SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE :
Ethical decision making: employer responsibility and
employee right
Dosen Pengampu :
Prof.Dr.Ir.H.Hapzi Ali, MM
Disusun Oleh :
Edi Putra 55116120108
PROGRAM STUDI MASTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2017
STAKEHOLDER
Stakeholder adalah suatu masyarakat, kelompok, komunitas ataupun individu
manusia yang memiliki hubungan dan kepentingan terhadap suatu organisasi atau
perusahaan. Suatu masyarakat, kelompok, komunitas ataupun individu tersebut dapat
dikatakan sebagai stakeholder jika mereka memiliki karekteristik seperti memiliki
kekuasaan dan kepentingan terhadap organisasi atau perusahaan. Atau definisi dari
stakeholder yaitu orang yang memiliki minat maupun kepentingan di dalam suatu
perusahaan. Hal ini bisa menyangkut kepentingan finansial atau kepentingan lainnya. Jika
orang tersebut terkena pengaruh dari apa yang terjadi pada perusahaan, baik itu dampak
negatif atau positif orang tersebut dapat dikatakan sebagai stakeholder.
Definisi stakeholders menurut Freeman (1984) merupakan individu atau
kelompok yang bisa mempengaruhi dan/ atau dipengaruhi oleh organisasi sebagai
dampak dari aktivitas-aktivitasnya. Sedangkan Chariri dan Ghazali (2007, h.32)
mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk
kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholders-nya
(shareholders, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak
lain). Sedangkan Rudito (2004) mengemukakan bahwa perusahaan dianggap sebagai
stakeholders, jika mempunyai tiga atribut, yaitu: kekuasaan, legitimasi dan kepentingan.
Mengacu pada pengertian stakeholders diatas, maka dapat ditarik suatu
penjelasan bahwa dalam suatu aktivitas perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor dari
luar dan dari dalam, yang kesemuanya dapat disebut sebagai stakeholders.
Kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada dukungan stakeholders dan dukungan
tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan
tersebut. Makin powerful stakeholders, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi.
Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan
stakehoders-nya (Chariri dan Ghazali, 2007).
Kasali dalam Wibisono (2007, hal. 90) membagi stakeholders menjadi sebagai
berikut:
1. Stakeholders Internal dan stakeholders eksternal.
Stakeholders internal adalah stakeholders yang berada di dalam lingkungan organisasi.
Misalnya karyawan, manajer dan pemegang saham (shareholder). Sedangkan
stakeholders eksternal adalah stakeholders yang berada di luar lingkungan organisasi,
seperti penyalur atau pemasok, konsumen atau pelanggan, masyarakat, pemerintah, pers,
kelompok social responsible investor, licensing partner dan lain-lain.
2. Stakeholders primer, sekunder dan marjinal.
Tidak semua elemen dalam stakeholders perlu diperhatikan. Perusahaan perlu menyusun
skala prioritas. Stakeholders yang paling penting disebut stakeholders primer,
stakeholders yang kurang penting disebut stakeholders sekunder dan yang biasa
diabaikan disebut stakeholders marjinal. Urutan prioritas ini berbeda bagi setiap
perusahaan meskipun produk atau jasanya sama. Urutan ini juga bisa berubah dari waktu
ke waktu.
3. Stakeholders tradisional dan stakeholders masa depan.
Karyawan dan konsumen dapat disebut sebagai stakeholders tradisional, karena saat ini
sudah berhubungan dengan organisasi. Sedangkan stakeholders masa depan adalah
stakeholders pada masa yang akan datang diperkirakan akan memberikan pengaruhnya
pada organisasi seperti mahasiswa, peneliti dan konsumen potensial.
4. Proponents, opponents, dan uncommitted.
Diantara stakeholders ada kelompok yang memihak organisasi (proponents), menentang
organisasi (opponents) dan ada yang tidak peduli atau abai (uncommitted). Organisasi
perlu mengenal stakeholders yang berbeda-beda ini agar dapat melihat permasalahan,
menyusun rencana dan strategi untuk melakukan tindakan yang proposional.
5. Silent majority dan vokal minority.
Dilihat dari aktivitas stakeholders dalam melakukan komplain atau mendukung
perusahaan, tentu ada yang menyatakan pertentangan atau dukungannya secara vokal
(aktif) namun ada pula yang menyatakan secara silent (pasif).
Menurut Hill (1996, hal 129), Stakeholders dalam pelayanan sosial meliputi negara,
sektor pivat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan masyarakat, dalam kasus
program CSR keseluruhan entitas tersebut terlibat secara bersama-sama. Sementara
mereka memiliki kepentingan berbeda-beda yang satu dengan yang lain bisa saling
bersebrangan dan sangat mungkin merugikan pihak yang lain.
Cara menjaga Etika yang sesuai dengan budaya Bangsa
Salah satu aspek yang sangat populer dan perlu mendapat perhatian dalam dunia bisnis
ini adalah norma dan etika bisnis. Etika bisnis selain dapat menjamin kepercayaan dan
loyalitas dari semua unsur yang berpengaruh pada perusahaan, juga sangat menentukan
maju atau mundurnya perusahaan. Berikut adalah cara untuk menjaga agar etika sesuai
dengan budaya bangsa Indonesia.
1. Ciptakan kepercayaan perusahaan. Kepercayaan perusahaan dalam menetapkan
nilai-nilai perusahaan yang mendasari tanggung jawab etika bagi pemilik
kepentingan.
2. Kembangkan kode etik. Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar tingkah
laku dan prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dari karyawan.
3. Jalankan kode etik secara adil dan konsisten. Manajer harus mengambil tindakan
apabila mereka melanggar etika. Bila karyawan mengetahui bahwa yang melanggar
etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi tidak berarti apa-apa.
4. Lindungi hak perorangan. Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat bergantung
pada individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip morl dan nilainya
merupakan jaminan terbaik untuk menghindari untuk menghindari penyimpangan
etika. Untuk membuat keputusan etika seseorang harus memiliki: (a) Komitmen
etika, yaitu tekad seseorang untuk bertindak secara etis dan melakukan sesuatu yang
benar; (b) Kesadaran etika, yaitu kemampuan kompetensi, yaitu kemampuan untuk
menggunakan suara pikiran moral dan mengembangkan strategi pemecahan masalah
secara praktis.
5. Adakan pelatihan etika. Workshop merupakan alat untuk meningkatkan kesadaran
para karyawan.
6. Lakukan audit etika secara periodik. Audit merupakan cara terbaik untuk
mengevaluasi efektivitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan memberikan suatu
sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan sekadar gurauan.
7. Pertahankan standar tinggi tentang tingkah laku, tidak hanya aturan. Tidak ada
seorang pun yang dapat mengatur norma dan etika. Akan tetapi, manajer bisa saja
membolehkan orang untuk mengetahui tingkat penampilan yang mereka harapkan.
Standar tingkah laku sangat penting untuk menekankan betapa pentingnya etika
dalam organisasi. Setiap karyawan harus mengetahui bahwa etika tidak bisa
dinegosiasi atau ditawar.
8. Hindari contoh etika yang tercela setiap saat dan etika diawali dari atasan. Atasan
harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.
9. Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah.Komunikasi dua arah
sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang kita hasilkan
dan menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
10. Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Para karyawan diberi
kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana standar etika
dipertahankan.
Ethical decision making: employer responsibility and employee right
Tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan stakeholder sangatlah penting, tidak
kalah pentingnya adalah tehadap intern perusahaa n yaitu pemenuhan hak dan kewajiban
karyawan terhadap perusahaan dan sebaliknya. Untuk menjaga kelangsungan hidup
perusahaan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut harus sesuai norma etika bisnis
perusahaan. Sehinggan tujuan dalam jangka panjang bisa tercapai berkat dukungan
seluruh pegawai yang ada.
Dalam bisnis modern yang penuh persaingan ketat, para pengusaha semakin menyadari
bahwa pengakuan, penghar
gaan dan jaminan atas hak-hak pekerja dalam jangka panjang akan sangat menentukan
sehat tidaknya kinerja suatu perusahaan. Hal ini karena jaminan atas hak-hak pekerja
pada akhirnya berpengaruh langsung secara positif atas sikap, komitmen, loyalitas dan
produktivitas dan kinerja setiap pekerja. Suka tidak suka, hal ini berpengaruh langsung
terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan. Penghargaan atau sebaliknya
pelanggaran atas hak –hak pekerja akan membuat karyawan
betah atau tidak betah, berdisiplin atau tidak, punya komitmen atau tidak produktif atau
tidak, loyal atau tidak
Hak hak karyawan harus dipenuhi oleh perusahaan, karyawan diberikan:
 Pengakuan harkat dan martabat sebagai manusia.
 Keadilan sistem imbalan, setara dengan perusahaan lain sejenis.
 Promosi, motivasi pemberian tugas.
 Kesempatan partisipasi pengambilan keputusan tugas pekerjaannya.
 Supervisi profesional.
 Keamanan, kesehatan lingkungan kerja.
 Peningkatan mutu hidup karyawan.
 Penyediaan pendidikan dan pelatiha
A. Kewajiban Karyawan
Ada 3 kewajiban karyawan :
1. Kewajiban ketaatan
Bagi orang yang memiliki ikatan kerja dengan perusahaan, salah satu implikasi dari
statusnya sebagai karyawan adalah bahwa ia harus mematuhi perintah dan petunjuk dari
atasannya. Tetapi, karyawan tidak perlu dan malah tidak boleh mematuhi perintah yang
menyuruh dia melakukan sesuatu yang tidak bermoral misalnya membunuh, menipu
musuh. Selain itu karyawan tidak wajib juga mematuhi perintah atasannya yang tidak
wajar seperti contohnya merenovasi rumah atasan, walaupun dari segi etika tidak ada
keberatan. Kemudian, karyawan juga tidak perlu mematuhi perintah yang memang demi
kepentingan perusahaan, tetapi tidak sesuai dengan penugasan yang disepakati, ketika ia
menjadi karyawan di perusahaan itu. Selain itu karyawan tidak perlu mematuhi perintah
yang tidak sesuai Job description.
Contoh dilingkungan pekerjaan saya :
Saya harus mematuhi aturan masuk kerja, cara berpakaian, prosedur kerja yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Namun saya boleh menolak untuk melakukan hal yang tidak
bermoral seperti menipu dan melakukan ha yang tidak wajar seperti memaksa supplier
untuk memberikan komisi terhadap PO yang saya buka.
2. Kewajiban konfidensialitas
Kewajiban konfidensialitas adalah kewajiban untuk menyimpan informasi yang bersifat
konfidensial dan kareana itu rahasia yang telah diperoleh dengan menjalankan suatu
profesi. Konfidensialitas berasal dari kata Latin confidere yang berarti mempercayai.
Dalam konteks perusahaan konfidensialitas memegang peranan penting. Karena
seseorang bekerja pada suatu perusahaan, bisa saja ia mempunyai akses kepada informasi
rahasia. Sehingga tidak perlu dipertanyakan lagi mengapa karyawan harus menyimpan
rahasia perusahaan karena alasan etika mendasari kewajiban ini yaitu bahwa perusahaan
menjadi pemilik informasi rahasia itu. Membuka rahasia itu berarti sama saja dengan
mencuri. Milik tidak terbatas pada barang fisik saja, tetapi meliputi juga ide, pikiran, atau
temuan seseorang. Dengan kata lain, disamping milik fisik terdapat juga milik intelektual.
Jadi, dasar untuk kewajiban konfidensialitas dari karyawan adalah intellectual property
rights dari perusahaan. Alasan kedua adalah bahwa membuka rahasia perusahaan
bertentangan dengan etika pasar bebas.
Contoh dilingkungan pekerjaan saya :
Saya berkewajiban menyimpan, dan merahasiakan informasi yang konfidensial. Seperti
launching produk baru walaupun saya sudah mengetahui planning nya secara detail. Atau
saya tidak dapat membocorkan rahasia data base supplier, atau RND tidak boleh
membocorkan rahasia resep rahasia makanan yang diproduksi di pabrik.
3. Kewajiban loyalitas
Kewajiban loyalitas pun merupakan konsekuensi dari status seseorang sebagai karyawan
perusahaan. Dengan mulai bekerja di suatu perusahaan, karyawan harus mendukung
tujuan-tujuan perusahaan, karena sebagai karyawan ia melibatkan diri untuk turut
merealisasikan tujuan-tujuan tersebut, dan karena itu pula ia harus menghindari segala
sesuatu yang bertentangan dengannya. Dengan kata lain, ia harus menghindari apa yang
bisa merugikan kepentingan perusahaan.
Faktor utama yang bisa membahayakan terwujudnya loyalitas adalah konflik kepentingan
artinya konflik antara kepentingan pribadi karyawan dan kepentingan perusahaan.
Karyawan tidak boleh menjalankan kegiatan pribadi, yang bersain dengan kepentingan
perusahaan. Karena bahay konflik kepentingan potensial itu, beberapa jenis pekerjaan
tidak boleh dirangkap.
Dalam konteks ini termasuk juga masalah etis seperti menerima komisi / hadiah selaku
karyawan perusahaan. Masalh komisi berkaitan erat dengan apa yang sekarang dikenal
sebagai triade “Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)”. Jalan keluar dari permasalahan
ini sebagian besar tergantung dari sikap yang diambil perusahaan bersangkutan.
Begitupun tantang hadiah yang diberikan oleh perusahaan / intansi lain kepada karyawan
