SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
PAPER
IMUNOLOGI LANJUT
PERANAN MAJOR HISTOCOMPATIBILITY COMPLEX (MHC) DALAM
SISTEM IMUN DISERTAI CONTOH KASUS
Oleh :
Siskha Noor Komala B2A016012
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2017
PERANAN MAJOR HISTOCOMPATIBILITY COMPLEX (MHC) DALAM
SISTEM IMUN DISERTAI CONTOH KASUS
A. Sekilas Tentang Major Histocompatibility Complex (MHC)
Sistem imun memiliki fungsi dalam pertahanan tubuh, sehingga untuk
menjalankan fungsi tersebut, sistem imun harus dapat mengenali molekul-molekul
asing (non-self) agar dapat dibedakan dengan molekul self. Bagian yang dapat
membedakan hal tersebut adalah reseptor yang ada pada sel sistem imun yang
dikhususkan untuk mengenal spesifisitas. Fungsi kebanyakan limfosit T
mengharuskannya berinteraksi dengan sel lain, yang mungkin merupakan sel
dendritik, makrofag, limfosit B, atau sel inang yang terinfeksi. Untuk memastikan
sel T berinteraksi dengan sel lain atau tidak dengan antigen terlarut, reseptor
antigen sel T dirancang untuk melihat antigen yang ditunjukkan oleh molekul
permukaan sel dan bukan antigen pada mikroba atau antigen itu yang bebas dalam
sirkulasi atau cairan ekstraselular. Ini berbeda sekali dengan limfosit B, reseptor
antigennya dan produk yang disekresikan, antibodi, bisa mengenali antigen pada
permukaan mikroba, dan antigen larut serta antigen terkait sel. Tugas dari penampil
antigen terkait sel induk untuk dikenali oleh sel T CD4+ dan CD8+ dilakukan
dengan protein spesialisasi disebut molekul kompleks histokompatibilitas utama
(MHC), yang diekspresikan pada permukaan sel inang (Abbas, et al., 2014).
Sel T yang berbeda harus bisa merespon antigen mikroba di berbagai
kompartemen seluler. Contohnya, pertahanan terhadap virus dalam sirkulasi harus
dimediasi oleh antibodi, dan produksi antibodi yang paling efektif mensyaratkan
partisipasi sel T CD4+ pembantu. Akan tetapi jika virus yang sama menginfeksi sel
jaringan, itu menjadi tidak dapat diakses oleh antibodi, dan pemberantasannya
membutuhkan limfosit T sitotoksik CD8+ (CTLs) dengan membunuh sel yang
terinfeksi dan menghilangkan reservoir Infeksi. Dikotomi ini ada karena APC
menangani antigen yang berasal dari ekstraselular atau intraseluler dan menyajikan
antigen ini ke kelas yang berbeda dari sel T. Molekul MHC memainkan peran
penting dalam memisahkan antigen dari luar dan di dalam sel dan menampilkannya
ke populasi sel T yang berbeda (Abbas, et al., 2014).
B. Peran MHC dalam Presentasi Antigen
Kejadian yang terjadi di dalam sel inang setelah protein antigen yang telah
masuk dijelaskan dalam Gambar 1. yaitu sebagai berikut :
Gambar. 1. Peran MHC dalam presentasi antigen dengan sel T (Coico and
Sunshine, 2015)
1. Protein dipecah (diurai atau diolah) menjadi fragmen peptida linier dengan
panjang yang bervariasi. Beberapa peptida ini mengikat molekul MHC di
dalam sel. Pengikatan ini selektif; tidak semua peptida yang terbentuk dapat
mengikat molekul MHC.
2. Molekul MHC dengan peptida yang terikat bergerak ke arah permukaan sel.
3. Kombinasi peptida yang terikat pada molekul MHC diakui pada permukaan sel
oleh sel T yang mengekspresikannya dengan "tepat" atau "benar". Satu TCR
dari berbagai TCR atau jutaan TCR yang bisa dihasilkan oleh host. Gambar 2.
menunjukkan tiga komponen penting dari pengenalan sel-T antigen: peptida,
molekul MHC yang diekspresikan di permukaan sel inang, dan TCR yang
mempresentasikan sel T.
Gambar. 2. Interaksi molekul MHC diekspresikan pada Permukaan sel inang
dengan peptida terikat dan TCR (Coico and Sunshine, 2015).
Dengan demikian, molekul MHC memiliki dua fungsi utama: (1) Secara
selektif mengikat peptida yang dihasilkan saat protein diproses di dalam sel tuan
rumah, dan (2) menyajikan peptida pada permukaan sel inang ke sel T yang sesuai
TCR. Peran penting yang dimainkan oleh molekul MHC dalam mengikat antigen
yang diproses dan mempresentasikannya dalam respons sel T adalah disebut
sebagai pembatasan MHC tanggapan sel-T. Beberapa salinan dari masing-masing
molekul MHC diekspresikan pada permukaan sel inang, dan masing-masing
molekul MHC bisa mengikat banyak peptida (satu peptida pada satu waktu).
Dengan mengikat peptida di dalam sel, molekul MHC "sampel" lingkungan internal
inang sel dan menyajikan informasi pada permukaan sel yang memungkinkan sel T
untuk mengidentifikasi apakah sel inang tertentu telah terinfeksi, atau mengandung
beberapa komponen asing. Kombinasi Molekul MHC ditambah peptida asing yang
diekspresikan permukaan sel inang merupakan sinyal kunci untuk inang, sel T itu
mereka perlu memberikan respon. Konsekuensi penting adalah bahwa sel T tidak
merespons sel inang tanpa adanya peptida asing: sel T fokus pada respons terhadap
sel yang terinfeksi (atau sel yang mengandung antigen) namun tidak merespons sel
inang yang tidak terinfeksi. Molekul MHC juga memainkan peran kunci selama
diferensiasi sel T dalam timus. Demikian, molekul MHC memainkan peran penting
yang saling terkait dalam diferensiasi sel T yang belum matang dan respon sel T
dewasa (Coico and Sunshine, 2015).
C. Pembagian MHC
Terdapat dua set utama molekul MHC, yaitu molekul MHC kelas I dan
molekul MHC kelas II, dimana memiliki respon terhadap sel T yang berbeda.
1. MHC Kelas I
Molekul MHC kelas I berinteraksi dengan CD8, yang ekspresinya
mendefinisikan subset sel T yang disebut sel T CD8+. Demikian, untuk
memperluas definisi pembatasan MHC tanggapan sel T yang telah
diperkenalkan tadi, bahwa respon Sel T CD8 + dibatasi oleh molekul MHC
kelas I. Molekul MHC kelas I diekspresikan pada semua sel yang memiliki
nukleus (dengan demikian, tidak pada sel darah merah), salah satunya mungkin
karena terinfeksi oleh patogen seperti virus, bakteri, atau parasit (Gambar. 3).
Fungsi utama sel T CD8 + adalah membunuh bakteri patogen pada sel inang,
serta tumor dan jaringan yang ditransplantasikan. Dengan demikian, molekul
MHC kelas I dan sel T CD8 + berperan penting dalam respon terhadap patogen
yang menginfeksi sel inang. Selain interaksi mereka dengan CD8 yang
diungkapkan sebagai sel T CD8 +, molekul MHC kelas I juga berinteraksi
dengan molekul yang diekspresikan pada sel Natural Killer (NK). Interaksi ini
mencegah sel NK membunuh sel induk normal (Coico and Sunshine, 2015).
Gambar. 3. Ekspresi MHC kelas I dan interaksi dengan sel T CD8+ (Coico and
Sunshine, 2015).
2. MHC Kelas II
Molekul MHC kelas II berinteraksi dengan CD4, yang ekspresinya
mendefinisikan subset sel T yang disebut sel T CD4 +. Sesuai dengan definisi di
bagian sebelumnya, bahwa tanggapan sel T CD4 + dibatasi oleh molekul MHC
kelas II. Molekul MHC kelas II memiliki distribusi yang lebih terbatas daripada
molekul MHC kelas I: mereka dinyatakan secara konstitutif (yaitu, dalam
kondisi dasar) hanya oleh Antigen-presenting cells (APCs) namun dapat
diinduksi oleh jenis sel lainnya. APC adalah sel yang mengambil antigen dan
mempresentasikannya ke sel T. Pada manusia, APCs utama untuk eksprsi MHC
kelas II adalah sel dendritik, makrofag, dan limfosit B; sel epitel thymus juga
mengekspresikan molekul MHC kelas II (Gambar. 4). Dengan tidak adanya
faktor inducing, kebanyakan sel (misalnya hati dan ginjal Sel jaringan)
mengungkapkan MHC kelas I bukan molekul MHC kelas II; Sebaliknya, APC
secara konstitutif mengekspresikan keduanya baik molekul MHC kelas I dan
kelas II. Sebagai respons terhadap aktivasi, sel T CD4 + mensintesis secara luas
berbagai sitokin, dan karenanya bekerja sama dengan berbagai jenis sel,
termasuk membantu sel B mensintesis antibodi. Demikian, molekul MHC kelas
II dan sel T CD4 + memainkan peran penting dalam tanggapan terhadap agen-
patogen dan antigen yang dibawa ke APCs (Coico and Sunshine, 2015).
Gambar. 4. Ekspresi MHC kelas II dan interaksi dengan sel T CD4+ (Coico and
Sunshine, 2015).
D. Pengolahan dan Presentasi Antigen : Bagaimana Molekul MHC Mengikat
Peptida dan Menciptakan Sinyal yang Berinteraksi dengan Sel T
1. Jalur Eksogen melalui MHC Kelas II
Sesuai dengan istilahnya, antigen eksogen adalah antigen yang datang
dari luar sel inang dan dibawa masuk, biasanya melalui endositosis atau
fagositosis. Antigen eksogen bisa berasal dari patogen (seperti bakteri atau
virus) atau dari protein asing (seperti vaksin) yang tidak melukai host tapi
mengaktifkan respon imun. Sel khusus yang mengambil antigen secara eksogen
(dan menyajikannya ke sel T) diketahui sebagai APCs. APC utama adalah sel
