Psikoterapi merupakan pengobatan masalah emosional yang dilakukan oleh tenaga terlatih secara sukarela untuk menghilangkan, mengubah, atau menghambat gejala pasien serta mengembangkan kepribadian secara positif. Terdapat dua jenis psikoterapi yaitu suportif yang bertujuan menstabilkan pasien, dan rekonstruktif yang membantu pasien memahami kondisi mentalnya. Psikoterapi dapat diberikan secara
2. Psikoterapi ialah suatu cara pengobatan thdp
masalah emosional seorang pasien yg
dilakukan oleh seorang yg terlatih dlm
hubungan profesional secara sukarela,
dengan maksud hendak menghilangkan,
mengubah, atau menghambat gejala-gejala
yg ada, mengoreksi perilaku yg terganggu
dan mengembangkan pertumbuhan
kepribadian secara positif.
3. Dua kelompok besar:
A. Psikoterapi suportif (atau supresif, atau
non-spesifik)
B. Psikoterapi wawasan
- Psikoterapi reedukatif
- Psikoterapi rekonstruktif
4. Psikolog klinis & konseling
Pekerja sosial
Psikiater
Konselor keluarga
Konselor perkawinan
5. Adalah suatu bentuk terapi alternatif yg
mempunyai tujuan untuk menolong pasien
beradaptasi dengan baik thdp suatu masalah yg
dihadapi dan untuk mendapatkan suatu
kenyamanan hidup thdp gangguan psikisnya.
Untuk mengembalikan keadaan jiwa yg rapuh
ataupun mengalami gangguan kearah
keseimbangan, yg terutama dilakukan adalah
menekan ataupun mengontrol gejala-gejala yg
terjadi dan untuk menstabilkan pasien kedalam
suasana yg aman dan terlindungi untuk melawan
ataupun menghadapi tekanan yg mungkin saja
berat yg datang dr luar maupun dari dalam
dirinya.
6. a. Menguatkan daya tahan mental yg ada,
dengan kata lain membuat seseorang itu
bahagia dan sejahtera
b. Mengembangkan mekanisme daya tahan
mental yg baru dan yg lebih baik untuk
mempertahankan fungsi pengontrolan diri
ataupun membuat seseorang tahu dan
mengerti tentang dirinya.
7. Mengembalikan keseimbangan adaptif (dapat
menyesuaikan diri)
Menaikkan fungsi psikologi dan sosial
Menyokong harga dirinya dan keyakinan
dirinya sebanyak mungkin
Menyadari realitas, keterbatasannya agar
dapat diterima
Mencegah terjadinya relaps
Bertujuan agar penyesuaian baik
Mencegah ketergantungan pada dokter
Memindahkan dukungan
8. a. Seseorang yg dlm keadaan kritis dan kacau
serta tidak mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan suatu masalah, yg
menghasilkan kecemasan berat dan
kebingungan ( contoh: orang yg mengalami
kesedihan yg berat, kesakitan, perceraian,
atau kehilangan pekerjaan ataupun mereka
yg pernah menjadi korban kejahatan,
penganiayaan, bencana alam, ataupun
kecelakaan)
9. b. Pasien dgn penyakit yg berat dan kronik
disertai dgn kerapuhan ataupun kelemahan
fungsi ego (contoh, mereka dgn psikosis yg
laten, gangguan impuls, gangguan
kepribadian berat)
c. Pasien dgn defisit kognitif dan gejala-gejala
fisik yg membuat mereka mjd lemah dan tdk
cocok dilakukan pendekatan insight-oriented
(contoh, pasien psikosomatik)
10. d. Pasien dengan toleransi kecemasan yg rendah dan
kesulitan mengendalikan frustasi
e. Pasien dengan kelemahan psikologi yg sesuai dgn
fungsi kognitifnya
f. Mereka yg kesulitan membedakan kenyataan luar
dengan dari dalam dirinya
g. Pasien yg mengalami gangguan berat dalam
hubungan interpersonal
h. Mereka yg mengalami kelemahan dalam mengontrol
impuls dan akhirnya mereka melakukan tindakan yg
buruk
i. Pasien dengan intelegensia yg kurang dan kapasitas
yg lemah thdp pengamatan drnya sendiri
j. Pasien yg memiliki keterbatasan yg berat untuk
mengadakan hubungan terapeutik dgn terapis
11. Terapi ini dapat diterapkan pada pasien yang
mengalami penyakit-penyakit kronis. Misalnya
pada penderita penyakit diabetis melitus tipe I,
yang disebut IDDM (Insulin Dependant Diabetis
Melitus) yang harus menyuntikkan insulin ke
dalam tubuhnya sendiri. Tugas yang kadang rutin
yang harus terus menerus dilaksanakan ini
kadang menimbulkan stres dan kejenuhan.
