2. Diskusi Kelompok I Skenario
Nama Mahasiswa : Muhammad Syarifful Hidayah
Nama Fasilitator : Dr. drg. Decky Joesiana Indrani, MDSc
Tanggal / Jam Diskusi : Senin, 13 Oktober 2014 / 09.00-10.00
Pada DK1 yang diharapkan : Menganalisis masalah dan menyusun peta konsep
3. 1. Identifikasi Istilah yang belum diketahui :
-Odontogenesis
-Embriologi Orokranofasial
-Order of Eruption
-Vitamin dan Mineral
-Pembentukan tulang dan gigi janin
-Wajah
-Bibir
-Hidung
2. Rumusan Masalah
-Apa itu orokranofasial?
-Bagaimana embriologi orokranofasial?
-Bagaimana odontogenesis?
-Bagaimana order of eruption?
-Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi orokranofasial, odontogenesis, dan order of
eruption?
3. Analisis Masalah
5. 1. SUMBER PEMBELAJARAN : TEXT BOOK
JUDUL : Illustrated Dental Embriology, Histology, and Anatomy
PENULIS : Mary Bath-Balogh, Margaret J. Fehrenbach
Orokraniofasial (OKF)
Orokraniofasial berkembang pada umur 4 minggu sampai 12 minggu dan priode awal
janin.
profil wajah wajah normal
6. Perkembangan Palatal
Pembentukan langit-langit mulut pada embrio (fetus) yang terjadi selama beberapa minggu.
Langit-langit mulu terbentuk selama 5 minggu saat perkembangan janin. Proses pembentukan langit-langit
mulut terdiri dari 3 tahap berturut-turut :
1. Pembentukan langit-langit mulut primer
2. Pembentukan langit-langit mulut sekunder
7. 3. Penyempurnaan atau penyelesaian langit-langit mulut
Pembentukan langit-langit mulut primer
Pada minggu ke-5 saat perkembangan pranatal terbentuk intermaxillary segment. Intermaxillary
segment terbentuk sebagai hasil dari fusi dua medial saat perkembangan embrio. Intermaxillary
segment berbentuk irisan baji yang meluas secara inferior dan berhubungan dengan lubang
hidung dan nasal septum.
Intermaxillary segment berfungsi sebagai pemisah parsial amtara perkembangan hidung dengan
perkembangan rongga mulut. Nantinya, bentuk primer langit-langit mulut akan terbentuk
menjadi bagian premaxillary.
Pembentukan langit-langit mulut sekunder
Saat memasuki 6 minggu perkembangan prenatal saat perkembangan janin, maxillary bilateral
menimbulkan 2 palatal shelves atau proses lateral palatine. Shelves tumbuh secara inferior dan
berhubungan dengan stomedium dengan arah vertikal, keduanya merupakan proses
pembentukan lidah. Pada saat itu, lidah mulai terbentuk di bawah faring dan tumbuh yang
tersambung dengan hidung dan rongga mulut. Selama perkembangan pembentukan lidah, lidah
kemudian tidak termasuk ke dalam perkembangan palatal shelves. Lidah perlahan berpindah
secara anterior dan posterior. Proses ini dibantu oleh pertumbuhan rahang bawah. Setelah palatal
shelves tumbuh secara vertikal, kemudian membalik ke arah superior selama beberapa jam.
Setelah shelves berpindah menjadi horizontal, superior terlibat dalam perkembang lidah.
Selanjutnya, kedua shelves palatal memanjang dan berpindah secara medial satu sama lain, hal
ini merupakan bentuk fusi dalam pembentukan langit-langit mulut sekunder. Langit-langit mulut
sekunder akan menaikan posterior two thirds yang bersifat keras yang berisi maxillary canines
dan gigi posterior. Kemudian juga akan menaikan langit-langit mulut yang tidak keras dan
uvulanya.
8. Penyelesaian langit-langit mulut
Sebagai proses akhir dari pembentukan langit-langit mulut, langit-langit mulut sekunder
bertemu dengan bagian posterior langit-langit primer yang kemudian berfusi. Ketiga proses ini
pada akhirnya membentuk langit-langit mulut yang telah lengkap(penggabungan bentuk keras
dan tidak keras) saat 12 minggu perkembangan prenatal. Pembentukan tulang (osifikasi) telah
dimulai pada bagian anterior langit-langit mulu sejak penggabungan palatal telah selesai.
Gangguan pada perkembangan langit-langit mulut
9. Kegagalan proses fusi antara langit-langit mulut primer dengan yang lain dapat menyebabkan
langit-langit mulut yang sumbing (cleft palate). Gangguan ini dapat dipengaruhi oleh faktor
hereditas dan faktor lingkungan. Hal ini juga dapat terjadi karena keabnormalan seperti mulut
sumbing (cleft lip). Hal ini mungkin melibatkan soft palate dan hard palate. Cleft palate(langit-langit
mulut sumbing) lebih sering terjadi pada wanita. Sedangkan cleft lip(bibir sumbing) lebih
sering terjadi pada pria. Kelainan dapat menyebabkan kesulitan untuk memberi nutrisi atau
makanan kepada anak yang menderita, dan anak menderita biasanya sulit untuk berbicara. yang
Pengembangan Rongga Hidung dan Septum
Rongga hidung terbentuk bersamaan dengan terbentuknya langit-langit mulut.
Rongga hidung berfungsi sebagai salah satu organ yang digunakan dalam sistem pernapasan.
Rongga hidung dan septum terus berkembang seiringan dengan terbentuknya langit-langit
mulut. Jaringan yang membentuk nasal septum akan tumbuh secara inferior, secara medial
nasal dan secara superior ke stomodeum. Vetikal Nasal septum kemudian fusi dengan horizontal
langit-langit mulut yang telah terbentuk. Fusi ini terjadi pada minggu ke-9 dan selesai pada
minggu ke-12. Dengan terbentuknya fusi antara nasal septum dengan langit-langit mulut maka
rongga hidung dan rongga mulut kemudian terpisah. Rongga hidung dan rongga mulut
berkembang menjadi beberapa tipe mukosa seperti lining, respiratory, dan oral mukosa.
10. Perkembangan Lidah
Perkembangan lidah terjadi pada saat minggu ke 4 sampai minggu ke 8 perkembangan prenatal.
Pembentukan Lidah
Saat memasuki minggu ke 4 perkembangan prenatal, dalam perkembangan embrio, lidah mulai
berkembang. Perkembangn ini dimulai dengan bentuk pembesaran segitiga medial (triangular
median swelling), tuberculum impar, atau median tongue bud. Tuberculum impar terletak pada
garis tengah, pada bagian bawah primitive pharynx. Berikutnya, 2 oval lateral lingual swellings,
atau distal tongue buds, berkembang pada tuberculum impar. Pembesaran anterior berasal dari
pertumbuhan mesenchyme dari lengkungan branchial yang pertama. Pasangan lateral lingual
swellings tumbuh dan bergabung satu sama lain.Median lingual sulcus merupakan demarkasi
dari fusi kedua lateral lingual swellings. Tuberculum impar tidak memiliki bentuk yang
mengenali bagian dari lidah yang sudah dewasa(sempurna). Di sekitar lingual swellings, sel
degenerasi, terjadi pembentukan sulcus.
