1. SUMBER DAN KARATERISTIK ISLAM
(Sumber ajaran islam baik Primer dan Sekunder. Sifat dasar ajaran Islam. Karakter
Islam: antara Normativitas dan Historisitas. Moralitas Islam : Ibadah. Pendidikan.
Ilmu dan Sosial. Islam dan wacana pembaharuan)
Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
MSI
Dosen pengampu :
Muhammad Endy Fadlullah. S.S, M.A,M. Fil,i
Oleh :
Muhson Nur Hadi
Dewi hajar rohmah
M. Nashir
FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PENINGKATAN MUTU GURU MADRASA DINIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM IBRAHIMY
GENTENG BANYUWANGI
TAHUN AJARAN 2012-2013
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang benar-benar bersumber dari Allah SWT, yang tidak ada
keraguan sedikit pun mengenai keberadaannya. Islam lahir sebagai agama yang
menyempurnakan agama-agama terdahulu yang sudah banyak dikotori oleh campur
tangan pemeluknya sendiri.
Pemahaman terhadap keIslaman selama ini dipahami sebagai dogma yang baku dan
menjadi suatu norma yang tidak dapat dikritik, dan dijadikan sebagai pedoman
mutlak yang tidak saja mengatur tingkah laku manusia, melainkan sebagai pedoman
untuk menilai dogmatika yang dimiliki orang lain, meskipun demikian dogmatika
tersebut tidak dapat dilepaskan dari segi sejarah pembentukan dogma itu sendiri.
Kecenderungan salah penafsiran terhadap norma mengakibatkan truth claim, dimana
klaim mengasumsikan bahwa tidak ada kebenaran dan keselamatan manusia kecuali
dalam agamanya. Dogmatika yang dipahami secara fanatik tersebut disosialisasikan
sejak dini dan dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Sehingga norma dan tingkah
laku umat beragama terkotak, di satu sisi ia menekankan ketertundukan dengan
mematikan potensi berfikir, tetapi di sisi yang lain terjadi pemberhalaan sedemikian
rupa yang menyebabkan doktrin tersebut menjadi pembatas kesatuan antar manusia.
Sehingga agama yang sebenarnya pada esensinya sebagai bentuk ekspresi
religiousitas, dimana makna cinta kemanusiaan menjadi inti dari agama, berubah
menjadi sumber konflik atas nama Tuhan.
Dengan fenomena diatas penyusun ingin mengankat permaslahan ini dengan
mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul “Sumber dan Karakteristik Islam”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Sumber Ajaran Islam Primer dan Sekunder?
2. Bagaimanakah Sifat Dasar Islam?
3. Bagaimanakah Karakter Islam antara Normativitas dan Historitas?
4. Bagaimanakah Moralitas Islam dalam Ibadah, Pendidikan, Ilmu dan Sosial?
5.. Bagaimanakah Islam dalam wacana Pembaharuan?
C. Tujuan Penulisan
1. Memberitahukan kepada Pembaca apasaja Sumber Ajaran Islam baik Primer
maupun Sekunder.
3. 2. Mengetahui Sifat Dasar Islam.
