Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Auditing
1. Auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan menilai bukti-bukti secara
objektif, yang berkaitan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Definisi di atas mengandung arti yang luas dan berlaku untuk segala macam jenis auditing atau
pengauditan yang memiliki tujuan berbeda-beda. Adapun kalimat-kalimat kunci dalam definisi
auditing di atas adalah sebagai berikut:
1. Proses yang Sistematis
Yaitu mengandung makna sebagai rangkaian langkah atau prosedur yang logis, terencana, dan
terorganisasi.
2. Memperoleh dan Menilai Bukti Secara Obyektif
Yaitu mengandung arti bahwa auditor memeriksa dasar-dasar yang dipakai untuk membuat
asersi atau pernyataan oleh manajemen dan melakukan penilaian tanpa sikap memihak.
3. Asersi-asersi tentang Tindakan-tindakan dan Kejadiankejadian Ekonomi
Yaitu asersi atau pernyataan tentang kejadian ekonomi yang merupakan informasi hasil proses
akuntansi yang dibuat oleh individu atau suatu organisasi. Hal penting yang perlu dicatat adalah
bahwa asersi-asersi tersebut dibuat oleh penyusun laporan keuangan, yaitu manajemen
perusahaan atau pemerintah, untuk selanjutnya dikomunikasikan kepada para pengguna laporan
keuangan, jadi bukan merupakan asersi dari auditor.
4. Tingkat Kesesuaian antara Asersi-asersi dengan Kriteria yang Telah Ditetapkan
Yaitu secara spesifik memberikan alasan mengapa auditor tertarik pada pernyataan atau asersi
dan bukti-bukti pendukungnya. Namun agar komunikasi tersebut efisien dan dapat dimengerti
dengan bahasa yang sama oleh para pengguna, maka diperlukan suatu kriteria yang disetujui
bersama. Dalam audit laporan keuangan, kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat
kesesuaian adalah Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).
5. Mengkomunikasikan Hasilnya kepada Pihak-pihak yang Berkepentingan
Yaitu kegiatan terakhir dari suatu auditing atau pengauditan adalah menyampaikan temuan-
temuan dan hasilnya kepada pengambil keputusan. Hasil dari auditing disebut atestasi atau
pernyataan pendapat (opini) mengenai kesesuaiannya antara asersi atau pernyataan tersebut
dengan kriteria yang ditetapkan, yaitu prinsip akuntansi berterima umum (PABU).
Tujuan audit laporan keuangan dalam hal ini adalah:
“Memberikan pendapat atas kewajaran penyajian laporan keuangan organisasi sesuai
dengan prinsip akuntansi yang diterima umum di Indonesia”
Di bawah ini terdapat beberapa alasan dilakukannya audit yaitu:
2. 1. Masyarakat memiliki hak untuk mengakses informasi mengenai pengelolaan sumber daya
ekonomi publik.
2. Transaksi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan semakin kompleks.
Walaupun sekarang ini masyarakat semakin mampu membaca laporan keuangan, tetapi mereka
tetap butuh orang yang memiliki keahlian profesional untuk menguji informasi dalam Laporan
Keuangan tersebut.
3. Pihak manajemen organisasi merasa perlu melakukan verifikasi kebenaran laporan keuangan,
untuk meminimalisir kesalahan.
4. Menambah kredibilitas dan kinerja perusahaan melalui laporan keuangan.
5. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.
6. Identifikasi terhadap kelemahan sistem.
Agar mudah dipahami, kita akan membahas istilah-istilah tersebut dalam urutan yang berbeda
dengan yang muncul dalam deskripsi.
Informasi dan Kriteria yang Telah Ditetapkan
Untuk melakukan audit, harus tersedia informasi dalam bentuk yang dapat diverifikasi dan
beberapa standar (kriteria) yang dapat digunakan auditor untuk mengevaluasi informasi tersebut,
yang dapat dan menang memiliki banyak bentuk. Para auditor secara rutin melakukan audit atas
informasi yang dapat diukur, termasuk laporan keuangan perusahaan dan SPT Pajak Penghasilan
perorangan. Auditor yang mengaudit informasi yang lebih subjektif, seperti efektivitas sistem
komputer dan efisiensi operasi manufaktur.
