Hadits ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu atau beberapa orang yang tidak mencapai derajat mutawatir. Hadits ahad dikelompokkan sebagai hadits zhanni dan statusnya tidak pasti berasal dari Nabi Muhammad SAW meskipun diduga demikian. Hadits ahad dibedakan menjadi hadits masyhur, hadits 'aziz, dan hadits gharib berdasarkan jumlah rawi yang meriwayatkannya. Kedudukan hadits ahad dalam huk
2. A. Pengertian Hadits Ahad.
Hadits ahad adalah hadits yang
diriwayatkan oleh satu, dua,atau sedikit
orang yang tidak mencapai derajat
mutawatir. Hadits ahad dikategorikan
sebagai hadits zhanny as-tsubut. Hadits ahad
mempunyai sisi gelap yang
memungkinkannya untuk ditolak atau
diabaikan dan tidak diamalkan.
3. B. Klasifikasi Hadits Ahad
Para Muhadditsin memberikan nama-nama
tertentu bagi hadits Ahad mengingat banyak-
sedikitnya rawi-rawi yang berada pada tiap-tiap
thabaqat dengan Hadits Masyhur, Hadits ‘Aziz,
dan Hadits Gharib.
4. 1. Hadits Masyhur
Yang dimaksud dengan hadits
Masyhur adalah hadits yang
diriwayatkan oleh tiga orang
atau lebih, serta belum
mencapai derajat mutawatir.
5. Dari segi ini, maka Hadits Masyhur itu terbagi kepada:
1) Masyhur di kalangan para Muhadditsin dan lainnya
(golongan ulama ahli ilmu dan orang umum).
2) Masyhur di kalangan ahli-ahli ilmu tertentu
misalnya hanya masyhur di kalangan ahli hadits saja, atau
ahli fiqhi saja, atau ahli tasawuf saja, atau ahli nahwu saja,
atau lain sebagainya.
3) Masyhur di kalangan orang-orang umum saja.
6. 2. Hadits ‘Aziz
Hadits ‘Aziz itu ialah Hadits
yang diriwayatkan oleh dua
orang, walaupun dua orang
rawi tersebut terdapat pada
satu thabaqah saja, kemudian
setelah itu, orang-orang pada
meriwayatkannya.
7. 3. Hadits Gharib
Yang dimaksud Hadits Gharib
ialah Hadits yang dalam
sanadnya terdapat seorang yang
menyendiri dalam meriwayatkan,
dimana saja penyindirian dalam
sanad itu terjadi.
8. Ditinjau dari segi bentuk penyendirian rawi, maka
hadits gharib itu terbagi kepada dua macam. Yaitu
Gharib-mutlak dan Gharib-nisbi.
1. Gharib-Mutlak (Fard)
Apabila penyendirian rawi dalam meriwayatkan hadits
itu mengenai personalianya, maka hadits yang
diriwayatkan disebut Gharib-mutlak.
2. Gharib-Nisby
Apabila penyendirian itu mengenai sifat-sifat atau
keadaan tertentu seorang rawi, maka hadits yang
diriwayatkannya disebut dengan Hadits Gharib-Nisby.
9. C. Kedudukan Hadits Ahad
Hadits ahad tidak pasti berasal dari Rasulullah
SAW, tetapi diduga (zanni) berasal dari beliau.
Dengan ungkapan lain bahwa hadits ahad
mungkin benar berasal dari beliau.
10. Imam syafi’i menegaskan, hadits ini dapat dijadikan
hujjah jika rawinya memiliki empat syarat:
1. Berakal
2. Dhobit
3. Mendengar langsung dari Nabi Muhammad Saw
4. Tidak menyalahi pendapat ulama hadits.
11. D. Penerimaan dan
Penolakan Hadits Ahad
Keterikatan orang Islam
terhadap informasi hadits
ahad tergantung pada
kualitas periwayatnya dan
kualitas persambungan
sanadnya.
12. E. Contoh-Contoh HaditsAhad
Dari Shahih Bukhariyaitu sebuah hadits ahad dan gharib.
َنَاك أنَمَف ىَوَن اَم ٍئ ِ
رامأ ِلُكِل اَمَّنِإَو ِتَّايِالنِب ُلاَمأعَ أ
اْل اَمَّنِإ
وأَأ اَهُبي ِ
ُصي اَيأنُد ىَلِإ ُهُتَرأجِه أت
َرامأ ىَلِإ
اَهُحِكأنَي ٍةَأ
ِهأيَلِإ َرَجاَه اَم ىَلِإ ُهُتَرأجِهَف
“Sesungguhnya amal itu dengan niat, dan sesungguhnya bagi
masing-masing orang apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang
hijrahnya kepada dunia yangakan ia dapatkan atau kepada
perempuan yang akan dia nikahi maka (hasil) hijrahnya adalah
apa yang dia niatkan”. [Muttafaqun ‘alaih].