Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang perkembangan partai politik di Indonesia pasca reformasi, definisi partai politik, fungsi-fungsi partai politik, dan hubungan antara partai politik dengan komunikasi politik melalui kegiatan kampanye. Dokumen ini juga menjelaskan faktor-faktor penunjang keberhasilan suatu kampanye seperti monopolizasi pesan, penyaluran sikap, pendukung komunikasi interpersonal, koneksi pribadi, dan penciptaan pendapat
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
Faktor Penunjang Keberhasilan dan Penghambat Kampanye
1. BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan sebuah bangsa yang telah masuk ke dalam era
perpolitikan baru. Era baru yang sedang dijalankan sekarang ini, merupakan
kumpulan keinginan untuk mengadakan perubahan secara besar-besaran di segala
aspek, menuju kehidupan yang demokratis yang dikenal sebagai era reformasi.
Implementasi reformasi yang paling menonjol di bidang politik sekarang ini
adalah terjadinya perubahan pada sistem kepartaian dimana diberikannya
kebebasan kepada masyarakat untuk mendirikan partai dengan berbagai ketentuan
yang telah ditetapkan. Dianutnya sistem multipartai sekarang ini dapat terlihat
banyak lahirnya partai politik baru yang ikut dalam pemilu dimana partai-partai
tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu memenangkan pemilu.
Partai politik merupakan organisasi politik dari sebuah negara yang
demokratis yang dibentuk dengan tujuan dan mempunyai fungsi yang jelas. Fungsi
utama dari partai politik mencari dan mempertahankan kekuasaan. Upaya partai
menjalankan program-program mereka diwujudkan, dengan cara ikut serta dalam
pemilihan umum.
Partai politik dalam upaya memperkenalkan produknya dilakukan dengan
cara kampanye. Kampanye biasanya dilakukan oleh partai politik untuk menarik
simpati rakyat dan untuk mencari dukungan rakyat. Melalui kampanye partai politik
bisa berkomunikasi dengan rakyat dan memberitahukan informasi, visi, misi, tujuan
dari partai tersebut. Selain itu rakyat juga dapat memilih dan menentukan
pilihannya pada pemilu.
2. Pelaksanaan kampanye legislatif yang dilakukan partai politik sering
diwarnai oleh persaingan, partai-partai politik bersaing untuk memperebutkan
massa. Hal tersebut dapat terlihat dalam pelaksanaan kampanye, terutama
kampanye yang sifatnya mengerahkan banyak massa. Besarnya massa sering
dianggap sebagai kekuatan besar dan dijadikan modal yang besar untuk
memenangkan pemilu. Untuk itu kita perlu melihat dan menganalisis factor
penunjang dan factor penghambat dari kampanye tersebut agar komunikasi politik
yang dilakukan terhadap raakyat ini dapat berhasil.
2. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang penulis angkat saat ini adalah
Apa itu partai politik?
Bagaimana kaitanya dengan komunikasi politik?
Apa saja factor penunjang dalam kaberhasilan sebuah kampanye?
Apa saja factor penghambat dalam keberhasilan sebuah kampanye?
3. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui dan
memperoleh informasi tentang bagaimana bentuk komunikasi politik yang
dilakukan melalui sebuah kampanye. Sehingga kita dapat menganalisa factor
penunjang dan penghambat keberhasilan kampanye tersebut agar kedepannya kita
memiliki stategi yang baik dalam mengkomunikasikan sebuah partai politik.
3. BAB Ii
ISI
1. APA ITU PARTAI POLITIK?
Partai politik menurut Inu Kencana adalah “sekelompok orang-orang
memiliki ideologi yang sama, berniat merebut dan mempertahankan kekuasaan
dengan tujuan untuk memperjuangkan kebenaran, dalam suatu level negara”.
(Kencana dkk, 2002:58).
Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh R.H Soltau
yang dikutip Miriam Budiardjo dalam Dasar-dasar Ilmu Politik, mengemukakan
bahwa:
“A group of citizen more or less organized, who act as a political unit and who
by the use of their voting power, aim to control the government and carry out their
general policies (partai politik adalah sekelompok warga yang sedikit banyak
terorganisir, yang bertindak sebagai satu kesatuan politik dan yang dengan
memanpaatkan kekuasaan untuk memilih, bertujuan menguasai pemerintahan
dan melaksanakan kebijakan umum mereka) “. ( Soltau dalam Miriam Budiardjo,
1966:160-161)
Menurut kedua definisi tersebut partai politik adalah kelompok yang
terorganisir yang mempunyai tujuan yang sama untuk menguasai pemerintahan.
hal ini berbeda dengan yang dikemukakan oleh Raimon Garfield Getter dalam
Political Science memberikan batasan bahwa.:
“Partai politik terdiri dari sekelompok warga negara yang sedikit banyak
terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan memakai
kekuasaan memilih bertujuan mengawasi pemerintahan dan melaksanakan
kebijaksanaan umum mereka” (Widagdo. 1999:6)
4. Melihat uraian di atas dapat dibatasi bahwa partai politik merupakan
sekelompok warga negara yang mempunyai kesamaan persepsi dan
kepentingan, dimana tujuannya untuk mendapatkan dan mempertahankan
kekuasaan dalam negara. Partai politik juga dapat dikatakan sebagai perantara
antara pemerintahan dan masyarakat.
Selain mempertahankan kekuasaan partai politik juga mempunyai beberapa
fungsi lain seperti yang di kemukakan oleh Ramlan Surbakti dalam buku
Memahami Ilmu politik yaitu:
1. Partai Politik sebagai sarana Sosialisasi Politik
Partai politik sebagai sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan
orientasi politik para anggota masyarakat. Proses ini berlangsung seumur hidup
yang diperoleh secara sengaja melalui pendidikan formal, non fomal dan
informal maupun secara tidak sengaja melalui kontak dan pengalaman sehari-
hari, baik dalam kehidupan keluarga dan tetangga maupun dalam kehidupan
masyarakat.
2. Partai Politik sebagai sarana Rekrutmen Politik
Partai politik sebagai rekrutmen politik adalah seleksi, pemilihan dan
pengangkatan seseorang dan sekelompok orang, untuk melaksanakan peranan
pada umumnya dan pengangkatan pada khususnya.
3. Partai Politik sebagai sarana Partisipasi Politik
Partai politik sebagai partisipasi politik adalah kegiatan warga negara biasa
dalam mempengaruhi proses dan pelaksanaan pembuatan kebijakan umum
yang ikut menentukan pemimpin pemerintah.
4. Partai Politik sebagai sarana Pemandu Kepentingan
Partai politik sebagai pemandu kepentingan adalah kegiatan menampung,
menganalisis dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda dan bahkan
bertentangan menjadi berbegai alternatif kebijakan umum, kemudian
diperjuangkan menjadi dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan
politik.
5. 5. Partai Politik sebagai sarana Komunikasi Politik
Partai politik sebagi komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi
mengenai politik dan pemerintahan kepada masyarakat dan dari masyarakat
kepada pemerintah.
6. Partai Politik sebagai sarana Pengatur Konflik
Partai politik sebagi pengatur konflik adalah dengan cara berdialog dengan
pihak-pihak yang berkonflik, menampung dan memadukan berbagai aspirasi
dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik. Kemudian membawa
permasalahan kedalam musyawarah badan perwakilan rakyat untuk mendapat
penyelesaian berupa keputusan politik.
7. Partai Politik sebagai sarana Kontrol Politik
Partai politik sebagai kontrol politik adalah kegiatan untuk menunjukan
kesalahan, kelemahan dan penyimpangan dalam suatu isi kebijakan atau dalam
pelaksanaan kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah.
(Surbakti 1992:117)
2. KAITAN PARTAI POLITIK DENGAN KOMUNIKASI POLITIK
Partai politik dalam upaya untuk menarik simpati dari masyarakat harus
melakukan kampanye. Pengertian kampanye dalam Komunikasi Politik menurut
Dan Nimmo adalah upaya untuk mempropagandakan pemberi suara yang
potensial. (Rakhmat 1993:195).
