SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Fakultas Kedokteran Gigi 
Universitas Indonesia 
Student Log Book
Diskusi Kelompok I Skenario 
Nama Mahasiswa : Muhammad Syarifful Hidayah 
Nama Fasilitator : Dr. drg. Decky Joesiana Indrani, MDSc 
Tanggal / Jam Diskusi : Senin, 13 Oktober 2014 / 09.00-10.00 
Pada DK1 yang diharapkan : Menganalisis masalah dan menyusun peta konsep
1. Identifikasi Istilah yang belum diketahui : 
-Odontogenesis 
-Embriologi Orokranofasial 
-Order of Eruption 
-Vitamin dan Mineral 
-Pembentukan tulang dan gigi janin 
-Wajah 
-Bibir 
-Hidung 
2. Rumusan Masalah 
-Apa itu orokranofasial? 
-Bagaimana embriologi orokranofasial? 
-Bagaimana odontogenesis? 
-Bagaimana order of eruption? 
-Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi orokranofasial, odontogenesis, dan order of 
eruption? 
3. Analisis Masalah
MANDIRI
1. SUMBER PEMBELAJARAN : TEXT BOOK 
JUDUL : Illustrated Dental Embriology, Histology, and Anatomy 
PENULIS : Mary Bath-Balogh, Margaret J. Fehrenbach 
Orokraniofasial (OKF) 
Orokraniofasial berkembang pada umur 4 minggu sampai 12 minggu dan priode awal 
janin. 
profil wajah wajah normal
Perkembangan Palatal 
Pembentukan langit-langit mulut pada embrio (fetus) yang terjadi selama beberapa minggu. 
Langit-langit mulu terbentuk selama 5 minggu saat perkembangan janin. Proses pembentukan langit-langit 
mulut terdiri dari 3 tahap berturut-turut : 
1. Pembentukan langit-langit mulut primer 
2. Pembentukan langit-langit mulut sekunder
3. Penyempurnaan atau penyelesaian langit-langit mulut 
Pembentukan langit-langit mulut primer 
Pada minggu ke-5 saat perkembangan pranatal terbentuk intermaxillary segment. Intermaxillary 
segment terbentuk sebagai hasil dari fusi dua medial saat perkembangan embrio. Intermaxillary 
segment berbentuk irisan baji yang meluas secara inferior dan berhubungan dengan lubang 
hidung dan nasal septum. 
Intermaxillary segment berfungsi sebagai pemisah parsial amtara perkembangan hidung dengan 
perkembangan rongga mulut. Nantinya, bentuk primer langit-langit mulut akan terbentuk 
menjadi bagian premaxillary. 
Pembentukan langit-langit mulut sekunder 
Saat memasuki 6 minggu perkembangan prenatal saat perkembangan janin, maxillary bilateral 
menimbulkan 2 palatal shelves atau proses lateral palatine. Shelves tumbuh secara inferior dan 
berhubungan dengan stomedium dengan arah vertikal, keduanya merupakan proses 
pembentukan lidah. Pada saat itu, lidah mulai terbentuk di bawah faring dan tumbuh yang 
tersambung dengan hidung dan rongga mulut. Selama perkembangan pembentukan lidah, lidah 
kemudian tidak termasuk ke dalam perkembangan palatal shelves. Lidah perlahan berpindah 
secara anterior dan posterior. Proses ini dibantu oleh pertumbuhan rahang bawah. Setelah palatal 
shelves tumbuh secara vertikal, kemudian membalik ke arah superior selama beberapa jam. 
Setelah shelves berpindah menjadi horizontal, superior terlibat dalam perkembang lidah. 
Selanjutnya, kedua shelves palatal memanjang dan berpindah secara medial satu sama lain, hal 
ini merupakan bentuk fusi dalam pembentukan langit-langit mulut sekunder. Langit-langit mulut 
sekunder akan menaikan posterior two thirds yang bersifat keras yang berisi maxillary canines 
dan gigi posterior. Kemudian juga akan menaikan langit-langit mulut yang tidak keras dan 
uvulanya.
Penyelesaian langit-langit mulut 
Sebagai proses akhir dari pembentukan langit-langit mulut, langit-langit mulut sekunder 
bertemu dengan bagian posterior langit-langit primer yang kemudian berfusi. Ketiga proses ini 
pada akhirnya membentuk langit-langit mulut yang telah lengkap(penggabungan bentuk keras 
dan tidak keras) saat 12 minggu perkembangan prenatal. Pembentukan tulang (osifikasi) telah 
dimulai pada bagian anterior langit-langit mulu sejak penggabungan palatal telah selesai. 
Gangguan pada perkembangan langit-langit mulut
Kegagalan proses fusi antara langit-langit mulut primer dengan yang lain dapat menyebabkan 
langit-langit mulut yang sumbing (cleft palate). Gangguan ini dapat dipengaruhi oleh faktor 
hereditas dan faktor lingkungan. Hal ini juga dapat terjadi karena keabnormalan seperti mulut 
sumbing (cleft lip). Hal ini mungkin melibatkan soft palate dan hard palate. Cleft palate(langit-langit 
mulut sumbing) lebih sering terjadi pada wanita. Sedangkan cleft lip(bibir sumbing) lebih 
sering terjadi pada pria. Kelainan dapat menyebabkan kesulitan untuk memberi nutrisi atau 
makanan kepada anak yang menderita, dan anak menderita biasanya sulit untuk berbicara. yang 
Pengembangan Rongga Hidung dan Septum 
Rongga hidung terbentuk bersamaan dengan terbentuknya langit-langit mulut. 
Rongga hidung berfungsi sebagai salah satu organ yang digunakan dalam sistem pernapasan. 
Rongga hidung dan septum terus berkembang seiringan dengan terbentuknya langit-langit 
mulut. Jaringan yang membentuk nasal septum akan tumbuh secara inferior, secara medial 
nasal dan secara superior ke stomodeum. Vetikal Nasal septum kemudian fusi dengan horizontal 
langit-langit mulut yang telah terbentuk. Fusi ini terjadi pada minggu ke-9 dan selesai pada 
minggu ke-12. Dengan terbentuknya fusi antara nasal septum dengan langit-langit mulut maka 
rongga hidung dan rongga mulut kemudian terpisah. Rongga hidung dan rongga mulut 
berkembang menjadi beberapa tipe mukosa seperti lining, respiratory, dan oral mukosa.
Perkembangan Lidah 
Perkembangan lidah terjadi pada saat minggu ke 4 sampai minggu ke 8 perkembangan prenatal. 
Pembentukan Lidah 
Saat memasuki minggu ke 4 perkembangan prenatal, dalam perkembangan embrio, lidah mulai 
berkembang. Perkembangn ini dimulai dengan bentuk pembesaran segitiga medial (triangular 
median swelling), tuberculum impar, atau median tongue bud. Tuberculum impar terletak pada 
garis tengah, pada bagian bawah primitive pharynx. Berikutnya, 2 oval lateral lingual swellings, 
atau distal tongue buds, berkembang pada tuberculum impar. Pembesaran anterior berasal dari 
pertumbuhan mesenchyme dari lengkungan branchial yang pertama. Pasangan lateral lingual 
swellings tumbuh dan bergabung satu sama lain.Median lingual sulcus merupakan demarkasi 
dari fusi kedua lateral lingual swellings. Tuberculum impar tidak memiliki bentuk yang 
mengenali bagian dari lidah yang sudah dewasa(sempurna). Di sekitar lingual swellings, sel 
degenerasi, terjadi pembentukan sulcus. 
Dasar pembentukan lidah 
Dengan segera posterior hasil fusi anterior swellings, pasangan swellings, copula menjadi 
nampak jelas. Copula terbentuk dari fusi mesenchyme pada tahap ke 3 dan ke 4 lengkungan 
branchial (branchial arches). Epiglotic swelling, berkembang dari mesenchyme bagian posterior 
dari branchial arches. Swelling ini menandakan perkembangan daerah posterior dari lidah dan 
nantinya akan menjadi epiglotis. 
Penyelesaian pembentukan lidah 
Copula bergabung dengan swellings anterior dari lengkungan branchial saat minggu ke 8 
perkembangan prenatal. Fusi ini dibatasi oleh sulcus terminalis pada lidah. Sulcus terminal 
tersambung menuju oropharynx pada pitlike depression yang disebut dengan foramen cecum 
yang merupakan bagian awal saluran thyroglossal. Saluran ini merupakan jalur kelenjar thyroid 
yang tersambung dengan leher. Kemudian nantinya saluran ini akan lenyap. Setelah usia 
kehamilan memasuki 8 minggu, lidah sudah lengkap terbentuk.
peran mineral dan vitamin pada pembentukan tulang dan pertumbuhan gigi pada janin
Odontogenesis 
Orokraniofasial (Perkembangan Muka) 
· Pada embrio yang berumur 3 minggu:
Terdapat bulatan yang menonjol yang terbentuk oleh forebrain merupakan bagian terbesar dari wajah. 
Di bawah bulatan yang menonjol tersebut, terdapat sebuah alur yang dalam, yaitu alur mulut 
primitive, yang disebut stomatodeum. 
Perubahan pertama yang signifikan didalam perkembangan wajah disebabkan oleh proliferasi cepat dari 
lapisan mesoderm. 
· Pada embrio yang berumur 4 minggu: 
Tonjolan yang merupakan bagian tengah dari upper-face dikenal sebagai frontonasal process. Tahap 
selanjutnya terbentuk formasi yang dangkal dan alur oval yang dalam, yang disebut nasal pits. Nasal 
pits membagi frontonasal process menjadi sebuah medial nasal process dan dua lateral nasal process. 
· Pada embrio yang berumur 5 minggu: 
Terjadi fusi antara medial nasal dan maxillary processes yang menyempit ke arah nasal pit. The medial 
nasal process tumbuh ke bawah lebih cepat daripada lateral nasal processes. 
· Pada embrio yang berumur 6 minggu: 
Terjadi fusi antara medial dan lateral nasal processes yang menyempitkan lebih banyak nostrils. Medial 
nasal process berkurang. Mata berada di tepi wajah. 
· Pada embrio yang berumur 7 minggu: 
Nasal area agak menonjol. Nasal septum lebih banyak berkurang. Mata berada di permukaan depan 
wajah. 
· Pada embrio yang berumur 8 minggu: 
Kelopak mata berada di permukaan depan wajah. Jaraknya relative berkurang. Mandibula kecil. 
· Pada embrio yang berumur 12 minggu: 
Kelopak mata tertutup. Nostrils tertutup oleh proliferasi lapisan epitel. Hubungan maksila dan 
mandibula normal. 
· Pada wajah orang dewasa: 
Perbedaan-perbedaan dari medial nasal process, lateral nasal process, maxillary process, dan 
mandibular arch terlihat jelas. 
Pembentukan Hidung, Paranasal Sinuses, dan Palatum 
Pada minggu keempat, frontonasal prominence yang merupakan pembentukan awal wajah bagian atas 
membentuk placode yang disebut nasal placode. Jaringan di sekitar nasal placode di frontal prosesus 
inilah yang melakukan perkembangan hidung. Placode kemudian disintegrasi dan membentuk lubang 
nasal atau disebut juga olfactory pits. Nasal pits ini yang kemudian menjadi rongga hidung. 
Di minggu keenam, lubang hidung bagian dalam akan menghasilkan nasal sac yang tumbuh 
secara internal menuju otak yang berkembang. Awalnya, nasal sac dipisahkan oleh oleh membran 
oronasal. Kemudian membran sementara ini lenyap, beriringan dengan pembentukan daerah choanae 
primitif, bagian posterior dari primary palate. Pada perkembangan selanjutnya choanae primitive ini 
akan berpindah ke belakang primary palate. Dengan adanya pertumbuhan secondary palate dan 
primitive nasal chambers, choanae definitif sekarang berada di perbatasan rongga hidung dan faring. Di 
waktu yang sama, superior, middle, dan inferior chonchae berkembang di dinding lateral dari rongga 
nasal. 
Di bagian tengah jaringan sekitar nasal placodes akan membentuk dua bentuk sabit yang 
membesar di antara nasal pits. Bagian tengah ini dinamakan medial nasal prosesus. Selanjutnya medial 
nasal prosesus akan berfusi secara eksternal untuk membentuk bagian tengah dari hidung, mulai dari 
pangkal sampai apex dan bagian tengah bibir atas serta philtrum. 
Bagian luar nasal pits juga membentuk dua bentuk bulan sabit bernama lateral nasal prosesus. 
Lateral nasal processus akan membentuk alae, atau sisi dari hidung. 
Paranasal sinus akan berkembang sebagai diverticula dari lateral nasal wall, dan memanjang 
menjadi tulang maxilla, ethmoid, frontal, dan sphenoid. Paranasal sinus mencapai pertumbuhan 
maksimal pada masa pubertas dan berperan penting pada pembentukan wajah. 
Perkembangan Paranasal Sinus Pascanatal 
Paranasal sinus mempunya 4 pasang sinus: 
- 2 pasang ethmoid sinuses
- 2 pasang frontal sinuses 
- 2 pasang maxillary sinuses 
- 2 pasang sphenoid sinuses 
1. Frontal sinus 
Terdapat di tulang frontal di atas rongga orbital, dan setiap orang memiliki ukuran dan bentuk yang 
berbeda – beda. Pada masa kelahiran, sinuses ini belum ada. Kira – kira setelah umur 2 tahun, 2 anterior 
ethmoid sinuses ini tumbuh kearah tulang frontal dan membentuk tulang sinus di setiap sisi. Frontal 
sinuses mulai kelihatan pada umur 7 tahun di radiograf. Frontal sinuses akan selesai berkembang pada 
umur 14 – 17 tahun. 
2. Ethmoid Sinuses 
Disebut juga ethmoid air cells karena bukan merupakan sepasang sinuses tetapi memiliki banyak 
kompartemen kecil. Ethmoid bones memiliki bagian anterior, middle, dan posterior. Di saat 
pertumbuhan frontal bone, bagian posterior dari ethmoid sinuses akan tumbuh ke sphenoid bone 
dan membentuk sphenoid sinuses. Ethmoid bones mulai tumbuh ketika umut 6 – 8 tahun. 
3. Sphenoid Sinuses 
Berada di badan tulang sphenoid, di bawah kelenjar pituitary. 
4. Maxilllary sinus 
Merupakan sinuses terbesar dari paranasal sinuses. Saat bayi lahir, maxillary sinuses akan sebesar biji 
kacang polong. Namun sinuses tersebut akan membesar dan tumbuh sampai masa puber dan sampai 
semua gigi permanen tumbuh. 
Perkembangan Palatum 
Palatum terbentuk dari 2 struktur embrionik yang terpisah : Primary palate dan Secondary 
palate. 
Perkembangan palatum dimulai pada minggu ke-5 pada periode embrionik dan berakhir pada minggu 
ke-12 pada periode fetal. 
A. Perkembangan Primary Palate 
Selama minggu ke-5 periode prenatal, terbentuklah intermaxillary segment yang merupakan fusi dari 2 
tulang medial nasal. Intermaxillary Segment kemudian membentuk premaksila yang merupakan 1/3 
bagian dari keseluruhan palatum. 
B. Perkembangan Secondary palate 
Selama minggu ke-6 periode prenatal, bilateral maxillary processes membentuk kedua palatal shelves. 
Kedua palatal shelves tersebut akan memanjang ke arah satu sama lain dan berdusi membentuk 
secondary palatal. Secondary palate ini membentuk 2/3 bagian dari palatum durum, palatum mole, dan 
uvula. Median palatine suture pada orang dewasa adalah bukti penggabungan kedua palatal shelf ini. 
Pada akhirnya, secondary palate akan bergabung dengan primary palate pada akhir minggu ke-12 
periode prenatal. Oral cavity akhirnya terpisah dengan nasal cavity. Osifikasi pada palatum durum 
yang anterior dimulai segera setelah fusi kedua palatum selesai. 
Pembentukan Bibir 
Bibir atas terbentuk dari maxillary processes di kedua sisi embrio, dan medial nasal process. 
Maksila yang pada awalnya terletak di lateral embrio akan bergeser ke arah medial dan menekan 
medial nasal process ke arah garis tengah. Bibir bawah terbentuk dari penggabungan dua alur dari 
ektomesenkim dari mandibular processes. 
Pertumbuhan bibir atas pada awalnya lebih cepat dibandingkan dengan bibir bawah. Hal ini 
berkaitan dengan pertumbuhan maxilla yang juga lebih cepat daripada mandibula. Saat Embrio berusia 
sekitar 7-8 minggu, mandibula masih terlihat kecil dan terletak lebih ke belakang dibandingkan maxilla. 
Hal ini disebabkan karena kepala embrio masih menekuk ke bawah sehingga mandibula belum bisa 
tumbuh secara maksimal. Ketika embrio berumur kira-kira 9 minggu, kepala sudah terangkat dan
mandibula akan tumbuh cepat untuk menyamakan posisinya dengan maxilla, dengan demikian posisi 
maxilla dan mandibula akan sejajar, begitu juga dengan bibir atas dan bibir bawah. 
Pertumbuhan dan Perkembangan Maksila 
 Pre-Natal 
Maksila juga berkembang dari pusat osifikasi di maxillary process yang terapat di branchial arch 
pertama. Proses osifikasi dari maksila sama dengan proses osifikasi mandibula. 
Dalam pertumbuhan maksila lebih lanjut, terdapat kartilago sekunder (secondary cartilage) yang 
berpengaruh besar yaitu zygomatic/malar cartilage. Kartilago ini muncul pada saat perkembangan 
tulang zygomatic dan dalam waktu yang singkat dapat berkontribusi dalam perkembangan maksila. 
 Post-Natal 
Pertumbuhan maksila dipengaruhi oleh pertumbuhan otak, pertumbuhan tulang cranial, dan 
nasalseptal guidance, yang memberikan pengaruh signifikan terhadap pergerakan maju mundur maksila 
dari lahir hingga umur 7 tahun. 
Setelah umur 7 tahun hingga dewasa pengaruh-pengaruh tersebut berkurang secara dramatis 
seiring pertumbuhan sutural dan pertumbuhan permukaan intramembranosa mengambil alih. 
Pertumbuhan dan Perkembangan Mandibula 
 Pre-Natal 
Tulang kartilago dari branchial arch pertama yaitu Meckel's cartilage membentuk rahang bawah. Di saat 
minggu ke-6 masa kehamilan, perkembangan tulang kartilago ini meluas sebagai batang hyaline 
cartilage, dilapisi oleh kapsul fibroselular, dari tempat perkembangan telinga (otic capsule) hingga 
