SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, Rob seluruh
alam yang telah memberikan karunia kepada kami hingga kami dapat
menyelesaikan laporan SGD LBM 3 blok Rehabilitative.
Laporan SGD LBM 3 blok rehabilitative ini disusun berdasarkan apa yang
telah kami bahas pada SGD yang telah kita laksanakan pada hari senin dan kamis
berdasarkan sumber belajar yang kami cari pada step belajar mandiri.
Dalam menyusun laporan ini, kami menyadari masih banyak kekurangan
baik dari segi susunan serta cara penulisan laporan ini. Karenanya saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan
Akhirnya, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. amin
Semarang, 15 April 2013
penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar................................................................................................. 1
Daftar isi.......................................................................................................... 2
Bab I pendahuluan
A. Skenario............................................................................................... 3
B. Latar belakang masalah....................................................................... 3
Bab II pembahasan.......................................................................................... 5
Bab III penutup
A. Peta konsep........................................................................................ 13
B. Kesimpulan........................................................................................ 14
Daftar pustaka................................................................................................ 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
Seorang lansia berusia 65 tahun dengan jenis kelamin wanita
datang ke dokter gigi klinik pribadi mengeluh tidak nyaman dengan gigi
tiruan lengkap yang sudah dipasang sejak 2 minggu yang lalu. Pasien
merasa gigi tiruannya menekan gusi, sehingga menyebabkan luka
kemerahan. Pasien mempunyai riwayat penyakit jantung sejak usia 50
tahun. Pada pemeriksaan intra oral ditemukan adanya ulcus dan tulang
yang tajam (eksostosis) pada region mukosa gingival sebelah labial rahang
bawah. Dokter tersebut memutuskan untuk memberikan medikasi secara
topikal pada area ulserasi tersebut dan merekomendasikan ke pasien untuk
dilakukan perawatan alveolectomy ke spesialis prostodonsia.
B. Latar Belakang Permasalahan
1. Macam – macam bedah preprostetik
2. Indikasi dan kontraindikasi bedah preprostetik
3. Criteria dan cara pengukuran pada macam – macam bedah
preprostetik?
4. Kenapa eksostosis harus dihilangkan?
5. Tujuan alveolectomy?
6. Klasifikasi alveolectomy
7. Factor – factor yang harus diperhatikan dalam melakukan
alveolectomy?
8. Indikasi dan kontraindikasi dari alveolectomy?
9. Prosedur penatalaksanaan alveolectomy?
4
10. Komplikasi pasca alveolectomy?
11. Hubungan bedah alveolectomy dengan pasien riwayat penyakit
jantung?
12. Kapan dilakukan pembuatan GTL setelah dilakukan alveolectomy?
13. Proses terjadinya eksostosis pada scenario?
14. Etiologi timbulnya ulcer pada scenario?
15. Medikasi topical pada ulserasi menggunakan apa?
16. Prognosis pada scenario?
5
BAB II
PEMBAHASAN
Bedah preprostetik merupakan tindakan bedah yang bertujuan
memperbaiki keadaan tulang alveolar rahang agar dapat jadi lebih baik untuk
penempatan gigi tiruan. Tujuan dilakukan bedah preprostetik bertujuan
mendapatkan protesa dengan retensi, stabilsasi, estetik, dan fungsi yang lebih
baik.
Macam – macam bedah preprostetik, antara lain:
Secara umum dibagi 3:
a. Bedah jaringan tulang:
- Alveolectomy
- Implant
- Alveolar augmentasi :pada keadaan resopsi tulang yang hebat (kayak
cangkok tulang)
- Alveoplasty : mempertahankan pembentukan lingir yang tersisa
- Aleolotomy : tindakan membuka tulang alveolaris dg tujuan
mempermudah pengambilan gigi impaksi atau sisa akar yang terbenam
atau kista atau tumor, atau untuk melakukan tindakan apikoektomy
- Torektomy: dilakukan untuk pengambilan torus, apabila pada
pemasangan GT torus mengganggu. Proses pembadahan yang
dilakukan untuk menghilangkan satu atau lebih tonjolan tulang baik
pada rahang atas maupun rahang bawah.
b. Jaringan lunak:
- Gingivoplasti: tindakan bedah untuk menghilangkan atau membentuk
kembali jar. Gusi shg lebih dapat diterima oleh GT.
- Frenektomy: tindakan bedah untuk mengambil frenulum yang terlalu
tinggi. Baik labialis atau lingualis
6
c. Vestibuloplasty merupakan tindakan bedah bertujuan untuk
meninggikan sulcus vestibular dengan cara reposisi mukosa, ikatan
otot, dan otot yang melekat pada tulang yang akan menghasilkan
sulkus vestibular yang dalam, untuk menambah stabilisasi pada
protesa, prinsipnya untuk memperluas denture bearing (area yang
mendukung stabilitas denture), dengan cara mempertinggi alveolar
ridge melalui pendalaman sulkus.
Namun, ada juga yang mebaginya menjadi 2 kelompok. Yaitu bedah
preprostetik mayor dan bedah preprostetik minor.
a. Bedah preprostetik mayor, diantaranya meliputi augmentasi alveolaris
relative (vestibuloplasti), augmentasi alveolaris absolute(osteotomi),
implant.
b. Bedah preprostetik minor diantaranya bedah pada jaringan keras dan
lunak.
Adapun indikasi dan kontarindikasi dilakukannya bedah preprostetik, adalah
sebagai beikut:
a. Indikasi :
- Adanya eksostosis
- Adanya torus
- Adanya frenulum tinggi
- Memperoleh keadaan linger alveolar yang baik
- Tidak ada kondisi patologis pada IO dan EO
- Nyeri akibat pemasangan gigi tiruan
- Karena ulser yang berulang pada sekitar GT
