SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
1
PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN
BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA
Efta Shufiyati / 15730251006
Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
Email: Efta.tata@gmail.com
Abstrak: Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang bertujuan
membentuk warga negara yang baik sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki
bangsa Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan pembelajaran berbasis multikultural
menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategi dan konsep pendidikan yang
berbasis pada pemanfaatan keragaman masyarakat seperti keragaman etnis, budaya,
bahasa, suku, agama, gender, status sosial. Oleh karena itulah, melalui pendidikan
kewarganegaraan dalam pembelajaran berbasis multikultural yang diterapkan di
sekolah dapat membentuk karakter siswa dengan memainkan peran guru pendidikan
kewarganegaraan dalam melaksanakan strategi pembelajaran yang berbasis
multikultural seperti strategi konstruktivisme dan strategi pedagogi. Sekolah sebagai
salah satu lembaga formal yang memiliki tanggung jawab dalam pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan berbasis multikultural yang tidak terlepas dari peran
guru pendidikan kewarganegaran membentuk karakter bangsa dengan mengacu pada
beberapa model pendidikan karakter yang telah diterapkan di Indonesia.
Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Multikultural, Pkn Sebagai Pendidikan
Multikultural, Peran Guru Pkn, karakter bangsa
THE ROLE OF TEACHERS OF CIVIC EDUCATION THROUGH LEARNING BASED
MULTICULTURAL IN NATION CHARACTER BUILDING
Abstract: Civic education is a subject that aims to form good citizens in accordance
with the cultural values of the Indonesian nation. Multicultural citizenship education
based learning offers an alternative through the implementation of the strategy and
the concept of education based on the utilization of the diversity of society such as
ethnic diversity, culture, language, ethnicity, religion, gender, social status. Therefore,
through civic education in multicultural applied based learning in school can shape
students' character by playing the role of civic education teachers in implementing the
learning strategy as a strategy based multicultural constructivism and pedagogical
2
strategies. School as one of the formal institutions that have responsibilities in civic
education-based multicultural which is inseparable from the role of citizenship
education teachers shape the character of the nation by referring to some character
education model that has been applied in Indonesia
Keywords: Multicultural Based Learning, Civic Education For Multicultural Education,
Role of Civic Education Teachers, the nation's character
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari bermacam-macam budaya, suku,
agama, karakter maupun etnik yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Keberagaman yang dimiliki Indonesia sebagaimana yang di ungkapkan oleh Hefner
(2007:16) Ia menggambarkan negara Indonesia seperti yang dimiliki negara-negara
maju seperti negara Malaysia dan Singapura yang memiliki warisan dan tantangan
budaya secara lebih mencolok, sehingga dipandang sebagai lokus klasik bagi bentukan
masyarakat majemuk. Masyarakat majemuk inilah yang memiliki keragaman budaya
dengan berbagai karakter. Masyarakat harus mampu mengolah kemampuan yang
dimiliki dalam mengelola segala kekayaan alam maupun potensi yang ada dengan
dukungan dari pihak pemerintah. Agar kondisi maupun kekayaan alam yang dimiliki
dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia. Berkaitan dengan hal itu,
berbagai ancaman maupun tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini terjadi
berasal dari berbagai kelompok suku yang ingin merubah ideologi negara yakni
Pancasila. Masyarakat Indonesia sadar betul bahwa mengubah ideologi pancasila sama
halnya mengubah ideologi lain seperti ideologi agama, ideologi etnis dan sebagainya.
Masyarakat Indonesia yang berpijak pada ideologi pancasila masih saja terjadi
berbagai macam konflik keragaman yang dapat menjadikan perpecahan di antara
bangsa Indonesia itu sendiri. Bahkan, masyarakat yang masih memegang teguh
ideologi pancasila masih rawan dengan masalah yang ingin memisahkan wilayah
Indonesia terpecah belah seperti kasus konflik antar suku yang merebutkan batas
wilayah perbatasan di bagian barat Indonesia. Bukan itu saja, situasi sosial dan kultur
masyarakat Indonesia semakin mengkhawatirkan. Berbagai macam peristiwa dalam
dunia pendidikan yang semakin merendahkan harkat dan derajat manusia. Hancurnya
3
nilai-nilai moral, merebaknya ketidakadilan, menurunnya karakter bangsa, tipisnya
rasa solidaritas yang terjadi dalam lembaga pendidikan kita mengalami perubahan
yang cukup signifikan yang melatarbelakangi kemerosotan nilai karakter.
Permasalahan yang kompleks tersebut yang menjadi kunci utama masyarakat
dalam memperkuat kesatuan dan persatuan antar masyarakat Indonesia melalui
pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu alternatif yang tepat dalam menghadapi
konflik yang rawan terjadi saat ini. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan
sudah diwujudkan oleh masyarakat maupun pihak pemerintah. Masyarakat Indonesia
tahu betul pendidikan akan sangat penting digunakan dalam kehidupan mereka ke
depan. Sekolah menjadi salah satu lembaga formal yang berperan aktif dalam
mendukung keberhasilan pelaksaanaan pendidikan di Indonesia. Tentu saja sebagai
masyarakat Indonesia tidak menutup mata dengan proses pendidikan yang makin
merosotnya nilai multikultural seperti menurunnya nilai kesopanan antara siswa
dengan guru.
Pelaksanaan pendidikan di Indonesia yang menjunjung tinggi nilai kultural
dijadikan pedoman oleh pendidik dalam proses pembelajaran berbasis multikultural
melalui pendidikan kewarganegaraan. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
berbasis multikultural sudah menjadi satu kebutuhan bagi masyarakat Indonesia
dengan ditandai oleh kemajemukan dan keanekaragaman masyarakat Indonesia.Pada
dasarnya pembelajaran berbasis multikultural menekankan pada kebudayaan yang
dimiliki bangsa Indonesia.
Melalui pendidikan kewarganegaraan pembelajaran berbasis multikultural
menjadi sebuah keharusan yang diajarkan oleh pendidik dilaksanakan secara
sistematis, progmatis, maupun berkesinambungan. Pendidikan kewarganegaraan
dapat dijadikan pembelajaran yang menumbuhkan rasa bangga dan memiiki tanggung
jawab serta mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
agar tumbu rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Namun, dalam kenyataannya
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan masih dilaksanakan seperti mata pelajaran
lainnya yang menekankan pada aspek kognitif saja. Pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan haruslah berbasis multikultural untuk menumbuhkan sikap dan
4
kemajemukan masyarakat Indonesia. Menyadari betapa pentingnya mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan berbasis multikultural diajarkan oleh pendidik yang
memiliki pengusaan kompetensi akademik kependidikan dan kompetensi pengusaan
substansi sesuai bidang studi ilmu yang dimiliki. Dalam hal ini aktor utama dalam
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan berbasis multikultural yakni guru sebagai
perannya menginternalisasikan nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran di sekolah
agar berjalan secara optimal di jenjang pendidikan.
PEMBAHASAN
Pembelajaran Berbasis Multikultural
Istilah multikultural berasal dari dua kata yakni multi dan cultural. Arti kata multi
yang berarti majemuk atau beragam sedangkan cultural berarti budaya. Multikultural
merupakan kemajemukan budaya yang beragam di kalangan masyarakat. Hingga saat
ini multikultural masih banyak diperbincangkan dalam suatu forum yang didiskusikan
bersama para pakar atau ahli multikultural yang tertuang dalam karya mereka masing-
masing. Sebenarnya, sama dengan definisi pendidikan yang penuh dengan penafsiran
antara satu pakar lainnya di dalam menguraikan makna pendidikan itu juga. Hal ini
juga terjadi pada penafsiran tentang makna atau arti pendidikan multikultural.
Namun, ada beberapa pendapat para ahli mendefinisikan pendidikan multikultural.
Menurut James A. Banks (1993:3) menyatakan bahwa pendidikan multikultural
merupakan sebuah kebijakan sosial yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemeliharaan
budaya dan saling memiliki rasa hormat antara seluruh kelompok budaya di dalam
masyarakat. Bahwasanya pembelajaran multikultural merupakan program pendidikan
bangsa agar komunitas multikultural dapat berpartisipasi dalam mewujudkan
kehidupan demokrasi yang ideal bagi bangsanya. Sedangkan tujuan pendidikan
multikultural menurut Banks (2002: 12) terbagi menjadi empat yakni 1) untuk
membantu individu mendapatkan pemahaman diri yang lebih besar dengan melihat
diri dari sudut pandang budaya lain; 2) untuk memberikan siswa suatu alternatif
budaya dan etnis; 3) untuk menyediakan keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang
dibutuhkan semua siswa untuk berfungsi dalam budaya etnis mereka, dalam budaya
mainstream, dan dalam dan lintas budaya etnis lainnya; dan 4) untuk mengurangi rasa
5
sakit dan diskriminasi bahwa pengalaman anggota dari beberapa kelompok etnis dan
ras karena karakteristik unik mereka ras, fisik, dan budaya. Dari keempat tujuan
pendidikan multikultural diatas menunjukkan bahwa pendidikan multikultural memiliki
pengaruh besar untuk mengurangi diskriminasi diantara siswa satu dengan siswa lain
selama proses pembelajaran berbasis multikultural berlangsung di sekolah.
Pendidikan multikultural merupakan pendidikan tentang pemahaman
keanekaragaman ras, etnis, budaya, bahasa, gender, agama (Ambigapathy Pandian,
2008: 36). Pendidikan multikultural mencakup penduduk minoritas etnis dan ras,
kelompok pemeluk agama, perbedaan agama dan gender, kondisi ekonomi, asal usul,
ketidakmampuan fisik dan mental, kelompok umur dan lain-lain (Baker, 1994:11). Hal
ini senada dengan pendapat Gloria Ladson (1995: 61) mengatakan bahwa pendidikan
multikultural merupakan pendidikan yang dikonseptualisasikan dan dirancang yang
berasal dari ras, etnik maupun kelompok kelas sosial yang beragama yang mengalami
kesetaraan antar siswa.
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan multikultural
mengandung unsur-unsur budaya, etnis, bahasa, agama, ras, kelompok sosial yang
menjadi satu yang dirancang menjadi satu dan dikonseptualisasikan kedalam
pendidikan multikultural. Dengan demikian, siswa dianggap memiliki derajat yang
sama selama dalam memperoleh pembelajaran pendidikan multikultural yang berasal
dari ras, etnik maupun kelas sosial yang berbeda. Agar tidak menimbulkan perpecahan
antar siswa dalam proses pembelajaran berlangsung antara siswa dengan siswa.
Menurut Nieto (dalam Noel, 2000: 300) mendefinisikan pendidikan multikultural
merupakan sebuah proses reformasi sekolah secara komprehensif dan dasar