midline dimana mandibula bersatu. Saraf mandibular terbagi menjadi lingual dan cabang alveolar 
inferior. Cabang alveolar inferior dibagi lagi menjadi dua, yaitu incisor dan mental branches. 
Di minggu ke-6, bagian lateral Meckel's cartilage mengalami kondensasi dari 
mesenkim di sudut yang dibentuk oleh divisi dari saraf alveolar inferior, incisor, dan 
mental branches. Pada 7 minggu osifikasi intramembranous dimulai dalam kondensasi ini, membentuk 
tulang pertama dari mandibula. Dari pusat osifikasi ini, formasi tulang menyebar cepat secara anterior 
menuju ke midline dan secara posterior menuju titik dimana saraf mandibula dibagi menjadi lingual dan 
cabang alveolar inferior. Perkembangan formasi tulang ini terjadi di sepanjang bagian lateral dari 
Meckel's cartilage, membentuk sebuah palung yang terdiri dari plate lateral dan medial yang bersatukan 
diantara incisor. Lalu perkembangan tulang ini berlangsung hingga menuju midline. Dua pusat osifikasi 
yang tersisa dipisahkan oleh mandibular symphysis sampai bayi akan lahir. 
Perpanjangan Meckel's cartilage yang mengarah ke belakang, nantinya akan menjadi sebuah 
saluran yang berisi saraf alveolar inferior. Ramus mandibula dikembangkan oleh osifikasi secara 
posterior menuju mesenkim dari branchial arch pertama. Titik perbedaan ini ditandai oleh lingula pada 
mandibula dewasa. Meckel's cartilage akan menjadi malleus di telinga dalam dan sphenomalleolar 
ligament. 
Pertumbuhan mandibula lebih lanjut dipengaruhi oleh tiga kartilago sekunder (secondary cartilage), 
yaitu : 
1. Kartilago Kondilar (condylar cartilage) 
Kartilago kondilar muncul pada saat minggu ke-12 masa perkembangan dan secara cepat 
membentuk cone yang berperan besar dalam perkembangan ramus. Kartilago ini dapat berkembang 
menjadi tulang sejati melalui osifikasi endokondral. Tidak semua kartilago kondilar mengalami 
osifikasi, akibatnya ada sisa kartilago yang bertahan hingga 20 tahun. Sisa kartilago kondilar ini 
berguna untuk mekanisme pertumbuhan mandibula. 
2. Kartilago Koronoid (coronoid cartilage) 
Kartilago koronoid muncul saat bulan ke-4 dari masa perkembangan. Kartilago Koronoid ini 
ukurannya melebihi batas anterior dari koronoid process. Kartilago ini bersifat sementara dan akan 
hilang sebelum lahir.
3. Kartilago Symphyseal 
Kartilago ini muncul di jaringan ikat diantara ujung Meckel's cartilage tetapi sepenuhnya 
“berdiri” sendiri (tidak bergantung pada Meckel's cartilage). Mereka akan hilang setelah setahun 
pertama kelahiran. 
 Post-Natal 
Pertumbuhan mandibula terjadi oleh proses remodeling tulang. Mandibula memiliki ciri the 
most delayed growth dan the most post-natal growth dari semua tulang wajah. 
Bagian kanan dan kiri mandibula pada bayi yang baru lahir masih terpisah, kemudian menyatu 
pada midline mental symphisis selama tahun pertama. 
Lokasi utama pertumbuhan post-natal mandibula adalah : 
- endochondral apposition pada tulang rawan condylar 
- intramembraneous apposition pada aspek posterior 
Pada saat lahir, mandibular condylers tumbuh lebih secara horizontal sehinggan condylar 
tumbuh memanjang Sedangkan, pada anak-anak, pertumbuhan lebih secara vertical sehingga 
pertumbuhan condylar meninggi. Pertumbuhan mandibula berlangsung hingga akhir masa remaja, 
sekitar umur 20 tahun. 
Pertumbuhan dan Perkembangan Mata 
Waktu pertumbuhan 
Minggu 3-4 : Pembentukan daerah mata, Vesikel optic 
Minggu 5-6 : Optic cup, Lens Vesicle, Choroid, Arteri Hyaloid. 
Minggu 7-8 : Kornea, Anterior Chamber, Membran pupil, Lensa mata, Retina. 
Minggu 8-10 : Kelopak mata 
Minggu 9-15 : Iris 
Placode adalah suatu lapisan ektoderm embrionik yang datar dan tebal, merupakan asal mula 
terbentuknya organ indera. Mata terbentuk dari dua buah lens placode, masing-masing di bagian lateral 
Processus (Prominence) frontonasal. 
Perkembangan mata dimulai pada minggu keempat embrio, dimulai dari pembentukan vesikel 
optic yang berinvaginasi dari daerah otak dan mengontak lapisan ectoderm di atasnya untuk 
menginduksi lens placode. Kemudian lapisan ektoderm berdiferensiasi menjadi lens cells dan vesikel 
optic mulai melipat ke dalam dengan sendirinya. Lens placode yang telah terbentuk menjadi lens 
vesicle. Vesikel optic akan berkembang menjadi optic cup dan membentuk retina. Lens vesicle juga 
akan menginduksi lapisan ektoderm menjadi kornea.
2. SUMBER PEMBELAJARAN : INTERNET 
Website: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29979/3/Chapter%20II.pdf 
Judul: Proses Erupsi Gigi 
Catatan: 
Cited: 15 Oktober 2014 
Faktor yang mempengaruhi pembentukan okronofacial 
1. Faktor Keturunan (Genetik) 
Faktor keturunan dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi. Faktor genetik 
mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan urutan erupsi gigi, termasuk 
proses kalsifikasi. Pengaruh faktor genetik terhadap erupsi gigi adalah sekitar 78 %. 
2. Faktor Ras 
Perbedaan Ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi permanen.1 
Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa lebih lambat 
daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika Indian. Orang 
Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam Ras yang sama yaitu 
Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang terlalu besar. 
3. Jenis Kelamin 
Waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan bawah terjadi bervariasi pada setiap 
individu. Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan 
laki-laki. Perbedaan ini berkisar antara 1 hingga 6 bulan. 
4. Faktor Lingkungan 
Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan tetapi tidak 
banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor keturunan. Pengaruh faktor 
lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah sekitar 20 %. 
anak-anak dengan tingkat sosial ekonomi tinggi lebih baik.. 
5. Faktor Penyakit 
Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan 
beberapa sindroma, seperti Down syndrome, Cleidocranial dysostosis, Hypothyroidism, 
Hypopituitarism, beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan Hemifacial atrophy. 
6. Faktor Lokal 
Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi ke tempat 
erupsi, malformasi gigi, adanya gigi berlebih, trauma dari benih gigi, mukosa gingiva 
yang menebal, dan gigi desidui yang tanggal sebelum waktunya.
Proses erupsi gigi adalah suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi yang 
dimulai dari tempat pembentukkan gigi di dalam tulang alveolar kemudian gigi 
menembus gingiva sampai akhirnya mencapai dataran oklusal. Pada manusia terdapat 20 
gigi desidui dan 32 gigi permanen. Setiap gigi berbeda-beda secara anatomi, tetapi dasar 
proses pertumbuhannya sama pada semua gigi. 
1. Odontogenesis 
Gigi secara embriologi berasal dari dua jaringan, yaitu ektoderm yang akan membentuk 
enamel dan mesoderm yang akan membentuk pulpa, sementum, dan pulpa.19,20,23 Gigi 
terdiri dari mahkota yang dikelilingi oleh enamel dan dentin serta akar yang tidak ditutupi 
oleh enamel. Gigi terdiri dari pulpa yang vital (terdapat persarafan) yang didukung oleh 
ligamen periodontal. Pada minggu ke-5 masa embrio, epitel ektoderm yang melapisi 
kavum oris mengalami penebalan sepanjang tepi dari bakal rahang atas dan rahang 
bawah. Penebalan ini terdiri atas dua lapisan yang meluas sampai ke mesenkim, di mana 
lapisan pertama yaitu di sebelah labial akan memisahkan diri dan membentuk ruangan di 
antara bibir dan prosesus alveolaris dari rahang. Lapisan kedua yaitu di sebelah lingual 
akan membentuk gigi yang disebut lamina dentalis. Pada lamina dentalis, terjadi 
penebalan yang berbentuk kuncup dan masuk ke dalam jaringan pengikat (mesoderm). 
Kuncup-kuncup ini merupakan benih-benih gigi. Ada 10 benih-benih gigi dalam masing-masing 
tulang rahang yang akan menjadi gigi desidui. Pada awal minggu ke-10 lamina 
dentalis yang masih tinggal akan membentuk kuncup-kuncup lagi yang akan menjadi 
benih-benih gigi permanen. 
Perkembangan gigi dimulai sejak dalam kandungan (fetus) sekitar 28 hari IU. Gigi 
desidui berkembang pada minggu ke-6 dan minggu ke-8 dan gigi permanen berkembang 
pada minggu ke-20. Tahap mineralisasi pada gigi desidui dimulai pada minggu ke-14 IU 
dan seluruh gigi desidui termineralisasi secara sempurna setelah kelahiran. Gigi I dan M1 
permanen termineralisasi pada atau waktu setelah kelahiran, setelah itu baru gigi-gigi 
permanen lain mengalami mineralisasi. 
Erupsi gigi terjadi setelah formasi dan mineralisasi mahkota terbentuk sempurna tetapi 
sebelum akar terbentuk sempurna. Gigi tumbuh dari dua tipe sel, yaitu epitel oral dari 
organ enamel dan sel mesenkim dari papilla dental. Perkembangan enamel dari enamel 
organ dan perkembangan dentin dari papila dental. Mahkota dan bagian akar dibentuk 
sebelum gigi tersebut erupsi, mahkota dibentuk terlebih dahulu, kemudian baru 
pembentukkan akar. Pertumbuhan mandibula dan maksila menurut Sadler, dipersiapkan 
untuk tumbuhnya gigi geligi. Perkembangan gigi dibagi dalam 3 tahap, yaitu : tahap pra-erupsi, 
tahap pra-fungsional (tahap erupsi), dan tahap fungsional. 
1.1 Tahap Pra-Erupsi 
Tahap pra-erupsi, yaitu saat mahkota gigi terbentuk dan posisinya dalam tulang rahang 
cukup stabil (intraosseus), ketika akar gigi mulai terbentuk dan gigi 
Universitas Sumatera Utara 
mulai bergerak di dalam tulang rahang ke arah rongga mulut, penetrasi mukosa, dan pada 
saat akar gigi terbentuk setengah sampai tiga perempat dari panjang akar.25 
Tahap pra-erupsi terdiri dari : 22,23 
a. Inisiasi (Bud Stage) 
Tahap inisiasi merupakan penebalan jaringan ektodermal dan pembentukkan kuntum gigi 
yang dikenal sebagai organ enamel pada minggu ke-10 IU. Perubahan yang paling nyata 
dan paling dominan adalah proliferasi jaringan ektodermal dan jaringan mesenkimal yang 
terus berlanjut. 
b. Proliferasi (Cap Stage) 
Dimulai pada minggu ke-11 IU, sel-sel organ enamel masih terus berproliferasi sehingga organ enamel 
lebih besar sehingga berbentukan cekung seperti topi.
Bagian yang cekung diisi oleh kondensasi jaringan mesenkim dan berproliferasi membentuk papila 
dentis yang akan membentuk dentin. Papila dental yang dikelilingi oleh organ enamel akan 
berdiferensiasi menjadi pulpa. Jaringan mesenkim di bawah papila dental membentuk lapisan yang 
bertambah padat dan berkembang menjadi lapisan fibrosa yaitu kantong gigi (dental sakus) primitif. 
c. Histodiferensiasi (Bell Stage) 
Tahap bel merupakan perubahan bentuk organ enamel dari bentuk topi menjadi bentuk bel. Perubahan 
histodiferensiasi mencakup perubahan sel-sel perifer papila dental menjadi odontoblas (sel-sel 
pembentuk dentin). Ada empat lapisan sel yang dapat dilihat pada tahap bell, yaitu Outer Enamel 
Epithelium, Retikulum Stelata, Stratum Intermedium, dan Inner Enamel Epithelium 
. 
d. Morfodiferensiasi 
Morfodiferensiasi adalah susunan sel-sel dalam perkembangan bentuk jaringan atau organ. Perubahan 
morfodiferensiasi mencakup pembentukkan pola morfologi atau bentuk dasar dan ukuran relatif dari 
mahkota gigi. Morfologi gigi ditentukan bila epitel email bagian dalam tersusun sedemikian rupa 
sehingga batas antara epitel email dan odontoblas merupakan gambaran dentinoenamel junction yang 
akan terbentuk. Dentinoenamel junction mempunyai sifat khas pada setiap gigi, sebagai suatu pola 
tertentu pada pembiakan sel. 
e. Aposisi 
Aposisi adalah pengendapan matriks dari struktur jaringan keras gigi (email, dentin, dan sementum). 
Pertumbuhan aposisi ditandai oleh pengendapan yang teratur dan berirama dari bahan ekstraseluler 
yang mempunyai kemampuan sendiri untuk pertumbuhan yang akan datang. 
f. Kalsifikasi 
Kalsifikasi terjadi dengan pengendapan garam-garam kalsium anorganik selama pengendapan matriks. 
Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang sebelumnya telah mengalami deposisi dengan jalan 
presipitasi dari bagian ke bagian lainnya dengan penambahan lapis demi lapis. Gangguan pada tahap ini 
dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi seperti hipokalsifikasi. 
1.2 Tahap Pra-Fungsional/Pra-Oklusal (Tahap Erupsi) 
Erupsi merupakan istilah yang berasal dari bahasa Latin ‘erumpere’, yang berarti menetaskan. Erupsi 
gigi adalah suatu proses pergeraka gigi secara aksial yang dimulai dari tempat perkembangan gigi di 
dalam tulang alveolar sampai akhirnya mencapai posisi fungsional di dalam rongga mulut. Erupsi gigi 
merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari tahap pembentukkan gigi sampai gigi 
muncul ke rongga mulut. 
Menurut Lew (1997, cit Primasari A, 1992), gigi dinyatakan erupsi jika mahkota telah menembus 
gingiva dan tidak melebihi 3 mm di atas gingiva level dihitung dari tonjol gigi atau dari tepi insisal.14 
Gerakan dalam proses erupsi gigi adalah ke arah vertikal selama proses gigi berlangsung, gigi juga 
mengalami pergerakan miring, rotasi, dan pergerakan ke arah mesial. 
Proses erupsi gigi permanen selain gigi molar permanen, melibatkan gigi desidui, yaitu gigi desidui 
tanggal yang digantikan oleh gigi permanen. Resorpsi tulang dan akar gigi desidui mengawali 
pergantian gigi desidui oleh gigi permanennya. Resoprsi akar gigi desidui dimulai di bagian akar gigi 
desidui yang paling dekat dengan benih gigi permanen. Tahap awal erupsi gigi permanen akan 
menghasilkan tekanan erupsi yang akan menyebabkan resorpsi akar gigi desidui. Namun, folikel gigi 
dan retikulum stelata yang merupakan bagian dari komponen gigi juga berperan dalam resorpsi akar 
gigi desidui.
Gambar 1 : Skema proses molekuler dan seluler saat inisiasi proses resorpsi akar gigi sulung. 
Erupsi gigi permanen tidak terlepas dari proses seluler dan molekuler. Sel-sel retikulum stelata dari gigi 
permanen yang sedang terbentuk mensekresi parathyroid hormone (PTH)-related protein (PTHrP), 
yaitu suatu molekul pengatur pembentukan yang dibutuhkan untuk erupsi gigi. PTHrP yang disereksi 
kemudian terikat dalam suatu fungsi parakrin pada reseptor PTHrP yang diekspresikan oleh sel-sel 
dalam folikel gigi. Interleukin 1a juga disereksi oleh epitel stelata dan dengan cara yang sama terikat 
pada reseptor IL-1a yang ditemukan pada folikel gigi. Akibatnya, sel-sel folikel gigi yang terstimulasi 
ini akan mensereksi faktor-faktor perekrut monosit, seperti colony-stimulating factor-1, monocyte 
chemotactic protein-1 atau vascular endothelial growth factor. Kemudian, di bawah pengaruh faktor-faktor 
tersebut, monosit dibawa dari daerah di dekat folikel gigi yang kaya pembuluh darah dan 
diletakkan di daerah koronal. 
Gambar 2 : Skema dari interaksi sistem RANK/RANKL 
untuk diferensiasi dan aktifasi osteoklas/odontoklas. 
Bila lingkungan folikel gigi mendukung maka monosit-monosit tersebut akan berfusi, lalu 
berdiferensiasi menjadi sel-sel osteoklas atau odontoklas yang jika sel-sel tersebut berkontak dengan 
sel-sel yang mengekspresikan RANKL (Receptor Activator of Nuclear Factor Kappa B Ligand) maka 
akan meresorpsi jaringan keras. RANKL adalah suatu protein yang terikat pada membran yang TNF
ligand yang diekspresikan oleh osteoblast, odontoblast, pulpa, ligamen periodontal, fibroblast, dan 
sementoblas yang berfungsi dalam menginduksi dan mengaktifasi osteoklas dari sel-sel precursor. 
Reseptor RANKL adalah RANK (Receptor Activator of Nuclear Factor Kappa B) yang diekspresikan 
oleh osteoklas dan odontoklas. OPG (Osteoprotegerin) merupakan glikoprotein yang termasuk 
golongan TNF. OPG dihasilkan oleh berbagai macam sel dan menghambat diferensiasi osteoklas dari 
sel prekursornya. OPG juga bertindak sebagi reseptor RANKL dan bila RANKL dan OPG bertemu 
maka tidak terjadi pembentukkan osteoklas. Sel-sel yang mengekspresikan OPG antara lain 
odontoblast, ameloblast, dan sel-sel pulpa. 
Gambar 3 : Skema inhibisi diferensiasi dan aktifasi osteoklas/ odontoklas yang diperantarai OPG. 
Teori mekanisme erupsi gigi dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu : 
1. Gigi didorong atau didesak keluar sebagai hasil dari kekuatan yang dihasilkan dari bawah dan 
