Makalah ini membahas tentang komunikasi dan model kepemimpinan. Terdapat beberapa teori kepemimpinan seperti trait theory dan situational theory. Ada juga tipe kepemimpinan seperti otoriter, partisipatif, dan delegatif. Kemudian dibahas mengenai wewenang pemimpin, komunikasi, dan penerapan ilmu komunikasi dalam lingkup bisnis. Makalah ini menjelaskan pentingnya komunikasi yang efektif bagi kepemimpin
6. Usaha, Evi Yuliana Sari, Hapzi Ali, Komunikasi dan Mengetahui Model Kepemimpinan, Universitas Mercu Buana, 2018
1. MAKALAH
KOMUNIKASI DAN MENGETAHUI MODEL KEPEMIMPINAN
DISUSUN OLEH:
EVI YULIANA SARI (43217110345)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2018
2. A.Teori Kepemimpinan
The Traitist Theory of Leadership (Teori Sifat), teori ini mengemukakan sifat-sifat
yang dimiliki seorang pemimpin dianggap sebagai ukuran penting sebagai syarat-
syarat untuk menentukan potensi kepemimpinan sorang pemimpin.
The Situasional Theory of Leadership (Teori Situasioanl), teori ini mengemukakan
kepemimpinan dipengaruhi oleh keadaan pemimpin, pengikut organisasi, dan
lingkungan sosial. Gaya kepemimpinan seseorang dalam keadaan normal dan kritis
akan berbeda. Keberhasilan karena pengaruh situasi, artinya ada seorang pemimpin
yang berhasil dalam keadaan normal, namun ada pula yang dapat berhasil dengan
baik dalam keadaan kritis. Bagi seorang pemimpin sejati keadaan-keadaan darurat
justru merupakan kesempatan baik untuk mengatasi keadaan kritis itu.
B . Tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan dalam mempengaruhi para bawahannya dapat berbeda-beda.
Hal ini disebabkan latar belakang pemimpin, organisasi, pengikut dan lingkungan.
1. Kepemimpinan Otoriter
Pemimpin menganggap dirinya yang paling berkuasa. Pengarahan pada bawahan
dilakukan dengan cara memberikan instruksi atau perintah. Tujuan
kepemimpinannya hanya unutk meningkatkan produktivitas kerja dan cenderung
tidak memperhatikan kesejahteraan pekerja. Pimpinan menganut sistem manajemen
tertutup, sistemnya pun sentralisasi.
2. Kepemimpinan Partisipatif
Pemimpin melaksanakan kepemimpinannya dengan cara persuasif, menciptakan
kerjasama yang harmonis, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi bawahannya.
Pemimpin memotivasi bawahan agar mempunyai rasa memiliki perusahaan.
Falsafah pemimpin, pemimpin adalah untuk bawahan. Sistem manajemen terbuka
dan informasi pembinaan kaderisasi sangat diperhatikan.
3. Kepemimpinan Delegatif
Pemimpin memberikan kewenangan (delegasi) pada bawahan agar besar, sehingga
bawahannya diberi keleluasaan dalam mengambil keputusan dan menbuat
kebijakan.
Pimpinan menyerahkan tanggung jawab agar bawahan dapat mengendalikan dirinya
sendiri dan menyelesaikan pekerjaanya. Para bawahan dituntut untuk memiliki
kematangan kemampuan dalam bekerja dan kematangan psikologis atau kemauan
dalam bekerja.
3. C. Wewenang Pemimpin
Wewenang Resmi ( Formal Authority )
Wewenang resmi adalah wewenang yang sah dan legal yang dimiliki seorang
pemimpin, kerena kedudukannya dalam suatu perusahaan. Dengan wewenang
resmi pemimpin dapat memerintah. Memotivasi dan mempengaruhi tingkah laku
bawahannya. Wewenang ini dapat didelegasikan pada bawahan.
Kewibawaan ( Personality Authority )
Kewibawaan adalah wewenang yang didapat karena wibawa yang dimiliki seorang
pemimpin. Bisa karena kecakapannya, pendidikan, kepribadian, kharisma, sehingga
ia bisa mempengaruhi bawahannya.
D. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian dan pertukaran informasi sekurang-
kurangnya antara 2 pihak yang berperan sebagai pengirim (sender) dan penerima
(receiver) dengan menggunakkan berbagai media yang ada. Komunikasi memiliki
beberapa elemen penting, yaitu :
a. Komunikasi melibatkan orang-orang, sehingga komunikasi yang efektif terkait
dengan bagaimana orang-orang dapatberinteraksi satu sama lain dengan lebih
efektif.
b. Dalam komunikasi terjadi penyampaian dan pertukaran informasi dan pengertian,
sehingga agar proses ini dapat terjadi dan dapat dipahami, maka pihak-pihak
yang berkomunikasi perlu meyadari dan mengerti berbagai istilah dalam
berkomunikasi.
c. Komunikasi dapat berupa bentuk-bentuk simbolis seperti suara, huruf, angka,
bahasa tubuh, dan lainnya.
