SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
 RESUME BUKU PROF. DR. H. BAGIR MANAN,
S.H., M.C.L.
LEMBAGA KEPRESIDENAN
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Konstitusi dan Negara
Hukum
Dosen Pengampu: Dr. Sunarso, M.Si.
BAB 1
INDONESIA SEBUAH REPUBLIK
1. Republik dan Kerajaan
Bentuk pemerintahan republik lazim disandingkan dengan
bentuk pemerintahan kerajaan atau monarki. Semula,
perbedaan antara republik dan kerajaan dilihat sebagai
sesuatu perbedaan yang mendasar.
Pimpinan pemerintahan kerajaan bersifat turun-temurun,
republik tidak turun-temurun (dipilih atau tidak dipilih
seperti coup d’etat). Tetapi, baik karena perkembangan
doktrin maupun praktik ketatanegaraan, perbedaan
tersebut makin tidak prinsipil.
2. Teori-teori yang Mempengaruhi Bentuk Pemerintahan
Republik dan Kerajaan
1. Ajaran pemisahan kekuasaan (separation of powers). Ajaran pemisahan
kekuasaan berasal dari Montesquieu yang bertujuan untuk membatasi
kekuasaan badan-badan atau pejabat penyelenggara negara dalam batas-
batas cabang kekuasaan masing-masing.
2. Ajaran negara berdasarkan atas hukum (de rechtsstaat dan the rule of law)
yang mengandung esensi bahwa hukum adalah supreme dan kewajiban
bagi setiap penyelenggara negara atau pemerintahan untuk tunduk pada
hukum (subject to the law).
3. Ajaran demokrasi yang secara plastis digambarkan sebagai “the
government from the people, by the people, of the people”. Ajaran ini secara
esensial mengandung arti bahwa pemerintahan dimiliki dan dijalankan
sendiri oleh rakyat (rakyat yang memerintah diri mereka sendiri). Dapat
disebut juga sebagai sistem penyelenggaraan negara yang memberikan
tanggung jawab kepada rakyat untuk mengatur dan mengurus diri mereka
sendiri
4. Ajaran negara berkonstitusi (constitutionalism) yang secara
esensial antara lain mengandung makna pembatasan
pemerintahan (limited government) dan perlindungan hak-
hak rakyat dari tindakan sewenang-wenang pemerintah,
terutama yang menyangkut hak asasi atau hak dasar rakyat.
5. Ajaran negara kesejahteraan (verzorgingsstaat atau welfare
state) yang mengandung esensi bahwa negara atau
pemerintah memikul tanggung jawab dan kewajiban untuk
mewujudkan dan menjamin kesejahteraan umum (public
welfare atau social welfare).
6. Ajaran sistem pemerintahan. Dalam konsep dasarnya, sistem
pemerintahan dibedakan antara sistem parlementer dan
sistem pemerintahan presidensil. Sistem pemerintahan
parlementer menampakkan berbagai ciri utama.
3. Indonesia Sebuah Republik
Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk
Republik – demikian bunyi UUD 1945 Pasal 1 ayat (1).
Ketentuan ini memuat dua konsep, yaitu mengenai bentuk
negara (negara kesatuan) dan bentuk pemerintahan
(negara republik).
Untuk mewujudkan paham republik sebagai suatu bentuk
pemerintahan dari dan untuk kepentingan umum, sistem
ketatanegaraan Indonesia merdeka dilengkapi pula
dengan berbagai prinsip-prinsip lain, yaitu prinsip negara
berkedaulatan rakyat, negara berdasarkan atas hukum,
negara berkesejahteraan rakyat, negara berpaham
konstitusi, dan lain sebagainya.
• BAB II
• PERSYARATAN PRESIDEN
     Sebelum perubahan (Perubahan Ketiga, 2001), UUD 1945, Pasal 
6 Ayat (1) menyebutkan : Presiden ialah orang Indonesia asli. 
Meskipun UUD 1945 disertai dengan Penjelasan (dan ini agak 
unik, karena tidak lazim), tidak ada penjelasan mengenai makna 
atau maksud persyaratan orang Indonesia asli tersebut.
     Jadi, kalau disebutkan: “Presiden adalah orang Indonesia asli”, 
yang  dimaksud  adalah  orang  Indonesia  asli,  tanpa  melihat  latar 
belakang  etnik  yang  bersangkutan.  Pengertian  orang  Indonesia 
asli  adalah  “warga  negara  Indonesia  karena  kelahiran”  yang 
diperkuat pula dengan beberapa asumsi:
1. Para penyusun UUD 1945 yang juga para pejuang kemerdekaan, 
sangat  anti  terhadap  penggolongan  penduduk  yang  bersifat 
deskriminatif  dan  merendahkan  golongan  rakyat  Indonesia  asli 
(bumiputra). 
2. Dalam menyusun UUD 1945 dipergunakan berbagai referensi 
UUD sebagai bahan, termasuk UUD Amerika Serikat. Tidak 
tertutup  kemungkinan  yang  dimaksud  dengan  orang-orang 
Indonesia asli adalah natural born citizen.
3.  Keanggotaan  BPUPKI  terdiri  dari  berbagai  latar  belakang 
etnik yang bersama-sama berjuang untuk mencapai Indonesia 
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. 
4. UUD 1945 menjamin persamaan setiap warga negara di depan 
hukum dan pemerintahan  dalam Pasal 27 ayat (1).
Berdasarkan  pemikiran  di  atas,  cukup  kuat  alasan  bahwa  yang 
dimaksud dengan orang Indonesia asli dalam Pasal 6 ayat (1) 
adalah  orang-orang bangsa Indonesia asli dan  itu  tidak  lain 
dari  warga negara karena kelahiran (natural born citizen).
Jadi,  setiap  warga  negara  Indonesia  karena  kelahiran  berhak 
menjadi Presiden. Sedangkan warga negara Indonesia karena 
pewarganegaraan  atau  sebab-sebab  lain  seperti  adopsi  atau 
perkawinan tidak berhak menjadi Presiden. 
• Dalam praktiknya, yang terjadi antara tahun 1973-1998, belum pernah
pemilihan Presiden dilakukan dengan pemungutan suara. Hal itu
disebabkan oleh:
1. Menonjolnya usaha menjalankan prinsip musyawarah untuk mufakat,
yang diartikan sebagai sesuatu mekanisme kesepakatan tidak dengan
pemungutan suara melainkan suatu kesepakatan bulat (unanimous).
