SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
PAPER
EKOLOGI DAN FISIOLOGI PARASIT LANJUT
SPESIFISITAS PARASIT FASCIOLA HEPATICA
Disusun Oleh :
SISKHA NOOR KOMALA
B2A016012
PROGRAM PASCA SARJANA ILMU BIOLOGI
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2016
SPESIFISITAS PARASIT FASCIOLA HEPATICA
A. PENDAHULUAN
Parasit merupakan organisme yang memiliki efek merugikan dimana secara
fisiologis dan metabolisme mengalami ketergantungan pada inangnya. Oleh karena itu
setiap parasit memiliki kemampuan untuk menginfeksi inang yang sesuai dan cocok, atau
dapat disebut dengan spesifisitas. Setiap parasit harus menemukan spesies inang yang
tepat, agar bisa mempertahankan hidup dan keturunannya, apabila parasit masuk ke
dalam tubuh inang yang tidak cocok, biasanya parasit mengalami mortalitas total atau
sebagian, karena parasit selalu membentuk sistem yang stabil dengan satu atau beberapa
spesies inang, sehingga inang parasit sangat spesifik. Sistem antara inang – parasit yang
stabil, biasanya mengalami tiga kejadian yang harus dilakukan; pertama, harus terjadi
kontak secara langsung antara inang dan parasit; kedua, inang harus memberikan kondisi
yang cocok untuk keberlangsungan hidup parasit, dan ketiga, parasit harus bisa
mengatasi respon inang yang ditimbulkannya, misalnya fagositosis dan pembentukan
antibodi. Paper ini akan memberikan penjelasan tentang proses spesifisitas yang
dilakukan Fasciola hepatica
B. PEMBAHASAN
Fasciola hepatica adalah cacing parasit kelompok trematoda yang memiliki inang
banyak dan distribusi geografis yang global. Contoh inang definitifnya yaitu sapi,
domba, kambing, keledai, kuda, rusa dan babi, kemudian inang perantaranya yaitu siput
pada family Lymnaeidae diantaranya Lymnea sp, Pseudosuccinea columella, Galba sp
(Medeiros, et al, 2014). Paper ini akan menjelaskan tentang spesifisitas F. hepatica pada
hospes definitifnya. Arias, et al (2013) menjelaskan bahwa Infeksi F. hepatica lebih
tinggi di sapi daripada di rusa, hal itu disebabkan karena sapi memiliki kebiasaan
memakan rumput atau tanaman herba yang lebih pendek dan berada di daerah perairan
atau dekat sungai, dimana pada daerah tersebut merupakan kondisi yang paling cocok
untuk perkembangan metaserkaria dari F. hepatica, sehingga kemungkinan besar
tanaman air tersebut mengandung larva metasercaria, hal ini menunjukkan adanya
kesamaan ekologis antara sapi dengan F. hepatica, menyebabkan probabilitas
menginfeksi lebih tinggi . Adanya proses makan sapi tersebut menyebabkan terjadinya
kontak secara langsung antara sapi dengan larva metaserkaria dari F. hepatica yang
terbawa masuk ke dalam tubuh sapi. Metaserkaria kemudian masuk ke dalam usus halus
(duodenum), lalu menembus dinding usus, dan masuk ke dalam hati melalui rongga
tubuh. Migrasi melalui parenkim hati memungkinkan mereka untuk mengkonsumsi sel-
sel hati dan darah sebelum mereka mencapai saluran empedu. Tubuh sapi memberikan
kondisi yang cocok untuk perkembangan F. hepatica dan menyediakan nutrisi bagi
kelangsungan hidupnya, dimana ketika inang mati maka F. hepatica pun akan mati, hal
tersebut dikarenakan ketergantungan fisiologis dan metabolisme pada inangnya, yaitu
mamalia.
Proses infeksi dan kelangsungan hidup F. hepatica di tubuh mamalia, sebenarnya
tidak semudah itu. F. hepatica harus menghadapi berbagai respon fisiologis inangnya,
karena bagi tubuh sapi cacing tersebut adalah benda asing yang harus dibuang, sehingga
terjadilah respon kekebalan tubuh dari inangnya seperti fagositosis dan pembentukan
antibodi dalam menghadapi F. hepatica. Escamila, et al (2016) mengungkapkan bahwa
F. hepatica juga melakukan berbagai mekanisme agar dia tetap bisa bertahan hidup
dalam tubuh sapi, salah satunya ketika inang memberikan respon dengan menggunakan
sel darah putih berupa eusinofil yang berperan dalam melakukan fagositosis terhadap
parasit, maka F. hepatica akan mengeluarkan suatu produk yang dikenal dengan FhESP.
