3. DAFTAR ISI / POKOK PEMBAHASAN
Pengertian pemilu
Tujuan diadakannya pemilu di Indonesia
Dasar hukum dan landasan pemilu di Indonesia
Kebudayaan remaja sebagai pemilih muda dalam pemilu
Pandangan remaja tentang partai politik
Antusiasme remaja dalam pemilu
4. 1. PENGERTIAN PEMILU
Pertama tama apa sebenarnya pemilu?. Sesuai Undang-undang
Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Pengertian pemilihan umum diuraikan secara detail. Pemilihan
Umum atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan pemilu
adalah proses dimana beberapa orang dipilih oleh rakyat agar
bisa mengisi jabatan jabatan tertentu di pemerintahan. Pemilu
digunakan untuk memilih presiden, gubernur, walikota, bupati,
dan DPR sebagai wakil rakyat. Pemilu sendiri sudah
dilaksanakan Indonesia sejak tahun 1955 untuk mengisi kursi
DPR. Dalam pemilu calon calon yang akan dipilih akan
mempengaruhi rakyat dengan adanya janji janji yang mereka
buat. Masa itu juga dikenal dengan sebutan kampanye.Dengan
kata lain, pemilu merupakan sarana bagi rakyat untuk
menjalankan kedaulatan dan merupakan lembaga demokrasi
.
5. Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara
persuatif (tidak memaksa) dengan melakuakan kegiatan retorika, hubungan
publik, komunikasi massa, lobi dan lain-lain. Meskipun agitasi dan
propaganda di negara demokrasi sangat di kecam, namun dalam kampanye
pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakai
oleh para kandidat atau politikus selaku komunikator politik.
Dalam pemilu, para pemilih dan pemilu juga di sebut konstituen, dan kepada
para merekalah para peserta pemilu menawarkan janji-janji dan program-
programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang
telah ditentukan, menjelang hari pengumutan suara. Setelah pengumutan
suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang pemilu ditentukan
oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah
ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para
pemilih.
Alasan dan fungsi pemilu pemilu sebagai wujud demokrasi dan salah satu
aspek yang penting untuk dilaksanakan secara demokratis. Semua demokrasi
modern melaksanakan pemilihan. Namun tidak semua pemilihan adalah
demokratis. Karena pemilihan secara demokratis bukan sekedar lambang,
melainkan pemilihan yang harus kompetitif, berkala, inklusif (luas), dan
definitif untuk menentukan pemerintah. Terdapat dua alasan mengapa
pemilu menjadi variabel penting suatu negara, yakni:
A. Pemilu merupakan suatu mekanisme transfer kekuasaan politik secara
damai. legitimasi kekuasaan seseorang atau partai politik tertentu tidak
diperoleh dengan cara kekerasan. namun kemenangan terjadi karena suara
mayoritas rakyat didapat melalui pemilu yang fair.
B. Demokrasi memberikan ruang kebebasan bagi individu. pemilu dalam
konteks ini, artinya konflik yang terjadi selama proses pemilu diselesaikan
melalui lembaga-lembaga demokrasi.
6. 2. TUJUAN DIADAKANNYA PEMILU DI INDONESIA
Tujuan pemilu adalah membentuk pemerintahan baru
dan perwakilan rakyat yang benar benar bekerja untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Menurut UUD
1945, tujuan pemilu dilaksanakan untuk memilih:
- - Presiden dan wakil presiden,
- - Anggota DPR
- - Anggota DPD
- - Gubernur dan wakil gubernur
- - Anggota DPRD provinsi
- - Bupati dan wakil bupati/walikota
- - Anggota DPRD kabupaten/kota
- Tujuan Pemilihan Umum / Tujuan penyelenggaraan
pemilu adalah:
- - Mewujudkan peralihan kepemimpinan
pemerintahan secara tertib dan damai.
- - Mewujudkan pergantian pejabat yang akan
mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan.
- - Memobilisasi dan menggalang dukungan rakyat
terhadap negara dan pemerintahan dengan ikut serta
dalam proses politik.
- - Melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat di
lembaga perwakilan. Melaksanakan prinsip hak-hak
asasi warga negara.