Demikian juga diabetis tipe II, yang disebut
NIDDM (Non-insulin Dependant Diabtes Melitus)
yang harus melaksanakan diet makanan dengan
ketat untuk mengatur kadar gula dalam darah
mereka. Dengan terapi supportive mereka akan
dapat terus melaksanakan tugas dengan baik.
12. Lebih jauh terapi suportif ini sangat penting
diberikan pada pasien pasca stroke, dimana
mereka mengalami kelumpuhan tubuh.
Pasien memerlukan penyesuaian diri
menghadapi ketidakberdayaan fisiknya yang
kemungkinan besar akan mempengaruhi
kehidupan karier maupun kehidupan
sosialnya, seperti timbulnya rasa malu dan
rasa tidak berharga.
13. A. VENTILASI atau (psiko-)katarsis
B. PERSUASI atau bujukan (‘’persuasion’’)
C. SUGESTI
D. PENJAMINAN KEMBALI (‘’reassurance’’)
E. BIMBINGAN
F. PENYULUHAN
G. TERAPI KERJA
H. HIPNO-TERAPI
I. NARKOTERAPI
J. PSIKOTERAPI KELOMPOK
K. TERAPI PERILAKU
14. Terapis membiarkan pasien mengeluarkan isi
hati sesukanya. Sesudahnya biasanya ia
merasa lega dan kecemasannya (tentang
penyakitnya) berkurang, karena ia lalu dapat
melihat masalahnya dalam proporsi yang
sebenarnya.
15. Persuasi atau bujukan (“persuasion”)
Psikoterapi suportif yang dilakukan dengan
menerangkan secara masuk akal tentang gejala-
gejala penyakitnya yang timbul akibat cara
berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap
masalah yang dihadapinya.
Terapis berusaha membangun, mengubah, dan
menguatkan impuls tertentu serta
membebaskannya dari impuls yang mengganggu
secara masuk akal dan sesuai hati nurani.
Berusaha menyakinkan pasien dengan alasan
yang masuk akal bahwa gejalanya akan hilang.
16. Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung
menanamkan pikiran pada pasien atau
membangkitkan kepercayaan padanya bahwa
gejala-gejala akan hilang.
Pasien percaya pada terapis sehingga
kritiknya berkurang dan emosinya
terpengaruh serta perhatiannya menjadi
sempit. Ia mengharap-harapkan sesuatu dan
ia mulai percaya.
17. Penjaminan kembali atau reassurance dilakukan
melalui komentar yang halus dan pertanyaan
yang hati-hati, bahwa pasien mampu berfungsi
secara adekuat (cukup, memadai).
Dapat juga diberi secara tegas berdasarkan
kenyataan atau dengan menekankan pada apa
yang telah dicapai oleh pasien.
Sikap terapis, meyakinkan secara tegas dengan
menunjukkan hasil-hasil yang telah dicapai
pasien. Topik pembicaraan, pengalaman pasien
yang berhasil nyata.
18. Bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat
yang praktis dan khusus (spesifik) yang
berhubungan dengan masalah kesehatan
(jiwa) pasien agar ia lebih sanggup
mengatasinya, umpamanya tentang cara
mengadakan hubungan antar manusia, cara
berkomunikasi, bekerja dan belajar, dan
sebagainya..
Sikap terapis, menyampaikan nesehat dengan
penuh wibawa dan pengertian.
19. Penyuluhan atau konseling (counseling) ialah
suatu bentuk wawancara untuk membantu
pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik,
agar ia dapat mengatasi suatu masalah
lingkungan atau dapat menyesuaikan diri.
Konseling biasanya dilakukan sekitar masalah
pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan
pribadi.