Pengertian kampanye menurut Dan Nimmo tidak jauh berbeda dengan yang
di kemukakan oleh Rogers dan Storey yang dikutip oleh Antar Venus dalam buku
Manajemen Kampanye yaitu: “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana
dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang
dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu” (Venus. 2004:7)
Adapun pengertian kampanye menurut Pfau dan Parot yang dikutip oleh
Antar Venus memberikan definisi sebagai berikut:
6. “A Campaign is conscious, sustained and incremental process designed to be
implemented over a specified priode of time for the purpose of influencing a
specifield audience” (kampanye adalah suatu proses yang dirancang sedara
sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu
dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan.). (Venus
2004:8)
Kampanye pada dasarnya adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mempengaruhi khalayak. Kegiatan ini dilakukan dengan terlebih dulu
menentukan khalayak sasaran yang telah disesuaikan dengan tujuan
pelaksanaan kampanye. Hal tersebut sejalan dengan Pengertian kampanye
menurut Rajasundaram yang dikutip oleh Antar Venus adalah:
“a campaign is coordinated use of differen methods of communication aimed at
focusing attention on a particular problem and its solution over a period of time”
(Kampanye dapat dikatakan sebagai pemanfaatan berbagai metode komunikasi
yang berbeda secara terkoordinasi dalam waktu tertentu, yang di tunjukan
untuk mengarahkan khalayak pada masalah tertentu berikut pemecahannya)
(Venus 2004:8)
Menurut definisi-definisi di atas dapat dilihat bahwa kampanye adalah
proses komunikasi yang dilakukan untuk mempengaruhi khalayak dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Kampanye juga dapat dikatakan sebagai tindakan
untuk membuat efek tertentu pada masarakat.
Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah
komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau
berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan
pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal
yang baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara
”yang memerintah” dan ”yang diperintah”. Jadi berdasarkan pengertian tersebut
kita dapat melihat bahwa kampanye merupakan sebuah kagiatan dalam
komunikasi public.
Dimana tujuan kampanye sendiri yaitu:
Upaya perubahan yang terkait dengan:
7. Perubahan kognitif (knowledge/pengetahuan? Dengan menciptakan
awareness(menggugah kesadaran, menarik perhatian, member
inormasi)
Perubahan attitude (sikap) dengan memunculkan simpati, rasa
suka,kepedulian, keberpihakan, terhadap isu kampanye.
Perubahan behavioral (perilaku), mengubah perilaku yang bersifat
“sekali itu saja” atau berkelanjutan
3. FAKTOR PENUNJANG KEBERHASILAN KAMPANYE
Faktor penunjang keberhasilan kampanye pada prinsipnya terkait erat dengan
faktor-faktor penyebab kegagalan kampanye. Ada beberapa temuan yang
menjelaskan faktor tersebut:
a. Temuan Lazarsfeld, Merton dan Wallack
Wallack adalah peneliti yang berupaya menyempurnakan temuan-temuan
kedua tokoh tersebut. Temua ilmuwan tersebut meliputi lima hal sebagai
berikut:
Monopolization, diartikan sebagai penguasaan penuh sebuah program
kampanye terhadap media komunikasi yang ada. Disini kita tidak
melihat ada pesan-pesan lain dalam media massa yag digunakan, yang
isinya bertentangan (countercommunications) dengan tujuan
kampanye. Bila hal tersbut terjadi maka pesan-pesan kampanye tidak
efektif dan khalayak bingung menentukan mana pesan yang benar.
Sebaliknya bila pesan-pesan di berbagai media massa yang
digunakan sejalan dan saling mendukung dengan tujuan kampanye
maka keabsahan pesan tersebut tidak akan dipertanyakan khalayak.
Kondisi ini akna menciptakan keseragaman pesan pada diri khalayak.
Canalization, diartikan sebagai penyaluran lebih lanjut dari perilaku
atau sikap yang telah ada kepada sasaran baru yang masih searah. Jadi
kita tidak bermaksud menciptakan sikap atau perilaku baru yang akan
8. bertentangan dengan yang telah atau lebih dulu ada pada diri
khalayak.