2. Hingga saat ini, calon Presiden selalu tunggal sehingga tidak
diperlukan pemungutan suara. Dengan calon tunggal, pada dasarnya
tidak ada permusyawaratan, yang ada adalah mufakat dalam arti
sekedar pengukuhan.
Sejak diadakan perubahan-perubahan terhadap UUD 1945, keadaan
telah atau dikemudian hari akan berubah. Presiden dan Wakil
Presiden tidak lagi dipilih dan bertanggungjawab kepada MPR.
Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung, karena itu
bertanggungjawab langsung kepada rakyat, walaupun demikian,
Presiden dan Wakil Presiden tetap dapat diberhentikan MPR.
• Uraian diatas berkenaan dengan syarat-syarat Presiden
dan Wakil Presiden sebelum perubahan UUD 1945.
Setelah perubahan (Perubahan Ketiga, 2001), Pasal 6
menentukan :
1. Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden harus warga negara
Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah
mengkhianati negara, serta mampu secara ruhani dan jasmani
untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan
Wakil Presiden.
2. Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur
lebih lanjut dengan undang-undang.
• Berdasarkan ketentuan pasal 6 ayat (2), maka ditetapkan UU
No. 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan
Wakil Presiden. Dalam Undang-Undang tersebut diatur lebih
lanjut syarat-syarat Presiden dan Wakil Presiden yaitu:
1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Warga negara Indonesia sejak kelahiran dan tidak pernah
menerima kewarganegaraan lain atas kehendak sendiri
3. Tidak pernah menghianati negara
4. Mampu secara ruhani dan jasmani melaksanakan tugas dan
kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden
5. Bertempat tinggal di Indonesia
6. Melaporkan kekayaan kepada instansi berwenang
6. Tidak sedang memiliki tunggakan utang secara perorangan dan/atau badan
hukum yang menjadi tanggungjawabnya yang merugikan keuangan negara
7. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan
8. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap
9. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela
10.Terdaftar sebagai pemilih
11.Memiliki NPWP dan telah melaksanakan kewajiban pajak selama lima tahun
terakhir
12.Memiliki daftar riwayat hidup
13.Belum pernah menjabat Presiden dan Wakil Presiden dalam dua kali masa
jabatan dalam jabatan yang sama
14.Setia kepada Pancasila, UUD 1945, dan cita-cita proklamasi 17 Agustus
1945.
BAB III
PENGISIAN JABATAN, MASA JABATAN, PRESIDEN
BERHALANGAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN
PRESIDEN
1. Pengisian Jabatan
• Pengisian jabatan negara (staatsorganen, staatsambteni)
merupakan salah satu unsur penting dalam hukum tata negara.
Tanpa diisi dengan pejabat (ambtsdrager), fungsi-fungsi jabatan
negara tidak mungkin dijalankan sebagaimana mestinya. Jabatan
kepresidenan dalam sistem UUD 1945 tidak boleh kosong
walaupun untuk waktu yang sangat singkat karena Presiden
adalah penyelenggara pemerintahan
2. Masa Jabatan Presiden
Sebelum perubahan, UUD 1945 Pasal 7 menyebutkan bahwa masa jabatan
Presiden (dan Wakil Presiden) lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih
kembali. Ada dua konsep yang dimuat dalam ketentuan ini. Pertama,
Presiden dipilih secara periodik yaitu sekali setiap lima tahun. Kedua,
dapat dipilih kembali.
3. Presiden Berhalangan
• Sebelum perubahan, UUD 1945 Pasal 8 mengatur keadaan Presiden yang
tidak dapat lagi menjalankan jabatan kepresidenan untuk sisa masa
jabatannya. TAP MPR Nomor VII/MPR/1973 mengkategorikan keadaan
ini sebagai berhalangan tetap. Menurut UUD 1945, ada tiga kategori
keadaan Presiden tidak dapat lagi menjalankan jabatan untuk sisa masa
jabatannya, yaitu :
a. Mangkat dalam masa jabatan
b. Berhenti dalam masa jabatan, dan
c. Tidak dapat melakukan kewajiban dalam masa jabatannya.
a. Presiden mangkat dalam masa jabatan
Keadaan mangkat diartikan apabila secara medik Presiden
dinyatakan meninggal atau akibat suatu peristiwa Presiden
dinyatakan meninggal. Presiden secara medik dinyatakan
meninggal apabila ada penetapan dari suatu tim medik yang
kompeten menurut hasil pemeriksaan medik, dan sesuai dengan
syarat-syarat, keadaan, dan kelaziman bagi setiap orang yang
dinyatakan meninggal.
b. Presiden berhenti dalam masa jabatannya
Presiden berhenti dalam masa jabatan karena mengundurkan
diri atau diberhentikan oleh MPR. Mengundurkan diri dapat
terjadi karena kemauan sendiri atau karena sesuatu desakan atau
tuntutan dari luar.
3. Presiden tidak dapat melakukan kewajiban
dalam masa jabatan
Kategori ketiga ini menunjukkan Presiden tidak mangkat,
tidak berhenti, tetapi dalam keadaan tidak dapat melakukan
kewajiban lagi sebagai Presiden sehingga perlu digantikan
oleh Wakil Presiden. Seseorang tidak dapat melakukan
kewajiban dalam masa jabatan yang dipangkunya karena
beberapa kemungkinan:
1. Tidak hadir, artinya yang bersangkutan tidak berada dalam
lingkungan jabatan yang memungkinkan menjalankan
kewajibannya.
2. Hadir, tetapi secara fisik dan atau mental (intelektual) tidak
memungkinkan menjalankan kewajibannya, misalnya dalam
keadaan sakit sehingga tidak dapat menjalankan
kewajibannya.
4. Pertanggungjawaban Presiden
• Presiden dan Wakil Presiden yang dipilih langsung oleh rakyat
tidak bertanggungjawab kepada MPR melainkan kepada rakyat
pemilih. Berdasarkan Pasal 7A (Perubahan Ketiga), Presiden
dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatan
semata-mata karena:
1. Suatu pelanggaran hukum (penghianatan terhadap bangsa dan
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana besar lainnya)
2. Perbuatan tercela, atau
3. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden
• BAB IV
• KEKUASAAN PRESIDEN
• Telah dikemukakan bahwa sistem UUD 1945 menghendaki
suatu penyelenggaraan pemerintahan yang kuat dan stabil.
Untuk mencapai maksud tersebut, UUD 1945 menggunakan
prinsip-prinsip :
1. Sistem eksekutif tunggal bukan kolegial. Dengan sistem ini
penyelenggaraan dan kendali pemerintahan ada pada satu
tangan, yaitu Presiden.
2. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan (chief
executive), disamping sebagai kepala negara (head of state).
4. Sebelum perubahan UUD, Presiden tidak bertanggungjawab
kepada PDR, tetapi kepada MPR.
5. Selain wewenang administrasi negara, Presiden mempunyai
wewenang mandiri dalam membuat aturan-aturan untuk
menyelenggarakan pemerintahan (disamping wewenang yang
dilakukan bersama DPR membuat undang-undang). Bahkan
dengan alasan kegentingan yang memaksa, Presiden dapat
menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang-
Undang (Perpu) yang sederajat dengan undang-undang.
6. Presiden dapat menolak mengesahkan rancangan undang-undang
yang telah disetujui DPR. Hak tolak ini bersifat mutlak tanpa
suatu mekanisme balances.
• Kekuasaan Presiden yang luas dapat digolongkan ke dalam
beberapa jenis:
1. Kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan
UUD 1945 menyebutkan bahwa “Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang
Dasar”. Ditinjau dari teori pembagian kekuasaan, yang
dimaksud kekuasaan pemerintahan adalah kekuasaan eksekutif.
Sebagai kekuasaan eksekutif, penyelenggaraan pemerintahan
yang dilaksanakan Presiden dapat dibedakan antara kekuasaan
penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat umum dan
kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat
khusus.
2. Kekuasaan di bidang perundang-undangan
Kekuasaan Presiden di bidang perundang-undangan juga luas.
Presiden turut berbagi kekuasaan dengan badan legislatif dalam
membuat undang-undang. Disamping itu, Presiden berwenang
membuat peraturan perundang-undangan sendiri baik atas dasar
kewenangan mandiri maupun yang didasarkan pada pelimpahan
dari suatu undang-undang.
3. Kekuasaan di Bidang Yustisial (Yudisial)
• Kekuasaan ini berkaitan dengan pemberian grasi, amnesti,
abolisi, dan rehabilitasi.
4. Kekuasaan Presiden Dalam Hubungan Luar Negeri
• Kekuasaan Presiden dalam hubungan luar negeri
tergolong sebagai bentuk kekuasaan di bidang
administrasi Negara. Namun,karena kekuasaan luar
negeri mempunyai kekhususan tertentu sehingga perlu
diuraikan tersendiri dan di bidang tertentu (perjanjian
internasional, menyatakan perang, mengadakan
perdamaian) kekuasaan ini dibagi dengan badan
perwakilan rakyat.
5. Kekuasaan mengadakan Perjanjian dengan Negara Lain
• UUD 1945 menentukan bahwa perjanjian dengan negara lain
diadakan dengan persetujuan DPR. Secara kebahasaan
(gramatikal) ketentuan ini sangat jelas dan tidak memuat
pengecualian-pengecualian. Dengan demikian dari segi
bahasa, semua perjanjian dengan negara lain selalu
memerlukan persetujuan DPR. Meskipun secara kebahasaan
sangat jelas (plain meaning), ternyata dalam praktik
ketatanegaraan yang berlaku ketentuan ini tidak sepenuhnya
diikuti. Terdapat berbagai perjanjian yang diadakan dan
berlaku tidak dengan persetujuan DPR, tetapi hanya dengan
Keputusan Presiden. Praktik ini merupakan suatu bentuk
kebiasaan ketatanegaraan.
6. Kekusaan Menyatakan Perang dengan Negara Lain.
• Menyatakan perang dengan Negara lain memerlukan
persetujuan DPR. Ini wajar karena perang membawa
konsekuensi yang luas bagi kehidupan bangsa dan Negara,
baik secara ketatanegaraan, politik, ekonomi, maupun
pertahanan keamanan. Persetujuan DPR menyatakan perang
alan disertai pula dengan wewenang khusus untuk
memungkinkan presiden membuat keputusan atau tindakan
menyimpangi ketentuan-ketentuan yang berlaku, karena ada
keadaan tidak normal (luar biasa).
7. Kekuasaan Mengadakan Perdamaian dengan
Negara Lain.
• Kekuasaan mengadakan perdamaian adalah
kekuasaan yang berkaitan dengan peperangan. Tidak
termasuk pengertian perdamaian menurut Pasal 11
UUD 1945 apabila perdamaian dilakukan dalam
rangka mengakhiri perbedaan pandangan politik,
ekonomi, atau hal-hal lain di luar peperangan.
8. Kekuasaan Mengangkat Duta dan Konsul, dan
Kekkuasaan Menerima Duta dan Konsul Negara Asing.
• Kekuasaan mengangkat atau menerima duta dan konsul
berkaitan dengan hubungan diplomatik. Penempatan duta dan
konsul Indonesia di negara asing atau menerima duta dan
konsul negara asing dilakukan apabila ada hubungan
diplomatic antara Indonesia dengan negara asing tertentu. Jadi
dalam kekuasaan mengangkat atau menerima duta dan konsul
termuat kekuasaan lain yaitu kekuasaan diplomatic yang
meliputi kekuasaan mengadakan, meniadakan, membekukan
sementara, atau mememutuskan sama sekali hubungan
diplomatik.
SEKIANSEKIAN
TERIMA KASIHTERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Obyek Hukum Administrasi Negara
Obyek Hukum Administrasi  NegaraObyek Hukum Administrasi  Negara
Obyek Hukum Administrasi NegaraMuslimin B. Putra
 