Dasar pembentukan lidah
Dengan segera posterior hasil fusi anterior swellings, pasangan swellings, copula menjadi
nampak jelas. Copula terbentuk dari fusi mesenchyme pada tahap ke 3 dan ke 4 lengkungan
branchial (branchial arches). Epiglotic swelling, berkembang dari mesenchyme bagian posterior
dari branchial arches. Swelling ini menandakan perkembangan daerah posterior dari lidah dan
nantinya akan menjadi epiglotis.
Penyelesaian pembentukan lidah
Copula bergabung dengan swellings anterior dari lengkungan branchial saat minggu ke 8
perkembangan prenatal. Fusi ini dibatasi oleh sulcus terminalis pada lidah. Sulcus terminal
tersambung menuju oropharynx pada pitlike depression yang disebut dengan foramen cecum
yang merupakan bagian awal saluran thyroglossal. Saluran ini merupakan jalur kelenjar thyroid
yang tersambung dengan leher. Kemudian nantinya saluran ini akan lenyap. Setelah usia
kehamilan memasuki 8 minggu, lidah sudah lengkap terbentuk.
11. peran mineral dan vitamin pada pembentukan tulang dan pertumbuhan gigi pada janin
13. Terdapat bulatan yang menonjol yang terbentuk oleh forebrain merupakan bagian terbesar dari wajah.
Di bawah bulatan yang menonjol tersebut, terdapat sebuah alur yang dalam, yaitu alur mulut
primitive, yang disebut stomatodeum.
Perubahan pertama yang signifikan didalam perkembangan wajah disebabkan oleh proliferasi cepat dari
lapisan mesoderm.
· Pada embrio yang berumur 4 minggu:
Tonjolan yang merupakan bagian tengah dari upper-face dikenal sebagai frontonasal process. Tahap
selanjutnya terbentuk formasi yang dangkal dan alur oval yang dalam, yang disebut nasal pits. Nasal
pits membagi frontonasal process menjadi sebuah medial nasal process dan dua lateral nasal process.
· Pada embrio yang berumur 5 minggu:
Terjadi fusi antara medial nasal dan maxillary processes yang menyempit ke arah nasal pit. The medial
nasal process tumbuh ke bawah lebih cepat daripada lateral nasal processes.
· Pada embrio yang berumur 6 minggu:
Terjadi fusi antara medial dan lateral nasal processes yang menyempitkan lebih banyak nostrils. Medial
nasal process berkurang. Mata berada di tepi wajah.
· Pada embrio yang berumur 7 minggu:
Nasal area agak menonjol. Nasal septum lebih banyak berkurang. Mata berada di permukaan depan
wajah.
· Pada embrio yang berumur 8 minggu:
Kelopak mata berada di permukaan depan wajah. Jaraknya relative berkurang. Mandibula kecil.
· Pada embrio yang berumur 12 minggu:
Kelopak mata tertutup. Nostrils tertutup oleh proliferasi lapisan epitel. Hubungan maksila dan
mandibula normal.
· Pada wajah orang dewasa:
Perbedaan-perbedaan dari medial nasal process, lateral nasal process, maxillary process, dan
mandibular arch terlihat jelas.
Pembentukan Hidung, Paranasal Sinuses, dan Palatum
Pada minggu keempat, frontonasal prominence yang merupakan pembentukan awal wajah bagian atas
membentuk placode yang disebut nasal placode. Jaringan di sekitar nasal placode di frontal prosesus
inilah yang melakukan perkembangan hidung. Placode kemudian disintegrasi dan membentuk lubang
nasal atau disebut juga olfactory pits. Nasal pits ini yang kemudian menjadi rongga hidung.
Di minggu keenam, lubang hidung bagian dalam akan menghasilkan nasal sac yang tumbuh
secara internal menuju otak yang berkembang. Awalnya, nasal sac dipisahkan oleh oleh membran
oronasal. Kemudian membran sementara ini lenyap, beriringan dengan pembentukan daerah choanae
primitif, bagian posterior dari primary palate. Pada perkembangan selanjutnya choanae primitive ini
akan berpindah ke belakang primary palate. Dengan adanya pertumbuhan secondary palate dan
primitive nasal chambers, choanae definitif sekarang berada di perbatasan rongga hidung dan faring. Di
waktu yang sama, superior, middle, dan inferior chonchae berkembang di dinding lateral dari rongga
nasal.
Di bagian tengah jaringan sekitar nasal placodes akan membentuk dua bentuk sabit yang
membesar di antara nasal pits. Bagian tengah ini dinamakan medial nasal prosesus. Selanjutnya medial
nasal prosesus akan berfusi secara eksternal untuk membentuk bagian tengah dari hidung, mulai dari
pangkal sampai apex dan bagian tengah bibir atas serta philtrum.
Bagian luar nasal pits juga membentuk dua bentuk bulan sabit bernama lateral nasal prosesus.
Lateral nasal processus akan membentuk alae, atau sisi dari hidung.
Paranasal sinus akan berkembang sebagai diverticula dari lateral nasal wall, dan memanjang
menjadi tulang maxilla, ethmoid, frontal, dan sphenoid. Paranasal sinus mencapai pertumbuhan
maksimal pada masa pubertas dan berperan penting pada pembentukan wajah.
Perkembangan Paranasal Sinus Pascanatal
Paranasal sinus mempunya 4 pasang sinus:
- 2 pasang ethmoid sinuses
14. - 2 pasang frontal sinuses
- 2 pasang maxillary sinuses
- 2 pasang sphenoid sinuses
1. Frontal sinus
Terdapat di tulang frontal di atas rongga orbital, dan setiap orang memiliki ukuran dan bentuk yang
berbeda – beda. Pada masa kelahiran, sinuses ini belum ada. Kira – kira setelah umur 2 tahun, 2 anterior
ethmoid sinuses ini tumbuh kearah tulang frontal dan membentuk tulang sinus di setiap sisi. Frontal
sinuses mulai kelihatan pada umur 7 tahun di radiograf. Frontal sinuses akan selesai berkembang pada
umur 14 – 17 tahun.
2. Ethmoid Sinuses
Disebut juga ethmoid air cells karena bukan merupakan sepasang sinuses tetapi memiliki banyak
kompartemen kecil. Ethmoid bones memiliki bagian anterior, middle, dan posterior. Di saat
pertumbuhan frontal bone, bagian posterior dari ethmoid sinuses akan tumbuh ke sphenoid bone
dan membentuk sphenoid sinuses. Ethmoid bones mulai tumbuh ketika umut 6 – 8 tahun.