pendidikan untuk semua siswa. Hal ini merupakan suatu tantangan bangsa untuk
menghapus rasisme dan segala bentuk diskriminasi di sekolah dan masyarakat serta
mampu menerima pluralisme dari komunitas siswa dan guru. Pengelolaan pendidikan
multikultural tidak dapat terlepas dari upaya dalam melakukan pilihan terhadap
perspektif pengelolaan pluralisme yang ada di masyarakat.
Selanjutnya, Nieto dan Bode (2008: 178) dalam pendidikan multikultural memiliki
karakteristik yaitu 1) pendidikan multikultural merupakan antirasis; 2) pendidikan
6
multikultural mencakup membaca, menulis, dan berhitung; 3) pendidikan multikultural
merupakan pembelajaran multikultul yang ditujukkan untuk siswa; 4) pendidikan
multikultural menyangkut dalam berbagai aspek kehidupan keluarga, sekolah,
masyarakat; 5) pendidikan multikultural merupakan bagian dari bidang ilmu sosial; dan
6) pendidikan multikultural merupakan proses berkelanjutan yang muatan isinya
tentang pengetahuan, pengalaman maupun sudut pandang dari guru dan siswa.
Dalam konteks yang luas, pendidikan multikultural membantu menyatukan
perbedaan masyarakat secara demokratis, dengan menekankan padda perspektif
pluralitas masyarakat dari berbagai bangsa, etnik, ras, budaya, kelompok sosial, agama
yang berbeda. Sekolah dikondisikan untuk mencerminkan praktik nilai-nilai demokrasi.
Kurikulum pendidikan multikultural menampakkan berbagai macam kelompok budaya
maupun kelompok sosial yang berbeda di antara masyarakat seperti bahasa ataupun
ciri khas bahasa siswa berasal saat berbicara dengan menjunjung tinggi rasa hormat,
nilai-nilai kerjasama dari pada membicarakan prasangka atau persaingan di antara
sejumlah pelajar yang berbeda yang didasarkan pada status sosial yang sama, kerja
sama bukan kompetisi, interaksi interpesonal antara siswa dan guru (Diaz Lazaro dan
Cohen, 2001: 41).
Kaitannya dengan pembelajaran berbasis multikultural didasarkan pada gagasan
filosofis tentang kebebasan, keadilan, kesetaraan maupun perlindungan terhadap hak-
hak manusia. Yang pada hakekatnya pendidikan multikultural mempersiapkan seluruh
siswa untuk bekerja secara aktif menuju kesamaan struktur dalam kelembagaan dan
organisasi sekolah. Pendidikan multikultural bukanlah suatu kebijakan yang
mengarahkan pada kelembagaan pendidikan dan pengajaran secara inklusif oleh
propaganda pluralisme melalui kurikulum yang berperan bagi kompetensi budaya
individual.
Pembelajaran berbasis multikultural berusaha memberdayakan kalangan pelajar
dalam mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya mereka
berasal, namun memberikan kesempatan untuk bekerja sama dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai budaya dengan kelompok orang yang berbeda budaya, ras, etnis
secara langsung. Pendidikan multikultural juga membantu siswa untuk
7
mengembangkan kebanggaan sebagai warga negara Indonesia terhadap warisan-
warisan budaya, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai yang sering menjadi penyebab
adanya konflik antar kelompok masyarakat.
Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai
demokrasi yang menegaskan pluralisme budaya dalam masyarakat yang beragam
budaya yang saling bergantung sama lain dengan budaya lain. Adapun tujuan
pendidikan berbasis multikultural menurut Gloria dan Dixon (2004: 2) terbagi menjadi
5 (lima) yakni 1) Pendidikan multikultural bertujuan meningkatkan produktivitas
mental karena sebagai salah satu dari berbagai jenis sumber daya mental yang dapat
berubah atau beradaptasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sama. Hal tersebut
juga mendukung perkembangan kognitif dan moral pada manusia; 2) Pendidikan
multikultural meningkatkan kemampuan kreatif dalam memecahkan masalah melalui
perspektif yang berbeda yang dapat diterapkan untuk menghasilkan solusi pada
masalah yang sama; 3) Pendidikan multikultural meningkatkan hubungan positif
melalui pencapaian prestasi, tujuam, penghargaan, apresiasi, dan komitmen yang
setara bagi intelektual pada tiap-tiap institusi pendidikan tinggi; 4) Pendidikan
multikultural menurukan perilaku “menghakimi” baik pada komunikasi secara langsung
maupun dalam interaksi di antara individu yang berbeda; 5) Pendidikan multikultural
memperbarui vitalitas masyarakat melalui keberagaman budaya dari masing-masing
anggota masyatakat dan membantu perkembangan yang lebih luas dan canggih dalam
melihat dunia.
Selanjutnya Banks (dalam Skeel, 1995: 102) mengidentifikasi tujuan pendidikan
dengan berbasis multikultural yakni 1) Untuk memfungsikan peranan sekolah dalam
memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam; 2) Untuk membantu siswa
dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik
maupun kelompok keagamaan; 3) Memberikan ketahanan siswa dengan cara
mengajar mereka dalam mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya; 4) Untuk
membantu siswa dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi
gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan kelompok. Pada hakikatnya
pembelajaran berbasis multikultural didasarkan pada gagasan filosofis tentang
8
keadilan, kesetaraan, kebebasan dan perlindungan hak-hak manusia. Yang tujuan
pembelajaran berbasis multikultural mempersiapkan generasi muda untuk
menanamkan kesadaran dengan menghargai adanya kebhinekaan yang berlandaskan
Pancasila dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur nenek moyang bangsa
Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Multikultural
Salah satu penyebab terjadinya konflik antar suku, ras dan agama di Indonesia
adalah akibat melemahnya pemahaman dan pemaknaan tentang konsep kearifan
budaya lokal masyarakat Indonesia yang multikultural. Konflik ini akan muncul apabila
kurang adanya kontribusi nilai-nilai budaya yang berakar di kalangan masyarakat.
Konflik yang menimbulkan sangat sensitif bagi masyarakat plural yang beranekaragam
dengan perkembangan dinamika masyarakat yang semakin maju dan berkembang.
Perkembangan masyarakat multikultural yang demokratis menjadi kebutuhan bagi
bangsa Indonesia yang ditandai oleh kemajemukan dan keanekaragaman masyarakat.
Untuk meminimalisir hal tersebut, maka salah satu stategi yang tepat dengan cara
memasukkan muatan kurikulum pendidikan multikultural ke dalam muatan materi
pendidikan kewarganegaraan.
Materi pendidikan kewarganegaran kaitannya pendidikan multikultural antara
lain persatuan dan kesatuan, cinta tanah air, persamaan derajat, persamaan hak dan
kewajiban, kerukunan, keadilan, gotong royong dan sebagainya. Seperti yang tertuang
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006 tentang ruang
lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan
menengah yakni 1) Persatuan dan kesatuan bangsa meliputi hidup rukun dalam
perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda
dan lain-lain; 2) Norma, hukum dan aturan, mencakup tertib dalam kehidupan
keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-
peraturan daerah dan lain-lain; 3) Hak asasi manusia meliputi hak dan kewajiban anak,
hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional hak
asasi manusia; 4) Kebutuhan warganegara meliputi hidup gotong royong, harga diri
sebagai masyarakat, kebebasan berorganisasi, mengeluarkan pendapat, menghargai
9
keputusan bersama; 5) Konstitusi negara meliputi proklamasi kemerdekaan dan
konstitusi yang pertama, konstitusi yang pernah digunakan Indonesia, hubungan dasar
negara dengan konstitusi; 6) Kekuasaan dan politik meliputi pemerintahan desa dan
kecamatan, pemerintahan daerah otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem
politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem
pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi; 7) Pancasila meliputi kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila
sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
Pancasila sebagai ideologi terbuka; 8) Globalisasi meliputi globalisasi di lingkungannya,
dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan
mengevaluasi globalisasi.
Ruang lingkup materi pendidikan dasar dan menengah dalam pendidikan
kewarganegaraan yang diintegrasikan pendidikan multikultural. Proses pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan yang berkaitan dengan materi multikultural memiliki
peran yang penting mempersiapkan generasi muda dalam mengatasi berbagai
permasalahan yang ditemukan pada masyarakat multikultural dengan menghormati
kultural dan keanekaragaman budaya.
Namun, dalam pengembangan kurikulum pendidikan kewarganegaraan yang
memasukkan materi atau konten pendidikan multikultural haruslah didasarkan pada
prinsip-prinsip yakni: a) keragaman budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat,
teori, model dan hubungan sekolah dengan lingkungan sosial budaya setempat; b)
keragaman budaya menjadi dasar dalam mengembangkan berbagai komponen
kurikulum seperti tujuan, konten, proses, dan evaluasi; c) budaya di lingkungan unit
pendidikan adalah sumber belajar dan objek studi yang harus dijadikan bagian dari
kegiatan belajar anak didik; d) kurikulum berperan sebagai media dalam
mengembangkan kebudayaan daerah dan kebudayan nasional (Yuli Adhani, 2014:
117). Prinsip-prinsip inilah yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia. Agar lebih fleksibel pelaksanaan pendidikan
kewarganegaran sebagai pendidikan multikultural haruslah didukung oleh pihak
sekolah baik kepala sekolah, guru dan siswa.
10
Pendidikan kewarganegaraan memiliki peranan penting di negara demokrasi
berupaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga negara yang memiliki
rasa kebanggaan, rasa memiliki dan cinta tanah air. Sebagaimana dikemukakan oleh
Abdul Aziz (2011: 29) mendefinisikan tujuan pendidikan kewarganegaraan untuk
menghasilkan warga negara yang mampu membudayakan lingkungannya serta mampu
memecahkan masalah-masalah individu warga negara secara individual maupun
kemasyarakatan. Pendidikan kewarganegaraan merupakan topik sentral sebagai
pendidikan multikultural di Indonesia yang didasarkan atas 5 (lima) dimensi pendidikan
multikultural menurut Banks (Tilaar 2004: 138) sebagai berikut.
1) Dimensi integrasi konten atau isi yaitu mengintegrasikan berbagai budaya dan
kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam
mata pelajaran atau disiplin ilmu. Contoh: guru pendidikan kewarganegaraan
memberikan semangat kepahlawanan pada saat diskusi kelompok dengan
berbagai tokoh pahlawanan di Indonesia
2) Dimensi konstruksi pengetahuan yaitu proses membawa siswa untuk memahami
implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran (disiplin). Contoh: guru
pendidikan kewarganegaraan memberikan pemahaman kepada siswa tentang
budaya yang ada di Indonesia dengan menunjukkan karakteristik atau ciri-ciri
budaya tersebut.
3) Dimensi pendidikan yang sama yaitu dimensi menyesuaikan metode pengajaran
dengan cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa
yang beragam baik dari segi ras, budaya ataupun sosial. Contoh: guru
memberikan penghargaan yang sama atas prestasi akademik yang diraih oleh
siswa tanpa memandang asal-usul ras, budaya maupun sosial.
