Dokumen tersebut merangkum tentang interferon, yaitu glikoprotein yang dibentuk oleh sel tubuh sebagai respon terhadap berbagai rangsang seperti virus. Terdapat tiga jenis interferon yaitu interferon-α, interferon-β, dan interferon-γ yang memiliki peran sebagai antivirus dan imunomodulator. Dokumen juga menjelaskan mekanisme kerja, fungsi, dan contoh penerapan interferon dalam pengobatan berbagai penyakit seperti hepatitis,
3. Definisi
Interferon adalah suatu senyawa
glikoprotein yang dibentuk oleh sel tubuh
akibat berbagai rangsang, spesifik terhadap
selinang tetapi tidak spesifik terhadap virus
(Mutschler, 1986). Interferon dipakai untuk
tujuan pengobatan karena berkhasiat sebagai
antiviral dan antiproliferatif, selain itu sebagai
imunomodulator. Senyawa interferon adalah
bagian dari sistem pertahanan tubuh nonspesifik
dan senyawa tersebut akan terinduksi pada
tahap awal infeksi virus.
3
4. KLASIFIKASI
INTERFERON
a) Interferon-α yang dibuat oleh sel-sel darah putih,
berperan sebagai molekulanti-viral.
b) Interferon-β dihasilkan oleh fibroblas dan dapat
bekerja pada hampir semua sel didalam tubuh
manusia
c) Interferon-γ dihasilkan oleh limfositsel T pembantu
dan hanya bekerja pada sel-sel tertentu, seperti
makrofag, sel endotelial, fibroblas, sel T sitotoksik,
dan limfosit B.
4
5. AKSI INTERFERON
Apabila sel terinfeksi virus, sel
yang mungkin akan rusak atau mati
memproduksi interferon sebagai respons
terhadap rangsang (stimuli) tersebut.
Interferon kemudian dibebaskan dan
berikatan dengan reseptor pada sel lain
(sel tetangga) yang belum terinfeksi.
Interferon akan menginduksi protein
antiviral apabila sel tetangga tersebut
diserang virus. Selain virus penginfeksi,
stimuli dapat berasal dari untai ganda
RNA, endotoksin, mitogen dan antigen.
5
6. FUNGSI INTERFERON
✦ A. Sebagai Antivirus Sebagai Antivirus
✦ B. Pengobatan Hepatitis B dan C
✦ C. Pengobatan SARS
✦ D. Pengobatan Penyakit Lain
✦ Interferon alfa-2a (Roferon-A) disetujui FDA untuk
mengobati Leukemia
✦ Interferon alfa-2b telah disetujui untuk pengobatan
Sarkoma
✦ Interferon beta-1b (Betaseron) dan interferon beta-1a
(Avonex) disetujui untuk pengobatan multiple sclerosis.
6
7. MEKANISME KERJA INTERFERON
Ketika sel mati karena virus RNA dan kemudian
mengalami lisis, ribuan virus ini akan menginfeksi sel – sel
terdekat. Sel – sel yang sebelumnya telah menerima interferon
akan memperingatkan sel – sel yang lain akan adanya “bahaya”
virus. Kemudian sel – sel tersebut akan mulai memproduksi
sejumlah besar protein yang dikenal dengan protein kinase
R(PKR). PKR secara tidak langsung diaktivasi oleh dsRNA
(sebenarnya oleh 2’-5’ oligoadenilat, yang diproduksi oleh 2’-5’
oligoadenilatsintetase yang diaktivasi oleh TLR3) dan kemudian
memulai transfer gugus fosfat (fosforilasi) ke suatu protein yang
dikenal sebagai elF2 (Eukaryotic Initiation Fakor 2/ Faktor
Inisiasi Translasi Eukariotik). Setelah fosforilasi, elF2 memiliki
kemampuan untuk menginisiasi translasi (memproduksi protein
– protein yang dikodekan oleh seluler mRNA).
7
8. 8
Lanjutan..
