SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
BAB I 
PENDAHULUAN 
i 
1.1 Latar Belakang 
Tubuh manusia terancam oleh sejumlah unsur penginvasi yang potensial baik 
alergen maupun mikroorganisme yang secara terus-menerus mengancam 
pertahanan permukaan tubuh. Sesudah sistem pertahanan tertembus, 
mikroorganisme akan bersaing dengan tubuh untuk mendapatkan nutrien dan jika 
hal ini dibiarkan berkembang tanpa dihalangi, mikroorganisme tersebut akan 
mengganggu sistem enzim serta menghancurkan jaringan tubuh yang penting. 
Untuk memberikan perlindungan terhadap unsur penginvasi ini, tubuh dilengkapi 
oleh sistem pertahanan yang rumit. Garis pertama pertahanan tersebut terdiri atas 
sel- sel epitel yang membungkus kulit dan membentuk dinding pelapis saluran 
napas, cerna dan kemih. Struktur serta kesinambungan permukaan ini dan 
resistensinya terhadap penetrasi merupakan penangkalan awal untuk menghalangi 
para penyerang. 
Salah satu mekanisme pertahanan tubuh yang paling efektif adalah 
kemampuannya untuk melengkapi diri sendiri dengan pelbagai senjata (antibodi) 
yang secara individual didesain agar sesuai dengan setiap penyerang yang baru, 
yaitu protein spesifik yang disebut antigen. Antibodi bereaksi dengan antigen 
lewat sejumlah cara : 
1. dengan menyalut permukaannya jika antigen tersebut berupa substansi 
tertentu, 
2. dengan menetralkannya jika antigen tersebut toksik, dan 
3. dengan mengendapkannya dari larutan jika antigen tersebut terlarutkan. 
Antibodi akan mempersiapkan antigen untuk mengalami proses yang 
dilakukan oleh sel-sel fagosit dari darah dan jaringan tubuh.
Bila antigen merupakan zat asing yang sejati, tubuh akan dilindungi terhadap 
atigen tersebut ; jika tidak , dapat terjadi imunopatologi. Kalau keadaan ini terjadi, 
respons imun yang dalam keadaan normal bersifat protektif akan mengakibatkan 
gangguan fungsi dalam sistem kekebalan tersebut. Kelainan hipersensitivitas 
(alergi) merupakan keadaan dimana tubuh menghasilkan respons yang tidak tepat 
atau yang berlebihan terhadap antigen spesifik 
2.2 Tujuan 
Untuk mengetahui materi Tipe I Anafilatik (cepat) 
i
BAB II 
PEMBAHASAN 
i 
2.1 Pengertian 
Anaflatik (cepat) merupakan suatu reaksi hipersensitivitas biasanya tidak 
akan terjadi sesudah kontak pertama kali dengan sebuah antigen. Reaksi terjadi 
pada kontak-ulang sesudah seseorang yang memiliki predisposisi mengalami 
sensitisasi. Sensititasi memulai respon humoral atau pembentukan antibodi. Untuk 
menambah pemahaman mengenai imunopatogenesis penyakit, reaksi 
hipersensitivitas telah diklasifikasikan oleh Gell dan Comombs menjadi empat 
tipe reaksi yang spesifik. Sebagian besar alergi dikenali sebagai reaksi 
hipersensitifitas tipe I atau tipe IV. 
Pengertian anafilaksis 
Anafilaksis merupakan respon klinis terhadap suatu reaksi imunologi cepat 
(hipersensitivitas tipe 1). Anafilaksis adalah repon berlebihan system imun yang 
melibatkan seluruh tubuh. Pelepasan histamine menyebabkan penurunan tekanan 
darah (syok) dan penyempitan saluran udara. Anafilaksis mematikan jika tidak 
ditangani segera. Gejala yang mungkin timbul adalah ruam merah, gatal, benjol, 
yang disebut urtikaria, pembengkakan pada wajah (angioedema) , serta kehilangan 
kesadaran. 
System pertahanan tubuh yang mampu beradaptasi ini terpusaat pada sel 
darah putih khusus, yaitu limfosit. Sel ini bereaksi terhadap serangan berbagai 
macam mikroorganisme. Rumitnya system ini bertujuan untuk menciptakan 
kekebalan , yaitu setelah serangan pertama, tubuh menjadi terlindung atau resisten 
terhadap serangan dari jenis mikroorganismeyang sama.
i 
2.2 Nodus limfa 
Nodus(kelenjar) limfa sangat penting bagi system pertahanan tubuh. 
Mereka menghasilkan dan menyimpan sel imun (limfosit) yang melindungi tubuh 
dari penyakit. Nadus limfa tersebar diseluh tubuh dan juga terpusat dalam 
kumpulan. Stiap nodus merupakan massa jaringan limfatik yang terbagi menjadi 
beberapa bagian oleh sekta jaringan ikat yang disebut tuberkula. Cairan limfa dari 
sebagian besar jaringan atau organ mengalir ke dalam satu nodus limfa atau lebih, 
untuk disaring dan dibersihkan, sebelum dialirkan ke aliran vena. Beberapa 
limfatik (pembuluh) kecil membawa limfa ke nodus, dan sebuah pembuluh limfa 
yang lebih besar mengedarkannya. Pembuluh limfa memiliki katub untuk 
memastikan arah aliran cairan limfa tetap ke satu arah. 
Nodus limfa memiliki besar diameter yag berbeda dari 1 sampai 25 mm, 
walaupun mereka dapat membengka di masa infeksi atau sakit. Dilapisi oleh 
kapsul jaringan ikat, mereka mengandung sinus, tempat sel draah putih 
pengembara , yaitu makrofag, memakan bakteri, juga benda asing lain dan 
kotoran. 
2.3 Produksi antibodi 
· Sel B dan Imunoglobulin 
Sel B atau lemposit B di program untuk memproduksi satu antibodi yang 
spesifik, kalau sebuah sel B menemukan sebuah antigen spesifik, sel tersebut akan 
menstimulasi produksi sel-sel plasma. Sel-sel plasma merupakan tempat produksi 
antibodi. Respons mekanisme ini terhadap sebuah antigen berupa pelimpahan ke 
luar antibodi dengan tujuan untuk menghancurkan dan menghilangkan antigen. 
Antibodi yang dibentuk oleh limfosit dan sel plasma sebagai respos 
terhadap situasi sitimulus imonugenik merupakan sekelompok protein yang 
dinamakan imunoglobulin.
i 
· Kelas – Kelas Imunoglobulin 
Ada lima kelas imunoglobulin yang diberi simbol sebagai berikut: IgE dan 
IgD, IgM dan IgA. Antibodi kelas IgM, IgG dan IgA dengan baik. Fungsi ini 
mencakup netralisasi toksin serta virus, dan presipitasi , aglutinasi serta liris 
bakteri dan bahan seluler lainnya. 
Kadar IgE meninggi pada gangguan alergik dan sebagian infeksi parasit, 
sel – sel yang memproduksi IgE terletak dalam mukosa respiratorius dan 
instestinal. Dua atau lebih molekul IgE akan meningkatkan dirinya dengan alergi 
dan memicu sel – sel mast atau basofil untuk melepaskan histamin, serotonin, 
kinin, SRS-A (slow-reacing substance of anaphilaxis) dan faktor neutrofil semua 
mediator ini menimbulkan raksi alergi kulit, asma dan hay fever. 
Penggabungan antibodi/antigen. Antibodi bergabung dengan antigen 
melalui suatu cara yang sangat istimewa dan digambarkan seperti anak kunci yang 
pas dengan lubang kuncinya. 
· Sel – Sel T 
Sel – sel T atau limfosit T, yaitu sekunder limfosit yang memiliki peranan 
utama dalam sistem imun, membantu sel B atau limfosit untuk memproduksi 
antibodi, Sel T bekerja dengan mensekresikan substansi yang dikenal sebagai 
limfokin; limfokin membantu respon imun dengan mendorong pertumbuhan sel, 
meningkatkan aktifitas sel, mengarahkan pengaliran aktivitas sel, menghancurkan 
sel target dan menstimulasi sel-sel makrofag. Makrofag akan mencerna antigen 
dan menyerahkan antigen tersebut kepada sel-sel T; sel –sel ini memulai respon 
imun dan membantu pengeluaran sel serta debris lainnya. 
Antigen Protein lengkap . Antigen protein lengkap, seperti bulu binatang, 
tepung sari (pollen) dan serum (istilah imunitas humoral mengacu pada substansi, 
termasuk antibodi. Yang terutama beredar dalam serum dan cairan limfe / getah 
bening) 
Substansi dengan Berat – Molekul Rendah, substansi dengan berat – 
molekul rendah, seperti obat –obatan, berfungsi sebagai hapten ( antigen yang 
tidak lengkap) yang terikat dengan jaringan atau protein serum untuk 
memproduksi sebuaj kompleks pembawa yang memulai respons antibodi.
Produksi antibodi IgE yang spesifik antigen memerlukan komunikasi aktif antara 
sel –sel makrofag, sel –sel T dan B . sensitisasi alergen dimulai ketika trointestinal 
atau kulit. Makrofag memproses antigen dan ruhi oleh sel T untuk mencapai 
maturitas menjadi sel palsma yang mensintesis seta mensekresikan antibodi 
imunoglobulin IgE yang spesifik –Antigen 
i 
· Mediator Kimia 
Ketika terjadi stimulasi sel-sel mast oleh antigen, suatu mediator kimia 
yang kuat akan dilepaskan dan mediator ini menimbulkan rangkaian kejadian 
fisiologik yang mengakibatkan berbagai gejala hipersensitivitas-cepat ada dau tipe 
mediator kimia: mediator primer yang sebelumnya dibentuk dan ditemukan dalam 
sel-sel mast atau basofil, dan mediator sekunder yang merupakan prekursor inaktir 
yang terbentuk atau yang dilepas sebagai reaksi terhadap mediator primer. 
Meditor primer dan sekunder yang paling prevalen. 
Mediator Primer 
Histamin : Histamin memainkan peranan yang penting dalam mengatur 
respons imun, Efek fisiologik histamin terhadap oragan – oragan penting 
mencakup (1) kontraksi otot polos bronkus yang menimbulkan gejala mengi serta 