Supplementation. Lazarsfeld dan Merton meyakini bahwa kampanye
perubahan sosial akan sukses bila pesan-pesan media massa
ditindaklanjuti dengan komunikasi antar-pribadi. Kontak secara
langsung antara khalayk dengan pelaku kampanye memberikan
peluang pada mereka untuk mendiskusikan dan mengklarifikasi apa
yang dilihat atau didengar dari media massa. Lewat cara ini informasi
akan diproses secara lebih baik dan kemungkina mereka menerima
gagasan yang disampaiakn juga meningkat.
Making Personal Connection. Istilah ini dapat diartikan sebagai upaya
pelaku kampanye untuk mengaitkan pesan-pesan yang dibuat dengan
karakteristik dan dunia pengalaman keseharian khalayak. Pesan-
pesan kampanye yangterkait dengan kebutuhan dan nilai-nilai
khalayak, yang dibahas secara sderhana dan menggunakan istilah
atau perumpamaan yang dekat dengan pengalaman
keseharianindividu akan membuat pesan tersebut masuk akal dimata
khalayak.
Creation of new opinions atau penciptaan pendapata-pendapat baru
merupakan unsur pendorong kesuksesan kampanye lainya. Asumsi
yang mendasari konsep ini adalah bahwa lebih mudah untuk
memperkenalkan pendapat dan keyakinan-keyakinan baru ketimbang
mengubah yang sudah ada. Banyak bukti ilmiah yang menunjukkan
bahwa media massa mampu menanamkan pendapat-pendapat baru
pad abenakkhalayakterhadap berbagai isu (Klapper, 1960).
b. Temuan Rogers dan Storey
Rogers dan storey (1987) menyimpulkan bahwa untuk suksesnya sebuah
kampanye baisanya ditandai oleh empat hal:
Penerapan pendekatan yang bersifat strategis dalam menganalisa khalayak
sasaran kampanye, dalam hal ini termasuk analisis sejauhmana
9. pengetahuan khalayak tentang topic, dan bagaimana persepsi mereka
terhadapnya.
Pesan-pesan kampanye dirancang secara segmentatif sesuai dengan jenis-
jenis khalayak yang dihadapi. Segmentasi tersebuut dapat berdasarkan usia,
jenis kelamin, pekerjaan, budaya,manfaat produk, dan gagasan,Penetapan
tujuan yang realistis
Akhirnya kampanye lewat media akan lebih mudah meraih keberhasilan
bila disertai dengan penyebaran personel kampanye untuk menindaklajuti
secara interpersonal.
c. Temuan Snyder
Ada tiga faktor lainnya yang juga perlu mendapat perhatian agar suatu
program kampanye dapat berhasil yakni: objek kampanye (sifat gagasan sosial,
produk, atau kandidat politik), kesiapan khalayak dan lingkungannya, serta
tindakan lanjutan (follow up).
Bila objek kampanye menjadi semakin serius maka peneriman dan
perubahan khalayak menjadi semakin sulit. Semakin tinggi tingkat keseriusan
objek kampanye semakin banyak persyaratan yang dibutuhkan untuk berubah
mulai dari kesadaran sikap positif hingga keterampilan untuk melaksankan
tindakan tersebut.
Terkait dengan tindakan lanjuti (follow up). Konsep ini sebenarnya hampir
serupa dengan konsep komunikasi antarpribadi menurut Merton dkk, atau
gagasan penyebaran personel kampanye dari Rogers dan Storey. Bedanya Snyder
menyarankan tindak lanjut tersebut dalam konteks yang lebih luas.
Berbagai temuan tentang faktor-faktor penghambat dan penunjang
keberhasilan kampanye yang disampaikan berbagai kelompok pada prinsipnya
saling melengkapi satu sama lain.
d. Temuan Rice dan Atkin
Menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang secara nyata memberikan kontribusi
pada keberhasilan kampanye meliputi:
10. Peran media massa. Media massa dianggap sangat efektif dalam menciptakan
kesadaran, meningkatkan pengetahuan dan mendorong khalayak
berpartsipasi dalam proses kampanye.
Peran komunikasi antarpribadi. Bentuk komunikasi ini, khususnya yang
dilakukan lewat kelompok teman sebaya (peergroup) dan jaringan sosialk,
dipandang sebagai instrument penting dalam menciptakan perubahan
perilaku dan memelihara kelanggengan perubahan tertentu.