disekitarnya, seperti pertumbuhan tulang alveolar, akar, tekanan darah atau tekanan cairan dalam 
jaringan (proliferasi). 
2. Gigi mungkin keluar sebagai hasil dari tarikan jaringan penghubung di sekitar ligamen periodontal. 
Pergerakan gigi ke arah oklusal berhubungan dengan pertumbuhan jaringan ikat di sekitar soket gigi. 
Proliferasi aktif dari ligamen periodontal akan menghasilkan tekanan di sekitar kantung gigi yang 
mendorong gigi ke arah oklusal. Tekanan erupsi pada tahap ini semakin bertambah seiring 
meningkatnya permeabilitas vaskular di sekitar ligamen periodontal yang memicu keluarnya cairan 
secara difus dari dinding vaskular sehingga terjadi penumpukkan cairan di sekitar ligamen periodontal 
yang kemudian menghasilkan tekanan erupsi. Faktor lain yang juga berperan dalam menggerakkan gigi 
ke arah oklusal pada tahap ini adalah perpanjangan dari pulpa, di mana pulpa yang sedang berkembang 
pesat ke arah apikal dapat menghasilkan kekuatan untuk mendorong mahkota ke arah oklusal. 
1.3 Tahap Fungsional/Tahap Oklusal 
Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah tanggal dan berlangsung 
bertahun-tahun. Selama tahap ini gigi bergerak ke arah oklusal, mesial, dan proksimal. Pergerakan gigi 
pada tahap ini bertujuan untuk mengimbangi kehilangan substansi gigi yang terpakai selama berfungsi 
sehingga oklusi dan titik kontak proksimal dipertahankan. 
Pada tahap ini, tulang alveolar masih mengalami pertumbuhan terutama pada bagian soket gigi sebelah 
distal. Demikian halnya dengan sementum pada akar gigi yang menimbulkan interpretasi bahwa 
bergeraknya gigi ke arah oklusal dan proksimal pada tahap ini berhubungan dengan pertumbuhan tulang 
alveolar dan sementum. Interpretasi ini tidak benar, pertumbuhan tulang alveolar dan sementum 
bukanlah penyebab bergeraknya gigi tetapi pertumbuhan tulang alveolar dan sementum yang terjadi 
merupakan hasil dari pergerakan gigi. Pergerakan gigi pada tahap fungsional sama dengan pada tahap 
prafungsional, tetapi proliferasi ligamen periodontal berjalan lambat.
2. Waktu Erupsi Gigi 
Waktu erupsi gigi diartikan sebagai waktu munculnya tonjol gigi atau tepi insisal dari gigi menembus 
gingiva. Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat perbedaan waktu erupsi antara satu populasi dengan 
populasi lain yang berbeda ras.17 Berdasarkan penelitian Hurme pada berbagai etnis di Amerika Serikat 
dan Eropa Barat didapat data bahwa tidak ada dua individu yang mempunyai waktu erupsi yang persis 
sama pada rongga mulut. Perbedaan atau variasi 6 bulan pada erupsi gigi adalah biasa, tetapi 
kecenderungan waktu erupsi terjadi lebih lambat daripada waktu erupsi lebih awal. 
Berdasarkan penelitian Djaharuddin (1997, cit Primasari A, 1980) di Surabaya, terdapat perbedaan 
waktu erupsi gigi permanen pada anak perempuan dan anak laki-laki di mana gigi pada anak perempuan 
lebih cepat dari pada anak laki-laki.14 Menurut Mundiyah, tidak terdapat perbedaan waktu erupsi gigi 
desidui antara anak perempuan dan anak laki-laki. 
Gigi yang bererupsi pertama kalinya adalah gigi susu atau gigi desidui atau gigi primer. Untuk beberapa 
lama gigi susu akan berada dalam rongga mulut untuk melaksanakan aktivitas fungsionalnya, sampai 
akhirnya gigi permanen erupsi untuk menggantikan gigi susu tersebut. Gigi susu berjumlah 20 di 
rongga mulut, yaitu 10 pada maksila dan 10 pada mandibula. Gigi susu terdiri dari insisivus pertama, 
insisivus kedua, kaninus, molar pertama dan molar kedua di mana terdapat sepasang pada rahang untuk 
tiap jenisnya. Erupsi gigi desidui dimulai saat bayi berusia 6 bulan yang ditandai dengan munculnya 
gigi insisivus rahang bawah dan berakhir dengan erupsi gigi molar dua pada usia 2 tahun. 
Gigi permanen berjumlah 32 yang terdiri dari 4 insisivus, 2 kaninus, 4 premolar, dan 6 molar pada 
masing-masing rahang. Waktu erupsi gigi permanen ditandai dengan erupsinya gigi molar pertama 
permanen rahang bawah pada usia 6 tahun. Pada masa ini gigi insisivus pertama rahang bawah juga 
sudah bererupsi di rongga mulut. Gigi insisivus pertama rahang atas dan gigi insisivus kedua rahang 
bawah mulai erupsi pada usia 7-8 tahun, serta gigi insisivus kedua rahang atas erupsi pada usia 8-9 
tahun. Pada usia 10-12 tahun, periode gigi bercampur akan mendekati penyempurnaan ke periode gigi 
permanen. Gigi kaninus rahang bawah erupsi lebih dahulu daripada gigi premolar pertama dan gigi 
premolar kedua rahang bawah. Pada srahang ata, gigi premolar pertama bererupsi lebih dahulu dari gigi 
kaninus dan gigi premolar kedua bererupsi hampir bersamaan dengan gigi kaninus. Erupsi gigi molar 
kedua berdekatan dengan erupsi gigi premolar kedua, tetapi ada kemungkinan gigi molar kedua 
bererupsi lebih dahulu daripada gigi premolar kedua. Erupsi gigi yang paling akhir adalah molar ketiga 
rahang atas dan rahang bawah. 
Proses Pembentukan akar,email,dentin,pulpa gigi 
PEMBENTUKAN ORGAN EMAIL 
Ektoderm akan membentuk email gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah dan disebut 
sebagai epitel odontogenik. Pada lapisan ini juga terjadi proliferasi dan memadat, 
membentuk dental lamina, yang dipisahkan oleh matriks intersel dengan ektomesenkhimal. 
Ektomesenkhimal merupakan jaringan ikat embrional, mengalami proliferasi dan 
memadat. Terdiri dari sel-sel spindle sp stelat dengan substansi dasar bersifat gelatin. 
Fase-fase pembentukan organ email yaitu : 
Bud stage terjadi proliferasi lebih banyak daripada diferensiasi. 
Cap stage terjadi proliferasi, diferensiasi 
Bell stage terjadi morfodiferensiasi 
Kelainan morfogenesis berdasarkan fase pembentukan gigi sebagai berikut :
Pada fase bell stage, sel-sel epitel email luar berbentuk kuboid; sel-sel epitel 
ektomesenkhimal berbentuk kolumner yang akan berfifferensiasi menjadi ameloblas
Perubahan intrasel preameloblas membentuk ameloblas ditanoai sebagai berikut : 
bentuk sel kolumner pendek menjadi panjang; sitoplasma terpolarisasi, dan inti sel ke arah 
basal; retikulum endoplasma kasar, apparatus Golgi, mitokhondria ke arah apikal; 
sitoplasma mengandung sitoskeleton : mikrotubulus, mikroelemen, serabut kontraktil untuk 
sekresi sel. Pembentukan ameloblas dan odontoblast hampir bersamaan. Kekhasan 
ameloblas, sitoplasma bagian apikal (pros. Thome's), letak dekat dentino enamel junction 
tidak ada perpanjangannya. Ameloblas mensekresi protein untuk kalsifikasi sehingga 
terbentuk prisma dan arah pergerakan ameloblas berlawanan dengan odontoblast. Gambar 
;1 ameloblas sebagai berikut :
Gambaran fase-fase pembentukan email gigi sebagai berikut : 
Pembentukan 
dentin: 
Pada pembentukan dentin bagian tonjol lebih awal dibentuk. 
Terjadi sintesis, sekresi matriks organik ekstrasei (kolagen tipe I, III) dengan 
protein non kolagen. Matriks terjadi mineralisasi. Odontoblast bergerak 
menjauh, ada perpanjangan prosesus, berupa kanal tubules dentinalis. Lapisan 
yang belum terkalsifikasi antara odontoblast dan lapisan terkalsifikasi yaitu 
predentin, dentoid. 
Dentin 
Pembentukan, struktur, sifat fisik, biokimiawi dentin menyerupai tulang yaitu 
a) Pertumbuhannya secara aposisi; b) Dimensi hidroksiapatit; c) Ada prosesus 
pada sistem kanalikuli; d) Organiks matriks yaitu kolagen; e) Ada 
ketidaksamaan yaitu pada dentin avaskuler. 
Ada saling ketergantungan dari dentin dengan pulpa, sehingga 
diistilahkan dengan dentin-pulpa kompleks karena pulpa mempertahankan 
dentin dan dentin melindungi pulpa. Matriks organik berupa Kolagen tipe I 
pada dentino enamel junction dan orientasinya ireguler substansi dasar yang 
amorf, terdiri dari glikosaminoglikans; Protein non kolagen 
merupakan bagian terbesar yaitu a) Asam  karboksiglutamat yang kaya 
protein, mempunyai afinitas besar terhadap kalsium; b) Kalsium pengikat 
protein; c) Protein pembentuk tulang, d)Glikoprotein lain yaitu fibronektin, 
dentinonektin; d) Kalsium ATP-ase, alkalin fosfatase dan e) Kolagenase. 
Odontoblast terdiri dari sel-sel stelat pada ektomesenchimal papilla 
dentinalis; berfungsi untuk mempertahankan dan memperbaiki dentin; bentuk 
sel kolumner panjang, bagian basal dekat pulps berupa bagian apikal terdiri 
dari sitoplasma besar dan panjang (prosesus adontoblastik) dan memanjang
dari badan sel ke dentin yang terkalsifikasi; prosesus berada dalam kanal 
tubulus dentinalis. Model sekresi seperti ameloblast, sel-sel asinar glandula 
parotis. Gambar .dentinoblast sebagai berikut : 
Dentinogenesis terdiri dari 2 fase yaitu fase organik dan fase 
anorganik. Fase organik terdiri dari sintesis dan sekresi kolagen, substansi 
dasar, komponen non kolagen. Fase anorganik terdiri dari matriks dan garam-garam 
Ca fosfat. 
Aktivitas odontoblast berupa pengambilan dan penyimpanan ion Ca 
(dalam mitochondria); memproduksi ikatan ion Ca-glikoprotein; memproduksi 
membran yang ada hubungan alkalin fosfatase, menaikkan konsentrasi ion 
fosfat; memproduksi membran yang ada hubungan Ca ATP-ase sebagai 
transport ion Ca 
Secara mikroskopis pada dentin yang sudah dibentuk dapat dijumpai 
garis yang disebut Incremental lines, sebagai akibat pembentukan dentin secara 
aposisi sehingga terbentuk garis regular/ireguler. Terdiri dari 2 macam yaitu 
Garis mayor berupa contour Owen dan Garis minor berupa von Ebner dan 
imbrication line. 
Tubulus dentinalis berjalan dari pulpa sampai dentino enamel 
junction. Beberapa ada yang melewati dentino enamel junction yang disebut 
enamel spindle. Bagian mahkota berbentuk S dan bagian akar lurus. Dekat 
pulpa lebih berdesakan (4-5 kali) daripada dentin enamel junction. Tubulus 
dentinalis terdiri dari : prosesus odontoblasttik, serabut syaraf tanpa myelin, 
sirkulasi cairan ekstrasel, fibril kolagen, kristal hidroksiapatit. Bersifat 
permeabel, sehingga bisa didapatkan mikroorganisme dan produknya, debries 
dari degenerasi sel dan materi bahan tambalan gigi. Bagian intertubuler yaitu 
antara tubulus- tubulus sifat kalsifikasi lebih kecil. Pada peritubuler terjadi
kalsifikasi lebih banyak. Pada bagian dentino enamel junction ada cabang 
pendek 2-3, sifat lebih sensitif, dan pada permukaan beberapa prosesus 
odontoblast kontak dengan ameloblas. Tubulus dentinalis bagian akar kadang-kadang 
berupa cabang pada sisi tubulus yang saling berhubungan. Diameter 
berkurang karena deposisi dari dalam tubulus. Diameter pada dentino enamel 
junction sekitar 2 gm, pada dekat pulpa 3-4 μm. 
Dentin primer adalah dentin yang dibentuk sebelum gigi sempurna 
(pada bagian mahkota dan akar). Dentin sekunder adalah dentin yang dibentuk 
setelah gigi terbentuk sempurna, hal ini karena gigi berfungsi (oklusi), 
pertumbuhannya lambat dan continue, pada daerah sirkumpulpa menyempit 
dan kadang-kadang terbentuk sepanjang tubulus dentinalis, dan kalsifikasi 
lebih baik daripada dentin primer. 
Reaktif, reparatif, atau disebut juga tersier dentin, pembentukannya 
relatif cepat di region tertentu. Pada daerah dimana tubulus dentinalis 
terbuka akibat karies maupun preparasi, temperature tinggi dan terdapat agen 
kimiawi. Yang berperan dalam pembentukan dentin ini adalah sel-sel 
mesenkhimal yang tidak berdifferensiasi. Pada dentin ini tidak ada tubulus 
dentinalis, akibat preparasi dengan temperature tinggi tubulus, dentinalis 
kehilangan prosesus dalam odontoblast sehingga berisi udara kemudian 
terbentuk dead tract. 
Sklerotik atau transparan dentin terbentuk karena umur tua d e n g an prosesus 
dan tubulus dentinalis terjadi kalsifikasi. Terjadi pada dentin perifer dan akar gigi. 
Dapat juga terjadi pada dekat karies, adanya dekalsifikasi lokal sehingga ada 
mineral bebas, yang kemudian terjadi remineralisasi. 
Pulpa 
pulpa terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel yang banyak, matrisk 
fibrosa 
jaringan ikat dan substansi dasar amorf, vaskularisasi tinggi. Ukuran pulpa 
relatif lebar. Struktur pulpa ada 4 zone yaitu 
1. zone odontoblasttik : mengandung odontoblast yang banyak 
2. zone subodontoblasttik : sel-sel sedikit, zone bebas sel (Weil) 
3. zone kaya dengan sel 
4. zone jaringan ikat (sentral pulpa), pembuluh darah dan syaraf banyak 
Sel-sel dalam pulpa terdiri dari sel tetap dan sel bebas. Sel tetap berupa 
odontoblast, fibroblast, sel ektomesenkhimal yang tidak berdifferensiasi. Sel 
bebas berupa makrofag, mast sel, limfosit, leukosit (sel lemak tidak 
didapatkan) 
Fibroblas (dari sel ektomesenchimal yang tidak berdifferensiasi). 
Terdapat pada zone 3. Bentuk pasif berupa fibrosit. Fibroblas berbentuk clips, 
inti sentral dan mempunyai prosesus. Berfungsi untuk memproduksi kolagen 
(tipe I, III) serta sintesis dan sekresi komponen substansi dasar (proteoglikan, 
glikosaminoglikan) 
Sel ektomesenkhimal yang tidak berdifferensiasi terdapat dalam 
jumlah besar, kapasitas regenerasi jaringan pulpa, terdapat pada zone 3 dan 4.
Bentuk sel stelat, inti besar, heterokromatin, terdapat mikrofilamen dan 
mikrotubulus, dapat berpindah, melalui aliran sitoplasma, dan keterlibatan 
matriks ekstrasel. Reseptor sel berfungsi untuk mekanisme sorting pada sel 
dan aliran sel. Komunikasi antar sel berjalan karena ada 
hubungan antar prosesus, differensiasi terminalnya adalah set odontoblast dan 
fibroblast. Pada umur tua menunjukkan jumlah berkurang dan kemampuan 
regenerasi berkurang 
Pada sel makrofag, morfologi dan metabolismenya tergantung pada 
status jaringan. Berasal dari monosit, pada sirkulasi untuk jaringan ikat. 
Letak nukleus tidak sentralis, bentuk seperti ginjal. Sitoplasma terdapat 
gelembung-gelembung/vakuola/lisosome, terdapat enzim hidrolitik sebagai 
digesti intraseluier, misal terhadap bakteri. Mempunyai prosesus/pseudopodia, 
dan permukaan sel berlipat, protrusif, menggambarkan aktifitas fagositosis. 
Banyak mikrofilamen dan mikrotubulus yang berfungsi dalam migrasi dan 
fagositosis. Fungsi utama sel makrofag adalah mencerna dan menelan Benda 
asing, sebagai respons imun, penahanan infeksi bakteri, virus. 
Sel mast biasanya terdapat pada jaringan ikat dan pada keadaan 
inflamasi pulpa, tidak terdapat pada pulpa sehat, terdapat vesikel berisi heparin 
dan histamin. Apabila heparin lepas dari sel maka akan mencegah pembekuan 
darah, histamin sebagai vasodilator. 
Pada matriks fibrosa/jaringan ikat, kolagen sedikit, retikulin dan elastin 
tidak ada. Matriks fibrosa ini sebagai pendukung sel, pembuluh darah, syaraf. 
Pada substansi dasar, terdapat air banyak dan glikoprotein, 
glikosaminoglikans, proteoglikans. 
Vaskularisasi lewat foramen apikalis, pleksus terdapat pada sentral 
pulpa (zone 
2+3) sebagai mikrosirkulasi. Kapiler-kapiler terdapat pada daerah 
subodontoblasttik. Sifatnya fenestrasi/porous menunjukkan transfer nutrient. 
Transfer meliputi : 
1. perubahan antar sel endotel yang berdekatan 
2. melewati set dengan adanya "pore" 
3. pinositolitik vesikel kemudian melewati kapiler lalu venule 
pada akhirnya versa aliran darah dalam pulpa 
Perubahan karena umur meliputi : ukuran berkurang sebagai fungsi 
odontoblast, supply darah berkurang karena kanal menyempit, sensitivitas 
berkurang, sel fibroblast dan sel ektomesenkhimal berkurang, kemampuan 
regenerasi I perbaikan berkurang, serabut kolagen menjadi kaku dan 
kandungan air berkurang. 
Kepentingan klinisnya yaitu : kadang-kadang ada foramina / kanal 
tambahan antara pulpa, ligament periodontal sebagai penyebaran inflamasi, 
terbentuk dentikel (pulp stone) terdiri dari true denticle dan false denticle
PEMBENTUKAN AKAR GIGI 
Pada saat mahkota terbentuk disertai dimulainya pembentukan akar 
gigi, hal ini menunjukkan dimulainya erupsi gigi. Prosesnya : epitel email luar 
bertemu dengan epitel email dalam kemudian terjadi proliferasi membnetuk 
struktur bilaminer kemudian terbentuk epitel selubung akar Hertwig. Teijadi 
pertumbuhan ke bawah yang memisahkan papilla dan folikel gigi. E.e.d tidak 
berdiferensiasi menjadi ameloblas dan berfungsi membentuk inductor 
pembentuk odontoblast. Setelah akar terbentuk, selubung Hertwig 
mengalami fragmentasi dan degenarasi. Kalau ada sisa epitel tersebut maka 
akan terbentuk sisa epitel Malaszes yang terlibat dalam pembentukan kista

