3. Standar Audit
Proses penetapan standar
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui dari setiap usulan yang diajukan dewan dalam
pembuatan standar dan prosedur adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi. Tingkat kebutuhan terhadap suatu usulan pernyataan dapat diidentifikasi dari proses
litigasi, tekanan regulasi, atau komentar dari para praktisi.
2. Penelitian. Bentuk pedoman yang dibutuhkan dinilai melalui analisis masalah, mengumpulkan
data tentang praktik yang ada sekarang, menelaah literatur yang ada dan mengembangkan
pendekatan alternatif.
3. Pertimbangan. Pernyataan yang diusulkan disampaikan oleh dewan dan alternatif yang ada
dievaluasi.
4. Penyebarluasan (exposure). Pernyataan yang diusulkan harus disetujui oleh 10 dari 15 anggota
dewan untuk disebarluaskan (exposure). Exposure draft ini kemudian didistribusikan untuk
mendapatkan komentar ke seluruh akuntan yang merupakan anggota IAPI.
5. Penerbitan. Seluruh komentar kemudian ditelaah oleh dewan. Setiap persoalan yang muncul
dalam komentar yang tidak dipertimbangkan sebelumnya oleh dewan dapat dievaluasi. Akan
tetapi, biasanya dewan tidak dapat mengubah posisi persoalan yang telah dipertimbangkan
sebelum exposure. Tujuan dari exposure adalah untuk mengidentifikasi persoalan yang
sebelumnya terabaikan atau tidak dipelajari secara mendalam.
4. Standar Audit
Implementasi dan Aplikasi
Standar umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama.
Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan
semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang hendak dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit.
5. Standar Audit
Implementasi dan Aplikasi
Standar umum
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan
prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan
lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
5. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas terhadap sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan
tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
6. Standar Audit
Penerapan Standar Audit
• Standar auditing dapat diterapkan pada setiap audit laporan keuangan
oleh seorang auditor independen tanpa memandang skala ukuran
kegiatan klien, bentuk organisasi bisnis, jenis industri, atau apakah tujuan
entitas adalah mencari laba atau nirlaba.
• Konsep materialitas dan risiko mempengaruhi aplikasi seluruh standar,
khususnya pada standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
Materialitas berkaitan dengan arti penting relatif sesuatu hal (benda,
jasa, atau nilai).
7. Standar Audit
Hubungan Standar Auditing dengan Prosedur Auditing
Prosedur auditing (auditing procedures) adalah metode-metode yang
digunakan serta tindakan yang dilakukan oleh auditor selama audit
berlangsung. Diantaranya langkah-langkah seperti, menghitung kas kecil,
memeriksa rekonsiliasi bank yang disusun oleh klien, mengamati
penghitungan persediaan serta menginspeksi keabsahan kendaraan
bermotor yang dibeli perusahaan.
Standar auditing yang dapat diterapkan pada setiap audit laporan
keuangan, maka prosedur auditing dapat berbeda antara satu klien
dengan klien yang lainnya, karena adanya perbedaan dalam skala
kegiatan suatu entitas dengan entitas lainnya, perbedaan karakteristik,
serta sifat dan kompleksitas operasi dan sebagainya.
8. Standar Audit
Standar Atestasi
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau
pertimbangan yang diberikan oleh seorang yang independen dan
kompeten yang menyatakan apakah asersi (assertion) suatu
entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Asersi
adalah suatu pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang
dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain, contoh asersi
dalam laporan keuangan historis adalah adanya pernyataan
manajemen bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
9. Standar Audit
Standar Atestasi
Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi (1) pemeriksaan
(examination), (2) review, dan (3) prosedur yang disepakati (agreed-upon
procedures).
Tiga tipe perikatan atestasi yang telah disepakati di dalam standar
auditing international adalah :
1. Standar Jasa Akuntansi dan Review
2. Standar Jasa Konsultansi
3. Standar Pengendalian Mutu
10. Standar Audit
Keyakinan Hasil Audit
Pengguna laporan keuangan auditan mengharapkan auditor untuk:
1. Melaksanakan audit dengan kompetensi teknis, integritas,
independensi, dan objektivitas;
2. Mencari dan mendeteksi salah saji yang material,baik yang disengaja
maupun yang tidak;
3. Mencegah penerbitan laporan keuangan yang menyesatkan.
11. Internal Audit
Audit atas Pengendalian Internal
Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang
dirancang untuk memberikan kepada manajemen kepastian yang layak
bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya
Manajemen memiliki tiga tujuan umum untuk merancang sistem
pengendalian internal yang efektif, yaitu :
1. Reliabilitas pelaporan keuangan
2. Efisiensi dan efektivitas operasi
3. Ketaatan pada hukum dan peraturan
13. Internal Audit
Independensi Auditor
Independensi merupakan dasar dari profesi auditing. Hal itu berarti bahwa
auditor dapat bersikap netral terhadap entitas. Oleh karena itu, auditor dapat
bersikap objektif. Publik dapat mempercayai fungsi audit karena auditor
bersikap tidak memihak serta mengakui adanya kewajiban untuk bersikap adil.