FhESP ini berperan dalam menginduksi terjadinya apoptosis pada eusinofil di hati dan
makrofag peritoneal. Hati yang terinfeksi F. hepatica, banyak ditemukan eusinofil yang
mengalami apoptosis, sehingga sel tersebut mati dan menyebabkan F. hepatica tidak
mengalami fagositosis. Selain itu juga banyak ditemukan tumpukan eusinofil dalam
jumlah yang tinggi di pinggiran saluran nekrotik akut, dimana hal itu menunjukkan
bahwa eusinofil tidak bekerja dengan baik selama tahap migrasi cacing.
Selain itu ketika cacing muda masih berada di dalam usus inang, dia juga
mensekresikan suatu antigen yang disebut dengan FhSAP2. Hernandez, et al (2013)
menyatakan bahwa FhSAP2 berperan dalam membantu cacing untuk menyesuaikan
dirinya dalam lingkungan yang baru, antigen ini akan memicu pembentukan lapisan
syncytial pada permukaan parasit dan melapisi membran luar dengan suatu karbohidrat
yang disebut glikokaliks. Lapisan tersebut berperan dalam pembaharuan dari membran
plasma permukaan dan penyerapan nutrisi selain itu FhSAP2 juga berfungsi untuk
menghindari sistem kekebalan tubuh inang, karena dapat mencegah antibodi inang
menempel pada tubuh cacing. Mekanisme fisiologis tersebut menyebabkan F. hepatica
dapat tumbuh sampai dewasa pada saluran empedu sapi, dan mengalami reproduksi
secara seksual, menghasilkan telur. Telur bersama dengan empedu masuk ke dalam
duodenum kembali, dan akhirnya dikeluarkan bersama feses inang. Kesuksesan siklus
hisup F. hepatica di inang mamalia tergantung pada kerja antigen parasit dalam
menghadapi respon fisiologis inangnya dan respon imun berikutnya.
C. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap parasit
memiliki kisaran inang tertentu dan spesifik yang sesuai dengan fisiologisnya. Salah
satunya adalah Fasciola hepatica, dimana cacing ini dapat hidup pada tubuh mamalia.
Mamalia yang paling cocok untuk F. hepatica adalah sapi, karena sapi memiliki kondisi
ekologis yang mirip dengan F. hepatica, sehingga probabilitas untuk menginfeksi sapi
lebih tinggi daripada mamalia lain. Kontak langsung antara sapi dan F. hepatica diawali
ketika sapi memakan tanaman yang mengandung metaserkaria, lalu metaserkaria masuk
ke dalam usus sapi, dan di sana terjadi berbagai mekanisme fisiologis baik dari inang
maupun F. hepatica itu sendiri. F. hepatica harus bisa bertahan dalam tubuh sapi agar
bisa mempertahankan daur hidupnya, sehingga melakukan berbagai mekanisme
fisiologis untuk melawan respon imun dari sapi. Sapi itu sendiri sebagai inang
memberikan kondisi yang cocok untuk perkembangan F. hepatica dan menyediakan
nutrisi bagi kelangsungan hidupnya, dimana ketika inang mati maka F. hepatica pun
akan ikut mati, sehingga F. hepatica berusah menjaga agar inang tidak mengalami
kelainan yang disebabkan oleh kehadirannya, dikarenakan F. hepatica tidak
mengharapkan kematian inangnya. Hal itu menunjukkan bahwa parasit memiliki
ketergantungan fisiologis dan metabolisme pada inangnya.
D. DAFTAR PUSTAKA
Arias, M.S., et al (2013). Relationship between exposure to Fasciola hepatica in roe deer
(Capreolus capreolus) and cattle extensively reared in an endemic area. Research
in veterinary science. 95. 1031-1035. doi.org/10.1016/j.rvsc.2013.07.027
Bogitsh, J.B., Clint, E.C., and Thomas N.O. (2013). Human Parasitology Fourth Edition.
Elsevier. America.
Escamila, A., et al. (2016). Fasciola hepatica induces eosinophil apoptosis in the
migratory and biliary stages of infection in sheep. Veterinary Parasitology.
216. 84-88. doi.org/10.1016/j.vetpar.2015.12.013
Hernandez, Kimberly Caban and Ana M. Espino. (2013). Differential expression and
localization of saposin-like protein 2 of Fasciola hepatica. Acta Tropica. 128.
591-597. doi.org/10.1016/j.actatropica.2013.08.012
Medeiros, Camila., et al. (2014). Spatial distribution of Lymnaeidae (Molluscha,
Basommatophora), Intermediate Host of Fasciola hepatica Linnaeus, 1758
(Trematoda, Digenea) In Brazil. Rev. Inst. Med. Trop. Sao Paulo. 56(3) : 235-
252. doi: 10.1590/S0036-46652014000300010