3. Mengetahu Karakter Islam antara Normativitas dan Historitas.
4. Mengetahui moralitas Islam dalam Ibadah, Pendidikan, Ilmu, dan Sosial.
5. Mengetahui Islam dalam wacana Pembaharuan.
4. BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber Ajaran Islam
Islam merupakan nama suatu agama yang berasal dari allah swt,dikalangan ulama
terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran islam yang utama adalah al-
quran,sedangkan as-sunnah sebagai sumber hukum dalam agama Islam memiliki
kedudukan kedua pada tingkatan sumber hukum dibawah Al Qur'an.ketentuan ini
sesuai dengan agama islam itu sendiri sebagai wahyu yang berasal dari Allah
swt,yang penjabarannya dilakukan oleh nabi Muhammad saw.sedangkan ra’yu atau
akal fikiran sebagai alat untuk memahami al-quran dan as-sunnah.[1]
1. Sumber Ajaran Islam Primer
a. Al-Qur’an
Al-quran adalah kitab suci yang isinya mengandung firman allah swt,turunnya
secarabertahap melalui malaikat jibril, pembawanya nabi Muhammad
saw,susunannya dimulai dari surat al-fatihah dan diakhiri surat an-nas,bagi yang
membacanya bernilai ibadah,fungsinya antara lain sebagai hujjah atau bukti yang
kuat atas kerasulan nabi Muhammad saw,keberadaannya ingga kini masih terpelihara
dengan baik,permasyarakatannya dilakukan secara berantai dari satu generasi ke
generasi lain dengan tulisan maupun lisan.[2]
Tujuan diturunkannya al-quran untuk menjadi pedoman bagi kehidupan umat
manusia, sehingga mencapai kesejahteraan didunia maupun diakhirat. dan tiada
keraguan didalamnya.sebagaimana allah berfirman dalam qs al-baqarah:2
Artinya:
Kitab tersebut(al-quran) tiada keraguan didalamnya,petunjuk bagi orang-
orang yang bertaqwa.(qs al-baqarah:2).[3]
Pokok-pokok kandungan dalam Alquran antara lain:
Tauhid, yaitu kepercayaan ke-esaann Allah SWT dan semua kepercayaan
yang berhubungan dengan-Nya
Ibadah, yaitu semua bentuk perbuatan sebagai manifestasi dari kepercayaan
ajaran tauhid
Janji dan ancaman, yaitu janji pahala bagi orang yang percaya dan mau
mengamalkan isi Alquran dan ancaman siksa bagi orang yang mengingkari
Kisah umat terdahulu, seperti para Nabi dan Rasul dalam menyiaran syariat
Allah SWT maupun kisah orang-orang saleh ataupun kisah orang yang
mengingkari kebenaran Alquran agar dapat dijadikan pembelajaran.
Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, sebagai berikut:
5. Hukum I’tiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia
dengan Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah/keimanan.
Hukum ini tercermin dalam Rukun Iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut
Ilmu Tauhid, Ilmu Ushuluddin, atau Ilmu Kalam.
Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan
manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta
manusia dengan lingkungan sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam
Rukun Islam dan disebut hukum syara/syariat. Adapun ilmu yang
mempelajarinya disebut Ilmu Fikih.
Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal
manusia dalam kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk
sosial. Hukum ini tercermin dalam konsep Ihsan. Adapun ilmu yang
mempelajarinya disebut Ilmu Akhlaq atau Tasawuf.
Sedangkan khusus hukum syara dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni:
Hukum ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah
SWT, misalnya salat, puasa, zakat, dan haji
Hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan sesama
manusia dan alam sekitarnya. Termasuk ke dalam hukum muamalat adalah
sebagai berikut:
Hukum munakahat (pernikahan).
Hukum faraid (waris).
Hukum jinayat (pidana).
Hukum hudud (hukuman).
Hukum jual-beli dan perjanjian.
Hukum tata Negara/kepemerintahan
Hukum makanan dan penyembelihan.
Hukum aqdiyah (pengadilan).
Hukum jihad (peperangan).
Hukum dauliyah (antarbangsa).[4]
b. As-sunnah
Sunnah adalah segala yang disandarkan pada nabi Muhammad saw baik
perkataan,perbuatan maupun taqrir, dalam sebuah definisi sunnah juga bermakna
hadist.kedudukan sunnah sebagai sumber ajaran islam selain didasarkan pada
keterangan ayat-ayat al-quran dan hadist juga didasarkan pada kesepakatan para
sahabat.[5]
Sunnah dibagi menjadi empat macam, yaitu:
Sunnah qauliyah, yaitu semua perkataan Rasulullah
Sunnah fi’liyah, yaitu semua perbuatan Rasulullah
6. Sunnah taqririyah, yaitu penetapan dan pengakuan Rasulullah terhadap
pernyataan ataupun perbuatan orang lain
Sunnah hammiyah, yaitu sesuatu yang telah direncanakan akan dikerjakan
tapi tidak sampai dikerjakan
Sebagai sumber ajaran islam kedua setelah al-quran,as-sunnah memiliki fungsi
yang sejalan dengan al-quran. keberadaan as-sunnah tidak dapat dilepaskan dari
adanya sebagian dari ayat al-quran yaitu:
· Ayat yang bersifat global yang memiliki perincian,maka hadist berfungsi
sebagai pengecuali terhadap isyarat al-quran yang global tersebut.
· Ayat yang bersifat umum(menyeluruh)yang menghendaki pengecualian,maka
hadist berfungsi sebagai pengecuali terhadap isyarat al-quran yang bersifat umum.