More Related Content

What's hot

Struktur jaringan gigi
Struktur jaringan gigiStruktur jaringan gigi
Struktur jaringan gigi
Dede Krhezna
 
Faring dan Kelenjar Ludah
Faring dan Kelenjar LudahFaring dan Kelenjar Ludah
Faring dan Kelenjar Ludah
PSPDG-UNUD
 
Histologi Rongga Mulut
Histologi Rongga Mulut Histologi Rongga Mulut
Histologi Rongga Mulut
PSPDG-UNUD
 
Enamel Dentin Pulpa
Enamel Dentin PulpaEnamel Dentin Pulpa
Enamel Dentin Pulpa
PSPDG-UNUD
 
Sistem Pencernaan - Rongga Mulut
Sistem Pencernaan - Rongga MulutSistem Pencernaan - Rongga Mulut
Sistem Pencernaan - Rongga Mulut
Asti Hayuningtyas
 
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
RSIGM
 

What's hot (20)

3.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi23.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi2
 
Struktur jaringan gigi
Struktur jaringan gigiStruktur jaringan gigi
Struktur jaringan gigi
 
Sk 3
Sk 3Sk 3
Sk 3
 
Faring dan Kelenjar Ludah
Faring dan Kelenjar LudahFaring dan Kelenjar Ludah
Faring dan Kelenjar Ludah
 
Mmp morfologi gigi sulung
Mmp morfologi gigi sulungMmp morfologi gigi sulung
Mmp morfologi gigi sulung
 
Makalah Gingiva
Makalah GingivaMakalah Gingiva
Makalah Gingiva
 
Histologi Rongga Mulut
Histologi Rongga Mulut Histologi Rongga Mulut
Histologi Rongga Mulut
 
Enamel Dentin Pulpa
Enamel Dentin PulpaEnamel Dentin Pulpa
Enamel Dentin Pulpa
 
Abstrak dan learning tasks struktur histologi rongga mulut dan faring pspdg f...
Abstrak dan learning tasks struktur histologi rongga mulut dan faring pspdg f...Abstrak dan learning tasks struktur histologi rongga mulut dan faring pspdg f...
Abstrak dan learning tasks struktur histologi rongga mulut dan faring pspdg f...
 