dendritik, makrofag, dan sel B, yang semuanya mengekspresikan molekul MHC
kelas II. Secara konstitutif (Gambar. 5) menunjukkan pengolahan dan penyajian
Antigen eksogen yang khas, protein yang disuntikkan sebagai komponen dari
vaksin virus yang tidak aktif atau "mati". Proteinnya diinternalisasi, terkandung
dalam vesikel intraselular yang bergabung dengan vesikel endosomal atau
lysosomal yang sangat asam (pH sekitar 4,0). Vesikula ini mengandung
susunan enzim degradatif, termasuk protease dan peptidase. Protease, dikenal
sebagai cathepsins, yang fungsinya pada pH rendah, fragmen protein menjadi
peptida dalam vesikula ini. Katabolisme antigen protein khas menghasilkan
beberapa peptida. Vesikula asam yang mengandung fragmen peptida di
dalamnya sel dengan vesikel yang mengandung MHC kelas II molekul yang
telah disintesis pada ribosom di retikulum endoplasma kasar rantai α dan β.
MHC kelas II disintesis secara individual dalam retikulum endoplasma dan
dirakit di sana dengan rantai invarian (Ii, CD74). Rantai invarian berikatan
dengan alur yang baru membentuk molekul MHC kelas II, mencegah
pengikatan peptida yang mungkin ada dalam retikulum endoplasma, seperti
peptida yang berasal dari pengolahan antigen secara endogen (Neefjes, M
Jongsma, & Paul, 2011).
Gambar. 5. Pengolahan antigen eksogen pada jalur MHC kelas II CLIP =
fragmen rantai invariant terikat untuk alur MHC kelas II) (Abbas,
et al., 2014).
Rantai invarian juga bertindak sebagai pendamping untuk rantai MHC
kelas II yang baru disintesis; yaitu interaksi dengan rantai invariant
memungkinkan MHC kelas II α dan β untuk meninggalkan retikulum
endoplasma dan masuk ke Kompleks Golgi, dan dari situ mereka masuk ke
jalur endositik vesikel asam. Penghapusan rantai invarian dari kompleks terjadi
secara bertahap. Awalnya, rantai invarian terdegradasi secara proteolitik,
meninggalkan fragmen yang dikenal sebagai CLIP (Polipeptida invariant kelas
II) terikat pada alur MHC kelas II. Vesikel yang mengandung MHC kelas II
dengan CLIP kemudian menyatu dengan vesikula asam (endosom atau
Lisosom) yang mengandung peptida yang berasal dari katabolisme Antigen
eksogen. Di kompartemen ini, sebuah molekul yang dikenal sebagai HLA-DM
mengkatalisis pertukaran peptida antara Kompleks MHC kelas II-CLIP dan
peptida yang berasal Antigen eksogen. Dengan cara ini, peptida-MHC kelas II
kompleks dihasilkan, yang bergerak ke permukaan sel dimana akan ditampilkan
dan tersedia untuk berinteraksi dan disajikan ke-sel CD4 + yang diekspresikan
sesuai reseptor antigen (Neefjes et al., 2011).
2. Jalur Endogen melalui MHC Kelas I
Antigen endogen adalah protein yang disintesis di dalam sel dan
umumnya berasal dari patogen (seperti virus, bakteri, dan parasit) yang telah
menginfeksi sel inang. Gambar. 6 mengilustrasikan pemrosesan dan penyajian
antigen endogen, protein virus yang disintesis setelah sel terinfeksi oleh virus.
Pengolahan terjadi di sitoplasma, dan mekanisme utama untuk menghasilkan
fragmen peptida adalah melalui kompleks protein sitoplasma raksasa yang
dikenal sebagai proteasome. Proteasome juga terlibat dalam omset normal
(degradasi rutin) protein seluler dan memecahnya menjadi peptida sekitar 15
asam amino. Enzim sitosol (aminopeptidase) dikeluarkan lebih banyak asam
amino dari peptida (Neefjes et al., 2011). Beberapa peptida hancur, namun
sekitar 8-15 asam amino masuk panjang (seperti ketiganya ditunjukkan pada
Gambar. 6), secara selektif diangkut ke retikulum endoplasma oleh dua
transporter peptida (TAP).
Gambar. 6. Pengolahan antigen jalur endogen pada kelas MHC I (Abbas, et al.,
2014).
Peptida diangkut dari sitoplasma ke dalam retikulum endoplasma
berikatan dengan molekul MHC kelas I yang baru disintesis. Rantai MHC kelas
I dan β2m disintesis secara terpisah dalam retikulum endoplasma kasar dan
diasosiasi dalam kompartemen seluler ini. Seperti halnya dengan sintesis
molekul MHC kelas II, chaperon menstabilkan struktur rakitan MHC kelas I
dengan rantai β2m mereka di retikulum endoplasma dan transportasi langsung
dari kompleks melalui sel. Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, molekul
MHC kelas I spesifik mengikat peptida yang terdiri dari 8 sampai 9 asam
amino. Peptida normal yang mencapai retikulum endoplasma didegradasi oleh
aminopeptidase, yang menghilangkan asam amino satu per satu sampai peptida
benar-benar terdegradasi; beberapa peptida dengan ikatan yang tepat yaitu, 8-9
asam amino panjangnya dengan afinitas yang cukup untuk mengikat molekul
MHC kelas I yang baru disintesis (Abbas, et al., 2014).
Sebuah peptida yang mengikat molekul MHC kelas I di retikulum
endoplasma bergerak melalui aparatus golgi ke arah permukaan sel, di mana ia
ditampilkan dan dipresentasikan ke sel T CD8 + dan mengekspresikan reseptor
antigen yang sesuai. Telah dijelaskan di atas untuk interaksi peptida dengan
molekul MHC kelas II, hanya peptida yang mengikat MHC Molekul kelas I
memicu respons sel T CD8 +. Ini adalah Epitop imunodominan untuk respons
sel T CD8 + Spesifik untuk antigen itu; Satu epitop imunodominan semacam itu
adalah peptida yang berasal dari katabolisme protein virus ditunjukkan dalam
warna hijau pada Gambar. 6. Karena molekul MHC kelas I diekspresikan
seluruhnya oleh sel bernukleas, pengolahan dan penyajian endogen Antigen
dapat terjadi pada setiap sel nukleasi di dalam tubuh. Hal tersbut disebabkan
karena patogen dapat menginfeksi hampir semua sel dalam tubuh, Sel T CD8+
"memindai" MHC kelas I dan kombinasi peptida diekspresikan pada sel inang
nukleasi untuk mengidentifikasi apakah telah terinfeksi (Neefjes et al., 2011).
3. Jalur Silang (Cross Precentation)
Selain kemampuan mereka untuk mengolah antigen eksogen di jalur
MHC kelas II, APC dan khususnya sel dendritik memiliki jalur unik, disebut
cross precentation (jalur silang), untuk menghasilkan peptida yang berasal dari
protein antigen eksogen dan mempresentasikannya ke sel T CD8+ (Gambar. 7).
Sel dendritik mengambil antigen eksogen (Seperti berasal dari virus yang
menginfeksi atau sel sekarat) oleh fagositosis atau pinositosis. Peptida berikatan
dengan molekul MHC kelas I di dalam sel tidak benar-benar dapat dijelaskan;
satu jalur dianggap terlibat mentransfer antigen dari kompartemen asam ke
dalam sitosol untuk diproses oleh proteasom. Peptida kemudian diangkut ke
dalam retikulum endoplasma di mana mereka berikatan dengan molekul MHC
kelas I yang baru disintesis (Coico and Sunshine, 2015). Jalur kedua melibatkan
pemuatan peptida langsung ke molekul MHC kelas I dalam vesikula asam,
dengan kompleks peptida-MHC lalu dihantarkan ke permukaan sel. Presentasi
jalur silang diyakini berperan penting dalam mengaktifkan sel T CD8 + untuk
merespon sel atau jaringan yang terinfeksi oleh beberapa virus yang tidak
dikonsumsi oleh APCs. Hal ini juga dianggap berperan dalam merespon
kematian sel (Abbas, et al., 2014).
Gambar. 7. Pengolahan antigen jalur silang oleh sel T CD8+ (Abbas, et al.,
2014).
Selain jalur lintas presentasi di mana antigen eksogen berhubungan
dengan molekul MHC kelas I, dalam beberapa keadaan, antigen endogen
mungkin terkait dengan molekul MHC kelas II. Hal ini bisa terjadi selama
autophagy, jalur intraselular di mana protein dalam sitoplasma diangkut ke
dalam lisosom untuk degradasi. Peptida sendiri dapat mengikat MHC kelas II
pada vesikel asam ini. Saat ini, bagaimanapun, ada bukti yang sangat terbatas
bahwa autophagy menghasilkan pengolahan antigen asing menghasilkan
respons sel T (Cresswell, Ackerman, Giodini, Peaper, & Wearsch, 2005).
E. Contoh Kasus
1. Infeksi Virus
Infeksi oleh berbagai jenis virus pada umumnya sama, yaitu melibatkan
molekul MHC kelas I. Seperti yang terjadi pada infeksi virus dengue, molekul
MHC kelas I terlibat dalam mekanisme pertahanan spesifik yang dapat
mempresentasikan antigen virus pada sel T CD8+, dan mekanisme yang terjadi
adalah proses penghancuran sel yang terinfeksi oleh sel Tc yang memiliki
enzim perforin dan granzim untuk membunuh virus (Screaton, Mongkolsapaya,
Yacoub, & Roberts, 2015).
Gambar 8. Jalur endogen presntasi antigen virus dengue (Screaton,
Mongkolsapaya, Yacoub, & Roberts, 2015).
Namun selain itu juga infeksi virus dapat melibatkan jalur silang atau
cross presntation, hal ini berkaitan dengan kemampuan dari sel dendritik (DC).
Jalur, yang sangat penting bagi peran sentral mereka di dalam Induksi