bronkospasme,(2) dilatasi venula kecil dan kontriksi pembuluh darah yang besar 
sehingga terjadi eritema, edema serta urtikaria, Faktor kemotaktik Eosinofil pada 
reaksi Anafilaksis ( ECF-A;Eosinophil Chemotactic Factor Of Anaphylasis) . 
Faktor kemo taktil ini dibentuk sebelumnya dalam sel-sel dan kemudian 
dilepaskan melalui proses degrenalisasi untuk menghambat kerja leukotrien serta 
histamin. 
Leukotrien : Leukotrien merupakan mediator kimia yang memulai respon 
inflamasi, yang menimbulkan spasme bronkiolus yang terus menerus. 
Bradikinin : Bradikinin menyebabkan kontarksi otot polos bronkus dan 
pembuluh darah. Substansi ini meningkatkan permeabilitas kapiler yang 
mengakibatkan edema bradikinin menstimulasi serabut sel saraf dan 
menimbulkan rasa nyeri.
Serotonin : Serotonin dilepas pada terjadi agregasi trombosit dan 
menyebabkan kontraksi otot polos bronkus . 
Prostaglandin : Prostaglandin menimbulkan kontaraksi otot polos di 
samping vasodilatasi dan peningkatan permabilitas poembuluh darah. Demam dan 
nyeri yang terjadi pada inflamasi disebabkan sebagian oleh prostagalandin. 
· Alergi 
Alergi merupakan reseptor sistem imun yang tidak tepat dan kerapkali 
membahayakan terhadap substansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi alergi 
marupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat interaksi antara antigen 
dan antibodi. Kalau tubuh diinvasi oleh antigen yang biasanya berupa protein 
yang dikenali tubuh sebagai benda asing. Maka akan terjadi serangkaian 
peristiwa dengan tujuan untuk membuat penginvasi tersebut tidak berbahaya, 
menghancurkanya dan kemudian membebaskan tubuh darinya, kalau limfosit 
tereaksi terhadap antigen, kerapkali antibodi dihasilkan, reaksi alergi umum akan 
terjadi ketika sistem imun pada seseorang yang rentan bereaksi secara agresif 
terhadap suatu substansi yang normalanya tidak berbahaya (misal : debu, tepung 
sari gulma) produksi mediator kimia pada reaksi alergi dapat menimbulkan gejala 
yang dapat membawa kematian. 
Sistem imun tersusun dari banyak sel serta orang dan substansi yang disekresikan 
oleh sel -sel serta oragan-organ ini. Berbagai bagaian sistem imun ini harus 
bekerja bersama untuk memastikan pertahanan yang memadai terhadap para 
penginvasi (yaitu : virus, bakteri, substansi asing lainya) tanpa menghancurkan 
jaringan-jaringan tubuh sendiri lewat reaksi yang terlampau agresif. 
i
i 
2.4 Reaksi Alergi Tinjauan Fisiologik 
Alergen memicu sel B untuk membuat antibodi IgE yang akan terikat dengan 
sel mast. Kalau alergen yang sama muncul kembali, alergen ini akan terikat 
dengan IgE dan memicu sel mast untuk melepaskan zat-zat kimianya. 
Pemicu terjadinya Hipersensitivits Anafilaksis adalah : 
— Gigitan serangga 
— Makanan yang memicu alergi 
— Obat-obatan 
2.5 Tipe- tipe reaksi anafilaksis : 
Local . Reaksi anafilaksis local biasanya meliputi urikaria serta 
angioedema pada tempaat kontak dengan antigen dan dapat merupakan reaksi 
yang berat tetapi jarang fatal. 
Sistemik . Reaksi sistemik terjadi dalam tempo kurang lebih 30 menit 
sesudah kotak dalam system organ berikut ini : kardiovaskuler, respiratorius, 
gastrointestinal dan integument. 
Tipe I : Hipersensitivitas Anafilaktik 
Keadaan ini merupakan hipersentivitas anafilaktif seketika dengan reaksi yang 
dimulai dalam tempo beberapa menit sesudah terjadi kontak dengan antigen. 
Kalau mediator kimia terus dilepaskan, reaksi lambat dapat berlanjut sampai 24 
jam. Reaksi ini diantari oleh antigen IgE (reagin) dan bukan oleh antibodi IgG 
atau IgM. Hipersensitifitas tipe I memerlukan kontak sebelumnya dengan antigen 
yang spesifik sehingga terjadi produksi antibodi IgE oleh sel-sel plasma. Proses 
ini berlangsung dalam kelenjar limfe tempat sel-sel T helper membantu 
menggalakkan reaksi ini. Antibodi IgE akan terikat dengan reseptor membran 
pada sel-sel mast yang di jumpai dalam jaringan ikat basofil. Pada saat terjadi 
kontak ulang, antigen akan terikat dengan antibodi IgE didekat dan pengikatan ini 
mengaktifkan reaksi seluler yang memicu proses degranulasi serta pelepasan 
mediator kimia (histamin, leukotrien dan ECF-A (eosinophil chemotaric factor of 
anaphylaxis). Mediator kimia primer bertanggung jawab atas pelbagai gejala
hipersentivitas tipe I karena efeknya pada kulit, paru-paru dan traktus 
gastointestinal. 
Penyakit atopik 
Respons hipersensifitas tipe I mengakibatkan penyakit atopik ( alergi ) yang 
mengenai 10% hingga 20% dari populasi penduduk di A.S. Faktor genetik 
memainkan peranan dalam kerentanan terhadap penyakit ini. Gangguan yang di 
tandai oleh sifat atopik adalah anifilaksis, rinokonjungtivitas alergik, dermatitis 
atopik, Urtikaria serta angioedema, alergi gastroinstestinal dan asma. 
i 
Tipe II : Hipersensitivitas Sitotoksik 
Hipersensitifitas tipe II meliputi pengikatan antibody IgG atau IgM dengan 
antigen yang terikat sel. Akibat pengikatan antigen-antibodi berupa pengaktifan 
rantai komplemen dan destruksi sel yang men jadi tempat antigen terikat. 
Reaksi hipersensitifitas tipe II terlibat dalam penyakit miastenia gravis di 
mana tubuh secara keliru menghasilkan antibody terhadap reseptor normal ujung 
saraf. Anemia hemolitik imun karena obat, kelainan hemolitik Rh pada bayi baru 
lahir dan reaksi tranfusi darah yang tidak kompatibel merupakan contoh 
hipersensitivitas tipe II yang menimbulkan destrusi sel darah merah. 
Tipe III : Hipersensitivitas Kompleks Imun 
Kompleks imun terbentuk ketika antigen terikat denagan antibodi dan 
dibersihkan dari dalam sirkulasi darah lewat kerja fagosistik. Kalau kompleks ini 
bertumpuk dalam jaringan atau endotelium vaskuler, terdapat dua buah faktor 
yang turut menimbulkan ciderah, yaituh: peningkatan jumlah kompleks imun 
yang beredar dan adanya amina vasosktif . sebagai akibatnya terjadi peningkatan 
pemeabilitas vaskuler dan cederah jaringan. Persendihan dan ginjal merupakan 
organ yang terutama rentan terhadap tipe cederah ini. Hipersensivitas III berkaitan 
dengan sistematik lupus eritematotus, artritis rematoit, serum sickness, tipe 
tertentu nefritis dan beberapa tipe endokarditis bakterialis.
i 
Tipe IV : Hipersensitivitas Tipe-Lambat 
Reaksi ini, yang juga dikenal sebagai hipersensitifitas seluler, terjadi 24 hingga 72 
jam sesudah kontak dengan allergen. Hipersensitivitas tipe IV diantarai oleh 
makrofag dan sel-sel T yang sudah tersensitisasi. Contoh reaksi ini adalah efek 
penyuntikan intradermal antigen tuberculin atau PPD (purified protein derivative). 
Sel-sel T yang tersensitisasi akan bereaksi dengan antigen pada atau didekat 
penyuntikan. Pelepasan limfokin akan menarik, mengaktifkan, dan 
mempertahankan sel-sel makrofag pada tempat tersebut . Lisozim yang dilepas 
oleh sel makrofag akan menimbulkan kerusakan jaringan. Edema dan fibrin 
merupakan penyebab timbulnya reaksi tuberculin yang positif. Dermatitis kontak 
merupakan hipersensitifitas tipe IV yang terjadi akibat kontak dengan allergen 
seperti kosmetika, plester, obat-obat topical, bahan aditif obat dan racun tanaman. 
Kontak primer akan menimbulkan sensititasi; kontak ulang menyebabkan reaksi 
hipersensitivitas yang tersusun dari molekul dengan berat molekul rendah atau 
hapten yang terikat dengan protein atau pembawa dan kemudian diproses oleh sel-sel 
langerhans dalam kulit. Gejala yang terjadi mencakup keluhan gatal-gatal, 
eritema, dan lesi yang menonjol. 
TIPE I : 
Reaksi Patofisiologi Tanda dan 
Gejala 
Contoh klinis 
Anafilaktik (immediate, 
atopik, IgE ,mediated, 
reaginik) 
Antibodi IgE 
terikat dengan 
sel-sel tertentu; 
pengikatan 
antigen 
menyebabkan 
pelepasan amina 
vasoaktif dan 
Sistemik : 
angiodema; 
hipotensi; 
spasme 
bronkus,GL 
atau uterus 
stridor 
Lokal : 
Asma ekstrinsik, 
rinitis alergika 
musimen,anafilaksis 
sistemik,reaksi 
terhadap beberapa 
makananan dan 
obat, beberapa 
kasus urtikaria
i 
Tipe II : 
mediator lainya 
yang 
mengakibatkan 
permeabilitas, 
kontraksi otot 
polos serta 
eosinafil. 
urtikaria ekzem infantilis. 
Reaksi 
Sitotoksik 
(sitolitik, 
sitotoksisitas 
yang 
tergantung 
komplemen, 
reaksi yang 
menstimulasi 
sel) 
Patofisiologi 
Antibody IgG atau IgM 
terikat dgn antigen 
eksogenus. Keadaan ini 
dapat menyebabkan 
pengaktifan komplemen 
lewat C3 dengan 
fagositosis atau 
opsonisasi sel atau 
pengaktifan system 
komplemen yang penuh 
dgn sitolisis/kerusakan 
jaringan. 
Tanda dan 
Gejala 
Bervariasi 
menurut jenis 
penyakit: dapat 
mencakup 
dispnea, 
hemoptisis, panas. 
Contoh klinis 
Sindrom 
Goodpasture, 
anemia hemolitik 