waktu menjalankan tugasnya. Hal itu dimaksudakan untuk mempengaruhi karyawan
tersebut. Jalan keluarnya pun dengan membuat peraturan yang jelas dalam kode etik
perusahaan / dengan cara lain.
Selain memiliki kewajiban karyawan pun memiliki hak.Hak itu dicantumkan dalam
kontrak kerja, dimana pasti ada ketentuan bahwa karyawan wajib memberitahaukan satu,
dua, tiga bulan sebelumnya (tergantung posisinya dan kesulitan mencari pengganti), jika
ia mau meninggalkan perusahaan. Kewajiban loyalitas memang tidak meniadakan hak
karyawan untuk pindah kerja.
Contoh dilingkungan pekerjaan saya :
Saya harus dapat mendukung dan berkontribusi bagi perkembangan perusahaan. karena
saya berada pada departemen supply chain, Maka saya harus menjunjung tinggi loyalitas
kerja dan memastikan pasokan bahan packaging yang saya handle sesuai dengan waktu
yang dibutuhkan, dengan kualitas yang baik dan harga yang sesuai dengan budgeting.
Namun tidak untuk tindakan KKN karena posisi yang saya tempati saya riskan akan
KKN orang biasa menyebut purchasing adalah lahan basah.
B. Kewajiban Perusahaan Terhadap Karyawan
Berturut-turut akan dibicarakan tentang kewajiban perusahaan untuk tidak diskriminasi,
untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja, untuk memberi imbalan kerja yang
pantas dan untuk tidak memberhentikan karyawan dengan semena-mena. Kewajiban
perusahaan biasanya sepadan dengan hak karyawan.
1. Perusahaan tidak boleh mempraktekan diskriminasi
Diskriminasi adalah masalah etis yang baru nampak dengan jelas dalam paro kedua dari
abad ke 20. Biasanya mengenai warna kulit dan gender (jenis kelamin). Di Indonesia
diskriminasi timbul berhubungan dengan status asli / tidak asli, pribumi / non-pribumi,
dari para warga negara dan agama.
a. Diskriminasi dalam konteks perusahaan
Istilah diskriminasi berasal dari bahas Latin “discernee” yang berarti membedakan,
memisahkan, memilah. Dalam konteks perusahaan diskriminasi dimaksudkan
membedakan antara pelbagai karyawan karena alasan tidak relevan yang berakar dari
prasangka. Membedakan antara karyawan tentu sering terjadi karena alasan yang sah.
Dalam menerima karyawan baru, perusahaan sering menentukan syarat seperti
mempunyai pengalaman kerja sekian tahun, memiliki ijazah S-1 (malah bisa
ditambah dengan IPK minimal 2,75), menguasai bahasa Inggris, baik lisan maupun
tertulis dll. Dalam hal imbalan, bisa terjadi bahwa suatu karyawan mendapat bonus
akhir tahun karena lebih berprestasi daripada karyawan lainnya. Hal-hal diatas adalah
alasan yang relevan.
Bila beberapa karyawan diperlakukan dengan cara yang berbeda, karena alasan yang
tidak relevan. Biasanya alasan itu berakar dalam suatu pandangan stereotip terhdap
ras, agama atau jenis kelamin bersangkutan. Dengan kata lain, latar belakang
terjadinya diskriminasi adalah pandangan rasisme, sektarianisme / seksisme.
b. Argumentasi etika melawan diskriminasi
1. Dari pihak utilitarisme dikemukakan argumen bahwa diskriminasi merugikan
perusahaan itu sendiri. Terutama dalm rangka pasar bebas, menjadi sangat
mendesak bahwa perusahaan memiliki karyawan berkualitas yang menjamin
produktivitas terbesar dan mutu produk terbaik. Sumber daya manusia menjadi
kunci dalam kompetisi di pasar bebas. Jika perusahaan memperhatikan
faktor-faktor lain selain kualitas karyawan ia bisa ketinggalan dalam kompetisi
dengan perusahaan lain. Karena itu perusahaan harus menghindari diskriminasi
demi kepentingannya sendiri.
2. Deontologi berpendapat bahwa diskriminasi melecehkan martabat dari orang
yang didikriminasi.Berarti tidak menghormati martabat manusia yang
merupakan suatu pelanggaran etika yang berat.
3. Teori keadilan berpendapat bahwa praktek diskriminasi bertentangan dengan
keadilan, khususnya keadilan distributif / keadilan membagi. Keadilan distributif
menuntut bahwa kita memperlakukan semua orang dengan cara yang sama, selama
tidak ada alasan khusus untuk memperlakukan mereka dengan cara yang berbeda.
Pikiran itu sudah dikenal sebagai prinsip moral keadilan distributif.
c. Beberapa masalah terkait
Tidak bisa disangkal, penilaian terhadap diskriminasi bisa berubah karena kondisi
historis, sosial / budaya dalam masyarakat. Karena keterkaitan dengan faktor sejarah
dan sosio-budaya ini, masalah diskriminasi tidak bisa ditangani dengan pendekatan
hitam putih. Artinya tergantung dengan tempatnya sehingga bersifat relativitas.
Dalam konteks perusahaan, favoritisme dimaksudkan kecenderungan untuk
mengistimewakan orang tertentu (biasanya sanak saudara) dalam menyeleksi
karyawan, menyediakan promosi, bonus, fasilitas khusus dll. Seperti diskriminasi,
favoritisme pun memperlukan orang dengan cara tidak sama, tapi berbeda dengan
diskriminasi, favoritisme tidak terjadi karena prasangka buruk, melainkan justru
prefensi dan bersifat positif (mengutamakan orang-orang tertentu). Favoritisme
terjadi, bila perusahaan mengutamakan karyawan yang berhubungan famili, berasal
dari daerah yang sama, memeluk agama yang sama, dll. Pada umumnya dapat
dikatakan bahwa menghindari favoritisme selalu merupakan pilihan terbaik dari
sudut pandang etika. Dengan itu pula lebih mudah dihindari nepotisme, yang
bertentangan dengan keadilan distributif. Tetapi sulit untuk ditentukan pada saat
mana favoritisme pasti melewati ambang toleransi etika.
Untuk menanggulangi akibat diskriminasi, kini lebih banyak dipakai istilah
affirmative action “aksi afirmatif”. Melalui aksi itu orang mencoba mengatasi /
mengurangi ketertinggalan golongan yang dulunya di diskriminasi.
2. Perusahaan harus menjamin kesehatan dan keselamatan kerja
a. Beberapa aspek keselamatan kerja
Keselamatan kerja dapat terwujud bilamana tempat kerja itu aman. Dan tempat kerja
itu aman kalau bebas dari risiko terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan si
pekerja cedera atau bahkan mati. Kesehatan kerja dapat direalisasikan karena tempat
kerja dalam kondisi sehat. Tempat kerja bisa dianggap sehat kalau bebas dari risiko
terjadinya gangguan kesehatan / penyakit.
Di Indonesia masalah keselamatan dan kesehatan kerja dikenal sebagai K3 dan
banyak perusahaan mempunyai Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3). Sedangkan di Amerika Serikat didirikan Occupational Safety and Health
Administration (OSHA) untuk mengawaasi pelaksanaan UU yang bertujuan untuk to
assure as far as possible every working man and woman in the nation safe and
healthful working conditions.
b. Pertimbangan etika
Tiga pendasaran segi etika dari masalah perlindungan kaum pekerja.
1. The right of survival (hak untuk hidup)
2. Manusia selalu diperlakukan sebagai tujuan pada dirinya dan tidak pernah
sebagai sarana belaka.
3.Kewajiban etis harus sejalan dengan cost benefit analysis. Masyarakat sendiri
dan terutama ekonomi negara akan mengalami kerugian besar jika proses produksi
tidak berlangsung dalam kondisi aman dan sehat.
4.Kebebasan si pekerja adalah faktor yang membenarkan moralitas pekerjaan
beresiko. Si pekerja sendiri harus mengambil resiko dengan sukarela.
Tetapi supaya si pekerja sungguh-sungguh bebas dalam hal ini, perlu beberapa
syarat :
1) Harus tersedia pekerjaan alternatif.
2) Diberi informasi tentang resiko yang berkaitan dengan pekerjaannya sebelum
si pekerja mulai bekerja.
3) Perusahaan selalu wajib berupaya, agar risiko bagi pekerja seminimal
mungkin.
c. Dua masalah khusus
Si pekerja sendiri harus mengambil keputusan, setelah diberi informasi tentang risiko
bagi pekerja. Mereka sendiri harus mempertimbangkan kesejahteraan ekonomis
mereka (gaji yang lebih tinggi) dan resiko bagi keturunannya. Jika tidak sanggup bisa
mengajukan permohonan untuk dipindahkan ke bagian produksi lain dengan
konsekuensi gaji yang lebih rendah. Begitupun dengan kebijakan yang diterapkan
suatu perusahaan, terkadang secara tidak langsung terlihat memaksakan kepada para
pekerja jika didukung juga oleh suasana resesi ekonomi saat mencari pekerjaan lain
menjadi sulit. Sehingga membuat para pekerja tidak memiliki alternatif lain dan
akhirnya bertahan dengan resiko yang tidak kecil.
3. Kewajiban memberi gaji yang adil
Motivasi seseorang untuk bekerja tidak lepas dari untuk mengembangkan diri, memberi
sumbangsih yang berguna bagi pembangunan masyarakat namun yang sangat penting
adalah untuk memperoleh upah atau gaji. Namun dalam gerakan sosial zaman industri
upah yang adil sering menjadi pokok perjuangan yang utama.
a.Menurut keadilan distributive
Gaji / upah merupakan kasus jelas yang menuntut pelaksanaan keadilan, khususnya
keadilan distributif. Di kebanyakan negara modern, dilema antara liberalisme dan
sosialisme ini sekarang tidak dirasakan lagi. Tanpa banyak kesulitan, langsung diakui
bahwa dalam menentukan gaji yang adil, baik prestasi maupun kebutuhan harus
berperan. Prinsip pertama adalah bagian yang sama. Supaya adil, gaji semua
karyawan memang tidak perlu sama, tetapi perbedaan juga tidak boleh terlalu besar.
Jelas pemerataan pendapatan adalah tuntutan etis yang berkaitan dengan prinsip ini.
Prinsip-prinsip hak, usaha dan kontribusi kepada masyarakat ikut pula menentukan
gaji yang adil. Dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia masalah gaji yang adil
disinggung juga. Adil tidaknya gaji menjadi lebih kompleks lagi, jika kita akui
bahwa imbalan kerja lebih luas daripada take home pay saja. Fasilitas khusus seperti
rumah, kendaraan, bantuan beras dll harus dipandang sebagai imbalan kerja. Lebih
penting lagi adalah asuransi kerja, jaminan kesehatan, prospek pensiun dll. Gaji yang
relatif rendah bisa mencukupi asalkan dikompensasi oleh jaminan sosial yang baik
serta fasilitas-fasilitas lain.
b.Tujuh faktor khusus
Berikut adalah usulan dari Thomas Garrett dan Richard Klonoski supaya gaji / upah
itu adil / fair :
1) Peraturan hukum.
Di sini yang paling penting adalah ketentuan hukum tentang upah minimum
sebagai salah satu perjuangan sosialisme dalam usahanya memperbaiki nasib
kaum buruh. Adanya upah minimum berarti bahwa kebutuhan diakui sebagai
kriteria untuk menentukan upah.
2) Upah yang lazim dalam sektor industri tertentu / daerah tertentu.
Dalam semua sektor industri, gaji / upah tidaklah sama. Karena itu rupanya suatu
kriteria yang baik adalah : gaji / upah bisa dinilai adil, jika rata-rata diberika
dalam sektor industri bersangkutan asalkan keadaan di sektor itu cukup mantap.
Namun gaji yang sama belum tentu menjamin daya beli yang sama. Karena
perbedaaan daya beli itu di Indonesia upah minimum ditetapkan sebagau upah
minimum regional (UMR).
3) Kemampuan perusahan.
Perusahaan kuat yang menghasilkan laba besar, harus memberi gaji yang lebih
besar pula daripada perusahaan yang mempunyai marjin laba yang kecil saja. Di
sini berlaku pandangan sosialistis tentang hak karyawan mengambil bagian
dalam laba. Harus dinilai tidak etis, bila perusahaan mendapat untung besar
dengan menekan gaji karyawan.
4) Sifat khusus pekerjaan tertentu.
Beberapa tugas dalam perusahaan hanya bisa dijalani oleh orang yang mendapat
pendidikan / pelatihan khusus, kadang-kadang malah pendidikan sangat
terspesialisasi. Kelangkaan tenaga mereka boleh diimbangi dengan tingkat gaji
yang lebih tinggi.
5) Perbandingan dengan upah / gaji lain dalam perusahaan.
Kalau pekerjaan tidak mempunyai sifat khusus, seperti menuntut pengalaman
lebih ama / mengandung resiko tertentu, maka gaji / upah harus sama. Sehingga
berlaku prinsip equal pay for equal work.
6) Perundingan upah / gaji yang fair.
Perundingan langsung antara perusahaan dan para karyawan merupakan cara
yang ampuh untuk mencapai gaji dan upah yang fair. Tentu saja, perundingan
seperti itu menuntut keterbukaan cukup besar dari pihak perusahaan. Lebih
bagus bila perundingan gaji itu dilakukan untuk suatu sektor industri sehingga
dihasilkan kesepakatan kerja bersama.
7) Senioritas dan imbalan rahasia.
Senioritas sebagai kriteria untuk menentukan gaji karena dilihat dari
pengalamannya bekerja dengan waktu yang begitu lama dan kesetiaannya pada
perusahaan, zaman sekarang sudah tidak diperhitungkan lagi. Zaman modern
sekarang lebih memperhatikan prestasi dan hak. Pembayaran sama untuk
pekerjaan yang sama memang dilatarbelakangi suasana modern itu dan
karenanya dapat di mengerti jika tekanan pada senioritas akan berkurang.
Pembayaran khusus / kenaikan gaji yang dirahasiakan terhadap teman-teman
sekerja pun tidak etis karena tidak mengadakan kontrol sosial dan akan merusak
suasana kerja. Jelas, disini berlaku prosedur yang terbuka dan demokratis untuk
menjamin mutu etis sebuah sistem.
4. Perusahaan tidak boleh memberhentikan karyawan dengan semena-mena.
Menurut Garret dan Klonoski ada tiga alasan yang lebih konkrit untuk memberhentikan
karyawan, yaitu :
a) Majikan hanya boleh memberhentikan karena alasan yang tepat
b) Majikan harus berpegang pada prosedur yang semestinya.
c) Majikan harus membatasi akibat negatif bagi karyawan sampai seminimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Laura P.Hartman –Joe DesJardins. 2011. Business Ethics: Decision Making for
Personal Integrity & Social Responsibility, McGraw-Hill International Edition, Second
Edition