kekebalan spesifik virus; DC dapat memfasilitasi secara efisien MHC kelas I
presentasi antigen endogen, dimana proses tersebut aktif di semua sel nukleasi,
tapi juga memudahkan MHC presentasi antigen kelas I yang diliputi oleh
sumber eksogen. Proses yang disebut cross-presentation. DC sangat efisien
dalam menangkap antigen eksogen, karena mereka mengekspresikan beragam
repertoar dari reseptor dan mengeksploitasi berbagai mekanisme untuk menelan
antigen, termasuk endositosis, fagositosis, dan pinositosis. Persimpangan
kapasitas presentasi DC mungkin sangat penting untuk induksi Tc spesifik
virus selama infeksi dengan virus yang tidak menginfeksi DC (Joffre, Segura,
Savina, & Amigorena, 2012).
DC yang terinfeksi virus dapat menggunakan protein virus yang
disintesis secara endogen sebagai antigen untuk presentasi di MHC kelas I,
sedangkan DC yang tidak terinfeksi perlu secara aktif menulari antigen virus
secara eksogen untuk jalur silang. Dengan demikian, presentasi silang tidak
hanya mekanisme yang efisien dieksploitasi oleh DC untuk menginisiasi
kekebalan terhadap virus yang tidak menginfeksi DC tetapi juga berkontribusi
terhadap inisiasi kekebalan anti-virus terhadap virus yang menginfeksi DC.
Reseptor endositik termasuk CLR, FcR dan reseptor lainnya bermain peran
penting dalam pengambilan Ag untuk presentasi silang. Presentasi silang dapat
ditingkatkan dengan opsonisasi. Dua jalur utama sntuk presentasi silang
dijelaskan yang juga relevan penyajian silang virus oleh DC manusia dan
ditandai oleh perbedaan mekanisme degradasi protein dan perbedaan kinetika
(panah hitam). Dua jalur tersebut yaitu salur sitosol yang lebih lambat, yang
bergantung pada degradasi proteasomal dalam sitosol, penting untuk presentasi
silang partikel virus, sel yang terinfeksi, dan protein virus opsonized, dan jalur
vakuolar yang relatif cepat tidak tergantung pada degradasi proteasomal dan
penting untuk presentasi silang (Joffre et al., 2012).
Gambar. 9 Jalur intraselular untuk presentasi silang pada sel dendritik (Joffre et
al., 2012)
Jalur intraselular untuk presentasi silang pada sel dendritik. Setelah
fagositosis, antigen eksogen dapat diekspor ke dalam sitosol, di mana mereka
diproses oleh proteasom. Antigen yang diproses Kemudian dimuatkan pada
molekul MHC kelas I di retikulum endoplasma (ER) (jalur sitosol dengan
pemuatan ER) atau diimpor kembali ke dalam fagosom untuk dimuat pada
molekul MHC kelas I (jalur sitosol dengan pemuatan fagosom). SNARE
SEC22B, yang berada di kompartemen perantara ER-Golgi (ERGIC) dan
berinteraksi dengan syntaxin 4 di fagosom, memediasi perekrutan komponen
himpunan bagian ER, termasuk transporter yang terkait dengan pengolahan
antigen (TAP), hingga fagosom. Sebagai alternatif, antigen eksogen dapat
terdegradasi menjadi peptida dalam fagosom, di mana mereka kemudian
dimuat pada molekul MHC kelas I (jalur vakuolar) (Joffre et al., 2012).
Di jalur sitosol, antigen terdegradasi oleh proteasome, kompleks enzim
besar terletak di sitosol yang membuat jalur ini peka terhadap inhibitor
degradasi proteasomal. Sebagai alternatif, di jalur vakuolar, kedua antigen
degradasi dan presentasi MHC kelas I terjadi pada kompartemen endositosis
keterlibatan jalur ini bisa dilakukan secara eksperimental ditangani dengan
mengkonfirmasi ketahanan terhadap penghambatan degradasi proteasomal dan
sensitivitas terhadap penghambatan proteolisis lisosom. Proteolisis lisosomal
memiliki peran yang merugikan pada presentasi jalur sitosolik. Eksperimen
menunjukkan yang membatasi proteolisis lisosom dengan meningkatkan secara
kimiawi pH lisosom bermanfaat untuk penyajian silang protein virus HCV
yang nerasal NS3 dan HIV yang diturunkan Nef dengan mencegah degradasi
MHC kelas I yang potensial mengikat epitop. Beberapa Adaptasi yang berbeda
pada kompartemen endositik, termasuk aktivitas protease lisosomal diferensial,
mekanisme untuk mengendalikan pH lisosomal, dan kompartemen
penyimpanan antigen, bersama-sama memberi DC untuk memfasilitasi
presentasi silang melalui jalur sitosol (Joffre et al., 2012).
Presentasi silang melalui jalur sitosolik lebih jauh membutuhkan ekspor
antigen yang diinternalisasi dari kompartemen endositik le sitosol untuk
degradasi proteasomal, yang mungkin langkah membatasi laju di jalur ini,
setidaknya untuk protein antigen. Banyak virus yang terbungkus bisa masuk
sitoplasma sebagai bagian dari strategi infeksi mereka yang membutuhkan
peleburan amplop virus dengan membran endosomal untuk melepaskan genom
virus ke dalam sitoplasma dan fusi endosomal ini mungkin mendasari efisiensi
presentasi silang partikel virus, untuk bisa masuk ke sitoplasma DC.
Menariknya, jalur sitosolik dan vakuolar memiliki total kinetika yang berbeda,
yang dapat digunakan untuk menentukan jalur yang mana yang terlibat,
sedangkan cross-presentation melalui jalur vakuolar lebih cepat dan dapat
dideteksi setelah 20 menit (Joffre et al., 2012).
Penyajian silang melalui jalur sitosol jauh lebih lambat dan pembentukan
kompleks MHC kelas I peptida melalui jalur ini mungkin butuh setidaknya 8
jam, Mungkin karena itu bergantung pada sintesis MHC Kelas I. Sebaliknya,
MHC kelas I memuat di jalur vakuolar terjadi di kompartemen endositik dan
tergantung pada daur ulang molekul MHC kelas I yang ada diinternalisasi
secara internal oleh proses yang sangat teratur (Joffre et al., 2012).
2. Infeksi Bakteri LPS
Ketika terjadi infeksi dari bakteri LPS contohnya bakteri Zwitterionic
polysaccharides (ZPS). Molekul MHC yang berperan dalam mempresentasikan
antigen adalah MHC kelas II, dimana bakteri tersebut biasanya akan diproses di
dalam lisosom bukan dalam retikulum endoplasma. Peptida dari bakteri tersebut
akan diikat oleh MHC kelas II dan dibawa ke permukaan membran, agar dapat
dideteksi oleh sel Th (sel T helper) atau disebut sel CD4+.
Gambar. 10. Skema jalur eksogen antigen ZPS dalam sel dendritik (DC)
(Stephen, Groneck, & Kalka-Moll, 2010)
Berikut penjelasan dari Gambar. 10: 1) Antigen ZPS diinternalisasi
melalui proses makropinositosis dalam sel dendritik (DC); 2) dengan difasilitasi
oleh reseptor mediasi endositosis; 3) endosom berisi ZPS kemudian akan fusi
dengan lisosom, dan makropinosom akan fusi dengan endosom atau lisosom; 4)
kemudian RE merakit molekul MHC-II sebagai respon dari adanya infeksi
bakteri, lalu MHC-II dikirim ke badan golgi dan bertunas menjadi vesikula
eksositik, lalu endosom/ lisosom yang mengandung ZPS fusi dengan vesikula
eksositik tersebut menghasilkan aMIIC, MHC-II, protease dan glikosidase; 5)
pengikatan peptida ZPS pada molekul MHC-II; 6) transport MHC-II kompleks
ke permukaan sel; 7) fusi dengan membran sel dan dipresentasikan pada
permukaan sel; 8) MHC-II kompleks berikatan dengan sel Th (CD4+). Sel CD4+
kemudian akan mensekresikan sitokin berupa IFN-γ untuk mengaktivasi sel
fagosit, seperti makrofag atau neutrofil untuk melakukan fagositosis terhadap
bakteri tersebut, atau juga dapat mengaktifkan sel NK untuk membunuh sel yang
terinfeksi bakteri ZPS (Stephen et al., 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Abdul, K., Andrew, H.L., and Shiv, P. (2015). Cellular and Molecular
Immunologi eighth edition. Elsevier. Canada.
Coico, Richard and Geoffrey Sunshine. (2015). Immunology a Short Course Seventh
Edition. Premedia Limitted: UK.
Cresswell, P., Ackerman, A. L., Giodini, A., Peaper, D. R., & Wearsch, P. A. (2005).
Mechanisms of MHC class I-restricted antigen processing and cross-presentation.
Immunological Reviews, 207, 145–157. https://doi.org/10.1111/j.0105-
2896.2005.00316.x
Joffre, O. P., Segura, E., Savina, A., & Amigorena, S. (2012). Cross-presentation by
dendritic cells. Nature Reviews. Immunology, 12(8), 557–569.
https://doi.org/10.1038/nri3254
Neefjes, J., M Jongsma, M. L., & Paul, P. (2011). Towards a systems understanding of
MHC class I and MHC class II antigen presentation. Nature Reviews Immunology,
11(12), 823–836. https://doi.org/10.1038/nri3084
Screaton, G., Mongkolsapaya, J., Yacoub, S., & Roberts, C. (2015). New insights into
the immunopathology and control of dengue virus infection. Nature Reviews
Immunology, 15(12), 745–759. https://doi.org/10.1038/nri3916
Stephen, T. L., Groneck, L., & Kalka-Moll, W. M. (2010). The modulation of adaptive
immune responses by bacterial zwitterionic polysaccharides. International Journal
of Microbiology, 2010. https://doi.org/10.1155/2010/917075