7. 3. DASAR HUKUM DAN LANDASAN PEMILU DI INDONESIA
Dasar Pemikiran dilaksanakannya Pemilu di Indonesia ada beberapa hal
yang menjadi dasar pemikiran dilaksanakan pemilu di Indonesia,
diantaranya adalah:
A. Sebagai sarana untuk dapat melaksanakan reformasi dalam berbagai
bidang kehidupan, khususnya reformasi dalam bidang politik
B. Membentuk lembaga permusyawarah/perwakilan rakyat agar dapat
berpartisipasi dalam pemerintahan
C. Melaksanakan asas kedaulatan rakyat sesuai sila keempat pancasila
yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan
D. Melaksanakan hak politik warga negara Indonesia.
Pemilu yang demokratis merupakan suatu cara untuk menyatakan diri
sebagai negara demokrasi karena suatu negara dikatakan demokratis
apabila memenuhi dua asas pokok pemerintahan demokrasi yaitu:
1. Adanya pengakuan hak asasi manusia
2. Adanya partisipas rakyat dalam pemerintahan yang diwujudkan
dalam bentuk pemilu yang demokratis
8. Dasar-dasar hukum pemilihan umum adalah:
1. Pancasila
2. Undang-Undang Dasar 1945
3. Ketetapan MPR tentang GBHN
4. Ketetapan MPR tentang pemilu
5. UU No.31 tahun 2002 tentang partai politik
6. UU No.12 tahun 2003 tentang pemilu
Landasan pemilu di Indonesia meliputi:
1. Landasan ideal pemilu adalah Pancasila
2. Landasan konstitusional adalah Undang-Undang Dasar 1945
3. Landasan operasional adalah
a. Ketetapan MPR No. III / MPR / 1998
b. UU No. 31 tahun 2002 tentang partai politik
c. UU No. 12 tahun 2003 tentang pemilu
9. 4. KEBUDAYAAN REMAJA DAN SISWA
SEBAGAI PEMILIH MUDA DALAM PEMILU
Siswa atau remaja pada umumnya memiliki suatu sistem sosial yang
seolah-olah menggambarkan bahwa mereka mempunyai “dunia
sendiri”. Dalam sistem remaja ini terdapat kebudayaan yang antara
lain mempunyai nilai-nilai, norma-norma. Sikap serta bahasa
tersendiri yang berbeda dari orang dewasa. Dengan demikian remaja
pada umumnya mempunyai persamaan dalam pola tingkah laku,
sikap dan nilai, dimana pola tingkah laku kolektif ini dapat berbeda
dalam beberapa hal dengan orang dewasa
Nilai kebudayaan remaja antara lain adalah santai, bebas dan
cenderung pada hal-hal yang informal dan mencari kesenangan, oleh
karena itu semua hal yang kurang menyenangkan dihindari.
Disamping mencari kesenangan, kelompok sebaya atau “peer group”
adalah penting dalam kehidupan seorang remaja, sehingga bagi
seorang remaja perlu mempunyai kelompok teman sendiri dalam
pergaulan. Masa pubertas merupakan tahap permulaan
perkembangan perasaan sosial. Pada masa ini timbul keinginan
remaja untuk mempunyai teman akrab dan sikap bersatu dengan
teman-temannya, sedangkan terhadap orang dewasa mereka
menjauhkan diri. “Peer culture” ini berpengaruh sekali selama masa
remaja sehingga nilai-nilai kelompok sebaya mempengaruhi
kelakuan mereka. Seorang remaja membutuhkan dukungan dan
konsensus dari kelompok sebayanya. Dalam hal ini setiap
penyimpangan nilai dan norma kelompok akan mendapat celaan dari
kelompoknya, karena hubungan antara remaja dan kelompoknya
bersifat solider dan setia kawan. Pada umumnya para remaja atas
kelompok-kelompok yang lebih kecil berdasarkan persamaan dalam
minat, kesenangan atau faktor lain.
10. Berkenaan dengan kapasitas kebudayaan remaja/siswa tersebut,
setidaknya dapat dijadikan gambaran penting upaya melihat peta demokrasi
dan kesadaran politik kalangan remaja di lingkungan persekolahan sebagai
bagian pemilih pemula dalam pilkada.
Ada tiga tingkat materi yang perlu ditanamkan dalam kurikulum
pendidikan berkaitan dengan sosialisasi pemilu melalui kurikulum
pendidikan.
Ketiga materi tersebut adalah penanaman hakikat pemilu yang benar
sehingga memunculkan motif yang kuat bagi pemilih pemula untuk
mengikuti pemilu, pemahaman mengenai sistem pemilu, dan pemahaman
tentang posisi tawar politik.
Pemahaman perilaku politik (Political Behavior) yaitu perilaku
politik dapat dinyatakan sebagai keseluruan tingkah laku aktor politik dan
warga negara yang telah saling memiliki hubungan antara pemerintah dan
masyarakat, antara lembaga-lembaga pemerintah, dan antara kelompok
masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan
keputusan politik.