2. Proses Terjadinya Komunikasi
Komunikasi berawal dari adanya pesan atau informasi yang ingin disampaikan dari
pengirim kepada penerima. Pesan tersebut kemudian akan mengalami
proses encoding, dimana pesan tersebut mengalami transformasi dalam bentuk
simbol yang menjadi representasi pengirim pesan. Misalnya ungkapan persetujuan
direprentasikan dengan anggukan kepala atau bentuk kalimat “Ya”. Dapat pula juga
menggunakan mediator, menggunakan media elektronik ataupun melalui perantara
orang lain.
Setelah diterima, pesan akan mengalami proses decoding, dimana pesan akan
ditransformasi maknanya agar dapat dimengerti penerima pesan. Lalu penerima
akan memberikan respon balasan dengan melakukan pengiriman pesan kembali
sehingga posisinya saling berganti, penerima pesan menjadi pengirim pesan dan
pengirim pesan menjadi penerima pesan dan begitu seterusnya.
4. 3. Bentuk-Bentuk Komunikasi
a. Komunikasi Interpersonal
Bentuk komunikasi yang dilakukan suatu individu kepada individu lain. Bisa
komunikasi secara lisan, yakni komunikasi dengan menggunakkan lisan
secara langsung bersamaan dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya,
seperti emosi, situasi dan lain hal lainnya. Komunikasi lisan dapat berupa
komunikasi formal, misalnya pembicaraan di pertemuan atau rapat, maupun
informal, misalnya berbicara di lift atau cafetaria.
Komunikasi secara tertulis, yakni komunikasi yang menggunakan mediator
sebagai penyampai pesan. Dilakukan karena komunikasi lisan tidak dapat
dilakukan, untuk mengingatkan sesuatu atau untuk memperkuat komunikasi
lisan.
b. Komunikasi Lintas Budaya ( cross-cultural communication )
Bentuk komunikasi yang dilakukan antar individu yang memiliki perbedaan
budaya. Sehingga agar pesan dapat dapat disampaikan, diterima, dan
dimengerti. Perbedaan ini menimbulkan perbedaan karakter antar individu,
sehingga membutuhkan penyesuaian agar kegiatan komunikasi dapat
berjalan efektif.
4. Pola Komunikasi
a.Faktor yang memengaruhi pola komunikasi dalam organisasi :
1) Jalur formal dari komunikasi, penggunaan legitimasi formal untuk
melakukan komunikasi. Informasi yang diberikan biasanya bersifat sangat
penting Otoritas dari hierarki organisasi, perbedaan tingkatan
manajemen akan menentukan pola komunikasi dalam suatu organisasi.
Para bawahan akan menyesuaikan diri dalam hal berkomunikasi.
2) Spesialisasi jabatan, adanya spesialisasi menyebabkan beberapa
departemen tertentu yang berbeda namun membutuhkan komunikasi,
sehingga membentuk pola komunikasi.
3) Kepemilikan informasi, mereka yang umumnya lebih mengetahui dan
menguasai berbagai informasi yang terkait dengan bagiannya, maka
orang yang diajak berkomunikasi haruslah orang yang mengetahui dan
menguasai hal-hal yang terkait di bagian itu.
b. Komunikasi Vertikal
Komunikasi veritikal adalah bentuk komunikasi yang dilakukan seseorang
yang berada pada tingkat atas ke orang yang berada di bagian tingkat bawah
atau sebaliknya. Komunikasi yang terjadi biasannya mengenai pemberian
tugas, pemberian arahan ataupun pelaporan dan pertanggung jawaban.
c. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal adalah bentuk komunikasi yang dilakukan seseorang
dengan orang lain yang memiliki tingkatan organisasi yang setara.
Komunikasi yang terjadi dalam rangka koordinasi, kerjasama, dan lain
sebagainya.
5. Membangun Komunikasi Yang Efektif
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan agar komunikasi yang dilakukan
dapat berjalan dengan efektif dalam pencapaian organisasi.
a.Meminimalkan hambatan komunikasi
Kadangkala, terdapat berbagai hambatan dalam berkomunikasi sehingga
pesan atau informasi yang ingin disampaikan mengalami kesalahan
5. penerimaan, penafsiran dan pemahaman. Akibatnya reaksi yang diharapkan
tidak terjadi.