More Related Content

What's hot

Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologiUji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologiGuide_Consulting
 
Pewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaPewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaIrwin Septian
 
Tanya Jawab Biologi Molekuler
Tanya Jawab Biologi MolekulerTanya Jawab Biologi Molekuler
Tanya Jawab Biologi Molekulerdewisetiyana52
 
Makalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan cobaMakalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan cobaRhiza Amalia
 
Pemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologiPemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologitristyanto
 
Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3tristyanto
 
Imunologi sistem imun adaptive
Imunologi sistem imun adaptiveImunologi sistem imun adaptive
Imunologi sistem imun adaptiveSiti Avirda
 
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - MikrobiologiPewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - MikrobiologiIrawati Nurani
 
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Sapan Nada
 
Bakteri GRAM negatif dan bakteri gram positif
Bakteri GRAM negatif dan bakteri gram positifBakteri GRAM negatif dan bakteri gram positif
Bakteri GRAM negatif dan bakteri gram positiflissura chatami
 

What's hot (20)

Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologiUji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi
 
Memahami Autoimun
Memahami AutoimunMemahami Autoimun
Memahami Autoimun
 
Hipersensitivitas
HipersensitivitasHipersensitivitas
Hipersensitivitas
 
Komunikasi sel
Komunikasi selKomunikasi sel
Komunikasi sel
 
imunoserologi
imunoserologiimunoserologi
imunoserologi
 
Materi imun MHC
Materi imun MHCMateri imun MHC
Materi imun MHC
 
Sistemimun revisi
Sistemimun revisiSistemimun revisi
Sistemimun revisi
 
Hormon
HormonHormon
Hormon
 
Pewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaPewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimia
 
Tanya Jawab Biologi Molekuler
Tanya Jawab Biologi MolekulerTanya Jawab Biologi Molekuler
Tanya Jawab Biologi Molekuler
 
Makalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan cobaMakalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan coba
 
Pemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologiPemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologi
 
Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3
 
FLORA NORMAL
FLORA NORMALFLORA NORMAL
FLORA NORMAL
 
Imunologi sistem imun adaptive
Imunologi sistem imun adaptiveImunologi sistem imun adaptive
Imunologi sistem imun adaptive
 
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - MikrobiologiPewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
 
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
 
Elektroforesis
Elektroforesis Elektroforesis
Elektroforesis
 
Bakteri GRAM negatif dan bakteri gram positif
Bakteri GRAM negatif dan bakteri gram positifBakteri GRAM negatif dan bakteri gram positif
Bakteri GRAM negatif dan bakteri gram positif
 
Autoimun dan Hipersensitivitas
Autoimun dan HipersensitivitasAutoimun dan Hipersensitivitas
Autoimun dan Hipersensitivitas
 

Similar to MHC-Imunologi

Sistem imun adaptif.pptx
Sistem imun adaptif.pptxSistem imun adaptif.pptx
Sistem imun adaptif.pptxniki604469
 
Sistem imun adaptif.pptx
Sistem imun adaptif.pptxSistem imun adaptif.pptx
Sistem imun adaptif.pptxniki604469
 
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan SelulerDiscussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan SelulerCatatan Medis
 
desa imunology dan imunitas pada trauma.pptx
desa imunology dan imunitas pada trauma.pptxdesa imunology dan imunitas pada trauma.pptx
desa imunology dan imunitas pada trauma.pptxArfiantoNur1
 
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)DARMAPERTIWIDARMA
 
Jawaban Soal Intan (Sathiya_11).pdf
Jawaban Soal Intan (Sathiya_11).pdfJawaban Soal Intan (Sathiya_11).pdf
Jawaban Soal Intan (Sathiya_11).pdfHorakhtyPride
 
SEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptx
SEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptxSEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptx
SEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptxjeongjaehyunkiyowo14
 
Pptotunsistemimunitas 160520162028
Pptotunsistemimunitas 160520162028Pptotunsistemimunitas 160520162028
Pptotunsistemimunitas 160520162028trimardiyono1
 
