sesuai dengan harapan. Akan membutuhkan
CETL yang lama jika dijadikan sebagai resource untuk aplikasi BI.
4. Kurangnya dukungan dari pihak eksekutif atau manajemen
Persetujuan dari semua level manajemen terhadap suatu proyek sistem informasi
membuat proyek tersebut akan dipersepsikan positif oleh pengguna dan staf pelayanan
teknis informasi. Dukungan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk penghargaan
terhadap waktu dan tenaga yang telah dicurahkan pada proyek tersebut.
Keterlibatan dalam desain dan operasi sistem informasi mempunyai beberapa hasil
yang positif. Pertama, jika pengguna terlibat secara mendalam dalam desain sistem, ia akan
memiliki kesempatan untuk mengadopsi sistem menurut prioritas dan kebutuhan bisnis,
dan lebih banyak kesempatan untuk mengontrol hasil. Kedua, pengguna berkecenderungan
untuk lebih bereaksi positif terhadap sistem karena mereka merupakan partisipan aktif
dalam proses perubahan itu sendiri.
Kesenjangan komunikasi antara pengguna dan perancang sistem informasi terjadi
karena pengguna dan spesialis sistem informasi cenderung memiliki perbedaan dalam latar
belakang, kepentingan dan prioritas. Inilah yang sering dikatakan sebagai kesenjangan
komunikasi antara pengguna dan desainer (user-designer communication gap).
5. Tidak Memiliki Perencanaan Memadai
Sistem informasi sebaiknya harus ditentukan maksud dan tujuannya. Setelah itu,
menambahkan komponen-komponen yang sesuai dengan tujuan utama dari sistem
informasi tersebut. Perencanaan sistem informasi sebaiknya sejalan dengan tujuan dan
komponen-komponen yang telah ditentukan sehingga tidak keluar dari jalur utama yang
16. telah ditetapkan. Sistem informasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan menghambat
tujuan dari perusahaan tersebut.
Pengembangan dan penerapan sistem informasi yang tidak didukung dengan
perencanaan yang matang tidak akan mampu menjembatani keinginan dan kepentingan
berbagai pihak di perusahaan. Hal ini dikarenakan sistem yang dijalankan tidak sesuai
dengan arah dan tujuan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan yang tidak memiliki
kompetensi inti dalam bidang teknologi informasi sebaiknya menjadi tidak memaksakan
untuk menjadi leader dalam investasi teknologi informasi.
Sebagian besar penyedia jasa teknologi informasi kurang sensitif terhadap
manajemen perusahaan, tetapi hanya fokus pada tools yang akan dikembangkan.
Kelemahan inilah yang mengharuskan perusahaan untuk mengidentifikasi secara jelas
kebutuhan dan spesifikasi sistem informasi yang akan diterapkan berikut manfaatnya
terhadap perusahaan. Kemauan perusahaan dalam merancang penerapan sistem informasi
berdasarkan sumberdaya yang dimiliki diyakini dapat meningkatkan keunggulan
kompetitif perusahaan.
6. Inkompetensi secara Teknologi
Kesuksesan pengembangan sistem informasi tidak hanya bergantung pada
penggunaan alat atau teknologinya saja, tetapi juga manusia sebagai perancang dan
penggunanya. Sistem informasi yang tidak disosialisasikan akan menyebabkan karyawan
tidak dapat menggunakan sistem informasi tersebut. Hal ini akan berdampak pada
menurunnya kinerja perusahaan dan kegagalan sistem informasi sehingga sistem informasi
yang telah dirancang akan sia-sia serta menyebabkan kerugian materi yang cukup besar.
Selain itu, waktu sosialisasi yang singkat dapat menjadi kendala dalam hal penerapan
sistem informasi. Karyawan kurang mempelajari mengenai sistem informasi yang mereka
gunakan sehingga kemampuan mereka terbatas. Menurut Pambudi (2003) harus ada
penyesuaian tertentu dalam menerapkan sistem informasi. Penyesuaian terhadap strategi
penerapan sistem yang baru harus disosialisasikan dengan jelas kepada karyawan.
Sistem informasi harus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
pengguna. Kompleksitas sistem bukanlah merupakan jaminan perbaikan kinerja, bahkan
menjadi kontraproduktif jika tidak didukung oleh kesiapan sumberdaya manusia dalam
17. tahapan implementasinya. Hal ini sering terjadi terutama pada perusahaan yang
pengetahuan teknologi informasinya rendah. Jika pengembangan sistem informasi
diserahkan pada sumberdaya yang kurang memiliki kompetensi dibidangnya akan
berakibat fatal bagi perusahaan ketika sistem tersebut telah diterapkan. Pengembangan
sistem informasi sebagai salah satu sarana pencapaian tujuan perusahaan, sehingga
keduanya harus relevan, serta perlu disiapkan dengan baik dan matang. Selain itu,
perusahaan harus memiliki harapan yang nyata, yaitu yang ingin dicapai dan berusaha
dalam meraihnya, sehingga efektivitas dari pengembangan atau penerapan sistem
informasi dapat terjadi.