autoimun, 
trombositopenia, 
pemfigus, 
pemfigoit, 
anemia peniposa, 
reaksi cangkokan 
hiperakut pada 
transplantasi 
ginjal, reaksi 
tranfusi, kelainan 
hemolitik pada 
bayi baru lahir, 
bbrp reaksi obat.
i 
Tipe III : 
Reaksi Patofisiologi Tanda dan Gejala Contoh klinis 
Kompleks 
Kompleks antigen-antibodi 
imun ( 
IgE atau 
kompleks 
solubel, 
kompleks 
toksik) 
IgM Bertumpuk 
dalam jaringan 
tempat kompleks 
tersebut 
mengaktifkan 
komplemen, Reaksi 
ini di tandai oleh 
infilitrasi leukosit 
polimorfonuklear 
dan pelepasan 
enzim-enzim 
proteolik lisosom 
serta faktor 
permeabilitas dalam 
jaringan yang 
menimbulkan reaksi 
inflamasi yang akut. 
Urtikaria; ruam 
multiformis,skarlati 
niformis atau 
mobiliformis;adeno 
pati ; nyeri sendi ; 
panas ; sindrom 
yang menyerupai 
serum sickness. 
Sistemik: serum 
sickness akibat 
serum, aobat atau 
antigen virus 
hepatitis ; 
glomerulonefritis 
akut; sistemik 
lupus 
eritematosus: 
krioglobulinemia 
lokal : reaksi 
arthus.
Tanda dan 
gejala 
Bervariasi 
menurut jenis 
penyakit; dapt 
mencakup panas, 
eritema, dan 
gatal-gatal 
i 
Tipe IV : 
Reaksi 
Lambat/dela 
yed(seluler, 
cell 
mediated, 
tipe-tuberkulin) 
Patofisiologi 
Sel penyampai - 
antigen akn 
m’sampaikan 
antigen kpd sel-sel 
T dengan 
adanya MHC. 
Sel-sel T yg sdh 
tersensititasi 
m’lepaskan 
limfokin yang 
dilepaskan; dan 
jaringan 
disekitarnya 
dirusak. 
Contoh klinis 
Dermatitis kontak, 
penyakit cangkokan – 
versus – resipien (graff 
– versus – host disease) 
rejeksi allograft, 
granuloma akibat 
mikroorganisme 
intraseluler, beberapa 
sensitivitas obat, 
tiroiditis hashimoto, 
tuberculosis, 
sarkadosis. 
Tanda dan gejala utama pada reaksi anafilaksis dapat digolongkan menjadi reaksi 
sistemik yang ringan, sedang dan berat. 
Ringan. Reaksi sistemik yang ringan terdiri atas rasa kesemutan serta 
hangat pada bagian perifer dan dapat disertai dengan perasaan penuh dalam mulut 
serta tenggorokan. Kongessti nasal , pembengkakan periobital, pruritus, bersin-bersin 
dan mata yang berair. 
Sedang. Reaksi sistemik yang sedang dapat mencakup salah satu gejala di 
atas di samping flushing, rasa hangat, cemas dan gatal-gatal. Reaksi yang lebih 
serius berupa bronkospasme dan edema saluran nafas atau laaring dengan dispnea 
, batuk serta mengi. 
Berat. Reaksi sistemik yang berat memiliki onset mendadak dengan tanda-tanda 
serta gejala yang sama seperti diuraikan di atas dan berjalan dengan cepat
hingga terjadi bronkospasme, edema laring, dipsnea berat serta sianosis. Disfagia 
(kesulitan bernafas), kram abdomen , vomitus, diare dan serangan kejang – kejang 
dapat terjadi. Kadang-kadang timbul henti jantung. 
Pengkajian pasien gangguan alergik umumnya mencakup pemerikasaan 
darah, sedian apus sekresi tubuh, tes kulit dan RAST ( Radio Allergo Sorbent 
Test). Hasil pemeriksaan darah laboratorium akan memberikan data-data suportif 
untuk pelbagai kemungkinan diagnosis; kendati demikian, hasil laboratorium 
bukan kriteria utama bagi penegakan diagnosis gangguan alergik. 
a. Pemberian obat Epineprin 
Indikasi : Pengobatan anafilaksis berupa bronkospasme akut atau eksaserbasi 
asthma yang berat. 
Kontraindikasi : Epinefrin jangan disuntikkan ke dalam jari tangan, ibu jari, 
hidung, dan genitalia, dapat menyebabkan nekrosis jaringan karena terjadi 
vasokonstriksi pembuluh kapiler. Epinefrin, terutama bila diberikan IV, 
kontraindikasi mutlak pada syok selain syok anafilaksi. 
Gangguan kardiovaskuler yang kontraindikasi epinefrin misalnya syok hemoragi, 
insufisiensi pembuluh koroner jantung, penyakit arteri koroner (mis., angina, 
infark miokard akut) dilatasi jantung dan aritmia jantung (takikardi). Efek 
epinefrin pada kardiovaskuler (mis., peningkatan kebutuhan oksigen miokard, 
kronotropik, potensial proaritmia, dan vasoaktivitas) dapat memperparah kondisi 
ini. 
Efek Samping : 
Kardiovaskuler : Angina, aritmia jantung, nyeri dada, flushing, hipertensi, 
peningkatan kebutuhan oksigen, pallor, palpitasi, kematian mendadak, takikardi 
(parenteral), vasokonstriksi, ektopi ventrikuler. 
Mekanisme Kerja : Menstimulasi reseptor alfa-, beta1-, dan beta2-adrenergik yang 
berefek relaksasi otot polos bronki, stimulasi jantung, dan dilatasi vaskulatur otot 
skelet; dosis kecil berefek vasodilatasi melalui reseptor beta2-vaskuler; dosis 
besar menyebabkan konstriksi otot polos vaskuler dan skelet. 
i
b. Kortikosteroid 
Mekanisme Kerja : menghambat kerja sel inflamasi, menghambat kebocoran 
pembuluh darah kapiler, menurunkan produksi mukus. 
Contoh obat : Hydrocortisone, Dexametason. 
Cara Pakai : Inhalasi. 
Efek Samping : atrofi (kerusakan kulit), dermatitis perioral (kuama sekitar bibir 
yang gatal dan panas), infeksi. 
Kontra Indikasi : Infeksi jamur sistemik, TB, kortikosteroid hipersensitivitas. 
Prognosis respon anafilaksis secara umum tergolong baik, dengan rasio 
mortalitas kurang dari 1 %. Akan tetapi, resiko kematian akibat respon anafilaksis 
tetap tinggi dan akan meningkat pada penderita asma atau jika penanganan tidak 
dilakukan secara tepat. 
i
BAB III 
PENUTUP 
i 
3.1. Kesimpulan 
Anafilaktik (cepat) merupakan suatu reaksi hipersensitivitas biasanya 
tidak akan terjadi sesudah kontak pertama kali dengan sebuah antigen. Reaksi 
terjadi pada kotak-ulang sesudah seseorang yang memiliki predisposisi 
mengalami sensitisasi . Anafilaksis merupakan respon klinis terhadap suatu reaksi 
imunologi cepat (hipersensitivitas tipe 1). Anafilaksis adalah repon berlebihan 
system imun yang melibatkan seluruh tubuh. Tipe anfilaksia ada beberapa yaitu : 
Local, reaksi anafilaksis local biasanya meliputi urtikaria serta angioedema pada 
tempat kontak dengan antigen dan dapat merupakan reaksi yang berat tetapi 
jarang fatal. Sistemik, reaksi sistemik terjadi dalam tempo kurang lebih 30 menit 
sesudah kontak dalam system organ berikut ini : kardiovaskuler, respiratorius, 
gastrointestinal dan integument . 
3.2 Saran 
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang 
sifatnya membangun sangkat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA 
 Parker Steve, 2009. Ensiklopedia Tubuh Manusia : Jakarta : Erlangga, hal. 
i 
158 
 Smeltzer C Suzanne dkk, Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Edisi 
8, vol. 3 : Jakarta EGC, hal. 1754-1766 
 Syarif Amir dr. SKM , SpFK, dkk, 2007. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5 
: Jakarta : Gaya Baru, hal. 66, 817
KATA PENGANTAR 
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan 
rahmat dan karunia nya serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan 
makalah Anafilatik. 
Makalah ini merupakan tugas Kelompok. Penulis mengucapkan terima 
kasih kepada Dosen serta semua pihak yang ikut membantu dalam pembuatan 
makalah ini, sehingga akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. 
Penulis juga mohon kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan 
i 
makalah ini. 
Raha, November 2013 
Penulis
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i 
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii 
BAB I PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1 
1.2 Tujuan................................................................................................................ 2 
BAB II PEMBAHASAN 
2.1 Pengertian Anaflatik ........................................................................................... 3 
2.2 Nodus Linfa ........................................................................................................ 4 
2.3 Produksi Anti Bodi ............................................................................................ 4 
2.4 rekasi alergi tinjauan fisiologi ............................................................................ 8 
2.5 tipe-tipe reaksi anafilaksis..................................................................................8 
BAB III PENUTUP 
3.1Kesimpulan.......................................................................................................16 
3.2 Saran................................................................................................................16 
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17 
LAMPIRAN 
i
i 
TUGAS : KELOMPOK 
MAKALAH 
TIPE I ANAFILAKTIK (CEPAT) 
DI SUSUN OLEH: 
KELOMPOK I 
1. RARI FATIMA 
2. HARTINA 
3. INDA NIRWANA 
4. DEWI KUSUMA NINGSIH 
5. WA ODE WAHYUNI 
6. MARIANI 
7. JUMIRA 
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE 
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA 
KABUPATEN MUNA 
2013