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan TubuhPPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan TubuhNida Chofiya
 
Diagram Sistem Pertahanan Tubuh + Script for Audio
Diagram Sistem Pertahanan Tubuh + Script for AudioDiagram Sistem Pertahanan Tubuh + Script for Audio
Diagram Sistem Pertahanan Tubuh + Script for AudioSalsabila Azzahra
 
Makalah sistem imunologi jadi
Makalah sistem imunologi jadiMakalah sistem imunologi jadi
Makalah sistem imunologi jadiWarnet Raha
 

Similar to MHC-Imunologi (20)

Imunologi das11
Imunologi das11Imunologi das11
Imunologi das11
 
Sistem imun adaptif.pptx
Sistem imun adaptif.pptxSistem imun adaptif.pptx
Sistem imun adaptif.pptx
 
Sistem imun adaptif.pptx
Sistem imun adaptif.pptxSistem imun adaptif.pptx
Sistem imun adaptif.pptx
 
Limfosit T
Limfosit TLimfosit T
Limfosit T
 
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan SelulerDiscussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
 
VIDEO 2 & 4.docx
VIDEO 2 & 4.docxVIDEO 2 & 4.docx
VIDEO 2 & 4.docx
 
MHC.pptx
MHC.pptxMHC.pptx
MHC.pptx
 
Imunologi das12
Imunologi das12Imunologi das12
Imunologi das12
 
desa imunology dan imunitas pada trauma.pptx
desa imunology dan imunitas pada trauma.pptxdesa imunology dan imunitas pada trauma.pptx
desa imunology dan imunitas pada trauma.pptx
 
Antigen
AntigenAntigen
Antigen
 
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
 
Jawaban Soal Intan (Sathiya_11).pdf
Jawaban Soal Intan (Sathiya_11).pdfJawaban Soal Intan (Sathiya_11).pdf
Jawaban Soal Intan (Sathiya_11).pdf
 
Immunology
ImmunologyImmunology
Immunology
 
SEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptx
SEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptxSEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptx
SEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptx
 
(1) sistem imun
(1) sistem imun(1) sistem imun
(1) sistem imun
 
Pptotunsistemimunitas 160520162028
Pptotunsistemimunitas 160520162028Pptotunsistemimunitas 160520162028
Pptotunsistemimunitas 160520162028
 
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan TubuhPPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
 
Diagram Sistem Pertahanan Tubuh + Script for Audio
Diagram Sistem Pertahanan Tubuh + Script for AudioDiagram Sistem Pertahanan Tubuh + Script for Audio
Diagram Sistem Pertahanan Tubuh + Script for Audio
 
Makalah sistem imunologi jadi
Makalah sistem imunologi jadiMakalah sistem imunologi jadi
Makalah sistem imunologi jadi
 
Soal aulia
Soal auliaSoal aulia
Soal aulia
 

More from Siskha Noor Komala (12)

8. hipersensitivitas siskha noor komala
8. hipersensitivitas siskha noor komala8. hipersensitivitas siskha noor komala
8. hipersensitivitas siskha noor komala
 
2. paper spesifisitas siskha noor komala
2. paper spesifisitas siskha noor komala2. paper spesifisitas siskha noor komala
2. paper spesifisitas siskha noor komala
 
Filum echinodermata
Filum echinodermataFilum echinodermata
Filum echinodermata
 
Filum mollusca
Filum molluscaFilum mollusca
Filum mollusca
 
Annelida
AnnelidaAnnelida
Annelida
 
Nemathelmintes power point
Nemathelmintes power pointNemathelmintes power point
Nemathelmintes power point
 
Ppt aschelminthes
Ppt aschelminthesPpt aschelminthes
Ppt aschelminthes
 
Platyhelmintes
PlatyhelmintesPlatyhelmintes
Platyhelmintes
 
Bahan kuliah Filum Protozoa
Bahan kuliah Filum ProtozoaBahan kuliah Filum Protozoa
Bahan kuliah Filum Protozoa
 
Handout Porifera
Handout PoriferaHandout Porifera
Handout Porifera
 
Handout Protozoa
Handout ProtozoaHandout Protozoa
Handout Protozoa
 
Filum Coelenterata dan Ctenophora
Filum Coelenterata dan CtenophoraFilum Coelenterata dan Ctenophora
Filum Coelenterata dan Ctenophora
 

Recently uploaded

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 

Recently uploaded (20)