7. anomali gigi
7. anomali gigi7. anomali gigi
7. anomali gigi
 
Struktur Histologi Rongga Mulut Oleh dr. I Wayan Sugiritama, M.Kes
Struktur Histologi Rongga Mulut Oleh dr. I Wayan Sugiritama, M.KesStruktur Histologi Rongga Mulut Oleh dr. I Wayan Sugiritama, M.Kes
Struktur Histologi Rongga Mulut Oleh dr. I Wayan Sugiritama, M.Kes
 
Cleft lip and palate
Cleft lip and palateCleft lip and palate
Cleft lip and palate
 
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faalSistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal
 
1. dental anatomi
1. dental anatomi1. dental anatomi
1. dental anatomi
 
Fitria hari
Fitria hariFitria hari
Fitria hari
 
Gigi dan mulut
Gigi dan mulutGigi dan mulut
Gigi dan mulut
 
Sistem Pencernaan - Rongga Mulut
Sistem Pencernaan - Rongga MulutSistem Pencernaan - Rongga Mulut
Sistem Pencernaan - Rongga Mulut
 
Makalah labio palato
Makalah labio palatoMakalah labio palato
Makalah labio palato
 
Tugas drg berlian
Tugas drg berlianTugas drg berlian
Tugas drg berlian
 
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
 

Viewers also liked

Makalah perkembangan masa prenatal hingga bayi
Makalah perkembangan masa prenatal hingga bayiMakalah perkembangan masa prenatal hingga bayi
Makalah perkembangan masa prenatal hingga bayi
Dhiah Febri
 
kelainan non karies
kelainan non karieskelainan non karies
kelainan non karies
yuni bhekty
 
Sel epitel pada permukaan pipi bagian dalam
Sel epitel pada permukaan pipi bagian dalamSel epitel pada permukaan pipi bagian dalam
Sel epitel pada permukaan pipi bagian dalam
Awe Wardani
 
Perkembangan pranatal
Perkembangan pranatalPerkembangan pranatal
Perkembangan pranatal
Zie Da
 

Viewers also liked (20)

Makalah perkembangan masa prenatal hingga bayi
Makalah perkembangan masa prenatal hingga bayiMakalah perkembangan masa prenatal hingga bayi
Makalah perkembangan masa prenatal hingga bayi
 
Masa Perkembangan ( prenatal) ppt
Masa Perkembangan ( prenatal) pptMasa Perkembangan ( prenatal) ppt
Masa Perkembangan ( prenatal) ppt
 
Modul FKG 2011
Modul FKG 2011Modul FKG 2011
Modul FKG 2011
 
Makalah psikologi perkembangan pada masa bayi
Makalah psikologi perkembangan pada masa bayiMakalah psikologi perkembangan pada masa bayi
Makalah psikologi perkembangan pada masa bayi
 
GAMBARAN KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR PADA FOSIL MANUSIA PAWON DENGAN PENCITRAA...
GAMBARAN KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR PADA FOSIL MANUSIA PAWON DENGAN PENCITRAA...GAMBARAN KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR PADA FOSIL MANUSIA PAWON DENGAN PENCITRAA...
GAMBARAN KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR PADA FOSIL MANUSIA PAWON DENGAN PENCITRAA...
 
ortodontic
ortodonticortodontic
ortodontic
 
Case Report Meningitis
Case Report MeningitisCase Report Meningitis
Case Report Meningitis
 
kelainan non karies
kelainan non karieskelainan non karies
kelainan non karies
 
Anemia sel sabit
Anemia sel sabitAnemia sel sabit
Anemia sel sabit
 
Pre natal and post natal growth of mandible and tmj
Pre natal and post natal growth of mandible and tmjPre natal and post natal growth of mandible and tmj
Pre natal and post natal growth of mandible and tmj
 
Manajemen Kebidanan
Manajemen KebidananManajemen Kebidanan
Manajemen Kebidanan
 
5 periode prenatal
5 periode prenatal5 periode prenatal
5 periode prenatal
 
Morphology of Permanent Teeth
Morphology of Permanent TeethMorphology of Permanent Teeth
Morphology of Permanent Teeth
 
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-KanakPermasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
 
Pemeriksaan Fisik Gigi dan Mulut by Rachel Sagrim dkk
Pemeriksaan Fisik Gigi dan Mulut by Rachel Sagrim dkkPemeriksaan Fisik Gigi dan Mulut by Rachel Sagrim dkk
Pemeriksaan Fisik Gigi dan Mulut by Rachel Sagrim dkk
 
BIBIR SUMBING by Rakhel Sagrim
BIBIR SUMBING by Rakhel SagrimBIBIR SUMBING by Rakhel Sagrim
BIBIR SUMBING by Rakhel Sagrim
 
A seminar on,hormon receptor
A seminar on,hormon receptorA seminar on,hormon receptor
A seminar on,hormon receptor
 
Sel epitel pada permukaan pipi bagian dalam
Sel epitel pada permukaan pipi bagian dalamSel epitel pada permukaan pipi bagian dalam
Sel epitel pada permukaan pipi bagian dalam
 
Perkembangan pranatal
Perkembangan pranatalPerkembangan pranatal
Perkembangan pranatal
 
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...
 

Similar to Logbook modul 2 bod arif dfdg

Labiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nra
Labiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nraLabiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nra
Labiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nra
Agnes Putri
 
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptxPresentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
ZidanImanaPutraFauzi
 

Similar to Logbook modul 2 bod arif dfdg (20)

Sistem Pencernaan
Sistem Pencernaan Sistem Pencernaan
Sistem Pencernaan
 
Labiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nra
Labiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nraLabiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nra
Labiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nra
 
Makalah labio palato
Makalah labio palatoMakalah labio palato
Makalah labio palato
 
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptxPresentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
 
Makalah labio palato
Makalah labio palatoMakalah labio palato
Makalah labio palato
 
Asuhan neonatus
Asuhan neonatusAsuhan neonatus
Asuhan neonatus
 
Sistem indra
Sistem indraSistem indra
Sistem indra
 
Proses pembentukan Organ penciuman dan Organogenesis
Proses pembentukan Organ penciuman dan OrganogenesisProses pembentukan Organ penciuman dan Organogenesis
Proses pembentukan Organ penciuman dan Organogenesis
 
Makalah oma
Makalah omaMakalah oma
Makalah oma
 
Penatalaksanaan cleft lip palate sumbing aai
Penatalaksanaan cleft lip palate sumbing aaiPenatalaksanaan cleft lip palate sumbing aai
Penatalaksanaan cleft lip palate sumbing aai
 
dokumen.tips_bibir-sumbing-tessa-ppt.pdf
dokumen.tips_bibir-sumbing-tessa-ppt.pdfdokumen.tips_bibir-sumbing-tessa-ppt.pdf
dokumen.tips_bibir-sumbing-tessa-ppt.pdf
 
Crs minggu 2 kelompok 2
Crs minggu 2 kelompok 2Crs minggu 2 kelompok 2
Crs minggu 2 kelompok 2
 
Askep Labiopalatoskisis
Askep LabiopalatoskisisAskep Labiopalatoskisis
Askep Labiopalatoskisis
 
Embriologi gastrointestinal
Embriologi gastrointestinalEmbriologi gastrointestinal
Embriologi gastrointestinal
 
Labiopalatoskisis
LabiopalatoskisisLabiopalatoskisis
Labiopalatoskisis
 
Labioplasty jumat ilmiah
Labioplasty jumat ilmiahLabioplasty jumat ilmiah
Labioplasty jumat ilmiah
 
Konsep Kehamilan
Konsep KehamilanKonsep Kehamilan
Konsep Kehamilan
 
LABIOKISIS
LABIOKISISLABIOKISIS
LABIOKISIS
 
Labioskisis
LabioskisisLabioskisis
Labioskisis
 
faal fisiologi bicara
faal fisiologi bicarafaal fisiologi bicara
faal fisiologi bicara
 

Recently uploaded

Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 

Recently uploaded (20)

Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxFarmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 