- Atrofi rahang karena proses fisiologis
- Disfungsi yang tidak berkurang dengan perbaikan konvensional,
misalnya disfungsi pengunyahan, bicara dan disfungsi TMJ
b. Kontraindikasi:
7
- Pasien usia lanjut, usia lanjut tulang mengalami resopsi sehingga jika
dilakukan pembedahan harus hati – hati.
- Kelainan psikologi: depresi, bingung, belum siap menggunakan gigi
palsu.
Sebelum dilakukannya suatu bedah preprostetik, alangkah baiknya jika dokter
atau operator mengetahui kriteria yang seperti apa yang harus dilakukan suatu
pembedahan pada daerah kerja. Berikut adalah kriteria dan cara pengukuran pada
daerah yang perlu dilakukan pembedahan preprostetik:
a. Frenektomi, dilakukan pada frenulum yang tinggi bail lingualis maupun
labialis. Pengukurannya dengan blance test: bibir ditarik keatas dilihat
perlekatannya sampai mana.
Untuk edentulous: Frenulum tinggi apabila perlekatan sampai puncak
residual ridge. Frenulum yang sedang ditengah – tengah puncak ridge dan
fornix. Yang rendah di fornix.
b. Kriteria vestibulum
Pemeriksaan vestibulum dapat dengan kaca mulut. Dalam jika
kaca mulut terbenam sampai setengahnya. Dangkal jika kurang dari
setengahnya.
c. Bentuk palatum
Bentuk palatum yang baik buat GTL adalah bentuk U. Kalau
palatum berbentuk V memiliki retensi kurang baik.
d. Torus palatine
Ada yang besar, sedang, kecil. Pemeriksaan dengan burnisher.
Ditekan pada beberapa tempat untuk merasakan kenyal atau keras.
e. Torus mandibula
Pemeriksaannya sama dengan yang diatas. Yaitu menggunakan
burnisher untuk mengetahui daerah yang kenyal dan yang keras.
Eksostosis merupakan tonjolan tulang pada prosesus alveolaris yang
berbentuk membulat, serta tajam bila diraba, terasa sakit dan tidak dapat
8
digerakkan. Sehingga dapat mengganggu retensi, stabilitas dan kenyamanan pada
pasien yang menggunakan gigi tiruan. Agar tidak mengganggu retensi, stabilitas,
dan kenyamanan pasien pengguna gigi tiruan maka perlu dilakukan pengambilan
pada eksostosis tersebut. Tujuannya adalah sebagai berikut:
a. Mengganggu kenyamanan protesa
b. Mengganggu stabilisasi dan retensi
c. Mengganggu estetik karena posisi di labial
d. Menimbulkan trauma pada mukosa pasien, kalau tidak mengganggu
kenyamanan tidak perlu dihilangkan
Pembedahan yang digunakan untuk mengambil eksostosis yaitu dengan
alveolektomi. Alveolektomi merupakan bedah preprostetik yang betujuan untuk
mengurangi tulang soket dengan cara mengurangi plate labial atau bukal dari
prosessus alveolaris dengan pengambilan septum interdental dan interradikuler.
Tujuan dilakukannya alveolectomi antara lain:
a. Bertujuan mendapatkan protesa dg retensi, stabilsasi, estetik, dan fungsi
yang lebih baik
b. Untuk membuang ridge alveolus yang tajam dan menonjol
c. Untuk membuang tulang intraseptal sewaktu dilakukan gingivektomy
d. Untuk membentuk kontur tulang yang sesuai dengan kontur jaringan
gingival
e. Untuk memperbaiki prognatisme pada maxilla sehingga didapatkan estetik
yang baik pada gigi tiruan
Alveolectomi sendiri dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi,
diantaranya adalah
a. Simple alveolectomy, dilakukan setelah multiple extraksi, apabila ada
tulang yang tajam diperiksa dulu baru di alveolectomy.
b. Radical alveolectomy merupakan pembentukan kontur tulang radik dari tlg
alveolar yang diindikasikan karena adanya undercut yang sangat menonjol.
Apabila ada protusi maxilla.
9
Atau bisa juga dibagi jadi 2:
a. Primer: stlh dicabut, pembersihan tulang.
b. Sekunder: tidak saat setelah pencabutan gigi
Adapun klasifikasi lainnya, seperti:
a. Alveolectomy pada gigi tunggal
Dilakukan karena daerah lama tak bergigi sudah mengalami
resobsi, sehingga bila gigi tersebut dicabut tampak prosessus alveolaris
yang lebih menonjol.
b. Alveolectomy Dean’s (pencabutan Multiple)
Dilakukan karena tulang antar akar tampak menonjol setelah gigi –
gigi dicabut, sehingga dapat dilakukan pencetakan dengan baik.
c. Alveolectomy untuk mengurangi protusi maxilla
Dilakukan pada kaus labial protusi dari incisivus rahang atas dan
prosessus alveolaris yang ekstrim digunakan teknik alveolektomi menurut
obwegeser.
d. Alveolectomy pada kortikal labial atau bukal
Dilakukan bila ada eksostosis pada tulang yang dapat mengganggu
stabilitas protesa dan memudahkan pencetakan.
Sebelum dilakukannya pembedahan alveolektomy, maka operator harus
memperhatikan beberapa factor dalam pelakasanaan alveolectomy. Adapun
beberapa factor yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu:
a. Bentuk proc. Alveolaris : untuk mendapatkan bentuk U (yang paling baik).
b. Sifat tulang yang diambil, gigi tiruan harus diletakkan pada tulang yang
compact, jadi harus diperhatikan saat pengambilan tulangnya sehingga
tidak gampang teresopsi.
c. Usia pasien: pada pasien muda (tulang cenderung elastic atau plastis )
harus seminal mungkin karena pemakaian GTnya lebih lama.
d. Penambahan free graf: setelah pencabutan gigi didapatka pembuangan
tulang yang berlebih, dilakukan penambahan tulang kembali.
10
Mempercepat proses pembentukan tulang baru, serta mengurangi resopsi
tulang.
e. Free graf: pengembalian tulang karena saat pengeburan berlebih. Seriphan
tulang – tulang hasil pengeburan dikembalikan ke daerah tsb.
Perlekatannya dari darah.
f. Proses resopsi tulang, maksutnya jika pasien mengalami periodontitis yang
parah. Alveolektominya ditunda 4 – 8 minggu, ditangani dulu
periodontitisnya.
Indikasi dan kontraindikasi dari alveolectomy, antara lain:
a. Indikasi:
- Rahang yang perlu direparasi untuk prostetik sbg stabilisasi dan retensi