Karakteristik sumber dan media. Kredibilitas sumber memberikan kontribusi
yang besar bagi pencapaian tujuan kampanye. Demikian pula dengan
pemanfaatan media komunikasi yang tepat dengan kebiasaan bermedia
(media habit) khalayak
Evaluasi formatif. Evaluasi ini dilakuakn selama proses kampanye dan
terutama diarahkan untuk mengevaluasi tujuan dan efektifitas pesan
kampany, presisposisi khlayak dan ketersediaan sumber daya pendukung.
Himabaun pesan. Dalam hala ini pesan harus dirancang secara spesifik agar
mampu menghimbau nilai-nilai individual.
Perilaku preventif. Mengkampanyekan suatu yang bersifat preventif dimana
hasilnya tidak dapat dirasakan secara langsung lebih sulit ketimbang gagasan
atau produk yang dapat dirasakan langsung hasilnya. Dalam kondisi ini harus
diupayakan suatu manfaat antara yang menyadarakan khalayak bahwa hasil
tersebut tidak dapat dirasakan seketika.
Kesesuaian wakatu, aksesibilitas dan kecocokan. Agar menjadi efektif pesan-
pesan kampanye harus disampaikan pada saat yangtepat, budaya yangsesuai,
dan melalui media yang tersedia di lingkungan khlayak.
e. Pendapat Mandelshon
Pendapat Medndelsohn tentang kampanye yagnsukses pada mulanya
dimaksudkan sebagai reaksi terhadap pendapat hyman dan Sheatsley, yang
menyatakan bahwa kegagalan kampanye umumnya terjadi karena adanya
sejumlah besar khalayak yang tidak peduli pada pesan-pesan yang ditujukan pad
amereka. Menurut Mendelsohn ini pernyataan yang salah. Kita tidak dapat
menyalahkan khalayak karena mereka tidak terpengaruh oleh program kampanye.
11. Kampanye komunikasi dapat sukses, ujar Mendelsohn, jika pelaku kampanye
juga memperhitungkan tiga hal berikut (Windahl, Signitzer & Olson, 1992):
a. Kampanye seharusnya menetapkan tujuan yang realistis sesuai situasi masalah dan
sumber daya yang tersedia. Suksesnya sebagian besar kampanye periklanan, lanjut
Mendelsohn, umumnya dikarenakan tujuan-tujuan yang realistis.
b. Semata-mata menyampaiakan pesan kampanye melalui media massa tidaklah
cukup. Karena itu pemanfaatan berbagai saluran komunikasi secara terpadu perlu
dilakukan terutama saluran komunikasi antarpribadi.
c. Perencanaan kampanye harus mengetahui publik yang mereka hadapi secara
memadai. Dalam hal ini khalayak sasaran tidak boleh diperlakukan sebagai
monolithic mass (massa yang seragam) melainkan sebagai sasaran yang beragam,
baik dalam hal kebiasaan media, gaya hidup, nilai, aspek demografis dan ciri-ciri
psikologis lainnya.
f. Temuan Schenk dan Dobler
Schenk dan Dobler meyetujui sepenuhnya berbagai faktor penunjang
keberhasilan kampanye yangdisampaikan Lazarsfeld, dkk (Pwerloff, 1993) dan
temuan Rogers dan Storey (1987). Namun dari berbagai faktor yang ada, lanjut
mereka, peran pemuka pendapat (opinion leader) menempati posisi yang sangat
sentral.
Dari rangkaian penelitian yang dilakukan di Jerman, Schenk dan Dobler
menemukan bahwa peran pemuka pendapat sangat menonjol dalam mempengaruhi
sikap dan perilaku khalayak terutama ketika pesan yang disampaikan media massa
berbeda dengan sikap pengetahun penerima pesan. Dalam hal ini seringkali
khalayak meminta saran kepada opinion leader sebelum mereka mengambil
keputusan. Komunikasi antarpribadi antara khalayak dengan pemuka pendapat ini,
lanjut schenk dan Dobler, mampu memebrikan kontribusi signifikan terhadap
keberhasilan kampanye. Hal ini dimungkinkan karena pembicaraan secara langsung
tersebut umumnya mengarah kepada evaluasi terinci tentang pesan-pesan yang
diterima yang pada akhirnya mampu membuat mereka mengambil kesimpulan.
