Sistem komplemen merupakan sistem protein enzim dalam darah yang berperan dalam sistem imun spesifik dan nonspesifik dengan cara mengaktivasi inflamasi, membantu fagositosis, mengeliminasi kompleks imun, dan melakukan lisis osmotik terhadap patogen melalui pembentukan membran attack complex.
1. Oleh: Kartika Arum Wardani, S.ST., M.Imun
PRODI S1- FARMASI
STIKES KARYA PUTRA BANGSA TULUNGAGUNG
2020
IMUNOLOGI FARMASI
ANTIGEN
2. Pengertian Antigen
• Antigen merupakan substansi asing yang dapat menginduksi respon imun spesifik atau limfosit atau
antibodi.
• Antigen berupa molekul protein, glycoprotein maupun polysakarida suatu mikroba /patogen ataupun
berupa zat kimia (logam : nickel, merkuri dsb, obat-obatan).
• Tidak semua antigen dapat menimbulkan respon imun.
• Antigen yang dapat menimbulkan respon imun disebut dengan antigen imunogen.
• Antigen dibagi menjadi dua berdasarkan kemampuannya menimbulkan respon imun yaitu antigen
“self” dan “non-self”.
• Sedangkan berdasarkan sifatnya dalam mengikat sel T antigen ada yang berikatan dengan sel T dan
ada yang tidak berikatan dengan sel T.
• Macam-macam antigen : antigen patogen, antigen allergen, antigen tumor / kanker dll.
3. Tidak semua bagian dari molekul antigen (Ag)
berikatan dengan antibodi (Ab) melainkan
hanya bagian ujungnya. Bagian ujung ini
disebut sebagai epitop.
Epitop= determinan antigen =>> bagian dari
antigen yang berikatan dengan antibodi >>
menginduksi pembentukan antibodi yang dapat
diikat secara spesifik oleh reseptor antibodi.
5. Merupakan antigen incomplit yang
tidak dapat menginduksi respon imun
dengan sendiri namun dapat bereaksi
dengan antibodi.
Hapten dapat menjadi imunogen
melalui ikatan dengan molekul besar
atau disebut dengan molekul pembawa.
Contoh hapten yaitu antibiotik dan
obat lain dengan BM kecil.
Hapten juga memiliki epitop yang akan
dapat berikatan dengan paratop milik
antibodi
HAPTEN
6. PEMBAGIAN ANTIGEN MENURUT
SPESIFISITAS :
Heteroantigen : Ag yang dimiliki oleh banyak spesies
Xenoantigen : Ag yang hanya dimiliki oleh spesies tertentu
Aloantigen : Ag yang spesifik untuk individu dalam satu spesies
Antigen organ spesifik : Ag yang hanya dimiliki oleh organ
spesifik
Autoantigen : Ag yang dimiliki alat tubuh sendiri
7. PEMBAGIAN ANTIGEN MENURUT
KETERGANTUNGAN TERHADAP SEL LIMFOSIT T :
Ag yang T dependen Ag yang memerlukan
pengenalan sel T terlebih dahulu untuk dapat
menimbulkan respons antibodi (gol. protein)
Ag yang T independen Ag yang dapat
merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk
membentuk antibodi (gol. lipopolisakarida)
8. PEMBAGIAN ANTIGEN MENURUT SIFAT
KIMIAWI :
Komposisi bahan Ag dari hidrat arang
Komposisi bahan Ag dari lipid
Komposisi bahan Ag dari asam nukleat
Komposisi bahan Ag dari protein
9. Adalah molekul yang merupakan pemacu respons imun
yang sangat poten, bahkan bisa mengaktivasi sistem imun
spesifik maupun nonspesifik tanpa memerlukan
pengolahan intraseluler oleh APC
Contoh superantigen : virus HIV, parasit Toksoplasma
Gondii, bakteri Staphilococcus Aureus
Superantigen
10. Antigen yang ditemukan
pada beberapa spesies
tertentu antara lain bahan
golongan darah pada
eritrosit
Aloantigen
11. Racun yang biasanya berupa imunogen dan merangsang pembentukan
antibodi yang disebut antitoksin dengan kemampuan untuk
menetralkan
Toksin dapat dibagi menjadi :
1. Toksin bakteri, seperti bakteri penyebab difteri dan tetanus
2. Fitotoksin, toksin asal dari tumbuhan seperti risin dari minyak jarak
3. Zootoksin, bisa berasal dari ular, kalajengking, lebah
Toksin
14. Sel B mengenal Ag dari
epitop pada molekul utuh,
sel T mengenal Ag dari
epitop pada fragmen
antigen (peptida) yang
diikat oleh molekul pada
permukaan APC . Molekul
inilah yang disebut MHC.