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede Auditta
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede AudittaPenegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede Auditta
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede AudittaI Gede Auditta
 
Makalah hukum administrasi negara
Makalah hukum administrasi negaraMakalah hukum administrasi negara
Makalah hukum administrasi negaraNina Ruspina
 
3. instrumen dasar pemerintahan
3. instrumen dasar pemerintahan3. instrumen dasar pemerintahan
3. instrumen dasar pemerintahanDian Oktavia
 
Tujuan hukum adat
Tujuan hukum adatTujuan hukum adat
Tujuan hukum adatNuelnuel11
 
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIASEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIABayu Rizky Aditya
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)
Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)
Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)Muhammad Raihan Imamnawi
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...Nugroho Ariwibowo
 

What's hot (20)

Obyek Hukum Administrasi Negara
Obyek Hukum Administrasi  NegaraObyek Hukum Administrasi  Negara
Obyek Hukum Administrasi Negara
 
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede Auditta
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede AudittaPenegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede Auditta
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede Auditta
 
Ilmu negara ppt
Ilmu negara ppt Ilmu negara ppt
Ilmu negara ppt
 
Hukum tata negara
Hukum tata negaraHukum tata negara
Hukum tata negara
 
Makalah hukum administrasi negara
Makalah hukum administrasi negaraMakalah hukum administrasi negara
Makalah hukum administrasi negara
 
Negara Hukum
Negara HukumNegara Hukum
Negara Hukum
 
SANKSI dalam HAN
SANKSI dalam HANSANKSI dalam HAN
SANKSI dalam HAN
 
3. instrumen dasar pemerintahan
3. instrumen dasar pemerintahan3. instrumen dasar pemerintahan
3. instrumen dasar pemerintahan
 
Tujuan hukum adat
Tujuan hukum adatTujuan hukum adat
Tujuan hukum adat
 
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIASEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agama
 
Keputusan Tata Usaha Negara
Keputusan Tata Usaha NegaraKeputusan Tata Usaha Negara
Keputusan Tata Usaha Negara
 
Politik Hukum - Pertemuan Kedua - 2. politik hukum di indonesia
Politik Hukum - Pertemuan Kedua - 2. politik hukum di indonesiaPolitik Hukum - Pertemuan Kedua - 2. politik hukum di indonesia
Politik Hukum - Pertemuan Kedua - 2. politik hukum di indonesia
 
Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)
Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)
Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)
 
Hukum konstitusi
Hukum konstitusiHukum konstitusi
Hukum konstitusi
 
Teori Tentang Sifat Hakekat Negara
Teori Tentang Sifat Hakekat NegaraTeori Tentang Sifat Hakekat Negara
Teori Tentang Sifat Hakekat Negara
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
 
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
 
Sosiologi Hukum
Sosiologi HukumSosiologi Hukum
Sosiologi Hukum
 
Ilmu negara
Ilmu negaraIlmu negara
Ilmu negara
 

Viewers also liked

Memaksimalkan kordinasi fungsi humas pemerintah
Memaksimalkan kordinasi fungsi humas pemerintahMemaksimalkan kordinasi fungsi humas pemerintah
Memaksimalkan kordinasi fungsi humas pemerintahIndiwan Seto wahyu wibowo
 
Information System Security - Komponen Intranet dan Ekstranet
Information System Security - Komponen Intranet dan EkstranetInformation System Security - Komponen Intranet dan Ekstranet
Information System Security - Komponen Intranet dan EkstranetDudy Ali
 
Sejarah perkembangan public relations 1
Sejarah perkembangan public relations 1Sejarah perkembangan public relations 1
Sejarah perkembangan public relations 1Wildan Salis
 
Rahasia Kekuatan Hati dan Pikiran
Rahasia Kekuatan Hati dan PikiranRahasia Kekuatan Hati dan Pikiran
Rahasia Kekuatan Hati dan PikiranWawan Kuswandoro
 
Tata cara menerima tamu ( Administrasi Perkantoran)
Tata cara menerima tamu ( Administrasi Perkantoran)Tata cara menerima tamu ( Administrasi Perkantoran)
Tata cara menerima tamu ( Administrasi Perkantoran)Zakiyah Ulfa Aryani
 
Etika menerima tamu
Etika menerima tamuEtika menerima tamu
Etika menerima tamuSMEA 07 YK
 

Viewers also liked (12)

SEJARAH HUMAS
SEJARAH HUMASSEJARAH HUMAS
SEJARAH HUMAS
 
Memaksimalkan kordinasi fungsi humas pemerintah
Memaksimalkan kordinasi fungsi humas pemerintahMemaksimalkan kordinasi fungsi humas pemerintah
Memaksimalkan kordinasi fungsi humas pemerintah
 
Kelembagaan Kehumasan Pemerintah
Kelembagaan Kehumasan PemerintahKelembagaan Kehumasan Pemerintah
Kelembagaan Kehumasan Pemerintah
 
Komunikasi Dalam Situasi Krisis
Komunikasi Dalam Situasi KrisisKomunikasi Dalam Situasi Krisis
Komunikasi Dalam Situasi Krisis
 
Information System Security - Komponen Intranet dan Ekstranet
Information System Security - Komponen Intranet dan EkstranetInformation System Security - Komponen Intranet dan Ekstranet
Information System Security - Komponen Intranet dan Ekstranet
 
Pokok2 uu-6-dan-pp-43-2014-desa
Pokok2 uu-6-dan-pp-43-2014-desaPokok2 uu-6-dan-pp-43-2014-desa
Pokok2 uu-6-dan-pp-43-2014-desa
 
Sejarah perkembangan public relations 1
Sejarah perkembangan public relations 1Sejarah perkembangan public relations 1
Sejarah perkembangan public relations 1
 
Rahasia Kekuatan Hati dan Pikiran
Rahasia Kekuatan Hati dan PikiranRahasia Kekuatan Hati dan Pikiran
Rahasia Kekuatan Hati dan Pikiran
 
Kebijakan Kehumasan Instansi Pemerintah
Kebijakan Kehumasan Instansi PemerintahKebijakan Kehumasan Instansi Pemerintah
Kebijakan Kehumasan Instansi Pemerintah
 
Perjalanan dinas pimpinan ppt
Perjalanan dinas pimpinan pptPerjalanan dinas pimpinan ppt
Perjalanan dinas pimpinan ppt
 
Tata cara menerima tamu ( Administrasi Perkantoran)
Tata cara menerima tamu ( Administrasi Perkantoran)Tata cara menerima tamu ( Administrasi Perkantoran)
Tata cara menerima tamu ( Administrasi Perkantoran)
 
Etika menerima tamu
Etika menerima tamuEtika menerima tamu
Etika menerima tamu
 

Similar to LEMBAGA KEPRESIDENAN

Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan di Indonesia
Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan di IndonesiaKelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan di Indonesia
Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan di IndonesiaEddy Mahendra
 
Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Di Indonesia Eric
Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Di Indonesia EricPelaksanaan Sistem Pemerintahan Di Indonesia Eric
Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Di Indonesia Ericomcivics
 