4) Dimensi pengurangan prasangka yaitu dimensi yang mengidentifikasi
karakteristik siswa dan menentukan metode pengajaran mereka. Contoh: guru
pendidikan kewarganegaraan memberi contoh pada saat siswa masuk sekolah
dengan memiliki latar belakang etnik maupun budaya berbeda itulah yang
menjadi dasar adanya keanekaragaman budaya di Indonesia.
11
5) Dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial yaitu Dimensi ini
penting dalam memperdayakan budaya siswa yang dibawa ke sekolah yang
berasal dari kelompok yang berbeda. Contoh: guru pendidikan kewarganegaraan
melatih siswa untuk berpartisipasi dalam kelompok.
Dalam rangka mewujudkan adanya pendidikan kewarganegaraan sebagai
pendidikan multikultural. Maka, diperlukan suatu strategi digunakan oleh guru
pendidikan kewarganegaran selama proses belajar mengajar pendidikan
kewarganegaraan berbasis multikultural yakni 1) Strategi konstruktivisme merupakan
cara yang dilakukan dalam pembelajaran yang mengukur tentang sosial, sejarah, etnis,
gender selama mereka pelajari di sekolah; 2) Strategi pedagogis merupakan strategi
yang digunakan guru untuk mengajar pemahaman keragaman budaya (Alberto, 1998:
590). Strategi inilah yang digunakan oleh guru pendidikan kewarganegaraan selama
mengajar pendidikan kewarganegaraan berbasis multikultural di sekolah dalam rangka
meningkatkan kualitas pengajaran di kelas
Peran Guru PKn Untuk Membangun Karakter Bangsa
Salah satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus dari pihak pemerintah
adalah berkaitan dengan menurunnya nilai-nilai karakter bangsa. Tanpa disadari
merosotnya nilai-nilai karakter bangsa Indonesia berasal dari masyarakat yang kurang
mampu menerima perbedaan yang ada mulai dari perbedaan suku, ras, agama,
budaya. Karakter yang baik menurut Lickona (1991: 51) meliputi konsep moral (moral
knowning), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Dapat
dipahami bahwa karakter dan nilai-nilai perilaku sangat berhubungan dengan dirinya
sendiri, orang lain, lingkungan yang didalamnya yang mencakup sikap, perasaan,
tindakan berdasarkan norma agama, norma hukum, tata krama, budaya, dan adat
istiadat. Untuk itu, membentuk dan membangun karakter yang baik tidak terlepas dari
peran guru pendidikan kewarganegaraan. Menurut William F. Mc Comas et al (1998: 5)
bahwa peran guru dalam membangun karakter siswa sebagai berikut.
Teachers must not only be capable of defining for students the accepted truths
in a domain. They must also be able to explain why a particular proposition is
deemed warranted, why it is worth knowing and how it relates to other
propositions, both within the discipline and without, both in theory and in
practice.
12
Menurut Sherrod et al (W. Althof dan Berkowitz, 2006: 506) mengatakan bahwa
peran guru pendidikan kewarganegaraan dalam mengembangkan karakter siswa tidak
hanya mengembangkan keterampilan saja tetapi dapat dilakukan dengan sikap
kebiasaan yang diperlukan dalam membantu membangun pengetahuan yang dapat
memperbaiki perilaku seseorang melalui praktek dalam membangun karakter.
Sedangkan menurut Richard (1997: 154) dalam mengajarkan karakter oleh guru
pendidikan kewarganegaraan yakni menempatkan karakter dengan memberikan
perhatian khusus dengan menggabungkan pedagogi guru melalui model pembelajaran
dengan metode pembelajaran yang bermuatan nilai-nilai karakter seperti diskusi kelas.
Menurut Sanchez (2005: 22) adalah pendidik mengintegrasikan program
pendidikan karakter melalui pembelajaran di kelas seperti guru meminta siswa
mengidentifikasi nilai-nilai karakter pada tokoh-tokoh sejarah dengan mendorong dan
menunjukkan niai-nilai karakter seperti kejujuran, tanggung jawab, rasa hormat dan
mengaplikasikan nilai karakter dalam praktek langsung di kehidupan sehari-hari. Maka
kesimpulan dari beberapa pendapat di atas terkait peran guru pendidikan
kewarganegaraan dalam mengembangkan karakter yakni guru tidak hanya
mengembangkan karakter siswa tetapi mendorong nilai-nilai karakter yang ada dalam
diri siswa dengan cara mengintegrasikan nilai karakter ke dalam kehidupan nyata siswa
baik di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru pendidikan kewarganegaraan dalam
pendidikan karakter di sekolah adalah sebagai berikut (Doni Koesoema, 2007: 212-
217).
1. Model Pengajaran merupakan salah satu unsur terpenting dala pendidikan
karakter yakni mengajarkan nilai-nilai karakter sehingga siswa memiliki gagasan
konseptual tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang dapat dikembangkan
dalam mengembangkan karakter pribadinya.
2. Model keteladanan merupakan permodelan ini dengan model berman peran
dalam diri insan pendidik. Melalui permodelan ini siswa dapat memahami nilai-
nilai karakter. Guru perlu memberikan contoh perilaku yang baik agar dapat
13
ditiru oleh siswa. Model keteladanan ini menjadi salah satu hal yang klasik bagi
berhasilnya sebuah tujuan pendidikan karakter.
3. Menentukan prioritas yakni tanpa adanya prioritas yang jelas, proses evaluasi
atas berhasil tidaknya pendidikan karakter akan menjadi tidak jelas.
Ketidakjelasan tujuan dan tata cara evaluasi pada gilirannya akan memandulkan
program pendidikan karakter di sekolah karena tidak akan pernah terlihat
adanya kemajuan atau kemunduran. Oleh karena tu, prioritas akan nilai
pendidikan karakter harus dirumuskan dengan jelas dan tegas, diketahui oleh
setiap pihak yang terlibat dalam proses pendidikan karakter.
4. Model praktis prioritas sangat berkaitan dengan tuntutan lembaga pendidikan
atas prioritas nilai menjadi visi kinerja pendidikan. Lembaga pendidikan harus
mambu membua verifikasi sejauh mana visi sekolah telah dapat direalisasikan
dalam lingkup pendidikan skolastik melalui berbagai macam unsur yang ada
dalam lembaga pendidikan itu sendiri.
5. Model Refleksi yakni manusia mampu mengatasi diri dan meningkatkan kualitas
hidupnya lebih baik. Setelah tindakan dan praksis pendidikan karakter itu terjadi,
perlu diadakan pendalaman refleksi untuk melihat sejauh mana lembaga
pendidikan telah berhasil atau gagal dalam melaksanakan pendidikan karakter.
Dari beberapa uraian di atas merupakan peran guru pendidikan
kewarganegaraan dalam rangka mengembangkan karakter siswa sebagai penerus
bangsa Indonesia. Semua hal yang terkait dengan peran guru pendidikan
kewarganegaran memainkan perannya sebagai pendidik dalam proses pembelajaran
sangatlah membutuhkan perencanaan yang matang baik agar penanaman nilai-nilai
karakter dapat berjalan secara optimal dan sistematis. Harapannya siswa akan
memiliki karakter yang baik dan berguna yang dapat dilaksanakan dan dipraktekkan di
dalam kehidupannya.
Kesimpulan
Sekolah merupakan salah satu lembaga formal dalam mendukung program
pendidikan karakter melalui pendidikan kewarganegaraan berbasis multikultural.
Pendidikan kewarganegaraan berbasis multikultural menemukan relevansinya dengan
14
konteks Indonesia. Pendidikan multikultural, pendidikan karakter dan pendidikan
kewarganegaraan sejalan dengan semangat semboyan bangsa Indonesia “Bhinneka
Tunggal Ika”. Semboyan inilah membuktikan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari
beragam suku dan ras yang memiliki budaya, bahasa, dan agama di Indonesia. Terkait
hal itu, peran guru pendidikan kewarganegaraan dalam pembelajaran berbasis
multikultural dapat membangun karakter bangsa melalui model pendidikan karakter
dengan mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran.
Daftar Pustaka
A, Doni Koesoema. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak Di Zaman
Global. Jakarta: PT.Grasindo
Adhani, Y. (2014). Konsep Pendidikan Multikultural Sebagai Sarana Alternatif
Pencegahan Konflik. SOSIO-DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 1(1),
111-121.
Althof, W., & Berkowitz, M. W. 2006. Moral Education And Character Education: Their
Relationship And Roles In Citizenship Education. Journal Of Moral Education,
35(4), 495-518.
Ameny-Dixon, G. M. 2004. Why Multicultural Education Is More Important In Higher
Education Now Than Ever: A Global Perspective. International Journal Of
Scholarly Academic Intellectual Diversity, 8(1), 1-9.
Baker G.C. Planning And Organizing For Multicultural Instruction.California: Addison
Elsey Publishing Company.
Banks, J. A. 1993. Multicultural Education: Historical Development, Dimensions, And
Practice. Review Of Research In Education, 19, 3-49.
Banks, James A. (2002). An Introduction To Multicultural Education. Boston: Allyn &
Bacon.
Battistoni, R. M. (1997). Service Learning And Democratic Citizenship. Theory Into
Practice, 36(3), 150-156.
Depdiknas .2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta :
Depdiknas.
Diaz Lazaro, C. M., & Cohen, B. B. (2001). Cross Cultural Contact In Counseling Training.
Journal Of Multicultural Counseling And Development, 29(1), 41-56.
15
Ho, L. C. 2009. Global Multicultural Citizenship Education: A Singapore Experience. The
Social Studies, 100(6), 285-293.
Ladson Billings, G., & Tate, W. F. (1995). Toward A Critical Race Theory Of Education.
Teachers College Record, 97(1), 47.
Lickona, Thomas. 1991. Educating For Character: How Our School Can Teach Respect
And Responsibility. New York, Toronto, London, Sydney, Aucland: Bantam Books.
Mccomas, W. F., Clough, M. P., & Almazroa, H. (1998). The Role And Character Of The
Nature Of Science In Science Education. In The Nature Of Science In Science
Education (Pp. 3-39). Springer Netherlands.
Nieto, S. 2004. Affirming Diversity: The Sociopolitical Context Of Multicultural
Education.(4th Ed). Boston: Pearson.
Nieto, S., Bode, P., Kang, E., & Raible, J. (2008). Identity, community, and diversity:
Retheorizing multicultural curriculum for the postmodern era. The Sage
handbook of curriculum and instruction, 176-197.
Noel, Jana. 2000.Multicultural Education.Dushkin: On-Line.
Pandian, A. (2008). Multiculturalism In Higher Education: A Case Study Of Middle
Eastern Students' Perceptions And Experiences In A Malaysian University. IJAPS,
4(1), 33-59.
Rodriguez, A. J. (1998). Strategies For Counterresistance: Toward Sociotransformative
Constructivism And Learning To Teach Science For Diversity And For
Understanding. Journal Of Research In Science Teaching, 35(6), 589-622.
Rodriguez, A. J. (1998). Strategies For Counterresistance: Toward Sociotransformative
Constructivism And Learning To Teach Science For Diversity And For
Understanding. Journal Of Research In Science Teaching, 35(6), 589-622.
Sanchez, T. R. (2005). Facing The Challenge Of Character Education. International
Journal Of Social Education, 19(2), 106-111.
Sherrod, L. R., Flanagan, C., & Youniss, J. (2002). Dimensions Of Citizenship And
Opportunities For Youth Development: The What, Why, When, Where, And Who
Of Citizenship Development. Applied Developmental Science, 6(4), 264-272
Skeel, Dorothy J. (1995). Elementary Social Studies : Challenges For Tomorrow’s World.
Harcourt Brace College Publishers.
Tilaar, H.A.R. 2004. Multikulturalisme: Tantangan-Tantangan Global Masa Depan
Dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta:Grasindo.