More Related Content

What's hot (19)

Ppt jamur kelompok 2 kelas a 2015
Ppt jamur kelompok 2 kelas a 2015Ppt jamur kelompok 2 kelas a 2015
Ppt jamur kelompok 2 kelas a 2015
 
Protista
ProtistaProtista
Protista
 
PROTOZOOLOGY
PROTOZOOLOGY PROTOZOOLOGY
PROTOZOOLOGY
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologi
 
Parasit kelompok 4 kelas A
Parasit kelompok 4 kelas AParasit kelompok 4 kelas A
Parasit kelompok 4 kelas A
 
Protista
Protista Protista
Protista
 
Print full
Print fullPrint full
Print full
 
5. protista
5. protista5. protista
5. protista
 
Bahasa latin beberapa hewan
Bahasa latin beberapa hewanBahasa latin beberapa hewan
Bahasa latin beberapa hewan
 
Protozoa [Protista Mirip Hewan]
Protozoa [Protista Mirip Hewan]Protozoa [Protista Mirip Hewan]
Protozoa [Protista Mirip Hewan]
 
PROTOZOA
PROTOZOAPROTOZOA
PROTOZOA
 
Pengenalan parasitologi
Pengenalan parasitologiPengenalan parasitologi
Pengenalan parasitologi
 
Phlum platyhelminthes
Phlum platyhelminthesPhlum platyhelminthes
Phlum platyhelminthes
 
Penelitian platyhelmintes
Penelitian platyhelmintesPenelitian platyhelmintes
Penelitian platyhelmintes
 
Protozoologi
ProtozoologiProtozoologi
Protozoologi
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
Protozoologi
ProtozoologiProtozoologi
Protozoologi
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
siklus hidup plasmodium
siklus hidup plasmodiumsiklus hidup plasmodium
siklus hidup plasmodium
 

Similar to 2. paper spesifisitas siskha noor komala

Filum platyhelminthes
Filum platyhelminthesFilum platyhelminthes
Filum platyhelminthesOnic Agustina
 
Respon imun terhadap parasit
Respon imun terhadap parasitRespon imun terhadap parasit
Respon imun terhadap parasitPratiwiRatih
 
Flora normal serta hubungan hospes dan lingkungan
Flora normal serta hubungan hospes dan lingkunganFlora normal serta hubungan hospes dan lingkungan
Flora normal serta hubungan hospes dan lingkunganiswahyuniSRK
 
Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi pjj_kemenkes
 
Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi pjj_kemenkes
 
Kelompok 1 parasitologi OKE.pptx
Kelompok 1 parasitologi OKE.pptxKelompok 1 parasitologi OKE.pptx
Kelompok 1 parasitologi OKE.pptxassajaddalizikri
 
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANJosua Sitorus
 
ANDI RAFIKA-SCHISTOSOMIASIS (cara penularan).docx
ANDI RAFIKA-SCHISTOSOMIASIS (cara penularan).docxANDI RAFIKA-SCHISTOSOMIASIS (cara penularan).docx
ANDI RAFIKA-SCHISTOSOMIASIS (cara penularan).docxandirafikayusuf
 
97324197 parasit
97324197 parasit97324197 parasit
97324197 parasitWassta' In
 
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralisPPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralisRiskymessyana99
 
Materi biologi sma kelas x
Materi biologi sma kelas xMateri biologi sma kelas x
Materi biologi sma kelas xNur Sofiyah
 
Makalah Multiceps spp
Makalah Multiceps sppMakalah Multiceps spp
Makalah Multiceps sppFirdika Arini
 

Similar to 2. paper spesifisitas siskha noor komala (20)