Perbandingan sistem pemerintahan antara negara indonesia dengan australia
Perbandingan sistem pemerintahan antara negara indonesia dengan australiaPerbandingan sistem pemerintahan antara negara indonesia dengan australia
Perbandingan sistem pemerintahan antara negara indonesia dengan australiaChaing Saing
 
Power point konstitusi
Power point  konstitusiPower point  konstitusi
Power point konstitusibyunbella
 
PPKN Pokok Pokok Pikiran UUD 1945
PPKN Pokok Pokok Pikiran UUD 1945 PPKN Pokok Pokok Pikiran UUD 1945
PPKN Pokok Pokok Pikiran UUD 1945 Fauzan Ardana
 
Bentuk dan Kedaulatan negara
Bentuk dan Kedaulatan negaraBentuk dan Kedaulatan negara
Bentuk dan Kedaulatan negaraMuhammad Hidayat
 
versi panjang.pptx
versi panjang.pptxversi panjang.pptx
versi panjang.pptxMardhyana
 
Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara dalam sistem ketata...
Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara  dalam sistem ketata...Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara  dalam sistem ketata...
Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara dalam sistem ketata...Operator Warnet Vast Raha
 
Tugas pendidikan kewarganegaraan
Tugas pendidikan kewarganegaraan Tugas pendidikan kewarganegaraan
Tugas pendidikan kewarganegaraan Risky Saputra
 
Hubungan dasar negara dan konstitusi
Hubungan dasar negara dan konstitusiHubungan dasar negara dan konstitusi
Hubungan dasar negara dan konstitusiErvah Widiantika
 
Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)
Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)
Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)Rajabul Gufron
 
pendidikan kewarganegaraan
pendidikan kewarganegaraanpendidikan kewarganegaraan
pendidikan kewarganegaraanThoha Alvazghany
 
Sistem Pemerintahan di Indonesia dan Perubahan UUD 1945
Sistem Pemerintahan di Indonesia dan Perubahan UUD 1945Sistem Pemerintahan di Indonesia dan Perubahan UUD 1945
Sistem Pemerintahan di Indonesia dan Perubahan UUD 1945Susfi WiraTama
 

Similar to LEMBAGA KEPRESIDENAN (20)

Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan di Indonesia
Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan di IndonesiaKelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan di Indonesia
Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan di Indonesia
 
Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Di Indonesia Eric
Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Di Indonesia EricPelaksanaan Sistem Pemerintahan Di Indonesia Eric
Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Di Indonesia Eric
 
Pkn
PknPkn
Pkn
 
Perbandingan sistem pemerintahan antara negara indonesia dengan australia
Perbandingan sistem pemerintahan antara negara indonesia dengan australiaPerbandingan sistem pemerintahan antara negara indonesia dengan australia
Perbandingan sistem pemerintahan antara negara indonesia dengan australia
 
Power point konstitusi
Power point  konstitusiPower point  konstitusi
Power point konstitusi
 
FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
 
PPKN Pokok Pokok Pikiran UUD 1945
PPKN Pokok Pokok Pikiran UUD 1945 PPKN Pokok Pokok Pikiran UUD 1945
PPKN Pokok Pokok Pikiran UUD 1945
 
Negara dan konstitusi
Negara dan konstitusiNegara dan konstitusi
Negara dan konstitusi
 
Bentuk dan Kedaulatan negara
Bentuk dan Kedaulatan negaraBentuk dan Kedaulatan negara
Bentuk dan Kedaulatan negara
 
versi panjang.pptx
versi panjang.pptxversi panjang.pptx
versi panjang.pptx
 
Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara dalam sistem ketata...
Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara  dalam sistem ketata...Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara  dalam sistem ketata...
Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara dalam sistem ketata...
 
LANJUTAN 8.pptx
LANJUTAN 8.pptxLANJUTAN 8.pptx
LANJUTAN 8.pptx
 
MPPH
MPPHMPPH
MPPH
 
Rule of Law
Rule of LawRule of Law
Rule of Law
 
Tugas pendidikan kewarganegaraan
Tugas pendidikan kewarganegaraan Tugas pendidikan kewarganegaraan
Tugas pendidikan kewarganegaraan
 
Hubungan dasar negara dan konstitusi
Hubungan dasar negara dan konstitusiHubungan dasar negara dan konstitusi
Hubungan dasar negara dan konstitusi
 
Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)
Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)
Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)
 
pendidikan kewarganegaraan
pendidikan kewarganegaraanpendidikan kewarganegaraan
pendidikan kewarganegaraan
 
Konstitusi
KonstitusiKonstitusi
Konstitusi
 
Sistem Pemerintahan di Indonesia dan Perubahan UUD 1945
Sistem Pemerintahan di Indonesia dan Perubahan UUD 1945Sistem Pemerintahan di Indonesia dan Perubahan UUD 1945
Sistem Pemerintahan di Indonesia dan Perubahan UUD 1945
 

More from pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
 
peran guru PKn melalui pembelajaran berbasis multikultural dalam membangun ka...
peran guru PKn melalui pembelajaran berbasis multikultural dalam membangun ka...peran guru PKn melalui pembelajaran berbasis multikultural dalam membangun ka...
peran guru PKn melalui pembelajaran berbasis multikultural dalam membangun ka...pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
 

More from pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (16)

Form SAP 2015
Form SAP 2015Form SAP 2015
Form SAP 2015
 
Form rps 2015
Form rps 2015Form rps 2015
Form rps 2015
 
Form rps 2015
Form rps 2015Form rps 2015
Form rps 2015
 
Jurnal konstitusi
Jurnal konstitusiJurnal konstitusi
Jurnal konstitusi
 
perdebatan hukum tata negara pasca amandemen konstitusi
perdebatan hukum tata negara pasca amandemen konstitusiperdebatan hukum tata negara pasca amandemen konstitusi
perdebatan hukum tata negara pasca amandemen konstitusi
 
Teori teori hukum konstitusi
Teori teori hukum konstitusiTeori teori hukum konstitusi
Teori teori hukum konstitusi
 
Membangun literasi politik melalui pembelajaran ppkn di sekolah
Membangun literasi politik melalui pembelajaran ppkn di sekolahMembangun literasi politik melalui pembelajaran ppkn di sekolah
Membangun literasi politik melalui pembelajaran ppkn di sekolah
 
pengkhianatan demokrasi ala orde baru
pengkhianatan demokrasi ala orde barupengkhianatan demokrasi ala orde baru
pengkhianatan demokrasi ala orde baru
 
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASIMASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
 
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASIMASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
 
himpunan lengkap UU HAM
himpunan lengkap UU HAMhimpunan lengkap UU HAM
himpunan lengkap UU HAM
 
Menjelajah demokrasi
Menjelajah demokrasiMenjelajah demokrasi
Menjelajah demokrasi
 
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
 
menjelajah demokrasi
menjelajah demokrasimenjelajah demokrasi
menjelajah demokrasi
 
peran guru PKn melalui pembelajaran berbasis multikultural dalam membangun ka...
peran guru PKn melalui pembelajaran berbasis multikultural dalam membangun ka...peran guru PKn melalui pembelajaran berbasis multikultural dalam membangun ka...
peran guru PKn melalui pembelajaran berbasis multikultural dalam membangun ka...
 