More Related Content

What's hot

Bab 2. Lingkungan Belajar Abad 21.pptx
Bab 2. Lingkungan Belajar Abad 21.pptxBab 2. Lingkungan Belajar Abad 21.pptx
Bab 2. Lingkungan Belajar Abad 21.pptxzhenkekamahendra
 
RUANG KOLABORASI FILOSOFI TOPIK 3 KEL 4.pptx
RUANG KOLABORASI FILOSOFI TOPIK 3 KEL 4.pptxRUANG KOLABORASI FILOSOFI TOPIK 3 KEL 4.pptx
RUANG KOLABORASI FILOSOFI TOPIK 3 KEL 4.pptxmelydachusnulc
 
Demonstrasi kontekstual topik 4.pptx
Demonstrasi kontekstual topik 4.pptxDemonstrasi kontekstual topik 4.pptx
Demonstrasi kontekstual topik 4.pptxMIRANTIMIRANTI7
 
RUANG KOLABORASI PPK T.5.pptx
RUANG KOLABORASI PPK T.5.pptxRUANG KOLABORASI PPK T.5.pptx
RUANG KOLABORASI PPK T.5.pptxSartyWahyuni
 
KELOMPOK 7 RUANG KOLABORASI TEKNOLOGI BARU DALAM PEMBELAJARAN (1).pptx
KELOMPOK 7 RUANG KOLABORASI TEKNOLOGI BARU DALAM PEMBELAJARAN (1).pptxKELOMPOK 7 RUANG KOLABORASI TEKNOLOGI BARU DALAM PEMBELAJARAN (1).pptx
KELOMPOK 7 RUANG KOLABORASI TEKNOLOGI BARU DALAM PEMBELAJARAN (1).pptxMEkoDaris
 
Model ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
Model ASSURE: Konsep dan Contoh PenerapanModel ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
Model ASSURE: Konsep dan Contoh PenerapanAmbar Fidianingsih
 
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (1).pptx
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (1).pptxProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (1).pptx
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (1).pptxSidikPurnomo19
 
9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century LearningNailul Hasibuan
 
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup Kegiatan Pendahuluan dan Penutup
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup Agnas Setiawan
 
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Topik Merdeka Belajar - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfLahitaAzizah
 
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdf
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdfKEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdf
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdfSalwa695608
 
AKSI NYATA MEMODIFIKASI MODUL PROYEK.pdf
AKSI NYATA MEMODIFIKASI MODUL PROYEK.pdfAKSI NYATA MEMODIFIKASI MODUL PROYEK.pdf
AKSI NYATA MEMODIFIKASI MODUL PROYEK.pdfKhumairokKhumairok
 
Bab iii bu mus created me
Bab iii bu mus created meBab iii bu mus created me
Bab iii bu mus created meMuhammad Ropia
 
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...Joko Prasetiyo
 
Ruang Kolaborasi & Demostrasi Kontekstual_PSE_Topik 2.pptx
Ruang Kolaborasi & Demostrasi Kontekstual_PSE_Topik 2.pptxRuang Kolaborasi & Demostrasi Kontekstual_PSE_Topik 2.pptx
Ruang Kolaborasi & Demostrasi Kontekstual_PSE_Topik 2.pptxRestuPranantyo1
 
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1 KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1 LilyCarmelia
 
KONSEP PEMBELAJARAN PARADIGMA BARU DAN ASESMEN YANG EFEKTIF.pptx
KONSEP PEMBELAJARAN PARADIGMA BARU DAN ASESMEN YANG EFEKTIF.pptxKONSEP PEMBELAJARAN PARADIGMA BARU DAN ASESMEN YANG EFEKTIF.pptx
KONSEP PEMBELAJARAN PARADIGMA BARU DAN ASESMEN YANG EFEKTIF.pptxannisa804253
 

What's hot (20)

Bab 2. Lingkungan Belajar Abad 21.pptx
Bab 2. Lingkungan Belajar Abad 21.pptxBab 2. Lingkungan Belajar Abad 21.pptx
Bab 2. Lingkungan Belajar Abad 21.pptx
 
RUANG KOLABORASI FILOSOFI TOPIK 3 KEL 4.pptx
RUANG KOLABORASI FILOSOFI TOPIK 3 KEL 4.pptxRUANG KOLABORASI FILOSOFI TOPIK 3 KEL 4.pptx
RUANG KOLABORASI FILOSOFI TOPIK 3 KEL 4.pptx
 
Demonstrasi kontekstual topik 4.pptx
Demonstrasi kontekstual topik 4.pptxDemonstrasi kontekstual topik 4.pptx
Demonstrasi kontekstual topik 4.pptx
 
RUANG KOLABORASI PPK T.5.pptx
RUANG KOLABORASI PPK T.5.pptxRUANG KOLABORASI PPK T.5.pptx
RUANG KOLABORASI PPK T.5.pptx
 
Relasi dan fungsi
Relasi dan fungsiRelasi dan fungsi
Relasi dan fungsi
 
KELOMPOK 7 RUANG KOLABORASI TEKNOLOGI BARU DALAM PEMBELAJARAN (1).pptx
KELOMPOK 7 RUANG KOLABORASI TEKNOLOGI BARU DALAM PEMBELAJARAN (1).pptxKELOMPOK 7 RUANG KOLABORASI TEKNOLOGI BARU DALAM PEMBELAJARAN (1).pptx
KELOMPOK 7 RUANG KOLABORASI TEKNOLOGI BARU DALAM PEMBELAJARAN (1).pptx
 
Prinsip prinsip pembelajaran
Prinsip prinsip pembelajaranPrinsip prinsip pembelajaran
Prinsip prinsip pembelajaran
 
Model ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
Model ASSURE: Konsep dan Contoh PenerapanModel ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
Model ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
 
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (1).pptx
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (1).pptxProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (1).pptx
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (1).pptx
 
9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning
 
Soal bimbingan konseling
Soal bimbingan konselingSoal bimbingan konseling
Soal bimbingan konseling
 
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup Kegiatan Pendahuluan dan Penutup
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup
 
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Topik Merdeka Belajar - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdf
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdfKEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdf
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdf
 
AKSI NYATA MEMODIFIKASI MODUL PROYEK.pdf
AKSI NYATA MEMODIFIKASI MODUL PROYEK.pdfAKSI NYATA MEMODIFIKASI MODUL PROYEK.pdf
AKSI NYATA MEMODIFIKASI MODUL PROYEK.pdf
 
Bab iii bu mus created me
Bab iii bu mus created meBab iii bu mus created me
Bab iii bu mus created me
 
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
 
Ruang Kolaborasi & Demostrasi Kontekstual_PSE_Topik 2.pptx
Ruang Kolaborasi & Demostrasi Kontekstual_PSE_Topik 2.pptxRuang Kolaborasi & Demostrasi Kontekstual_PSE_Topik 2.pptx
Ruang Kolaborasi & Demostrasi Kontekstual_PSE_Topik 2.pptx
 
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1 KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
 
KONSEP PEMBELAJARAN PARADIGMA BARU DAN ASESMEN YANG EFEKTIF.pptx
KONSEP PEMBELAJARAN PARADIGMA BARU DAN ASESMEN YANG EFEKTIF.pptxKONSEP PEMBELAJARAN PARADIGMA BARU DAN ASESMEN YANG EFEKTIF.pptx
KONSEP PEMBELAJARAN PARADIGMA BARU DAN ASESMEN YANG EFEKTIF.pptx
 

Viewers also liked

Model Pembelajaran PjBL (Project Based Learning)
Model Pembelajaran PjBL (Project Based Learning)Model Pembelajaran PjBL (Project Based Learning)
Model Pembelajaran PjBL (Project Based Learning)Michu OH
 
Ketrampilan dasar dalam pembelajaran terpadu bab 3
Ketrampilan dasar  dalam pembelajaran terpadu bab 3Ketrampilan dasar  dalam pembelajaran terpadu bab 3
Ketrampilan dasar dalam pembelajaran terpadu bab 3Ismail Fizh
 
Pembelajaran terpadu modul 3
Pembelajaran terpadu modul 3Pembelajaran terpadu modul 3
Pembelajaran terpadu modul 3vietry NIC
 
ARTIKEL PKN : Membangun kerukunan beragama dalam kehidupan sehari hari by Ri...
ARTIKEL PKN :  Membangun kerukunan beragama dalam kehidupan sehari hari by Ri...ARTIKEL PKN :  Membangun kerukunan beragama dalam kehidupan sehari hari by Ri...
ARTIKEL PKN : Membangun kerukunan beragama dalam kehidupan sehari hari by Ri...Ricky Suadma
 
Panduan pengurusan konflik dan stress
Panduan pengurusan konflik dan stressPanduan pengurusan konflik dan stress
Panduan pengurusan konflik dan stressNurrul Arifah
 
Makalah Ketrampilan dasar mengajar
 Makalah Ketrampilan dasar mengajar Makalah Ketrampilan dasar mengajar
Makalah Ketrampilan dasar mengajarSuci Lintiasri
 
Konsili Vatikan II tentang Iman & Wahyu
Konsili Vatikan II tentang Iman & WahyuKonsili Vatikan II tentang Iman & Wahyu
Konsili Vatikan II tentang Iman & WahyuGiovanni Promesso
 
Dasar dasar logika= generalisasi berpikir
Dasar dasar logika= generalisasi berpikirDasar dasar logika= generalisasi berpikir
Dasar dasar logika= generalisasi berpikirEka Widyastuti
 