More Related Content

What's hot

10, sm, istiqmal fajar d, hapzi ali, business eticks, csr, dan risk manage...
10,  sm,  istiqmal fajar d,  hapzi ali, business eticks, csr, dan risk manage...10,  sm,  istiqmal fajar d,  hapzi ali, business eticks, csr, dan risk manage...
10, sm, istiqmal fajar d, hapzi ali, business eticks, csr, dan risk manage...istiqmalfajar
 
Tanggung jawab sosial dan etika bisnis, pengeantar manajemen,
Tanggung jawab sosial dan etika bisnis, pengeantar manajemen,Tanggung jawab sosial dan etika bisnis, pengeantar manajemen,
Tanggung jawab sosial dan etika bisnis, pengeantar manajemen,Yunita Tri Andra Yani
 
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...adecaswito
 
be gg, royhan jamaan, hapzi ali,theory and practice of corporate governance, ...
be gg, royhan jamaan, hapzi ali,theory and practice of corporate governance, ...be gg, royhan jamaan, hapzi ali,theory and practice of corporate governance, ...
be gg, royhan jamaan, hapzi ali,theory and practice of corporate governance, ...Royhan Jamaan
 
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Lisca Ardiwinata
 
Begg, cut amanda pravitadewi, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, employer resp...
Begg, cut amanda pravitadewi, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, employer resp...Begg, cut amanda pravitadewi, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, employer resp...
Begg, cut amanda pravitadewi, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, employer resp...Cut Amanda Pravitadewi
 
Be gg, heru eko septian, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethical decision m...
Be gg, heru eko septian, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethical decision m...Be gg, heru eko septian, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethical decision m...
Be gg, heru eko septian, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethical decision m...heru septian
 
Tangggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Manajemen Strategis
Tangggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Manajemen StrategisTangggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Manajemen Strategis
Tangggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Manajemen StrategisDiah Fitri
 