· Isyarat al-quran yang mengandung makna lebih dari satu (musytarak) yang
menghendaki penetapan makna.bahkan terdapat sesuatu yang secara khusus tidak
dijumpai keterangannya dari al-quran,maka hadist berperan sebagai pemberi
informasi terhadap kasus tersebut.dengan demikian pemahaman al-quran dan
pemahaman ajaran islam yang seutuhnya tidak dapat dipisahkan tanpa mengikut
sertakan hadist.[6]
2. Sumber Ajaran Islam Sekunder
c. Ijtihad
Ijtihad berasal dari kata ijtihad yang berarti mencurahkan tenaga dan pikiran atau
bekerja semaksimal mungkin. Sedangkan ijtihad sendiri berarti mencurahkan segala
kemampuan berfikir untuk mengeluarkan hukum syar’i dari dalil-dalil syara, yaitu
Alquran dan hadist. Hasil dari ijtihad merupakan sumber hukum ketiga setelah
Alquran dan hadist. Ijtihad dapat dilakukan apabila ada suatu masalah yang
hukumnya tidak terdapat di dalam Alquran maupun hadist, maka dapat dilakukan
ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan tetap mengacu pada Alquran dan
hadist.[7]
Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam, yaitu
· Ijma’
Yaitu menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat. Sedangkan menurut
istilah adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad SAW sesudah
beliau wafat pada suatu masa, tentang hukum suatu perkara dengan cara musyawarah.
Hasil dari Ijma’ adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama
yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
· Qiyas,
Yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya. Dengan kata
lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu upaya untuk membandingkan suatu
perkara dengan perkara lain yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang
sama. Contohnya adalah pada surat Al isra ayat 23 dikatakan bahwa perkataan ‘ah’,
7. ‘cis’, atau ‘hus’ kepada orang tua tidak diperbolehkan karena dianggap meremehkan
atau menghina, apalagi sampai memukul karena sama-sama menyakiti hati orang tua.
· Istihsan,
Yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas lainnya yang lebih
kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima untuk mencegah
kemudharatan atau dapat diartikan pula menetapkan hukum suatu perkara yang
menurut logika dapat dibenarkan. Contohnya, menurut aturan syarak, kita dilarang
mengadakan jual beli yang barangnya belum ada saat terjadi akad. Akan tetapi
menurut Istihsan, syarak memberikan rukhsah (kemudahan atau keringanan) bahwa
jual beli diperbolehkan dengan system pembayaran di awal, sedangkan barangnya
dikirim kemudian.
· Mushalat Murshalah,
Yaitu menurut bahasa berarti kesejahteraan umum. Adapun menurut istilah adalah
perkara-perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan manusia. Contohnya, dalam
Al Quran maupun Hadist tidak terdapat dalil yang memerintahkan untuk
membukukan ayat-ayat Al Quran. Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam
demi kemaslahatan umat.
· Sududz Dzariah,
Yaitu menurut bahasa berarti menutup jalan, sedangkan menurut istilah adalah
tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi
kepentingan umat. Contohnya adalah adanya larangan meminum minuman keras
walaupun hanya seteguk, padahal minum seteguk tidak memabukan. Larangan seperti
ini untuk menjaga agar jangan sampai orang tersebut minum banyak hingga mabuk
bahkan menjadi kebiasaan.
· Istishab,
Yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan di masa
lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum tersebut. Contohnya,
seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau belum. Di saat seperti ini,
ia harus berpegang atau yakin kepada keadaan sebelum berwudhu sehingga ia harus
berwudhu kembali karena shalat tidak sah bila tidak berwudhu.
· Urf,
Yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa perkataan
maupun perbuatan. Contohnya adalah dalam hal jual beli. Si pembeli menyerahkan
uang sebagai pembayaran atas barang yang telah diambilnya tanpa mengadakan ijab
kabul karena harga telah dimaklumi bersama antara penjual dan pembeli.[8]
B. Sifat Dasar Ajaran Islam
8. Konsep dasar ajaran islam adalah seluruh alam semsta diciptakan oleh Allah
SWT yang merupakan Tuhan dan Penguasa Alam Semesta, dan dia pula yang
mengcukupinya. Diciptakannya manusia, dan masing-masing manusia diberi umur
tertentu, Allah SWT telah menentukan kode kehidupan tertentu yang paling bagi
manusia, tetapipada saat yang sama manusia diberi kebebasan untuk memilih.
