1. Makalah blok 5
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
KELAINAN JARINGAN KERAS GIGI NON KARIES
DAN PENANGGULANGANNYA
Disusun Oleh :
Kelompok 3
RetnoWikan Tyasning 0607101070019
Rina afriana 0607101070074
Rini maya sari 0607101070034
Riri Ulfany 0607101070061
Rizki Dumna 0607101070067
Rizki Yanuar 0607101070070
Rona Jumpa Maulana 0607101070027
Said Munawar 0607101070002
Silvia Triskavaleni 0607101070033
Siti Khadijah 0607101070041
T.Iwan Surya 0607101070023
Wanda Saputra 0607101070081
Wulanti Windasari 0607101070013
Yulita Karmila.S. 0607101070012
Yuni Bhekty 0607101070029
Maulidia Indah Sari 0607101070017
Yusrizal 0607101070083
Hafsha Hanika 0607101070026
Rinaldy Saputra 0607101070069
Zainida Qadri 0607101070024
Cut Ayu Triami 0607101070043
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM - BANDA ACEH
JULI 2010
2. KATA PENGANTAR
Puji beserta Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
melimpahkan segala Rahmat dan Karunia-Nya. Berkat Rahmat dan Karunia-Nya lah
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “KELAINAN JARINGAN
KERAS GIGI NON KARIES DAN PENANGGULANGANNYA”
Shalawat bermahkotakan salam penulis hadiahkan keharibaan Baginda
Rasullullah Muhammad SAW. yang telah membawa ummatnya dari alam kebodohan ke
alam yang penuh dengan penerangan Islam dan Pengetahuan.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada drg.Cut Soraya, M.Pd.
Sp.KG dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis sadar akan segala kelemahan dan kekurangan, karena kesempurnaan itu
hanyalah milik Allah SWT semata. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan agar makalah ini mengalami perubahan ke arah
yang lebih baik.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca
serta bagi penulis sendiri.
Banda Aceh, 29 Juli 2010
Tim Penulis
3. BAB 1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Kelainan-kelainan yang terjadi sesudah gigi erupsi adalah mudah untuk didiagnosa,
akan tetapi sukar untuk ditanggulangi atau diobati karena hampir terdapat pada setiap
orang, bahkan kelainan ini dapat dijumpai juga pada gigi geligi orang yang sehat.
Kelainan jaringan keras oleh karena non infeksi terdiri dari atrisi, abrasi, erosi, dan
fraktur. Atrisi merupakan keadaan dimana hilangnya sebahagian permukaan gigi karena
fungsi pengunyahan. Terjadinya proses ini lama dan berjalan lambat pada waktu
mengunyah. Abrasi merupakan keausan yang disebabkan benda asing, khususnya karena
penyikatan gigi. Abrasi umumnya terjadi pada bagian servikal (akar) gigi anterior
maupun posterior, terutama pada sisi vestibular. Hampir semua kasus akan terlihat
terbukanya akar karena resesi gingival. Erosi merupakan kehilangan permukaan gigi
akibat proses kimiawi. Beberapa proses erosi akan bertambah buruk jika gigi disikat,
sementara asam masih berada dimulut.
Tujuan
Untuk mengetahui dan menambah pemahaman tentang kelainan-kelainan jaringan keras
gigi non karies serta penanggulangannya.
4. BAB 2
PEMBAHASAN
Kelainan jaringan keras oleh karena non infeksi terdiri dari atrisi, abrasi, erosi,
dan fraktur.
A. Atrisi
Pada saat gigi berkontak, maka ketika itu timbul keausan gigi. Makin sering
kontak terjadi makin besar keausannya. Oleh karena itu, lazim sekali dijumpai adanya
keausan di permukaan oklusal dan proksimal pada gigi yang telah berada dalam mulut
bertahun-tahun lamanya. Keausan yang disebabkan oleh kontaknya gigi disebutatrisi.
Mengingat email itu demikian kerasnya dan gigi yang saling berhadapan tidak terlalu
sering berkontak karena adanya saliva sebagai pelumas, maka biasanya keausan terbatas
sifatnya meksi gigi telah beberapa dekade berada di dalam mulut.
Keadaan ringan sering ditemukan berupa terbentuknya facet pada puncak kaninus
dan hilangnya tuberkel di tepi insisal. Keadaan semacam ini tidak memerlukan perawatan
apa- apa.
Keausan yang terus berlanjut akan membuka tubulus dentin dan pulpa akan
mengadakan raeksi dengan membentuk kalsifikasi pada tubulus di daerah yang terkena
dan dengan pembentukan dentin reaksioner. Keausan yang ditimbulkan hanya oleh
kebiasaan mengerotlan gigi menyebabkan keausan yang merata pada email dan dentin.