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 

MHC-Imunologi

  • 1. PAPER IMUNOLOGI LANJUT PERANAN MAJOR HISTOCOMPATIBILITY COMPLEX (MHC) DALAM SISTEM IMUN DISERTAI CONTOH KASUS Oleh : Siskha Noor Komala B2A016012 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2017
  • 2. PERANAN MAJOR HISTOCOMPATIBILITY COMPLEX (MHC) DALAM SISTEM IMUN DISERTAI CONTOH KASUS A. Sekilas Tentang Major Histocompatibility Complex (MHC) Sistem imun memiliki fungsi dalam pertahanan tubuh, sehingga untuk menjalankan fungsi tersebut, sistem imun harus dapat mengenali molekul-molekul asing (non-self) agar dapat dibedakan dengan molekul self. Bagian yang dapat membedakan hal tersebut adalah reseptor yang ada pada sel sistem imun yang dikhususkan untuk mengenal spesifisitas. Fungsi kebanyakan limfosit T mengharuskannya berinteraksi dengan sel lain, yang mungkin merupakan sel dendritik, makrofag, limfosit B, atau sel inang yang terinfeksi. Untuk memastikan sel T berinteraksi dengan sel lain atau tidak dengan antigen terlarut, reseptor antigen sel T dirancang untuk melihat antigen yang ditunjukkan oleh molekul permukaan sel dan bukan antigen pada mikroba atau antigen itu yang bebas dalam sirkulasi atau cairan ekstraselular. Ini berbeda sekali dengan limfosit B, reseptor antigennya dan produk yang disekresikan, antibodi, bisa mengenali antigen pada permukaan mikroba, dan antigen larut serta antigen terkait sel. Tugas dari penampil antigen terkait sel induk untuk dikenali oleh sel T CD4+ dan CD8+ dilakukan dengan protein spesialisasi disebut molekul kompleks histokompatibilitas utama (MHC), yang diekspresikan pada permukaan sel inang (Abbas, et al., 2014). Sel T yang berbeda harus bisa merespon antigen mikroba di berbagai kompartemen seluler. Contohnya, pertahanan terhadap virus dalam sirkulasi harus dimediasi oleh antibodi, dan produksi antibodi yang paling efektif mensyaratkan partisipasi sel T CD4+ pembantu. Akan tetapi jika virus yang sama menginfeksi sel jaringan, itu menjadi tidak dapat diakses oleh antibodi, dan pemberantasannya membutuhkan limfosit T sitotoksik CD8+ (CTLs) dengan membunuh sel yang terinfeksi dan menghilangkan reservoir Infeksi. Dikotomi ini ada karena APC menangani antigen yang berasal dari ekstraselular atau intraseluler dan menyajikan antigen ini ke kelas yang berbeda dari sel T. Molekul MHC memainkan peran penting dalam memisahkan antigen dari luar dan di dalam sel dan menampilkannya ke populasi sel T yang berbeda (Abbas, et al., 2014).
  • 3. B. Peran MHC dalam Presentasi Antigen Kejadian yang terjadi di dalam sel inang setelah protein antigen yang telah masuk dijelaskan dalam Gambar 1. yaitu sebagai berikut : Gambar. 1. Peran MHC dalam presentasi antigen dengan sel T (Coico and Sunshine, 2015) 1. Protein dipecah (diurai atau diolah) menjadi fragmen peptida linier dengan panjang yang bervariasi. Beberapa peptida ini mengikat molekul MHC di dalam sel. Pengikatan ini selektif; tidak semua peptida yang terbentuk dapat mengikat molekul MHC. 2. Molekul MHC dengan peptida yang terikat bergerak ke arah permukaan sel. 3. Kombinasi peptida yang terikat pada molekul MHC diakui pada permukaan sel oleh sel T yang mengekspresikannya dengan "tepat" atau "benar". Satu TCR dari berbagai TCR atau jutaan TCR yang bisa dihasilkan oleh host. Gambar 2. menunjukkan tiga komponen penting dari pengenalan sel-T antigen: peptida, molekul MHC yang diekspresikan di permukaan sel inang, dan TCR yang mempresentasikan sel T. Gambar. 2. Interaksi molekul MHC diekspresikan pada Permukaan sel inang dengan peptida terikat dan TCR (Coico and Sunshine, 2015).
  • 4. Dengan demikian, molekul MHC memiliki dua fungsi utama: (1) Secara selektif mengikat peptida yang dihasilkan saat protein diproses di dalam sel tuan rumah, dan (2) menyajikan peptida pada permukaan sel inang ke sel T yang sesuai TCR. Peran penting yang dimainkan oleh molekul MHC dalam mengikat antigen yang diproses dan mempresentasikannya dalam respons sel T adalah disebut sebagai pembatasan MHC tanggapan sel-T. Beberapa salinan dari masing-masing molekul MHC diekspresikan pada permukaan sel inang, dan masing-masing molekul MHC bisa mengikat banyak peptida (satu peptida pada satu waktu). Dengan mengikat peptida di dalam sel, molekul MHC "sampel" lingkungan internal inang sel dan menyajikan informasi pada permukaan sel yang memungkinkan sel T untuk mengidentifikasi apakah sel inang tertentu telah terinfeksi, atau mengandung beberapa komponen asing. Kombinasi Molekul MHC ditambah peptida asing yang diekspresikan permukaan sel inang merupakan sinyal kunci untuk inang, sel T itu mereka perlu memberikan respon. Konsekuensi penting adalah bahwa sel T tidak merespons sel inang tanpa adanya peptida asing: sel T fokus pada respons terhadap sel yang terinfeksi (atau sel yang mengandung antigen) namun tidak merespons sel inang yang tidak terinfeksi. Molekul MHC juga memainkan peran kunci selama diferensiasi sel T dalam timus. Demikian, molekul MHC memainkan peran penting yang saling terkait dalam diferensiasi sel T yang belum matang dan respon sel T dewasa (Coico and Sunshine, 2015). C. Pembagian MHC Terdapat dua set utama molekul MHC, yaitu molekul MHC kelas I dan molekul MHC kelas II, dimana memiliki respon terhadap sel T yang berbeda. 1. MHC Kelas I Molekul MHC kelas I berinteraksi dengan CD8, yang ekspresinya mendefinisikan subset sel T yang disebut sel T CD8+. Demikian, untuk memperluas definisi pembatasan MHC tanggapan sel T yang telah diperkenalkan tadi, bahwa respon Sel T CD8 + dibatasi oleh molekul MHC kelas I. Molekul MHC kelas I diekspresikan pada semua sel yang memiliki nukleus (dengan demikian, tidak pada sel darah merah), salah satunya mungkin karena terinfeksi oleh patogen seperti virus, bakteri, atau parasit (Gambar. 3). Fungsi utama sel T CD8 + adalah membunuh bakteri patogen pada sel inang,
  • 5. serta tumor dan jaringan yang ditransplantasikan. Dengan demikian, molekul MHC kelas I dan sel T CD8 + berperan penting dalam respon terhadap patogen yang menginfeksi sel inang. Selain interaksi mereka dengan CD8 yang diungkapkan sebagai sel T CD8 +, molekul MHC kelas I juga berinteraksi dengan molekul yang diekspresikan pada sel Natural Killer (NK). Interaksi ini mencegah sel NK membunuh sel induk normal (Coico and Sunshine, 2015). Gambar. 3. Ekspresi MHC kelas I dan interaksi dengan sel T CD8+ (Coico and Sunshine, 2015). 2. MHC Kelas II Molekul MHC kelas II berinteraksi dengan CD4, yang ekspresinya mendefinisikan subset sel T yang disebut sel T CD4 +. Sesuai dengan definisi di bagian sebelumnya, bahwa tanggapan sel T CD4 + dibatasi oleh molekul MHC kelas II. Molekul MHC kelas II memiliki distribusi yang lebih terbatas daripada molekul MHC kelas I: mereka dinyatakan secara konstitutif (yaitu, dalam kondisi dasar) hanya oleh Antigen-presenting cells (APCs) namun dapat diinduksi oleh jenis sel lainnya. APC adalah sel yang mengambil antigen dan mempresentasikannya ke sel T. Pada manusia, APCs utama untuk eksprsi MHC kelas II adalah sel dendritik, makrofag, dan limfosit B; sel epitel thymus juga mengekspresikan molekul MHC kelas II (Gambar. 4). Dengan tidak adanya faktor inducing, kebanyakan sel (misalnya hati dan ginjal Sel jaringan) mengungkapkan MHC kelas I bukan molekul MHC kelas II; Sebaliknya, APC secara konstitutif mengekspresikan keduanya baik molekul MHC kelas I dan kelas II. Sebagai respons terhadap aktivasi, sel T CD4 + mensintesis secara luas berbagai sitokin, dan karenanya bekerja sama dengan berbagai jenis sel, termasuk membantu sel B mensintesis antibodi. Demikian, molekul MHC kelas II dan sel T CD4 + memainkan peran penting dalam tanggapan terhadap agen- patogen dan antigen yang dibawa ke APCs (Coico and Sunshine, 2015).