3. Sphenoid Sinuses
Berada di badan tulang sphenoid, di bawah kelenjar pituitary.
4. Maxilllary sinus
Merupakan sinuses terbesar dari paranasal sinuses. Saat bayi lahir, maxillary sinuses akan sebesar biji
kacang polong. Namun sinuses tersebut akan membesar dan tumbuh sampai masa puber dan sampai
semua gigi permanen tumbuh.
Perkembangan Palatum
Palatum terbentuk dari 2 struktur embrionik yang terpisah : Primary palate dan Secondary
palate.
Perkembangan palatum dimulai pada minggu ke-5 pada periode embrionik dan berakhir pada minggu
ke-12 pada periode fetal.
A. Perkembangan Primary Palate
Selama minggu ke-5 periode prenatal, terbentuklah intermaxillary segment yang merupakan fusi dari 2
tulang medial nasal. Intermaxillary Segment kemudian membentuk premaksila yang merupakan 1/3
bagian dari keseluruhan palatum.
B. Perkembangan Secondary palate
Selama minggu ke-6 periode prenatal, bilateral maxillary processes membentuk kedua palatal shelves.
Kedua palatal shelves tersebut akan memanjang ke arah satu sama lain dan berdusi membentuk
secondary palatal. Secondary palate ini membentuk 2/3 bagian dari palatum durum, palatum mole, dan
uvula. Median palatine suture pada orang dewasa adalah bukti penggabungan kedua palatal shelf ini.
Pada akhirnya, secondary palate akan bergabung dengan primary palate pada akhir minggu ke-12
periode prenatal. Oral cavity akhirnya terpisah dengan nasal cavity. Osifikasi pada palatum durum
yang anterior dimulai segera setelah fusi kedua palatum selesai.
Pembentukan Bibir
Bibir atas terbentuk dari maxillary processes di kedua sisi embrio, dan medial nasal process.
Maksila yang pada awalnya terletak di lateral embrio akan bergeser ke arah medial dan menekan
medial nasal process ke arah garis tengah. Bibir bawah terbentuk dari penggabungan dua alur dari
ektomesenkim dari mandibular processes.
Pertumbuhan bibir atas pada awalnya lebih cepat dibandingkan dengan bibir bawah. Hal ini
berkaitan dengan pertumbuhan maxilla yang juga lebih cepat daripada mandibula. Saat Embrio berusia
sekitar 7-8 minggu, mandibula masih terlihat kecil dan terletak lebih ke belakang dibandingkan maxilla.
Hal ini disebabkan karena kepala embrio masih menekuk ke bawah sehingga mandibula belum bisa
tumbuh secara maksimal. Ketika embrio berumur kira-kira 9 minggu, kepala sudah terangkat dan
15. mandibula akan tumbuh cepat untuk menyamakan posisinya dengan maxilla, dengan demikian posisi
maxilla dan mandibula akan sejajar, begitu juga dengan bibir atas dan bibir bawah.
Pertumbuhan dan Perkembangan Maksila
Pre-Natal
Maksila juga berkembang dari pusat osifikasi di maxillary process yang terapat di branchial arch
pertama. Proses osifikasi dari maksila sama dengan proses osifikasi mandibula.
Dalam pertumbuhan maksila lebih lanjut, terdapat kartilago sekunder (secondary cartilage) yang
berpengaruh besar yaitu zygomatic/malar cartilage. Kartilago ini muncul pada saat perkembangan
tulang zygomatic dan dalam waktu yang singkat dapat berkontribusi dalam perkembangan maksila.
Post-Natal
Pertumbuhan maksila dipengaruhi oleh pertumbuhan otak, pertumbuhan tulang cranial, dan
nasalseptal guidance, yang memberikan pengaruh signifikan terhadap pergerakan maju mundur maksila
dari lahir hingga umur 7 tahun.
Setelah umur 7 tahun hingga dewasa pengaruh-pengaruh tersebut berkurang secara dramatis
seiring pertumbuhan sutural dan pertumbuhan permukaan intramembranosa mengambil alih.
Pertumbuhan dan Perkembangan Mandibula
Pre-Natal
Tulang kartilago dari branchial arch pertama yaitu Meckel's cartilage membentuk rahang bawah. Di saat
minggu ke-6 masa kehamilan, perkembangan tulang kartilago ini meluas sebagai batang hyaline
cartilage, dilapisi oleh kapsul fibroselular, dari tempat perkembangan telinga (otic capsule) hingga
midline dimana mandibula bersatu. Saraf mandibular terbagi menjadi lingual dan cabang alveolar
inferior. Cabang alveolar inferior dibagi lagi menjadi dua, yaitu incisor dan mental branches.
Di minggu ke-6, bagian lateral Meckel's cartilage mengalami kondensasi dari
mesenkim di sudut yang dibentuk oleh divisi dari saraf alveolar inferior, incisor, dan
mental branches. Pada 7 minggu osifikasi intramembranous dimulai dalam kondensasi ini, membentuk
tulang pertama dari mandibula. Dari pusat osifikasi ini, formasi tulang menyebar cepat secara anterior
menuju ke midline dan secara posterior menuju titik dimana saraf mandibula dibagi menjadi lingual dan
cabang alveolar inferior. Perkembangan formasi tulang ini terjadi di sepanjang bagian lateral dari
Meckel's cartilage, membentuk sebuah palung yang terdiri dari plate lateral dan medial yang bersatukan
diantara incisor. Lalu perkembangan tulang ini berlangsung hingga menuju midline. Dua pusat osifikasi
yang tersisa dipisahkan oleh mandibular symphysis sampai bayi akan lahir.
Perpanjangan Meckel's cartilage yang mengarah ke belakang, nantinya akan menjadi sebuah
saluran yang berisi saraf alveolar inferior. Ramus mandibula dikembangkan oleh osifikasi secara
posterior menuju mesenkim dari branchial arch pertama. Titik perbedaan ini ditandai oleh lingula pada
mandibula dewasa. Meckel's cartilage akan menjadi malleus di telinga dalam dan sphenomalleolar
ligament.
Pertumbuhan mandibula lebih lanjut dipengaruhi oleh tiga kartilago sekunder (secondary cartilage),
yaitu :
1. Kartilago Kondilar (condylar cartilage)
Kartilago kondilar muncul pada saat minggu ke-12 masa perkembangan dan secara cepat
membentuk cone yang berperan besar dalam perkembangan ramus. Kartilago ini dapat berkembang
menjadi tulang sejati melalui osifikasi endokondral. Tidak semua kartilago kondilar mengalami
osifikasi, akibatnya ada sisa kartilago yang bertahan hingga 20 tahun. Sisa kartilago kondilar ini
berguna untuk mekanisme pertumbuhan mandibula.
2. Kartilago Koronoid (coronoid cartilage)
Kartilago koronoid muncul saat bulan ke-4 dari masa perkembangan. Kartilago Koronoid ini
ukurannya melebihi batas anterior dari koronoid process. Kartilago ini bersifat sementara dan akan
hilang sebelum lahir.