More Related Content

What's hot

Sistem imunologi (noviana kibas)
Sistem imunologi (noviana kibas)Sistem imunologi (noviana kibas)
Sistem imunologi (noviana kibas)stikesby kebidanan
 
Sistem pertahanan tubuh (sistem limfatik)
Sistem pertahanan tubuh (sistem limfatik)Sistem pertahanan tubuh (sistem limfatik)
Sistem pertahanan tubuh (sistem limfatik)Soga Biliyan Jaya
 
Sistem imun
Sistem imunSistem imun
Sistem imunphrast
 
Sistem Pertahanan Tubuh Oleh Ismail
Sistem Pertahanan Tubuh  Oleh IsmailSistem Pertahanan Tubuh  Oleh Ismail
Sistem Pertahanan Tubuh Oleh IsmailIsmail Fizh
 
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan TubuhPPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan TubuhNida Chofiya
 
Anatomi Sistem imun
Anatomi Sistem imunAnatomi Sistem imun
Anatomi Sistem imunYesi Tika
 
Hipersensitivitas
HipersensitivitasHipersensitivitas
Hipersensitivitasimam abidin
 
Alergi dan hipersensitivitas
Alergi dan hipersensitivitasAlergi dan hipersensitivitas
Alergi dan hipersensitivitasInyong Budiono
 

What's hot (12)

Sistem imunologi (noviana kibas)
Sistem imunologi (noviana kibas)Sistem imunologi (noviana kibas)
Sistem imunologi (noviana kibas)
 
Sistem pertahanan tubuh (sistem limfatik)
Sistem pertahanan tubuh (sistem limfatik)Sistem pertahanan tubuh (sistem limfatik)
Sistem pertahanan tubuh (sistem limfatik)
 
Sistem imun
Sistem imunSistem imun
Sistem imun
 
Sistem Pertahanan Tubuh Oleh Ismail
Sistem Pertahanan Tubuh  Oleh IsmailSistem Pertahanan Tubuh  Oleh Ismail
Sistem Pertahanan Tubuh Oleh Ismail
 
Makalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitasMakalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitas
 
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan TubuhPPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
 
Anatomi Sistem imun
Anatomi Sistem imunAnatomi Sistem imun
Anatomi Sistem imun
 
Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7
 
Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2
 
Hipersensitivitas
HipersensitivitasHipersensitivitas
Hipersensitivitas
 
Hipersensitivitas
HipersensitivitasHipersensitivitas
Hipersensitivitas
 
Alergi dan hipersensitivitas
Alergi dan hipersensitivitasAlergi dan hipersensitivitas
Alergi dan hipersensitivitas
 

Viewers also liked

Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaanMakalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaanSeptian Muna Barakati
 
Makalah manajemen pendidikan sekolah
Makalah manajemen pendidikan sekolahMakalah manajemen pendidikan sekolah
Makalah manajemen pendidikan sekolahSeptian Muna Barakati
 
Makalah bahasa inggris pencemaran lingkungan
Makalah bahasa  inggris pencemaran lingkunganMakalah bahasa  inggris pencemaran lingkungan
Makalah bahasa inggris pencemaran lingkunganSeptian Muna Barakati
 
