2. BIOGRAFI SINGKAT ABDUL KARIM SOROUSH
Abdul Karim Soroush, lahir di Teheran Iran Selatan tahun 1945
Hari kelahiran Abdul Karim Soroush bertepatan dengan hari Asura tahun 1324 H
Nama Aslinya adalah Husayn Haj Farajullah Dabbag
Nama Abdul Karim Soroush adalah nama yang digunakan sebagai identitas saat
mempublikasikan karya desertasinya.
Menyelesaikan Pendidkan Dasar di Qaimiyah School
Melanjutkan sekolah menengah di Motazawi School lalu pindah ke Alavi High
School
S1 Universitas Taheran , Jurusan Fisika dan Farmasi
Belajar Filsafat sama Muthahhari
3. TEKS AGAMA DAN PENGETAHUAN ILMU AGAMA
◦ Abdul Karim Soroush membedakan antara agama yang bersifat
transendental dengan pemahaman agama.
◦ Agama (Wahyu) secara hakiki mempunyai kebeneran mutlak,
namum pemahaman manusia terhadap agama bergradasi dan bisa
salah
◦ Abdul Karim Soroush mempunyai gagasan bahwa harus dibedakan
antara islam sebagai kebenaran dan islam sebagai identitas.
4. Dalam memahami agama harus mendasar kepada kerangka
epistimologi yang digunakan. Dengan demikian perubahan
menunjukkan bahwa memahami agama tergantung dari cara
pandang
Hal ini bisa dipahami dari analog melalui cerita Jalaluddin
Rumi tentang gajah dan orang buta. Dimana masing- masing
orang buta menyampaikan deskripsi gajah secara berbeda
sesuai dengan bagian tubuh gajah yang mereka raba dan
rasakan
5. Teori berfikir abdul karim soroush dalam memahami agama dan pemahaman ilmu agama
Expansion And Contraction Theory ( Penyusutan Dan Pengembangan Agama)
Basthu al-Tajribah al-Nabawiyah, yaitu tentang prilaku
Al- Dzatiy wa al- Aradli fii al –adyan. Istilah ini diguunakan Soroush untuk menamai bagian orisinal (al-
Dzati) dan yang dihadirkan (al-Aradli) dalam agama-agama
Al-Din fii al-Had al- Adna wa al-Ala. Perumpamaan tentang evolusi pemahaman dari yang ala kadarnya
menuju kadar tak terbatas, dari yang asalnya fisik menuju metafisik.
Al- Islam, al- Wahyu, al- Nubuwwah. Sifat turunnya wahyu kepada nabi. Tujuannya menjernihkan dan
menempatkan wilyah yang seharusnya, yaitu mana yang berposisi sebagai pengikut dan siapa
panutannya.
Khatamiyah al-Nabiy. Soroush membedah tentang pemungkas kenabian yang melekat pada nabi
Muhammad SAW.
6. Menurut Abdul Karim Soroush karakter agama dan pemahaman keagamaan dapat diketahui dengan beberapa
hal :
Agama atau wahyu selalu bersikap silent. Artinya wahyu hanya disampaikan secara face to
face pada hamba yang ditunjuk oleh tuhan sebagai penerima wahyu kemudian diutus untuk
menyampaikan kepada seluruh umat manusia
Ilmu pengetahuan agama bersifat relative nbbn nnnnnnnnnnnnnnnnnnn n dan setiap produk
pengetahuan agama dipengaruhi anggapan dasar (presuppositions)
Ilmu pengetahuan terikat dengan waktu (agebound)
Agama yang diwahyukan benar dan bebas dari kontradiksi, tetapi ilmu pengtahuan agama
bisa kontradiktif.
Agama bersifat sempurna dan komprehensif, tetapi ilmu pengatahuan agama belum tentu
sempurna dan komprehensif
Agama bersifat transendental, tetapi interpretasi agama relatif dan profan
7. Agama dan Demokrasi
Abdul Karim Soroush mengkritk wilayatul al-Faqih pada dua wilyah
1. Penentangan terhadap otoritas untuk menafsirkan kebenaran.
Otoritas rezim Iran atas tiraninya telah menindas kesejahteraan
masyarakat
2. Anakronisme sistem wilayah al-faqih yang dianggap telah
memperlambat beradaptasi dengan modernitas
8. Dalam Konsep wilayah al-faqih, para fuqoha mempunyai peran
signifikan dalam memutuskan sebuah hukum agama, karena
dianggap sebagai orang yang berkompetesi untuk membuat
keputusan agama.
secara tekhnis konstitusi menerima doktrin kedaulatan rakyat.
Tetapi pada tatanan realitas, kedudukan tertinggi ada pada tuhan
dan wilyah al-faqih
wilayah al-faqih merupakan ranah problematis karena banyak
kesenjangan.
9. Menurut Abdul Karim Soroush ada 3 hal yang menjadi kesenjangan dalam
wilayah al-faqih
1. Ruang dan waktu. Wilayah al-faqih harusnya diposisikan sebagai produk
budaya (teks linguistik) atau bahkan (teks manusiawi) agar sesuai dengan
fungsi dan tujuannya untuk masyakarakat
2. fiqh hanya merupakan jawaban terhadap sejumlah masalah hukum dan
tidak mencakup isu-isu yang lebih dalam seperti arti keadilan dan
kebebasan.
3. Wilayah al-faqih adalah produk tertentu dari satu masa, yang tentunya
sangat terkait dengan pergolakan dalam masa tersebut.