16. 3. Kartilago Symphyseal
Kartilago ini muncul di jaringan ikat diantara ujung Meckel's cartilage tetapi sepenuhnya
“berdiri” sendiri (tidak bergantung pada Meckel's cartilage). Mereka akan hilang setelah setahun
pertama kelahiran.
Post-Natal
Pertumbuhan mandibula terjadi oleh proses remodeling tulang. Mandibula memiliki ciri the
most delayed growth dan the most post-natal growth dari semua tulang wajah.
Bagian kanan dan kiri mandibula pada bayi yang baru lahir masih terpisah, kemudian menyatu
pada midline mental symphisis selama tahun pertama.
Lokasi utama pertumbuhan post-natal mandibula adalah :
- endochondral apposition pada tulang rawan condylar
- intramembraneous apposition pada aspek posterior
Pada saat lahir, mandibular condylers tumbuh lebih secara horizontal sehinggan condylar
tumbuh memanjang Sedangkan, pada anak-anak, pertumbuhan lebih secara vertical sehingga
pertumbuhan condylar meninggi. Pertumbuhan mandibula berlangsung hingga akhir masa remaja,
sekitar umur 20 tahun.
Pertumbuhan dan Perkembangan Mata
Waktu pertumbuhan
Minggu 3-4 : Pembentukan daerah mata, Vesikel optic
Minggu 5-6 : Optic cup, Lens Vesicle, Choroid, Arteri Hyaloid.
Minggu 7-8 : Kornea, Anterior Chamber, Membran pupil, Lensa mata, Retina.
Minggu 8-10 : Kelopak mata
Minggu 9-15 : Iris
Placode adalah suatu lapisan ektoderm embrionik yang datar dan tebal, merupakan asal mula
terbentuknya organ indera. Mata terbentuk dari dua buah lens placode, masing-masing di bagian lateral
Processus (Prominence) frontonasal.
Perkembangan mata dimulai pada minggu keempat embrio, dimulai dari pembentukan vesikel
optic yang berinvaginasi dari daerah otak dan mengontak lapisan ectoderm di atasnya untuk
menginduksi lens placode. Kemudian lapisan ektoderm berdiferensiasi menjadi lens cells dan vesikel
optic mulai melipat ke dalam dengan sendirinya. Lens placode yang telah terbentuk menjadi lens
vesicle. Vesikel optic akan berkembang menjadi optic cup dan membentuk retina. Lens vesicle juga
akan menginduksi lapisan ektoderm menjadi kornea.
17. 2. SUMBER PEMBELAJARAN : INTERNET
Website: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29979/3/Chapter%20II.pdf
Judul: Proses Erupsi Gigi
Catatan:
Cited: 15 Oktober 2014
Faktor yang mempengaruhi pembentukan okronofacial
1. Faktor Keturunan (Genetik)
Faktor keturunan dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi. Faktor genetik
mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan urutan erupsi gigi, termasuk
proses kalsifikasi. Pengaruh faktor genetik terhadap erupsi gigi adalah sekitar 78 %.
2. Faktor Ras
Perbedaan Ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi permanen.1
Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa lebih lambat
daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika Indian. Orang
Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam Ras yang sama yaitu
Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang terlalu besar.
3. Jenis Kelamin
Waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan bawah terjadi bervariasi pada setiap
individu. Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan
laki-laki. Perbedaan ini berkisar antara 1 hingga 6 bulan.
4. Faktor Lingkungan
Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan tetapi tidak
banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor keturunan. Pengaruh faktor
lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah sekitar 20 %.
anak-anak dengan tingkat sosial ekonomi tinggi lebih baik..
5. Faktor Penyakit
Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan
beberapa sindroma, seperti Down syndrome, Cleidocranial dysostosis, Hypothyroidism,
Hypopituitarism, beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan Hemifacial atrophy.
6. Faktor Lokal
Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi ke tempat
erupsi, malformasi gigi, adanya gigi berlebih, trauma dari benih gigi, mukosa gingiva
yang menebal, dan gigi desidui yang tanggal sebelum waktunya.
18. Proses erupsi gigi adalah suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi yang
dimulai dari tempat pembentukkan gigi di dalam tulang alveolar kemudian gigi
menembus gingiva sampai akhirnya mencapai dataran oklusal. Pada manusia terdapat 20
gigi desidui dan 32 gigi permanen. Setiap gigi berbeda-beda secara anatomi, tetapi dasar
proses pertumbuhannya sama pada semua gigi.
1. Odontogenesis
Gigi secara embriologi berasal dari dua jaringan, yaitu ektoderm yang akan membentuk
enamel dan mesoderm yang akan membentuk pulpa, sementum, dan pulpa.19,20,23 Gigi
terdiri dari mahkota yang dikelilingi oleh enamel dan dentin serta akar yang tidak ditutupi
oleh enamel. Gigi terdiri dari pulpa yang vital (terdapat persarafan) yang didukung oleh
ligamen periodontal. Pada minggu ke-5 masa embrio, epitel ektoderm yang melapisi
kavum oris mengalami penebalan sepanjang tepi dari bakal rahang atas dan rahang
bawah. Penebalan ini terdiri atas dua lapisan yang meluas sampai ke mesenkim, di mana
lapisan pertama yaitu di sebelah labial akan memisahkan diri dan membentuk ruangan di
antara bibir dan prosesus alveolaris dari rahang. Lapisan kedua yaitu di sebelah lingual
akan membentuk gigi yang disebut lamina dentalis. Pada lamina dentalis, terjadi
penebalan yang berbentuk kuncup dan masuk ke dalam jaringan pengikat (mesoderm).
Kuncup-kuncup ini merupakan benih-benih gigi. Ada 10 benih-benih gigi dalam masing-masing
tulang rahang yang akan menjadi gigi desidui. Pada awal minggu ke-10 lamina
dentalis yang masih tinggal akan membentuk kuncup-kuncup lagi yang akan menjadi
benih-benih gigi permanen.
Perkembangan gigi dimulai sejak dalam kandungan (fetus) sekitar 28 hari IU. Gigi
desidui berkembang pada minggu ke-6 dan minggu ke-8 dan gigi permanen berkembang
pada minggu ke-20. Tahap mineralisasi pada gigi desidui dimulai pada minggu ke-14 IU
dan seluruh gigi desidui termineralisasi secara sempurna setelah kelahiran. Gigi I dan M1
permanen termineralisasi pada atau waktu setelah kelahiran, setelah itu baru gigi-gigi
permanen lain mengalami mineralisasi.