Logbook modul 2 bod arif dfdg

  • 1. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Student Log Book
  • 2. Diskusi Kelompok I Skenario Nama Mahasiswa : Muhammad Syarifful Hidayah Nama Fasilitator : Dr. drg. Decky Joesiana Indrani, MDSc Tanggal / Jam Diskusi : Senin, 13 Oktober 2014 / 09.00-10.00 Pada DK1 yang diharapkan : Menganalisis masalah dan menyusun peta konsep
  • 3. 1. Identifikasi Istilah yang belum diketahui : -Odontogenesis -Embriologi Orokranofasial -Order of Eruption -Vitamin dan Mineral -Pembentukan tulang dan gigi janin -Wajah -Bibir -Hidung 2. Rumusan Masalah -Apa itu orokranofasial? -Bagaimana embriologi orokranofasial? -Bagaimana odontogenesis? -Bagaimana order of eruption? -Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi orokranofasial, odontogenesis, dan order of eruption? 3. Analisis Masalah
  • 5. 1. SUMBER PEMBELAJARAN : TEXT BOOK JUDUL : Illustrated Dental Embriology, Histology, and Anatomy PENULIS : Mary Bath-Balogh, Margaret J. Fehrenbach Orokraniofasial (OKF) Orokraniofasial berkembang pada umur 4 minggu sampai 12 minggu dan priode awal janin. profil wajah wajah normal
  • 6. Perkembangan Palatal Pembentukan langit-langit mulut pada embrio (fetus) yang terjadi selama beberapa minggu. Langit-langit mulu terbentuk selama 5 minggu saat perkembangan janin. Proses pembentukan langit-langit mulut terdiri dari 3 tahap berturut-turut : 1. Pembentukan langit-langit mulut primer 2. Pembentukan langit-langit mulut sekunder
  • 7. 3. Penyempurnaan atau penyelesaian langit-langit mulut Pembentukan langit-langit mulut primer Pada minggu ke-5 saat perkembangan pranatal terbentuk intermaxillary segment. Intermaxillary segment terbentuk sebagai hasil dari fusi dua medial saat perkembangan embrio. Intermaxillary segment berbentuk irisan baji yang meluas secara inferior dan berhubungan dengan lubang hidung dan nasal septum. Intermaxillary segment berfungsi sebagai pemisah parsial amtara perkembangan hidung dengan perkembangan rongga mulut. Nantinya, bentuk primer langit-langit mulut akan terbentuk menjadi bagian premaxillary. Pembentukan langit-langit mulut sekunder Saat memasuki 6 minggu perkembangan prenatal saat perkembangan janin, maxillary bilateral menimbulkan 2 palatal shelves atau proses lateral palatine. Shelves tumbuh secara inferior dan berhubungan dengan stomedium dengan arah vertikal, keduanya merupakan proses pembentukan lidah. Pada saat itu, lidah mulai terbentuk di bawah faring dan tumbuh yang tersambung dengan hidung dan rongga mulut. Selama perkembangan pembentukan lidah, lidah kemudian tidak termasuk ke dalam perkembangan palatal shelves. Lidah perlahan berpindah secara anterior dan posterior. Proses ini dibantu oleh pertumbuhan rahang bawah. Setelah palatal shelves tumbuh secara vertikal, kemudian membalik ke arah superior selama beberapa jam. Setelah shelves berpindah menjadi horizontal, superior terlibat dalam perkembang lidah. Selanjutnya, kedua shelves palatal memanjang dan berpindah secara medial satu sama lain, hal ini merupakan bentuk fusi dalam pembentukan langit-langit mulut sekunder. Langit-langit mulut sekunder akan menaikan posterior two thirds yang bersifat keras yang berisi maxillary canines dan gigi posterior. Kemudian juga akan menaikan langit-langit mulut yang tidak keras dan uvulanya.
  • 8. Penyelesaian langit-langit mulut Sebagai proses akhir dari pembentukan langit-langit mulut, langit-langit mulut sekunder bertemu dengan bagian posterior langit-langit primer yang kemudian berfusi. Ketiga proses ini pada akhirnya membentuk langit-langit mulut yang telah lengkap(penggabungan bentuk keras dan tidak keras) saat 12 minggu perkembangan prenatal. Pembentukan tulang (osifikasi) telah dimulai pada bagian anterior langit-langit mulu sejak penggabungan palatal telah selesai. Gangguan pada perkembangan langit-langit mulut
  • 9. Kegagalan proses fusi antara langit-langit mulut primer dengan yang lain dapat menyebabkan langit-langit mulut yang sumbing (cleft palate). Gangguan ini dapat dipengaruhi oleh faktor hereditas dan faktor lingkungan. Hal ini juga dapat terjadi karena keabnormalan seperti mulut sumbing (cleft lip). Hal ini mungkin melibatkan soft palate dan hard palate. Cleft palate(langit-langit mulut sumbing) lebih sering terjadi pada wanita. Sedangkan cleft lip(bibir sumbing) lebih sering terjadi pada pria. Kelainan dapat menyebabkan kesulitan untuk memberi nutrisi atau makanan kepada anak yang menderita, dan anak menderita biasanya sulit untuk berbicara. yang Pengembangan Rongga Hidung dan Septum Rongga hidung terbentuk bersamaan dengan terbentuknya langit-langit mulut. Rongga hidung berfungsi sebagai salah satu organ yang digunakan dalam sistem pernapasan. Rongga hidung dan septum terus berkembang seiringan dengan terbentuknya langit-langit mulut. Jaringan yang membentuk nasal septum akan tumbuh secara inferior, secara medial nasal dan secara superior ke stomodeum. Vetikal Nasal septum kemudian fusi dengan horizontal langit-langit mulut yang telah terbentuk. Fusi ini terjadi pada minggu ke-9 dan selesai pada minggu ke-12. Dengan terbentuknya fusi antara nasal septum dengan langit-langit mulut maka rongga hidung dan rongga mulut kemudian terpisah. Rongga hidung dan rongga mulut berkembang menjadi beberapa tipe mukosa seperti lining, respiratory, dan oral mukosa.
  • 10. Perkembangan Lidah Perkembangan lidah terjadi pada saat minggu ke 4 sampai minggu ke 8 perkembangan prenatal. Pembentukan Lidah Saat memasuki minggu ke 4 perkembangan prenatal, dalam perkembangan embrio, lidah mulai berkembang. Perkembangn ini dimulai dengan bentuk pembesaran segitiga medial (triangular median swelling), tuberculum impar, atau median tongue bud. Tuberculum impar terletak pada garis tengah, pada bagian bawah primitive pharynx. Berikutnya, 2 oval lateral lingual swellings, atau distal tongue buds, berkembang pada tuberculum impar. Pembesaran anterior berasal dari pertumbuhan mesenchyme dari lengkungan branchial yang pertama. Pasangan lateral lingual swellings tumbuh dan bergabung satu sama lain.Median lingual sulcus merupakan demarkasi dari fusi kedua lateral lingual swellings. Tuberculum impar tidak memiliki bentuk yang mengenali bagian dari lidah yang sudah dewasa(sempurna). Di sekitar lingual swellings, sel degenerasi, terjadi pembentukan sulcus. Dasar pembentukan lidah Dengan segera posterior hasil fusi anterior swellings, pasangan swellings, copula menjadi nampak jelas. Copula terbentuk dari fusi mesenchyme pada tahap ke 3 dan ke 4 lengkungan branchial (branchial arches). Epiglotic swelling, berkembang dari mesenchyme bagian posterior dari branchial arches. Swelling ini menandakan perkembangan daerah posterior dari lidah dan nantinya akan menjadi epiglotis. Penyelesaian pembentukan lidah Copula bergabung dengan swellings anterior dari lengkungan branchial saat minggu ke 8 perkembangan prenatal. Fusi ini dibatasi oleh sulcus terminalis pada lidah. Sulcus terminal tersambung menuju oropharynx pada pitlike depression yang disebut dengan foramen cecum yang merupakan bagian awal saluran thyroglossal. Saluran ini merupakan jalur kelenjar thyroid yang tersambung dengan leher. Kemudian nantinya saluran ini akan lenyap. Setelah usia kehamilan memasuki 8 minggu, lidah sudah lengkap terbentuk.
  • 11. peran mineral dan vitamin pada pembentukan tulang dan pertumbuhan gigi pada janin
  • 12. Odontogenesis Orokraniofasial (Perkembangan Muka) · Pada embrio yang berumur 3 minggu:
  • 13. Terdapat bulatan yang menonjol yang terbentuk oleh forebrain merupakan bagian terbesar dari wajah. Di bawah bulatan yang menonjol tersebut, terdapat sebuah alur yang dalam, yaitu alur mulut primitive, yang disebut stomatodeum. Perubahan pertama yang signifikan didalam perkembangan wajah disebabkan oleh proliferasi cepat dari lapisan mesoderm. · Pada embrio yang berumur 4 minggu: Tonjolan yang merupakan bagian tengah dari upper-face dikenal sebagai frontonasal process. Tahap selanjutnya terbentuk formasi yang dangkal dan alur oval yang dalam, yang disebut nasal pits. Nasal pits membagi frontonasal process menjadi sebuah medial nasal process dan dua lateral nasal process. · Pada embrio yang berumur 5 minggu: Terjadi fusi antara medial nasal dan maxillary processes yang menyempit ke arah nasal pit. The medial nasal process tumbuh ke bawah lebih cepat daripada lateral nasal processes. · Pada embrio yang berumur 6 minggu: Terjadi fusi antara medial dan lateral nasal processes yang menyempitkan lebih banyak nostrils. Medial nasal process berkurang. Mata berada di tepi wajah. · Pada embrio yang berumur 7 minggu: Nasal area agak menonjol. Nasal septum lebih banyak berkurang. Mata berada di permukaan depan wajah. · Pada embrio yang berumur 8 minggu: Kelopak mata berada di permukaan depan wajah. Jaraknya relative berkurang. Mandibula kecil. · Pada embrio yang berumur 12 minggu: Kelopak mata tertutup. Nostrils tertutup oleh proliferasi lapisan epitel. Hubungan maksila dan mandibula normal. · Pada wajah orang dewasa: Perbedaan-perbedaan dari medial nasal process, lateral nasal process, maxillary process, dan mandibular arch terlihat jelas. Pembentukan Hidung, Paranasal Sinuses, dan Palatum Pada minggu keempat, frontonasal prominence yang merupakan pembentukan awal wajah bagian atas membentuk placode yang disebut nasal placode. Jaringan di sekitar nasal placode di frontal prosesus inilah yang melakukan perkembangan hidung. Placode kemudian disintegrasi dan membentuk lubang nasal atau disebut juga olfactory pits. Nasal pits ini yang kemudian menjadi rongga hidung. Di minggu keenam, lubang hidung bagian dalam akan menghasilkan nasal sac yang tumbuh secara internal menuju otak yang berkembang. Awalnya, nasal sac dipisahkan oleh oleh membran oronasal. Kemudian membran sementara ini lenyap, beriringan dengan pembentukan daerah choanae primitif, bagian posterior dari primary palate. Pada perkembangan selanjutnya choanae primitive ini akan berpindah ke belakang primary palate. Dengan adanya pertumbuhan secondary palate dan primitive nasal chambers, choanae definitif sekarang berada di perbatasan rongga hidung dan faring. Di waktu yang sama, superior, middle, dan inferior chonchae berkembang di dinding lateral dari rongga nasal. Di bagian tengah jaringan sekitar nasal placodes akan membentuk dua bentuk sabit yang membesar di antara nasal pits. Bagian tengah ini dinamakan medial nasal prosesus. Selanjutnya medial nasal prosesus akan berfusi secara eksternal untuk membentuk bagian tengah dari hidung, mulai dari pangkal sampai apex dan bagian tengah bibir atas serta philtrum. Bagian luar nasal pits juga membentuk dua bentuk bulan sabit bernama lateral nasal prosesus. Lateral nasal processus akan membentuk alae, atau sisi dari hidung. Paranasal sinus akan berkembang sebagai diverticula dari lateral nasal wall, dan memanjang menjadi tulang maxilla, ethmoid, frontal, dan sphenoid. Paranasal sinus mencapai pertumbuhan maksimal pada masa pubertas dan berperan penting pada pembentukan wajah. Perkembangan Paranasal Sinus Pascanatal Paranasal sinus mempunya 4 pasang sinus: - 2 pasang ethmoid sinuses
  • 14. - 2 pasang frontal sinuses - 2 pasang maxillary sinuses - 2 pasang sphenoid sinuses 1. Frontal sinus Terdapat di tulang frontal di atas rongga orbital, dan setiap orang memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda – beda. Pada masa kelahiran, sinuses ini belum ada. Kira – kira setelah umur 2 tahun, 2 anterior ethmoid sinuses ini tumbuh kearah tulang frontal dan membentuk tulang sinus di setiap sisi. Frontal sinuses mulai kelihatan pada umur 7 tahun di radiograf. Frontal sinuses akan selesai berkembang pada umur 14 – 17 tahun. 2. Ethmoid Sinuses Disebut juga ethmoid air cells karena bukan merupakan sepasang sinuses tetapi memiliki banyak kompartemen kecil. Ethmoid bones memiliki bagian anterior, middle, dan posterior. Di saat pertumbuhan frontal bone, bagian posterior dari ethmoid sinuses akan tumbuh ke sphenoid bone dan membentuk sphenoid sinuses. Ethmoid bones mulai tumbuh ketika umut 6 – 8 tahun. 3. Sphenoid Sinuses Berada di badan tulang sphenoid, di bawah kelenjar pituitary. 4. Maxilllary sinus Merupakan sinuses terbesar dari paranasal sinuses. Saat bayi lahir, maxillary sinuses akan sebesar biji kacang polong. Namun sinuses tersebut akan membesar dan tumbuh sampai masa puber dan sampai semua gigi permanen tumbuh. Perkembangan Palatum Palatum terbentuk dari 2 struktur embrionik yang terpisah : Primary palate dan Secondary palate. Perkembangan palatum dimulai pada minggu ke-5 pada periode embrionik dan berakhir pada minggu ke-12 pada periode fetal. A. Perkembangan Primary Palate Selama minggu ke-5 periode prenatal, terbentuklah intermaxillary segment yang merupakan fusi dari 2 tulang medial nasal. Intermaxillary Segment kemudian membentuk premaksila yang merupakan 1/3 bagian dari keseluruhan palatum. B. Perkembangan Secondary palate Selama minggu ke-6 periode prenatal, bilateral maxillary processes membentuk kedua palatal shelves. Kedua palatal shelves tersebut akan memanjang ke arah satu sama lain dan berdusi membentuk secondary palatal. Secondary palate ini membentuk 2/3 bagian dari palatum durum, palatum mole, dan uvula. Median palatine suture pada orang dewasa adalah bukti penggabungan kedua palatal shelf ini. Pada akhirnya, secondary palate akan bergabung dengan primary palate pada akhir minggu ke-12 periode prenatal. Oral cavity akhirnya terpisah dengan nasal cavity. Osifikasi pada palatum durum yang anterior dimulai segera setelah fusi kedua palatum selesai. Pembentukan Bibir Bibir atas terbentuk dari maxillary processes di kedua sisi embrio, dan medial nasal process. Maksila yang pada awalnya terletak di lateral embrio akan bergeser ke arah medial dan menekan medial nasal process ke arah garis tengah. Bibir bawah terbentuk dari penggabungan dua alur dari ektomesenkim dari mandibular processes. Pertumbuhan bibir atas pada awalnya lebih cepat dibandingkan dengan bibir bawah. Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan maxilla yang juga lebih cepat daripada mandibula. Saat Embrio berusia sekitar 7-8 minggu, mandibula masih terlihat kecil dan terletak lebih ke belakang dibandingkan maxilla. Hal ini disebabkan karena kepala embrio masih menekuk ke bawah sehingga mandibula belum bisa tumbuh secara maksimal. Ketika embrio berumur kira-kira 9 minggu, kepala sudah terangkat dan