Sedangkan menurut Almond dan Verba yang dimaksud budaya
politik (Political Culture) merupakan suatu sikap orientasi yang khas warga
negara terhadap sitem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap
terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem itu. Warga negara
senantiasa mengidentifikasi diri mereka dengan simbol-simbol dan lembaga
kenegaraan berdasarkan orientasi yang mereka miliki.
11. 5. PANDANGAN ANAK MUDA TENTANG PARTAI POLITIK
Partai politik pada dasarnya menjadi alat pencerah untuk menyadarkan
masyarakat pada peran politiknya. Namun sepertinya partai politik melupakan
sesuatu, pencerahan politik yang dilakukan terkadang tidak menyentuh generasi
muda khususnya anak muda/remaja. Program-program yang ada dalam partai
politik cenderung tidak memperhatikan potensi pemilih suara dari kalangan ini.
Masa muda merupakan saat-saat dimana mereka ingin mencoba mengikuti proses
pemilu. Pertumbuhan partai politik di Indonesia tidak di imbangi dengan
kemampuan memahami kepentingan anak muda. Program-program partai belum
menjangkau remaja. Apalagi mewakilinya. Mungkin ini merupakan salah satu
kelemahan partai politik yang sering meremehkan hal-hal kecil. Remaja
merupakan generasi penerus keberlangsungan bangsa ini. Pendidikan pilitik bagi
mereka merupakan hal penting. Merekalah generasi pemilih di masa yang akan
datang.
Bila di kaji lebih dalam, remaja bis memberi keuntungan pada prti politik bila
input pendidikan politik pada mereka di berikan secara intensif. Kaum pemuda
akan memiliki kesadaran berpolitik tinggi dan semakin kritis pada proses politik
yang tengah terjadi. Partai juga diuntungkan karena dapat melakukan kaderisasi
politik secara dini. Hanya saja partai politik sepertinya belum memahami arti
penting ini.
Orientasi partai politik masih pada isu-isu besar. Cara mendongkrak suara pun
masih menggunakan cara-cara yang sudah umum, misal menggunakan artis
dengan cara merekrutnya. Dengan kondisi seperti itu secara tidak langsung telah
membentuk sikap tertentu dikalangan remaja. Peran remaja pun menjadi kurang.
Dan pada alkhirnya mereka akan memilih hura-hura ketimbang memikirkan
politik yang rumit dan belum tentu memberikan keuntungan bagi mereka.
12. Remaja lebih sering mendapat informasi tentang politik dari media. Baik itu
cetak, elektronik, dan sekarang pada media online. Tentunya informasi yang
mereka dapatkan dari media bukanlah penegetahuan mendalam, namun
sepotong-sepotong. Ketidakpedulian partai politik akan mempersulit
menyadarkan remaja pada peranan politiknya. Kalau hanya kemengan dalam
pemilu yang di kejar oleh partai politik, remaja selamanya tidak akan pernah
tertarik mempelajari politik. Faktor lainnya yang membentuk kesdaran
remaja tergantung pada orangtua. Bila tidak ada yang mengarahkan mereka
tidak akan pernah memiliki kepedulian.
Indonesia ini menganut sistem demokrasi dalam tatacara pemerintahannya.
Konsekuensi logis pertama dari demokrasi kita adalah diadakannya
pemilihan raya untuk memilih pemimpin eksekutif dan legislatif (perwakilan
rakyat) pada berbagai tingkatan daerah. Pemilihan ini menggunaka sistem
one-man-one-vote, rtinya tidak peduli tingkat pendidikan, ekonomi dan
sosial, satu orang memiliki satu suara. Itulah menariknya demokrasi.
Masyarakat memiliki hak untuk mengekspresikan kepuasan dan
ketidakpuasan setidaknya 5 tahun tiga kali, saat pemilu nasional, dan pilkada
provinsi dan kabupaten/kota. Bila ia puas maka ia akan memilih incumbent,
bila kecewa ia akan memilih pasangan alternatif.
Kesempatan ekspresi seperti ini perlu kita perjuangkan dengan
menggunakannya dengan baik. Sebelum era reformasi, kebebasan ini tidak
dimiliki sepenuhnya. Bila kita tidak menggunakannya maka, bisa jadi suara
kita diklaim atau di bajak oleh pihak tertentu. Konsekuensi selanjutnya dari
demokrasi adalah hak menyampaikan aspirasi. Mekanisme yang digunakan
oleh Indonesia dalam hal ini adalah perwakilan melalui sistem paratai
politik. Rasanya memang menjadi agak aneh apabila, kita menjadi anti
terhadap partai politik, karena justru merekalah corong opini kita
kepemerintah.