dan estetik GT
- Adanya alveolar ridge yang runcing yang dapat menyebabkan protesa
tidak stabil.
- Untuk menghilangkan tuberositas untuk mendapatkan protesa yang
stabil
- Adanya eksostosis yang perlu di eksisi
- Ekstraksi gigi inflamatik atau trauma eksternal
- Untuk menghilangkan undercut
b. Kontraindikasi:
- Pasien dengan penyakit sistemik
- Periodontitis, merupakan penyakit periodontal yang parah, yang
mengakibatkan kehilangan tulang
Setelah mengetahui factor yang perlu diperhatikan dan indikasi serta
kontraindikasi pada pembedah alveolektomi. Maka operator harus mengetahui
prosedur kerja dalam pembedahan alveolektomy. Berikut adalah prosedur kerja
alveolectomy:
a. Disinfeksi dengan povidon iodine
b. Anastesi daerah kerja
11
c. Buat flap (trapezium atau triangular)pada daerah pembedahan
d. Pengurangan tulang dengan bur tulang, knalble tang, bone file
e. Dilakukan perabaan dimukosa, kalau masih ada yang tajam dilakukan
pengurangan lagi
f. Irigasi hingga bersih dengan larutan salin (NaCl)
g. Apabila didapatkan pengambilan tulang yang berlebih dilakukan free graf
h. Ditutup, dan dijahit
i. Pemberian antibiotic, antiinflamasi, analgetik
j. Instruksi pasien
Setelah dilakukannya alveolectomy, tidak sedikit pasien yang mengeluhkan
adanya komplikasi. Komplikasi yang bias timbul pasca dilakukan alveolektyomi
antara lain:
a. Infeksi
b. Parastesi
c. Hematoma
d. Fraktur tulang
e. Osteomilitis
f. Resopsi tulang yang berlebihan
g. Pembengkakan
h. Nekrosis
Pada pasien usia lanjut, biasanya ditemukan suatu penyakit sistemik. Diantaranya
adalah pasien dengan penyakit jantung. Hubungan bedah alveolectomy dengan
pasien riwayat penyakit jantung adalah
a. Penggunan anastesi tidak menggunakan adrenalin,
b. antibiotic profilaksis,
c. Obat antikoagulan (aspirin, aspilet) dihentikan 5 – 7 hari sebelum tindakan
pembedahan,
d. asepsis alat yang akan digunakan karena akan menyebabkan endokarditis.
12
e. Pada psien penyakit jantung, mudah lelah jadi tindakan jangan terlalu
lama.
Setelah dilakukannya tindakan alveolektomy pada pasien pengguna gigi tiruan
lengkap. Maka pembuatan gigi tiruan lengkap yang baru dapat dilakukan setelah
10 – 14 hari setelah luka operasi sembuh. Kemudian pasien baru dibuatkan gigi
tiruan yang baru.
Pada scenario diatas disebutkan bahwa terdapat eksostosis. Terbentukanya
eksostosi pada scenario dikarenakan adanya proses respsi tulang pada usia lanjut
yang terjadi fisologis dan tidak teratur. Sehingga didapatkan sisa tulang resopsi
yang tajam dan mungkin ada yang tumpul. Bias juga dikarenakan adanya
pencabutan gigi multiple dan tidak dilakukan tindakan alveolektomi primer
setelah dilakukan pencabutan.
Selain didapatkannya tulang yang tajam atau eksostosis, pada mukosa didekat
eksostosis didapatkan ulsearsi yang mengganggu kenyamanan pasien. Prose
terjadinya ulsearsi bias dikarenakan adanya eksostosis yang menyebabkan protesa
menjadi tidak pas, sehingga protesa tersebut terlalu menekan dan kemudian
mengiritasi jaringan penyangga dan timbullah ulser. Untuk mengurangi
ketidaknyamanan karena adanya ulserasi maka dokter perlu memberikan medikasi
berupa obat topical. Medikasi topical yang biasa digunakan antara lain:
a. Topical analgetic
b. Covering agent, tujuannya untuk melindungi ulser agar tidak terekspos
sehingga proses reparative tidak terganggu.
Prognosis setelah alveolectomy pada pasien lansia dengan penyakit jantung adalah
baik. Karena factor – factor yang telah disebutkan sebelumnya diperhatikan
dengan baik oleh dokter sebelum dilakukan alveolectomy.
13
BAB III
PENUTUP
A. Peta Konsep
Anamnesis: pasien
Riwayat Jantung
Pemeriksaan
eksostosis
alveolektomi
Jantung
Bedah preprostetik
Dipertimbangkan
indikasi dan
kontraindikasinya
Pasien lansia dengan
GTL tidak nyaman
ulserasi
Medikasi GTL dilepas
14
B. Kesimpulan
Bedah preprostetik merupakan tindakan bedah yang bertujuan
memperbaiki keadaan tulang alveolar rahang agar dapat jadi lebih baik
untuk penempatan gigi tiruan. Tujuan dilakukan bedah preprostetik
bertujuan mendapatkan protesa dengan retensi, stabilsasi, estetik, dan
fungsi yang lebih baik.
Dalam melakukan tindakan bedah preprostetik ada indikasi dan
kontraindikasi yang perlu diperhatikan agar hasil tujuan dari pembedahan
tercapai. Selain itu faktor-faktor penting seperti usia, penyakit sistemik,
seberapa besar tulang yang dikurangi , dan keadaan edentulous juga harus
diperhatikan. Salah satu tindakan bedah preprosteti yang digunakan untuk
menghilangkan eksostosis adalah alveolectomi. Alveoletomi memiliki
macam – macam klasifikasinya, indikasi dan kontraindikasi serta prosedur
yang harus diperhatikan agar tidak terjadi komplikasi seperti infeksi,
osteomilitis, nekrosis, hematom dan sebagainya.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Soelarko, R.M. dan Wachijati, H., 1980, Diktat Prostodonsia Full
Denture, FKG Unpad, Bandung
2. Budhisidharta, I. J., Narendra, O., Hadriyanto, W., 2009, Penggunaan
Bone Graft Dan Membrane Periosteum Pada Apeks Reseksi Gigi Incisivus
Immature, FKG UGM
3. Aditya, G., 1999, Alveoloplasty Sebagai Tindakan Bedah Preprostetik,
Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti.
4. Tucker. Basic Preprosthetic Surgery in Peterson et al., 1998,
Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Philadelphia W. B.
Saunders Co
5. Stephens W., Preprosthetic Oral and maxillofacial Surgery in Donoff B,
1997. Manual of Oral and Maxillofacial Surgery. St. Louis Mosby
6. www.ui.ac.id drg.asnul arfani sp.prost
7. www.usu.ac.id