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifMakalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifSeptian Muna Barakati
 
Makalah sentralisasi dan desentralisasi
Makalah sentralisasi dan desentralisasiMakalah sentralisasi dan desentralisasi
Makalah sentralisasi dan desentralisasiSeptian Muna Barakati
 
Makalah bahasa inggris permasalahan pendidikan di indonesia
Makalah bahasa inggris permasalahan pendidikan di indonesiaMakalah bahasa inggris permasalahan pendidikan di indonesia
Makalah bahasa inggris permasalahan pendidikan di indonesiaSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan olahraga dengan kesehatan
Makalah hubungan olahraga dengan kesehatanMakalah hubungan olahraga dengan kesehatan
Makalah hubungan olahraga dengan kesehatanSeptian Muna Barakati
 

Viewers also liked (19)

Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaanMakalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
 
Makalah asuhan hiv aids
Makalah asuhan hiv aidsMakalah asuhan hiv aids
Makalah asuhan hiv aids
 
Makalah pengobatan mata 2
Makalah pengobatan mata 2Makalah pengobatan mata 2
Makalah pengobatan mata 2
 
Makalah alat indra
Makalah alat indraMakalah alat indra
Makalah alat indra
 
Makalah manajemen pendidikan sekolah
Makalah manajemen pendidikan sekolahMakalah manajemen pendidikan sekolah
Makalah manajemen pendidikan sekolah
 
Makalah analisa kepemimpinan
Makalah analisa kepemimpinanMakalah analisa kepemimpinan
Makalah analisa kepemimpinan
 
Makalah bahasa inggris pencemaran lingkungan
Makalah bahasa  inggris pencemaran lingkunganMakalah bahasa  inggris pencemaran lingkungan
Makalah bahasa inggris pencemaran lingkungan
 
Makalah amilun
Makalah amilunMakalah amilun
Makalah amilun
 
Makalah penyakit jantung
Makalah penyakit jantungMakalah penyakit jantung
Makalah penyakit jantung
 
Makalah macam macam imunoglobulin3
Makalah macam macam imunoglobulin3Makalah macam macam imunoglobulin3
Makalah macam macam imunoglobulin3
 
Contoh soal
Contoh soalContoh soal
Contoh soal
 
Makalah manajemen koperasi dan ukm
Makalah manajemen koperasi dan ukmMakalah manajemen koperasi dan ukm
Makalah manajemen koperasi dan ukm
 
Makalah maful mutlaq
Makalah maful mutlaqMakalah maful mutlaq
Makalah maful mutlaq
 
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifMakalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
 
Makalah sentralisasi dan desentralisasi
Makalah sentralisasi dan desentralisasiMakalah sentralisasi dan desentralisasi
Makalah sentralisasi dan desentralisasi
 
Makalah mahar dalam perkawinan
Makalah mahar dalam perkawinanMakalah mahar dalam perkawinan
Makalah mahar dalam perkawinan
 
Makalah makanan khas kabupaten muna
Makalah makanan khas kabupaten munaMakalah makanan khas kabupaten muna
Makalah makanan khas kabupaten muna
 
Makalah bahasa inggris permasalahan pendidikan di indonesia
Makalah bahasa inggris permasalahan pendidikan di indonesiaMakalah bahasa inggris permasalahan pendidikan di indonesia
Makalah bahasa inggris permasalahan pendidikan di indonesia
 
Makalah hubungan olahraga dengan kesehatan
Makalah hubungan olahraga dengan kesehatanMakalah hubungan olahraga dengan kesehatan
Makalah hubungan olahraga dengan kesehatan
 

Similar to Tipe I Anafilatik

Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktifWarnet Raha
 
Makalah tekayasa genetika dan sistem imun
Makalah tekayasa genetika dan sistem imunMakalah tekayasa genetika dan sistem imun
Makalah tekayasa genetika dan sistem imunMJM Networks
 
Sistem imun akper
Sistem imun akperSistem imun akper
Sistem imun akpermateri-x2
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMJM Networks
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMJM Networks
 
kuliahs1s2prinsipdasarsistemimun.ppt
kuliahs1s2prinsipdasarsistemimun.pptkuliahs1s2prinsipdasarsistemimun.ppt
kuliahs1s2prinsipdasarsistemimun.pptDepartemenTHTKLFKUSU
 

Similar to Tipe I Anafilatik (20)

Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
 
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
 
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
 
Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2
 
Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2
 
Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2
 
Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7
 
Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7
 
Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7
 
Makalah tekayasa genetika dan sistem imun
Makalah tekayasa genetika dan sistem imunMakalah tekayasa genetika dan sistem imun
Makalah tekayasa genetika dan sistem imun
 
Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2
 
Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7
 
Makalah macam macam imunoglobulin
Makalah macam macam imunoglobulinMakalah macam macam imunoglobulin
Makalah macam macam imunoglobulin
 
Makalah imunoglobin fitri andriani
Makalah imunoglobin fitri andrianiMakalah imunoglobin fitri andriani
Makalah imunoglobin fitri andriani
 
Sistem imun akper
Sistem imun akperSistem imun akper
Sistem imun akper
 
Makalah imunoglobin fitri andriani
Makalah imunoglobin fitri andrianiMakalah imunoglobin fitri andriani
Makalah imunoglobin fitri andriani
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
 
Sistem imun.ppt
Sistem imun.pptSistem imun.ppt
Sistem imun.ppt
 
kuliahs1s2prinsipdasarsistemimun.ppt
kuliahs1s2prinsipdasarsistemimun.pptkuliahs1s2prinsipdasarsistemimun.ppt
kuliahs1s2prinsipdasarsistemimun.ppt
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Recently uploaded

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 

Recently uploaded (20)