13. 6. ANTUSIASME GENERASI MUDA DALAM PEMILU
Dari sekitar 190 juta warga yang memiliki hak pilih dalam pemilu, 7,4 persen di
antaranya atau sekitar 14 juta orang, adalah generasi muda yang akan memakai
hak pilih untuk pertama kalinya. Berbagai kalangan mengungkapkan
kekhawatiran, bahwa mereka akan bersikap apolitis atau tergilincir pada politik
uang.
Diperkirakan bahwa dalam setiap Pemilu, 30% dari total jumlah pemilih adalah
pemilih muda (usia 17-30 tahun). Demografi ini tentunya sangat signifikan dan
partisipasi mereka akan sangat berpengaruh dalam menentukan hasil
pemilu.Karena jumlah mereka yang sangat signifikan, mereka harus menjadi
pemilih yang bertanggung jawab dan dapat menentukan pilihan atas dasar yang
kuat. Semua ini demi tercapainya pemilu yang berkualitas dan memastikan
calon yang terkuatlah yang akan akhirnya terpilih.
Tingkat apatis generasi muda Indonesia memang tinggi. Respon yang biasanya kita
dapat ketika kita bertanya kenapa mereka enggan untuk memilih:
· - Siapa pun yang menang, Indonesia akan begini-begini aja, gak akan mengubah
apa-apa.
- Gak kenal juga siapa aja calonnya.
- Semua politisi itu korup.
- Gak tahu apa perbedaan antara partai politik peserta pemilu.
- Kayaknya prosesnya ribet deh.
14. Untuk mengangkat mereka ke tatanan pertama saja sudah sangat sulit karena
tingkat apatis yang tinggi, perlu pendekatan yang berbeda untuk meyankinkan
mereka bahwa partisipasi mereka justru sangat penting untuk memutus siklus
buruk yang terjadi dalam kepemerintahan Indonesia saat ini.
Ketika kita berhasil mengubah persepsi bahwa suara mereka tidak
berpengaruh, kita baru bisa masuk ke tahap kedua di mana mereka harus tahu
betul siapa yang akan mereka pilih dan kenapa.
Sayangnya karena korupsi sudah menjadi bagian dalam budaya Indonesia saat
ini; seakan-akan kita harus menerima bahwa korupsi memang sudah menjadi
bagian dari proses. Pemberitaan di media rasanya seperti tidak berhenti dari
satu kasus ke kasus yang lain, sampai terkadang kita lupa tentang kasus-kasus
sebelumnya atau malah sering tertukar siapa saja orang yang terlibat dalam
suatu kasus karena sudah terlalu banyak.
Karena kita sudah dibombardir dengan pemberitaan negatif ini, kita merasa
bahwa semua orang dalam dunia politik itu kotor. Tapi bukan begitu
kenyataannya, masih banyak orang-orang yang sangat pintar dan kompeten
yang bekerja dalam pemerintahan..
15. KESIMPULAN
Pada dasarnya Pemilihan umum merupakan
sarana demokrasi guna mewujudkan sistem
pemerintahan negara yang berkedaulatan rakyat.
Pemerintahan negara terbentuk melalui pemilu itu
adalah yang berasal dari rakyat (termasuk remaja 17
tahun keatas), dijalankan sesuai dengan kehendak
rakyat yang diabdikan untuk kesejahteraan rakyat.
Karena pemerintah tidak bisa bertindak apapun
mengenai negara tanpa persetujuan rakyat. Oleh sebab
itu ada DPR dan MPR yang mewakili rakyat.
Maka dalam hal ini untuk memenuhi keinginan
tersebut peran pemuda disini adalah sangat penting
terutama untuk memahami politik dengan sebaik-
baiknya. Dan tingkat pemahaman pemuda juga
didorong dari keluarga dan juga lingkungan tempat ia
beradaptasi. Lingkungan juga akan memberikan hal
positif dan negatif pada diri remaja. Lingkungan yang
positif akan memberikan dampak yang baik bagi
perkembangan politik remaja muda.
SARAN
Sebagai muda mudi dalam pemilihan umum dan sebagai
remaja yang masih belum memahami penuh politik
hendaknya kita ikut memahami lebih dalam tentang
makna pemilihan umum dengan lebih baik lagi dan
memberikan hak pilih kita dengan adil dan tanpa
pemaksaan dari pihak orang lain.