Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
David Ben Usolin Jawaban Modul 7-13.docx
1. Tugas Terstruktur II
Lembar Jawaban Modul Islamologi
David Ben Usolin
0251710118
Modul 6: Pertumbuhan Ilmu Tradisional Islam: (1) Fiqh
1. Apa ilmu Fiqh itu? Apa bidang kajiannya?
Fiqh merupakan ilmu tentang masalah-masalah syari’ah secara teoretis. Masalah-masalah
fiqh itu berkenaan dengan perkara akhirat seperti hal-hal peribadatan (‘ibadat) atau dengan
perkara mu’amalat (tentang berbagai transaksi dalam masyarakat) dan ‘uqubat (tentang
hukuman). Dari definisi ini, fiqh berorientasi pada masalah pengaturan hidup bersama
manusia, yang inti pengaturan itu adalah masalah-masalah hukum.
2. Kedudukan ilmu Fiqh dalam Islam dan kaitannya dengan Hadist dan Sunnah.
Fiqh merupakan salah satu disiplin ilmu keislaman tradisional yang mapan di samping ilmu
kalam (‘ilm al-kalam), ilmu tashawwuf (‘ilm al-tashawwuf) dan falsafah (al-safah atau al-
hikmah). Pangkal tolak ilmu fiqh (berkat Muhammad ibn Idris al-Syafi’i) ada empat yaitu
Kitab Suci, Sunnah Nabi, ijma (konsensus) dan qiyas (analogi).
3. Mengapa ada banyak perbedaan pendapat dalam Fiqh?
Perbedaan pendapat dalam Fiqh terjadi karena ada berbagai mahzab yang berupaya untuk
menyusun fiqh secara sistematis.
4. Mahzab merupakan aliran pikiran di dalam Islam, misalnya Mahzab Abu Hanifah
(madzhab Hanafi yang banyak menggunakan analogi), mahzab Syafii (yang meletakkan
dasar teoretis mengenai sunnah dalam bentuk Hadist, dan analogi), dan mahzab Hanbali.
5. Apa hikmah atau ultimate goal dari adanya formalisasi hukum (Fiqh)?
Adanya formalisasi hukum membawa reformasi atau pembaharuan dan perbaikan (ishlah)
kehidupan masyarakat. Reformasi itu adalah aspirasi kerohanian yang populis dan
universal.
6. Apa sajakah yang mendasari terbentuknya hukum?
Ilmu hukum terdiri atas prinsip persamaan manusia (egalitarianisme) dan prinsip keadilan.
2. Modul 7: Ilmu Kalam
1. Apa itu ilmu kalam?
Ilmu kalam mencakup segi-segi mengenai Tuhan dan berbagai konsep yang menyertainya.
Kalam tumbuh karena perjumpaan dengan Helenisme. Ilmu kalam sering diterjemahkan
sebagai Teologia Dialektis atau Teologia Rasional. Nama lain dari ilmu kalam adalah ilmu
Tawhid, ‘Aqidah dan Ushul al-Din. Ilmu kalam menjadi tumpuan pemahaman tentang
sendi-sendi paling pokok dalam dalam ajaran agama Islam, yaitu simpul-simpul
kepercayaan, masalah Kemahaesaan Tuhan, dan pokok-pokok ajaran agama. Pendekatan
ilmu kalam biasanya doktriner dan dogmatis.
2. Perbedaan Qadariyah dan Jabariyah
Kaum Qadariyah menganut paham yang berpandangan bahwa manusia memiliki
kebebasan, dalam arti mampu memilih antara yang baik dan yang buruk. Manusia mutlak
bertanggungjawab atas segala perbuatannya. Sementara itu, kaum Jabariyah berpandangan
bahwa manusia tidak berdaya sedikitpun berhadapan dengan kehendak dan ketentuan
Tuhan.
3. Apa bedanya “paham” dengan “aliran” dalam ilmu Kalam? Apa bedanya aliran Mu’tazilah
dengan Asy’ariyah, Syi’ah dan Khwarij?