Jika dijumpai cekungan dangkal dan dikelilingi oleh lingkaran email, maka biasanya ini
terjadi karena adanya erosi yang tumpah tindih dengan atrisi. Pada tahapnya yang masih
dini, pengamatan dan nasehat yang tepat merupakan tindakan tepat karena kavitasnya
belum bisa menerima tumpatan.
Akan tetapi kadang-kadang terlihat keausan yang hebat sekali. Sering kali hal ini
disebabkan oleh kebiasaan pasien mengerotkan giginya tanpa sadar, terutama di waktu
malam ketika saliva yang berfungsi sebagai pelumas sedang sedikit. Kalau keausan
menjadi sangat luas sehingga banyak jaringan gigi yang hilang dan jika kecepatan
keausan melebihi kecepatan pembentukan dentin reaksionernya, pulpa mungkin akan
terbuka sehingga harus dilakukan perawatan saluran akar. Intervensi perlu dilakukan jika
keausan sudah mengganggu, pulpa dalam bahaya terbuka, atau mengganggu oklusi.
5. Sering kali diperlukan pembuatan mahkota. Bagi gigi posterior biasanya digunakan
mahkota tuang emas, sementara bagi gigi anterior digunakan mahkota metal keramiik
sehingga merupakan kombinasi estetika dan kekuatan. Biasanya keausan menimpa
banyak gigi sehingga perawatannya tak dapat dihindarkan lagi, merupakan perawatan
yang ekstensif. Perawatan akan merupakan perawatan yang sukar dan memakan waktu
karena sering kali oklusi pasien harus diperbaiki dulu; maka perawatan seperti ini sangat
tidak menyenangkan bagi operator yang tidak berpengalaman.
Ciri khas atrisi adalah perkembangan dari suatu sisi yang mana adalah permukaan
yang datar dengan di kelilingi oleh tepi yang berbatas jelas. Disana akan terdapat garis
paralel yang jelas hanya dalam satu arah dan di dalam tepi dari permukaan gigi. Satu sisi
akan bersatu dengan sempurna dengan sisi yang lain pada sebuah gigi di lengkungan
yang berbeda dan garis yang paralel akan terletak pada arah yang sama. Penyebaran dari
atrisi dipengaruhi oleh tipe dari oklusi, geometri dari system stomatognathic dan pola
karakteristik dari kertakan gigi individu.
B. Abrasi
Abrasi adalah keausan gigi yang tidak disebabkan oleh berkontaknya gigi
melainkan disebabkan oleh penyikatan horisontal yang berlebihan dengan menggunakan
pasta gigi yang abrasif atau ausnya tepi insisal karena kebiasaan menggigit benda tertentu
seperti jepitan rambut atau pipa rokok
Pulpa mengadakan reaksi dengan membentuk kalsifikasi di tubulus dentin dan
pembentukan dentin reaksioner. Dentin yang terbuka ini jarang sensitif dan bentuknya
seringkali seperti alur berbentuk V di dekat tepi ginggiva. Seringkali dijumpai adanya
resesi ginggiva akibat penyikatan berlebihan tetapi ginggivanya biasanya sehat.
Perawatannya adalah menasihati pasien agar menggunakan teknik penyikatan
yang kurang merusak dan dengan pasta gigi yang tidak abrasif atau hentikan kebiasaan
menggigit- gigit. Pada bentuknya yang ringan, kavitas lebih baik diamati dahulu. Jika
alur ke arah ginggiva sangat dalam dan membahayakan pulpa dapat ditambal dengan
semen adhesive yang merupakan prosedur yang tidak membahayakan
6. Bahan-bahan yang dapat menyebabkan terjadinya abrasi disebut abrasive.
Contohnya:
a. Kapur
b. Pumice
c. Pasir
d. Cuttle
e. Garnet f. Emery g. Silex
h. Tin oxide
i. Alumunium oxide
Abrasi yang digunakan pada kedokteran gigi, yaitu:
a. Diamond burs : pecahan berlian yang dilekatkan pada sebuah gagang
b. Stones : tersedia dalam berbagai bentuk ukuran dan tingkat kekasaran, dan dibuat dari
berbagai bahan.
c. Rubber wheels or point : karet yang dilelehkan kemudian dicampur dengna abrasive
dan dibentuk menjadi roda atau batangan. Karet tersebut berperan sebagai pengikat bahan
abrasive.
d. Disks or strips : Partikel abrasive dilekatkan pada sebuah kertas, logam, atau plastik
yang dibentuk menjadi lempengan atau batangan.
e. Bubuk : digunakan dengan bahan lain, seperti: Air, alkohol, gliserin atau mouthwash
untuk membentuk pasta. Beberapa digunakan di laboratorium dan prosedur klinis,
dimana yang lain hanya digunakan di laboratorium.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat abrasi:
a. Tingkat kekerasan bahan
Partikel abrasive harus lebih keras daripada permukaan gigi. Jika tidak, abrasive
nya akan rusak dan permukaan gigi akan tidak terlalu dipengaruhi. Tingkat abrasi
tergantung pada temperatur, dimana objek yang temperaturnya tinggi akan menjadi lebih
lunak, dan nantinya mudah terabrasi.
