Perekonomian Indonesia kurang memuaskan. Hal ini disebabkan antara lain ;
- Sering terjadi pergantian Kabinet
- Keadaan Politik & Keamanan yang tidak stabil
- Kebijakan ekonomi yang sering berubah-ubah.
2. Masa Orde Lama.
• Perekonomian Indonesia kurang memuaskan. Hal ini
disebabkan antara lain ;
• - Sering terjadi pergantian Kabinet
• - Keadaan Politik & Keamanan yang tidak stabil
• - Kebijakan ekonomi yang sering berubah-ubah.
3. Masalah pada Orde Lama
• Terjadi Nasionalisasi Perusahaan- Perusahaan Asing (
1951-1958 )
• 2. Adanya kebijakan ” Anti Modal Asing ”, akibatnya :
• - Indonesia kekurangan modal
• - Hilangnya pangsa Pasar di Luar Negeri
• - Tekanan pada NPI (Neraca Pembayaran
Internasional
4. Masa Peralihan ( 1966-1968 ).
Setelah terjadinya peristiwa G30 S/PKI
Yang gagal pada tahun 1965, Perekonomian Indonesia
makin memburuk, dengan kondisi antara lain ;
• Tertundanya pembayaran Hutang luar Negeri sebesar
mencapai US $ 2 Milyar
• Turunnya penerimaan ekspor
• Inflasi yang sangat tinggi ( 30-50 % ) per bulan
• Makin buruknya kondisi prasarana perekonomian
(Jalan, jembatan, irigasi, dsb )
•
5. Masa Orde Baru ( 1969 – 1997 )
Pada masa Orde Baru, pembangunan ekonomi di dasarkan pada
kebijakan berdasarkan konsep ” TRILOGI PEMBANGUNAN ”, yang
mengandung 3 ( tiga ) unsur pokok, yang mencerminkan 3 ( tiga ) segi
permasalahan dalam pembangunan sebagai suatu proses kegiatan secara
terus menerus.
• Pemerataan : adalah suatu pembagian hasil produksi kepada
masyarakat yang lebih merata, sehingga dirasakan keadilannya.
• Pertumbuhan Ekonomi : Menunjukkan usaha kearah peningkatan
produksi secara keseluruhan dimasyarakat. Hasil produksi yang
merupakan produksi nasional, membawa pendapatan bagi masyarakat
melalui berjalannya mekanisme pasar.
• Stabilitas Nasional : Merupakan syarat pokok bagi upaya
pembangunan yang berkesinambungan untuk mencapai ke 2 sasaran
di atas, yakni, kehidupan masyarakat dan negara yang stabil.
6. • Trilogi Pembangunan, yang menempatkan pemerataan
sebagai ” prioritas”, mendapat banyak hambatan,
terutama masih kaburnya tolok ukur atau indikator
penentuan alokasinya, sehingga hasilnyapun sukar
diukur atau bahkan mudah menyimpang. Oleh karena itu
” pemeratan hanya dapat dicapai melalui ” Delapan jalur
pemerataan”
7. “Delapan jalur pemerataan”
• Pemerataan Kebutuhan Pokok rakyat
• Pemertaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan
• Pemerataan pembagian pendapatan, khususnya melalui usaha-
usaha padat karya
• Pemerataan kesempatan kerja melalui peningkatan pembangunan
regional
• Pemerataan dalam pengembangan usaha, khususnya memberikan
kesempatan yang luas bagi golongan ekonomi lemah untuk
memperoleh akses perkreditan dan penggalakkan Koperasi.
• Pemerataan Kesempatan berpartisipasi khususnya bagi generasi
muda dan kaum wanita
• Pemerataan penyebaran penduduk melalui transmigrasi dan
pengembangan wilayah
• Pemerataan dalam memperoleh Keadilan Hukum.
8. REPELITA I ( 1 April 1969 – Maret 1974 )
( Rencana pembangunan Lima Tahun )
Trilogi=> Unsur Stabilitas : 1. Ekonomi
2. Moneter
• Program-Program yang dilaksanakan :
Rehabilitasi Ekonomi ;
* Sarana penunjang produksi pangan ( Waduk, irigasi, dsb )
* Prasarana angkutan (Jalan, Jembatan, Pelabuhan, dsb )
Kendala-kendala :
Kurang tersedianya dana pembiayaan pembangunan
Faktor penyebabnya :
- Rendahnya tabungan dalam negeri
- Rendahnya ekspor ( devisa sedikit )
Usaha yang dilakukan :
* Pinjaman Luar Negeri
* Menggalakkan Modal Asing
Melalui upaya-upaya yang telah dilakukan, maka selama PELITA I tersebut, angka pertumbuhan
ekonomi Indonesia mencapai 8,40 % per tahun.
Tantangan :
• Isu pemerataan
• Rendahnya penyerapan Tenaga Kerja
9. REPELITA II ( 1 April 1974 – 31 Maret 1979 )
Keberhasilan Pelita I, menimbulkan dampak terhadap ;
• Kesenjangan ekonomi
• Dominasi Modal Asing
Dengan kondisi seperti tersebut di atas, maka kebijakan pembangunan yang berpegang pada Trilogi,
difokuskan kepada :
1. Pertumbuhan ekonomi
2 .Pemerataan
3. Stabilitas
Tantangan yang dihadapi :
• Makin melebarnya kesenjangan ekonomi
• Meningkatnya jumlah pengangguran
• Usaha yang dilakukan :
Memberikan kesempatan berusaha yang lebih luas kepada pengusaha-pengusaha Kecil, melalui
beberapa kebijakan, antara lain ;
Kebijakan Moneter ( KIK, KMKP, Penurunan Suku Bunga dsb )
Devaluasi Rupiah, untuk merangsang ekspor
Dengan berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah, maka secara umum dalam PELITA II, berhasil
dipertahankan laju pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6 % per tahun.