4401409008 wasil hidayah
4401409008 wasil hidayah4401409008 wasil hidayah
4401409008 wasil hidayah
 
Filum platyhelminthes
Filum platyhelminthesFilum platyhelminthes
Filum platyhelminthes
 
Respon imun terhadap parasit
Respon imun terhadap parasitRespon imun terhadap parasit
Respon imun terhadap parasit
 
Flora normal serta hubungan hospes dan lingkungan
Flora normal serta hubungan hospes dan lingkunganFlora normal serta hubungan hospes dan lingkungan
Flora normal serta hubungan hospes dan lingkungan
 
Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi
 
Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi
 
Protista .pptx
Protista .pptxProtista .pptx
Protista .pptx
 
Kelompok 1 parasitologi OKE.pptx
Kelompok 1 parasitologi OKE.pptxKelompok 1 parasitologi OKE.pptx
Kelompok 1 parasitologi OKE.pptx
 
REFERAT TORCH
REFERAT TORCHREFERAT TORCH
REFERAT TORCH
 
Samonella thypi
Samonella thypiSamonella thypi
Samonella thypi
 
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
 
Parasit 1
Parasit 1Parasit 1
Parasit 1
 
ANDI RAFIKA-SCHISTOSOMIASIS (cara penularan).docx
ANDI RAFIKA-SCHISTOSOMIASIS (cara penularan).docxANDI RAFIKA-SCHISTOSOMIASIS (cara penularan).docx
ANDI RAFIKA-SCHISTOSOMIASIS (cara penularan).docx
 
Spirochete
SpirocheteSpirochete
Spirochete
 
Infeksi Parasit
Infeksi ParasitInfeksi Parasit
Infeksi Parasit
 
97324197 parasit
97324197 parasit97324197 parasit
97324197 parasit
 
Pengantar parasitologi-new
Pengantar parasitologi-newPengantar parasitologi-new
Pengantar parasitologi-new
 
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralisPPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
 
Materi biologi sma kelas x
Materi biologi sma kelas xMateri biologi sma kelas x
Materi biologi sma kelas x
 
Makalah Multiceps spp
Makalah Multiceps sppMakalah Multiceps spp
Makalah Multiceps spp
 

More from Siskha Noor Komala (13)

8. hipersensitivitas siskha noor komala
8. hipersensitivitas siskha noor komala8. hipersensitivitas siskha noor komala
8. hipersensitivitas siskha noor komala
 
Materi imun MHC
Materi imun MHCMateri imun MHC
Materi imun MHC
 
Materi imun MHC
Materi imun MHCMateri imun MHC
Materi imun MHC
 
Filum echinodermata
Filum echinodermataFilum echinodermata
Filum echinodermata
 
Filum mollusca
Filum molluscaFilum mollusca
Filum mollusca
 
Annelida
AnnelidaAnnelida
Annelida
 
Nemathelmintes power point
Nemathelmintes power pointNemathelmintes power point
Nemathelmintes power point
 
Ppt aschelminthes
Ppt aschelminthesPpt aschelminthes
Ppt aschelminthes
 
Platyhelmintes
PlatyhelmintesPlatyhelmintes
Platyhelmintes
 
Bahan kuliah Filum Protozoa
Bahan kuliah Filum ProtozoaBahan kuliah Filum Protozoa
Bahan kuliah Filum Protozoa
 
Handout Porifera
Handout PoriferaHandout Porifera
Handout Porifera
 
Handout Protozoa
Handout ProtozoaHandout Protozoa
Handout Protozoa
 
Filum Coelenterata dan Ctenophora
Filum Coelenterata dan CtenophoraFilum Coelenterata dan Ctenophora
Filum Coelenterata dan Ctenophora
 