Unit 2 : Teori dan Pengurusan Konflik 09/10
Unit 2 : Teori dan Pengurusan Konflik 09/10Unit 2 : Teori dan Pengurusan Konflik 09/10
Unit 2 : Teori dan Pengurusan Konflik 09/10inovatifinsan
 
Konflik sosial SOSIOLOGI
Konflik sosial SOSIOLOGIKonflik sosial SOSIOLOGI
Konflik sosial SOSIOLOGITiara Shafira
 
Manajemen Konflik
Manajemen KonflikManajemen Konflik
Manajemen Konflikdmaiia
 
teori konflik
teori konflikteori konflik
teori konflikSuff Fyee
 
Power point-pendidikan-kewarganegaraan-copy1
Power point-pendidikan-kewarganegaraan-copy1Power point-pendidikan-kewarganegaraan-copy1
Power point-pendidikan-kewarganegaraan-copy1newskiem
 

Viewers also liked (20)

Ppt pkn
Ppt pknPpt pkn
Ppt pkn
 
Model Pembelajaran PjBL (Project Based Learning)
Model Pembelajaran PjBL (Project Based Learning)Model Pembelajaran PjBL (Project Based Learning)
Model Pembelajaran PjBL (Project Based Learning)
 
Ketrampilan dasar dalam pembelajaran terpadu bab 3
Ketrampilan dasar  dalam pembelajaran terpadu bab 3Ketrampilan dasar  dalam pembelajaran terpadu bab 3
Ketrampilan dasar dalam pembelajaran terpadu bab 3
 
Pembelajaran terpadu modul 3
Pembelajaran terpadu modul 3Pembelajaran terpadu modul 3
Pembelajaran terpadu modul 3
 
Pertemuan XI
Pertemuan XIPertemuan XI
Pertemuan XI
 
ARTIKEL PKN : Membangun kerukunan beragama dalam kehidupan sehari hari by Ri...
ARTIKEL PKN :  Membangun kerukunan beragama dalam kehidupan sehari hari by Ri...ARTIKEL PKN :  Membangun kerukunan beragama dalam kehidupan sehari hari by Ri...
ARTIKEL PKN : Membangun kerukunan beragama dalam kehidupan sehari hari by Ri...
 
Panduan pengurusan konflik dan stress
Panduan pengurusan konflik dan stressPanduan pengurusan konflik dan stress
Panduan pengurusan konflik dan stress
 
Makalah Ketrampilan dasar mengajar
 Makalah Ketrampilan dasar mengajar Makalah Ketrampilan dasar mengajar
Makalah Ketrampilan dasar mengajar
 
Konsili Vatikan II tentang Iman & Wahyu
Konsili Vatikan II tentang Iman & WahyuKonsili Vatikan II tentang Iman & Wahyu
Konsili Vatikan II tentang Iman & Wahyu
 
Dasar dasar logika= generalisasi berpikir
Dasar dasar logika= generalisasi berpikirDasar dasar logika= generalisasi berpikir
Dasar dasar logika= generalisasi berpikir
 
Tatacara pengurusan konflik
Tatacara pengurusan konflikTatacara pengurusan konflik
Tatacara pengurusan konflik
 
Unit 2 : Teori dan Pengurusan Konflik 09/10
Unit 2 : Teori dan Pengurusan Konflik 09/10Unit 2 : Teori dan Pengurusan Konflik 09/10
Unit 2 : Teori dan Pengurusan Konflik 09/10
 
pkn Materi 3
pkn Materi 3pkn Materi 3
pkn Materi 3
 
Teori konflik
Teori konflik  Teori konflik
Teori konflik
 
Konflik sosial SOSIOLOGI
Konflik sosial SOSIOLOGIKonflik sosial SOSIOLOGI
Konflik sosial SOSIOLOGI
 
Manajemen Konflik
Manajemen KonflikManajemen Konflik
Manajemen Konflik
 
Pengurusan Konflik
Pengurusan KonflikPengurusan Konflik
Pengurusan Konflik
 
Pengurusan Konflik
Pengurusan KonflikPengurusan Konflik
Pengurusan Konflik
 
teori konflik
teori konflikteori konflik
teori konflik
 
Power point-pendidikan-kewarganegaraan-copy1
Power point-pendidikan-kewarganegaraan-copy1Power point-pendidikan-kewarganegaraan-copy1
Power point-pendidikan-kewarganegaraan-copy1
 

Similar to peran guru PKn melalui pembelajaran berbasis multikultural dalam membangun karakter bangsa

Pendidikan multikultural-artiklel
Pendidikan multikultural-artiklelPendidikan multikultural-artiklel
Pendidikan multikultural-artiklelFelix Baskara
 
Penguatan nilai nilai kebangasaan dan penghargaan atas kebhinekaaan melalui p...
Penguatan nilai nilai kebangasaan dan penghargaan atas kebhinekaaan melalui p...Penguatan nilai nilai kebangasaan dan penghargaan atas kebhinekaaan melalui p...
Penguatan nilai nilai kebangasaan dan penghargaan atas kebhinekaaan melalui p...aris margono
 
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesiaMateri kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesiaYhana Hadayana
 
1054 3280-1-pb
1054 3280-1-pb1054 3280-1-pb
1054 3280-1-pbDewi Yama
 
M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...
M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...
M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...abuzaf
 
Konseppendidikanmultikultural
KonseppendidikanmultikulturalKonseppendidikanmultikultural
KonseppendidikanmultikulturalSalma Sosialita
 
Ilmu Dan Pendidikan Multikultural 154 Fikri.pptx
Ilmu Dan Pendidikan Multikultural 154 Fikri.pptxIlmu Dan Pendidikan Multikultural 154 Fikri.pptx
Ilmu Dan Pendidikan Multikultural 154 Fikri.pptxMuhammadFikriRamadha11
 
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"Ali Murfi
 
01 peranan pendidikan formal juanda
01 peranan pendidikan formal   juanda01 peranan pendidikan formal   juanda
01 peranan pendidikan formal juandaArken Arken
 
PPT Multikultur Kel. 2.pptx
PPT Multikultur Kel. 2.pptxPPT Multikultur Kel. 2.pptx
PPT Multikultur Kel. 2.pptxErikaSoniya
 
Tugas sosioantropologi
Tugas sosioantropologiTugas sosioantropologi
Tugas sosioantropologiZurie Hafiez
 
landasan filosofi.docx
landasan filosofi.docxlandasan filosofi.docx
landasan filosofi.docxDawamurRozaq1
 
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolahPengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolahHari Adi
 

Similar to peran guru PKn melalui pembelajaran berbasis multikultural dalam membangun karakter bangsa (20)

Pendidikan multikultural-artiklel
Pendidikan multikultural-artiklelPendidikan multikultural-artiklel
Pendidikan multikultural-artiklel
 
Penguatan nilai nilai kebangasaan dan penghargaan atas kebhinekaaan melalui p...
Penguatan nilai nilai kebangasaan dan penghargaan atas kebhinekaaan melalui p...Penguatan nilai nilai kebangasaan dan penghargaan atas kebhinekaaan melalui p...
Penguatan nilai nilai kebangasaan dan penghargaan atas kebhinekaaan melalui p...
 
MultiKultural.pptx
MultiKultural.pptxMultiKultural.pptx
MultiKultural.pptx
 
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesiaMateri kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
 
1054 3280-1-pb
1054 3280-1-pb1054 3280-1-pb
1054 3280-1-pb
 
M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...
M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...
M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...
 
Konseppendidikanmultikultural
KonseppendidikanmultikulturalKonseppendidikanmultikultural
Konseppendidikanmultikultural
 
PPT IPS KEMPOK 3.pptx
PPT IPS KEMPOK 3.pptxPPT IPS KEMPOK 3.pptx
PPT IPS KEMPOK 3.pptx
 
Ilmu Dan Pendidikan Multikultural 154 Fikri.pptx
Ilmu Dan Pendidikan Multikultural 154 Fikri.pptxIlmu Dan Pendidikan Multikultural 154 Fikri.pptx
Ilmu Dan Pendidikan Multikultural 154 Fikri.pptx
 
Dwi fanda
Dwi fandaDwi fanda
Dwi fanda
 
Wawasan multikultural
Wawasan multikulturalWawasan multikultural
Wawasan multikultural
 
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
 
01 peranan pendidikan formal juanda
01 peranan pendidikan formal   juanda01 peranan pendidikan formal   juanda
01 peranan pendidikan formal juanda
 
PPT Multikultur Kel. 2.pptx
PPT Multikultur Kel. 2.pptxPPT Multikultur Kel. 2.pptx
PPT Multikultur Kel. 2.pptx
 
Tugas sosioantropologi
Tugas sosioantropologiTugas sosioantropologi
Tugas sosioantropologi
 
landasan filosofi.docx
landasan filosofi.docxlandasan filosofi.docx
landasan filosofi.docx
 
IPS 5B Kel 3.pptx
IPS 5B Kel 3.pptxIPS 5B Kel 3.pptx
IPS 5B Kel 3.pptx
 
Nanda ppt
Nanda pptNanda ppt
Nanda ppt
 
Assignment edu 2
Assignment edu 2Assignment edu 2
Assignment edu 2
 
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolahPengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
 

More from pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
 

More from pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (17)

Form SAP 2015
Form SAP 2015Form SAP 2015
Form SAP 2015
 
Form rps 2015
Form rps 2015Form rps 2015
Form rps 2015
 
Form rps 2015
Form rps 2015Form rps 2015
Form rps 2015
 
Jurnal konstitusi
Jurnal konstitusiJurnal konstitusi
Jurnal konstitusi
 
perdebatan hukum tata negara pasca amandemen konstitusi
perdebatan hukum tata negara pasca amandemen konstitusiperdebatan hukum tata negara pasca amandemen konstitusi
perdebatan hukum tata negara pasca amandemen konstitusi
 
LEMBAGA KEPRESIDENAN
LEMBAGA KEPRESIDENANLEMBAGA KEPRESIDENAN
LEMBAGA KEPRESIDENAN
 
FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
 
Teori teori hukum konstitusi
Teori teori hukum konstitusiTeori teori hukum konstitusi
Teori teori hukum konstitusi
 
Membangun literasi politik melalui pembelajaran ppkn di sekolah
Membangun literasi politik melalui pembelajaran ppkn di sekolahMembangun literasi politik melalui pembelajaran ppkn di sekolah
Membangun literasi politik melalui pembelajaran ppkn di sekolah
 
pengkhianatan demokrasi ala orde baru
pengkhianatan demokrasi ala orde barupengkhianatan demokrasi ala orde baru
pengkhianatan demokrasi ala orde baru
 
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASIMASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
 
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASIMASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
 
himpunan lengkap UU HAM
himpunan lengkap UU HAMhimpunan lengkap UU HAM
himpunan lengkap UU HAM
 