10. REPELITA III ( 1 April 1974 – 31 Maret 1979 )
• Dengan makin makin gencarnya isue tentang
kesenjangan ekonomi. Kesenjangan-kesenjangan nyata
yang terjadi antara lain ;
1. Kesenjangan antar daerah dan antar sektor
2. Kesenjangan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja
3. Kesenjangan antara Usaha Kecil dengan Usaha besar
4. Kesenjangan dalam memperoleh pendidikan,
kesehatan, dan Peradilan/Hukum
11. Beberapa kendalan/hambatan
(REPELITA III )
Dalam upaya untuk mewujudkan kondisi perekonomian
yang lebih baik, dalam kurun tersebut, muncul beberapa
kendalan/hambatan, antara lain ;
• Adanya resesi dunia
• Turunnya harga minyak ( karena Perang Teluk )
• Dampak devaluasi Rupiah yang masih terasa )
• Inflasi di atas 20 % per tahun
12. Upaya yang di lakukan
pemerintah
• Meningkatkan Tabungan dalam negeri
• Melakukan devaluasi rupiah sebesar 28 %
• Melakukan deregulasi sistem plafon( pagu ) kredit, dan
kebebasan menentukan tingkat Suku Bunga bagi Bank-Bank
umum.
• Peningkatan alokasi dana APBN & APBD bagi perluasan
Kesempatan Kerja, Pendidikan, dan fasilitas Kesehatan.
Selama Pelita III, pertumbuhan ekonomi hanya mencapai rata-
rata 2,4 % per tahun. Hal ini tidak terlepas dari kendala-kendala
yang dihadapi, khususnya kondisi eksternal ( resesi dunia ),
serta Perang Teluk yang berdampak pada ekonomi di dalam
negeri.
13. REPELITA IV ( 1 April 1989 – 31 Maret 1993 )
Selama Pelita IV strategi pembangunan tetap
berlandaskan kepada Trilogi Pembangunan, yaitu :
Pemerataan, Pertumbuhan, dan Stabilitas
Kendala
• Turunnya harga Migas
• Turunnya Cadangan Devisa
• Krisis likuiditas perbankan akibat langkanya aliran dana
masuk dari masyarakat
• Inflasi masih cukup tinggi ( 52,9 %)
• Kesenjangan makin melebar
14. Upaya yang di lakukan
pemerintah
Melakukan deregulasi ;
o memberikan kemudahan impor bahan baku industri dalam negeri
o Memberikan kemudahan bagi Perusahaan PMA, untuk : melakukan pinjaman
Bank, dan kegiatan distribusi barang & jasa.
Melakukan Devaluasi Rupiah ( dari Rp 625/$ menjadi Rp.970/$, kemudian dari
Rp.1.134/$ menjadi Rp.1.644/$, dengan Sistem Kurs bebas ) , yang bertujuan untuk
meningkatkan Ekspor Non Migas, mengendalikan impor, dan meningkatkan penerimaan
pajak.
Melakukan kebijakan imbal beli (Counter Purchase)
o Pembeli dari luar negeri diwajibkan membeli barang dalam negeri minimal = nilai
yang di ekspornya.
Memperlancar perizinan si bidang produksi, jasa serta investasi.
Mobilisasi dana di pasar uang ( dengan mempermudah persyaratan pendirian Bank
umum, perizinan, serta mengizinkan masuknya Modal Asing )
Deregulasi di Bidang perdagangan & hubungan laut ( berupa, penyederhanaan izin
usaha, izin trayek, pembelian kapal, pengahapusan Tata Niaga Impor, penghapusan bea
masuk & bea masuk tambahan )
• Penyederhaan proses impor mesin.
• Penyederhanaan izin masuk dan bekerja bagi Tenaga Kerja Asing
15. REPELITA V ( 1 April 1993 – 31 Maret 1998 )
Dengan tetap berlandaskan pada Trilogi pembangunan. Pada
Pelita V ini penekanan kebijakan diarahkan pada ” Pemerataan
”, dengan prioritas ” Sektor industri yang didukung oleh
Sektor Pertanian ”
Kendala-kendala yang dihadapi :
• Munculnya Blok-blok Perdagangan Dunia ( AFTA, NAFTA,
APEC, dsb )
• Persaingan bisnis makin kompetitif
• High Cost
• Kualitas SDM masih rendah
• Utang Luar negeri makin meningkat
16. Upaya yang di lakukan
pemerintah
• Melakukan diversifikasi produk ekspor ( khususnya Non
Migas )
• Melakukan deregulasi, antara lain ; tentang pengaturan
Investasi Asing.
• Selama Pelita V, laju Pertumbuhan Ekonomi, dapat
dipertahankan, rata-rata di atas 6 % per tahun
17. REPELITA VI ( 1 April 1998 – 31 Maret 2002 )
• Dalam Pelita VI, kebijakan pembangunan dilandasi oleh Trilogi
pembangunan, dengan tetap mengedepankan ” Pemerataan ”
Tantangan yang dihadapi antara lain,
• Income per Kapita masih rendah
• Laju pertumbuhan penduduk masih cukup tinggi
• Kesenjangan makin meningkat
• Bertambahnya jumlah penduduk miskin
• Rendahnya penyerapan Tenaga Kerja
• Rendahnya kualitas SDA dan lingkungan
• Masih tingginya Angka Kematian Ibu & Bayi
Melalui berbagai upaya/kebijakan yang dilakukan, selama Pelita VI,
sasaran pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6 %, dapat dicapai.