Recently uploaded

Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 

2. paper spesifisitas siskha noor komala

  • 1. PAPER EKOLOGI DAN FISIOLOGI PARASIT LANJUT SPESIFISITAS PARASIT FASCIOLA HEPATICA Disusun Oleh : SISKHA NOOR KOMALA B2A016012 PROGRAM PASCA SARJANA ILMU BIOLOGI FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN 2016
  • 2. SPESIFISITAS PARASIT FASCIOLA HEPATICA A. PENDAHULUAN Parasit merupakan organisme yang memiliki efek merugikan dimana secara fisiologis dan metabolisme mengalami ketergantungan pada inangnya. Oleh karena itu setiap parasit memiliki kemampuan untuk menginfeksi inang yang sesuai dan cocok, atau dapat disebut dengan spesifisitas. Setiap parasit harus menemukan spesies inang yang tepat, agar bisa mempertahankan hidup dan keturunannya, apabila parasit masuk ke dalam tubuh inang yang tidak cocok, biasanya parasit mengalami mortalitas total atau sebagian, karena parasit selalu membentuk sistem yang stabil dengan satu atau beberapa spesies inang, sehingga inang parasit sangat spesifik. Sistem antara inang – parasit yang stabil, biasanya mengalami tiga kejadian yang harus dilakukan; pertama, harus terjadi kontak secara langsung antara inang dan parasit; kedua, inang harus memberikan kondisi yang cocok untuk keberlangsungan hidup parasit, dan ketiga, parasit harus bisa mengatasi respon inang yang ditimbulkannya, misalnya fagositosis dan pembentukan antibodi. Paper ini akan memberikan penjelasan tentang proses spesifisitas yang dilakukan Fasciola hepatica B. PEMBAHASAN Fasciola hepatica adalah cacing parasit kelompok trematoda yang memiliki inang banyak dan distribusi geografis yang global. Contoh inang definitifnya yaitu sapi, domba, kambing, keledai, kuda, rusa dan babi, kemudian inang perantaranya yaitu siput pada family Lymnaeidae diantaranya Lymnea sp, Pseudosuccinea columella, Galba sp (Medeiros, et al, 2014). Paper ini akan menjelaskan tentang spesifisitas F. hepatica pada hospes definitifnya. Arias, et al (2013) menjelaskan bahwa Infeksi F. hepatica lebih tinggi di sapi daripada di rusa, hal itu disebabkan karena sapi memiliki kebiasaan memakan rumput atau tanaman herba yang lebih pendek dan berada di daerah perairan atau dekat sungai, dimana pada daerah tersebut merupakan kondisi yang paling cocok untuk perkembangan metaserkaria dari F. hepatica, sehingga kemungkinan besar tanaman air tersebut mengandung larva metasercaria, hal ini menunjukkan adanya kesamaan ekologis antara sapi dengan F. hepatica, menyebabkan probabilitas menginfeksi lebih tinggi . Adanya proses makan sapi tersebut menyebabkan terjadinya kontak secara langsung antara sapi dengan larva metaserkaria dari F. hepatica yang
  • 3. terbawa masuk ke dalam tubuh sapi. Metaserkaria kemudian masuk ke dalam usus halus (duodenum), lalu menembus dinding usus, dan masuk ke dalam hati melalui rongga tubuh. Migrasi melalui parenkim hati memungkinkan mereka untuk mengkonsumsi sel- sel hati dan darah sebelum mereka mencapai saluran empedu. Tubuh sapi memberikan kondisi yang cocok untuk perkembangan F. hepatica dan menyediakan nutrisi bagi kelangsungan hidupnya, dimana ketika inang mati maka F. hepatica pun akan mati, hal tersebut dikarenakan ketergantungan fisiologis dan metabolisme pada inangnya, yaitu mamalia. Proses infeksi dan kelangsungan hidup F. hepatica di tubuh mamalia, sebenarnya tidak semudah itu. F. hepatica harus menghadapi berbagai respon fisiologis inangnya, karena bagi tubuh sapi cacing tersebut adalah benda asing yang harus dibuang, sehingga terjadilah respon kekebalan tubuh dari inangnya seperti fagositosis dan pembentukan antibodi dalam menghadapi F. hepatica. Escamila, et al (2016) mengungkapkan bahwa F. hepatica juga melakukan berbagai mekanisme agar dia tetap bisa bertahan hidup dalam tubuh sapi, salah satunya ketika inang memberikan respon dengan menggunakan sel darah putih berupa eusinofil yang berperan dalam melakukan fagositosis terhadap parasit, maka F. hepatica akan mengeluarkan suatu produk yang dikenal dengan FhESP. FhESP ini berperan dalam menginduksi terjadinya apoptosis pada eusinofil di hati dan makrofag peritoneal. Hati yang terinfeksi F. hepatica, banyak ditemukan eusinofil yang mengalami apoptosis, sehingga sel tersebut mati dan menyebabkan F. hepatica tidak mengalami fagositosis. Selain itu juga banyak ditemukan tumpukan eusinofil dalam jumlah yang tinggi di pinggiran saluran nekrotik akut, dimana hal itu menunjukkan bahwa eusinofil tidak bekerja dengan baik selama tahap migrasi cacing.