7. b. Ukuran
Partikel abrasive yang lebih besar akan menghasilkan goresan yang lebih dalam
dari pada partikel yang lebih kecil. Goresan yang lebih dalam berarti lebih banyak bahan
yang dibuang.Ukuran partikel abrasive dinamakan grit.
c. Bentuk
Partikel yang berbentuk bulat akan kurang efektif daripada partikel yang
berbentuk irreguler. Hal ini dikarenakan partikel yang irreguler akan lebih mungkin
menggores permukaan gigi daripada partikel yang bulat.
d. Tekanan
Tekanan yang lebih kuat berarti tingkat abrasive yang lebih tinggi dikarenakan
partikel abrasive memotong lebih dalam pada permukaan gigi. Peningkatan tekanan dapat
juga meningkatkan temperatur dari permukaan gigi.
e. Kecepatan
Seperti tekanan, peningkatan kecepatan juga meningkatkan abrasive. Kecepatan
yang lebih tinggi juga akan menghasilkan kenaikan temperatur.
f. Lubrikasi
Lubrikan yang paling sering digunakan di kedokteran gigi adalah air.
Kegunaannya adalah untuk mendinginkan gigi. Lubrikan juga digunakan untuk
menghilangkan panas yang disebabkan oleh kegiatan abrasive yang ditimbulkan oleh
permukaan gigi yang sedang terabrasive.
C. Erosi
Erosi adalah hilangnya jaringan keras gigi karena bahan kimia. Disebabkan oleh
kebiasaan makan asam seperti terlalu banyak minum jus jeruk, minuman asam, terlalu
banyak makan buah jeruk atau apel asam atau yoghurt. Juga disebabkan oleh muntahan
asam dari perut pada beberapa pasien yang terserang kelainan pencernaan seperti hiatus
hernia, atau pasien penderita anoreksia nervosa atau bulimia nervosa.
8. Aplikasi asam lemah berulang-ulang dan teratur pada permukaan gigi akan
menghilangkan mineral yang terdapat di daerah itu. Hilangnya gigi karena erosi
dipercepat oleh atrisi dan abrasi. Penyikatan gigi setelah aplikasi asam secara signifikan
telah meningkatkan hilangnya jaringan gigi.
Pada erosi yang berhubungan dengan diet yang paling banyak terkena adalah
permukaan bukal gigi atas dan permukaan oklusal gigi bawah. Pada erosi karena muntah
yang paling parah terkena adalah permukaan palatal gigi anterior atas.
Seseorang akan mudah mengalami erosi gigi jika :
- sering mengkonsumsi buah-buahan yg asam
- sering meminum softdrink
- gangguan nafsu makan
- kebiasaan kerot2 waktu tidur
- sering meminum minuman suplemen utk olahraga
- sering konsumsi cuka apel
- sering muntah
Pada tahap yang masih dini, perikimata pada permukaan gigi menghilang dan
gigi akan terlihat datar tetapi warnanya normal bila dibandingkan warna email karies
yang mengapur. Jika erosi berjalan terus maka dentin akan terbuka yang sering sangat
peka karena kalsifikasi di tubulus telah terdemineralisasi oleh asam. Akhirnya pulpa bisa
terinflamasi.
Pada erosi yang meluas, keseluruhan mahkota gigi mungkin terkena
pengaruhnya, dengan hilangnya ketajaman permukaan yang menghasilkan suatu lapisan
kaca, penampilan yang tidak menarik dengan tidak tajamnya daerah enamel seperti ini
menjadi membulat. Permukaan enamel mungkin menjadi relatif cembung sampai dentin
terlihat, kemudian reduksi gigi bertambah cepat karena perbedaan kelunakan pada dentin.
Hal ini menyebabkan penampilan yang berlubang.
Perawatan erosi yang berhubungan dengan diet meliputi anjuran pada pasien agar
menghentikan kebiasaan mengkonsumsi buah asam, makanan dan minuman ber- pH
9. rendah. pada keadaan kronis seperti pada pencicip anggur profesional, gunakan obat
kumur yang berflourida juga. Setelah mengkonsumsi asam, akan cukup hanya dengan
mencuci mulut dengan baik dengan menggunakan air untuk menghilangkan residu asam
dan menunda menyikat gigi hingga 3 jam. Tentu saja, tidak ada masalah yang mungkin
muncul dari saran ini yang berhubungan dengan aktivitas karies karena, tanpa adanya
plak yang matang, tidak akan ada generasi karies, dan apakah plak dihilangkan sebelum
atau sesudah makan, itu tidak ada kaitannya.