BE&GG, Ruslan, Hapzi Ali, Corporate Social Responsibility, Universitas Mercu ...
BE&GG, Ruslan, Hapzi Ali, Corporate Social Responsibility, Universitas Mercu ...BE&GG, Ruslan, Hapzi Ali, Corporate Social Responsibility, Universitas Mercu ...
BE&GG, Ruslan, Hapzi Ali, Corporate Social Responsibility, Universitas Mercu ...Ruslan -
 
Be & gg, basrizal, prof hapzi ali, etika bisnis mnc group, univ. mercu bu...
Be & gg, basrizal, prof hapzi ali, etika bisnis mnc group, univ. mercu bu...Be & gg, basrizal, prof hapzi ali, etika bisnis mnc group, univ. mercu bu...
Be & gg, basrizal, prof hapzi ali, etika bisnis mnc group, univ. mercu bu...basrizal82
 
Bab 3 etika dan tanggung jawab perusahaan
Bab 3 etika   dan tanggung jawab perusahaan Bab 3 etika   dan tanggung jawab perusahaan
Bab 3 etika dan tanggung jawab perusahaan Bagas Abimanyu
 
BE & GG, Bonita, Hapzi Ali, ethical decision making employer responsibility a...
BE & GG, Bonita, Hapzi Ali, ethical decision making employer responsibility a...BE & GG, Bonita, Hapzi Ali, ethical decision making employer responsibility a...
BE & GG, Bonita, Hapzi Ali, ethical decision making employer responsibility a...Bonita Admaja
 
Tanggung jawab sosial perusahaan(CSR)
Tanggung jawab sosial perusahaan(CSR)Tanggung jawab sosial perusahaan(CSR)
Tanggung jawab sosial perusahaan(CSR)joko noerhudha
 
Be&gg,heru eko septian,prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma,studi kasus pelan...
Be&gg,heru eko septian,prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma,studi kasus pelan...Be&gg,heru eko septian,prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma,studi kasus pelan...
Be&gg,heru eko septian,prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma,studi kasus pelan...heru septian
 
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, CSR, Universitas ...
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, CSR, Universitas ...BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, CSR, Universitas ...
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, CSR, Universitas ...Melania Bastian
 
Week 14, Be & gg, bayu adam, prof. hapzi ali, Ethics and Conflict Interest, u...
Week 14, Be & gg, bayu adam, prof. hapzi ali, Ethics and Conflict Interest, u...Week 14, Be & gg, bayu adam, prof. hapzi ali, Ethics and Conflict Interest, u...
Week 14, Be & gg, bayu adam, prof. hapzi ali, Ethics and Conflict Interest, u...Bayu Adam
 
Be & gg, slide ppt, zikri nurmansyah, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, busin...
Be & gg, slide ppt, zikri nurmansyah, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, busin...Be & gg, slide ppt, zikri nurmansyah, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, busin...
Be & gg, slide ppt, zikri nurmansyah, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, busin...Zikri Nurmansyah
 
BE GG, Novri Yanto, Hapzi Ali, Penerapan Etika Bisnis (Nilai Etika) Pada peru...
BE GG, Novri Yanto, Hapzi Ali, Penerapan Etika Bisnis (Nilai Etika) Pada peru...BE GG, Novri Yanto, Hapzi Ali, Penerapan Etika Bisnis (Nilai Etika) Pada peru...
BE GG, Novri Yanto, Hapzi Ali, Penerapan Etika Bisnis (Nilai Etika) Pada peru...Novri Yanto
 
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business, business ethic pada pt may...
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business, business ethic pada pt may...Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business, business ethic pada pt may...
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business, business ethic pada pt may...Edi Putra, S.Inf., M.M., ASCA
 

What's hot (19)

10, sm, istiqmal fajar d, hapzi ali, business eticks, csr, dan risk manage...
10,  sm,  istiqmal fajar d,  hapzi ali, business eticks, csr, dan risk manage...10,  sm,  istiqmal fajar d,  hapzi ali, business eticks, csr, dan risk manage...
10, sm, istiqmal fajar d, hapzi ali, business eticks, csr, dan risk manage...
 
Tanggung jawab sosial dan etika bisnis, pengeantar manajemen,
Tanggung jawab sosial dan etika bisnis, pengeantar manajemen,Tanggung jawab sosial dan etika bisnis, pengeantar manajemen,
Tanggung jawab sosial dan etika bisnis, pengeantar manajemen,
 
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
 
be gg, royhan jamaan, hapzi ali,theory and practice of corporate governance, ...
be gg, royhan jamaan, hapzi ali,theory and practice of corporate governance, ...be gg, royhan jamaan, hapzi ali,theory and practice of corporate governance, ...
be gg, royhan jamaan, hapzi ali,theory and practice of corporate governance, ...
 
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
 
Begg, cut amanda pravitadewi, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, employer resp...
Begg, cut amanda pravitadewi, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, employer resp...Begg, cut amanda pravitadewi, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, employer resp...
Begg, cut amanda pravitadewi, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, employer resp...
 
Be gg, heru eko septian, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethical decision m...
Be gg, heru eko septian, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethical decision m...Be gg, heru eko septian, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethical decision m...
Be gg, heru eko septian, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethical decision m...
 
Tangggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Manajemen Strategis
Tangggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Manajemen StrategisTangggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Manajemen Strategis
Tangggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Manajemen Strategis
 
BE&GG, Ruslan, Hapzi Ali, Corporate Social Responsibility, Universitas Mercu ...
BE&GG, Ruslan, Hapzi Ali, Corporate Social Responsibility, Universitas Mercu ...BE&GG, Ruslan, Hapzi Ali, Corporate Social Responsibility, Universitas Mercu ...
BE&GG, Ruslan, Hapzi Ali, Corporate Social Responsibility, Universitas Mercu ...
 
Be & gg, basrizal, prof hapzi ali, etika bisnis mnc group, univ. mercu bu...
Be & gg, basrizal, prof hapzi ali, etika bisnis mnc group, univ. mercu bu...Be & gg, basrizal, prof hapzi ali, etika bisnis mnc group, univ. mercu bu...
Be & gg, basrizal, prof hapzi ali, etika bisnis mnc group, univ. mercu bu...
 
Bab 3 etika dan tanggung jawab perusahaan
Bab 3 etika   dan tanggung jawab perusahaan Bab 3 etika   dan tanggung jawab perusahaan
Bab 3 etika dan tanggung jawab perusahaan
 
BE & GG, Bonita, Hapzi Ali, ethical decision making employer responsibility a...
BE & GG, Bonita, Hapzi Ali, ethical decision making employer responsibility a...BE & GG, Bonita, Hapzi Ali, ethical decision making employer responsibility a...
BE & GG, Bonita, Hapzi Ali, ethical decision making employer responsibility a...
 
Tanggung jawab sosial perusahaan(CSR)
Tanggung jawab sosial perusahaan(CSR)Tanggung jawab sosial perusahaan(CSR)
Tanggung jawab sosial perusahaan(CSR)
 
Be&gg,heru eko septian,prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma,studi kasus pelan...
Be&gg,heru eko septian,prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma,studi kasus pelan...Be&gg,heru eko septian,prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma,studi kasus pelan...
Be&gg,heru eko septian,prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma,studi kasus pelan...
 
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, CSR, Universitas ...
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, CSR, Universitas ...BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, CSR, Universitas ...
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, CSR, Universitas ...
 
Week 14, Be & gg, bayu adam, prof. hapzi ali, Ethics and Conflict Interest, u...
Week 14, Be & gg, bayu adam, prof. hapzi ali, Ethics and Conflict Interest, u...Week 14, Be & gg, bayu adam, prof. hapzi ali, Ethics and Conflict Interest, u...
Week 14, Be & gg, bayu adam, prof. hapzi ali, Ethics and Conflict Interest, u...
 
Be & gg, slide ppt, zikri nurmansyah, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, busin...
Be & gg, slide ppt, zikri nurmansyah, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, busin...Be & gg, slide ppt, zikri nurmansyah, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, busin...
Be & gg, slide ppt, zikri nurmansyah, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, busin...
 
BE GG, Novri Yanto, Hapzi Ali, Penerapan Etika Bisnis (Nilai Etika) Pada peru...
BE GG, Novri Yanto, Hapzi Ali, Penerapan Etika Bisnis (Nilai Etika) Pada peru...BE GG, Novri Yanto, Hapzi Ali, Penerapan Etika Bisnis (Nilai Etika) Pada peru...
BE GG, Novri Yanto, Hapzi Ali, Penerapan Etika Bisnis (Nilai Etika) Pada peru...
 
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business, business ethic pada pt may...
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business, business ethic pada pt may...Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business, business ethic pada pt may...
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business, business ethic pada pt may...
 