Dalam kata lain, MHC
bagaikan “papan yang
memajang fragmen
antigen agar dapat
dikenali oleh sel limfosit T
untuk mengaktifkan
sistem imun spesifik”
15. 3 MACAM MHC
Terdapat 3 macam MHC MHC I, MHC II, MHC III
MHC I terdapat dipermukaan semua sel tubuh yang mempunyai
nukleus dan trombosit sehingga bila sel-sel tersebut terinfeksi maka sel
limfosit T dapat mengenali dan menghancurkannya
MHC II terdapat dipermukaan sel-sel monosit, makrofag, APC
untuk memajang antigen sehingga sel limfosit T akan aktif ketika
mengenali adanya Ag yang dipresentasikan oleh molekul MHC II
dipermukaan sel-sel tersebut.
MHC III berperan dalam menentukan ekspresi komponen
komplemen dan sitokin
17. (Reticulum Endoplasma
Rough/RER)
Kemudian kompleks Ag-
MHC I meninggalkan RER
menuju badan Golgi dan
selanjutnya dibawa ke
permukaan sel agar dapat
dikenali oleh sel limfosit T
CD8⁺ cytotoxic (Tc)
Karena hampir semua sel
bernukleus
mempresentasikan MHC I,
maka semua sel bernukleus
yang terinfeksi virus atau
mikroorganisme intraseluler
lainnyad apat dijadikan
sasaran oleh sel limfosit T
cytotoxic (Tc)
MHC I
18. MHC II
Ag yang telah ditangkap
dan difagositosis oleh
APC diproses dijadikan
peptida kecil oleh enzim
lisosom
Peptida kecil dari
pemecahan Ag kemudian
diikat oleh molekul MHC
II diluar RER dan dibawa
ke permukaan sel APC
agar dapat dikenali oleh
sel limfosit T CD4⁺ naif
dan mengaktifkan sistem
imun spesifik
21. Bagaimana Para Penjaga Keamanan Negara
Berkomunikasi Satu Sama Lain?
1. Telepon
2. SMS
3. Email
4. BBM
5. Surat
6. Fax
7. Whats up
8. Line
9. Twitter
10. Facebook
Bagaimana sel-sel imun
dalam tubuh kita
berkomunikasi satu
sama lain?
22. APA ITU SITOKIN … ?
Protein pembawa pesan kimiawi sistem imun sebagai komunikasi dalam
interaksi antar sel imun dan memacu reaktivitas imun, baik pada
imunitas nonspesifik maupun spesifik
Dalam kata lain, sitokin ibarat, “ … … … sel imun”
Macam-macam sitokin interleukin (IL), Tumor Necrosis Factor (TNF),
Interferon (IFN), Stem Cell Factor (SCF), kemokin, Tumor Growth Factor
(TGF), dll
23. FUNGSI DAN EFEK SITOKIN
Autoregulasi terhadap sel penghasil sitokin itu sendiri (fungsi autokrin)
Sitokin mengatur sel yang letaknya tidak jauh (fungsi parakin)
Efek langsung :
1. Satu jenis sitokin tetapi punya lebih dari satu efek terhadap berbagai jenis sel
(pleiotropi)
2. Berbagai macam sitokin tetapi mempunyai efek yang sama (redundansi)
Efek tidak langsung :
1. Sitokin menginduksi ekspresi reseptor untuk sitokin lain atau bekerjasama
dengan sitokin lain dalam merangsang sel (sinergisme)
2. Satu sitokin mencegah ekspresi reseptor atau produksi sitokin yang lain
(antagonisme)
25. FUNGSI SITOKIN
Fungsi biologis sitokin muncul setelah sitokin diikat oleh reseptor
spesifiknya yang terdapat pada membran sel sasaran. Reseptor sitokin
terdapat pada membran sel-sel imun nonspesifik maupun membran sel-
sel imun spesifik
Sitokin berperan pada :
1. Hematopoeisis (pembentukan sel-sel darah)
2. Sistem imun nonspesifik
3. Sistem imun spesifik
27. Sitokin Berperan Pada Imunitas
Nonspesifik Dan Imunitas Spesifik
Pada imunitas nonspesifik,
sitokin diproduksi oleh
makrofag dan sel NK,
berperan pada inflamasi
dini, merangsang proliferasi,
differensiasi dan aktivasi sel
efektor khusus seperti
makrofag.