D. Fraktur
Fraktur gigi adalah kejadian yang relatif umum, terutama pada gigi yang telah
diperbaiki. Mungkin ini merupakan hasil dari trauma langsung, tetapi ada alasan lain, dan
suatu diagnosis yang cermat diperlukan lebih banyak daripada hanya sekedar
menghaluskan permukaan yang kasar. Bentuk selanjutnya dari kehilangan gigi akibat
fraktur harus dicatat.
Fraktur disebabkan oleh trauma baik berupa pukuluan langsung terhadap gigi atau
pukulan tidak langsung terhadap mandibula yang dapat menyebabkan pecahnya tonkol-
tonjol gigi, gigi posterior. Selain itu, tekanan oklusal yang berlebihan pada tumpatan
yang luas dan tonjol-tonjolnya tak terdukung oleh dentin dapat menyebabkan fraktur.
Keparahan fraktur bisa hanya sekedar retak saja, pecahnya tonjol, sampai lepasnya gigi.
Trauma langsung kebanyakan mengenai gigi anterior, dan karena arah pukulan mengenai
permukaan labial, garis retakannya menyebar kebelakang dan horisontal atau oblik. Pada
fraktur tekanan hampir selalu mengenai permukaan oklusal sehingga garis frakturnya
vertikal.
Pukulan terhadap gigi anterior paling sering terjadi pada anak bila dibiarkan
tubulus dentinnya akan terpapar plak sehingga terjadi inflamasi pulpa dan perlu dirawat.
Gigi posterior yang fratktur karena tekanan oklusal yang besar biasanya karena
mempunyai tumpatan yang luas. Pada gigi semacam ini, hanya sedikit tubulus dentin
yang terbuka yang langsung berhubungan dengan pulpa karena telah terjadinya reaksi
terhadap karies dan prosedur penambalan berupa kalsifikasi tubulus dan penempatan
dentin reaksioner di kamar pulpa sehingga pulpa jarang terkena.
10. Perawatan erosi, atrisi dan abrasi
Perawatan terhadap erosi, atrisi dan abrasi tergantung pada penyebabnya:
1. Mengurangi frekuensi pengaruh makanan/minuman bersifat asam.
- Minuman asam harus segera ditelan, jangan dibiarkan berlama2 dalam
mulut, apalagi jika dibuat kumur.menggunakan sedotan pd saat minum
minuman asam/softdrink akan mengurangi resiko gigi terkena erosi.
- Apabila memiliki penyakit saluran pencernaan diharap segera konsultasi
dengan dokter.
- Pecandu alkohol harus segera mengikuti program rehabilitasi.
2. Meningkatkan mekanisme pertahanan dalam rongga mulut thd kerusakan gigi
- air liur dapat menetralisir pengaruh minuman/makanan yg bersifat asam.
Selain itu air liur dapat mencegah gigi berlubang karena secara alami
mengandung kalsium dan fosfor. Produksi air lir dapat ditingkatkan
dengan cara konsumsi permen bebas gula.
3. Meningkatkan ketahanan permukaan gigi terhadap kerusakan
- Pemakaian fluoride (pasta gigi berfluoride, sayur2an, susu) sehari-hari.
- Melapisi gigi dengan fluoride varnish sebanyak 2-4 kali dalam setahun hal
ini dilakukan oleh dokter gigi.
4. Konsumsi makanan yg dapat mengurangi potensi kerusakan gigi akibat bahan
kimia.
11. - Memakan keju, dan tahan selama beberapa saat dalam mulut setelah
makan/minum yang bersifat asam. Keju mengandung kalsium dan fosfor,
dan baik utk gigi.
5. Mengurangi resiko abrasi gigi.
- Menggunakan sikat gigi yg seratnya lembut dan menyikat gigi dengan
gerakan yang tidak terlalu keras.
- Jangan segera menyikat gigi setelah makan/minum yg bersifat asam,
karena gigi akan mudah terkikis sesudahnya. Lebih baik sebelumnya
kumur-kumur dulu dengan air lalu diamkan beberapa saat.
6. Meningkatkan proteksi terhadap gigi.
- Melapisi gigi dengan bahan tumpatan tertentu utk melapisi bagian gigi yg
terkikis.
7. Selalu memonitor keadaan gigi.
- Pemeriksaan teratur meliputi foto gigi & pencetakan gigi (jika perlu)
- Selalu menkonsumsi makana atau minuman yang baik untuk gigi, jangan
lupa untuk teratur konsultasi ke dokter gigi.