Meskipun entitas adalah klien auditor, namun CPA tetap memiliki tanggung
jawab yang lebih besar kepada para pengguna laporan auditor yang jelas telah
diketahui. Auditor tidak boleh memosisikan diri atau pertimbangannya di
bawah kelompok apapun dan siapa pun. Independensi, integritas, dan
objektivitas auditor mendorong pihak ketiga untuk menggunakan laporan
keuangan yang tercakup dalam laporan auditor dengan rasa yakin dan percaya
sepenuhnya.
14. Internal Audit
Keyakinan yang Memadai
Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk
mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji
yang material. Akan tetapi, konsep keyakinan yang memadai tidak dapat memastikan atau
menjamin akurasi laporan keuangan.
Konsep keyakinan yang memadai menunjukkan bahwa dalam audit telah dilakukan sejumlah
pengujian. Hal yang lazim dilakukan auditor adalah memilih beberapa butir dan menetapkan
sejumlah prosedur atas butir-butir terpilih tersebut guna membentuk suatu pendapat atas
laporan keuangan.
Auditor menggunakan seluruh keahlian dan pertimbangannya untuk memutuskan bukti-
bukti apa saja yang perlu diperiksa, waktu pemeriksaan, seberapa banyak bukti yang
diperiksa, siapa yang ditugaskan untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti
tertentu, termasuk juga siapa yang memberikan interpretasi dan mengevaluasi hasilnya.
Apabila tidak ditemukan bukti adanya salah saji yang material dalam pengujian, auditor
menyimpulkan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai PABU.
15. Fraud Audit
Kecurangan Audit Laporan Keuangan
Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan
audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan
keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan dan kecurangan.
Kecurangan dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan
berikut:
1. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen
pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan.
2. Representasi yang salah terhadap atau penghilangan laporan keuangan peristiwa,
transaksi, atau informasi signifikan.
3. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
16. Fraud Audit
Deteksi Kecurangan
Ada beberapa jenis salah saji yang berkaitan dengan kecurangan, yaitu:
Kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent Financial Reporting) terdiri dari tindakan-
tindakan, seperti:
a. manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukung yang
menjadi sumber penyusunan laporan keuangan;
b. representasi yang salah atau penghapusan yang disengaja atas peristiwa-peristiwa,
transaksi-transaksi, atau informasi signifikan lainnya yang ada dalam laporan keuangan;
c. salah penerapan yang disengaja atas prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
Penyalahgunaan aset (misappropriation of assets) meliputi penggelapan atau pencurian
aset entitas di mana penggelapan tersebut dapat menyebabkan laporan keuangan tidak
disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. antara lain:
a. menggelapkan penerimaan;
b. mencuri aset;
c. menyebabkan entitas membayar barang dan jasa yang tidak diterima.
17. Fraud Audit
Deteksi Kecurangan
Auditor bertanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan ataupun
kesalahankesalahan yang tidak disengaja, diwujudkan dalam
perencanaan dan pelaksanaan audit untuk mendapatkan keyakinan yang
memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji
material yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan.
Auditor juga bertanggung jawab untuk mengomunikasikan temuan
kecurangan kepada manajemen dan mungkin juga kepada pihak lainnya.
Apabila auditor menyimpulkan bahwa ternyata laporan keuangan
mengandung unsur salah saji yang material dan bahwa laporan keuangan
tidak disajikan sesuai dengan PABU maka auditor harus mendesak agar
manajemen melakukan revisi atas laporan keuangan tersebut. Apabila
manajemen menyetujuinya, auditor dapat menerbitkan suatu laporan
audit standar yang menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian.
18. Fraud Audit
Pelaporan Kecurangan
Apabila auditor menentukan bahwa terdapat bukti adanya
kecurangan, maka hal itu harus menjadi perhatian manajemen,
yang pada umumnya satu tingkat lebih tinggi di mana kecurangan
itu terjadi.
Setiap kecurangan yang melibatkan manajemen senior, dan
kecurangan yang terjadi pada tingkat manapun yang menyebabkan
salah saji yang material pada laporan keuangan, harus dilaporkan
langsung oleh auditor kepada komite audit atau dewan direksi.
Secara etis dan legal, pada umumnya auditor tidak dapat
mengungkapkan kecurangan yang terjadi di luar entitas.