Apakah akan menerima atau menginkari dasar kehidupannya sendiri. Ajaran Islam
memiliki sifat khas yang berbeda dengan ajaran agama lainnya yang menjadikannya
menarik bagi manusia sepanjang umur dan zaman.[9]
Sifat Dasar Ajaran Islam antara lain:
a) Kesederhanaan, Rasionalitas, dan Praktis
Islam tidak memiliki mitologis, ajarannya cukup sedrhana dan dapat dipahami.
Ajaran Islam bersifat rasional yang dapat dijelaskan oleh logika dan penalaran, islam
merangsang pemeluknya mempergunakan akal serta mendororng pemakaian intelek,
sehingga jelaslah bahwa islam merupakan agama yang praktis dan tidak
memprbolehkan manusia berpuas diri dalam kesia-siaan.
b) Kesatuan antara Materi dan Rohani
Islam mendorong manusia untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, tidak
memisahkan yang material dengan yang moral, yang dunia dengan yang ukhrowi, dan
mengajak manusia agar selalu mencurahkan tenaga untuk mengkontruksikan
kehidupan atas dasar moral; yang sehat. Dengan demikian islam menyuruh untuk
memadukan antara kehidupan moral dan materi. Sehingga keduanya saling selaras
dan memberi kemamfa’atan, bukan dengan kehidupan Asketisme (Kepertapaan)
maupun dengan idiologi materialistik yang dpat mengabaikan sisi moral dan spiritual
kehidupan.
c) Sebuah Cara Hidup yang Lengkap
Islam memberikan tuntunan bagi seluruh aspek kehidupan baik pribadi dan sosial,
moral dan material, ekonomi dan politik, legal dan kultural, serta nasional dan
internasional.
d) Keseimbangan antara Pribadi dan Masyarakat
Islam menciptakan keserasian dan keseimbangan anatara individualisme dan
kolektivisme, keduanya mempunyai hak dan kewajiban sehingga harus ditunaikan
secara selaras dan sebaik-baiknya.
e) Universalitas dan Humanisme
Islam bersifat menyeluruh dan sangat menjunjung tinggi kemanusiaan, menghendaki
perdamaiaan dan persatuan umat.
f) Keajegan dan Perubahan
9. Yang dimaksud Keajegan dalam islam bukan berarti kaku, datar dalam setiap hal.
Islam bisa menerima perubahan, keduanya harus dijalankan secara seimbang,
sehingga prinsip islam tetap ada tanpa terganggu oleh perubahan yang ada.[10]
C. Karakter Islam antara Normativitas dan Historitas
Karakteristik Normatif, yaitu Karakteristik yang memandang agama dari segi
ajarannya yang pokok dan asli dari Tuhan yang didalamnya terdapat penalaran
manusia. Islam memiliki karakteristik yang khas yang dapat dikenali melalui
konsepnya dalam berbagai bidang, seperti bidang agama, ibadah, muammalah, yang
didalamnya mencakup masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, sosial,
politik, ekonomi, lingkungan hidup,dan kesehatan.
Sedangkan Karekteristik Historis, yaitu Ilmu yang didalamnya membahas berbagai
peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan
pelaku dari peristiwa tersebut.[11]
Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Khasaais Al-Ammah Lil Islam
menyebutkan bahwa karakteristik ajaran Islam itu terdiri dari tujuh hal penting yang
tidak terdapat dalam agama lain dan ini pula yang menjadi salah satu sebab mengapa
hingga sekarang ini begitu banyak orang yang tertarik kepada Islam sehingga mereka
menyatakan diri masuk ke dalam Islam. Ini pula yang menjadi sebab mengapa hanya
Islam satu-satunya agama yang tidak “takut” dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Karena itu ketujuh karakteristik ajaran Islam sangat penting untuk kita
pahami.
1. Rabbaniyyah.
Allah Swt merupakan Rabbul alamin disebut juga dengan Rabbun nas dan
banyak lagi sebutan lainnya. Kalau karakteristik Islam itu adalah Rabbaniyyah itu
artinya bahwa Islam merupakan agama yang bersumber dari Allah Swt bukan dari
manusia sedangkan Nabi Muhammad Saw tidak membuat agama ini tapi beliau
hanya menyampaikannya.
Karena itu ajaran Islam sangat terjamin kemurniannya sebagaimana Allah
telah menjamin kemurnian Al-Qur’an.