Pendidikan kewarganegaraan di malaysia
Pendidikan kewarganegaraan di malaysiaPendidikan kewarganegaraan di malaysia
Pendidikan kewarganegaraan di malaysia
 

Recently uploaded

Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxInformatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxMateriSMPTDarulFalah
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".Kanaidi ken
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxcupulin
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfEirinELS
 
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...luqmanhakimkhairudin
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerakputus34
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfTeukuEriSyahputra
 
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945nrein671
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfssuser29a952
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriFarhanPerdanaRamaden1
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxJawahirIhsan
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMPNiPutuDewikAgustina
 
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)BashoriAlwi4
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanAyuApriliyanti6
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 

Recently uploaded (20)

Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxInformatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

LEMBAGA KEPRESIDENAN

  • 1.  RESUME BUKU PROF. DR. H. BAGIR MANAN, S.H., M.C.L. LEMBAGA KEPRESIDENAN Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Konstitusi dan Negara Hukum Dosen Pengampu: Dr. Sunarso, M.Si.
  • 2. BAB 1 INDONESIA SEBUAH REPUBLIK 1. Republik dan Kerajaan Bentuk pemerintahan republik lazim disandingkan dengan bentuk pemerintahan kerajaan atau monarki. Semula, perbedaan antara republik dan kerajaan dilihat sebagai sesuatu perbedaan yang mendasar. Pimpinan pemerintahan kerajaan bersifat turun-temurun, republik tidak turun-temurun (dipilih atau tidak dipilih seperti coup d’etat). Tetapi, baik karena perkembangan doktrin maupun praktik ketatanegaraan, perbedaan tersebut makin tidak prinsipil.
  • 3. 2. Teori-teori yang Mempengaruhi Bentuk Pemerintahan Republik dan Kerajaan 1. Ajaran pemisahan kekuasaan (separation of powers). Ajaran pemisahan kekuasaan berasal dari Montesquieu yang bertujuan untuk membatasi kekuasaan badan-badan atau pejabat penyelenggara negara dalam batas- batas cabang kekuasaan masing-masing. 2. Ajaran negara berdasarkan atas hukum (de rechtsstaat dan the rule of law) yang mengandung esensi bahwa hukum adalah supreme dan kewajiban bagi setiap penyelenggara negara atau pemerintahan untuk tunduk pada hukum (subject to the law). 3. Ajaran demokrasi yang secara plastis digambarkan sebagai “the government from the people, by the people, of the people”. Ajaran ini secara esensial mengandung arti bahwa pemerintahan dimiliki dan dijalankan sendiri oleh rakyat (rakyat yang memerintah diri mereka sendiri). Dapat disebut juga sebagai sistem penyelenggaraan negara yang memberikan tanggung jawab kepada rakyat untuk mengatur dan mengurus diri mereka sendiri
  • 4. 4. Ajaran negara berkonstitusi (constitutionalism) yang secara esensial antara lain mengandung makna pembatasan pemerintahan (limited government) dan perlindungan hak- hak rakyat dari tindakan sewenang-wenang pemerintah, terutama yang menyangkut hak asasi atau hak dasar rakyat. 5. Ajaran negara kesejahteraan (verzorgingsstaat atau welfare state) yang mengandung esensi bahwa negara atau pemerintah memikul tanggung jawab dan kewajiban untuk mewujudkan dan menjamin kesejahteraan umum (public welfare atau social welfare). 6. Ajaran sistem pemerintahan. Dalam konsep dasarnya, sistem pemerintahan dibedakan antara sistem parlementer dan sistem pemerintahan presidensil. Sistem pemerintahan parlementer menampakkan berbagai ciri utama.
  • 5. 3. Indonesia Sebuah Republik Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik – demikian bunyi UUD 1945 Pasal 1 ayat (1). Ketentuan ini memuat dua konsep, yaitu mengenai bentuk negara (negara kesatuan) dan bentuk pemerintahan (negara republik). Untuk mewujudkan paham republik sebagai suatu bentuk pemerintahan dari dan untuk kepentingan umum, sistem ketatanegaraan Indonesia merdeka dilengkapi pula dengan berbagai prinsip-prinsip lain, yaitu prinsip negara berkedaulatan rakyat, negara berdasarkan atas hukum, negara berkesejahteraan rakyat, negara berpaham konstitusi, dan lain sebagainya.
  • 6. • BAB II • PERSYARATAN PRESIDEN      Sebelum perubahan (Perubahan Ketiga, 2001), UUD 1945, Pasal  6 Ayat (1) menyebutkan : Presiden ialah orang Indonesia asli.  Meskipun UUD 1945 disertai dengan Penjelasan (dan ini agak  unik, karena tidak lazim), tidak ada penjelasan mengenai makna  atau maksud persyaratan orang Indonesia asli tersebut.      Jadi, kalau disebutkan: “Presiden adalah orang Indonesia asli”,  yang  dimaksud  adalah  orang  Indonesia  asli,  tanpa  melihat  latar  belakang  etnik  yang  bersangkutan.  Pengertian  orang  Indonesia  asli  adalah  “warga  negara  Indonesia  karena  kelahiran”  yang  diperkuat pula dengan beberapa asumsi: 1. Para penyusun UUD 1945 yang juga para pejuang kemerdekaan,  sangat  anti  terhadap  penggolongan  penduduk  yang  bersifat  deskriminatif  dan  merendahkan  golongan  rakyat  Indonesia  asli  (bumiputra). 