  • 6. Gambar. 4. Ekspresi MHC kelas II dan interaksi dengan sel T CD4+ (Coico and Sunshine, 2015). D. Pengolahan dan Presentasi Antigen : Bagaimana Molekul MHC Mengikat Peptida dan Menciptakan Sinyal yang Berinteraksi dengan Sel T 1. Jalur Eksogen melalui MHC Kelas II Sesuai dengan istilahnya, antigen eksogen adalah antigen yang datang dari luar sel inang dan dibawa masuk, biasanya melalui endositosis atau fagositosis. Antigen eksogen bisa berasal dari patogen (seperti bakteri atau virus) atau dari protein asing (seperti vaksin) yang tidak melukai host tapi mengaktifkan respon imun. Sel khusus yang mengambil antigen secara eksogen (dan menyajikannya ke sel T) diketahui sebagai APCs. APC utama adalah sel dendritik, makrofag, dan sel B, yang semuanya mengekspresikan molekul MHC kelas II. Secara konstitutif (Gambar. 5) menunjukkan pengolahan dan penyajian Antigen eksogen yang khas, protein yang disuntikkan sebagai komponen dari vaksin virus yang tidak aktif atau "mati". Proteinnya diinternalisasi, terkandung dalam vesikel intraselular yang bergabung dengan vesikel endosomal atau lysosomal yang sangat asam (pH sekitar 4,0). Vesikula ini mengandung susunan enzim degradatif, termasuk protease dan peptidase. Protease, dikenal sebagai cathepsins, yang fungsinya pada pH rendah, fragmen protein menjadi peptida dalam vesikula ini. Katabolisme antigen protein khas menghasilkan beberapa peptida. Vesikula asam yang mengandung fragmen peptida di dalamnya sel dengan vesikel yang mengandung MHC kelas II molekul yang telah disintesis pada ribosom di retikulum endoplasma kasar rantai α dan β. MHC kelas II disintesis secara individual dalam retikulum endoplasma dan dirakit di sana dengan rantai invarian (Ii, CD74). Rantai invarian berikatan dengan alur yang baru membentuk molekul MHC kelas II, mencegah pengikatan peptida yang mungkin ada dalam retikulum endoplasma, seperti
  • 7. peptida yang berasal dari pengolahan antigen secara endogen (Neefjes, M Jongsma, & Paul, 2011). Gambar. 5. Pengolahan antigen eksogen pada jalur MHC kelas II CLIP = fragmen rantai invariant terikat untuk alur MHC kelas II) (Abbas, et al., 2014). Rantai invarian juga bertindak sebagai pendamping untuk rantai MHC kelas II yang baru disintesis; yaitu interaksi dengan rantai invariant memungkinkan MHC kelas II α dan β untuk meninggalkan retikulum endoplasma dan masuk ke Kompleks Golgi, dan dari situ mereka masuk ke jalur endositik vesikel asam. Penghapusan rantai invarian dari kompleks terjadi secara bertahap. Awalnya, rantai invarian terdegradasi secara proteolitik, meninggalkan fragmen yang dikenal sebagai CLIP (Polipeptida invariant kelas II) terikat pada alur MHC kelas II. Vesikel yang mengandung MHC kelas II dengan CLIP kemudian menyatu dengan vesikula asam (endosom atau Lisosom) yang mengandung peptida yang berasal dari katabolisme Antigen eksogen. Di kompartemen ini, sebuah molekul yang dikenal sebagai HLA-DM mengkatalisis pertukaran peptida antara Kompleks MHC kelas II-CLIP dan peptida yang berasal Antigen eksogen. Dengan cara ini, peptida-MHC kelas II kompleks dihasilkan, yang bergerak ke permukaan sel dimana akan ditampilkan dan tersedia untuk berinteraksi dan disajikan ke-sel CD4 + yang diekspresikan sesuai reseptor antigen (Neefjes et al., 2011).
  • 8. 2. Jalur Endogen melalui MHC Kelas I Antigen endogen adalah protein yang disintesis di dalam sel dan umumnya berasal dari patogen (seperti virus, bakteri, dan parasit) yang telah menginfeksi sel inang. Gambar. 6 mengilustrasikan pemrosesan dan penyajian antigen endogen, protein virus yang disintesis setelah sel terinfeksi oleh virus. Pengolahan terjadi di sitoplasma, dan mekanisme utama untuk menghasilkan fragmen peptida adalah melalui kompleks protein sitoplasma raksasa yang dikenal sebagai proteasome. Proteasome juga terlibat dalam omset normal (degradasi rutin) protein seluler dan memecahnya menjadi peptida sekitar 15 asam amino. Enzim sitosol (aminopeptidase) dikeluarkan lebih banyak asam amino dari peptida (Neefjes et al., 2011). Beberapa peptida hancur, namun sekitar 8-15 asam amino masuk panjang (seperti ketiganya ditunjukkan pada Gambar. 6), secara selektif diangkut ke retikulum endoplasma oleh dua transporter peptida (TAP). Gambar. 6. Pengolahan antigen jalur endogen pada kelas MHC I (Abbas, et al., 2014). Peptida diangkut dari sitoplasma ke dalam retikulum endoplasma berikatan dengan molekul MHC kelas I yang baru disintesis. Rantai MHC kelas I dan β2m disintesis secara terpisah dalam retikulum endoplasma kasar dan diasosiasi dalam kompartemen seluler ini. Seperti halnya dengan sintesis molekul MHC kelas II, chaperon menstabilkan struktur rakitan MHC kelas I dengan rantai β2m mereka di retikulum endoplasma dan transportasi langsung
  • 9. dari kompleks melalui sel. Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, molekul MHC kelas I spesifik mengikat peptida yang terdiri dari 8 sampai 9 asam amino. Peptida normal yang mencapai retikulum endoplasma didegradasi oleh aminopeptidase, yang menghilangkan asam amino satu per satu sampai peptida benar-benar terdegradasi; beberapa peptida dengan ikatan yang tepat yaitu, 8-9 asam amino panjangnya dengan afinitas yang cukup untuk mengikat molekul MHC kelas I yang baru disintesis (Abbas, et al., 2014). Sebuah peptida yang mengikat molekul MHC kelas I di retikulum endoplasma bergerak melalui aparatus golgi ke arah permukaan sel, di mana ia ditampilkan dan dipresentasikan ke sel T CD8 + dan mengekspresikan reseptor antigen yang sesuai. Telah dijelaskan di atas untuk interaksi peptida dengan molekul MHC kelas II, hanya peptida yang mengikat MHC Molekul kelas I memicu respons sel T CD8 +. Ini adalah Epitop imunodominan untuk respons sel T CD8 + Spesifik untuk antigen itu; Satu epitop imunodominan semacam itu adalah peptida yang berasal dari katabolisme protein virus ditunjukkan dalam warna hijau pada Gambar. 6. Karena molekul MHC kelas I diekspresikan seluruhnya oleh sel bernukleas, pengolahan dan penyajian endogen Antigen dapat terjadi pada setiap sel nukleasi di dalam tubuh. Hal tersbut disebabkan karena patogen dapat menginfeksi hampir semua sel dalam tubuh, Sel T CD8+ "memindai" MHC kelas I dan kombinasi peptida diekspresikan pada sel inang nukleasi untuk mengidentifikasi apakah telah terinfeksi (Neefjes et al., 2011). 3. Jalur Silang (Cross Precentation) Selain kemampuan mereka untuk mengolah antigen eksogen di jalur MHC kelas II, APC dan khususnya sel dendritik memiliki jalur unik, disebut cross precentation (jalur silang), untuk menghasilkan peptida yang berasal dari protein antigen eksogen dan mempresentasikannya ke sel T CD8+ (Gambar. 7). Sel dendritik mengambil antigen eksogen (Seperti berasal dari virus yang menginfeksi atau sel sekarat) oleh fagositosis atau pinositosis. Peptida berikatan dengan molekul MHC kelas I di dalam sel tidak benar-benar dapat dijelaskan; satu jalur dianggap terlibat mentransfer antigen dari kompartemen asam ke dalam sitosol untuk diproses oleh proteasom. Peptida kemudian diangkut ke dalam retikulum endoplasma di mana mereka berikatan dengan molekul MHC
  • 10. kelas I yang baru disintesis (Coico and Sunshine, 2015). Jalur kedua melibatkan pemuatan peptida langsung ke molekul MHC kelas I dalam vesikula asam, dengan kompleks peptida-MHC lalu dihantarkan ke permukaan sel. Presentasi jalur silang diyakini berperan penting dalam mengaktifkan sel T CD8 + untuk merespon sel atau jaringan yang terinfeksi oleh beberapa virus yang tidak dikonsumsi oleh APCs. Hal ini juga dianggap berperan dalam merespon kematian sel (Abbas, et al., 2014). Gambar. 7. Pengolahan antigen jalur silang oleh sel T CD8+ (Abbas, et al., 2014). Selain jalur lintas presentasi di mana antigen eksogen berhubungan dengan molekul MHC kelas I, dalam beberapa keadaan, antigen endogen mungkin terkait dengan molekul MHC kelas II. Hal ini bisa terjadi selama autophagy, jalur intraselular di mana protein dalam sitoplasma diangkut ke dalam lisosom untuk degradasi. Peptida sendiri dapat mengikat MHC kelas II pada vesikel asam ini. Saat ini, bagaimanapun, ada bukti yang sangat terbatas bahwa autophagy menghasilkan pengolahan antigen asing menghasilkan respons sel T (Cresswell, Ackerman, Giodini, Peaper, & Wearsch, 2005). E. Contoh Kasus 1. Infeksi Virus Infeksi oleh berbagai jenis virus pada umumnya sama, yaitu melibatkan molekul MHC kelas I. Seperti yang terjadi pada infeksi virus dengue, molekul MHC kelas I terlibat dalam mekanisme pertahanan spesifik yang dapat mempresentasikan antigen virus pada sel T CD8+, dan mekanisme yang terjadi adalah proses penghancuran sel yang terinfeksi oleh sel Tc yang memiliki