Hambatan tersebut dapat bersifat individual yang berupa kesalahpahaman
dalam memahami pesan kesulitan berkomunikasi, kemampuan mendengar dan
menyimak yang buruk dan lainnya. Ataupun hambatan yang bersifat
organisasional yang terjadi adalah kata-kata yang dipahami berbeda-oleh
orang orang yang berbeda, sehingga terjadi perbedaan persepsi.
b.Meningkatkan keefektifan dalam berkomunikasi
Setelah hambatan dalam berkomunikasi dapat diidentifikasi, perlu adanya
upaya untuk meningkatkan efektivitas komunikasi. Peningkatan keahlian
komunikasi individu dengan dapat melalui cara: banyak melakukan komunikasi,
mendorong komunikasi yang bersifat dua arah, peningkatan kesadaran dalam
memahami pesan yang disampaikan dan pemeliharaan kredibilitas individu
dengan membangun karakter dan moralnya. Peningkatan keahlian komunikasi
organisasional dapat melalui cara: pengaturan cara berkomunikasi diantara
berbagai pihak dalam organisasi dan peningkatan kesadaran dan
pemanfaatan berbagai media sdalam berkomunikasi.
E. Penerapan Ilmu Komunikasi dan Model Kepemimpinan
dalam Lingkup Bisnis
Komunikasi bisnis tidak hanya mencakup komunikasi dengan kontak diluar, tetapi
juga komunikasi dengan para pekerja dalam sebuah perusahaan, jika itu terlaksana
maka akan sangat membantu perusahaan anda terorganisir dengan baik.
Komunikasi bisnis yang effektif mungkin direpresntasikan kepada seorang manajer
bisa memotivasi para pegawai, memberikan rekomendasi dan masukan untuk
meningkatkan efesiensi dan efektifitas dalam bisnis.
Kemampuan berkomunikasi yang effektif mutlak harus dimiliki bagi seorang pebisnis.
Seorang yang cerdas belum tentu cerdas dalam mengkomunikasikan pesan-
pesannya kepada orang lain. Menciptakan dan mendatangkan ide itu hal yang
umum, akan tetapi kemampuan untuk mengkonversikannya menjadi sebuah
presentasi yang mudah dipahami, tidak semua orang bisa. Memiliki pengetahuan
tentang komunikasi yang effektif baik secara verbal maupun tulisan adalah aset bagi
seorang komunikator. Komunikasi yang bisa dipahami dan direspons dengan baik
akan membawa bisnis seseorang menuju gerbang kesuksesan.
Contoh kasus dan cara penyelesaian dalam konteks krisis komunikasi :
Misalnya, terjadi krisis di sebuah perusahaan karena perusahaan tersebut tertimpa
issue miring yang dapat meruntuhkan eksistensi perusahaan. Cara penyelesaian
adalah dengan mencari inti permasalahan yang terjadi kemudian mencarikan solusi.
Kemudian mempublikkasikannya kepada pihak intern bahwa permasalah
perusahaan sudah selesai dan juga kepada pihak ekstren agar citra perusahaan
tidak rusak dan dapat Berjaya lagi.
(Fera Tiara Syahida, artikel 2011).
6. Saluran komunikasi formal : Saluran komunikasi formal adalah saluran yang
terorganisasi dengan baik. Seperti lembaga sosial lainnya, saluran komunikasi
formal bercirikan aturan-aturan yang stabil, pejabatnya melakukan pekerjaan yang
benar-benar jelas, aturan pekerjaannya disusun dengan baik dan dapat diikuti oleh
orang yang berbeda-beda, dan adanya sanksi yang jelas. Sedangkan saluran
komunikasi informal adalah saluran komunikasi yang terjadi tanpa ada struktur yang
jelas-jelas ada.
Umumnya, komunikasi formal terjadi di antara orang-orang yang terjalin hubungan
formal (seperti dalam lembaga/organisasi) ataupun komunikasi antar atasan-atasan
perusahaan. Sedangkan komunikasi informal seperti, komunikasi antar divisi, antar
karyawan dimana situasi untuk berkomunikasi tidak terlalu tegang dan monoton
seperti kepada atasan perusahaan.
Kelebihan komunikasi non-verbal. Non-verbal sendiri banyak ragamnya seperti,
kedipan mata, gerakan kepala, warna, konteks ruang dan waktu, wewangian,diam
dan lain-lain. Yang menjadi istimewa adalah, setiap kegiatan non verbal yang kita
lakukan baik sadar mapun tidak, semua itu tidak dapat membohongi apa yang terjadi
di diri kita. Walaupun di perkataan (verbal) kita dapat berkilah tapi bahasa tubuh
tidak.
Contoh dari non-verbal dalam lingkungan bisnis / organisasi:
Seorang Manajer sedang mempresentasikan evaluasi progress perushaan dalam
laporan periodiknya. Semua pegawainya memperhatikan penjelasan sang Manajer,
tapi tak sedikit yang mengacuhkan, bahkan jika di telusuri di barisan belakang
banyak pegawai yang menekur, menguap, dan memilih menyandarkan
punggungnya seolah malas mendengarkan laporan periodic perusahaan. Menekur
dan menguap menandakan para pegawai bosan akan penjelasan sang Manajer.
Dengan menekur, pegawai seolah-seolah dapat melepaskan beban
pendengarannya dari presentasi sang Manajer.