  • 7. 2. Dalam menyusun UUD 1945 dipergunakan berbagai referensi  UUD sebagai bahan, termasuk UUD Amerika Serikat. Tidak  tertutup  kemungkinan  yang  dimaksud  dengan  orang-orang  Indonesia asli adalah natural born citizen. 3.  Keanggotaan  BPUPKI  terdiri  dari  berbagai  latar  belakang  etnik yang bersama-sama berjuang untuk mencapai Indonesia  yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.  4. UUD 1945 menjamin persamaan setiap warga negara di depan  hukum dan pemerintahan  dalam Pasal 27 ayat (1). Berdasarkan  pemikiran  di  atas,  cukup  kuat  alasan  bahwa  yang  dimaksud dengan orang Indonesia asli dalam Pasal 6 ayat (1)  adalah  orang-orang bangsa Indonesia asli dan  itu  tidak  lain  dari  warga negara karena kelahiran (natural born citizen). Jadi,  setiap  warga  negara  Indonesia  karena  kelahiran  berhak  menjadi Presiden. Sedangkan warga negara Indonesia karena  pewarganegaraan  atau  sebab-sebab  lain  seperti  adopsi  atau  perkawinan tidak berhak menjadi Presiden. 
  • 8. • Dalam praktiknya, yang terjadi antara tahun 1973-1998, belum pernah pemilihan Presiden dilakukan dengan pemungutan suara. Hal itu disebabkan oleh: 1. Menonjolnya usaha menjalankan prinsip musyawarah untuk mufakat, yang diartikan sebagai sesuatu mekanisme kesepakatan tidak dengan pemungutan suara melainkan suatu kesepakatan bulat (unanimous). 2. Hingga saat ini, calon Presiden selalu tunggal sehingga tidak diperlukan pemungutan suara. Dengan calon tunggal, pada dasarnya tidak ada permusyawaratan, yang ada adalah mufakat dalam arti sekedar pengukuhan. Sejak diadakan perubahan-perubahan terhadap UUD 1945, keadaan telah atau dikemudian hari akan berubah. Presiden dan Wakil Presiden tidak lagi dipilih dan bertanggungjawab kepada MPR. Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung, karena itu bertanggungjawab langsung kepada rakyat, walaupun demikian, Presiden dan Wakil Presiden tetap dapat diberhentikan MPR.
  • 9. • Uraian diatas berkenaan dengan syarat-syarat Presiden dan Wakil Presiden sebelum perubahan UUD 1945. Setelah perubahan (Perubahan Ketiga, 2001), Pasal 6 menentukan : 1. Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden harus warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara ruhani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden. 2. Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undang-undang.
  • 10. • Berdasarkan ketentuan pasal 6 ayat (2), maka ditetapkan UU No. 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Dalam Undang-Undang tersebut diatur lebih lanjut syarat-syarat Presiden dan Wakil Presiden yaitu: 1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Warga negara Indonesia sejak kelahiran dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain atas kehendak sendiri 3. Tidak pernah menghianati negara 4. Mampu secara ruhani dan jasmani melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden 5. Bertempat tinggal di Indonesia 6. Melaporkan kekayaan kepada instansi berwenang
  • 11. 6. Tidak sedang memiliki tunggakan utang secara perorangan dan/atau badan hukum yang menjadi tanggungjawabnya yang merugikan keuangan negara 7. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan 8. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap 9. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela 10.Terdaftar sebagai pemilih 11.Memiliki NPWP dan telah melaksanakan kewajiban pajak selama lima tahun terakhir 12.Memiliki daftar riwayat hidup 13.Belum pernah menjabat Presiden dan Wakil Presiden dalam dua kali masa jabatan dalam jabatan yang sama 14.Setia kepada Pancasila, UUD 1945, dan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945.
  • 12. BAB III PENGISIAN JABATAN, MASA JABATAN, PRESIDEN BERHALANGAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN PRESIDEN 1. Pengisian Jabatan • Pengisian jabatan negara (staatsorganen, staatsambteni) merupakan salah satu unsur penting dalam hukum tata negara. Tanpa diisi dengan pejabat (ambtsdrager), fungsi-fungsi jabatan negara tidak mungkin dijalankan sebagaimana mestinya. Jabatan kepresidenan dalam sistem UUD 1945 tidak boleh kosong walaupun untuk waktu yang sangat singkat karena Presiden adalah penyelenggara pemerintahan
  • 13. 2. Masa Jabatan Presiden Sebelum perubahan, UUD 1945 Pasal 7 menyebutkan bahwa masa jabatan Presiden (dan Wakil Presiden) lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Ada dua konsep yang dimuat dalam ketentuan ini. Pertama, Presiden dipilih secara periodik yaitu sekali setiap lima tahun. Kedua, dapat dipilih kembali. 3. Presiden Berhalangan • Sebelum perubahan, UUD 1945 Pasal 8 mengatur keadaan Presiden yang tidak dapat lagi menjalankan jabatan kepresidenan untuk sisa masa jabatannya. TAP MPR Nomor VII/MPR/1973 mengkategorikan keadaan ini sebagai berhalangan tetap. Menurut UUD 1945, ada tiga kategori keadaan Presiden tidak dapat lagi menjalankan jabatan untuk sisa masa jabatannya, yaitu : a. Mangkat dalam masa jabatan b. Berhenti dalam masa jabatan, dan c. Tidak dapat melakukan kewajiban dalam masa jabatannya.
  • 14. a. Presiden mangkat dalam masa jabatan Keadaan mangkat diartikan apabila secara medik Presiden dinyatakan meninggal atau akibat suatu peristiwa Presiden dinyatakan meninggal. Presiden secara medik dinyatakan meninggal apabila ada penetapan dari suatu tim medik yang kompeten menurut hasil pemeriksaan medik, dan sesuai dengan syarat-syarat, keadaan, dan kelaziman bagi setiap orang yang dinyatakan meninggal. b. Presiden berhenti dalam masa jabatannya Presiden berhenti dalam masa jabatan karena mengundurkan diri atau diberhentikan oleh MPR. Mengundurkan diri dapat terjadi karena kemauan sendiri atau karena sesuatu desakan atau tuntutan dari luar.
