1. Audit report
Oleh: siti rochmawati
Bagian-bagan dari standar laporan audit
terdiri dari 7 bagian utama yaitu :
1. Judul laporan,
harus memuat kata independen, yang menegaskan
ketidaktergantungan/independensi pihak auditor terhadap auditee
2. Alamat yang dituju dalam laporan audit,
biasanya perusahaan yang bersangkutan, pemegang saham atau
dewan direksinya tergantung kepada siapa laporan hasil audit ditujukan
3. Paragraf pendahuluan,
ditujukan untuk menunjukkan tiga hal meliputi:
bahwa KAP bersangkutan telah melaksanakan suatu audit .
mencantumkan laporan keuangan yang diaudit termasuk tanggal
dan periodenya.
menyatakan bahwa laporan keuangan adalah tanggung jawab
manajemen sedangkan tanggung jawab auditor adalah menyatakan
suatu pendapat atas laporan tersebut berdasarkan audit .
4.Paragraf ruang lingkup,
merupakan penyataan faktual mengenai apa yang dilakukan
dalam audit dan menyatakan bahwa audit dirancang untuk dapat
memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material Laporan harus memuat kata “atas dasar pengujian”, yang
berarti bahwa yang dilakukan adalah uji petik dan bukan audit atas
setiap transaksi dan setiap jumlah dalam laporan keuangan, tergantung
pelaksanaan audit di lapangan
2. 5. Paragraf pendapat,
pendapat ini bukan suatu pernyataan mutlak atau jaminan,
namun hanyalah opini auidtor terhadap penyajian laporan
keuangan. Disini terdapat istilah “ menyajikan secara wajar “ yang
dihubungkan dengan ketaatan terhadap standar akuntansi yang berlaku
umum.
6. Tanda tangan nama dan nomor register akuntan publik,
menunjukkan nama partner yang akan bertanggung jawab
secara hukum dan jabatan atas mutu auditnya menurut standar
profesional .
7. Tanggal laporan audit,
adalah tanggal saat auditor telah menyelesaikan bagian
terpenting dari proses audit di lapangan .
Kondisi Untuk Laporan Wajar Tanpa
Pengencualian
Bentuk laporan auditing yang paling umum adalah laporan auditing
dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Lebih dari 90 persen laporan
auditing menggunakan bentuk ini. Laporan auditing dengan standar wajar
tanpa pengecualian digunakan bila kondisi berikut terpenuhi:
1. Semua laporan keuangan: neraca, laporan rugi laba perhitungan laba
ditahan, dan laporan arus kas, sudah tercakup di dalam laporan
keuangan.
2. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam penugasan.
3. Bahan bukti yang cukup telah dikumpulkan dan auditor tersebut telah
melaksanakan penugasan dengan cara yang memungkinkan baginya
untuk menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah
dipenuhi.
4. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku umum. lni berarti bahwa pengungkapan yang memadai telah
disertakan dalam catatan kaki, dan bagian-bagian lain laporan
keuangan.
5. Tidak terdapat situasi yang memerlukan penambahan paragraf
penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan.
3. Tipe-Tipe Laporan Audit
Operational audit. Audit yang berkenaan dengan efesiensi dan efektifitas
sumber daya yang digunakan untuk menyelesaikan tugas, sebagaimana
luasnya praktik dan prosedur yang berkaitan dengan kebijakan yang
ditetapkan.
Compliance audit. Audit yang berkaitan dengan luasnya hukum, regulasi
pemerintah dan kewajiban-kewajiban lain terhadap pihak eksternal yang
bersangkutan.
Project management and change control audit. Jenis audit yang secara
formal yang disebut sebagai sistem pengembangan audit yang berkaitan
dengan tingkat efesiensidan efektifitas berbagai tahap siklus hidup
pengembangan sistem yang ada.
Internal control audit. Audit yang brkenaan dengan eveluasi struktur
pengendalian internal.
Financial audit. Audit yang berkaitan dengan kewajaran laporan keuangan
yang menyajikan posisi keuangan perusahaan, hasil dari operasi dan arus kas.
Fraud audit. Proses audit yang melakukan pelacakan yang mengarah
kedalam pengumpulan bukti untuk menentukan kemungkinan terjadinya
kecurangan yang sedang terjadi dan untuk memecahkan masalah dengan
meningkatkan pertanggungjawaban
M ateralitas M empengaruhi Pelaporan Audit
Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama, auditor
menggunakan materialitas dalam perencanaan audit, dan kedua pada saat mengevaluasi bukti
audit dalam pelaksanaam audit.
Pada saat merencanakan audit, auditor perlu membuat estimasi materialitas karna
terdapat hubungan yang terbalik antara jumlah dalam laporan keuangan yang dipandang
material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang diperlukan untuk menyatakan
kewajaran dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi
kekeliriuan atau kecurangan yang dampaknya secara individual atau secara gabungan, begitu
signifikan sehingga mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan tersebut sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum.