More Related Content

What's hot

Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2Indri Yanti
 
Alat scalling manual & elektrik
Alat scalling manual & elektrikAlat scalling manual & elektrik
Alat scalling manual & elektrikERA MULIANA SADARI
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1hasril hasanuddin
 
endodontic 2
endodontic 2endodontic 2
endodontic 2RSIGM
 
Pulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaaPulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaa07051994
 
Atraumatic restorative treatment (art)
Atraumatic restorative treatment (art)Atraumatic restorative treatment (art)
Atraumatic restorative treatment (art)wahyuni majid
 
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiSkenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiFerdiana Agustin
 
2. dental anatomi gigi permanen ..
2. dental anatomi gigi permanen ..2. dental anatomi gigi permanen ..
2. dental anatomi gigi permanen ..asih gahayu
 
gigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkapgigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkapikaa388
 
SETTING TIME GYPSUM TYPE III KEDOKTERAN GIGI RASIO W/P
SETTING TIME GYPSUM TYPE III KEDOKTERAN GIGI RASIO W/PSETTING TIME GYPSUM TYPE III KEDOKTERAN GIGI RASIO W/P
SETTING TIME GYPSUM TYPE III KEDOKTERAN GIGI RASIO W/Pdevita nuryco
 
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran GigiLaporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran GigiVina Widya Putri
 
Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaLesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaVina Widya Putri
 
1. anatomi gigi insisivus sentral atas kanan
1. anatomi gigi insisivus sentral atas kanan1. anatomi gigi insisivus sentral atas kanan
1. anatomi gigi insisivus sentral atas kananhasril hasanuddin
 

What's hot (20)

Kavitas kelas i rk
Kavitas kelas i rkKavitas kelas i rk
Kavitas kelas i rk
 
Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2
 
Alat scalling manual & elektrik
Alat scalling manual & elektrikAlat scalling manual & elektrik
Alat scalling manual & elektrik
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
 
endodontic 2
endodontic 2endodontic 2
endodontic 2
 
Pulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaaPulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaa
 
Gigi dan mulut
Gigi dan mulutGigi dan mulut
Gigi dan mulut
 
7. anomali gigi
7. anomali gigi7. anomali gigi
7. anomali gigi
 
prinsip preparasi
prinsip preparasiprinsip preparasi
prinsip preparasi
 
Ppt ikga2 pdf
Ppt ikga2 pdfPpt ikga2 pdf
Ppt ikga2 pdf
 
Atraumatic restorative treatment (art)
Atraumatic restorative treatment (art)Atraumatic restorative treatment (art)
Atraumatic restorative treatment (art)
 
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiSkenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
 
2. dental anatomi gigi permanen ..
2. dental anatomi gigi permanen ..2. dental anatomi gigi permanen ..
2. dental anatomi gigi permanen ..
 
gigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkapgigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkap
 
SETTING TIME GYPSUM TYPE III KEDOKTERAN GIGI RASIO W/P
SETTING TIME GYPSUM TYPE III KEDOKTERAN GIGI RASIO W/PSETTING TIME GYPSUM TYPE III KEDOKTERAN GIGI RASIO W/P
SETTING TIME GYPSUM TYPE III KEDOKTERAN GIGI RASIO W/P
 
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran GigiLaporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
 
Dental asistant ii
Dental asistant iiDental asistant ii
Dental asistant ii
 
Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaLesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
 
1. anatomi gigi insisivus sentral atas kanan
1. anatomi gigi insisivus sentral atas kanan1. anatomi gigi insisivus sentral atas kanan
1. anatomi gigi insisivus sentral atas kanan
 
Tugas ppt oklusi pada gtp
Tugas ppt oklusi pada gtpTugas ppt oklusi pada gtp
Tugas ppt oklusi pada gtp
 

Viewers also liked

Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6RSIGM
 
Laporan sgd 4
Laporan sgd 4Laporan sgd 4
Laporan sgd 4RSIGM
 
Bab i
Bab iBab i
Bab iRSIGM
 
52991066 exodontia-indikasi-dan-kontraindikasi-cabut-gigi
52991066 exodontia-indikasi-dan-kontraindikasi-cabut-gigi52991066 exodontia-indikasi-dan-kontraindikasi-cabut-gigi
52991066 exodontia-indikasi-dan-kontraindikasi-cabut-gigiAri Sasda Dewi
 
How to Make Awesome SlideShares: Tips & Tricks
How to Make Awesome SlideShares: Tips & TricksHow to Make Awesome SlideShares: Tips & Tricks
How to Make Awesome SlideShares: Tips & TricksSlideShare
 
Getting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareGetting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareSlideShare
 