Kriteria untuk mengevaluasi informasi yang bervariasi, tergantung pada informasi yang sedang
diaudit. Dalam audit atas laporan keuangan historis oleh kantor akuntan publik (KAP), kriteria
yang berlaku biasanya adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
(generally accepted accounting prinsciples—GAAP). Hal ini berarti bahwa dalam audit atas
laporan keuangan Bank Mandiri, kantor akuntan publik akan menentukan apakah laporan
keuangan Bank Mandiri telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Untuk audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan, kriterianya adalah kerangka
kerja yang sudah diakui untuk mengembangkan pengendalian internal, seperti Internal Control—
Integrated Framework yang dikeluarkan oleh Committee of Sponsoring Organizations (COSO)
dalam Treadway Commission.
Para auditor secara rutin melakukan audit atas informasi yang dapat diukur, termasuk laporan
keuangan perusahaan dan SPT Pajak Penghasilan perorangan.
Untuk audit atas SPT Pajak oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak kriterianya tercantum dalam
UU Perpajakan Indonesia. Dalam audit Ditjen Pajak atas SPT Pajak perusahaan Bank Mandiri,
3. auditor Ditjen pajak menggunakan UU Perpajakan Indonesia sebagai kriteria ketepatan, bukan
prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
Untuk informasi yang lebih subjektif, kriterianya lebih sulit ditetapkan. Biasanya auditor dan
entitas yang diaudit telah menyepakati kriteria yang akan digunakan sebelum audit dimulai.
Sebagai contoh, dalam audit atas efektivitas aspek-aspek khusus dalam operasi komputer,
kriterianya mungkin mencakup tingkat kesalahan input atau output yang masih bisa ditolerir.
Mengumpulkan dan Mengevaluasi Bukti
Bukti (evidence) adalah setiap informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah
informasi yang diaudit dinyatakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Bukti memilih
banyak bentuk yang berbeda, termasuk:
Kesaksian lisan pihak yang diaudit (klien)
Komunikasi tertulis dengan pihak luar
Observasi oleh auditor
Data elektronik dan data lain tentang transaksi
Untuk memenuhi tujuan audit, auditor harus memperoleh bukti dengan kualitas dan jumlah yang
mencukupi. Auditor harus menentukan jenis dan jumlah bukti yang diperlukan serta
mengevaluasi apakah informasi itu sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Penentuan jenis
dan jumlah bukti merupakan bagian yang penting dalam setiap audit dan menjadi pokok bahasan
utama buku ini.
Kompeten dan Independen
Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan untuk harus
kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai
kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti tersebut. Auditor juga harus memiliki sikap
mental yang independen. Kompetensi orang-orang yang melaksanakan audit tidak akan ada
nilainya jika mereka tidak independen dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti.
Para auditor berusaha keras mempertahankan tingkat independesi yang tinggi untuk mencaga
kepercayaan para pemakai yang mengandalkan laporan mereka. Auditor yang mengeluarkan
laporan mengenai keuangan perusahaan sering kali disebut auditor independen. Walaupun
auditor ini menerima fee dari perusahaan, mereka biasanya cukup independen dalam melakukan
audit yang dapat diandalkan oleh para pemakai. Bahkan auditor internal—yang bekerja pada
perusahaan yang mereka audit—biasanya langsung melapor ke manajemen puncak dan dewan
komisaris, sehingga para auditor ini tetap independen dari unit operasi yang mereka audit.
Pelaporan
Tahap terakhir dalam proses audit adalah menyiapkan laporan audit (audit report), yang
menyampaikan temuan-temuan auditor kepada pemakai. Laporan seperti ini memiliki sifat yang
berbeda-beda, tetapi semuanya harus memberitahukan kepada para pembaca tentang derajat
4. kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan. Laporan juga memiliki bentuk
yang berbeda dan dapat bervariasi mulai dari jenis yang sangat teknis yang biasanya dikaitkan
dengan audit laporan keuangan hilangga laporan lisan yang sederhana dalam audit operasional
atas efektivitas suatu departemen kecil.