  • 15. mandibula akan tumbuh cepat untuk menyamakan posisinya dengan maxilla, dengan demikian posisi maxilla dan mandibula akan sejajar, begitu juga dengan bibir atas dan bibir bawah. Pertumbuhan dan Perkembangan Maksila  Pre-Natal Maksila juga berkembang dari pusat osifikasi di maxillary process yang terapat di branchial arch pertama. Proses osifikasi dari maksila sama dengan proses osifikasi mandibula. Dalam pertumbuhan maksila lebih lanjut, terdapat kartilago sekunder (secondary cartilage) yang berpengaruh besar yaitu zygomatic/malar cartilage. Kartilago ini muncul pada saat perkembangan tulang zygomatic dan dalam waktu yang singkat dapat berkontribusi dalam perkembangan maksila.  Post-Natal Pertumbuhan maksila dipengaruhi oleh pertumbuhan otak, pertumbuhan tulang cranial, dan nasalseptal guidance, yang memberikan pengaruh signifikan terhadap pergerakan maju mundur maksila dari lahir hingga umur 7 tahun. Setelah umur 7 tahun hingga dewasa pengaruh-pengaruh tersebut berkurang secara dramatis seiring pertumbuhan sutural dan pertumbuhan permukaan intramembranosa mengambil alih. Pertumbuhan dan Perkembangan Mandibula  Pre-Natal Tulang kartilago dari branchial arch pertama yaitu Meckel's cartilage membentuk rahang bawah. Di saat minggu ke-6 masa kehamilan, perkembangan tulang kartilago ini meluas sebagai batang hyaline cartilage, dilapisi oleh kapsul fibroselular, dari tempat perkembangan telinga (otic capsule) hingga midline dimana mandibula bersatu. Saraf mandibular terbagi menjadi lingual dan cabang alveolar inferior. Cabang alveolar inferior dibagi lagi menjadi dua, yaitu incisor dan mental branches. Di minggu ke-6, bagian lateral Meckel's cartilage mengalami kondensasi dari mesenkim di sudut yang dibentuk oleh divisi dari saraf alveolar inferior, incisor, dan mental branches. Pada 7 minggu osifikasi intramembranous dimulai dalam kondensasi ini, membentuk tulang pertama dari mandibula. Dari pusat osifikasi ini, formasi tulang menyebar cepat secara anterior menuju ke midline dan secara posterior menuju titik dimana saraf mandibula dibagi menjadi lingual dan cabang alveolar inferior. Perkembangan formasi tulang ini terjadi di sepanjang bagian lateral dari Meckel's cartilage, membentuk sebuah palung yang terdiri dari plate lateral dan medial yang bersatukan diantara incisor. Lalu perkembangan tulang ini berlangsung hingga menuju midline. Dua pusat osifikasi yang tersisa dipisahkan oleh mandibular symphysis sampai bayi akan lahir. Perpanjangan Meckel's cartilage yang mengarah ke belakang, nantinya akan menjadi sebuah saluran yang berisi saraf alveolar inferior. Ramus mandibula dikembangkan oleh osifikasi secara posterior menuju mesenkim dari branchial arch pertama. Titik perbedaan ini ditandai oleh lingula pada mandibula dewasa. Meckel's cartilage akan menjadi malleus di telinga dalam dan sphenomalleolar ligament. Pertumbuhan mandibula lebih lanjut dipengaruhi oleh tiga kartilago sekunder (secondary cartilage), yaitu : 1. Kartilago Kondilar (condylar cartilage) Kartilago kondilar muncul pada saat minggu ke-12 masa perkembangan dan secara cepat membentuk cone yang berperan besar dalam perkembangan ramus. Kartilago ini dapat berkembang menjadi tulang sejati melalui osifikasi endokondral. Tidak semua kartilago kondilar mengalami osifikasi, akibatnya ada sisa kartilago yang bertahan hingga 20 tahun. Sisa kartilago kondilar ini berguna untuk mekanisme pertumbuhan mandibula. 2. Kartilago Koronoid (coronoid cartilage) Kartilago koronoid muncul saat bulan ke-4 dari masa perkembangan. Kartilago Koronoid ini ukurannya melebihi batas anterior dari koronoid process. Kartilago ini bersifat sementara dan akan hilang sebelum lahir.
  • 16. 3. Kartilago Symphyseal Kartilago ini muncul di jaringan ikat diantara ujung Meckel's cartilage tetapi sepenuhnya “berdiri” sendiri (tidak bergantung pada Meckel's cartilage). Mereka akan hilang setelah setahun pertama kelahiran.  Post-Natal Pertumbuhan mandibula terjadi oleh proses remodeling tulang. Mandibula memiliki ciri the most delayed growth dan the most post-natal growth dari semua tulang wajah. Bagian kanan dan kiri mandibula pada bayi yang baru lahir masih terpisah, kemudian menyatu pada midline mental symphisis selama tahun pertama. Lokasi utama pertumbuhan post-natal mandibula adalah : - endochondral apposition pada tulang rawan condylar - intramembraneous apposition pada aspek posterior Pada saat lahir, mandibular condylers tumbuh lebih secara horizontal sehinggan condylar tumbuh memanjang Sedangkan, pada anak-anak, pertumbuhan lebih secara vertical sehingga pertumbuhan condylar meninggi. Pertumbuhan mandibula berlangsung hingga akhir masa remaja, sekitar umur 20 tahun. Pertumbuhan dan Perkembangan Mata Waktu pertumbuhan Minggu 3-4 : Pembentukan daerah mata, Vesikel optic Minggu 5-6 : Optic cup, Lens Vesicle, Choroid, Arteri Hyaloid. Minggu 7-8 : Kornea, Anterior Chamber, Membran pupil, Lensa mata, Retina. Minggu 8-10 : Kelopak mata Minggu 9-15 : Iris Placode adalah suatu lapisan ektoderm embrionik yang datar dan tebal, merupakan asal mula terbentuknya organ indera. Mata terbentuk dari dua buah lens placode, masing-masing di bagian lateral Processus (Prominence) frontonasal. Perkembangan mata dimulai pada minggu keempat embrio, dimulai dari pembentukan vesikel optic yang berinvaginasi dari daerah otak dan mengontak lapisan ectoderm di atasnya untuk menginduksi lens placode. Kemudian lapisan ektoderm berdiferensiasi menjadi lens cells dan vesikel optic mulai melipat ke dalam dengan sendirinya. Lens placode yang telah terbentuk menjadi lens vesicle. Vesikel optic akan berkembang menjadi optic cup dan membentuk retina. Lens vesicle juga akan menginduksi lapisan ektoderm menjadi kornea.
  • 17. 2. SUMBER PEMBELAJARAN : INTERNET Website: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29979/3/Chapter%20II.pdf Judul: Proses Erupsi Gigi Catatan: Cited: 15 Oktober 2014 Faktor yang mempengaruhi pembentukan okronofacial 1. Faktor Keturunan (Genetik) Faktor keturunan dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi. Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan urutan erupsi gigi, termasuk proses kalsifikasi. Pengaruh faktor genetik terhadap erupsi gigi adalah sekitar 78 %. 2. Faktor Ras Perbedaan Ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi permanen.1 Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika Indian. Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam Ras yang sama yaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang terlalu besar. 3. Jenis Kelamin Waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan bawah terjadi bervariasi pada setiap individu. Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan laki-laki. Perbedaan ini berkisar antara 1 hingga 6 bulan. 4. Faktor Lingkungan Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan tetapi tidak banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor keturunan. Pengaruh faktor lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah sekitar 20 %. anak-anak dengan tingkat sosial ekonomi tinggi lebih baik.. 5. Faktor Penyakit Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan beberapa sindroma, seperti Down syndrome, Cleidocranial dysostosis, Hypothyroidism, Hypopituitarism, beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan Hemifacial atrophy. 6. Faktor Lokal Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi ke tempat erupsi, malformasi gigi, adanya gigi berlebih, trauma dari benih gigi, mukosa gingiva yang menebal, dan gigi desidui yang tanggal sebelum waktunya.
  • 18. Proses erupsi gigi adalah suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi yang dimulai dari tempat pembentukkan gigi di dalam tulang alveolar kemudian gigi menembus gingiva sampai akhirnya mencapai dataran oklusal. Pada manusia terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen. Setiap gigi berbeda-beda secara anatomi, tetapi dasar proses pertumbuhannya sama pada semua gigi. 1. Odontogenesis Gigi secara embriologi berasal dari dua jaringan, yaitu ektoderm yang akan membentuk enamel dan mesoderm yang akan membentuk pulpa, sementum, dan pulpa.19,20,23 Gigi terdiri dari mahkota yang dikelilingi oleh enamel dan dentin serta akar yang tidak ditutupi oleh enamel. Gigi terdiri dari pulpa yang vital (terdapat persarafan) yang didukung oleh ligamen periodontal. Pada minggu ke-5 masa embrio, epitel ektoderm yang melapisi kavum oris mengalami penebalan sepanjang tepi dari bakal rahang atas dan rahang bawah. Penebalan ini terdiri atas dua lapisan yang meluas sampai ke mesenkim, di mana lapisan pertama yaitu di sebelah labial akan memisahkan diri dan membentuk ruangan di antara bibir dan prosesus alveolaris dari rahang. Lapisan kedua yaitu di sebelah lingual akan membentuk gigi yang disebut lamina dentalis. Pada lamina dentalis, terjadi penebalan yang berbentuk kuncup dan masuk ke dalam jaringan pengikat (mesoderm). Kuncup-kuncup ini merupakan benih-benih gigi. Ada 10 benih-benih gigi dalam masing-masing tulang rahang yang akan menjadi gigi desidui. Pada awal minggu ke-10 lamina dentalis yang masih tinggal akan membentuk kuncup-kuncup lagi yang akan menjadi benih-benih gigi permanen. Perkembangan gigi dimulai sejak dalam kandungan (fetus) sekitar 28 hari IU. Gigi desidui berkembang pada minggu ke-6 dan minggu ke-8 dan gigi permanen berkembang pada minggu ke-20. Tahap mineralisasi pada gigi desidui dimulai pada minggu ke-14 IU dan seluruh gigi desidui termineralisasi secara sempurna setelah kelahiran. Gigi I dan M1 permanen termineralisasi pada atau waktu setelah kelahiran, setelah itu baru gigi-gigi permanen lain mengalami mineralisasi. Erupsi gigi terjadi setelah formasi dan mineralisasi mahkota terbentuk sempurna tetapi sebelum akar terbentuk sempurna. Gigi tumbuh dari dua tipe sel, yaitu epitel oral dari organ enamel dan sel mesenkim dari papilla dental. Perkembangan enamel dari enamel organ dan perkembangan dentin dari papila dental. Mahkota dan bagian akar dibentuk sebelum gigi tersebut erupsi, mahkota dibentuk terlebih dahulu, kemudian baru pembentukkan akar. Pertumbuhan mandibula dan maksila menurut Sadler, dipersiapkan untuk tumbuhnya gigi geligi. Perkembangan gigi dibagi dalam 3 tahap, yaitu : tahap pra-erupsi, tahap pra-fungsional (tahap erupsi), dan tahap fungsional. 1.1 Tahap Pra-Erupsi Tahap pra-erupsi, yaitu saat mahkota gigi terbentuk dan posisinya dalam tulang rahang cukup stabil (intraosseus), ketika akar gigi mulai terbentuk dan gigi Universitas Sumatera Utara mulai bergerak di dalam tulang rahang ke arah rongga mulut, penetrasi mukosa, dan pada saat akar gigi terbentuk setengah sampai tiga perempat dari panjang akar.25 Tahap pra-erupsi terdiri dari : 22,23 a. Inisiasi (Bud Stage) Tahap inisiasi merupakan penebalan jaringan ektodermal dan pembentukkan kuntum gigi yang dikenal sebagai organ enamel pada minggu ke-10 IU. Perubahan yang paling nyata dan paling dominan adalah proliferasi jaringan ektodermal dan jaringan mesenkimal yang terus berlanjut. b. Proliferasi (Cap Stage) Dimulai pada minggu ke-11 IU, sel-sel organ enamel masih terus berproliferasi sehingga organ enamel lebih besar sehingga berbentukan cekung seperti topi.
  • 19. Bagian yang cekung diisi oleh kondensasi jaringan mesenkim dan berproliferasi membentuk papila dentis yang akan membentuk dentin. Papila dental yang dikelilingi oleh organ enamel akan berdiferensiasi menjadi pulpa. Jaringan mesenkim di bawah papila dental membentuk lapisan yang bertambah padat dan berkembang menjadi lapisan fibrosa yaitu kantong gigi (dental sakus) primitif. c. Histodiferensiasi (Bell Stage) Tahap bel merupakan perubahan bentuk organ enamel dari bentuk topi menjadi bentuk bel. Perubahan histodiferensiasi mencakup perubahan sel-sel perifer papila dental menjadi odontoblas (sel-sel pembentuk dentin). Ada empat lapisan sel yang dapat dilihat pada tahap bell, yaitu Outer Enamel Epithelium, Retikulum Stelata, Stratum Intermedium, dan Inner Enamel Epithelium . d. Morfodiferensiasi Morfodiferensiasi adalah susunan sel-sel dalam perkembangan bentuk jaringan atau organ. Perubahan morfodiferensiasi mencakup pembentukkan pola morfologi atau bentuk dasar dan ukuran relatif dari mahkota gigi. Morfologi gigi ditentukan bila epitel email bagian dalam tersusun sedemikian rupa sehingga batas antara epitel email dan odontoblas merupakan gambaran dentinoenamel junction yang akan terbentuk. Dentinoenamel junction mempunyai sifat khas pada setiap gigi, sebagai suatu pola tertentu pada pembiakan sel. e. Aposisi Aposisi adalah pengendapan matriks dari struktur jaringan keras gigi (email, dentin, dan sementum). Pertumbuhan aposisi ditandai oleh pengendapan yang teratur dan berirama dari bahan ekstraseluler yang mempunyai kemampuan sendiri untuk pertumbuhan yang akan datang. f. Kalsifikasi Kalsifikasi terjadi dengan pengendapan garam-garam kalsium anorganik selama pengendapan matriks. Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang sebelumnya telah mengalami deposisi dengan jalan presipitasi dari bagian ke bagian lainnya dengan penambahan lapis demi lapis. Gangguan pada tahap ini dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi seperti hipokalsifikasi. 1.2 Tahap Pra-Fungsional/Pra-Oklusal (Tahap Erupsi) Erupsi merupakan istilah yang berasal dari bahasa Latin ‘erumpere’, yang berarti menetaskan. Erupsi gigi adalah suatu proses pergeraka gigi secara aksial yang dimulai dari tempat perkembangan gigi di dalam tulang alveolar sampai akhirnya mencapai posisi fungsional di dalam rongga mulut. Erupsi gigi merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari tahap pembentukkan gigi sampai gigi muncul ke rongga mulut. Menurut Lew (1997, cit Primasari A, 1992), gigi dinyatakan erupsi jika mahkota telah menembus gingiva dan tidak melebihi 3 mm di atas gingiva level dihitung dari tonjol gigi atau dari tepi insisal.14 Gerakan dalam proses erupsi gigi adalah ke arah vertikal selama proses gigi berlangsung, gigi juga mengalami pergerakan miring, rotasi, dan pergerakan ke arah mesial. Proses erupsi gigi permanen selain gigi molar permanen, melibatkan gigi desidui, yaitu gigi desidui tanggal yang digantikan oleh gigi permanen. Resorpsi tulang dan akar gigi desidui mengawali pergantian gigi desidui oleh gigi permanennya. Resoprsi akar gigi desidui dimulai di bagian akar gigi desidui yang paling dekat dengan benih gigi permanen. Tahap awal erupsi gigi permanen akan menghasilkan tekanan erupsi yang akan menyebabkan resorpsi akar gigi desidui. Namun, folikel gigi dan retikulum stelata yang merupakan bagian dari komponen gigi juga berperan dalam resorpsi akar gigi desidui.
  • 20. Gambar 1 : Skema proses molekuler dan seluler saat inisiasi proses resorpsi akar gigi sulung. Erupsi gigi permanen tidak terlepas dari proses seluler dan molekuler. Sel-sel retikulum stelata dari gigi permanen yang sedang terbentuk mensekresi parathyroid hormone (PTH)-related protein (PTHrP), yaitu suatu molekul pengatur pembentukan yang dibutuhkan untuk erupsi gigi. PTHrP yang disereksi kemudian terikat dalam suatu fungsi parakrin pada reseptor PTHrP yang diekspresikan oleh sel-sel dalam folikel gigi. Interleukin 1a juga disereksi oleh epitel stelata dan dengan cara yang sama terikat pada reseptor IL-1a yang ditemukan pada folikel gigi. Akibatnya, sel-sel folikel gigi yang terstimulasi ini akan mensereksi faktor-faktor perekrut monosit, seperti colony-stimulating factor-1, monocyte chemotactic protein-1 atau vascular endothelial growth factor. Kemudian, di bawah pengaruh faktor-faktor tersebut, monosit dibawa dari daerah di dekat folikel gigi yang kaya pembuluh darah dan diletakkan di daerah koronal. Gambar 2 : Skema dari interaksi sistem RANK/RANKL untuk diferensiasi dan aktifasi osteoklas/odontoklas. Bila lingkungan folikel gigi mendukung maka monosit-monosit tersebut akan berfusi, lalu berdiferensiasi menjadi sel-sel osteoklas atau odontoklas yang jika sel-sel tersebut berkontak dengan sel-sel yang mengekspresikan RANKL (Receptor Activator of Nuclear Factor Kappa B Ligand) maka akan meresorpsi jaringan keras. RANKL adalah suatu protein yang terikat pada membran yang TNF