Similar to BE, GG, EDI PUTRA, HAPZI ALI, ETHICS AND BUSINESS, ETHICAL DECISION MAKING , EMPLOYER RESPONSIBILITY AND EMPLOYER RIGHT, UNIVERSITAS MERCU BUANA, 2017

BE&GG, Ruslan, Hapzi Ali, Ethical Decision Making Employer Responsibilities a...
BE&GG, Ruslan, Hapzi Ali, Ethical Decision Making Employer Responsibilities a...BE&GG, Ruslan, Hapzi Ali, Ethical Decision Making Employer Responsibilities a...
BE&GG, Ruslan, Hapzi Ali, Ethical Decision Making Employer Responsibilities a...Ruslan -
 
EMPLOYERS RESPOSIBILITY AND EMPLOYERS RIGHTS, Asteria Dian Perdanawati
EMPLOYERS RESPOSIBILITY AND EMPLOYERS RIGHTS, Asteria Dian PerdanawatiEMPLOYERS RESPOSIBILITY AND EMPLOYERS RIGHTS, Asteria Dian Perdanawati
EMPLOYERS RESPOSIBILITY AND EMPLOYERS RIGHTS, Asteria Dian PerdanawatiAsteria Dian Perdanawati
 
Begg,wildan karim angga perbata, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. ethical de...
Begg,wildan karim angga perbata, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. ethical de...Begg,wildan karim angga perbata, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. ethical de...
Begg,wildan karim angga perbata, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. ethical de...Wildan Karim Angga Perbata
 
be gg. royhan jamaan, hapzi ali, corporate ethic rights, privileges, problem ...
be gg. royhan jamaan, hapzi ali, corporate ethic rights, privileges, problem ...be gg. royhan jamaan, hapzi ali, corporate ethic rights, privileges, problem ...
be gg. royhan jamaan, hapzi ali, corporate ethic rights, privileges, problem ...Royhan Jamaan
 
9, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, CORPORATE ETHICS RIGHTS, UNIV...
9, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, CORPORATE ETHICS RIGHTS, UNIV...9, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, CORPORATE ETHICS RIGHTS, UNIV...
9, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, CORPORATE ETHICS RIGHTS, UNIV...marisa tanggang
 
Be & gg, muhammad nur cholish, prof. dr. ir.hapzi ali, mm, cma, business ethi...
Be & gg, muhammad nur cholish, prof. dr. ir.hapzi ali, mm, cma, business ethi...Be & gg, muhammad nur cholish, prof. dr. ir.hapzi ali, mm, cma, business ethi...
Be & gg, muhammad nur cholish, prof. dr. ir.hapzi ali, mm, cma, business ethi...Muhammad Nur Cholish
 
2,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,etika perlindung...
2,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,etika perlindung...2,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,etika perlindung...
2,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,etika perlindung...dyahruthw
 
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...Ade Caswito
 
9, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,corporate ethics r...
9, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,corporate ethics r...9, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,corporate ethics r...
9, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,corporate ethics r...ciciliaeritawanti
 
3,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business,Environmental Ethic...
3,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business,Environmental Ethic...3,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business,Environmental Ethic...
3,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business,Environmental Ethic...MaksiPrimaDewi
 
1, BE & GG, NOVITA DEWI PURNAMA, HAPZI ALI, Ethics and Business Concept and T...
1, BE & GG, NOVITA DEWI PURNAMA, HAPZI ALI, Ethics and Business Concept and T...1, BE & GG, NOVITA DEWI PURNAMA, HAPZI ALI, Ethics and Business Concept and T...
1, BE & GG, NOVITA DEWI PURNAMA, HAPZI ALI, Ethics and Business Concept and T...Imam Arifin
 
9,be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges,...
9,be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges,...9,be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges,...
9,be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges,...dittaayua
 
Be & gg, indra hendiyana, hapzi ali, ethical decision making employer res...
Be & gg, indra hendiyana, hapzi ali, ethical decision making employer res...Be & gg, indra hendiyana, hapzi ali, ethical decision making employer res...
Be & gg, indra hendiyana, hapzi ali, ethical decision making employer res...Indra Hendiyana
 
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Employee Responsibilities and Rigths _Univer...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Employee Responsibilities and Rigths _Univer...BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Employee Responsibilities and Rigths _Univer...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Employee Responsibilities and Rigths _Univer...Muhammad Frayogi
 
Etika etika keusahawanan
Etika etika keusahawananEtika etika keusahawanan
Etika etika keusahawananSyahremie Teja
 
15, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,theory and practi...
15, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,theory and practi...15, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,theory and practi...
15, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,theory and practi...ciciliaeritawanti
 
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. stakeholder, ethical dec...
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. stakeholder, ethical dec...Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. stakeholder, ethical dec...
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. stakeholder, ethical dec...Eka Yulianto
 
Prinsip Etika Bisnis Dalam Pendekatan Stakeholder
Prinsip Etika Bisnis Dalam Pendekatan StakeholderPrinsip Etika Bisnis Dalam Pendekatan Stakeholder
Prinsip Etika Bisnis Dalam Pendekatan Stakeholdershellynovianty
 
15, be gg, alex arifiansyah, hapzi ali, quiz and forum theory and practice of...
15, be gg, alex arifiansyah, hapzi ali, quiz and forum theory and practice of...15, be gg, alex arifiansyah, hapzi ali, quiz and forum theory and practice of...
15, be gg, alex arifiansyah, hapzi ali, quiz and forum theory and practice of...lexipel
 

Similar to BE, GG, EDI PUTRA, HAPZI ALI, ETHICS AND BUSINESS, ETHICAL DECISION MAKING , EMPLOYER RESPONSIBILITY AND EMPLOYER RIGHT, UNIVERSITAS MERCU BUANA, 2017 (20)

BE&GG, Ruslan, Hapzi Ali, Ethical Decision Making Employer Responsibilities a...
BE&GG, Ruslan, Hapzi Ali, Ethical Decision Making Employer Responsibilities a...BE&GG, Ruslan, Hapzi Ali, Ethical Decision Making Employer Responsibilities a...
BE&GG, Ruslan, Hapzi Ali, Ethical Decision Making Employer Responsibilities a...
 
EMPLOYERS RESPOSIBILITY AND EMPLOYERS RIGHTS, Asteria Dian Perdanawati
EMPLOYERS RESPOSIBILITY AND EMPLOYERS RIGHTS, Asteria Dian PerdanawatiEMPLOYERS RESPOSIBILITY AND EMPLOYERS RIGHTS, Asteria Dian Perdanawati
EMPLOYERS RESPOSIBILITY AND EMPLOYERS RIGHTS, Asteria Dian Perdanawati
 
Begg,wildan karim angga perbata, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. ethical de...
Begg,wildan karim angga perbata, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. ethical de...Begg,wildan karim angga perbata, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. ethical de...
Begg,wildan karim angga perbata, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. ethical de...
 
be gg. royhan jamaan, hapzi ali, corporate ethic rights, privileges, problem ...
be gg. royhan jamaan, hapzi ali, corporate ethic rights, privileges, problem ...be gg. royhan jamaan, hapzi ali, corporate ethic rights, privileges, problem ...
be gg. royhan jamaan, hapzi ali, corporate ethic rights, privileges, problem ...
 
9, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, CORPORATE ETHICS RIGHTS, UNIV...
9, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, CORPORATE ETHICS RIGHTS, UNIV...9, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, CORPORATE ETHICS RIGHTS, UNIV...
9, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, CORPORATE ETHICS RIGHTS, UNIV...
 
Be & gg, muhammad nur cholish, prof. dr. ir.hapzi ali, mm, cma, business ethi...
Be & gg, muhammad nur cholish, prof. dr. ir.hapzi ali, mm, cma, business ethi...Be & gg, muhammad nur cholish, prof. dr. ir.hapzi ali, mm, cma, business ethi...
Be & gg, muhammad nur cholish, prof. dr. ir.hapzi ali, mm, cma, business ethi...
 
2,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,etika perlindung...
2,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,etika perlindung...2,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,etika perlindung...
2,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,etika perlindung...
 
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
 
9, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,corporate ethics r...
9, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,corporate ethics r...9, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,corporate ethics r...
9, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,corporate ethics r...
 
3,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business,Environmental Ethic...
3,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business,Environmental Ethic...3,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business,Environmental Ethic...
3,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business,Environmental Ethic...
 
Bab ix
Bab ixBab ix
Bab ix
 
1, BE & GG, NOVITA DEWI PURNAMA, HAPZI ALI, Ethics and Business Concept and T...
1, BE & GG, NOVITA DEWI PURNAMA, HAPZI ALI, Ethics and Business Concept and T...1, BE & GG, NOVITA DEWI PURNAMA, HAPZI ALI, Ethics and Business Concept and T...
1, BE & GG, NOVITA DEWI PURNAMA, HAPZI ALI, Ethics and Business Concept and T...
 
9,be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges,...
9,be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges,...9,be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges,...
9,be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges,...
 
Be & gg, indra hendiyana, hapzi ali, ethical decision making employer res...
Be & gg, indra hendiyana, hapzi ali, ethical decision making employer res...Be & gg, indra hendiyana, hapzi ali, ethical decision making employer res...
Be & gg, indra hendiyana, hapzi ali, ethical decision making employer res...
 
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Employee Responsibilities and Rigths _Univer...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Employee Responsibilities and Rigths _Univer...BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Employee Responsibilities and Rigths _Univer...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Employee Responsibilities and Rigths _Univer...
 
Etika etika keusahawanan
Etika etika keusahawananEtika etika keusahawanan
Etika etika keusahawanan
 
15, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,theory and practi...
15, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,theory and practi...15, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,theory and practi...
15, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,theory and practi...
 
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. stakeholder, ethical dec...
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. stakeholder, ethical dec...Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. stakeholder, ethical dec...
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. stakeholder, ethical dec...
 
Prinsip Etika Bisnis Dalam Pendekatan Stakeholder
Prinsip Etika Bisnis Dalam Pendekatan StakeholderPrinsip Etika Bisnis Dalam Pendekatan Stakeholder
Prinsip Etika Bisnis Dalam Pendekatan Stakeholder
 
15, be gg, alex arifiansyah, hapzi ali, quiz and forum theory and practice of...
15, be gg, alex arifiansyah, hapzi ali, quiz and forum theory and practice of...15, be gg, alex arifiansyah, hapzi ali, quiz and forum theory and practice of...
15, be gg, alex arifiansyah, hapzi ali, quiz and forum theory and practice of...
 