Erupsi gigi terjadi setelah formasi dan mineralisasi mahkota terbentuk sempurna tetapi
sebelum akar terbentuk sempurna. Gigi tumbuh dari dua tipe sel, yaitu epitel oral dari
organ enamel dan sel mesenkim dari papilla dental. Perkembangan enamel dari enamel
organ dan perkembangan dentin dari papila dental. Mahkota dan bagian akar dibentuk
sebelum gigi tersebut erupsi, mahkota dibentuk terlebih dahulu, kemudian baru
pembentukkan akar. Pertumbuhan mandibula dan maksila menurut Sadler, dipersiapkan
untuk tumbuhnya gigi geligi. Perkembangan gigi dibagi dalam 3 tahap, yaitu : tahap pra-erupsi,
tahap pra-fungsional (tahap erupsi), dan tahap fungsional.
1.1 Tahap Pra-Erupsi
Tahap pra-erupsi, yaitu saat mahkota gigi terbentuk dan posisinya dalam tulang rahang
cukup stabil (intraosseus), ketika akar gigi mulai terbentuk dan gigi
Universitas Sumatera Utara
mulai bergerak di dalam tulang rahang ke arah rongga mulut, penetrasi mukosa, dan pada
saat akar gigi terbentuk setengah sampai tiga perempat dari panjang akar.25
Tahap pra-erupsi terdiri dari : 22,23
a. Inisiasi (Bud Stage)
Tahap inisiasi merupakan penebalan jaringan ektodermal dan pembentukkan kuntum gigi
yang dikenal sebagai organ enamel pada minggu ke-10 IU. Perubahan yang paling nyata
dan paling dominan adalah proliferasi jaringan ektodermal dan jaringan mesenkimal yang
terus berlanjut.
b. Proliferasi (Cap Stage)
Dimulai pada minggu ke-11 IU, sel-sel organ enamel masih terus berproliferasi sehingga organ enamel
lebih besar sehingga berbentukan cekung seperti topi.
19. Bagian yang cekung diisi oleh kondensasi jaringan mesenkim dan berproliferasi membentuk papila
dentis yang akan membentuk dentin. Papila dental yang dikelilingi oleh organ enamel akan
berdiferensiasi menjadi pulpa. Jaringan mesenkim di bawah papila dental membentuk lapisan yang
bertambah padat dan berkembang menjadi lapisan fibrosa yaitu kantong gigi (dental sakus) primitif.
c. Histodiferensiasi (Bell Stage)
Tahap bel merupakan perubahan bentuk organ enamel dari bentuk topi menjadi bentuk bel. Perubahan
histodiferensiasi mencakup perubahan sel-sel perifer papila dental menjadi odontoblas (sel-sel
pembentuk dentin). Ada empat lapisan sel yang dapat dilihat pada tahap bell, yaitu Outer Enamel
Epithelium, Retikulum Stelata, Stratum Intermedium, dan Inner Enamel Epithelium
.
d. Morfodiferensiasi
Morfodiferensiasi adalah susunan sel-sel dalam perkembangan bentuk jaringan atau organ. Perubahan
morfodiferensiasi mencakup pembentukkan pola morfologi atau bentuk dasar dan ukuran relatif dari
mahkota gigi. Morfologi gigi ditentukan bila epitel email bagian dalam tersusun sedemikian rupa
sehingga batas antara epitel email dan odontoblas merupakan gambaran dentinoenamel junction yang
akan terbentuk. Dentinoenamel junction mempunyai sifat khas pada setiap gigi, sebagai suatu pola
tertentu pada pembiakan sel.
e. Aposisi
Aposisi adalah pengendapan matriks dari struktur jaringan keras gigi (email, dentin, dan sementum).
Pertumbuhan aposisi ditandai oleh pengendapan yang teratur dan berirama dari bahan ekstraseluler
yang mempunyai kemampuan sendiri untuk pertumbuhan yang akan datang.
f. Kalsifikasi
Kalsifikasi terjadi dengan pengendapan garam-garam kalsium anorganik selama pengendapan matriks.
Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang sebelumnya telah mengalami deposisi dengan jalan
presipitasi dari bagian ke bagian lainnya dengan penambahan lapis demi lapis. Gangguan pada tahap ini
dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi seperti hipokalsifikasi.
1.2 Tahap Pra-Fungsional/Pra-Oklusal (Tahap Erupsi)
Erupsi merupakan istilah yang berasal dari bahasa Latin ‘erumpere’, yang berarti menetaskan. Erupsi
gigi adalah suatu proses pergeraka gigi secara aksial yang dimulai dari tempat perkembangan gigi di
dalam tulang alveolar sampai akhirnya mencapai posisi fungsional di dalam rongga mulut. Erupsi gigi
merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari tahap pembentukkan gigi sampai gigi
muncul ke rongga mulut.
Menurut Lew (1997, cit Primasari A, 1992), gigi dinyatakan erupsi jika mahkota telah menembus
gingiva dan tidak melebihi 3 mm di atas gingiva level dihitung dari tonjol gigi atau dari tepi insisal.14
Gerakan dalam proses erupsi gigi adalah ke arah vertikal selama proses gigi berlangsung, gigi juga
mengalami pergerakan miring, rotasi, dan pergerakan ke arah mesial.
Proses erupsi gigi permanen selain gigi molar permanen, melibatkan gigi desidui, yaitu gigi desidui
tanggal yang digantikan oleh gigi permanen. Resorpsi tulang dan akar gigi desidui mengawali
pergantian gigi desidui oleh gigi permanennya. Resoprsi akar gigi desidui dimulai di bagian akar gigi
desidui yang paling dekat dengan benih gigi permanen. Tahap awal erupsi gigi permanen akan
menghasilkan tekanan erupsi yang akan menyebabkan resorpsi akar gigi desidui. Namun, folikel gigi
dan retikulum stelata yang merupakan bagian dari komponen gigi juga berperan dalam resorpsi akar
gigi desidui.
20. Gambar 1 : Skema proses molekuler dan seluler saat inisiasi proses resorpsi akar gigi sulung.
Erupsi gigi permanen tidak terlepas dari proses seluler dan molekuler. Sel-sel retikulum stelata dari gigi
permanen yang sedang terbentuk mensekresi parathyroid hormone (PTH)-related protein (PTHrP),
yaitu suatu molekul pengatur pembentukan yang dibutuhkan untuk erupsi gigi. PTHrP yang disereksi
kemudian terikat dalam suatu fungsi parakrin pada reseptor PTHrP yang diekspresikan oleh sel-sel
dalam folikel gigi. Interleukin 1a juga disereksi oleh epitel stelata dan dengan cara yang sama terikat
pada reseptor IL-1a yang ditemukan pada folikel gigi. Akibatnya, sel-sel folikel gigi yang terstimulasi
ini akan mensereksi faktor-faktor perekrut monosit, seperti colony-stimulating factor-1, monocyte
chemotactic protein-1 atau vascular endothelial growth factor. Kemudian, di bawah pengaruh faktor-faktor
tersebut, monosit dibawa dari daerah di dekat folikel gigi yang kaya pembuluh darah dan
diletakkan di daerah koronal.
Gambar 2 : Skema dari interaksi sistem RANK/RANKL
untuk diferensiasi dan aktifasi osteoklas/odontoklas.