Viewers also liked (6)

Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
 
Laporan sgd 4
Laporan sgd 4Laporan sgd 4
Laporan sgd 4
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
52991066 exodontia-indikasi-dan-kontraindikasi-cabut-gigi
52991066 exodontia-indikasi-dan-kontraindikasi-cabut-gigi52991066 exodontia-indikasi-dan-kontraindikasi-cabut-gigi
52991066 exodontia-indikasi-dan-kontraindikasi-cabut-gigi
 
How to Make Awesome SlideShares: Tips & Tricks
How to Make Awesome SlideShares: Tips & TricksHow to Make Awesome SlideShares: Tips & Tricks
How to Make Awesome SlideShares: Tips & Tricks
 
Getting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareGetting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShare
 

Similar to lbm 3 blok 19

109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1yes ican
 
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2RSIGM
 
Laporan Kasus Alveolektomi.pptx
Laporan Kasus Alveolektomi.pptxLaporan Kasus Alveolektomi.pptx
Laporan Kasus Alveolektomi.pptxVignarossaP
 
PPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptxPPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptxNSIAk2
 
Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3cameliasenada
 
y PPT pertumbuhan-dan-perkembangan-gigi-geligi.ppt
y PPT pertumbuhan-dan-perkembangan-gigi-geligi.ppty PPT pertumbuhan-dan-perkembangan-gigi-geligi.ppt
y PPT pertumbuhan-dan-perkembangan-gigi-geligi.pptNisaNafiahOktaviani
 
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuhAulia Putri Evindra
 
Cleft lip and palate
Cleft lip and palateCleft lip and palate
Cleft lip and palateDVP Nugroho
 
Pleno Modul 3 Insisivus 4.pptx
Pleno Modul 3 Insisivus 4.pptxPleno Modul 3 Insisivus 4.pptx
Pleno Modul 3 Insisivus 4.pptxHafizaSalsabilaS
 
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiLaporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiVina Widya Putri
 
Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Vincent Tannius
 
pemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptx
pemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptxpemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptx
pemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptxprostodonsia
 

Similar to lbm 3 blok 19 (20)

109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1
 
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
 
Laporan Kasus Alveolektomi.pptx
Laporan Kasus Alveolektomi.pptxLaporan Kasus Alveolektomi.pptx
Laporan Kasus Alveolektomi.pptx
 
Journal reading
Journal readingJournal reading
Journal reading
 
Skripsi uly
Skripsi ulySkripsi uly
Skripsi uly
 
PPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptxPPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptx
 
Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3
 
y PPT pertumbuhan-dan-perkembangan-gigi-geligi.ppt
y PPT pertumbuhan-dan-perkembangan-gigi-geligi.ppty PPT pertumbuhan-dan-perkembangan-gigi-geligi.ppt
y PPT pertumbuhan-dan-perkembangan-gigi-geligi.ppt
 
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
 
Cleft lip and palate
Cleft lip and palateCleft lip and palate
Cleft lip and palate
 
LITREF BM
LITREF BMLITREF BM
LITREF BM
 
Pleno Modul 3 Insisivus 4.pptx
Pleno Modul 3 Insisivus 4.pptxPleno Modul 3 Insisivus 4.pptx
Pleno Modul 3 Insisivus 4.pptx
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiLaporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
 
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptxJOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
 
Tumor mandibula
Tumor mandibulaTumor mandibula
Tumor mandibula
 
Armamentarium bedah mulut
Armamentarium bedah mulutArmamentarium bedah mulut
Armamentarium bedah mulut
 
Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2
 
pemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptx
pemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptxpemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptx
pemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptx
 

More from RSIGM

Halitosis
HalitosisHalitosis
HalitosisRSIGM
 
Laporan lbm 2
Laporan lbm 2Laporan lbm 2
Laporan lbm 2RSIGM
 
Blok 17 lbm 3
Blok 17 lbm 3Blok 17 lbm 3
Blok 17 lbm 3RSIGM
 
Makalah lbm 1 blok 16
Makalah lbm 1 blok 16Makalah lbm 1 blok 16
Makalah lbm 1 blok 16RSIGM
 
Endodontic 4
Endodontic 4Endodontic 4
Endodontic 4RSIGM
 
endodontic 1
endodontic 1endodontic 1
endodontic 1RSIGM
 

More from RSIGM (6)

Halitosis
HalitosisHalitosis
Halitosis
 
Laporan lbm 2
Laporan lbm 2Laporan lbm 2
Laporan lbm 2
 
Blok 17 lbm 3
Blok 17 lbm 3Blok 17 lbm 3
Blok 17 lbm 3
 
Makalah lbm 1 blok 16
Makalah lbm 1 blok 16Makalah lbm 1 blok 16
Makalah lbm 1 blok 16
 