Disamping itu seorang muslim tentu saja harus mengakui Allah Swt sebagai
Rabb dengan segala konsekuensinya yakni mengabdi hanya kepada-Nya sehingga dia
menjadi seorang yang rabbani dari arti memiliki sikap dan prilaku dari nilai-nilai
yang datang dari Allah Swt.
2. Insaniyyah.
Islam merupakan agama yang diturunkan untuk manusia karena itu Islam
merupakan satu-satunya agama yang cocok dengan fitrah manusia. Pada dasarnya
tidak ada satupun ajaran Islam yang bertentangan dengan jiwa manusia.
10. Prinsipnya manusia itu kan punya kecenderungan untuk cinta pada harta tahta
wanita dan segala hal yang bersifat duniawi semua itu tidak dilarang di dalam Islam
namun harus diatur keseimbangannya dengan keni’matan ukhrawi.
3. Syumuliyah.
Islam merupakan agama yang lengkap tidak hanya mengutamakan satu aspek lalu
mengabaikan aspek lainnya. Kelengkapan ajaran Islam itu nampak dari konsep Islam
dalam berbagai bidang kehidupan mulai dari urusan pribadi keluarga masyarakat
sampai pada persoalan-persoalan berbangsa dan bernegara.
Kesyumuliyahan Islam tidak hanya dari segi ajarannya yang rasional dan mudah
diamalkan tapi juga keharusan menegakkan ajaran Islam dengan metodologi yang
islami. Karena itu di dalam Islam kita dapati konsep tentang dakwah jihad dan
sebagainya. Dengan demikian segala persoalan ada petunjuknya di dalam Islam.
4. Al Waqi’iyyah.
Karakteristik lain dari ajaran Islam adalah al waqi’iyyah ini menunjukkan bahwa
Islam merupakan agama yg dapat diamalkan oleh manusia atau dengan kata lain
dapat direalisir dalam kehidupan sehari-hari. Islam dapat diamalkan oleh manusia
meskipun mereka berbeda latar belakang kaya miskin pria wanita dewasa remaja
anak-anak berpendidikan tinggi berpendidikan rendah bangsawan rakyat biasa
berbeda suku adat istiadat dan sebagainya.
Disamping itu Islam sendiri tidak bertentangan dengan realitas perkembangan zaman
bahkan Islam menjadi satu-satunya agama yang mampu menghadapi dan mengatasi
dampak negatif dari kemajuan zaman. Ini berarti Islam agama yang tidak takut
dengan kemajuan zaman.
5. Al Wasathiyah.
Di dunia ini ada agama yg hanya menekankan pada persoalan-persoalan tertentu ada
yang lebih mengutamakan masalah materi ketimbang rohani atau sebaliknya. Ada
pula yang lebih menekankan aspek logika daripada perasaan dan begitulah
seterusnya. Allah Swt menyebutkan bahwa umat Islam adalah ummatan wasathan
umat yang seimbang dalam beramal baik yang menyangkut pemenuhan terhadap
kebutuhan jasmani dan akal pikiran maupun kebutuhan rohani.
6. Al Wudhuh.
Karakteristik penting lainnya dari ajaran Islam adl konsepnya yang jelas. Kejelasan
konsep Islam membuat umatnya tidak bingung dalam memahami dan mengamalkan
ajaran Islam bahkan pertanyaan umat manusia tentang Islam dapat dijawab dgn jelas
apalagi kalau pertanyaan tersebut mengarah pada maksud merusak ajaran Isla itu
sendiri.
Dalam masalah aqidah konsep Islam begitu jelas sehingga dgn aqidah yang mantap
seorang muslim menjadi terikat pada ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-Nya.
11. Konsep syari’ah atau hukumnya juga jelas sehingga umat Islam dapat melaksanakan
peribadatan dengan baik dan mampu membedakan antara yang haq dengan yang
bathil begitulah seterusnya dalam ajaran Islam yang serba jelas apalagi
pelaksanaannya dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
7. Al Jam’u Baina Ats Tsabat wa Al Murunnah.
Di dalam Islam tergabung juga ajaran yg permanen dengan yang fleksibel . Yang
dimaksud dengan yang permanen adalah hal-hal yang tidak bisa diganggu gugat dia
mesti begitu misalnya shalat lima waktu yang mesti dikerjakan tapi dalam
melaksanakannya ada ketentuan yang bisa fleksibel misalnya bila seorang muslim
sakit dia bisa shalat dgn duduk atau berbaring kalau dalam perjalanan jauh bisa
dijama’ dan diqashar dan bila tidak ada air atau dengan sebab-sebab tertentu
berwudhu bisa diganti dengan tayamum.
Dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa Islam merupakan satu-satunya
agama yang sempurna dan kesempurnaan itu memang bisa dirasakan oleh
penganutnya yang setia.[12]
D. Moralitasislam dalam Ibadah, Pendidikan, Ilmu, dan Sosial
Pada prinsipnya moral tidak sama seperti akhlak yang bersumber dari al-quran dan
hadist secara mutlak.
1. Moralitas ibadah dalam islam
Ibadah ialah upaya untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta allah swt,
dengan menaati segala perintah-nya, dan menjauhi segala larangan-nya. Ibadah juga
merupakan cara untuk mensucikan diri,dasar dari pada ibadah adalah pengakuan
bahwa manusia adalah makhluk allah dan berkewajiban untuk mengabdi kepada-
nya.sedang dalam ajaran islam konsepsi ibadah berkaitan erat dengan pandangan
bahwa landasan kehidupan adalah keyakinan dan pemikiran yang benar, kesucian
jiwa dan tindakan yang baik.
Ibadah di dalam Islam tidak disyari’atkan untuk mem-persempit atau
mempersulit manusia, dan tidak pula untuk menjatuhkan mereka di dalam kesulitan.
Akan tetapi ibadah itu disyari’atkan untuk berbagai hikmah yang agung,
kemashlahatan besar yang tidak dapat dihitung jumlahnya. Pelaksanaan ibadah dalam
Islam semua adalah mudah.
Diantara keutamaan ibadah bahwasanya ibadah mebersihkan jiwa dan
menyucikannya ,dan mengankat kederajat yang lebih tinggi menuju kesempurnaan
manusiawi.
2. Moralitas Islam dalam Pendidikan
Islam memiliki ajaran khas dalam bidang pendidikan, islam memandang bahwa
pendidikan adalah hak bagi setiap orang(education for all), laki-laki atau
perempuan,tua atau muda, dan berlangsung sepanjang hayat(long life aducation).
12. Dalam bidang pendidikan islam memiliki rumusan yang jelas dalam bidang tujuan,
kurikulum, guru, metode, sarana, dan lain sebagainya.
Dalam al-quran juga dijumpai berbagai metode pendidikan seperti metode ceramah,
Tanya jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan,teladan, pembiasaan, karya wisata,
cerita, hukuman, nasihat, dan sebagainya. Berbagai metode tersebut dapat digunakan
sesuai dengan materi yang diajarkan, dan dimaksud agar tidak membosankan anak
didik.
3. Moralitas Islam dalam Ilmu
Islam memiliki berbagai disiplin ilmu yaitu ilmu ke-islaman,yang termasuk ilmu
keislaman adalah ilmu al-quran atau tafsir, ilmu hadist, ilmu kalam, ilmu tasauf, ilmu
filsafat, hokum islam, sejarah dan kebudayaan islam, serta pendidikan islam.islam
tidak hanya memiliki satu atau dua aspek saja,tapi memiliki berbagai macam aspek
baik itu aspek teologi, ibadah, moral, mistisisme, filsafat, sejarah, kebudayaan dan
lain sebagainya. Inilah yang selanjutnya membawa kepada timbulnya berbagai
jurusan dan fakultas diinstitut agama islam negri(iain) maupun perguruan tinggi
islam swasta di Indonesia.
4. Moralitas Islam dalam Sosial
Moralitas islam di bidang sosial yang paling menonjol karena ditunjukan untuk
kesejahteraan manusia. Dalam bidang sosial yang dibicarakan adalah hubungan
manusia dengan makhluk disekitarnya secara komprehensif, baik dalam keluarga,
karib, maupun masyarakat. Islam memiliki keleluasaan dalam berinteraksi dengan
sesamanya, islam juga menjunjung tinggi tolong-menolong, saling menasehati
tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, kesamaan derjat, tenggang rasa, dan
kebersamaan.[13]
E. Islam dan Wacana Pembaharuan
Pada sebagian umat islam tradisional hingga saat ini tampak ada perasaan masih
belum mau menerima apa yang dimaksud dengan pembaruan islam.hal ini, antara lain
disebabkan karena salah persepsi dalam memahahami arti pembaruan islam.mereka
memandang bahwa pembaruan islam adalah membuang ajaran islam yang lama dan
menggantinya dengan ajaran islam yang baru.[14]
Selain itu ada pula yang mempersepsikan pembaruan islam dengan upaya
mencocokkan kehendak al-quran dan hadist dengan kehendak orang yang
menafsirkannya, bukan mengajak orang untuk hidup denan berpedoman pada al-
quran dan hadist. persepsi demikian hingga kini masih dipegang terus oleh sebagian
umat islam tradisional, tanpa mau melakukan dialog atau diskusi dengan tokoh
pembaru dalam islam, sehingga muncullah istilah kaum modernis dan kaum
tradisional.