Bila lingkungan folikel gigi mendukung maka monosit-monosit tersebut akan berfusi, lalu
berdiferensiasi menjadi sel-sel osteoklas atau odontoklas yang jika sel-sel tersebut berkontak dengan
sel-sel yang mengekspresikan RANKL (Receptor Activator of Nuclear Factor Kappa B Ligand) maka
akan meresorpsi jaringan keras. RANKL adalah suatu protein yang terikat pada membran yang TNF
21. ligand yang diekspresikan oleh osteoblast, odontoblast, pulpa, ligamen periodontal, fibroblast, dan
sementoblas yang berfungsi dalam menginduksi dan mengaktifasi osteoklas dari sel-sel precursor.
Reseptor RANKL adalah RANK (Receptor Activator of Nuclear Factor Kappa B) yang diekspresikan
oleh osteoklas dan odontoklas. OPG (Osteoprotegerin) merupakan glikoprotein yang termasuk
golongan TNF. OPG dihasilkan oleh berbagai macam sel dan menghambat diferensiasi osteoklas dari
sel prekursornya. OPG juga bertindak sebagi reseptor RANKL dan bila RANKL dan OPG bertemu
maka tidak terjadi pembentukkan osteoklas. Sel-sel yang mengekspresikan OPG antara lain
odontoblast, ameloblast, dan sel-sel pulpa.
Gambar 3 : Skema inhibisi diferensiasi dan aktifasi osteoklas/ odontoklas yang diperantarai OPG.
Teori mekanisme erupsi gigi dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :
1. Gigi didorong atau didesak keluar sebagai hasil dari kekuatan yang dihasilkan dari bawah dan
disekitarnya, seperti pertumbuhan tulang alveolar, akar, tekanan darah atau tekanan cairan dalam
jaringan (proliferasi).
2. Gigi mungkin keluar sebagai hasil dari tarikan jaringan penghubung di sekitar ligamen periodontal.
Pergerakan gigi ke arah oklusal berhubungan dengan pertumbuhan jaringan ikat di sekitar soket gigi.
Proliferasi aktif dari ligamen periodontal akan menghasilkan tekanan di sekitar kantung gigi yang
mendorong gigi ke arah oklusal. Tekanan erupsi pada tahap ini semakin bertambah seiring
meningkatnya permeabilitas vaskular di sekitar ligamen periodontal yang memicu keluarnya cairan
secara difus dari dinding vaskular sehingga terjadi penumpukkan cairan di sekitar ligamen periodontal
yang kemudian menghasilkan tekanan erupsi. Faktor lain yang juga berperan dalam menggerakkan gigi
ke arah oklusal pada tahap ini adalah perpanjangan dari pulpa, di mana pulpa yang sedang berkembang
pesat ke arah apikal dapat menghasilkan kekuatan untuk mendorong mahkota ke arah oklusal.
1.3 Tahap Fungsional/Tahap Oklusal
Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah tanggal dan berlangsung
bertahun-tahun. Selama tahap ini gigi bergerak ke arah oklusal, mesial, dan proksimal. Pergerakan gigi
pada tahap ini bertujuan untuk mengimbangi kehilangan substansi gigi yang terpakai selama berfungsi
sehingga oklusi dan titik kontak proksimal dipertahankan.
Pada tahap ini, tulang alveolar masih mengalami pertumbuhan terutama pada bagian soket gigi sebelah
distal. Demikian halnya dengan sementum pada akar gigi yang menimbulkan interpretasi bahwa
bergeraknya gigi ke arah oklusal dan proksimal pada tahap ini berhubungan dengan pertumbuhan tulang
alveolar dan sementum. Interpretasi ini tidak benar, pertumbuhan tulang alveolar dan sementum
bukanlah penyebab bergeraknya gigi tetapi pertumbuhan tulang alveolar dan sementum yang terjadi
merupakan hasil dari pergerakan gigi. Pergerakan gigi pada tahap fungsional sama dengan pada tahap
prafungsional, tetapi proliferasi ligamen periodontal berjalan lambat.
22. 2. Waktu Erupsi Gigi
Waktu erupsi gigi diartikan sebagai waktu munculnya tonjol gigi atau tepi insisal dari gigi menembus
gingiva. Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat perbedaan waktu erupsi antara satu populasi dengan
populasi lain yang berbeda ras.17 Berdasarkan penelitian Hurme pada berbagai etnis di Amerika Serikat
dan Eropa Barat didapat data bahwa tidak ada dua individu yang mempunyai waktu erupsi yang persis
sama pada rongga mulut. Perbedaan atau variasi 6 bulan pada erupsi gigi adalah biasa, tetapi
kecenderungan waktu erupsi terjadi lebih lambat daripada waktu erupsi lebih awal.
Berdasarkan penelitian Djaharuddin (1997, cit Primasari A, 1980) di Surabaya, terdapat perbedaan
waktu erupsi gigi permanen pada anak perempuan dan anak laki-laki di mana gigi pada anak perempuan
lebih cepat dari pada anak laki-laki.14 Menurut Mundiyah, tidak terdapat perbedaan waktu erupsi gigi
desidui antara anak perempuan dan anak laki-laki.
Gigi yang bererupsi pertama kalinya adalah gigi susu atau gigi desidui atau gigi primer. Untuk beberapa
lama gigi susu akan berada dalam rongga mulut untuk melaksanakan aktivitas fungsionalnya, sampai
akhirnya gigi permanen erupsi untuk menggantikan gigi susu tersebut. Gigi susu berjumlah 20 di
rongga mulut, yaitu 10 pada maksila dan 10 pada mandibula. Gigi susu terdiri dari insisivus pertama,
insisivus kedua, kaninus, molar pertama dan molar kedua di mana terdapat sepasang pada rahang untuk
tiap jenisnya. Erupsi gigi desidui dimulai saat bayi berusia 6 bulan yang ditandai dengan munculnya
gigi insisivus rahang bawah dan berakhir dengan erupsi gigi molar dua pada usia 2 tahun.
Gigi permanen berjumlah 32 yang terdiri dari 4 insisivus, 2 kaninus, 4 premolar, dan 6 molar pada
masing-masing rahang. Waktu erupsi gigi permanen ditandai dengan erupsinya gigi molar pertama
permanen rahang bawah pada usia 6 tahun. Pada masa ini gigi insisivus pertama rahang bawah juga
sudah bererupsi di rongga mulut. Gigi insisivus pertama rahang atas dan gigi insisivus kedua rahang
bawah mulai erupsi pada usia 7-8 tahun, serta gigi insisivus kedua rahang atas erupsi pada usia 8-9
tahun. Pada usia 10-12 tahun, periode gigi bercampur akan mendekati penyempurnaan ke periode gigi
permanen. Gigi kaninus rahang bawah erupsi lebih dahulu daripada gigi premolar pertama dan gigi
premolar kedua rahang bawah. Pada srahang ata, gigi premolar pertama bererupsi lebih dahulu dari gigi
kaninus dan gigi premolar kedua bererupsi hampir bersamaan dengan gigi kaninus. Erupsi gigi molar
kedua berdekatan dengan erupsi gigi premolar kedua, tetapi ada kemungkinan gigi molar kedua
bererupsi lebih dahulu daripada gigi premolar kedua. Erupsi gigi yang paling akhir adalah molar ketiga
rahang atas dan rahang bawah.