10. Abdul Karim Soroush
Menolak dengan tegas pernyataan bahwa islam dan demokrasi tidak dapat disatukan. Berikut
argumentasinya
Demokrasi tidak mengharuskan kaum beriman meninggalkan keyakinan, menyekulerkan iman dan
menghilangkan keimanan pada perlindungan tuhan
Demograsi agama memperbolehkan orang memeluk agama yang diyakini secara bebas dan
diperbolehkan memperkuat dan menyebarkan keyakininan.
11. Menurut Abdul Karim Soroush 3 hal menjadi kesalahan oleh para
pengkritik demokrasi agama
1. Demokrasi disamakan dengan liberalism exstrem
2. Yurisprudensi agama dipangkas dari pondasinya dikutip dari luar
konteks dan kemudian diajukan sebagai dalil
3. Pemerintah demokrasi agama dengan pemerintah yurisprudensi
agama (fiqh) dan disereng dengan sebagai kesatuan monolitik
12. Teori Integrasi Interkoneksi Menguatkan Pemikiran Abdul Karim
Soroush Teori Qabdh Wa Bast
1. Integrasi-interkoneksi merupakan upaya mempertemukan antara ilmu-ilmu agama (islam) dan ilmu-
ilmu umum (sains-teknologi dan sosial-humaniora). Sedangkan Qabdh wa Bast mengawali teorinya
dengan pembedaan antara agama dan ilmu agama tanpa mengklasifikasi perbedaan antara ilmu agama
dengan ilmu pengetahuan lainnya. Yang artinya kedua teori tersebut mengakui upaya sciantifikasi Al
Qur‘an.
2. Tujuan dari integrasi interkoneksi adalah untuk bisa memahami kehidupan manusia yang kompleks
secara terpadu dan menyeluruh. (Q.S. Al-Mujadilah: 11) Sedangkan tujuan teori penyusutan dan
pengembangan interpretasi agama, menjelaskan pemahaman terhadap agama sebagai bagian dari ilmu
agama, dengan segala kompleksitasnya dan kemerdekaan berfikir. Keduanya sama-sama dipergunakan
sebagai pisau analisis untuk memahami agama.
3. Teori Qabdh wa Bast dan teori Integrasi Interkoneksi sama-sama berkeyakinan bahwa Ilmu
pengetahuan yang sesungguhnya merupakan hasil dari pembacaan manusia terhadap ayat-ayat Tuhan,
tanpa kehilangan dimensi spiritualitasnya, maka berkembanglah ilmu atau sains yang bisa digunakan
untuk mengkaji agama.
13. KESIMPULAN
Pemikiran keagamaan bukanlah merupakan agama, melainkan pemikiran yang meliputi dan berporos pada
agama. Pemikiran keagamaan dipengaruhi oleh keilmuan yang berbeda, lingkungan yang berbeda, tafsir
yang berbeda, mahzab yang berbeda, kepercayaan-kepercayaan umum dan donggeng-donggeng rakyat.
Dengan demikian, pemikiran keagamaan seperti ini, mustahil akan selamanya benar. Mungkin disatu sisi ia
akan membawa kebenaran dan disisi lain mungkin ia akan membawa pada kesalahan sebagaimana ia
tercampuri oleh tujuan-tujuan, bersifat relative sebagaimana pendapat seorang manusia.
Perbedaan agama (ad-din) dan pemikiran keagamaan (al-fikr ad-din) adalah Agama merupakan kumpulan
dasar-dasar yang dibawa oleh Nabi atau Rasul, sedangkan pemikiran keagamaan adalah metode-metode
historis untuk memahami dasar-dasar itu dan penerapannya. Setiap pemahaman atas teks-teks keagamaan
dan setiap interpretasi atasnya setelah nabi wafat merupakan pemikiran keagamaan. Oleh karena itu
pemahaman atau interpretasi ini terkadang cocok dengan inti agama dan terkadang tidak.
14. Pemahaman keagamaan hanya merupakan ijtihad dari para mufassir atau pemikir
untuk menemukan makna-makna dari teks-teks keagamaan. Ideologisasi agama
dapat menurunkan nilai kesakralan dan keilahian agama menjadi bersifat duniawi,
manusiawi, dan hilang kesakralannya. Lebih bahaya lagi ideologisasi agama dapat
melahirkan tirani dan otoritarianisme atas nama agama. Kesadaran pluralitas
pemikiran menjadi sangat penting untuk menghindari lahirnya otoritarianisme
pemahaman keagamaan, dan ia dapat menjadi pilar-pilar demokrasi bagi sebuah
pemerintahan
Meskipun Islam diyakini sebagai agama yang sarat dengan doktrin keadilan,
persamaan, dan musyawarah, namun secara empiris tidaklah mudah untuk
menemukan model yang mendekati, negara dan masyarakat Islam manakah yang
mencerminkan nilai-nilai luhur itu. Namun begitu, karena muatan agama selalu
bersifat normatif maka akan jelas bahwa pada dasarnya agama sangat concerned
dan comitted dengan upaya demokratisasi. Dengan melibatkan filsafat ilmu
(epistemologi) dalam memahami religiusitas manusia, pembacaan Soroush juga
meniscayakan suatu perspektif baru dalam memandang realitas, baik realitas sosial,
individual, maupun global; yaitu arah baru dalam diskursus keagamaan Islam
◦