Kemampuan ini dapat mencegah
replikasi virus, menghambat fungsi ribosom sel
normal dan membunuh baik virus maupun sel
inang jika responnya menjadi aktif untuk
waktu yang cukup. Semua RNA didalam sel
juga akan terdegradasi, mencegah mRNA
ditranslasikan oleh elF2, jika beberapa elF2
gagal untuk difosforilasi (Tizard, 2004)
9. ✦ Interferon dapat menyababkan meningkatnya aktivitas
penginduksi p53 dalam sel – sel yang terinfeksi virus dan
meningkatkan produksi dari produk gen p53. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya apoptosis dan membatasi
kemampuan virus untuk menyebar. Meningkatnya level
transkripsi tidak terlihat dalam sel – sel yang tidak terinfeksi,
tetapi hanya sel – sel terinfeksi yang menunjukkan
peningkatan apoptosis. Dengan membiarkan gen ini inaktif,
maka akan membantu efek apoptosis. Dengan kata lain
interferon meningkatkan efek apoptosis dari p53, meskipun
tidak mutlak diperlukan. Sel – sel normal mengeluarkan
respon apoptosis yang lebih kuat dari sel – sel tanpa p53
(Tizard,2004).
9
10. ✦ Interferon dapat meningkatkan sekaligus menghambat
fungsi sel. Fungsi penghambat utamanya adalah
memperlambat pertumbuhan sel normal dan sel
neoplastic. IFN-Y meningkatkan kemampuan makrofag
untuk membunuh bakteri dan protozoa dengan cara
aktivasi makrofag. Aktivasi ini penting untuk
perkembangan resistensi terhadap mikroorganisme
pathogen tertentu. Sebagai contoh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, Rhodococcus equi.
10
11. ✦ Interferon juga memiliki efek komplek pada sel respon
imun sehingga dapat menekan reaksi campuran
limfosit tetapi juga meningkatkan graft rejection. IFN-y
meningkatkan atau menekan reaksi hipersensitivitas,
tergantung pada dosis dan waktunya. Interferon
meningkatkan aktivitas sel T sitotoksik dengan
menginduksi sel T untuk memproduksi reseptor IL-2
dan IL-2. Selain itu, interferon juga meningkatkan
aktivitas sel suppressor dengan menggertak sintesis
prostaglandin, ACTH, dan endorphin. Jadi interferon
dapat bersifat imunosupressif dan juga dapat
meningkatkan resistensi sel inang terhadap serangan
tumor dan virus (Tizard, 2004).
11
12. 12
EFEK SAMPING INTERFERON
Pertama, adanya efek samping yang dapat
timbul berupa gejala demam, nyeri otot,
malaise, dan sakit kepala.
Kedua, penggunaan interferon dalam jangka
waktu yang panjang akan menyebabkan
turunnya kemampuan organ penglihatan serta
dapat menyebabkan kerontokan rambut.
Ketiga, masa terapi interferon sangat lama,
bahkan mencapai lebih dari satu tahun. Ini
akan menyusahkan pasien karena interferon
biasanya dikonsumsi melalui infus.
13. 13
CONTOH PENERAPAN INTERFERON
Diambil dari jurnal berjudul “Hubungan Kadar
Interferon-Gamma Serum dengan Derajat Kepositifan
Sputum Basil Tahan Asam pada Tuberkulosis Paru Kasus
Baru” pada tahun 2018, yang ditulis oleh Andi Khomeini
Takdir, Erwin Arief, Nur Ahmad Tabri, Arifin Seweng
tertulis bahwa Interferon gamma (IFN-γ) yang merupakan
sitokin dari sel Th-1 penting dalam upaya mengeliminasi
M. tuberculosis. Interferon gamma ini berperan dalam
membentuk granuloma pasca infeksi M. tuberculosis.
Namun demikian, IFN-γ tidak hanya diproduksi untuk
mengeliminasi M. tuberculosis, tapi juga sebagai respon
terhadap bakteri intraseluler lainnya, komponen bakteri,
adanya Interleukin-12 (IL-12), kombinasi IL-12 dan
interleukin-18 (IL-18), atau IFN-γ.
14. Kadar IFN-γ yang diperoleh pada serum
pasien TB lebih tinggi dibandingkan subjek
kontrol. Hasil analisis menunjukkan bahwa
kadar IFN-γ subjek kontrol cukup rendah jika
dibandingkan dengan subjek dengan BTA
positif 3. Sementara median kadar IFN-γ
subjek dengan BTA positif 1 dan BTA positif
2 tidak terlihat perbedaan yang cukup
bermakna dengan subjek kontrol yang sehat.
Pada penelitian ini, dapat disimpulkan
bahwa kadar IFN-γ serum cenderung
meningkat seiring dengan bertambahnya
derajat kepositifan sputum BTA. Selain itu,
didapatkan hubungan yang signifikan secara
satatistik antara kadar IFN-γ serum dengan
derajat kepositifan sputum BTA.
Gambar 1. Blox plot kadar IFN-γ serum dengan derajat
kepositifan sputum BTA