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 

Tipe I Anafilatik

  • 1. BAB I PENDAHULUAN i 1.1 Latar Belakang Tubuh manusia terancam oleh sejumlah unsur penginvasi yang potensial baik alergen maupun mikroorganisme yang secara terus-menerus mengancam pertahanan permukaan tubuh. Sesudah sistem pertahanan tertembus, mikroorganisme akan bersaing dengan tubuh untuk mendapatkan nutrien dan jika hal ini dibiarkan berkembang tanpa dihalangi, mikroorganisme tersebut akan mengganggu sistem enzim serta menghancurkan jaringan tubuh yang penting. Untuk memberikan perlindungan terhadap unsur penginvasi ini, tubuh dilengkapi oleh sistem pertahanan yang rumit. Garis pertama pertahanan tersebut terdiri atas sel- sel epitel yang membungkus kulit dan membentuk dinding pelapis saluran napas, cerna dan kemih. Struktur serta kesinambungan permukaan ini dan resistensinya terhadap penetrasi merupakan penangkalan awal untuk menghalangi para penyerang. Salah satu mekanisme pertahanan tubuh yang paling efektif adalah kemampuannya untuk melengkapi diri sendiri dengan pelbagai senjata (antibodi) yang secara individual didesain agar sesuai dengan setiap penyerang yang baru, yaitu protein spesifik yang disebut antigen. Antibodi bereaksi dengan antigen lewat sejumlah cara : 1. dengan menyalut permukaannya jika antigen tersebut berupa substansi tertentu, 2. dengan menetralkannya jika antigen tersebut toksik, dan 3. dengan mengendapkannya dari larutan jika antigen tersebut terlarutkan. Antibodi akan mempersiapkan antigen untuk mengalami proses yang dilakukan oleh sel-sel fagosit dari darah dan jaringan tubuh.
  • 2. Bila antigen merupakan zat asing yang sejati, tubuh akan dilindungi terhadap atigen tersebut ; jika tidak , dapat terjadi imunopatologi. Kalau keadaan ini terjadi, respons imun yang dalam keadaan normal bersifat protektif akan mengakibatkan gangguan fungsi dalam sistem kekebalan tersebut. Kelainan hipersensitivitas (alergi) merupakan keadaan dimana tubuh menghasilkan respons yang tidak tepat atau yang berlebihan terhadap antigen spesifik 2.2 Tujuan Untuk mengetahui materi Tipe I Anafilatik (cepat) i
  • 3. BAB II PEMBAHASAN i 2.1 Pengertian Anaflatik (cepat) merupakan suatu reaksi hipersensitivitas biasanya tidak akan terjadi sesudah kontak pertama kali dengan sebuah antigen. Reaksi terjadi pada kontak-ulang sesudah seseorang yang memiliki predisposisi mengalami sensitisasi. Sensititasi memulai respon humoral atau pembentukan antibodi. Untuk menambah pemahaman mengenai imunopatogenesis penyakit, reaksi hipersensitivitas telah diklasifikasikan oleh Gell dan Comombs menjadi empat tipe reaksi yang spesifik. Sebagian besar alergi dikenali sebagai reaksi hipersensitifitas tipe I atau tipe IV. Pengertian anafilaksis Anafilaksis merupakan respon klinis terhadap suatu reaksi imunologi cepat (hipersensitivitas tipe 1). Anafilaksis adalah repon berlebihan system imun yang melibatkan seluruh tubuh. Pelepasan histamine menyebabkan penurunan tekanan darah (syok) dan penyempitan saluran udara. Anafilaksis mematikan jika tidak ditangani segera. Gejala yang mungkin timbul adalah ruam merah, gatal, benjol, yang disebut urtikaria, pembengkakan pada wajah (angioedema) , serta kehilangan kesadaran. System pertahanan tubuh yang mampu beradaptasi ini terpusaat pada sel darah putih khusus, yaitu limfosit. Sel ini bereaksi terhadap serangan berbagai macam mikroorganisme. Rumitnya system ini bertujuan untuk menciptakan kekebalan , yaitu setelah serangan pertama, tubuh menjadi terlindung atau resisten terhadap serangan dari jenis mikroorganismeyang sama.
  • 4. i 2.2 Nodus limfa Nodus(kelenjar) limfa sangat penting bagi system pertahanan tubuh. Mereka menghasilkan dan menyimpan sel imun (limfosit) yang melindungi tubuh dari penyakit. Nadus limfa tersebar diseluh tubuh dan juga terpusat dalam kumpulan. Stiap nodus merupakan massa jaringan limfatik yang terbagi menjadi beberapa bagian oleh sekta jaringan ikat yang disebut tuberkula. Cairan limfa dari sebagian besar jaringan atau organ mengalir ke dalam satu nodus limfa atau lebih, untuk disaring dan dibersihkan, sebelum dialirkan ke aliran vena. Beberapa limfatik (pembuluh) kecil membawa limfa ke nodus, dan sebuah pembuluh limfa yang lebih besar mengedarkannya. Pembuluh limfa memiliki katub untuk memastikan arah aliran cairan limfa tetap ke satu arah. Nodus limfa memiliki besar diameter yag berbeda dari 1 sampai 25 mm, walaupun mereka dapat membengka di masa infeksi atau sakit. Dilapisi oleh kapsul jaringan ikat, mereka mengandung sinus, tempat sel draah putih pengembara , yaitu makrofag, memakan bakteri, juga benda asing lain dan kotoran. 2.3 Produksi antibodi · Sel B dan Imunoglobulin Sel B atau lemposit B di program untuk memproduksi satu antibodi yang spesifik, kalau sebuah sel B menemukan sebuah antigen spesifik, sel tersebut akan menstimulasi produksi sel-sel plasma. Sel-sel plasma merupakan tempat produksi antibodi. Respons mekanisme ini terhadap sebuah antigen berupa pelimpahan ke luar antibodi dengan tujuan untuk menghancurkan dan menghilangkan antigen. Antibodi yang dibentuk oleh limfosit dan sel plasma sebagai respos terhadap situasi sitimulus imonugenik merupakan sekelompok protein yang dinamakan imunoglobulin.
  • 5. i · Kelas – Kelas Imunoglobulin Ada lima kelas imunoglobulin yang diberi simbol sebagai berikut: IgE dan IgD, IgM dan IgA. Antibodi kelas IgM, IgG dan IgA dengan baik. Fungsi ini mencakup netralisasi toksin serta virus, dan presipitasi , aglutinasi serta liris bakteri dan bahan seluler lainnya. Kadar IgE meninggi pada gangguan alergik dan sebagian infeksi parasit, sel – sel yang memproduksi IgE terletak dalam mukosa respiratorius dan instestinal. Dua atau lebih molekul IgE akan meningkatkan dirinya dengan alergi dan memicu sel – sel mast atau basofil untuk melepaskan histamin, serotonin, kinin, SRS-A (slow-reacing substance of anaphilaxis) dan faktor neutrofil semua mediator ini menimbulkan raksi alergi kulit, asma dan hay fever. Penggabungan antibodi/antigen. Antibodi bergabung dengan antigen melalui suatu cara yang sangat istimewa dan digambarkan seperti anak kunci yang pas dengan lubang kuncinya. · Sel – Sel T Sel – sel T atau limfosit T, yaitu sekunder limfosit yang memiliki peranan utama dalam sistem imun, membantu sel B atau limfosit untuk memproduksi antibodi, Sel T bekerja dengan mensekresikan substansi yang dikenal sebagai limfokin; limfokin membantu respon imun dengan mendorong pertumbuhan sel, meningkatkan aktifitas sel, mengarahkan pengaliran aktivitas sel, menghancurkan sel target dan menstimulasi sel-sel makrofag. Makrofag akan mencerna antigen dan menyerahkan antigen tersebut kepada sel-sel T; sel –sel ini memulai respon imun dan membantu pengeluaran sel serta debris lainnya. Antigen Protein lengkap . Antigen protein lengkap, seperti bulu binatang, tepung sari (pollen) dan serum (istilah imunitas humoral mengacu pada substansi, termasuk antibodi. Yang terutama beredar dalam serum dan cairan limfe / getah bening) Substansi dengan Berat – Molekul Rendah, substansi dengan berat – molekul rendah, seperti obat –obatan, berfungsi sebagai hapten ( antigen yang tidak lengkap) yang terikat dengan jaringan atau protein serum untuk memproduksi sebuaj kompleks pembawa yang memulai respons antibodi.
  • 6. Produksi antibodi IgE yang spesifik antigen memerlukan komunikasi aktif antara sel –sel makrofag, sel –sel T dan B . sensitisasi alergen dimulai ketika trointestinal atau kulit. Makrofag memproses antigen dan ruhi oleh sel T untuk mencapai maturitas menjadi sel palsma yang mensintesis seta mensekresikan antibodi imunoglobulin IgE yang spesifik –Antigen i · Mediator Kimia Ketika terjadi stimulasi sel-sel mast oleh antigen, suatu mediator kimia yang kuat akan dilepaskan dan mediator ini menimbulkan rangkaian kejadian fisiologik yang mengakibatkan berbagai gejala hipersensitivitas-cepat ada dau tipe mediator kimia: mediator primer yang sebelumnya dibentuk dan ditemukan dalam sel-sel mast atau basofil, dan mediator sekunder yang merupakan prekursor inaktir yang terbentuk atau yang dilepas sebagai reaksi terhadap mediator primer. Meditor primer dan sekunder yang paling prevalen. Mediator Primer Histamin : Histamin memainkan peranan yang penting dalam mengatur respons imun, Efek fisiologik histamin terhadap oragan – oragan penting mencakup (1) kontraksi otot polos bronkus yang menimbulkan gejala mengi serta bronkospasme,(2) dilatasi venula kecil dan kontriksi pembuluh darah yang besar sehingga terjadi eritema, edema serta urtikaria, Faktor kemotaktik Eosinofil pada reaksi Anafilaksis ( ECF-A;Eosinophil Chemotactic Factor Of Anaphylasis) . Faktor kemo taktil ini dibentuk sebelumnya dalam sel-sel dan kemudian dilepaskan melalui proses degrenalisasi untuk menghambat kerja leukotrien serta histamin. Leukotrien : Leukotrien merupakan mediator kimia yang memulai respon inflamasi, yang menimbulkan spasme bronkiolus yang terus menerus. Bradikinin : Bradikinin menyebabkan kontarksi otot polos bronkus dan pembuluh darah. Substansi ini meningkatkan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan edema bradikinin menstimulasi serabut sel saraf dan menimbulkan rasa nyeri.