More from Edi Putra, S.Inf., M.M., ASCA

Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business,executive and director, uni...
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business,executive and director, uni...Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business,executive and director, uni...
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business,executive and director, uni...Edi Putra, S.Inf., M.M., ASCA
 
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business,audit and internal control,...
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business,audit and internal control,...Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business,audit and internal control,...
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business,audit and internal control,...Edi Putra, S.Inf., M.M., ASCA
 
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business, csr , corporate social res...
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business, csr , corporate social res...Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business, csr , corporate social res...
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business, csr , corporate social res...Edi Putra, S.Inf., M.M., ASCA
 
Be gg, edi putra hapzi ali, ethics and business, board of director, board com...
Be gg, edi putra hapzi ali, ethics and business, board of director, board com...Be gg, edi putra hapzi ali, ethics and business, board of director, board com...
Be gg, edi putra hapzi ali, ethics and business, board of director, board com...Edi Putra, S.Inf., M.M., ASCA
 
BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali, Ethics and Business, Philosophical Ethics and ...
BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali, Ethics and Business, Philosophical Ethics and ...BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali, Ethics and Business, Philosophical Ethics and ...
BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali, Ethics and Business, Philosophical Ethics and ...Edi Putra, S.Inf., M.M., ASCA
 
BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali,Ethics and Business : Philosophical Ethics and ...
BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali,Ethics and Business : Philosophical Ethics and ...BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali,Ethics and Business : Philosophical Ethics and ...
BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali,Ethics and Business : Philosophical Ethics and ...Edi Putra, S.Inf., M.M., ASCA
 
BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali, Ethics and Business Concept and Theory, Univer...
BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali, Ethics and Business Concept and Theory, Univer...BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali, Ethics and Business Concept and Theory, Univer...
BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali, Ethics and Business Concept and Theory, Univer...Edi Putra, S.Inf., M.M., ASCA
 

More from Edi Putra, S.Inf., M.M., ASCA (7)

Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business,executive and director, uni...
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business,executive and director, uni...Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business,executive and director, uni...
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business,executive and director, uni...
 
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business,audit and internal control,...
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business,audit and internal control,...Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business,audit and internal control,...
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business,audit and internal control,...
 
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business, csr , corporate social res...
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business, csr , corporate social res...Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business, csr , corporate social res...
Be, gg, edi putra, hapzi ali, ethics and business, csr , corporate social res...
 
Be gg, edi putra hapzi ali, ethics and business, board of director, board com...
Be gg, edi putra hapzi ali, ethics and business, board of director, board com...Be gg, edi putra hapzi ali, ethics and business, board of director, board com...
Be gg, edi putra hapzi ali, ethics and business, board of director, board com...
 
BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali, Ethics and Business, Philosophical Ethics and ...
BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali, Ethics and Business, Philosophical Ethics and ...BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali, Ethics and Business, Philosophical Ethics and ...
BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali, Ethics and Business, Philosophical Ethics and ...
 
BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali,Ethics and Business : Philosophical Ethics and ...
BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali,Ethics and Business : Philosophical Ethics and ...BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali,Ethics and Business : Philosophical Ethics and ...
BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali,Ethics and Business : Philosophical Ethics and ...
 
BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali, Ethics and Business Concept and Theory, Univer...
BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali, Ethics and Business Concept and Theory, Univer...BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali, Ethics and Business Concept and Theory, Univer...
BE & GG, Edi Putra, Hapzi Ali, Ethics and Business Concept and Theory, Univer...
 

Recently uploaded

Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 

Recently uploaded (20)

Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 

BE, GG, EDI PUTRA, HAPZI ALI, ETHICS AND BUSINESS, ETHICAL DECISION MAKING , EMPLOYER RESPONSIBILITY AND EMPLOYER RIGHT, UNIVERSITAS MERCU BUANA, 2017