Pada dasarnya pembaruan islam bukan sebagaimanayang dipersepsikan oleh sebagian
kaum tradisional diatas.pembaruan islam adalah upaya-upaya untuk menyesuaikan
13. paham keagamaan islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern.
Selain itu pembaruan dalam islam dapat pula berarti mengubah keadaan umat agar
mengikuti ajaran yang terdapat didalam al-quran dan as-sunnah. hal ini perlu
dilakukan,karna terjadi kesenjangan antara yang dikehendaki al-quran dengan
kenyataan yang terjadi di masyarakat.misalnya al-quran mendorong umatnya agar
menguasai ilmu agama dan ilmu pengetahuan modern serta tekhnologi secara
seimbang hidup bersatu,rukun dan damai sebagai suatu keluarga besar, bersikap
dinamis, kreatif, inovatif, demokratis, terbuka, menghergai pendapat orang lain,
menyukai kebersihan dan lain sebagainya. namun kenyataan umat menunjukkan
keadaan yang berbeda. sebagian besar umat islam hanya menguasai pengetahuan
agama sedangkan ilmu pengetahuan modern tidak dikuasainya bahkan memusuhinya.
Hidup dalam pertentangan dan peperangan, saling bermusuhan, statis, bersikap
dictator, kurang menghagai waktu, kurang terbuka dan lain sebagainya.sikap dan
pandangan hidup umat demikian jelas tidak sejalan dengan ajaran al-quran dan as-
sunnah. dengan demikian, maka pembaruan islam mengandung maksud
mengembalikan sikap dan pandangn hidup umat agar sejalan dengan petunjuk al-
quran dan as-sunnah.[15]
14. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa islam itu adalah Agama yang
betul-betul hak disisi allah, yang menyempurnakan agama-agama terdahulu. Islam
memiliki sumber ajaran yaitu Al-quran dan Hadist, selain itu juga digunakan ro’yu
atau akal pikiran untuk menetapkan hokum yang tidak ditemui dalam al-qur’an dan
hadist. Islam juga mempunyai karakteristik yang unik dan menarik yang dapat dikaji
secara Normativitas dan Historitas.
Islam juga mempunyai Moralitas yang kukuh dan menyeluruh, prinsip
dasarnya dan ajaran-ajarannya bersifat selaras dan seimbang. Islam juga mengenal
adanya berbagai pembaharuan atau modernisitas akibat adanya kemajuan Ilmu
pengetahuan dan Tekhnologi, tetapi pembahruan yang dimaksud bukan dengan
meninggalkan prinsip pokok ajaran islam atau aturan-aturan yang telah ditentukan
oleh Allah SWT, akan tetapi dengan meninggalkan tradisi lama.
[1] .Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, ( Jakarta:Grafindo, 2001 ), hal:46
[2] .Ibid, Hal:48
[3] Departemen Agama RI, Al-qur’an dan terjemahannya,(semarang:PT. Karya Toha
Putra, 2008)
[4] . httpwww.hikmatun.wordpress.compengertian al-qur’an.
[5] .Muhaimin, Abdul Mujib, Yusuf Muzakkir, Kawasan dan Wawasan Studi Islam,
(Jakarta:Kencana Prenada Media Grup, 2007), hal:123
[6] .ibid, Hal:130
[7] . Op. cit., hal:177
[8] .”Ijtihad,” www.wikipedia.com
[9] .Khursyid Ahmad, Prinsip-Prinsip Pokok Islam, (Jakarta:CV. Rajawali, 1989);
Hal:89
[10] Ibid., Hal:91
[11] . Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, ( Jakarta:Grafindo, 2001 ),Hal:50
[12] . Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia, sumber file
al_islam.chm.
[13] . Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, ( Jakarta:Grafindo, 2001 ),Hal:97
[14] .Ibid, Hal:114
[15] .Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta:bulan Bintang, 2001),
nHal:225