Menjelajah demokrasi
Menjelajah demokrasiMenjelajah demokrasi
Menjelajah demokrasi
 
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
 
menjelajah demokrasi
menjelajah demokrasimenjelajah demokrasi
menjelajah demokrasi
 
Pendidikan kewarganegaraan di malaysia
Pendidikan kewarganegaraan di malaysiaPendidikan kewarganegaraan di malaysia
Pendidikan kewarganegaraan di malaysia
 

Recently uploaded

Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 

Recently uploaded (20)

Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 

peran guru PKn melalui pembelajaran berbasis multikultural dalam membangun karakter bangsa

  • 1. 1 PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA Efta Shufiyati / 15730251006 Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Email: Efta.tata@gmail.com Abstrak: Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang bertujuan membentuk warga negara yang baik sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki bangsa Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan pembelajaran berbasis multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategi dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman masyarakat seperti keragaman etnis, budaya, bahasa, suku, agama, gender, status sosial. Oleh karena itulah, melalui pendidikan kewarganegaraan dalam pembelajaran berbasis multikultural yang diterapkan di sekolah dapat membentuk karakter siswa dengan memainkan peran guru pendidikan kewarganegaraan dalam melaksanakan strategi pembelajaran yang berbasis multikultural seperti strategi konstruktivisme dan strategi pedagogi. Sekolah sebagai salah satu lembaga formal yang memiliki tanggung jawab dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan berbasis multikultural yang tidak terlepas dari peran guru pendidikan kewarganegaran membentuk karakter bangsa dengan mengacu pada beberapa model pendidikan karakter yang telah diterapkan di Indonesia. Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Multikultural, Pkn Sebagai Pendidikan Multikultural, Peran Guru Pkn, karakter bangsa THE ROLE OF TEACHERS OF CIVIC EDUCATION THROUGH LEARNING BASED MULTICULTURAL IN NATION CHARACTER BUILDING Abstract: Civic education is a subject that aims to form good citizens in accordance with the cultural values of the Indonesian nation. Multicultural citizenship education based learning offers an alternative through the implementation of the strategy and the concept of education based on the utilization of the diversity of society such as ethnic diversity, culture, language, ethnicity, religion, gender, social status. Therefore, through civic education in multicultural applied based learning in school can shape students' character by playing the role of civic education teachers in implementing the learning strategy as a strategy based multicultural constructivism and pedagogical
  • 2. 2 strategies. School as one of the formal institutions that have responsibilities in civic education-based multicultural which is inseparable from the role of citizenship education teachers shape the character of the nation by referring to some character education model that has been applied in Indonesia Keywords: Multicultural Based Learning, Civic Education For Multicultural Education, Role of Civic Education Teachers, the nation's character Pendahuluan Indonesia merupakan negara yang terdiri dari bermacam-macam budaya, suku, agama, karakter maupun etnik yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Keberagaman yang dimiliki Indonesia sebagaimana yang di ungkapkan oleh Hefner (2007:16) Ia menggambarkan negara Indonesia seperti yang dimiliki negara-negara maju seperti negara Malaysia dan Singapura yang memiliki warisan dan tantangan budaya secara lebih mencolok, sehingga dipandang sebagai lokus klasik bagi bentukan masyarakat majemuk. Masyarakat majemuk inilah yang memiliki keragaman budaya dengan berbagai karakter. Masyarakat harus mampu mengolah kemampuan yang dimiliki dalam mengelola segala kekayaan alam maupun potensi yang ada dengan dukungan dari pihak pemerintah. Agar kondisi maupun kekayaan alam yang dimiliki dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia. Berkaitan dengan hal itu, berbagai ancaman maupun tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini terjadi berasal dari berbagai kelompok suku yang ingin merubah ideologi negara yakni Pancasila. Masyarakat Indonesia sadar betul bahwa mengubah ideologi pancasila sama halnya mengubah ideologi lain seperti ideologi agama, ideologi etnis dan sebagainya. Masyarakat Indonesia yang berpijak pada ideologi pancasila masih saja terjadi berbagai macam konflik keragaman yang dapat menjadikan perpecahan di antara bangsa Indonesia itu sendiri. Bahkan, masyarakat yang masih memegang teguh ideologi pancasila masih rawan dengan masalah yang ingin memisahkan wilayah Indonesia terpecah belah seperti kasus konflik antar suku yang merebutkan batas wilayah perbatasan di bagian barat Indonesia. Bukan itu saja, situasi sosial dan kultur masyarakat Indonesia semakin mengkhawatirkan. Berbagai macam peristiwa dalam dunia pendidikan yang semakin merendahkan harkat dan derajat manusia. Hancurnya
  • 3. 3 nilai-nilai moral, merebaknya ketidakadilan, menurunnya karakter bangsa, tipisnya rasa solidaritas yang terjadi dalam lembaga pendidikan kita mengalami perubahan yang cukup signifikan yang melatarbelakangi kemerosotan nilai karakter. Permasalahan yang kompleks tersebut yang menjadi kunci utama masyarakat dalam memperkuat kesatuan dan persatuan antar masyarakat Indonesia melalui pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu alternatif yang tepat dalam menghadapi konflik yang rawan terjadi saat ini. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan sudah diwujudkan oleh masyarakat maupun pihak pemerintah. Masyarakat Indonesia tahu betul pendidikan akan sangat penting digunakan dalam kehidupan mereka ke depan. Sekolah menjadi salah satu lembaga formal yang berperan aktif dalam mendukung keberhasilan pelaksaanaan pendidikan di Indonesia. Tentu saja sebagai masyarakat Indonesia tidak menutup mata dengan proses pendidikan yang makin merosotnya nilai multikultural seperti menurunnya nilai kesopanan antara siswa dengan guru. Pelaksanaan pendidikan di Indonesia yang menjunjung tinggi nilai kultural dijadikan pedoman oleh pendidik dalam proses pembelajaran berbasis multikultural melalui pendidikan kewarganegaraan. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan berbasis multikultural sudah menjadi satu kebutuhan bagi masyarakat Indonesia dengan ditandai oleh kemajemukan dan keanekaragaman masyarakat Indonesia.Pada dasarnya pembelajaran berbasis multikultural menekankan pada kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Melalui pendidikan kewarganegaraan pembelajaran berbasis multikultural menjadi sebuah keharusan yang diajarkan oleh pendidik dilaksanakan secara sistematis, progmatis, maupun berkesinambungan. Pendidikan kewarganegaraan dapat dijadikan pembelajaran yang menumbuhkan rasa bangga dan memiiki tanggung jawab serta mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar tumbu rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Namun, dalam kenyataannya pembelajaran pendidikan kewarganegaraan masih dilaksanakan seperti mata pelajaran lainnya yang menekankan pada aspek kognitif saja. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan haruslah berbasis multikultural untuk menumbuhkan sikap dan
  • 4. 4 kemajemukan masyarakat Indonesia. Menyadari betapa pentingnya mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan berbasis multikultural diajarkan oleh pendidik yang memiliki pengusaan kompetensi akademik kependidikan dan kompetensi pengusaan substansi sesuai bidang studi ilmu yang dimiliki. Dalam hal ini aktor utama dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan berbasis multikultural yakni guru sebagai perannya menginternalisasikan nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran di sekolah agar berjalan secara optimal di jenjang pendidikan. PEMBAHASAN Pembelajaran Berbasis Multikultural Istilah multikultural berasal dari dua kata yakni multi dan cultural. Arti kata multi yang berarti majemuk atau beragam sedangkan cultural berarti budaya. Multikultural merupakan kemajemukan budaya yang beragam di kalangan masyarakat. Hingga saat ini multikultural masih banyak diperbincangkan dalam suatu forum yang didiskusikan bersama para pakar atau ahli multikultural yang tertuang dalam karya mereka masing- masing. Sebenarnya, sama dengan definisi pendidikan yang penuh dengan penafsiran antara satu pakar lainnya di dalam menguraikan makna pendidikan itu juga. Hal ini juga terjadi pada penafsiran tentang makna atau arti pendidikan multikultural. Namun, ada beberapa pendapat para ahli mendefinisikan pendidikan multikultural. Menurut James A. Banks (1993:3) menyatakan bahwa pendidikan multikultural merupakan sebuah kebijakan sosial yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemeliharaan budaya dan saling memiliki rasa hormat antara seluruh kelompok budaya di dalam masyarakat. Bahwasanya pembelajaran multikultural merupakan program pendidikan bangsa agar komunitas multikultural dapat berpartisipasi dalam mewujudkan kehidupan demokrasi yang ideal bagi bangsanya. Sedangkan tujuan pendidikan multikultural menurut Banks (2002: 12) terbagi menjadi empat yakni 1) untuk membantu individu mendapatkan pemahaman diri yang lebih besar dengan melihat diri dari sudut pandang budaya lain; 2) untuk memberikan siswa suatu alternatif budaya dan etnis; 3) untuk menyediakan keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang dibutuhkan semua siswa untuk berfungsi dalam budaya etnis mereka, dalam budaya mainstream, dan dalam dan lintas budaya etnis lainnya; dan 4) untuk mengurangi rasa
  • 5. 5 sakit dan diskriminasi bahwa pengalaman anggota dari beberapa kelompok etnis dan ras karena karakteristik unik mereka ras, fisik, dan budaya. Dari keempat tujuan pendidikan multikultural diatas menunjukkan bahwa pendidikan multikultural memiliki pengaruh besar untuk mengurangi diskriminasi diantara siswa satu dengan siswa lain selama proses pembelajaran berbasis multikultural berlangsung di sekolah. Pendidikan multikultural merupakan pendidikan tentang pemahaman keanekaragaman ras, etnis, budaya, bahasa, gender, agama (Ambigapathy Pandian, 2008: 36). Pendidikan multikultural mencakup penduduk minoritas etnis dan ras, kelompok pemeluk agama, perbedaan agama dan gender, kondisi ekonomi, asal usul, ketidakmampuan fisik dan mental, kelompok umur dan lain-lain (Baker, 1994:11). Hal ini senada dengan pendapat Gloria Ladson (1995: 61) mengatakan bahwa pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang dikonseptualisasikan dan dirancang yang berasal dari ras, etnik maupun kelompok kelas sosial yang beragama yang mengalami kesetaraan antar siswa. Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan multikultural mengandung unsur-unsur budaya, etnis, bahasa, agama, ras, kelompok sosial yang menjadi satu yang dirancang menjadi satu dan dikonseptualisasikan kedalam pendidikan multikultural. Dengan demikian, siswa dianggap memiliki derajat yang sama selama dalam memperoleh pembelajaran pendidikan multikultural yang berasal dari ras, etnik maupun kelas sosial yang berbeda. Agar tidak menimbulkan perpecahan antar siswa dalam proses pembelajaran berlangsung antara siswa dengan siswa. Menurut Nieto (dalam Noel, 2000: 300) mendefinisikan pendidikan multikultural merupakan sebuah proses reformasi sekolah secara komprehensif dan dasar pendidikan untuk semua siswa. Hal ini merupakan suatu tantangan bangsa untuk menghapus rasisme dan segala bentuk diskriminasi di sekolah dan masyarakat serta mampu menerima pluralisme dari komunitas siswa dan guru. Pengelolaan pendidikan multikultural tidak dapat terlepas dari upaya dalam melakukan pilihan terhadap perspektif pengelolaan pluralisme yang ada di masyarakat. Selanjutnya, Nieto dan Bode (2008: 178) dalam pendidikan multikultural memiliki karakteristik yaitu 1) pendidikan multikultural merupakan antirasis; 2) pendidikan