  • 1. BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE : Ethical decision making: employer responsibility and employee right Dosen Pengampu : Prof.Dr.Ir.H.Hapzi Ali, MM Disusun Oleh : Edi Putra 55116120108 PROGRAM STUDI MASTER MANAJEMEN UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017
  • 2. STAKEHOLDER Stakeholder adalah suatu masyarakat, kelompok, komunitas ataupun individu manusia yang memiliki hubungan dan kepentingan terhadap suatu organisasi atau perusahaan. Suatu masyarakat, kelompok, komunitas ataupun individu tersebut dapat dikatakan sebagai stakeholder jika mereka memiliki karekteristik seperti memiliki kekuasaan dan kepentingan terhadap organisasi atau perusahaan. Atau definisi dari stakeholder yaitu orang yang memiliki minat maupun kepentingan di dalam suatu perusahaan. Hal ini bisa menyangkut kepentingan finansial atau kepentingan lainnya. Jika orang tersebut terkena pengaruh dari apa yang terjadi pada perusahaan, baik itu dampak negatif atau positif orang tersebut dapat dikatakan sebagai stakeholder. Definisi stakeholders menurut Freeman (1984) merupakan individu atau kelompok yang bisa mempengaruhi dan/ atau dipengaruhi oleh organisasi sebagai dampak dari aktivitas-aktivitasnya. Sedangkan Chariri dan Ghazali (2007, h.32) mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholders-nya (shareholders, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain). Sedangkan Rudito (2004) mengemukakan bahwa perusahaan dianggap sebagai stakeholders, jika mempunyai tiga atribut, yaitu: kekuasaan, legitimasi dan kepentingan. Mengacu pada pengertian stakeholders diatas, maka dapat ditarik suatu penjelasan bahwa dalam suatu aktivitas perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar dan dari dalam, yang kesemuanya dapat disebut sebagai stakeholders. Kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada dukungan stakeholders dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerful stakeholders, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakehoders-nya (Chariri dan Ghazali, 2007).
  • 3. Kasali dalam Wibisono (2007, hal. 90) membagi stakeholders menjadi sebagai berikut: 1. Stakeholders Internal dan stakeholders eksternal. Stakeholders internal adalah stakeholders yang berada di dalam lingkungan organisasi. Misalnya karyawan, manajer dan pemegang saham (shareholder). Sedangkan stakeholders eksternal adalah stakeholders yang berada di luar lingkungan organisasi, seperti penyalur atau pemasok, konsumen atau pelanggan, masyarakat, pemerintah, pers, kelompok social responsible investor, licensing partner dan lain-lain. 2. Stakeholders primer, sekunder dan marjinal. Tidak semua elemen dalam stakeholders perlu diperhatikan. Perusahaan perlu menyusun skala prioritas. Stakeholders yang paling penting disebut stakeholders primer, stakeholders yang kurang penting disebut stakeholders sekunder dan yang biasa diabaikan disebut stakeholders marjinal. Urutan prioritas ini berbeda bagi setiap perusahaan meskipun produk atau jasanya sama. Urutan ini juga bisa berubah dari waktu ke waktu. 3. Stakeholders tradisional dan stakeholders masa depan. Karyawan dan konsumen dapat disebut sebagai stakeholders tradisional, karena saat ini sudah berhubungan dengan organisasi. Sedangkan stakeholders masa depan adalah stakeholders pada masa yang akan datang diperkirakan akan memberikan pengaruhnya pada organisasi seperti mahasiswa, peneliti dan konsumen potensial. 4. Proponents, opponents, dan uncommitted. Diantara stakeholders ada kelompok yang memihak organisasi (proponents), menentang organisasi (opponents) dan ada yang tidak peduli atau abai (uncommitted). Organisasi perlu mengenal stakeholders yang berbeda-beda ini agar dapat melihat permasalahan, menyusun rencana dan strategi untuk melakukan tindakan yang proposional.
  • 4. 5. Silent majority dan vokal minority. Dilihat dari aktivitas stakeholders dalam melakukan komplain atau mendukung perusahaan, tentu ada yang menyatakan pertentangan atau dukungannya secara vokal (aktif) namun ada pula yang menyatakan secara silent (pasif). Menurut Hill (1996, hal 129), Stakeholders dalam pelayanan sosial meliputi negara, sektor pivat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan masyarakat, dalam kasus program CSR keseluruhan entitas tersebut terlibat secara bersama-sama. Sementara mereka memiliki kepentingan berbeda-beda yang satu dengan yang lain bisa saling bersebrangan dan sangat mungkin merugikan pihak yang lain. Cara menjaga Etika yang sesuai dengan budaya Bangsa Salah satu aspek yang sangat populer dan perlu mendapat perhatian dalam dunia bisnis ini adalah norma dan etika bisnis. Etika bisnis selain dapat menjamin kepercayaan dan loyalitas dari semua unsur yang berpengaruh pada perusahaan, juga sangat menentukan maju atau mundurnya perusahaan. Berikut adalah cara untuk menjaga agar etika sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. 1. Ciptakan kepercayaan perusahaan. Kepercayaan perusahaan dalam menetapkan nilai-nilai perusahaan yang mendasari tanggung jawab etika bagi pemilik kepentingan. 2. Kembangkan kode etik. Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar tingkah laku dan prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dari karyawan.
  • 5. 3. Jalankan kode etik secara adil dan konsisten. Manajer harus mengambil tindakan apabila mereka melanggar etika. Bila karyawan mengetahui bahwa yang melanggar etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi tidak berarti apa-apa. 4. Lindungi hak perorangan. Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat bergantung pada individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip morl dan nilainya merupakan jaminan terbaik untuk menghindari untuk menghindari penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan etika seseorang harus memiliki: (a) Komitmen etika, yaitu tekad seseorang untuk bertindak secara etis dan melakukan sesuatu yang benar; (b) Kesadaran etika, yaitu kemampuan kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan suara pikiran moral dan mengembangkan strategi pemecahan masalah secara praktis. 5. Adakan pelatihan etika. Workshop merupakan alat untuk meningkatkan kesadaran para karyawan. 6. Lakukan audit etika secara periodik. Audit merupakan cara terbaik untuk mengevaluasi efektivitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan memberikan suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan sekadar gurauan. 7. Pertahankan standar tinggi tentang tingkah laku, tidak hanya aturan. Tidak ada seorang pun yang dapat mengatur norma dan etika. Akan tetapi, manajer bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui tingkat penampilan yang mereka harapkan. Standar tingkah laku sangat penting untuk menekankan betapa pentingnya etika dalam organisasi. Setiap karyawan harus mengetahui bahwa etika tidak bisa dinegosiasi atau ditawar.
  • 6. 8. Hindari contoh etika yang tercela setiap saat dan etika diawali dari atasan. Atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya. 9. Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah.Komunikasi dua arah sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang kita hasilkan dan menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan. 10. Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Para karyawan diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana standar etika dipertahankan. Ethical decision making: employer responsibility and employee right Tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan stakeholder sangatlah penting, tidak kalah pentingnya adalah tehadap intern perusahaa n yaitu pemenuhan hak dan kewajiban karyawan terhadap perusahaan dan sebaliknya. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut harus sesuai norma etika bisnis perusahaan. Sehinggan tujuan dalam jangka panjang bisa tercapai berkat dukungan seluruh pegawai yang ada. Dalam bisnis modern yang penuh persaingan ketat, para pengusaha semakin menyadari bahwa pengakuan, penghar gaan dan jaminan atas hak-hak pekerja dalam jangka panjang akan sangat menentukan sehat tidaknya kinerja suatu perusahaan. Hal ini karena jaminan atas hak-hak pekerja pada akhirnya berpengaruh langsung secara positif atas sikap, komitmen, loyalitas dan produktivitas dan kinerja setiap pekerja. Suka tidak suka, hal ini berpengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan. Penghargaan atau sebaliknya pelanggaran atas hak –hak pekerja akan membuat karyawan
  • 7. betah atau tidak betah, berdisiplin atau tidak, punya komitmen atau tidak produktif atau tidak, loyal atau tidak Hak hak karyawan harus dipenuhi oleh perusahaan, karyawan diberikan:  Pengakuan harkat dan martabat sebagai manusia.  Keadilan sistem imbalan, setara dengan perusahaan lain sejenis.  Promosi, motivasi pemberian tugas.  Kesempatan partisipasi pengambilan keputusan tugas pekerjaannya.  Supervisi profesional.  Keamanan, kesehatan lingkungan kerja.  Peningkatan mutu hidup karyawan.  Penyediaan pendidikan dan pelatiha A. Kewajiban Karyawan Ada 3 kewajiban karyawan : 1. Kewajiban ketaatan Bagi orang yang memiliki ikatan kerja dengan perusahaan, salah satu implikasi dari statusnya sebagai karyawan adalah bahwa ia harus mematuhi perintah dan petunjuk dari atasannya. Tetapi, karyawan tidak perlu dan malah tidak boleh mematuhi perintah yang menyuruh dia melakukan sesuatu yang tidak bermoral misalnya membunuh, menipu musuh. Selain itu karyawan tidak wajib juga mematuhi perintah atasannya yang tidak wajar seperti contohnya merenovasi rumah atasan, walaupun dari segi etika tidak ada keberatan. Kemudian, karyawan juga tidak perlu mematuhi perintah yang memang demi kepentingan perusahaan, tetapi tidak sesuai dengan penugasan yang disepakati, ketika ia menjadi karyawan di perusahaan itu. Selain itu karyawan tidak perlu mematuhi perintah yang tidak sesuai Job description. Contoh dilingkungan pekerjaan saya :
  • 8. Saya harus mematuhi aturan masuk kerja, cara berpakaian, prosedur kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Namun saya boleh menolak untuk melakukan hal yang tidak bermoral seperti menipu dan melakukan ha yang tidak wajar seperti memaksa supplier untuk memberikan komisi terhadap PO yang saya buka. 2. Kewajiban konfidensialitas Kewajiban konfidensialitas adalah kewajiban untuk menyimpan informasi yang bersifat konfidensial dan kareana itu rahasia yang telah diperoleh dengan menjalankan suatu profesi. Konfidensialitas berasal dari kata Latin confidere yang berarti mempercayai. Dalam konteks perusahaan konfidensialitas memegang peranan penting. Karena seseorang bekerja pada suatu perusahaan, bisa saja ia mempunyai akses kepada informasi rahasia. Sehingga tidak perlu dipertanyakan lagi mengapa karyawan harus menyimpan rahasia perusahaan karena alasan etika mendasari kewajiban ini yaitu bahwa perusahaan menjadi pemilik informasi rahasia itu. Membuka rahasia itu berarti sama saja dengan mencuri. Milik tidak terbatas pada barang fisik saja, tetapi meliputi juga ide, pikiran, atau temuan seseorang. Dengan kata lain, disamping milik fisik terdapat juga milik intelektual. Jadi, dasar untuk kewajiban konfidensialitas dari karyawan adalah intellectual property rights dari perusahaan. Alasan kedua adalah bahwa membuka rahasia perusahaan bertentangan dengan etika pasar bebas. Contoh dilingkungan pekerjaan saya : Saya berkewajiban menyimpan, dan merahasiakan informasi yang konfidensial. Seperti launching produk baru walaupun saya sudah mengetahui planning nya secara detail. Atau saya tidak dapat membocorkan rahasia data base supplier, atau RND tidak boleh membocorkan rahasia resep rahasia makanan yang diproduksi di pabrik. 3. Kewajiban loyalitas Kewajiban loyalitas pun merupakan konsekuensi dari status seseorang sebagai karyawan perusahaan. Dengan mulai bekerja di suatu perusahaan, karyawan harus mendukung tujuan-tujuan perusahaan, karena sebagai karyawan ia melibatkan diri untuk turut merealisasikan tujuan-tujuan tersebut, dan karena itu pula ia harus menghindari segala
  • 9. sesuatu yang bertentangan dengannya. Dengan kata lain, ia harus menghindari apa yang bisa merugikan kepentingan perusahaan. Faktor utama yang bisa membahayakan terwujudnya loyalitas adalah konflik kepentingan artinya konflik antara kepentingan pribadi karyawan dan kepentingan perusahaan. Karyawan tidak boleh menjalankan kegiatan pribadi, yang bersain dengan kepentingan perusahaan. Karena bahay konflik kepentingan potensial itu, beberapa jenis pekerjaan tidak boleh dirangkap. Dalam konteks ini termasuk juga masalah etis seperti menerima komisi / hadiah selaku karyawan perusahaan. Masalh komisi berkaitan erat dengan apa yang sekarang dikenal sebagai triade “Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)”. Jalan keluar dari permasalahan ini sebagian besar tergantung dari sikap yang diambil perusahaan bersangkutan. Begitupun tantang hadiah yang diberikan oleh perusahaan / intansi lain kepada karyawan waktu menjalankan tugasnya. Hal itu dimaksudakan untuk mempengaruhi karyawan tersebut. Jalan keluarnya pun dengan membuat peraturan yang jelas dalam kode etik perusahaan / dengan cara lain. Selain memiliki kewajiban karyawan pun memiliki hak.Hak itu dicantumkan dalam kontrak kerja, dimana pasti ada ketentuan bahwa karyawan wajib memberitahaukan satu, dua, tiga bulan sebelumnya (tergantung posisinya dan kesulitan mencari pengganti), jika ia mau meninggalkan perusahaan. Kewajiban loyalitas memang tidak meniadakan hak karyawan untuk pindah kerja. Contoh dilingkungan pekerjaan saya : Saya harus dapat mendukung dan berkontribusi bagi perkembangan perusahaan. karena saya berada pada departemen supply chain, Maka saya harus menjunjung tinggi loyalitas kerja dan memastikan pasokan bahan packaging yang saya handle sesuai dengan waktu yang dibutuhkan, dengan kualitas yang baik dan harga yang sesuai dengan budgeting. Namun tidak untuk tindakan KKN karena posisi yang saya tempati saya riskan akan KKN orang biasa menyebut purchasing adalah lahan basah.