7. Komunikasi Antara Pengguna dengan Perancang Sistem Informasi
Hubungan antara konsultan dengan klien secara tradisional merupakan bidang
masalah dalam upaya sistem informasi. Pengguna dan specialistsistem informasi
cenderung mempunyai perbedaan dalam latar belakang, kepentingan dan prioritas. Inilah
yang sering dikatakan sebagai kesenjangan komunikasi antara pengguna dan desainer.
Perbedaan ini akan menyebabkan adanya perbedaan loyalitas organisasi, pendekatan dalam
pemecahan masalah, dan referensi.
8. Tingkat Kompleksitas dan Resiko
Terdapat kecenderungan gagal pada Beberapa proyek pengembangan sistem karena
sistem-sistem tersebut mengandung tingkat resiko yang tinggi dibandingkan yang lain.
Para peneliti telah mengidentifikasikan tiga faktor kunci yang memengaruuhi tingkat
resiko proyek.
Sistem pengembangan proyek tanpa manajemen yang tepat besar kemungkinan akan
membawa konsekuensi kerugian sebagai berikut:
a. Biaya yang berlebih sehingga melampaui anggaran.
b. Melampaui waktu yang telah diperkirakan.
c. Kelemahan teknis yang berakibat pada kinerja yang berada dibawah tingkat dari yang
diperkirakan.
d. Gagal dalam memperoleh manfaat yang diperkirakan
18. Operasional adalah departemen yang secara langsung memberikan kontribusi nilai
terhadap suatu organisasi; mencetak penjualan, memberikan pelayanan kepada pelanggan dan
lain sebagainya, sedangkan IT adalah departemen support untuk operasional. Walaupun ada
beberapa ahli yang mengatakan implementasi ERP lebih sulit dibandingkan membangun pabrik
baru atau memasarkan produk baru, saya tidak bisa membayangkan jika operasional bekerja
tanpa dibantu dengan system, dan jika IT memaksakan implementasi tanpa mempertimbangkan
asumsi dan ketergantungan dalam proses bisnis maka bukannya menambah nilai tetapi hanya
menjadi beban bagi operasional dan berimbas mengurangi nilai organisasi.
Jika kedua belah pihak tidak terjalin kerjasama yang baik maka akan menciptakan kondisi
deadlock, dimana user tidak dapat menjelaskan kebutuhannya, dan UATtidak ada atau terkesan
dipaksakan sehingga data pada aplikasi tidak sesuai dan tidak bisa diandalkan. Dengan demikian
kepemimpinan manajemen sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan ini. Dan perlu
diketahui bersama, teknologi hanya bersifat membantu bukan menggantikan karena seperti anda
ketahui ‘there is no brain and heart inside’ sehingga pengembangan system informasi bersifat
continue, dan mungkin akan ada asumsi dan ketergantungan yang tidak dapat diterjemahkan
kedalam system dan ini semua tentang people power untuk kehidupan yang lebih baik.
E. CONTOH KASUS PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
Sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang batu bara , PT. INTERNUSA
TAMBANG. Melakukan pelatihan khusus kepada seluruh karyawan , pelatihan tersebut
meliputi penginput data ekspor impor barang agar perusahaan tersebut dapat mengoptimalkan
penggunaan komputerisasi . Pelatihan ini bertujuan agar setiap karyawan mampu bekerja
dengan komputer, sehingga tidak perlu mencatat data tersebut secara manual yg dapat
menguras waktu dan tenaga. Maka dari itu diperlukanlah software ekspor impor barang, yang
meliputi penginputan, sorting, update dll.
Dapat kita jelaskan implementasi sistem yang merupakan tahap akhir dalam siklus
hidup pengembangan sistem (SDLC). Hal-hal pokok yang harus disediakan sebelum
implementasi adalah:
19. A. Persiapan Tempat
1. Perencanaan Fisik:
Tata letak (layout) yang disediakan adalah jarak antar komputer yang tidak terlalu
dekat disertai kursi sehingga peserta dan pembicara nyaman, jam yang berada
dibelakang peserta sehingga tidak mengganggu pikiran peserta serta pintu masuk yang
berada dibelakang dan infocus yang berada disebelah pembicara dan papan tulis yang
berada di samping belakang pembicara untuk memudahkan pengajaran.
2. Fasilitas:
Fasilitas yang perlu disediakan adalah komputer, meja, kursi, jam, listrik, AC,
ventilasi yang cukup, penerangan yang cukup, infocus, rak penyimpanan tas serta
sepatu, papan tulis serta perlengkapan furnitur lainnya.
B. Pelatihan Personel
Dilakukan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan personel serta
memudahkan penerimaan mereka terhadap sistem baru.
Kelompok-kelompok yang diberikan pelatihan antara lain:
1. Personel Teknis
Merupakan orang-orang yang nantinya akan mengoperasikan serta memelihara
sistem, sehingga tidak perlu memanggil orang khusus apabila terjadi kerusakan yang
bisa di tangani dalam segi perangkat lunak.
2. Pegawai
Merupakan orang yang nantinya berinteraksi langsung dengan penggunaan
perangkat lunak.