4. Dalam melakukan pertimbangan awal tentang materialitas, mula-mula auditor
menentukan tingkat materialitas gabungan untuk setiap laporan keuangan. Untuk tujuan
perencanaan audit, auditor harus menggunakan tingkat salah saji gabungan ang terkecil yang
dianggap material terhadap salah satu laporan keuangan.
Dasar pengambilan keputusan ini digunakan karena laporan keuangan adalah saling
berhubungan satu dengan lainnya dan banyak prosedur audit berkaitan dengan lebih dari satu
laporan keuangan.
Pertimbangan awal auditor mengenai materialitas sering kali dibuat enam hingga
Sembilan bulan sebelum tanggal neraca. Alternatif lain, materialitas dapat ditetapkan menurut
hasil keuangan satu tahun yang lalu atau hasil keuangan lebih dari satu tahun yang lalu yang
disesuaikan dengan perbahan-perubahan pada saat ini, seperti kondisi umum dari ekonomi
dan trend industri.
Pertimbangan Materialitas melibatkan pertimbangan kuantitatif dan kualitatif. Pada
pedoman kuantitatif, saat ini baik standar akuntansi maupun standar auditing berisi pedoman
resmi mengenai pengukuran kuantitatif dari materialitas. Sedangkan pada pertimbangan
kualitatif, pertimbangan kualitatif berhubungan dengan penyebab dari salah saji. Salah saji
yang secara kuantitatif tidak material mungkin secara kualitatif akan material. Hal ini dapat
terjadi ketika salah saji diakibatkan oleh suatu ketidakberesan atau tindakan melanggar
hukum oleh klien. Penemuan atas terjadinya hal-hal tersebut dapat mengakibatkan auditor
menyimpulkan bahwa terdapat risiko yang signifikan akan adanya salah saji tambahan yang
serupa. AU 312.13 menyatakan bahwa walaupun auditor harus waspada terhadap salah saji
yang secara kualitatif material, biasanya tidak praktis untuk merancang prosedur untuk
mendeteksi salah saji tersebut.
Kondisi Yang Menyebabkan Penyimpanan
Penting bagi auditor dan pembaca laporan auditing untuk memahami situasi di
mana laporan auditing standar dengan pendapat wajar tanpa pengecualian tidak tepat
dalam setiap situasi.
Ada dua kategori laporan auditing yang bukan laporan standar:
1. laporan yang menyimpang dari laporan wajar tanpa pengecualian
dan
2. laporan wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau
modifikasi kata/kalimat.
5. Dalam membahas laporan auditing yang menyimpang dari laporan standar ada
tiga yang menyebabkan penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian
sebagai berikut.
Keadaan l. Pembatasan ruang lingkup auditing. Jika auditor tidak berhasil
mengumpulkan bahan bukti yang mencukupi untuk menyimpulkan apakah laporan
keuangan yang diperiksanya disajikan sesuai degan GAAB itu berarti bahwa ruang
lingkup auditingnya dibatasi.
Kondisi 2. Laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan GAAP.
Kondisi 3. Auditor tidak independen.
Laporan Audit Modifikasi dari Berbagai
Macam Situasi dan Kondisi
Kondisi-Kondisi Bagi Laporan Audit Standar Tanpa Pengecualian
Laporan audit standar tanpa pengecualian diterbitkan bila kondisi-kondisi berikut terpenuhi:
1. Sumua laporan- neraca, laporan laba rugi, laporan laba
ditahan, dan laporan arus kas- sudah termasuk dalam
laporan keuangan
2. Ketiga standar umum telah dipatuhi dalam semua hal yang
berkaitan dengan penugasan
3. Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan
auditor telah melaksanakan penugasan audit ini dengan
cara yang memungkinkannya untuk menyimpulkan bahwa
ketiga standar pekerjaan lapangan telah dipenuhi
4. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum
5. Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu
untuk menambah sebuah paragraph penjelasan atau
modifikasi kata-kata dalam laporan audit
Laporan audit wajar tanpaa pengecualian dengan paragraph penjelasan atau
modifikasi perkataan
sesuai dengan criteria audit yang lengkap dengan hasil yang memuaskan dan
laporan keuangan yang disajikan secara wajar, tetapi auditor merasa penting atau
wajib bemberikan informasi tambahan.
6. Berikut ini adalah penyebab paling penting dari penambahan paragraph penjelasan atau
modifikasi kata-kata pada laporan wajar tanpa pengecualian standar:
Tidak adanya aplikasi yang konsisten dari prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum (GAAP)
Keraguan yang substansial mengenai goping concern
Auditor setuju dengan penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
dirumuskan
Penekanan pada suatu hal atau masalah
Laporan yang melibatkan auditor lain