  • 6. 6 multikultural mencakup membaca, menulis, dan berhitung; 3) pendidikan multikultural merupakan pembelajaran multikultul yang ditujukkan untuk siswa; 4) pendidikan multikultural menyangkut dalam berbagai aspek kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat; 5) pendidikan multikultural merupakan bagian dari bidang ilmu sosial; dan 6) pendidikan multikultural merupakan proses berkelanjutan yang muatan isinya tentang pengetahuan, pengalaman maupun sudut pandang dari guru dan siswa. Dalam konteks yang luas, pendidikan multikultural membantu menyatukan perbedaan masyarakat secara demokratis, dengan menekankan padda perspektif pluralitas masyarakat dari berbagai bangsa, etnik, ras, budaya, kelompok sosial, agama yang berbeda. Sekolah dikondisikan untuk mencerminkan praktik nilai-nilai demokrasi. Kurikulum pendidikan multikultural menampakkan berbagai macam kelompok budaya maupun kelompok sosial yang berbeda di antara masyarakat seperti bahasa ataupun ciri khas bahasa siswa berasal saat berbicara dengan menjunjung tinggi rasa hormat, nilai-nilai kerjasama dari pada membicarakan prasangka atau persaingan di antara sejumlah pelajar yang berbeda yang didasarkan pada status sosial yang sama, kerja sama bukan kompetisi, interaksi interpesonal antara siswa dan guru (Diaz Lazaro dan Cohen, 2001: 41). Kaitannya dengan pembelajaran berbasis multikultural didasarkan pada gagasan filosofis tentang kebebasan, keadilan, kesetaraan maupun perlindungan terhadap hak- hak manusia. Yang pada hakekatnya pendidikan multikultural mempersiapkan seluruh siswa untuk bekerja secara aktif menuju kesamaan struktur dalam kelembagaan dan organisasi sekolah. Pendidikan multikultural bukanlah suatu kebijakan yang mengarahkan pada kelembagaan pendidikan dan pengajaran secara inklusif oleh propaganda pluralisme melalui kurikulum yang berperan bagi kompetensi budaya individual. Pembelajaran berbasis multikultural berusaha memberdayakan kalangan pelajar dalam mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya mereka berasal, namun memberikan kesempatan untuk bekerja sama dengan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dengan kelompok orang yang berbeda budaya, ras, etnis secara langsung. Pendidikan multikultural juga membantu siswa untuk
  • 7. 7 mengembangkan kebanggaan sebagai warga negara Indonesia terhadap warisan- warisan budaya, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai yang sering menjadi penyebab adanya konflik antar kelompok masyarakat. Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai demokrasi yang menegaskan pluralisme budaya dalam masyarakat yang beragam budaya yang saling bergantung sama lain dengan budaya lain. Adapun tujuan pendidikan berbasis multikultural menurut Gloria dan Dixon (2004: 2) terbagi menjadi 5 (lima) yakni 1) Pendidikan multikultural bertujuan meningkatkan produktivitas mental karena sebagai salah satu dari berbagai jenis sumber daya mental yang dapat berubah atau beradaptasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sama. Hal tersebut juga mendukung perkembangan kognitif dan moral pada manusia; 2) Pendidikan multikultural meningkatkan kemampuan kreatif dalam memecahkan masalah melalui perspektif yang berbeda yang dapat diterapkan untuk menghasilkan solusi pada masalah yang sama; 3) Pendidikan multikultural meningkatkan hubungan positif melalui pencapaian prestasi, tujuam, penghargaan, apresiasi, dan komitmen yang setara bagi intelektual pada tiap-tiap institusi pendidikan tinggi; 4) Pendidikan multikultural menurukan perilaku “menghakimi” baik pada komunikasi secara langsung maupun dalam interaksi di antara individu yang berbeda; 5) Pendidikan multikultural memperbarui vitalitas masyarakat melalui keberagaman budaya dari masing-masing anggota masyatakat dan membantu perkembangan yang lebih luas dan canggih dalam melihat dunia. Selanjutnya Banks (dalam Skeel, 1995: 102) mengidentifikasi tujuan pendidikan dengan berbasis multikultural yakni 1) Untuk memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam; 2) Untuk membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik maupun kelompok keagamaan; 3) Memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajar mereka dalam mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya; 4) Untuk membantu siswa dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan kelompok. Pada hakikatnya pembelajaran berbasis multikultural didasarkan pada gagasan filosofis tentang
  • 8. 8 keadilan, kesetaraan, kebebasan dan perlindungan hak-hak manusia. Yang tujuan pembelajaran berbasis multikultural mempersiapkan generasi muda untuk menanamkan kesadaran dengan menghargai adanya kebhinekaan yang berlandaskan Pancasila dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur nenek moyang bangsa Indonesia. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Multikultural Salah satu penyebab terjadinya konflik antar suku, ras dan agama di Indonesia adalah akibat melemahnya pemahaman dan pemaknaan tentang konsep kearifan budaya lokal masyarakat Indonesia yang multikultural. Konflik ini akan muncul apabila kurang adanya kontribusi nilai-nilai budaya yang berakar di kalangan masyarakat. Konflik yang menimbulkan sangat sensitif bagi masyarakat plural yang beranekaragam dengan perkembangan dinamika masyarakat yang semakin maju dan berkembang. Perkembangan masyarakat multikultural yang demokratis menjadi kebutuhan bagi bangsa Indonesia yang ditandai oleh kemajemukan dan keanekaragaman masyarakat. Untuk meminimalisir hal tersebut, maka salah satu stategi yang tepat dengan cara memasukkan muatan kurikulum pendidikan multikultural ke dalam muatan materi pendidikan kewarganegaraan. Materi pendidikan kewarganegaran kaitannya pendidikan multikultural antara lain persatuan dan kesatuan, cinta tanah air, persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban, kerukunan, keadilan, gotong royong dan sebagainya. Seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006 tentang ruang lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan menengah yakni 1) Persatuan dan kesatuan bangsa meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda dan lain-lain; 2) Norma, hukum dan aturan, mencakup tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan- peraturan daerah dan lain-lain; 3) Hak asasi manusia meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional hak asasi manusia; 4) Kebutuhan warganegara meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai masyarakat, kebebasan berorganisasi, mengeluarkan pendapat, menghargai
  • 9. 9 keputusan bersama; 5) Konstitusi negara meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi yang pernah digunakan Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi; 6) Kekuasaan dan politik meliputi pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi; 7) Pancasila meliputi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka; 8) Globalisasi meliputi globalisasi di lingkungannya, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi. Ruang lingkup materi pendidikan dasar dan menengah dalam pendidikan kewarganegaraan yang diintegrasikan pendidikan multikultural. Proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang berkaitan dengan materi multikultural memiliki peran yang penting mempersiapkan generasi muda dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ditemukan pada masyarakat multikultural dengan menghormati kultural dan keanekaragaman budaya. Namun, dalam pengembangan kurikulum pendidikan kewarganegaraan yang memasukkan materi atau konten pendidikan multikultural haruslah didasarkan pada prinsip-prinsip yakni: a) keragaman budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat, teori, model dan hubungan sekolah dengan lingkungan sosial budaya setempat; b) keragaman budaya menjadi dasar dalam mengembangkan berbagai komponen kurikulum seperti tujuan, konten, proses, dan evaluasi; c) budaya di lingkungan unit pendidikan adalah sumber belajar dan objek studi yang harus dijadikan bagian dari kegiatan belajar anak didik; d) kurikulum berperan sebagai media dalam mengembangkan kebudayaan daerah dan kebudayan nasional (Yuli Adhani, 2014: 117). Prinsip-prinsip inilah yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Agar lebih fleksibel pelaksanaan pendidikan kewarganegaran sebagai pendidikan multikultural haruslah didukung oleh pihak sekolah baik kepala sekolah, guru dan siswa.
  • 10. 10 Pendidikan kewarganegaraan memiliki peranan penting di negara demokrasi berupaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga negara yang memiliki rasa kebanggaan, rasa memiliki dan cinta tanah air. Sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Aziz (2011: 29) mendefinisikan tujuan pendidikan kewarganegaraan untuk menghasilkan warga negara yang mampu membudayakan lingkungannya serta mampu memecahkan masalah-masalah individu warga negara secara individual maupun kemasyarakatan. Pendidikan kewarganegaraan merupakan topik sentral sebagai pendidikan multikultural di Indonesia yang didasarkan atas 5 (lima) dimensi pendidikan multikultural menurut Banks (Tilaar 2004: 138) sebagai berikut. 1) Dimensi integrasi konten atau isi yaitu mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam mata pelajaran atau disiplin ilmu. Contoh: guru pendidikan kewarganegaraan memberikan semangat kepahlawanan pada saat diskusi kelompok dengan berbagai tokoh pahlawanan di Indonesia 2) Dimensi konstruksi pengetahuan yaitu proses membawa siswa untuk memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran (disiplin). Contoh: guru pendidikan kewarganegaraan memberikan pemahaman kepada siswa tentang budaya yang ada di Indonesia dengan menunjukkan karakteristik atau ciri-ciri budaya tersebut. 3) Dimensi pendidikan yang sama yaitu dimensi menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam baik dari segi ras, budaya ataupun sosial. Contoh: guru memberikan penghargaan yang sama atas prestasi akademik yang diraih oleh siswa tanpa memandang asal-usul ras, budaya maupun sosial. 4) Dimensi pengurangan prasangka yaitu dimensi yang mengidentifikasi karakteristik siswa dan menentukan metode pengajaran mereka. Contoh: guru pendidikan kewarganegaraan memberi contoh pada saat siswa masuk sekolah dengan memiliki latar belakang etnik maupun budaya berbeda itulah yang menjadi dasar adanya keanekaragaman budaya di Indonesia.