Pada imunitas spesifik
sitokin diproduksi oleh sel T
dan mengaktifkan sel-sel
imun spesifik yaitu sel B
menghasilkan Ab dan sel T
menjadi sel T cytotoxic
28. TNF Merupakan Sitokin Utama Pada Respon Inflamasi Akut Terhadap Bakteri Dan Mikroba
Lain-nya. Sitokin Ini Akan Mempengaruhi Pusat Pengatur Suhu Di Otak Yaitu Hipotalamus,
Yang Mengakibatkan Kenaikan Suhu Tubuh (Demam), Hati Memproduksi Acute Phase
Protein (Terutama C Reactive Protein) Dan Pengerahan Leukosit Dari Sumsum Tulang
29. MANFAAT KLINIS SITOKIN
Sitokin dapat diproduksi dalam jumlah besar dengan teknologi DNA
rekombinan
Sitokin ini dapat digunakan sebagai pengontrol pada penyakit
autoimun maupun tumor tertentu
30. Makrofag yang aktif
Melepas mediator
pro-inflamasi berupa sitokin
KOMPLEMEN – MHC – SITOKIN -
INFLAMASI
Reaksi inflamasi
IL-6
TNF-α
IL-1
IL-6
IL-12 IL-8
Aktivasi
limfosit
Pengerahan
kemotaktik
sel-sel PMN
Differensiasi
sel limfosit T
Hati : produksi APP
Sumsum tulang : mobilisasi neutrofil
Hipotalamus : demam
Efek sistemik
Efek lokal Efek lokal Efek lokal
Makrofag diaktifkan
dan mem-fagositosis bakteri
serta berperan menjadi APC
Mikroba patogen
menempel pada
permukaan makrofag
31. APA ITU KOMPLEMEN …?
Sistem yang terdiri dari sejumlah protein enzim serum yang
berperan dalam pertahanan tubuh baik dalam sistem imun
spesifik maupun sistem imun nonspesifik
Komplemen larut dalam serum dalam keadaan tidak aktif dan
akan diaktifkan oleh berbagai bahan mikroba patogen
sebagai sinyal aktivasi sistem imun
Hasil aktivasi komplemen tersebut menghasilkan berbagai
mediator yang mempunyai sifat biologik aktif dan beberapa
diantaranya merupakan enzim untuk reaksi berikutnya
9 komplemen protein utama C1-C9
33. Fungsi Komplemen
Adanya mikroba patogen akan mengaktifkan komplemen. Komplemen akan berikatan dengan reseptor
komplemen di permukaan sel imun.
Efek aktivasi sistem komplemen :
1. Merangsang inflamasi
2. Opsonin untuk membantu fagositosis
3. Eliminasi kompleks imun
4. Lisis osmotik bakteri, virus dan sel patogen lain
34. Efek Komplemen Merangsang Inflamasi Komplemen
Merangsang Pengerahan Elemen-elemen Sel Imun Ke Tempat Benda
Asing Atau Mikroorganisme Yang Masuk Tubuh Atau Jaringan Yang
Rusak Tersebut Dan Perubahan Struktur Lokal Area Terinfeksi
35. Efek komplemen sebagai opsonin untuk membantu
fagositosis komplemen berperan sebagai molekul yang
dapat diikat di satu pihak oleh partikel (kuman) dan dilain
pihak oleh reseptornya pada sel fagosit sehingga
memudahkan fagositosis bakteri atau sel lain
36. Eliminasi kompleks imun komplemen dapat
diendapkan di permukaan sel imun dan
merangsang eliminasi kompleks imun
Kompleks imun adalah molekul yang terbentuk
akibat interaksi Ag-Ab yang larut dalam serum.
Molekul ini akan mengaktifkan komplemen
untuk mengikat molekul tersebut di permukaan
eritrosit
Eritrosit akan menghantarkan kompleks imun
untuk dimusnahkan oleh makrofag yang
terdapat di hati dan ginjal tetapi eritrosit sendiri
tidak dirusak
37. Lisis Osmotik Bakteri Aktivasi Komplemen Yang Terjadi
Di Permukaan Sel Bakteri Akan Membentuk Membran
Attack Complex (MAC) Yang Akan Menimbulkan Lisis
Osmotik Sel Bakteri
MAC adalah gabungan C5, C6, C7, C8, C9)
yang dapat menimbulkan lubang-lubang
kecil pada membran plasma bakteri dan
mematikan sel bakteri. MAC ini dapat
menyerang langsung sel bakteri.
38. Agar komplemen tidak aktif secara berlebihan, terdapat
regulator-inhibitor komplemen yang mengatur fungsi
komplemen
Protein kofaktor membran, reseptor
komplemen tipe 1, ikatan protein C4b
dan faktor H mencegah
pembentukan konvertase C3
Decay Accelerating Factor (DAF)
memacu perusakan konvertase C3
Inhibitor C1 menghambat C1
Faktor I dan protein kofaktor membran
yang mengikat C3b dan C4b
mencegah aktivasi C3b
Protektin mencegah pembentukan
MAC
Inaktivator anafilatoksin
mendeaktivasi C3a, C4a, C5a
Efeknya dapat mendeaktivasi
sistem komplemen agar tidak aktif
secara berlebihan
Defisiensi komplemen dapat
menimbulkan imunitas tubuh yang
berkurang sehingga rentan
terhadap infeksi dan dapat
menimbulkan reaksi
hipersensitivitas
Defisiensi regulator-inhibitor
komplemen dapat mengakibatkan
komplemen bekerja secara
berlebihan sehingga menimbulkan
penyakit yang membahayakan
tubuh