Proses Pembentukan akar,email,dentin,pulpa gigi
PEMBENTUKAN ORGAN EMAIL
Ektoderm akan membentuk email gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah dan disebut
sebagai epitel odontogenik. Pada lapisan ini juga terjadi proliferasi dan memadat,
membentuk dental lamina, yang dipisahkan oleh matriks intersel dengan ektomesenkhimal.
Ektomesenkhimal merupakan jaringan ikat embrional, mengalami proliferasi dan
memadat. Terdiri dari sel-sel spindle sp stelat dengan substansi dasar bersifat gelatin.
Fase-fase pembentukan organ email yaitu :
Bud stage terjadi proliferasi lebih banyak daripada diferensiasi.
Cap stage terjadi proliferasi, diferensiasi
Bell stage terjadi morfodiferensiasi
Kelainan morfogenesis berdasarkan fase pembentukan gigi sebagai berikut :
23. Pada fase bell stage, sel-sel epitel email luar berbentuk kuboid; sel-sel epitel
ektomesenkhimal berbentuk kolumner yang akan berfifferensiasi menjadi ameloblas
24. Perubahan intrasel preameloblas membentuk ameloblas ditanoai sebagai berikut :
bentuk sel kolumner pendek menjadi panjang; sitoplasma terpolarisasi, dan inti sel ke arah
basal; retikulum endoplasma kasar, apparatus Golgi, mitokhondria ke arah apikal;
sitoplasma mengandung sitoskeleton : mikrotubulus, mikroelemen, serabut kontraktil untuk
sekresi sel. Pembentukan ameloblas dan odontoblast hampir bersamaan. Kekhasan
ameloblas, sitoplasma bagian apikal (pros. Thome's), letak dekat dentino enamel junction
tidak ada perpanjangannya. Ameloblas mensekresi protein untuk kalsifikasi sehingga
terbentuk prisma dan arah pergerakan ameloblas berlawanan dengan odontoblast. Gambar
;1 ameloblas sebagai berikut :
25. Gambaran fase-fase pembentukan email gigi sebagai berikut :
Pembentukan
dentin:
Pada pembentukan dentin bagian tonjol lebih awal dibentuk.
Terjadi sintesis, sekresi matriks organik ekstrasei (kolagen tipe I, III) dengan
protein non kolagen. Matriks terjadi mineralisasi. Odontoblast bergerak
menjauh, ada perpanjangan prosesus, berupa kanal tubules dentinalis. Lapisan
yang belum terkalsifikasi antara odontoblast dan lapisan terkalsifikasi yaitu
predentin, dentoid.
Dentin
Pembentukan, struktur, sifat fisik, biokimiawi dentin menyerupai tulang yaitu
a) Pertumbuhannya secara aposisi; b) Dimensi hidroksiapatit; c) Ada prosesus
pada sistem kanalikuli; d) Organiks matriks yaitu kolagen; e) Ada
ketidaksamaan yaitu pada dentin avaskuler.
Ada saling ketergantungan dari dentin dengan pulpa, sehingga
diistilahkan dengan dentin-pulpa kompleks karena pulpa mempertahankan
dentin dan dentin melindungi pulpa. Matriks organik berupa Kolagen tipe I
pada dentino enamel junction dan orientasinya ireguler substansi dasar yang
amorf, terdiri dari glikosaminoglikans; Protein non kolagen
merupakan bagian terbesar yaitu a) Asam karboksiglutamat yang kaya
protein, mempunyai afinitas besar terhadap kalsium; b) Kalsium pengikat
protein; c) Protein pembentuk tulang, d)Glikoprotein lain yaitu fibronektin,
dentinonektin; d) Kalsium ATP-ase, alkalin fosfatase dan e) Kolagenase.
Odontoblast terdiri dari sel-sel stelat pada ektomesenchimal papilla
dentinalis; berfungsi untuk mempertahankan dan memperbaiki dentin; bentuk
sel kolumner panjang, bagian basal dekat pulps berupa bagian apikal terdiri
dari sitoplasma besar dan panjang (prosesus adontoblastik) dan memanjang
26. dari badan sel ke dentin yang terkalsifikasi; prosesus berada dalam kanal
tubulus dentinalis. Model sekresi seperti ameloblast, sel-sel asinar glandula
parotis. Gambar .dentinoblast sebagai berikut :
Dentinogenesis terdiri dari 2 fase yaitu fase organik dan fase
anorganik. Fase organik terdiri dari sintesis dan sekresi kolagen, substansi
dasar, komponen non kolagen. Fase anorganik terdiri dari matriks dan garam-garam
Ca fosfat.
Aktivitas odontoblast berupa pengambilan dan penyimpanan ion Ca
(dalam mitochondria); memproduksi ikatan ion Ca-glikoprotein; memproduksi
membran yang ada hubungan alkalin fosfatase, menaikkan konsentrasi ion
fosfat; memproduksi membran yang ada hubungan Ca ATP-ase sebagai
transport ion Ca
Secara mikroskopis pada dentin yang sudah dibentuk dapat dijumpai
garis yang disebut Incremental lines, sebagai akibat pembentukan dentin secara
aposisi sehingga terbentuk garis regular/ireguler. Terdiri dari 2 macam yaitu
Garis mayor berupa contour Owen dan Garis minor berupa von Ebner dan
imbrication line.
Tubulus dentinalis berjalan dari pulpa sampai dentino enamel
junction. Beberapa ada yang melewati dentino enamel junction yang disebut
enamel spindle. Bagian mahkota berbentuk S dan bagian akar lurus. Dekat
pulpa lebih berdesakan (4-5 kali) daripada dentin enamel junction. Tubulus
dentinalis terdiri dari : prosesus odontoblasttik, serabut syaraf tanpa myelin,
sirkulasi cairan ekstrasel, fibril kolagen, kristal hidroksiapatit. Bersifat
permeabel, sehingga bisa didapatkan mikroorganisme dan produknya, debries
dari degenerasi sel dan materi bahan tambalan gigi. Bagian intertubuler yaitu
antara tubulus- tubulus sifat kalsifikasi lebih kecil. Pada peritubuler terjadi
27. kalsifikasi lebih banyak. Pada bagian dentino enamel junction ada cabang
pendek 2-3, sifat lebih sensitif, dan pada permukaan beberapa prosesus
odontoblast kontak dengan ameloblas. Tubulus dentinalis bagian akar kadang-kadang
berupa cabang pada sisi tubulus yang saling berhubungan. Diameter
berkurang karena deposisi dari dalam tubulus. Diameter pada dentino enamel
junction sekitar 2 gm, pada dekat pulpa 3-4 μm.