Sikap terapis, menyampaikan secara halus
dan penuh kearifan.
20. Terapi kerja yaitu berupa sekedar memberi
kesibukan kepada pasien ataupun berupa
latihan kerja tertentu agar ia terampil dalam
hal itu dan berguna baginya untuk mencari
nafkah kelak.
21. Pasien yang dalam trance hipnotik dapat
mengingat ingatan yang tidak ada dalam
kesadaran dalam keadaan nonhipnotik.
Ingatan tersebut dapat diguna
22. Narkoterapi secara intravena disuntikkan
suatu hipnotikum dengan efek yang pendek
(umpamanya penthothal atau amital
natrium).
23. Psikoterapi kelompok adalah terapi di mana
orang yang memiliki penyakit emosional yang
telah dipilih secara cermat ditempatkan ke
dalam kelompok yang dibimbing oleh ahli
terapi yang terlatih untuk membantu satu
sama lainnya dalarn menjalani perubahan
kepribadian
24. Terapi perilaku, berusaha untuk
menghilangkan masalah perilaku khusus
secepat-cepatnya dengan mengawasi
perilaku belajar pasien.
25.
26.
27. Psikoterapi reedukatif
Tujuan: mengubah pola perilaku dengan
meniadakan kebiasaan tertentu dan membentuk
kebiasaan yang lebih menguntungkan. Prinsipnya
adalah dengan belajar. Pendekatannya antara
lain dengan terapi perilaku kognitif, terapi
kelompok, terapi keluarga, psikodrama, terapi
desensitisasi, relaksasi, dll. Pasien yang diterapi
dengan cara ini memiliki gangguan jiwa yang
dianggap berasal dari pengalaman belajar yang
salah (ex: tempat tinggi menakutkan, kucing
berbahaya, dll), sehingga perlu diajarkan
kembali bahwa semua itu tidak berbahaya.
28. Psikoterapi rekonstruktif atau insight oriented
Tujuan: membantu pasien untuk menilik (insight)
kondisi mental mereka serta untuk mengetahui gejala
dan faktor lain yang mempengaruhi gejala tersebut.
Terapist menggunakan pendekatan psikoanalitik (cara
Freud dan non-Freud) sehingga memerlukan waktu
yang panjang. Si terapist akan membantu pasien
untuk mengenal proses nirsdar yang mendasari
gejalanya, melalui analisis yang sistematik terhadap
kata-kata pasien, mekanisme defensifnya, analisis
mimpi, serta simbolisasi dari suatu hal yang buruk di
masa lalu. Contoh: pada pasien dengan gejala takut
gelap, terapist membantu pasien untuk berpikir,
merenung dan menggali apa sebenarnya yang ia
takutkan (bisa jadi gelap tersebut adalah simbolisasi
dari suatu hal buruk di masa lalu).
29. Konseling
Merupakan hubungan timbal balik antara
konselor dan klien untuk bekerjasama dalam
menyelesaikan masalah tertentu. Bedakan
konseling dengan psikoedukasi. Psikoedukasi
adalah proses memberikan edukasi atau
menyampaikan informasi yang mudah dicerna
pasien, dengan tujuan agar pasien dapat
memahami permasalahannya. Sedangkan
tujuan akhir dari konseling adalah
menguatkan
30. klien dalam menghadapi masalah hidup serta meningkatkan
keterampilan klien dalam menyelesaikan masalahnya atau dapat
mengurangi gejalanya.
KONSELING PSIKOEDUKASI
Bersifat pribadi (rahasia)
•Face to face (1-1)
•Menggali emosi yang kuat
•Fokus, punya tujuan yg spesifik
•Memberi informasi untuk memotivasi
perubahan perilaku
•Berorientasi pada “masalah”
•Berdasarkan keinginan klien*
*bila klien mengeluhkan kepalanya
pusing, konselor harus mengeksplorasi
pusing tsb, jgn menanyakan hal-hal
lain (ex: ibu demam nggak?)
•Tidak atau tidak terlalu rahasia
•Dlm kelompok kecil atau besar
•Emosi netral
•Bersifat umum
•informasi untuk meningkatkan
pengetahuan/ pemahaman
•Berorientasi pada “pesan”
•Berdasarkan kebutuhan kesehatan
publik