  • 4. Selain itu ketika cacing muda masih berada di dalam usus inang, dia juga mensekresikan suatu antigen yang disebut dengan FhSAP2. Hernandez, et al (2013) menyatakan bahwa FhSAP2 berperan dalam membantu cacing untuk menyesuaikan dirinya dalam lingkungan yang baru, antigen ini akan memicu pembentukan lapisan syncytial pada permukaan parasit dan melapisi membran luar dengan suatu karbohidrat yang disebut glikokaliks. Lapisan tersebut berperan dalam pembaharuan dari membran plasma permukaan dan penyerapan nutrisi selain itu FhSAP2 juga berfungsi untuk menghindari sistem kekebalan tubuh inang, karena dapat mencegah antibodi inang menempel pada tubuh cacing. Mekanisme fisiologis tersebut menyebabkan F. hepatica dapat tumbuh sampai dewasa pada saluran empedu sapi, dan mengalami reproduksi secara seksual, menghasilkan telur. Telur bersama dengan empedu masuk ke dalam duodenum kembali, dan akhirnya dikeluarkan bersama feses inang. Kesuksesan siklus hisup F. hepatica di inang mamalia tergantung pada kerja antigen parasit dalam menghadapi respon fisiologis inangnya dan respon imun berikutnya. C. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap parasit memiliki kisaran inang tertentu dan spesifik yang sesuai dengan fisiologisnya. Salah satunya adalah Fasciola hepatica, dimana cacing ini dapat hidup pada tubuh mamalia. Mamalia yang paling cocok untuk F. hepatica adalah sapi, karena sapi memiliki kondisi ekologis yang mirip dengan F. hepatica, sehingga probabilitas untuk menginfeksi sapi lebih tinggi daripada mamalia lain. Kontak langsung antara sapi dan F. hepatica diawali ketika sapi memakan tanaman yang mengandung metaserkaria, lalu metaserkaria masuk ke dalam usus sapi, dan di sana terjadi berbagai mekanisme fisiologis baik dari inang maupun F. hepatica itu sendiri. F. hepatica harus bisa bertahan dalam tubuh sapi agar bisa mempertahankan daur hidupnya, sehingga melakukan berbagai mekanisme fisiologis untuk melawan respon imun dari sapi. Sapi itu sendiri sebagai inang memberikan kondisi yang cocok untuk perkembangan F. hepatica dan menyediakan nutrisi bagi kelangsungan hidupnya, dimana ketika inang mati maka F. hepatica pun akan ikut mati, sehingga F. hepatica berusah menjaga agar inang tidak mengalami kelainan yang disebabkan oleh kehadirannya, dikarenakan F. hepatica tidak mengharapkan kematian inangnya. Hal itu menunjukkan bahwa parasit memiliki ketergantungan fisiologis dan metabolisme pada inangnya.
  • 5. D. DAFTAR PUSTAKA Arias, M.S., et al (2013). Relationship between exposure to Fasciola hepatica in roe deer (Capreolus capreolus) and cattle extensively reared in an endemic area. Research in veterinary science. 95. 1031-1035. doi.org/10.1016/j.rvsc.2013.07.027 Bogitsh, J.B., Clint, E.C., and Thomas N.O. (2013). Human Parasitology Fourth Edition. Elsevier. America. Escamila, A., et al. (2016). Fasciola hepatica induces eosinophil apoptosis in the migratory and biliary stages of infection in sheep. Veterinary Parasitology. 216. 84-88. doi.org/10.1016/j.vetpar.2015.12.013 Hernandez, Kimberly Caban and Ana M. Espino. (2013). Differential expression and localization of saposin-like protein 2 of Fasciola hepatica. Acta Tropica. 128. 591-597. doi.org/10.1016/j.actatropica.2013.08.012 Medeiros, Camila., et al. (2014). Spatial distribution of Lymnaeidae (Molluscha, Basommatophora), Intermediate Host of Fasciola hepatica Linnaeus, 1758 (Trematoda, Digenea) In Brazil. Rev. Inst. Med. Trop. Sao Paulo. 56(3) : 235- 252. doi: 10.1590/S0036-46652014000300010