  • 21. ligand yang diekspresikan oleh osteoblast, odontoblast, pulpa, ligamen periodontal, fibroblast, dan sementoblas yang berfungsi dalam menginduksi dan mengaktifasi osteoklas dari sel-sel precursor. Reseptor RANKL adalah RANK (Receptor Activator of Nuclear Factor Kappa B) yang diekspresikan oleh osteoklas dan odontoklas. OPG (Osteoprotegerin) merupakan glikoprotein yang termasuk golongan TNF. OPG dihasilkan oleh berbagai macam sel dan menghambat diferensiasi osteoklas dari sel prekursornya. OPG juga bertindak sebagi reseptor RANKL dan bila RANKL dan OPG bertemu maka tidak terjadi pembentukkan osteoklas. Sel-sel yang mengekspresikan OPG antara lain odontoblast, ameloblast, dan sel-sel pulpa. Gambar 3 : Skema inhibisi diferensiasi dan aktifasi osteoklas/ odontoklas yang diperantarai OPG. Teori mekanisme erupsi gigi dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu : 1. Gigi didorong atau didesak keluar sebagai hasil dari kekuatan yang dihasilkan dari bawah dan disekitarnya, seperti pertumbuhan tulang alveolar, akar, tekanan darah atau tekanan cairan dalam jaringan (proliferasi). 2. Gigi mungkin keluar sebagai hasil dari tarikan jaringan penghubung di sekitar ligamen periodontal. Pergerakan gigi ke arah oklusal berhubungan dengan pertumbuhan jaringan ikat di sekitar soket gigi. Proliferasi aktif dari ligamen periodontal akan menghasilkan tekanan di sekitar kantung gigi yang mendorong gigi ke arah oklusal. Tekanan erupsi pada tahap ini semakin bertambah seiring meningkatnya permeabilitas vaskular di sekitar ligamen periodontal yang memicu keluarnya cairan secara difus dari dinding vaskular sehingga terjadi penumpukkan cairan di sekitar ligamen periodontal yang kemudian menghasilkan tekanan erupsi. Faktor lain yang juga berperan dalam menggerakkan gigi ke arah oklusal pada tahap ini adalah perpanjangan dari pulpa, di mana pulpa yang sedang berkembang pesat ke arah apikal dapat menghasilkan kekuatan untuk mendorong mahkota ke arah oklusal. 1.3 Tahap Fungsional/Tahap Oklusal Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah tanggal dan berlangsung bertahun-tahun. Selama tahap ini gigi bergerak ke arah oklusal, mesial, dan proksimal. Pergerakan gigi pada tahap ini bertujuan untuk mengimbangi kehilangan substansi gigi yang terpakai selama berfungsi sehingga oklusi dan titik kontak proksimal dipertahankan. Pada tahap ini, tulang alveolar masih mengalami pertumbuhan terutama pada bagian soket gigi sebelah distal. Demikian halnya dengan sementum pada akar gigi yang menimbulkan interpretasi bahwa bergeraknya gigi ke arah oklusal dan proksimal pada tahap ini berhubungan dengan pertumbuhan tulang alveolar dan sementum. Interpretasi ini tidak benar, pertumbuhan tulang alveolar dan sementum bukanlah penyebab bergeraknya gigi tetapi pertumbuhan tulang alveolar dan sementum yang terjadi merupakan hasil dari pergerakan gigi. Pergerakan gigi pada tahap fungsional sama dengan pada tahap prafungsional, tetapi proliferasi ligamen periodontal berjalan lambat.
  • 22. 2. Waktu Erupsi Gigi Waktu erupsi gigi diartikan sebagai waktu munculnya tonjol gigi atau tepi insisal dari gigi menembus gingiva. Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat perbedaan waktu erupsi antara satu populasi dengan populasi lain yang berbeda ras.17 Berdasarkan penelitian Hurme pada berbagai etnis di Amerika Serikat dan Eropa Barat didapat data bahwa tidak ada dua individu yang mempunyai waktu erupsi yang persis sama pada rongga mulut. Perbedaan atau variasi 6 bulan pada erupsi gigi adalah biasa, tetapi kecenderungan waktu erupsi terjadi lebih lambat daripada waktu erupsi lebih awal. Berdasarkan penelitian Djaharuddin (1997, cit Primasari A, 1980) di Surabaya, terdapat perbedaan waktu erupsi gigi permanen pada anak perempuan dan anak laki-laki di mana gigi pada anak perempuan lebih cepat dari pada anak laki-laki.14 Menurut Mundiyah, tidak terdapat perbedaan waktu erupsi gigi desidui antara anak perempuan dan anak laki-laki. Gigi yang bererupsi pertama kalinya adalah gigi susu atau gigi desidui atau gigi primer. Untuk beberapa lama gigi susu akan berada dalam rongga mulut untuk melaksanakan aktivitas fungsionalnya, sampai akhirnya gigi permanen erupsi untuk menggantikan gigi susu tersebut. Gigi susu berjumlah 20 di rongga mulut, yaitu 10 pada maksila dan 10 pada mandibula. Gigi susu terdiri dari insisivus pertama, insisivus kedua, kaninus, molar pertama dan molar kedua di mana terdapat sepasang pada rahang untuk tiap jenisnya. Erupsi gigi desidui dimulai saat bayi berusia 6 bulan yang ditandai dengan munculnya gigi insisivus rahang bawah dan berakhir dengan erupsi gigi molar dua pada usia 2 tahun. Gigi permanen berjumlah 32 yang terdiri dari 4 insisivus, 2 kaninus, 4 premolar, dan 6 molar pada masing-masing rahang. Waktu erupsi gigi permanen ditandai dengan erupsinya gigi molar pertama permanen rahang bawah pada usia 6 tahun. Pada masa ini gigi insisivus pertama rahang bawah juga sudah bererupsi di rongga mulut. Gigi insisivus pertama rahang atas dan gigi insisivus kedua rahang bawah mulai erupsi pada usia 7-8 tahun, serta gigi insisivus kedua rahang atas erupsi pada usia 8-9 tahun. Pada usia 10-12 tahun, periode gigi bercampur akan mendekati penyempurnaan ke periode gigi permanen. Gigi kaninus rahang bawah erupsi lebih dahulu daripada gigi premolar pertama dan gigi premolar kedua rahang bawah. Pada srahang ata, gigi premolar pertama bererupsi lebih dahulu dari gigi kaninus dan gigi premolar kedua bererupsi hampir bersamaan dengan gigi kaninus. Erupsi gigi molar kedua berdekatan dengan erupsi gigi premolar kedua, tetapi ada kemungkinan gigi molar kedua bererupsi lebih dahulu daripada gigi premolar kedua. Erupsi gigi yang paling akhir adalah molar ketiga rahang atas dan rahang bawah. Proses Pembentukan akar,email,dentin,pulpa gigi PEMBENTUKAN ORGAN EMAIL Ektoderm akan membentuk email gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah dan disebut sebagai epitel odontogenik. Pada lapisan ini juga terjadi proliferasi dan memadat, membentuk dental lamina, yang dipisahkan oleh matriks intersel dengan ektomesenkhimal. Ektomesenkhimal merupakan jaringan ikat embrional, mengalami proliferasi dan memadat. Terdiri dari sel-sel spindle sp stelat dengan substansi dasar bersifat gelatin. Fase-fase pembentukan organ email yaitu : Bud stage terjadi proliferasi lebih banyak daripada diferensiasi. Cap stage terjadi proliferasi, diferensiasi Bell stage terjadi morfodiferensiasi Kelainan morfogenesis berdasarkan fase pembentukan gigi sebagai berikut :
  • 23. Pada fase bell stage, sel-sel epitel email luar berbentuk kuboid; sel-sel epitel ektomesenkhimal berbentuk kolumner yang akan berfifferensiasi menjadi ameloblas
  • 24. Perubahan intrasel preameloblas membentuk ameloblas ditanoai sebagai berikut : bentuk sel kolumner pendek menjadi panjang; sitoplasma terpolarisasi, dan inti sel ke arah basal; retikulum endoplasma kasar, apparatus Golgi, mitokhondria ke arah apikal; sitoplasma mengandung sitoskeleton : mikrotubulus, mikroelemen, serabut kontraktil untuk sekresi sel. Pembentukan ameloblas dan odontoblast hampir bersamaan. Kekhasan ameloblas, sitoplasma bagian apikal (pros. Thome's), letak dekat dentino enamel junction tidak ada perpanjangannya. Ameloblas mensekresi protein untuk kalsifikasi sehingga terbentuk prisma dan arah pergerakan ameloblas berlawanan dengan odontoblast. Gambar ;1 ameloblas sebagai berikut :
  • 25. Gambaran fase-fase pembentukan email gigi sebagai berikut : Pembentukan dentin: Pada pembentukan dentin bagian tonjol lebih awal dibentuk. Terjadi sintesis, sekresi matriks organik ekstrasei (kolagen tipe I, III) dengan protein non kolagen. Matriks terjadi mineralisasi. Odontoblast bergerak menjauh, ada perpanjangan prosesus, berupa kanal tubules dentinalis. Lapisan yang belum terkalsifikasi antara odontoblast dan lapisan terkalsifikasi yaitu predentin, dentoid. Dentin Pembentukan, struktur, sifat fisik, biokimiawi dentin menyerupai tulang yaitu a) Pertumbuhannya secara aposisi; b) Dimensi hidroksiapatit; c) Ada prosesus pada sistem kanalikuli; d) Organiks matriks yaitu kolagen; e) Ada ketidaksamaan yaitu pada dentin avaskuler. Ada saling ketergantungan dari dentin dengan pulpa, sehingga diistilahkan dengan dentin-pulpa kompleks karena pulpa mempertahankan dentin dan dentin melindungi pulpa. Matriks organik berupa Kolagen tipe I pada dentino enamel junction dan orientasinya ireguler substansi dasar yang amorf, terdiri dari glikosaminoglikans; Protein non kolagen merupakan bagian terbesar yaitu a) Asam  karboksiglutamat yang kaya protein, mempunyai afinitas besar terhadap kalsium; b) Kalsium pengikat protein; c) Protein pembentuk tulang, d)Glikoprotein lain yaitu fibronektin, dentinonektin; d) Kalsium ATP-ase, alkalin fosfatase dan e) Kolagenase. Odontoblast terdiri dari sel-sel stelat pada ektomesenchimal papilla dentinalis; berfungsi untuk mempertahankan dan memperbaiki dentin; bentuk sel kolumner panjang, bagian basal dekat pulps berupa bagian apikal terdiri dari sitoplasma besar dan panjang (prosesus adontoblastik) dan memanjang
  • 26. dari badan sel ke dentin yang terkalsifikasi; prosesus berada dalam kanal tubulus dentinalis. Model sekresi seperti ameloblast, sel-sel asinar glandula parotis. Gambar .dentinoblast sebagai berikut : Dentinogenesis terdiri dari 2 fase yaitu fase organik dan fase anorganik. Fase organik terdiri dari sintesis dan sekresi kolagen, substansi dasar, komponen non kolagen. Fase anorganik terdiri dari matriks dan garam-garam Ca fosfat. Aktivitas odontoblast berupa pengambilan dan penyimpanan ion Ca (dalam mitochondria); memproduksi ikatan ion Ca-glikoprotein; memproduksi membran yang ada hubungan alkalin fosfatase, menaikkan konsentrasi ion fosfat; memproduksi membran yang ada hubungan Ca ATP-ase sebagai transport ion Ca Secara mikroskopis pada dentin yang sudah dibentuk dapat dijumpai garis yang disebut Incremental lines, sebagai akibat pembentukan dentin secara aposisi sehingga terbentuk garis regular/ireguler. Terdiri dari 2 macam yaitu Garis mayor berupa contour Owen dan Garis minor berupa von Ebner dan imbrication line. Tubulus dentinalis berjalan dari pulpa sampai dentino enamel junction. Beberapa ada yang melewati dentino enamel junction yang disebut enamel spindle. Bagian mahkota berbentuk S dan bagian akar lurus. Dekat pulpa lebih berdesakan (4-5 kali) daripada dentin enamel junction. Tubulus dentinalis terdiri dari : prosesus odontoblasttik, serabut syaraf tanpa myelin, sirkulasi cairan ekstrasel, fibril kolagen, kristal hidroksiapatit. Bersifat permeabel, sehingga bisa didapatkan mikroorganisme dan produknya, debries dari degenerasi sel dan materi bahan tambalan gigi. Bagian intertubuler yaitu antara tubulus- tubulus sifat kalsifikasi lebih kecil. Pada peritubuler terjadi
  • 27. kalsifikasi lebih banyak. Pada bagian dentino enamel junction ada cabang pendek 2-3, sifat lebih sensitif, dan pada permukaan beberapa prosesus odontoblast kontak dengan ameloblas. Tubulus dentinalis bagian akar kadang-kadang berupa cabang pada sisi tubulus yang saling berhubungan. Diameter berkurang karena deposisi dari dalam tubulus. Diameter pada dentino enamel junction sekitar 2 gm, pada dekat pulpa 3-4 μm. Dentin primer adalah dentin yang dibentuk sebelum gigi sempurna (pada bagian mahkota dan akar). Dentin sekunder adalah dentin yang dibentuk setelah gigi terbentuk sempurna, hal ini karena gigi berfungsi (oklusi), pertumbuhannya lambat dan continue, pada daerah sirkumpulpa menyempit dan kadang-kadang terbentuk sepanjang tubulus dentinalis, dan kalsifikasi lebih baik daripada dentin primer. Reaktif, reparatif, atau disebut juga tersier dentin, pembentukannya relatif cepat di region tertentu. Pada daerah dimana tubulus dentinalis terbuka akibat karies maupun preparasi, temperature tinggi dan terdapat agen kimiawi. Yang berperan dalam pembentukan dentin ini adalah sel-sel mesenkhimal yang tidak berdifferensiasi. Pada dentin ini tidak ada tubulus dentinalis, akibat preparasi dengan temperature tinggi tubulus, dentinalis kehilangan prosesus dalam odontoblast sehingga berisi udara kemudian terbentuk dead tract. Sklerotik atau transparan dentin terbentuk karena umur tua d e n g an prosesus dan tubulus dentinalis terjadi kalsifikasi. Terjadi pada dentin perifer dan akar gigi. Dapat juga terjadi pada dekat karies, adanya dekalsifikasi lokal sehingga ada mineral bebas, yang kemudian terjadi remineralisasi. Pulpa pulpa terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel yang banyak, matrisk fibrosa jaringan ikat dan substansi dasar amorf, vaskularisasi tinggi. Ukuran pulpa relatif lebar. Struktur pulpa ada 4 zone yaitu 1. zone odontoblasttik : mengandung odontoblast yang banyak 2. zone subodontoblasttik : sel-sel sedikit, zone bebas sel (Weil) 3. zone kaya dengan sel 4. zone jaringan ikat (sentral pulpa), pembuluh darah dan syaraf banyak Sel-sel dalam pulpa terdiri dari sel tetap dan sel bebas. Sel tetap berupa odontoblast, fibroblast, sel ektomesenkhimal yang tidak berdifferensiasi. Sel bebas berupa makrofag, mast sel, limfosit, leukosit (sel lemak tidak didapatkan) Fibroblas (dari sel ektomesenchimal yang tidak berdifferensiasi). Terdapat pada zone 3. Bentuk pasif berupa fibrosit. Fibroblas berbentuk clips, inti sentral dan mempunyai prosesus. Berfungsi untuk memproduksi kolagen (tipe I, III) serta sintesis dan sekresi komponen substansi dasar (proteoglikan, glikosaminoglikan) Sel ektomesenkhimal yang tidak berdifferensiasi terdapat dalam jumlah besar, kapasitas regenerasi jaringan pulpa, terdapat pada zone 3 dan 4.
  • 28. Bentuk sel stelat, inti besar, heterokromatin, terdapat mikrofilamen dan mikrotubulus, dapat berpindah, melalui aliran sitoplasma, dan keterlibatan matriks ekstrasel. Reseptor sel berfungsi untuk mekanisme sorting pada sel dan aliran sel. Komunikasi antar sel berjalan karena ada hubungan antar prosesus, differensiasi terminalnya adalah set odontoblast dan fibroblast. Pada umur tua menunjukkan jumlah berkurang dan kemampuan regenerasi berkurang Pada sel makrofag, morfologi dan metabolismenya tergantung pada status jaringan. Berasal dari monosit, pada sirkulasi untuk jaringan ikat. Letak nukleus tidak sentralis, bentuk seperti ginjal. Sitoplasma terdapat gelembung-gelembung/vakuola/lisosome, terdapat enzim hidrolitik sebagai digesti intraseluier, misal terhadap bakteri. Mempunyai prosesus/pseudopodia, dan permukaan sel berlipat, protrusif, menggambarkan aktifitas fagositosis. Banyak mikrofilamen dan mikrotubulus yang berfungsi dalam migrasi dan fagositosis. Fungsi utama sel makrofag adalah mencerna dan menelan Benda asing, sebagai respons imun, penahanan infeksi bakteri, virus. Sel mast biasanya terdapat pada jaringan ikat dan pada keadaan inflamasi pulpa, tidak terdapat pada pulpa sehat, terdapat vesikel berisi heparin dan histamin. Apabila heparin lepas dari sel maka akan mencegah pembekuan darah, histamin sebagai vasodilator. Pada matriks fibrosa/jaringan ikat, kolagen sedikit, retikulin dan elastin tidak ada. Matriks fibrosa ini sebagai pendukung sel, pembuluh darah, syaraf. Pada substansi dasar, terdapat air banyak dan glikoprotein, glikosaminoglikans, proteoglikans. Vaskularisasi lewat foramen apikalis, pleksus terdapat pada sentral pulpa (zone 2+3) sebagai mikrosirkulasi. Kapiler-kapiler terdapat pada daerah subodontoblasttik. Sifatnya fenestrasi/porous menunjukkan transfer nutrient. Transfer meliputi : 1. perubahan antar sel endotel yang berdekatan 2. melewati set dengan adanya "pore" 3. pinositolitik vesikel kemudian melewati kapiler lalu venule pada akhirnya versa aliran darah dalam pulpa Perubahan karena umur meliputi : ukuran berkurang sebagai fungsi odontoblast, supply darah berkurang karena kanal menyempit, sensitivitas berkurang, sel fibroblast dan sel ektomesenkhimal berkurang, kemampuan regenerasi I perbaikan berkurang, serabut kolagen menjadi kaku dan kandungan air berkurang. Kepentingan klinisnya yaitu : kadang-kadang ada foramina / kanal tambahan antara pulpa, ligament periodontal sebagai penyebaran inflamasi, terbentuk dentikel (pulp stone) terdiri dari true denticle dan false denticle
  • 29. PEMBENTUKAN AKAR GIGI Pada saat mahkota terbentuk disertai dimulainya pembentukan akar gigi, hal ini menunjukkan dimulainya erupsi gigi. Prosesnya : epitel email luar bertemu dengan epitel email dalam kemudian terjadi proliferasi membnetuk struktur bilaminer kemudian terbentuk epitel selubung akar Hertwig. Teijadi pertumbuhan ke bawah yang memisahkan papilla dan folikel gigi. E.e.d tidak berdiferensiasi menjadi ameloblas dan berfungsi membentuk inductor pembentuk odontoblast. Setelah akar terbentuk, selubung Hertwig mengalami fragmentasi dan degenarasi. Kalau ada sisa epitel tersebut maka akan terbentuk sisa epitel Malaszes yang terlibat dalam pembentukan kista