  • 7. Serotonin : Serotonin dilepas pada terjadi agregasi trombosit dan menyebabkan kontraksi otot polos bronkus . Prostaglandin : Prostaglandin menimbulkan kontaraksi otot polos di samping vasodilatasi dan peningkatan permabilitas poembuluh darah. Demam dan nyeri yang terjadi pada inflamasi disebabkan sebagian oleh prostagalandin. · Alergi Alergi merupakan reseptor sistem imun yang tidak tepat dan kerapkali membahayakan terhadap substansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi alergi marupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat interaksi antara antigen dan antibodi. Kalau tubuh diinvasi oleh antigen yang biasanya berupa protein yang dikenali tubuh sebagai benda asing. Maka akan terjadi serangkaian peristiwa dengan tujuan untuk membuat penginvasi tersebut tidak berbahaya, menghancurkanya dan kemudian membebaskan tubuh darinya, kalau limfosit tereaksi terhadap antigen, kerapkali antibodi dihasilkan, reaksi alergi umum akan terjadi ketika sistem imun pada seseorang yang rentan bereaksi secara agresif terhadap suatu substansi yang normalanya tidak berbahaya (misal : debu, tepung sari gulma) produksi mediator kimia pada reaksi alergi dapat menimbulkan gejala yang dapat membawa kematian. Sistem imun tersusun dari banyak sel serta orang dan substansi yang disekresikan oleh sel -sel serta oragan-organ ini. Berbagai bagaian sistem imun ini harus bekerja bersama untuk memastikan pertahanan yang memadai terhadap para penginvasi (yaitu : virus, bakteri, substansi asing lainya) tanpa menghancurkan jaringan-jaringan tubuh sendiri lewat reaksi yang terlampau agresif. i
  • 8. i 2.4 Reaksi Alergi Tinjauan Fisiologik Alergen memicu sel B untuk membuat antibodi IgE yang akan terikat dengan sel mast. Kalau alergen yang sama muncul kembali, alergen ini akan terikat dengan IgE dan memicu sel mast untuk melepaskan zat-zat kimianya. Pemicu terjadinya Hipersensitivits Anafilaksis adalah : — Gigitan serangga — Makanan yang memicu alergi — Obat-obatan 2.5 Tipe- tipe reaksi anafilaksis : Local . Reaksi anafilaksis local biasanya meliputi urikaria serta angioedema pada tempaat kontak dengan antigen dan dapat merupakan reaksi yang berat tetapi jarang fatal. Sistemik . Reaksi sistemik terjadi dalam tempo kurang lebih 30 menit sesudah kotak dalam system organ berikut ini : kardiovaskuler, respiratorius, gastrointestinal dan integument. Tipe I : Hipersensitivitas Anafilaktik Keadaan ini merupakan hipersentivitas anafilaktif seketika dengan reaksi yang dimulai dalam tempo beberapa menit sesudah terjadi kontak dengan antigen. Kalau mediator kimia terus dilepaskan, reaksi lambat dapat berlanjut sampai 24 jam. Reaksi ini diantari oleh antigen IgE (reagin) dan bukan oleh antibodi IgG atau IgM. Hipersensitifitas tipe I memerlukan kontak sebelumnya dengan antigen yang spesifik sehingga terjadi produksi antibodi IgE oleh sel-sel plasma. Proses ini berlangsung dalam kelenjar limfe tempat sel-sel T helper membantu menggalakkan reaksi ini. Antibodi IgE akan terikat dengan reseptor membran pada sel-sel mast yang di jumpai dalam jaringan ikat basofil. Pada saat terjadi kontak ulang, antigen akan terikat dengan antibodi IgE didekat dan pengikatan ini mengaktifkan reaksi seluler yang memicu proses degranulasi serta pelepasan mediator kimia (histamin, leukotrien dan ECF-A (eosinophil chemotaric factor of anaphylaxis). Mediator kimia primer bertanggung jawab atas pelbagai gejala
  • 9. hipersentivitas tipe I karena efeknya pada kulit, paru-paru dan traktus gastointestinal. Penyakit atopik Respons hipersensifitas tipe I mengakibatkan penyakit atopik ( alergi ) yang mengenai 10% hingga 20% dari populasi penduduk di A.S. Faktor genetik memainkan peranan dalam kerentanan terhadap penyakit ini. Gangguan yang di tandai oleh sifat atopik adalah anifilaksis, rinokonjungtivitas alergik, dermatitis atopik, Urtikaria serta angioedema, alergi gastroinstestinal dan asma. i Tipe II : Hipersensitivitas Sitotoksik Hipersensitifitas tipe II meliputi pengikatan antibody IgG atau IgM dengan antigen yang terikat sel. Akibat pengikatan antigen-antibodi berupa pengaktifan rantai komplemen dan destruksi sel yang men jadi tempat antigen terikat. Reaksi hipersensitifitas tipe II terlibat dalam penyakit miastenia gravis di mana tubuh secara keliru menghasilkan antibody terhadap reseptor normal ujung saraf. Anemia hemolitik imun karena obat, kelainan hemolitik Rh pada bayi baru lahir dan reaksi tranfusi darah yang tidak kompatibel merupakan contoh hipersensitivitas tipe II yang menimbulkan destrusi sel darah merah. Tipe III : Hipersensitivitas Kompleks Imun Kompleks imun terbentuk ketika antigen terikat denagan antibodi dan dibersihkan dari dalam sirkulasi darah lewat kerja fagosistik. Kalau kompleks ini bertumpuk dalam jaringan atau endotelium vaskuler, terdapat dua buah faktor yang turut menimbulkan ciderah, yaituh: peningkatan jumlah kompleks imun yang beredar dan adanya amina vasosktif . sebagai akibatnya terjadi peningkatan pemeabilitas vaskuler dan cederah jaringan. Persendihan dan ginjal merupakan organ yang terutama rentan terhadap tipe cederah ini. Hipersensivitas III berkaitan dengan sistematik lupus eritematotus, artritis rematoit, serum sickness, tipe tertentu nefritis dan beberapa tipe endokarditis bakterialis.
  • 10. i Tipe IV : Hipersensitivitas Tipe-Lambat Reaksi ini, yang juga dikenal sebagai hipersensitifitas seluler, terjadi 24 hingga 72 jam sesudah kontak dengan allergen. Hipersensitivitas tipe IV diantarai oleh makrofag dan sel-sel T yang sudah tersensitisasi. Contoh reaksi ini adalah efek penyuntikan intradermal antigen tuberculin atau PPD (purified protein derivative). Sel-sel T yang tersensitisasi akan bereaksi dengan antigen pada atau didekat penyuntikan. Pelepasan limfokin akan menarik, mengaktifkan, dan mempertahankan sel-sel makrofag pada tempat tersebut . Lisozim yang dilepas oleh sel makrofag akan menimbulkan kerusakan jaringan. Edema dan fibrin merupakan penyebab timbulnya reaksi tuberculin yang positif. Dermatitis kontak merupakan hipersensitifitas tipe IV yang terjadi akibat kontak dengan allergen seperti kosmetika, plester, obat-obat topical, bahan aditif obat dan racun tanaman. Kontak primer akan menimbulkan sensititasi; kontak ulang menyebabkan reaksi hipersensitivitas yang tersusun dari molekul dengan berat molekul rendah atau hapten yang terikat dengan protein atau pembawa dan kemudian diproses oleh sel-sel langerhans dalam kulit. Gejala yang terjadi mencakup keluhan gatal-gatal, eritema, dan lesi yang menonjol. TIPE I : Reaksi Patofisiologi Tanda dan Gejala Contoh klinis Anafilaktik (immediate, atopik, IgE ,mediated, reaginik) Antibodi IgE terikat dengan sel-sel tertentu; pengikatan antigen menyebabkan pelepasan amina vasoaktif dan Sistemik : angiodema; hipotensi; spasme bronkus,GL atau uterus stridor Lokal : Asma ekstrinsik, rinitis alergika musimen,anafilaksis sistemik,reaksi terhadap beberapa makananan dan obat, beberapa kasus urtikaria