Paham dalam ilmu kalam hanya ada dua, yaitu Qadariyah dan Jabariyah. Sementara itu,
ada berbagai aliran dalam ilmu kalam. Kaum Khawarij merupakan kaum yang membunuh
Utsman dan kemudian menolak Ali ibh Abi Thalib, Khalifah IV. Mereka mengambil sikap
yang sangat ekstrem dan eksklusivistik. Yang paling banyak mewarisi pemikiran Khwarij
adalah kaum Mu’tazilah. Pemikiran mereka berciri rasional dan menganut paham
Qadariyah (manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab). Kaum Mu’tazilah menolak
paham Jabariyah yang diusung kaum Jahmi.
Paham Asy’aryah (yang paling banyak dianut oleh kaum Sunni) menyumbangkan
semacam sintesis antara Qadariyah dan Jabariyah: tindakan manusia tidak dilakukan dalam
kebebasan maupun dalam keterpaksaan (dalam teori Kasb, perolehan). Sementara itu,
dalam ilmu kalam, kaum Syi’ah lebih banyak mirip dengan kaum Mu’tazilah. Tokohnya
adalah Ibn Taymiyyah.
4. Di manakah letak kekuasaan Tuhan? Di manakah letak kekuatan manusia?
Menurut kaum Qadariyah, manusia memiliki kebebasan dalam bertindak. Kekuasaan
Tuhan berada di luar kehendak bebas manusia. Sementara itu, kaum Jabariyah mengatakan
bahwa manusia tidak berdaya di hadapan kekuasaan Tuhan. Kekuasaan Tuhan melekat erat
sedemikikian sehingga manusia tidak bebas. Selain itu, kaum Jabariyah melangkah terlalu
jauh dengan mengingkari sifat-sifat Tuhan.
5. Sifat-sifat Tuhan yang wajib di antaranya: kasih, pengampun, santun, mahatinggi,
pemurah, dst.
3. Modul 8:
1. Keberadaan Tuhan dalam falsafah Islam
Dalam agama Islam, agama merupakan sumber dan titik pangkal dari falsafah. Oleh karena
itu, para filsuf Muslim sangat berjiwa keagaamaan. Keberadaan Tuhan pasti tidak
disangkal. Dalam Neoplatonisme, ada unsur yang memberi kesan tentang ajaran Tawhid,
yakni Kemahaesaan Tuhan.
2. Interpretasi bebas dalam memahami ayat-ayat al-Quran dimungkinkan, sejauh tidak
menyimpang dari landasan, seperti Tawhid. Filosof Muslim seperti Ibn Tamiyyah menolak
penalaran deduktif, namun menerima penalaran induktif dan empiris.
3. Kedudukan akal dan wahyu dalam falsafah berciri tidak simetris. Wahyu memegang peran
yang penting daripada kemampuan akal budi.
Modul 9: Ilmu Tashawwuf (Ajaran Kaum Sufi)
1. Hubungan antara aspek lahir dan batin dalam tashawwuf
Tashawwuf muncul pada awalnya karena dua hal: dorongan politik dan dorongan untuk
hidup zuhud (asketik). Dalam Tashawwuf, ada paham mistisisme, yaitu perkembangan dan
pematangan rasa kesalehan pribadi. Aspek batin diberi perhatian paling utama. Karena itu,
aspek lahir (masalah historis dan politik umat) hanya berperan secara minimal saja.
2. Tashawwuf dipengaruhi oleh agama Yahudi dan Kristen.
Sebagai bentuk pertengahan atas kedua agama pendahulunya itu, Islam mengandung
ajaran-ajaran hukum yang dengan orientasi kepada masalah-masalah tingkah laku manusia
secara lahiriah seperti pada agama Yahudi, tetapi juga mengandung ajaran-ajaran
kerohanian yang mendalam seperti pada agama Kristen. Keduanya tidak bisa dipisahkan,
meskipun bisa dibedakan.
3. Bagaimana Al-Quran melegitimasi Tashawwuf?
Bagi kaum Sufi, pengalaman Nabi dalam Isra’-Mi’raj itu adalah sebuah contoh puncak
pengalaman rohani, bahkan yang tertinggi, karena hanya bisa dimilliki oleh seorang nabi.
Al-Quran sendiri memuat berbagai firman yang merujuk pada pengalaman spiritual Nabi,
misalnya lukisan tetntang dua kali pengalaman Nabi bertemu dan berhadapan dengan
malaikat Jibril dan Allah. Yang pertama adalah ketika beliau menerima wahyu pertama di
gua Hira, yang kedua adalah Isra’Miraj.