Endodontic 4
Endodontic 4Endodontic 4
Endodontic 4
 
endodontic 1
endodontic 1endodontic 1
endodontic 1
 

lbm 3 blok 19

  • 1. 1 KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, Rob seluruh alam yang telah memberikan karunia kepada kami hingga kami dapat menyelesaikan laporan SGD LBM 3 blok Rehabilitative. Laporan SGD LBM 3 blok rehabilitative ini disusun berdasarkan apa yang telah kami bahas pada SGD yang telah kita laksanakan pada hari senin dan kamis berdasarkan sumber belajar yang kami cari pada step belajar mandiri. Dalam menyusun laporan ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi susunan serta cara penulisan laporan ini. Karenanya saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan Akhirnya, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. amin Semarang, 15 April 2013 penyusun
  • 2. 2 DAFTAR ISI Kata pengantar................................................................................................. 1 Daftar isi.......................................................................................................... 2 Bab I pendahuluan A. Skenario............................................................................................... 3 B. Latar belakang masalah....................................................................... 3 Bab II pembahasan.......................................................................................... 5 Bab III penutup A. Peta konsep........................................................................................ 13 B. Kesimpulan........................................................................................ 14 Daftar pustaka................................................................................................ 15
  • 3. 3 BAB I PENDAHULUAN A. Skenario Seorang lansia berusia 65 tahun dengan jenis kelamin wanita datang ke dokter gigi klinik pribadi mengeluh tidak nyaman dengan gigi tiruan lengkap yang sudah dipasang sejak 2 minggu yang lalu. Pasien merasa gigi tiruannya menekan gusi, sehingga menyebabkan luka kemerahan. Pasien mempunyai riwayat penyakit jantung sejak usia 50 tahun. Pada pemeriksaan intra oral ditemukan adanya ulcus dan tulang yang tajam (eksostosis) pada region mukosa gingival sebelah labial rahang bawah. Dokter tersebut memutuskan untuk memberikan medikasi secara topikal pada area ulserasi tersebut dan merekomendasikan ke pasien untuk dilakukan perawatan alveolectomy ke spesialis prostodonsia. B. Latar Belakang Permasalahan 1. Macam – macam bedah preprostetik 2. Indikasi dan kontraindikasi bedah preprostetik 3. Criteria dan cara pengukuran pada macam – macam bedah preprostetik? 4. Kenapa eksostosis harus dihilangkan? 5. Tujuan alveolectomy? 6. Klasifikasi alveolectomy 7. Factor – factor yang harus diperhatikan dalam melakukan alveolectomy? 8. Indikasi dan kontraindikasi dari alveolectomy? 9. Prosedur penatalaksanaan alveolectomy?
  • 4. 4 10. Komplikasi pasca alveolectomy? 11. Hubungan bedah alveolectomy dengan pasien riwayat penyakit jantung? 12. Kapan dilakukan pembuatan GTL setelah dilakukan alveolectomy? 13. Proses terjadinya eksostosis pada scenario? 14. Etiologi timbulnya ulcer pada scenario? 15. Medikasi topical pada ulserasi menggunakan apa? 16. Prognosis pada scenario?
  • 5. 5 BAB II PEMBAHASAN Bedah preprostetik merupakan tindakan bedah yang bertujuan memperbaiki keadaan tulang alveolar rahang agar dapat jadi lebih baik untuk penempatan gigi tiruan. Tujuan dilakukan bedah preprostetik bertujuan mendapatkan protesa dengan retensi, stabilsasi, estetik, dan fungsi yang lebih baik. Macam – macam bedah preprostetik, antara lain: Secara umum dibagi 3: a. Bedah jaringan tulang: - Alveolectomy - Implant - Alveolar augmentasi :pada keadaan resopsi tulang yang hebat (kayak cangkok tulang) - Alveoplasty : mempertahankan pembentukan lingir yang tersisa - Aleolotomy : tindakan membuka tulang alveolaris dg tujuan mempermudah pengambilan gigi impaksi atau sisa akar yang terbenam atau kista atau tumor, atau untuk melakukan tindakan apikoektomy - Torektomy: dilakukan untuk pengambilan torus, apabila pada pemasangan GT torus mengganggu. Proses pembadahan yang dilakukan untuk menghilangkan satu atau lebih tonjolan tulang baik pada rahang atas maupun rahang bawah. b. Jaringan lunak: - Gingivoplasti: tindakan bedah untuk menghilangkan atau membentuk kembali jar. Gusi shg lebih dapat diterima oleh GT. - Frenektomy: tindakan bedah untuk mengambil frenulum yang terlalu tinggi. Baik labialis atau lingualis
  • 6. 6 c. Vestibuloplasty merupakan tindakan bedah bertujuan untuk meninggikan sulcus vestibular dengan cara reposisi mukosa, ikatan otot, dan otot yang melekat pada tulang yang akan menghasilkan sulkus vestibular yang dalam, untuk menambah stabilisasi pada protesa, prinsipnya untuk memperluas denture bearing (area yang mendukung stabilitas denture), dengan cara mempertinggi alveolar ridge melalui pendalaman sulkus. Namun, ada juga yang mebaginya menjadi 2 kelompok. Yaitu bedah preprostetik mayor dan bedah preprostetik minor. a. Bedah preprostetik mayor, diantaranya meliputi augmentasi alveolaris relative (vestibuloplasti), augmentasi alveolaris absolute(osteotomi), implant. b. Bedah preprostetik minor diantaranya bedah pada jaringan keras dan lunak. Adapun indikasi dan kontarindikasi dilakukannya bedah preprostetik, adalah sebagai beikut: a. Indikasi : - Adanya eksostosis - Adanya torus - Adanya frenulum tinggi - Memperoleh keadaan linger alveolar yang baik - Tidak ada kondisi patologis pada IO dan EO - Nyeri akibat pemasangan gigi tiruan - Karena ulser yang berulang pada sekitar GT - Atrofi rahang karena proses fisiologis - Disfungsi yang tidak berkurang dengan perbaikan konvensional, misalnya disfungsi pengunyahan, bicara dan disfungsi TMJ b. Kontraindikasi:
  • 7. 7 - Pasien usia lanjut, usia lanjut tulang mengalami resopsi sehingga jika dilakukan pembedahan harus hati – hati. - Kelainan psikologi: depresi, bingung, belum siap menggunakan gigi palsu. Sebelum dilakukannya suatu bedah preprostetik, alangkah baiknya jika dokter atau operator mengetahui kriteria yang seperti apa yang harus dilakukan suatu pembedahan pada daerah kerja. Berikut adalah kriteria dan cara pengukuran pada daerah yang perlu dilakukan pembedahan preprostetik: a. Frenektomi, dilakukan pada frenulum yang tinggi bail lingualis maupun labialis. Pengukurannya dengan blance test: bibir ditarik keatas dilihat perlekatannya sampai mana. Untuk edentulous: Frenulum tinggi apabila perlekatan sampai puncak residual ridge. Frenulum yang sedang ditengah – tengah puncak ridge dan fornix. Yang rendah di fornix. b. Kriteria vestibulum Pemeriksaan vestibulum dapat dengan kaca mulut. Dalam jika kaca mulut terbenam sampai setengahnya. Dangkal jika kurang dari setengahnya. c. Bentuk palatum Bentuk palatum yang baik buat GTL adalah bentuk U. Kalau palatum berbentuk V memiliki retensi kurang baik. d. Torus palatine Ada yang besar, sedang, kecil. Pemeriksaan dengan burnisher. Ditekan pada beberapa tempat untuk merasakan kenyal atau keras. e. Torus mandibula Pemeriksaannya sama dengan yang diatas. Yaitu menggunakan burnisher untuk mengetahui daerah yang kenyal dan yang keras. Eksostosis merupakan tonjolan tulang pada prosesus alveolaris yang berbentuk membulat, serta tajam bila diraba, terasa sakit dan tidak dapat
  • 8. 8 digerakkan. Sehingga dapat mengganggu retensi, stabilitas dan kenyamanan pada pasien yang menggunakan gigi tiruan. Agar tidak mengganggu retensi, stabilitas, dan kenyamanan pasien pengguna gigi tiruan maka perlu dilakukan pengambilan pada eksostosis tersebut. Tujuannya adalah sebagai berikut: a. Mengganggu kenyamanan protesa b. Mengganggu stabilisasi dan retensi c. Mengganggu estetik karena posisi di labial d. Menimbulkan trauma pada mukosa pasien, kalau tidak mengganggu kenyamanan tidak perlu dihilangkan Pembedahan yang digunakan untuk mengambil eksostosis yaitu dengan alveolektomi. Alveolektomi merupakan bedah preprostetik yang betujuan untuk mengurangi tulang soket dengan cara mengurangi plate labial atau bukal dari prosessus alveolaris dengan pengambilan septum interdental dan interradikuler. Tujuan dilakukannya alveolectomi antara lain: a. Bertujuan mendapatkan protesa dg retensi, stabilsasi, estetik, dan fungsi yang lebih baik b. Untuk membuang ridge alveolus yang tajam dan menonjol c. Untuk membuang tulang intraseptal sewaktu dilakukan gingivektomy d. Untuk membentuk kontur tulang yang sesuai dengan kontur jaringan gingival e. Untuk memperbaiki prognatisme pada maxilla sehingga didapatkan estetik yang baik pada gigi tiruan Alveolectomi sendiri dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi, diantaranya adalah a. Simple alveolectomy, dilakukan setelah multiple extraksi, apabila ada tulang yang tajam diperiksa dulu baru di alveolectomy. b. Radical alveolectomy merupakan pembentukan kontur tulang radik dari tlg alveolar yang diindikasikan karena adanya undercut yang sangat menonjol. Apabila ada protusi maxilla.
  • 9. 9 Atau bisa juga dibagi jadi 2: a. Primer: stlh dicabut, pembersihan tulang. b. Sekunder: tidak saat setelah pencabutan gigi Adapun klasifikasi lainnya, seperti: a. Alveolectomy pada gigi tunggal Dilakukan karena daerah lama tak bergigi sudah mengalami resobsi, sehingga bila gigi tersebut dicabut tampak prosessus alveolaris yang lebih menonjol. b. Alveolectomy Dean’s (pencabutan Multiple) Dilakukan karena tulang antar akar tampak menonjol setelah gigi – gigi dicabut, sehingga dapat dilakukan pencetakan dengan baik. c. Alveolectomy untuk mengurangi protusi maxilla Dilakukan pada kaus labial protusi dari incisivus rahang atas dan prosessus alveolaris yang ekstrim digunakan teknik alveolektomi menurut obwegeser. d. Alveolectomy pada kortikal labial atau bukal Dilakukan bila ada eksostosis pada tulang yang dapat mengganggu stabilitas protesa dan memudahkan pencetakan. Sebelum dilakukannya pembedahan alveolektomy, maka operator harus memperhatikan beberapa factor dalam pelakasanaan alveolectomy. Adapun beberapa factor yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu: a. Bentuk proc. Alveolaris : untuk mendapatkan bentuk U (yang paling baik). b. Sifat tulang yang diambil, gigi tiruan harus diletakkan pada tulang yang compact, jadi harus diperhatikan saat pengambilan tulangnya sehingga tidak gampang teresopsi. c. Usia pasien: pada pasien muda (tulang cenderung elastic atau plastis ) harus seminal mungkin karena pemakaian GTnya lebih lama. d. Penambahan free graf: setelah pencabutan gigi didapatka pembuangan tulang yang berlebih, dilakukan penambahan tulang kembali.