  • 15. 3. Presiden tidak dapat melakukan kewajiban dalam masa jabatan Kategori ketiga ini menunjukkan Presiden tidak mangkat, tidak berhenti, tetapi dalam keadaan tidak dapat melakukan kewajiban lagi sebagai Presiden sehingga perlu digantikan oleh Wakil Presiden. Seseorang tidak dapat melakukan kewajiban dalam masa jabatan yang dipangkunya karena beberapa kemungkinan: 1. Tidak hadir, artinya yang bersangkutan tidak berada dalam lingkungan jabatan yang memungkinkan menjalankan kewajibannya. 2. Hadir, tetapi secara fisik dan atau mental (intelektual) tidak memungkinkan menjalankan kewajibannya, misalnya dalam keadaan sakit sehingga tidak dapat menjalankan kewajibannya.
  • 16. 4. Pertanggungjawaban Presiden • Presiden dan Wakil Presiden yang dipilih langsung oleh rakyat tidak bertanggungjawab kepada MPR melainkan kepada rakyat pemilih. Berdasarkan Pasal 7A (Perubahan Ketiga), Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatan semata-mata karena: 1. Suatu pelanggaran hukum (penghianatan terhadap bangsa dan negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana besar lainnya) 2. Perbuatan tercela, atau 3. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
  • 17. • BAB IV • KEKUASAAN PRESIDEN • Telah dikemukakan bahwa sistem UUD 1945 menghendaki suatu penyelenggaraan pemerintahan yang kuat dan stabil. Untuk mencapai maksud tersebut, UUD 1945 menggunakan prinsip-prinsip : 1. Sistem eksekutif tunggal bukan kolegial. Dengan sistem ini penyelenggaraan dan kendali pemerintahan ada pada satu tangan, yaitu Presiden. 2. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan (chief executive), disamping sebagai kepala negara (head of state).
  • 18. 4. Sebelum perubahan UUD, Presiden tidak bertanggungjawab kepada PDR, tetapi kepada MPR. 5. Selain wewenang administrasi negara, Presiden mempunyai wewenang mandiri dalam membuat aturan-aturan untuk menyelenggarakan pemerintahan (disamping wewenang yang dilakukan bersama DPR membuat undang-undang). Bahkan dengan alasan kegentingan yang memaksa, Presiden dapat menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang- Undang (Perpu) yang sederajat dengan undang-undang. 6. Presiden dapat menolak mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui DPR. Hak tolak ini bersifat mutlak tanpa suatu mekanisme balances.
  • 19. • Kekuasaan Presiden yang luas dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis: 1. Kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan UUD 1945 menyebutkan bahwa “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar”. Ditinjau dari teori pembagian kekuasaan, yang dimaksud kekuasaan pemerintahan adalah kekuasaan eksekutif. Sebagai kekuasaan eksekutif, penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan Presiden dapat dibedakan antara kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat umum dan kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat khusus.
  • 20. 2. Kekuasaan di bidang perundang-undangan Kekuasaan Presiden di bidang perundang-undangan juga luas. Presiden turut berbagi kekuasaan dengan badan legislatif dalam membuat undang-undang. Disamping itu, Presiden berwenang membuat peraturan perundang-undangan sendiri baik atas dasar kewenangan mandiri maupun yang didasarkan pada pelimpahan dari suatu undang-undang. 3. Kekuasaan di Bidang Yustisial (Yudisial) • Kekuasaan ini berkaitan dengan pemberian grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi.
  • 21. 4. Kekuasaan Presiden Dalam Hubungan Luar Negeri • Kekuasaan Presiden dalam hubungan luar negeri tergolong sebagai bentuk kekuasaan di bidang administrasi Negara. Namun,karena kekuasaan luar negeri mempunyai kekhususan tertentu sehingga perlu diuraikan tersendiri dan di bidang tertentu (perjanjian internasional, menyatakan perang, mengadakan perdamaian) kekuasaan ini dibagi dengan badan perwakilan rakyat.
  • 22. 5. Kekuasaan mengadakan Perjanjian dengan Negara Lain • UUD 1945 menentukan bahwa perjanjian dengan negara lain diadakan dengan persetujuan DPR. Secara kebahasaan (gramatikal) ketentuan ini sangat jelas dan tidak memuat pengecualian-pengecualian. Dengan demikian dari segi bahasa, semua perjanjian dengan negara lain selalu memerlukan persetujuan DPR. Meskipun secara kebahasaan sangat jelas (plain meaning), ternyata dalam praktik ketatanegaraan yang berlaku ketentuan ini tidak sepenuhnya diikuti. Terdapat berbagai perjanjian yang diadakan dan berlaku tidak dengan persetujuan DPR, tetapi hanya dengan Keputusan Presiden. Praktik ini merupakan suatu bentuk kebiasaan ketatanegaraan.
  • 23. 6. Kekusaan Menyatakan Perang dengan Negara Lain. • Menyatakan perang dengan Negara lain memerlukan persetujuan DPR. Ini wajar karena perang membawa konsekuensi yang luas bagi kehidupan bangsa dan Negara, baik secara ketatanegaraan, politik, ekonomi, maupun pertahanan keamanan. Persetujuan DPR menyatakan perang alan disertai pula dengan wewenang khusus untuk memungkinkan presiden membuat keputusan atau tindakan menyimpangi ketentuan-ketentuan yang berlaku, karena ada keadaan tidak normal (luar biasa).
  • 24. 7. Kekuasaan Mengadakan Perdamaian dengan Negara Lain. • Kekuasaan mengadakan perdamaian adalah kekuasaan yang berkaitan dengan peperangan. Tidak termasuk pengertian perdamaian menurut Pasal 11 UUD 1945 apabila perdamaian dilakukan dalam rangka mengakhiri perbedaan pandangan politik, ekonomi, atau hal-hal lain di luar peperangan.
  • 25. 8. Kekuasaan Mengangkat Duta dan Konsul, dan Kekkuasaan Menerima Duta dan Konsul Negara Asing. • Kekuasaan mengangkat atau menerima duta dan konsul berkaitan dengan hubungan diplomatik. Penempatan duta dan konsul Indonesia di negara asing atau menerima duta dan konsul negara asing dilakukan apabila ada hubungan diplomatic antara Indonesia dengan negara asing tertentu. Jadi dalam kekuasaan mengangkat atau menerima duta dan konsul termuat kekuasaan lain yaitu kekuasaan diplomatic yang meliputi kekuasaan mengadakan, meniadakan, membekukan sementara, atau mememutuskan sama sekali hubungan diplomatik.