3. Manager Umum
Tentunya manager yang membutuhkan data barang yang dikirim.
4. Orang Luar Perusahaan
Merupakan orang-orang yang nantinya akan menanamkan investasi pada
perusahaan ini, sehingga mereka tahu bagaimana kemajuan perusahaan yang mereka
tanam sahamnya.
20. B. 1. Program Pelatihan
Pelatihan dapat dilakukan secara tutorial atau kelas meliputi:
1. Pelatihan in-house
2. Pelatihan yang disediakan vendor
3. Pelatihan jasa luar
Pada sistem ini dipilih program pelatihan yang disediakan vendor, karena
perusahaan membeli atau membuat sistem ini di suatu perusahaan informatika, sehingga
pembicaranya adalah orang yang membuat sistem ini. Sehingga peserta bisa langsung
bertanya-tanya tentang sistem ini.
B. 2. teknik dan Alat Bantu Pelatihan
1. Teleconferencing
pada sistem ini, tidak menggunakan teleconferencing, karena semua peserta
datang ketempat yang telah diberikan
2. Perangkat lunak pelatihan interaktif
perangkat-perangkat yang dibutuhkan adalah:
a. Computer Based Training (CBT)
mikrokomputer untuk memberikan pedaman kepada pemakai melalui
serangkaian pelajaran yang efektif dan mudah dipelajari serta mempunyai
fasilitas mencegah kesalahan.
b. Audio-Based Training
Sistem ini memerlukan akses ke cassette player, tetapi hanya komputer.
c. Video-Based Training
Sistem ini juga tidak memerlukan akses ke TV, VCR, tetapi hanya komputer.
d. Video Optical Disk
Dapat disebut juga video interaktif, menggunakan CD-ROM untuk
mengantarkan materi yang direkam sebelumnya ke monitor yang
menghubungkan ke komputer.
21. 3. Pelatihan dengan instruktur
Sistem ini menggunakan instruktur dari vendor, sehingga tidak memerlukan
biaya yang cukup mahal, dikarenakan salah satu fasilitas yang diberikan oleh
vendor kepada pelanggan.
4. Pelatihan magang
Pada sistem ini tidak diperlukan pelatihan magang, karena sudah dilatih oleh
seorang instruktur.
5. Manual prosedur
Diperlukan, sebagai bantuan apabila peserta sewaktu-waktu lupa dengan salah
satu pengoperasiannya.
6. Buku teks
Diperlukan untuk berjaga-jaga, sehingga pada pelatihan selanjutnya untuk
karyawan baru tidak perlu memanggil instruktur lagi.
MEMBUAT LAPORAN BANGSIS
1. Tujuan :
Untuk menghasilkan laporan yang kongkrit yang berisi tentang kegiatan akhir dari
proses BANGSIS
2. Kegiatan :
a. Melakukan evaluasi system secara keseluruhan
b. Membuatkesimpulanakhirtentang feed back sistemsecarakeseluruhan
c. Membuat DOKUMENTASI SISTEM
3. Kesimpulan :
Sebagai laporan akhir bahwa sistem yang diusulkan sudah dapat dioperasikan dengan
baik
22. DAFTAR PUSTAKA
Putra, Yananto Mihadi. (2018). Pengembangan Sistem Informasi. Modul Kuliah Sistem
Informasi Manajemen. FEB - Universitas Mercu Buana: Jakarta.
Maulana, Abdi. (2010, 20 Desember). Pengembangan Sistem Informasi. Diperoleh 24 Oktober
2018, dari http://abdee-joy.blogspot.com/2010/12/pengembangan-sistem-informasi.html.
Nawairtas, Satriawan. (2017, 01 April). Langkah – Langkah Dan Metode Pengembangan Sistem
Informasi. Diperoleh 24 Oktober 2018, dari http://nawairtasssi.blogspot.com/2017/05/langkah-
langkah-dan-metode-pengembangan.html.
Ruth, Yunita. (2015, 26 Juni). Tantangan Implementasi Pengembangan Sistem Informasi:
Operasional dan TI Dibawah Kepemimpinan Manajemen. Diperoleh 24 Oktober 2018, dari
https://www.kompasiana.com/unita/54ffa59ca333110f4551128d/tantangan-implementasi-
pengembangan-sistem-informasi-operasional-dan-ti-dibawah-kepemimpinan-manajemen.
Pujangkara, Yudha. (2014, 30 Januari). Faktor Pendukung Dan Penghambatan Penerapan
Sistem Informasi Di Perusahaan. Diperoleh 24 Oktober 2018, dari
http://yudha45e.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2014/01/30/faktor-pendukung-dan-penghambat-
penerapan-sistem-informasi-di-perusahaan/.
Pratiwi, Jihan. (2017, 02 Desember). Kegiatan Tahap Implementasi Dengan Contoh Kasus.
Diperoleh 25 Oktober 2018, dari https://jihanpratiwiblog.wordpress.com/2017/12/02/kegiatan-
tahap-implementasi-dengan-contoh-kasus/.