  • 10. 10 Mempercepat proses pembentukan tulang baru, serta mengurangi resopsi tulang. e. Free graf: pengembalian tulang karena saat pengeburan berlebih. Seriphan tulang – tulang hasil pengeburan dikembalikan ke daerah tsb. Perlekatannya dari darah. f. Proses resopsi tulang, maksutnya jika pasien mengalami periodontitis yang parah. Alveolektominya ditunda 4 – 8 minggu, ditangani dulu periodontitisnya. Indikasi dan kontraindikasi dari alveolectomy, antara lain: a. Indikasi: - Rahang yang perlu direparasi untuk prostetik sbg stabilisasi dan retensi dan estetik GT - Adanya alveolar ridge yang runcing yang dapat menyebabkan protesa tidak stabil. - Untuk menghilangkan tuberositas untuk mendapatkan protesa yang stabil - Adanya eksostosis yang perlu di eksisi - Ekstraksi gigi inflamatik atau trauma eksternal - Untuk menghilangkan undercut b. Kontraindikasi: - Pasien dengan penyakit sistemik - Periodontitis, merupakan penyakit periodontal yang parah, yang mengakibatkan kehilangan tulang Setelah mengetahui factor yang perlu diperhatikan dan indikasi serta kontraindikasi pada pembedah alveolektomi. Maka operator harus mengetahui prosedur kerja dalam pembedahan alveolektomy. Berikut adalah prosedur kerja alveolectomy: a. Disinfeksi dengan povidon iodine b. Anastesi daerah kerja
  • 11. 11 c. Buat flap (trapezium atau triangular)pada daerah pembedahan d. Pengurangan tulang dengan bur tulang, knalble tang, bone file e. Dilakukan perabaan dimukosa, kalau masih ada yang tajam dilakukan pengurangan lagi f. Irigasi hingga bersih dengan larutan salin (NaCl) g. Apabila didapatkan pengambilan tulang yang berlebih dilakukan free graf h. Ditutup, dan dijahit i. Pemberian antibiotic, antiinflamasi, analgetik j. Instruksi pasien Setelah dilakukannya alveolectomy, tidak sedikit pasien yang mengeluhkan adanya komplikasi. Komplikasi yang bias timbul pasca dilakukan alveolektyomi antara lain: a. Infeksi b. Parastesi c. Hematoma d. Fraktur tulang e. Osteomilitis f. Resopsi tulang yang berlebihan g. Pembengkakan h. Nekrosis Pada pasien usia lanjut, biasanya ditemukan suatu penyakit sistemik. Diantaranya adalah pasien dengan penyakit jantung. Hubungan bedah alveolectomy dengan pasien riwayat penyakit jantung adalah a. Penggunan anastesi tidak menggunakan adrenalin, b. antibiotic profilaksis, c. Obat antikoagulan (aspirin, aspilet) dihentikan 5 – 7 hari sebelum tindakan pembedahan, d. asepsis alat yang akan digunakan karena akan menyebabkan endokarditis.
  • 12. 12 e. Pada psien penyakit jantung, mudah lelah jadi tindakan jangan terlalu lama. Setelah dilakukannya tindakan alveolektomy pada pasien pengguna gigi tiruan lengkap. Maka pembuatan gigi tiruan lengkap yang baru dapat dilakukan setelah 10 – 14 hari setelah luka operasi sembuh. Kemudian pasien baru dibuatkan gigi tiruan yang baru. Pada scenario diatas disebutkan bahwa terdapat eksostosis. Terbentukanya eksostosi pada scenario dikarenakan adanya proses respsi tulang pada usia lanjut yang terjadi fisologis dan tidak teratur. Sehingga didapatkan sisa tulang resopsi yang tajam dan mungkin ada yang tumpul. Bias juga dikarenakan adanya pencabutan gigi multiple dan tidak dilakukan tindakan alveolektomi primer setelah dilakukan pencabutan. Selain didapatkannya tulang yang tajam atau eksostosis, pada mukosa didekat eksostosis didapatkan ulsearsi yang mengganggu kenyamanan pasien. Prose terjadinya ulsearsi bias dikarenakan adanya eksostosis yang menyebabkan protesa menjadi tidak pas, sehingga protesa tersebut terlalu menekan dan kemudian mengiritasi jaringan penyangga dan timbullah ulser. Untuk mengurangi ketidaknyamanan karena adanya ulserasi maka dokter perlu memberikan medikasi berupa obat topical. Medikasi topical yang biasa digunakan antara lain: a. Topical analgetic b. Covering agent, tujuannya untuk melindungi ulser agar tidak terekspos sehingga proses reparative tidak terganggu. Prognosis setelah alveolectomy pada pasien lansia dengan penyakit jantung adalah baik. Karena factor – factor yang telah disebutkan sebelumnya diperhatikan dengan baik oleh dokter sebelum dilakukan alveolectomy.
  • 13. 13 BAB III PENUTUP A. Peta Konsep Anamnesis: pasien Riwayat Jantung Pemeriksaan eksostosis alveolektomi Jantung Bedah preprostetik Dipertimbangkan indikasi dan kontraindikasinya Pasien lansia dengan GTL tidak nyaman ulserasi Medikasi GTL dilepas
  • 14. 14 B. Kesimpulan Bedah preprostetik merupakan tindakan bedah yang bertujuan memperbaiki keadaan tulang alveolar rahang agar dapat jadi lebih baik untuk penempatan gigi tiruan. Tujuan dilakukan bedah preprostetik bertujuan mendapatkan protesa dengan retensi, stabilsasi, estetik, dan fungsi yang lebih baik. Dalam melakukan tindakan bedah preprostetik ada indikasi dan kontraindikasi yang perlu diperhatikan agar hasil tujuan dari pembedahan tercapai. Selain itu faktor-faktor penting seperti usia, penyakit sistemik, seberapa besar tulang yang dikurangi , dan keadaan edentulous juga harus diperhatikan. Salah satu tindakan bedah preprosteti yang digunakan untuk menghilangkan eksostosis adalah alveolectomi. Alveoletomi memiliki macam – macam klasifikasinya, indikasi dan kontraindikasi serta prosedur yang harus diperhatikan agar tidak terjadi komplikasi seperti infeksi, osteomilitis, nekrosis, hematom dan sebagainya.
  • 15. 15 DAFTAR PUSTAKA 1. Soelarko, R.M. dan Wachijati, H., 1980, Diktat Prostodonsia Full Denture, FKG Unpad, Bandung 2. Budhisidharta, I. J., Narendra, O., Hadriyanto, W., 2009, Penggunaan Bone Graft Dan Membrane Periosteum Pada Apeks Reseksi Gigi Incisivus Immature, FKG UGM 3. Aditya, G., 1999, Alveoloplasty Sebagai Tindakan Bedah Preprostetik, Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. 4. Tucker. Basic Preprosthetic Surgery in Peterson et al., 1998, Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Philadelphia W. B. Saunders Co 5. Stephens W., Preprosthetic Oral and maxillofacial Surgery in Donoff B, 1997. Manual of Oral and Maxillofacial Surgery. St. Louis Mosby 6. www.ui.ac.id drg.asnul arfani sp.prost 7. www.usu.ac.id