12. 4. FAKTOR PENGHAMBAT KEBERHASILAN KAMPANYE
Dari analisis yang dilakukan Hyman dan Sheatsley (Kotler, 1989) terhadap
kegagalan kampanye tersebut disimpulkan bahwa:
Pada kenyataannya memang selalu ada sekelompok khalayak yang tidak
akan tahu tentang pesan-pesan kampanye yang ditujukan pada mereka.
Ketidaktahuan mereka bisa disebabkan mulai dari ketidakseriusan
memperhatikan pesan hingga ketidakmampuan memahamu isi pesan.
Kemungkinan individu memberikan tanggapan pada pesan kampanye
akan meningkat bila ketertarikan dan keterlibatan me teka terhadap isu
yang yang diangkat juga meningkat.
Orang akan membaca dan mempersepsi informasi yang mereka terima
berdasarkan nilai-nilai dan kepercayaan yang dimiliki. Ini artinya orang
akan memberikan respons yang berbeda terhadap pesan-pesan yang
sama. Bahkan orang-orang akan membaca dan memberikan tekanan
yang yang berbeda pada pesan-pesan yang disampaikan kepada mereka.
Implikasinya agar program kampanye terhindar dari kegagalan maka
karakteristik harus diperhatikan sehingga pesankampanye dapat
dirancang sesuai dengan segmen khalayak.
Kemungkinan individu untuk menerima informasi atau gagasan baru
akan meningkat bila informasi tersebut sejalan dengan sikap yang telah
ada. Dengan kata lain oramg cenderung menghindari informasi yang
tidak sesuai dengan apa yang telah diyakini.
Disamping kedua tokoh diatas, Kotler dan Roberto (1989) juga memberikan
pendapat mereka tentang faktor-faktor kegagalan sebuah program
kampanye. Ketidakberhasilan kampanye disebabkan oleh:
Program-program kampanye tersebut tidak menetapkan khalayak
sasarannya secara tepat. Hasilnya kampanye tersebut menjadi tidak
terfokus dan tidak efektif karena pesan-pesan tidak dapat dikontruksi
sesuai dengan karakteristik khalayak.
13. Pesan-pesan pada kampanye yang gagal umumnya juga tidak cukup
mampu memmotivasi khalayak untuk menerima dan menerapkan
gagasan yang diterima.
Lebih dari itu pesan-pesan tersebut juga tidak memberikan semacam
petunjuk bagaimana khalayak harus mengambil tindakan yang
diperlukan.
Kegagalan pada sebuah program kampanye yang beorientasi
perubahan sosial juga dapat terjadi Karena pelaku kampanye terlalu
mengandalkan media massa tanpa menidaklanjutinya dengan
komunikasi antar pribadi. Karena justru dengan komunikasi antar
pribadi efek perubahan sikap dan perilaku lebih dapat diharapkan
muncul.
Akhirnya dengan ringan Kotler dan Roberto menyatakan bahwa
sebuah kampanye dapat gagal mungkin hanya karena anggaran untuk
membiayai program tersebut tidak memadai sehingga pelaku
kampanye tak bisa berbuat total.
Menurut Michael L. Rothschild (Rice & Paisley, 1981). Pada dasarnya ia
hanya menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan agar sebuah
program kampanye menjadi tidak sia-sia, yaitu : arti penting objek
kampanye, kadar keterlibatan, rasio manfaat dan pengorbanan, tuntutan
aktual dari khalayak, dan segmentasi
15. Daftar pustaka
Budiarjo, Miriam.2005. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia
Kencana, Inu. 2002. Mengenal Teori Politik. Jakarta
Nimmo, Dan. 1982. Komunikasi Politik. Bandung. Rosda
http://publikasi.umy.ac.id/index.php/komunikasi/article/viewFile/821/727
http://id.shvoong.com/social-sciences/1897611-pengertian-komunikasi-politik/#ixzz1ZnA4SxRk