  • 10. B. Kewajiban Perusahaan Terhadap Karyawan Berturut-turut akan dibicarakan tentang kewajiban perusahaan untuk tidak diskriminasi, untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja, untuk memberi imbalan kerja yang pantas dan untuk tidak memberhentikan karyawan dengan semena-mena. Kewajiban perusahaan biasanya sepadan dengan hak karyawan. 1. Perusahaan tidak boleh mempraktekan diskriminasi Diskriminasi adalah masalah etis yang baru nampak dengan jelas dalam paro kedua dari abad ke 20. Biasanya mengenai warna kulit dan gender (jenis kelamin). Di Indonesia diskriminasi timbul berhubungan dengan status asli / tidak asli, pribumi / non-pribumi, dari para warga negara dan agama. a. Diskriminasi dalam konteks perusahaan Istilah diskriminasi berasal dari bahas Latin “discernee” yang berarti membedakan, memisahkan, memilah. Dalam konteks perusahaan diskriminasi dimaksudkan membedakan antara pelbagai karyawan karena alasan tidak relevan yang berakar dari prasangka. Membedakan antara karyawan tentu sering terjadi karena alasan yang sah. Dalam menerima karyawan baru, perusahaan sering menentukan syarat seperti mempunyai pengalaman kerja sekian tahun, memiliki ijazah S-1 (malah bisa ditambah dengan IPK minimal 2,75), menguasai bahasa Inggris, baik lisan maupun tertulis dll. Dalam hal imbalan, bisa terjadi bahwa suatu karyawan mendapat bonus akhir tahun karena lebih berprestasi daripada karyawan lainnya. Hal-hal diatas adalah alasan yang relevan. Bila beberapa karyawan diperlakukan dengan cara yang berbeda, karena alasan yang tidak relevan. Biasanya alasan itu berakar dalam suatu pandangan stereotip terhdap ras, agama atau jenis kelamin bersangkutan. Dengan kata lain, latar belakang terjadinya diskriminasi adalah pandangan rasisme, sektarianisme / seksisme. b. Argumentasi etika melawan diskriminasi
  • 11. 1. Dari pihak utilitarisme dikemukakan argumen bahwa diskriminasi merugikan perusahaan itu sendiri. Terutama dalm rangka pasar bebas, menjadi sangat mendesak bahwa perusahaan memiliki karyawan berkualitas yang menjamin produktivitas terbesar dan mutu produk terbaik. Sumber daya manusia menjadi kunci dalam kompetisi di pasar bebas. Jika perusahaan memperhatikan faktor-faktor lain selain kualitas karyawan ia bisa ketinggalan dalam kompetisi dengan perusahaan lain. Karena itu perusahaan harus menghindari diskriminasi demi kepentingannya sendiri. 2. Deontologi berpendapat bahwa diskriminasi melecehkan martabat dari orang yang didikriminasi.Berarti tidak menghormati martabat manusia yang merupakan suatu pelanggaran etika yang berat. 3. Teori keadilan berpendapat bahwa praktek diskriminasi bertentangan dengan keadilan, khususnya keadilan distributif / keadilan membagi. Keadilan distributif menuntut bahwa kita memperlakukan semua orang dengan cara yang sama, selama tidak ada alasan khusus untuk memperlakukan mereka dengan cara yang berbeda. Pikiran itu sudah dikenal sebagai prinsip moral keadilan distributif. c. Beberapa masalah terkait Tidak bisa disangkal, penilaian terhadap diskriminasi bisa berubah karena kondisi historis, sosial / budaya dalam masyarakat. Karena keterkaitan dengan faktor sejarah dan sosio-budaya ini, masalah diskriminasi tidak bisa ditangani dengan pendekatan hitam putih. Artinya tergantung dengan tempatnya sehingga bersifat relativitas. Dalam konteks perusahaan, favoritisme dimaksudkan kecenderungan untuk mengistimewakan orang tertentu (biasanya sanak saudara) dalam menyeleksi karyawan, menyediakan promosi, bonus, fasilitas khusus dll. Seperti diskriminasi, favoritisme pun memperlukan orang dengan cara tidak sama, tapi berbeda dengan diskriminasi, favoritisme tidak terjadi karena prasangka buruk, melainkan justru prefensi dan bersifat positif (mengutamakan orang-orang tertentu). Favoritisme
  • 12. terjadi, bila perusahaan mengutamakan karyawan yang berhubungan famili, berasal dari daerah yang sama, memeluk agama yang sama, dll. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa menghindari favoritisme selalu merupakan pilihan terbaik dari sudut pandang etika. Dengan itu pula lebih mudah dihindari nepotisme, yang bertentangan dengan keadilan distributif. Tetapi sulit untuk ditentukan pada saat mana favoritisme pasti melewati ambang toleransi etika. Untuk menanggulangi akibat diskriminasi, kini lebih banyak dipakai istilah affirmative action “aksi afirmatif”. Melalui aksi itu orang mencoba mengatasi / mengurangi ketertinggalan golongan yang dulunya di diskriminasi. 2. Perusahaan harus menjamin kesehatan dan keselamatan kerja a. Beberapa aspek keselamatan kerja Keselamatan kerja dapat terwujud bilamana tempat kerja itu aman. Dan tempat kerja itu aman kalau bebas dari risiko terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan si pekerja cedera atau bahkan mati. Kesehatan kerja dapat direalisasikan karena tempat kerja dalam kondisi sehat. Tempat kerja bisa dianggap sehat kalau bebas dari risiko terjadinya gangguan kesehatan / penyakit. Di Indonesia masalah keselamatan dan kesehatan kerja dikenal sebagai K3 dan banyak perusahaan mempunyai Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Sedangkan di Amerika Serikat didirikan Occupational Safety and Health Administration (OSHA) untuk mengawaasi pelaksanaan UU yang bertujuan untuk to assure as far as possible every working man and woman in the nation safe and healthful working conditions. b. Pertimbangan etika Tiga pendasaran segi etika dari masalah perlindungan kaum pekerja.
  • 13. 1. The right of survival (hak untuk hidup) 2. Manusia selalu diperlakukan sebagai tujuan pada dirinya dan tidak pernah sebagai sarana belaka. 3.Kewajiban etis harus sejalan dengan cost benefit analysis. Masyarakat sendiri dan terutama ekonomi negara akan mengalami kerugian besar jika proses produksi tidak berlangsung dalam kondisi aman dan sehat. 4.Kebebasan si pekerja adalah faktor yang membenarkan moralitas pekerjaan beresiko. Si pekerja sendiri harus mengambil resiko dengan sukarela. Tetapi supaya si pekerja sungguh-sungguh bebas dalam hal ini, perlu beberapa syarat : 1) Harus tersedia pekerjaan alternatif. 2) Diberi informasi tentang resiko yang berkaitan dengan pekerjaannya sebelum si pekerja mulai bekerja. 3) Perusahaan selalu wajib berupaya, agar risiko bagi pekerja seminimal mungkin. c. Dua masalah khusus Si pekerja sendiri harus mengambil keputusan, setelah diberi informasi tentang risiko bagi pekerja. Mereka sendiri harus mempertimbangkan kesejahteraan ekonomis mereka (gaji yang lebih tinggi) dan resiko bagi keturunannya. Jika tidak sanggup bisa mengajukan permohonan untuk dipindahkan ke bagian produksi lain dengan konsekuensi gaji yang lebih rendah. Begitupun dengan kebijakan yang diterapkan suatu perusahaan, terkadang secara tidak langsung terlihat memaksakan kepada para pekerja jika didukung juga oleh suasana resesi ekonomi saat mencari pekerjaan lain menjadi sulit. Sehingga membuat para pekerja tidak memiliki alternatif lain dan akhirnya bertahan dengan resiko yang tidak kecil.
  • 14. 3. Kewajiban memberi gaji yang adil Motivasi seseorang untuk bekerja tidak lepas dari untuk mengembangkan diri, memberi sumbangsih yang berguna bagi pembangunan masyarakat namun yang sangat penting adalah untuk memperoleh upah atau gaji. Namun dalam gerakan sosial zaman industri upah yang adil sering menjadi pokok perjuangan yang utama. a.Menurut keadilan distributive Gaji / upah merupakan kasus jelas yang menuntut pelaksanaan keadilan, khususnya keadilan distributif. Di kebanyakan negara modern, dilema antara liberalisme dan sosialisme ini sekarang tidak dirasakan lagi. Tanpa banyak kesulitan, langsung diakui bahwa dalam menentukan gaji yang adil, baik prestasi maupun kebutuhan harus berperan. Prinsip pertama adalah bagian yang sama. Supaya adil, gaji semua karyawan memang tidak perlu sama, tetapi perbedaan juga tidak boleh terlalu besar. Jelas pemerataan pendapatan adalah tuntutan etis yang berkaitan dengan prinsip ini. Prinsip-prinsip hak, usaha dan kontribusi kepada masyarakat ikut pula menentukan gaji yang adil. Dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia masalah gaji yang adil disinggung juga. Adil tidaknya gaji menjadi lebih kompleks lagi, jika kita akui bahwa imbalan kerja lebih luas daripada take home pay saja. Fasilitas khusus seperti rumah, kendaraan, bantuan beras dll harus dipandang sebagai imbalan kerja. Lebih penting lagi adalah asuransi kerja, jaminan kesehatan, prospek pensiun dll. Gaji yang relatif rendah bisa mencukupi asalkan dikompensasi oleh jaminan sosial yang baik serta fasilitas-fasilitas lain. b.Tujuh faktor khusus Berikut adalah usulan dari Thomas Garrett dan Richard Klonoski supaya gaji / upah itu adil / fair : 1) Peraturan hukum.
  • 15. Di sini yang paling penting adalah ketentuan hukum tentang upah minimum sebagai salah satu perjuangan sosialisme dalam usahanya memperbaiki nasib kaum buruh. Adanya upah minimum berarti bahwa kebutuhan diakui sebagai kriteria untuk menentukan upah. 2) Upah yang lazim dalam sektor industri tertentu / daerah tertentu. Dalam semua sektor industri, gaji / upah tidaklah sama. Karena itu rupanya suatu kriteria yang baik adalah : gaji / upah bisa dinilai adil, jika rata-rata diberika dalam sektor industri bersangkutan asalkan keadaan di sektor itu cukup mantap. Namun gaji yang sama belum tentu menjamin daya beli yang sama. Karena perbedaaan daya beli itu di Indonesia upah minimum ditetapkan sebagau upah minimum regional (UMR). 3) Kemampuan perusahan. Perusahaan kuat yang menghasilkan laba besar, harus memberi gaji yang lebih besar pula daripada perusahaan yang mempunyai marjin laba yang kecil saja. Di sini berlaku pandangan sosialistis tentang hak karyawan mengambil bagian dalam laba. Harus dinilai tidak etis, bila perusahaan mendapat untung besar dengan menekan gaji karyawan. 4) Sifat khusus pekerjaan tertentu. Beberapa tugas dalam perusahaan hanya bisa dijalani oleh orang yang mendapat pendidikan / pelatihan khusus, kadang-kadang malah pendidikan sangat terspesialisasi. Kelangkaan tenaga mereka boleh diimbangi dengan tingkat gaji yang lebih tinggi. 5) Perbandingan dengan upah / gaji lain dalam perusahaan. Kalau pekerjaan tidak mempunyai sifat khusus, seperti menuntut pengalaman lebih ama / mengandung resiko tertentu, maka gaji / upah harus sama. Sehingga berlaku prinsip equal pay for equal work. 6) Perundingan upah / gaji yang fair.
  • 16. Perundingan langsung antara perusahaan dan para karyawan merupakan cara yang ampuh untuk mencapai gaji dan upah yang fair. Tentu saja, perundingan seperti itu menuntut keterbukaan cukup besar dari pihak perusahaan. Lebih bagus bila perundingan gaji itu dilakukan untuk suatu sektor industri sehingga dihasilkan kesepakatan kerja bersama. 7) Senioritas dan imbalan rahasia. Senioritas sebagai kriteria untuk menentukan gaji karena dilihat dari pengalamannya bekerja dengan waktu yang begitu lama dan kesetiaannya pada perusahaan, zaman sekarang sudah tidak diperhitungkan lagi. Zaman modern sekarang lebih memperhatikan prestasi dan hak. Pembayaran sama untuk pekerjaan yang sama memang dilatarbelakangi suasana modern itu dan karenanya dapat di mengerti jika tekanan pada senioritas akan berkurang. Pembayaran khusus / kenaikan gaji yang dirahasiakan terhadap teman-teman sekerja pun tidak etis karena tidak mengadakan kontrol sosial dan akan merusak suasana kerja. Jelas, disini berlaku prosedur yang terbuka dan demokratis untuk menjamin mutu etis sebuah sistem. 4. Perusahaan tidak boleh memberhentikan karyawan dengan semena-mena. Menurut Garret dan Klonoski ada tiga alasan yang lebih konkrit untuk memberhentikan karyawan, yaitu : a) Majikan hanya boleh memberhentikan karena alasan yang tepat b) Majikan harus berpegang pada prosedur yang semestinya. c) Majikan harus membatasi akibat negatif bagi karyawan sampai seminimal mungkin.
  • 17. DAFTAR PUSTAKA Laura P.Hartman –Joe DesJardins. 2011. Business Ethics: Decision Making for Personal Integrity & Social Responsibility, McGraw-Hill International Edition, Second Edition