  • 11. 11 5) Dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial yaitu Dimensi ini penting dalam memperdayakan budaya siswa yang dibawa ke sekolah yang berasal dari kelompok yang berbeda. Contoh: guru pendidikan kewarganegaraan melatih siswa untuk berpartisipasi dalam kelompok. Dalam rangka mewujudkan adanya pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan multikultural. Maka, diperlukan suatu strategi digunakan oleh guru pendidikan kewarganegaran selama proses belajar mengajar pendidikan kewarganegaraan berbasis multikultural yakni 1) Strategi konstruktivisme merupakan cara yang dilakukan dalam pembelajaran yang mengukur tentang sosial, sejarah, etnis, gender selama mereka pelajari di sekolah; 2) Strategi pedagogis merupakan strategi yang digunakan guru untuk mengajar pemahaman keragaman budaya (Alberto, 1998: 590). Strategi inilah yang digunakan oleh guru pendidikan kewarganegaraan selama mengajar pendidikan kewarganegaraan berbasis multikultural di sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas pengajaran di kelas Peran Guru PKn Untuk Membangun Karakter Bangsa Salah satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus dari pihak pemerintah adalah berkaitan dengan menurunnya nilai-nilai karakter bangsa. Tanpa disadari merosotnya nilai-nilai karakter bangsa Indonesia berasal dari masyarakat yang kurang mampu menerima perbedaan yang ada mulai dari perbedaan suku, ras, agama, budaya. Karakter yang baik menurut Lickona (1991: 51) meliputi konsep moral (moral knowning), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Dapat dipahami bahwa karakter dan nilai-nilai perilaku sangat berhubungan dengan dirinya sendiri, orang lain, lingkungan yang didalamnya yang mencakup sikap, perasaan, tindakan berdasarkan norma agama, norma hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Untuk itu, membentuk dan membangun karakter yang baik tidak terlepas dari peran guru pendidikan kewarganegaraan. Menurut William F. Mc Comas et al (1998: 5) bahwa peran guru dalam membangun karakter siswa sebagai berikut. Teachers must not only be capable of defining for students the accepted truths in a domain. They must also be able to explain why a particular proposition is deemed warranted, why it is worth knowing and how it relates to other propositions, both within the discipline and without, both in theory and in practice.
  • 12. 12 Menurut Sherrod et al (W. Althof dan Berkowitz, 2006: 506) mengatakan bahwa peran guru pendidikan kewarganegaraan dalam mengembangkan karakter siswa tidak hanya mengembangkan keterampilan saja tetapi dapat dilakukan dengan sikap kebiasaan yang diperlukan dalam membantu membangun pengetahuan yang dapat memperbaiki perilaku seseorang melalui praktek dalam membangun karakter. Sedangkan menurut Richard (1997: 154) dalam mengajarkan karakter oleh guru pendidikan kewarganegaraan yakni menempatkan karakter dengan memberikan perhatian khusus dengan menggabungkan pedagogi guru melalui model pembelajaran dengan metode pembelajaran yang bermuatan nilai-nilai karakter seperti diskusi kelas. Menurut Sanchez (2005: 22) adalah pendidik mengintegrasikan program pendidikan karakter melalui pembelajaran di kelas seperti guru meminta siswa mengidentifikasi nilai-nilai karakter pada tokoh-tokoh sejarah dengan mendorong dan menunjukkan niai-nilai karakter seperti kejujuran, tanggung jawab, rasa hormat dan mengaplikasikan nilai karakter dalam praktek langsung di kehidupan sehari-hari. Maka kesimpulan dari beberapa pendapat di atas terkait peran guru pendidikan kewarganegaraan dalam mengembangkan karakter yakni guru tidak hanya mengembangkan karakter siswa tetapi mendorong nilai-nilai karakter yang ada dalam diri siswa dengan cara mengintegrasikan nilai karakter ke dalam kehidupan nyata siswa baik di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Beberapa hal yang dapat dilakukan guru pendidikan kewarganegaraan dalam pendidikan karakter di sekolah adalah sebagai berikut (Doni Koesoema, 2007: 212- 217). 1. Model Pengajaran merupakan salah satu unsur terpenting dala pendidikan karakter yakni mengajarkan nilai-nilai karakter sehingga siswa memiliki gagasan konseptual tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang dapat dikembangkan dalam mengembangkan karakter pribadinya. 2. Model keteladanan merupakan permodelan ini dengan model berman peran dalam diri insan pendidik. Melalui permodelan ini siswa dapat memahami nilai- nilai karakter. Guru perlu memberikan contoh perilaku yang baik agar dapat
  • 13. 13 ditiru oleh siswa. Model keteladanan ini menjadi salah satu hal yang klasik bagi berhasilnya sebuah tujuan pendidikan karakter. 3. Menentukan prioritas yakni tanpa adanya prioritas yang jelas, proses evaluasi atas berhasil tidaknya pendidikan karakter akan menjadi tidak jelas. Ketidakjelasan tujuan dan tata cara evaluasi pada gilirannya akan memandulkan program pendidikan karakter di sekolah karena tidak akan pernah terlihat adanya kemajuan atau kemunduran. Oleh karena tu, prioritas akan nilai pendidikan karakter harus dirumuskan dengan jelas dan tegas, diketahui oleh setiap pihak yang terlibat dalam proses pendidikan karakter. 4. Model praktis prioritas sangat berkaitan dengan tuntutan lembaga pendidikan atas prioritas nilai menjadi visi kinerja pendidikan. Lembaga pendidikan harus mambu membua verifikasi sejauh mana visi sekolah telah dapat direalisasikan dalam lingkup pendidikan skolastik melalui berbagai macam unsur yang ada dalam lembaga pendidikan itu sendiri. 5. Model Refleksi yakni manusia mampu mengatasi diri dan meningkatkan kualitas hidupnya lebih baik. Setelah tindakan dan praksis pendidikan karakter itu terjadi, perlu diadakan pendalaman refleksi untuk melihat sejauh mana lembaga pendidikan telah berhasil atau gagal dalam melaksanakan pendidikan karakter. Dari beberapa uraian di atas merupakan peran guru pendidikan kewarganegaraan dalam rangka mengembangkan karakter siswa sebagai penerus bangsa Indonesia. Semua hal yang terkait dengan peran guru pendidikan kewarganegaran memainkan perannya sebagai pendidik dalam proses pembelajaran sangatlah membutuhkan perencanaan yang matang baik agar penanaman nilai-nilai karakter dapat berjalan secara optimal dan sistematis. Harapannya siswa akan memiliki karakter yang baik dan berguna yang dapat dilaksanakan dan dipraktekkan di dalam kehidupannya. Kesimpulan Sekolah merupakan salah satu lembaga formal dalam mendukung program pendidikan karakter melalui pendidikan kewarganegaraan berbasis multikultural. Pendidikan kewarganegaraan berbasis multikultural menemukan relevansinya dengan
  • 14. 14 konteks Indonesia. Pendidikan multikultural, pendidikan karakter dan pendidikan kewarganegaraan sejalan dengan semangat semboyan bangsa Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika”. Semboyan inilah membuktikan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku dan ras yang memiliki budaya, bahasa, dan agama di Indonesia. Terkait hal itu, peran guru pendidikan kewarganegaraan dalam pembelajaran berbasis multikultural dapat membangun karakter bangsa melalui model pendidikan karakter dengan mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran. Daftar Pustaka A, Doni Koesoema. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global. Jakarta: PT.Grasindo Adhani, Y. (2014). Konsep Pendidikan Multikultural Sebagai Sarana Alternatif Pencegahan Konflik. SOSIO-DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 1(1), 111-121. Althof, W., & Berkowitz, M. W. 2006. Moral Education And Character Education: Their Relationship And Roles In Citizenship Education. Journal Of Moral Education, 35(4), 495-518. Ameny-Dixon, G. M. 2004. Why Multicultural Education Is More Important In Higher Education Now Than Ever: A Global Perspective. International Journal Of Scholarly Academic Intellectual Diversity, 8(1), 1-9. Baker G.C. Planning And Organizing For Multicultural Instruction.California: Addison Elsey Publishing Company. Banks, J. A. 1993. Multicultural Education: Historical Development, Dimensions, And Practice. Review Of Research In Education, 19, 3-49. Banks, James A. (2002). An Introduction To Multicultural Education. Boston: Allyn & Bacon. Battistoni, R. M. (1997). Service Learning And Democratic Citizenship. Theory Into Practice, 36(3), 150-156. Depdiknas .2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta : Depdiknas. Diaz Lazaro, C. M., & Cohen, B. B. (2001). Cross Cultural Contact In Counseling Training. Journal Of Multicultural Counseling And Development, 29(1), 41-56.
  • 15. 15 Ho, L. C. 2009. Global Multicultural Citizenship Education: A Singapore Experience. The Social Studies, 100(6), 285-293. Ladson Billings, G., & Tate, W. F. (1995). Toward A Critical Race Theory Of Education. Teachers College Record, 97(1), 47. Lickona, Thomas. 1991. Educating For Character: How Our School Can Teach Respect And Responsibility. New York, Toronto, London, Sydney, Aucland: Bantam Books. Mccomas, W. F., Clough, M. P., & Almazroa, H. (1998). The Role And Character Of The Nature Of Science In Science Education. In The Nature Of Science In Science Education (Pp. 3-39). Springer Netherlands. Nieto, S. 2004. Affirming Diversity: The Sociopolitical Context Of Multicultural Education.(4th Ed). Boston: Pearson. Nieto, S., Bode, P., Kang, E., & Raible, J. (2008). Identity, community, and diversity: Retheorizing multicultural curriculum for the postmodern era. The Sage handbook of curriculum and instruction, 176-197. Noel, Jana. 2000.Multicultural Education.Dushkin: On-Line. Pandian, A. (2008). Multiculturalism In Higher Education: A Case Study Of Middle Eastern Students' Perceptions And Experiences In A Malaysian University. IJAPS, 4(1), 33-59. Rodriguez, A. J. (1998). Strategies For Counterresistance: Toward Sociotransformative Constructivism And Learning To Teach Science For Diversity And For Understanding. Journal Of Research In Science Teaching, 35(6), 589-622. Rodriguez, A. J. (1998). Strategies For Counterresistance: Toward Sociotransformative Constructivism And Learning To Teach Science For Diversity And For Understanding. Journal Of Research In Science Teaching, 35(6), 589-622. Sanchez, T. R. (2005). Facing The Challenge Of Character Education. International Journal Of Social Education, 19(2), 106-111. Sherrod, L. R., Flanagan, C., & Youniss, J. (2002). Dimensions Of Citizenship And Opportunities For Youth Development: The What, Why, When, Where, And Who Of Citizenship Development. Applied Developmental Science, 6(4), 264-272 Skeel, Dorothy J. (1995). Elementary Social Studies : Challenges For Tomorrow’s World. Harcourt Brace College Publishers. Tilaar, H.A.R. 2004. Multikulturalisme: Tantangan-Tantangan Global Masa Depan Dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta:Grasindo.