  • 11. enzim perforin dan granzim untuk membunuh virus (Screaton, Mongkolsapaya, Yacoub, & Roberts, 2015). Gambar 8. Jalur endogen presntasi antigen virus dengue (Screaton, Mongkolsapaya, Yacoub, & Roberts, 2015). Namun selain itu juga infeksi virus dapat melibatkan jalur silang atau cross presntation, hal ini berkaitan dengan kemampuan dari sel dendritik (DC). Jalur, yang sangat penting bagi peran sentral mereka di dalam Induksi kekebalan spesifik virus; DC dapat memfasilitasi secara efisien MHC kelas I presentasi antigen endogen, dimana proses tersebut aktif di semua sel nukleasi, tapi juga memudahkan MHC presentasi antigen kelas I yang diliputi oleh sumber eksogen. Proses yang disebut cross-presentation. DC sangat efisien dalam menangkap antigen eksogen, karena mereka mengekspresikan beragam repertoar dari reseptor dan mengeksploitasi berbagai mekanisme untuk menelan antigen, termasuk endositosis, fagositosis, dan pinositosis. Persimpangan kapasitas presentasi DC mungkin sangat penting untuk induksi Tc spesifik virus selama infeksi dengan virus yang tidak menginfeksi DC (Joffre, Segura, Savina, & Amigorena, 2012). DC yang terinfeksi virus dapat menggunakan protein virus yang disintesis secara endogen sebagai antigen untuk presentasi di MHC kelas I, sedangkan DC yang tidak terinfeksi perlu secara aktif menulari antigen virus
  • 12. secara eksogen untuk jalur silang. Dengan demikian, presentasi silang tidak hanya mekanisme yang efisien dieksploitasi oleh DC untuk menginisiasi kekebalan terhadap virus yang tidak menginfeksi DC tetapi juga berkontribusi terhadap inisiasi kekebalan anti-virus terhadap virus yang menginfeksi DC. Reseptor endositik termasuk CLR, FcR dan reseptor lainnya bermain peran penting dalam pengambilan Ag untuk presentasi silang. Presentasi silang dapat ditingkatkan dengan opsonisasi. Dua jalur utama sntuk presentasi silang dijelaskan yang juga relevan penyajian silang virus oleh DC manusia dan ditandai oleh perbedaan mekanisme degradasi protein dan perbedaan kinetika (panah hitam). Dua jalur tersebut yaitu salur sitosol yang lebih lambat, yang bergantung pada degradasi proteasomal dalam sitosol, penting untuk presentasi silang partikel virus, sel yang terinfeksi, dan protein virus opsonized, dan jalur vakuolar yang relatif cepat tidak tergantung pada degradasi proteasomal dan penting untuk presentasi silang (Joffre et al., 2012). Gambar. 9 Jalur intraselular untuk presentasi silang pada sel dendritik (Joffre et al., 2012)
  • 13. Jalur intraselular untuk presentasi silang pada sel dendritik. Setelah fagositosis, antigen eksogen dapat diekspor ke dalam sitosol, di mana mereka diproses oleh proteasom. Antigen yang diproses Kemudian dimuatkan pada molekul MHC kelas I di retikulum endoplasma (ER) (jalur sitosol dengan pemuatan ER) atau diimpor kembali ke dalam fagosom untuk dimuat pada molekul MHC kelas I (jalur sitosol dengan pemuatan fagosom). SNARE SEC22B, yang berada di kompartemen perantara ER-Golgi (ERGIC) dan berinteraksi dengan syntaxin 4 di fagosom, memediasi perekrutan komponen himpunan bagian ER, termasuk transporter yang terkait dengan pengolahan antigen (TAP), hingga fagosom. Sebagai alternatif, antigen eksogen dapat terdegradasi menjadi peptida dalam fagosom, di mana mereka kemudian dimuat pada molekul MHC kelas I (jalur vakuolar) (Joffre et al., 2012). Di jalur sitosol, antigen terdegradasi oleh proteasome, kompleks enzim besar terletak di sitosol yang membuat jalur ini peka terhadap inhibitor degradasi proteasomal. Sebagai alternatif, di jalur vakuolar, kedua antigen degradasi dan presentasi MHC kelas I terjadi pada kompartemen endositosis keterlibatan jalur ini bisa dilakukan secara eksperimental ditangani dengan mengkonfirmasi ketahanan terhadap penghambatan degradasi proteasomal dan sensitivitas terhadap penghambatan proteolisis lisosom. Proteolisis lisosomal memiliki peran yang merugikan pada presentasi jalur sitosolik. Eksperimen menunjukkan yang membatasi proteolisis lisosom dengan meningkatkan secara kimiawi pH lisosom bermanfaat untuk penyajian silang protein virus HCV yang nerasal NS3 dan HIV yang diturunkan Nef dengan mencegah degradasi MHC kelas I yang potensial mengikat epitop. Beberapa Adaptasi yang berbeda pada kompartemen endositik, termasuk aktivitas protease lisosomal diferensial, mekanisme untuk mengendalikan pH lisosomal, dan kompartemen penyimpanan antigen, bersama-sama memberi DC untuk memfasilitasi presentasi silang melalui jalur sitosol (Joffre et al., 2012). Presentasi silang melalui jalur sitosolik lebih jauh membutuhkan ekspor antigen yang diinternalisasi dari kompartemen endositik le sitosol untuk degradasi proteasomal, yang mungkin langkah membatasi laju di jalur ini, setidaknya untuk protein antigen. Banyak virus yang terbungkus bisa masuk
  • 14. sitoplasma sebagai bagian dari strategi infeksi mereka yang membutuhkan peleburan amplop virus dengan membran endosomal untuk melepaskan genom virus ke dalam sitoplasma dan fusi endosomal ini mungkin mendasari efisiensi presentasi silang partikel virus, untuk bisa masuk ke sitoplasma DC. Menariknya, jalur sitosolik dan vakuolar memiliki total kinetika yang berbeda, yang dapat digunakan untuk menentukan jalur yang mana yang terlibat, sedangkan cross-presentation melalui jalur vakuolar lebih cepat dan dapat dideteksi setelah 20 menit (Joffre et al., 2012). Penyajian silang melalui jalur sitosol jauh lebih lambat dan pembentukan kompleks MHC kelas I peptida melalui jalur ini mungkin butuh setidaknya 8 jam, Mungkin karena itu bergantung pada sintesis MHC Kelas I. Sebaliknya, MHC kelas I memuat di jalur vakuolar terjadi di kompartemen endositik dan tergantung pada daur ulang molekul MHC kelas I yang ada diinternalisasi secara internal oleh proses yang sangat teratur (Joffre et al., 2012). 2. Infeksi Bakteri LPS Ketika terjadi infeksi dari bakteri LPS contohnya bakteri Zwitterionic polysaccharides (ZPS). Molekul MHC yang berperan dalam mempresentasikan antigen adalah MHC kelas II, dimana bakteri tersebut biasanya akan diproses di dalam lisosom bukan dalam retikulum endoplasma. Peptida dari bakteri tersebut akan diikat oleh MHC kelas II dan dibawa ke permukaan membran, agar dapat dideteksi oleh sel Th (sel T helper) atau disebut sel CD4+. Gambar. 10. Skema jalur eksogen antigen ZPS dalam sel dendritik (DC) (Stephen, Groneck, & Kalka-Moll, 2010)
  • 15. Berikut penjelasan dari Gambar. 10: 1) Antigen ZPS diinternalisasi melalui proses makropinositosis dalam sel dendritik (DC); 2) dengan difasilitasi oleh reseptor mediasi endositosis; 3) endosom berisi ZPS kemudian akan fusi dengan lisosom, dan makropinosom akan fusi dengan endosom atau lisosom; 4) kemudian RE merakit molekul MHC-II sebagai respon dari adanya infeksi bakteri, lalu MHC-II dikirim ke badan golgi dan bertunas menjadi vesikula eksositik, lalu endosom/ lisosom yang mengandung ZPS fusi dengan vesikula eksositik tersebut menghasilkan aMIIC, MHC-II, protease dan glikosidase; 5) pengikatan peptida ZPS pada molekul MHC-II; 6) transport MHC-II kompleks ke permukaan sel; 7) fusi dengan membran sel dan dipresentasikan pada permukaan sel; 8) MHC-II kompleks berikatan dengan sel Th (CD4+). Sel CD4+ kemudian akan mensekresikan sitokin berupa IFN-γ untuk mengaktivasi sel fagosit, seperti makrofag atau neutrofil untuk melakukan fagositosis terhadap bakteri tersebut, atau juga dapat mengaktifkan sel NK untuk membunuh sel yang terinfeksi bakteri ZPS (Stephen et al., 2010).
  • 16. DAFTAR PUSTAKA Abbas, Abdul, K., Andrew, H.L., and Shiv, P. (2015). Cellular and Molecular Immunologi eighth edition. Elsevier. Canada. Coico, Richard and Geoffrey Sunshine. (2015). Immunology a Short Course Seventh Edition. Premedia Limitted: UK. Cresswell, P., Ackerman, A. L., Giodini, A., Peaper, D. R., & Wearsch, P. A. (2005). Mechanisms of MHC class I-restricted antigen processing and cross-presentation. Immunological Reviews, 207, 145–157. https://doi.org/10.1111/j.0105- 2896.2005.00316.x Joffre, O. P., Segura, E., Savina, A., & Amigorena, S. (2012). Cross-presentation by dendritic cells. Nature Reviews. Immunology, 12(8), 557–569. https://doi.org/10.1038/nri3254 Neefjes, J., M Jongsma, M. L., & Paul, P. (2011). Towards a systems understanding of MHC class I and MHC class II antigen presentation. Nature Reviews Immunology, 11(12), 823–836. https://doi.org/10.1038/nri3084 Screaton, G., Mongkolsapaya, J., Yacoub, S., & Roberts, C. (2015). New insights into the immunopathology and control of dengue virus infection. Nature Reviews Immunology, 15(12), 745–759. https://doi.org/10.1038/nri3916 Stephen, T. L., Groneck, L., & Kalka-Moll, W. M. (2010). The modulation of adaptive immune responses by bacterial zwitterionic polysaccharides. International Journal of Microbiology, 2010. https://doi.org/10.1155/2010/917075