Modul 10: Estetika dalam Kebudayaan Islam.
1. Mengapa lukisan sebuah makhluk hidup dilarang?
Sebabnya adalah: 1) adanya larangan mengenai hal itu yang bersumber dari hadits; 2)
pelukisan makhluk hidup dalam bangunan peribadatan dianggap akan mengganggu
konsentrasi pendekatan lahir batin terhadap dzat Allah; 3) dikhawatirkan akan munculnya
4. pelukisan dzat Allah maupun (terutama) pada Rasulullah akan mendekatkan diri kepada
syirik yang amat terlarang.
2. Estetika Islam di dunia maupun di Nusantara tetap merupakan seni ilahiah, yang mengacu
pada keesaan Tuhan yang transenden, absolut dan tak dapat dipersonifikasikan secara
figuratif. Estetika Islam berkembang dari tahapan syari’at kepada tahapan yang lebih tinggi
(tarekat, hakekat, dan ma’rifat).
Modul 11: Konsep-Konsep Islam tentang Politik (Fiqh Al-Siyasah).
1. Apa itu politik Islam?
Politik Islam tidak bisa dilepaskan dari Konstitusi Madinah (Mitsaq al-Madinah). Piagam
ini mengandung dua pokok penting terkait usaha Nabi Muhammad dalam menciptakan
masyarakat berbudaya tinggi yang pada gilirannya menghasilkan negara, yakni: 1)
Pendelegasian wewenang; dan 2) kehidupan berkonstitusi. Robert Bellah menyebut prinsip
politik Islam sebagai “nasionalisme partisipatif egaliter”, yang ditangkap dalam pidato Abu
Bakr, Pengganti Rasulullah yang pertama.
2. Konsep Negara Islam
Sebagai ilustrasi, Saudi Arabia dan Iran saling memperebutkan legitimasi sebagai negara
Islam. Sumber legitimasi suatu negara yang mengaku atau menyebut dirinya “negara
Islam” sangatlah problematis. Sejarah menunjukkan bahwa agama Islam memberi
kelonggaran besar dalam hal bentuk dan pengaturan teknis masalah sosial-politk. Yang
penting adalah isi dari negara: egalitarianisme, demokrasi, partisipasi dan keadilan sosial.
Modul 12: Konsep Keadilan, Keterbukaan dan Demokrasi.
1. Masyarakat Islam zaman Nabi dan Para Sahabat sesudahnya sangat modern (Robert
Bellah, 1970)
Masyarakat Islam di sebut modern dalam tingkat: 1) komitmen, keterlibatan dan partisipasi
yang tinggi, yang diharapkan dari semua lapisan anggota masyarakat; 2) keterbukaan posisi
kepemimpinannya terhadap kemampuan yang dinilai menurut ukuran-ukuran universal,
dan dilambangkan dalam usaha untuk melembagakan kepemimpinan puncak yang tidak
bersifat warisan. Singkatnya, masyarakat Islam bersifat egaliter-partisipatif.
2. Implikasi dari sabda Nabi yang menjamin Para Sahabat bahwa mereka akan masuk surga
adalah: suatu dasar religius yang menjadi motivasi agar mereka mewujudkan masyarakat
yang adil, terbuka dan demokratis.
Modul 13: Konsep Kemajemukan Islam: Intra dan Antara Umat Beragama
1. Cara dan metode al-Quran menghadapi perbedaan ajaran agama-agama:
Al-Quran memandang kemajemukan sebagai suatu takdir yang harus diterima
sebagaimana adanya. Manusia diharapkan menggunakan segala kemampuan
(kelebihannya) untuk mewujudkan kebaikan dalam masyarakat.
5. 2. Islam merupakan sebuah agama universal (untuk semua manusia). Sikap unik Islam dalam
hubungan antar agama adalah toleransi, kebebasan, keterbukaan, kewajaran, keadilan dan
kejujuran. Semua agama diberi kebebasan hidup, dengan risiko yang akan ditanggung oleh
pengikut agama itu masing-masing. Keharusan manusia untuk berserah diri kepada Tuhan
merupakan prinsip yang dianut oleh semua agama yang ada. Semua agama mengandung
nilai kebenaran sejauh bersumber dari Kebenaran Universal yang tunggal, meskipun
manifestasi lahiriahnya beraneka ragam.