  • 11. i Tipe II : mediator lainya yang mengakibatkan permeabilitas, kontraksi otot polos serta eosinafil. urtikaria ekzem infantilis. Reaksi Sitotoksik (sitolitik, sitotoksisitas yang tergantung komplemen, reaksi yang menstimulasi sel) Patofisiologi Antibody IgG atau IgM terikat dgn antigen eksogenus. Keadaan ini dapat menyebabkan pengaktifan komplemen lewat C3 dengan fagositosis atau opsonisasi sel atau pengaktifan system komplemen yang penuh dgn sitolisis/kerusakan jaringan. Tanda dan Gejala Bervariasi menurut jenis penyakit: dapat mencakup dispnea, hemoptisis, panas. Contoh klinis Sindrom Goodpasture, anemia hemolitik autoimun, trombositopenia, pemfigus, pemfigoit, anemia peniposa, reaksi cangkokan hiperakut pada transplantasi ginjal, reaksi tranfusi, kelainan hemolitik pada bayi baru lahir, bbrp reaksi obat.
  • 12. i Tipe III : Reaksi Patofisiologi Tanda dan Gejala Contoh klinis Kompleks Kompleks antigen-antibodi imun ( IgE atau kompleks solubel, kompleks toksik) IgM Bertumpuk dalam jaringan tempat kompleks tersebut mengaktifkan komplemen, Reaksi ini di tandai oleh infilitrasi leukosit polimorfonuklear dan pelepasan enzim-enzim proteolik lisosom serta faktor permeabilitas dalam jaringan yang menimbulkan reaksi inflamasi yang akut. Urtikaria; ruam multiformis,skarlati niformis atau mobiliformis;adeno pati ; nyeri sendi ; panas ; sindrom yang menyerupai serum sickness. Sistemik: serum sickness akibat serum, aobat atau antigen virus hepatitis ; glomerulonefritis akut; sistemik lupus eritematosus: krioglobulinemia lokal : reaksi arthus.
  • 13. Tanda dan gejala Bervariasi menurut jenis penyakit; dapt mencakup panas, eritema, dan gatal-gatal i Tipe IV : Reaksi Lambat/dela yed(seluler, cell mediated, tipe-tuberkulin) Patofisiologi Sel penyampai - antigen akn m’sampaikan antigen kpd sel-sel T dengan adanya MHC. Sel-sel T yg sdh tersensititasi m’lepaskan limfokin yang dilepaskan; dan jaringan disekitarnya dirusak. Contoh klinis Dermatitis kontak, penyakit cangkokan – versus – resipien (graff – versus – host disease) rejeksi allograft, granuloma akibat mikroorganisme intraseluler, beberapa sensitivitas obat, tiroiditis hashimoto, tuberculosis, sarkadosis. Tanda dan gejala utama pada reaksi anafilaksis dapat digolongkan menjadi reaksi sistemik yang ringan, sedang dan berat. Ringan. Reaksi sistemik yang ringan terdiri atas rasa kesemutan serta hangat pada bagian perifer dan dapat disertai dengan perasaan penuh dalam mulut serta tenggorokan. Kongessti nasal , pembengkakan periobital, pruritus, bersin-bersin dan mata yang berair. Sedang. Reaksi sistemik yang sedang dapat mencakup salah satu gejala di atas di samping flushing, rasa hangat, cemas dan gatal-gatal. Reaksi yang lebih serius berupa bronkospasme dan edema saluran nafas atau laaring dengan dispnea , batuk serta mengi. Berat. Reaksi sistemik yang berat memiliki onset mendadak dengan tanda-tanda serta gejala yang sama seperti diuraikan di atas dan berjalan dengan cepat
  • 14. hingga terjadi bronkospasme, edema laring, dipsnea berat serta sianosis. Disfagia (kesulitan bernafas), kram abdomen , vomitus, diare dan serangan kejang – kejang dapat terjadi. Kadang-kadang timbul henti jantung. Pengkajian pasien gangguan alergik umumnya mencakup pemerikasaan darah, sedian apus sekresi tubuh, tes kulit dan RAST ( Radio Allergo Sorbent Test). Hasil pemeriksaan darah laboratorium akan memberikan data-data suportif untuk pelbagai kemungkinan diagnosis; kendati demikian, hasil laboratorium bukan kriteria utama bagi penegakan diagnosis gangguan alergik. a. Pemberian obat Epineprin Indikasi : Pengobatan anafilaksis berupa bronkospasme akut atau eksaserbasi asthma yang berat. Kontraindikasi : Epinefrin jangan disuntikkan ke dalam jari tangan, ibu jari, hidung, dan genitalia, dapat menyebabkan nekrosis jaringan karena terjadi vasokonstriksi pembuluh kapiler. Epinefrin, terutama bila diberikan IV, kontraindikasi mutlak pada syok selain syok anafilaksi. Gangguan kardiovaskuler yang kontraindikasi epinefrin misalnya syok hemoragi, insufisiensi pembuluh koroner jantung, penyakit arteri koroner (mis., angina, infark miokard akut) dilatasi jantung dan aritmia jantung (takikardi). Efek epinefrin pada kardiovaskuler (mis., peningkatan kebutuhan oksigen miokard, kronotropik, potensial proaritmia, dan vasoaktivitas) dapat memperparah kondisi ini. Efek Samping : Kardiovaskuler : Angina, aritmia jantung, nyeri dada, flushing, hipertensi, peningkatan kebutuhan oksigen, pallor, palpitasi, kematian mendadak, takikardi (parenteral), vasokonstriksi, ektopi ventrikuler. Mekanisme Kerja : Menstimulasi reseptor alfa-, beta1-, dan beta2-adrenergik yang berefek relaksasi otot polos bronki, stimulasi jantung, dan dilatasi vaskulatur otot skelet; dosis kecil berefek vasodilatasi melalui reseptor beta2-vaskuler; dosis besar menyebabkan konstriksi otot polos vaskuler dan skelet. i
  • 15. b. Kortikosteroid Mekanisme Kerja : menghambat kerja sel inflamasi, menghambat kebocoran pembuluh darah kapiler, menurunkan produksi mukus. Contoh obat : Hydrocortisone, Dexametason. Cara Pakai : Inhalasi. Efek Samping : atrofi (kerusakan kulit), dermatitis perioral (kuama sekitar bibir yang gatal dan panas), infeksi. Kontra Indikasi : Infeksi jamur sistemik, TB, kortikosteroid hipersensitivitas. Prognosis respon anafilaksis secara umum tergolong baik, dengan rasio mortalitas kurang dari 1 %. Akan tetapi, resiko kematian akibat respon anafilaksis tetap tinggi dan akan meningkat pada penderita asma atau jika penanganan tidak dilakukan secara tepat. i
  • 16. BAB III PENUTUP i 3.1. Kesimpulan Anafilaktik (cepat) merupakan suatu reaksi hipersensitivitas biasanya tidak akan terjadi sesudah kontak pertama kali dengan sebuah antigen. Reaksi terjadi pada kotak-ulang sesudah seseorang yang memiliki predisposisi mengalami sensitisasi . Anafilaksis merupakan respon klinis terhadap suatu reaksi imunologi cepat (hipersensitivitas tipe 1). Anafilaksis adalah repon berlebihan system imun yang melibatkan seluruh tubuh. Tipe anfilaksia ada beberapa yaitu : Local, reaksi anafilaksis local biasanya meliputi urtikaria serta angioedema pada tempat kontak dengan antigen dan dapat merupakan reaksi yang berat tetapi jarang fatal. Sistemik, reaksi sistemik terjadi dalam tempo kurang lebih 30 menit sesudah kontak dalam system organ berikut ini : kardiovaskuler, respiratorius, gastrointestinal dan integument . 3.2 Saran Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya membangun sangkat kami harapkan.
  • 17. DAFTAR PUSTAKA  Parker Steve, 2009. Ensiklopedia Tubuh Manusia : Jakarta : Erlangga, hal. i 158  Smeltzer C Suzanne dkk, Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, vol. 3 : Jakarta EGC, hal. 1754-1766  Syarif Amir dr. SKM , SpFK, dkk, 2007. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5 : Jakarta : Gaya Baru, hal. 66, 817
  • 18. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia nya serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Anafilatik. Makalah ini merupakan tugas Kelompok. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen serta semua pihak yang ikut membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Penulis juga mohon kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan i makalah ini. Raha, November 2013 Penulis
  • 19. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1 1.2 Tujuan................................................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Anaflatik ........................................................................................... 3 2.2 Nodus Linfa ........................................................................................................ 4 2.3 Produksi Anti Bodi ............................................................................................ 4 2.4 rekasi alergi tinjauan fisiologi ............................................................................ 8 2.5 tipe-tipe reaksi anafilaksis..................................................................................8 BAB III PENUTUP 3.1Kesimpulan.......................................................................................................16 3.2 Saran................................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17 LAMPIRAN i
  • 20. i TUGAS : KELOMPOK MAKALAH TIPE I ANAFILAKTIK (CEPAT) DI SUSUN OLEH: KELOMPOK I 1. RARI FATIMA 2. HARTINA 3. INDA NIRWANA 4. DEWI KUSUMA NINGSIH 5. WA ODE WAHYUNI 6. MARIANI 7. JUMIRA YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA KABUPATEN MUNA 2013