Dentin primer adalah dentin yang dibentuk sebelum gigi sempurna
(pada bagian mahkota dan akar). Dentin sekunder adalah dentin yang dibentuk
setelah gigi terbentuk sempurna, hal ini karena gigi berfungsi (oklusi),
pertumbuhannya lambat dan continue, pada daerah sirkumpulpa menyempit
dan kadang-kadang terbentuk sepanjang tubulus dentinalis, dan kalsifikasi
lebih baik daripada dentin primer.
Reaktif, reparatif, atau disebut juga tersier dentin, pembentukannya
relatif cepat di region tertentu. Pada daerah dimana tubulus dentinalis
terbuka akibat karies maupun preparasi, temperature tinggi dan terdapat agen
kimiawi. Yang berperan dalam pembentukan dentin ini adalah sel-sel
mesenkhimal yang tidak berdifferensiasi. Pada dentin ini tidak ada tubulus
dentinalis, akibat preparasi dengan temperature tinggi tubulus, dentinalis
kehilangan prosesus dalam odontoblast sehingga berisi udara kemudian
terbentuk dead tract.
Sklerotik atau transparan dentin terbentuk karena umur tua d e n g an prosesus
dan tubulus dentinalis terjadi kalsifikasi. Terjadi pada dentin perifer dan akar gigi.
Dapat juga terjadi pada dekat karies, adanya dekalsifikasi lokal sehingga ada
mineral bebas, yang kemudian terjadi remineralisasi.
Pulpa
pulpa terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel yang banyak, matrisk
fibrosa
jaringan ikat dan substansi dasar amorf, vaskularisasi tinggi. Ukuran pulpa
relatif lebar. Struktur pulpa ada 4 zone yaitu
1. zone odontoblasttik : mengandung odontoblast yang banyak
2. zone subodontoblasttik : sel-sel sedikit, zone bebas sel (Weil)
3. zone kaya dengan sel
4. zone jaringan ikat (sentral pulpa), pembuluh darah dan syaraf banyak
Sel-sel dalam pulpa terdiri dari sel tetap dan sel bebas. Sel tetap berupa
odontoblast, fibroblast, sel ektomesenkhimal yang tidak berdifferensiasi. Sel
bebas berupa makrofag, mast sel, limfosit, leukosit (sel lemak tidak
didapatkan)
Fibroblas (dari sel ektomesenchimal yang tidak berdifferensiasi).
Terdapat pada zone 3. Bentuk pasif berupa fibrosit. Fibroblas berbentuk clips,
inti sentral dan mempunyai prosesus. Berfungsi untuk memproduksi kolagen
(tipe I, III) serta sintesis dan sekresi komponen substansi dasar (proteoglikan,
glikosaminoglikan)
Sel ektomesenkhimal yang tidak berdifferensiasi terdapat dalam
jumlah besar, kapasitas regenerasi jaringan pulpa, terdapat pada zone 3 dan 4.
28. Bentuk sel stelat, inti besar, heterokromatin, terdapat mikrofilamen dan
mikrotubulus, dapat berpindah, melalui aliran sitoplasma, dan keterlibatan
matriks ekstrasel. Reseptor sel berfungsi untuk mekanisme sorting pada sel
dan aliran sel. Komunikasi antar sel berjalan karena ada
hubungan antar prosesus, differensiasi terminalnya adalah set odontoblast dan
fibroblast. Pada umur tua menunjukkan jumlah berkurang dan kemampuan
regenerasi berkurang
Pada sel makrofag, morfologi dan metabolismenya tergantung pada
status jaringan. Berasal dari monosit, pada sirkulasi untuk jaringan ikat.
Letak nukleus tidak sentralis, bentuk seperti ginjal. Sitoplasma terdapat
gelembung-gelembung/vakuola/lisosome, terdapat enzim hidrolitik sebagai
digesti intraseluier, misal terhadap bakteri. Mempunyai prosesus/pseudopodia,
dan permukaan sel berlipat, protrusif, menggambarkan aktifitas fagositosis.
Banyak mikrofilamen dan mikrotubulus yang berfungsi dalam migrasi dan
fagositosis. Fungsi utama sel makrofag adalah mencerna dan menelan Benda
asing, sebagai respons imun, penahanan infeksi bakteri, virus.
Sel mast biasanya terdapat pada jaringan ikat dan pada keadaan
inflamasi pulpa, tidak terdapat pada pulpa sehat, terdapat vesikel berisi heparin
dan histamin. Apabila heparin lepas dari sel maka akan mencegah pembekuan
darah, histamin sebagai vasodilator.
Pada matriks fibrosa/jaringan ikat, kolagen sedikit, retikulin dan elastin
tidak ada. Matriks fibrosa ini sebagai pendukung sel, pembuluh darah, syaraf.
Pada substansi dasar, terdapat air banyak dan glikoprotein,
glikosaminoglikans, proteoglikans.
Vaskularisasi lewat foramen apikalis, pleksus terdapat pada sentral
pulpa (zone
2+3) sebagai mikrosirkulasi. Kapiler-kapiler terdapat pada daerah
subodontoblasttik. Sifatnya fenestrasi/porous menunjukkan transfer nutrient.
Transfer meliputi :
1. perubahan antar sel endotel yang berdekatan
2. melewati set dengan adanya "pore"
3. pinositolitik vesikel kemudian melewati kapiler lalu venule
pada akhirnya versa aliran darah dalam pulpa
Perubahan karena umur meliputi : ukuran berkurang sebagai fungsi
odontoblast, supply darah berkurang karena kanal menyempit, sensitivitas
berkurang, sel fibroblast dan sel ektomesenkhimal berkurang, kemampuan
regenerasi I perbaikan berkurang, serabut kolagen menjadi kaku dan
kandungan air berkurang.
Kepentingan klinisnya yaitu : kadang-kadang ada foramina / kanal
tambahan antara pulpa, ligament periodontal sebagai penyebaran inflamasi,
terbentuk dentikel (pulp stone) terdiri dari true denticle dan false denticle
29. PEMBENTUKAN AKAR GIGI
Pada saat mahkota terbentuk disertai dimulainya pembentukan akar
gigi, hal ini menunjukkan dimulainya erupsi gigi. Prosesnya : epitel email luar
bertemu dengan epitel email dalam kemudian terjadi proliferasi membnetuk
struktur bilaminer kemudian terbentuk epitel selubung akar Hertwig. Teijadi
pertumbuhan ke bawah yang memisahkan papilla dan folikel gigi. E.e.d tidak
berdiferensiasi menjadi ameloblas dan berfungsi membentuk inductor
pembentuk odontoblast. Setelah akar terbentuk, selubung Hertwig
mengalami fragmentasi dan degenarasi. Kalau ada sisa epitel tersebut maka
akan terbentuk sisa epitel Malaszes yang terlibat dalam pembentukan kista