SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Dipresentasikan Oleh:
Kelompok 4
Pemilu di mata remaja
Dosen pengampu: Rachmat Basuki, SE, MM
ANGGOTA KELOMPOK 4:
1. Natasha
2. Immanuel
3. Doni
4. Fauzi
5. Risky
6. Noval
DAFTAR ISI / POKOK PEMBAHASAN
 Pengertian pemilu
 Tujuan diadakannya pemilu di Indonesia
 Dasar hukum dan landasan pemilu di Indonesia
 Kebudayaan remaja sebagai pemilih muda dalam pemilu
 Pandangan remaja tentang partai politik
 Antusiasme remaja dalam pemilu
1. PENGERTIAN PEMILU
Pertama tama apa sebenarnya pemilu?. Sesuai Undang-undang
Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Pengertian pemilihan umum diuraikan secara detail. Pemilihan
Umum atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan pemilu
adalah proses dimana beberapa orang dipilih oleh rakyat agar
bisa mengisi jabatan jabatan tertentu di pemerintahan. Pemilu
digunakan untuk memilih presiden, gubernur, walikota, bupati,
dan DPR sebagai wakil rakyat. Pemilu sendiri sudah
dilaksanakan Indonesia sejak tahun 1955 untuk mengisi kursi
DPR. Dalam pemilu calon calon yang akan dipilih akan
mempengaruhi rakyat dengan adanya janji janji yang mereka
buat. Masa itu juga dikenal dengan sebutan kampanye.Dengan
kata lain, pemilu merupakan sarana bagi rakyat untuk
menjalankan kedaulatan dan merupakan lembaga demokrasi
.
Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara
persuatif (tidak memaksa) dengan melakuakan kegiatan retorika, hubungan
publik, komunikasi massa, lobi dan lain-lain. Meskipun agitasi dan
propaganda di negara demokrasi sangat di kecam, namun dalam kampanye
pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakai
oleh para kandidat atau politikus selaku komunikator politik.
Dalam pemilu, para pemilih dan pemilu juga di sebut konstituen, dan kepada
para merekalah para peserta pemilu menawarkan janji-janji dan program-
programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang
telah ditentukan, menjelang hari pengumutan suara. Setelah pengumutan
suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang pemilu ditentukan
oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah
ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para
pemilih.
Alasan dan fungsi pemilu pemilu sebagai wujud demokrasi dan salah satu
aspek yang penting untuk dilaksanakan secara demokratis. Semua demokrasi
modern melaksanakan pemilihan. Namun tidak semua pemilihan adalah
demokratis. Karena pemilihan secara demokratis bukan sekedar lambang,
melainkan pemilihan yang harus kompetitif, berkala, inklusif (luas), dan
definitif untuk menentukan pemerintah. Terdapat dua alasan mengapa
pemilu menjadi variabel penting suatu negara, yakni:
A. Pemilu merupakan suatu mekanisme transfer kekuasaan politik secara
damai. legitimasi kekuasaan seseorang atau partai politik tertentu tidak
diperoleh dengan cara kekerasan. namun kemenangan terjadi karena suara
mayoritas rakyat didapat melalui pemilu yang fair.
B. Demokrasi memberikan ruang kebebasan bagi individu. pemilu dalam
konteks ini, artinya konflik yang terjadi selama proses pemilu diselesaikan
melalui lembaga-lembaga demokrasi.
2. TUJUAN DIADAKANNYA PEMILU DI INDONESIA
Tujuan pemilu adalah membentuk pemerintahan baru
dan perwakilan rakyat yang benar benar bekerja untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Menurut UUD
1945, tujuan pemilu dilaksanakan untuk memilih:
- - Presiden dan wakil presiden,
- - Anggota DPR
- - Anggota DPD
- - Gubernur dan wakil gubernur
- - Anggota DPRD provinsi
- - Bupati dan wakil bupati/walikota
- - Anggota DPRD kabupaten/kota
- Tujuan Pemilihan Umum / Tujuan penyelenggaraan
pemilu adalah:
- - Mewujudkan peralihan kepemimpinan
pemerintahan secara tertib dan damai.
- - Mewujudkan pergantian pejabat yang akan
mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan.
- - Memobilisasi dan menggalang dukungan rakyat
terhadap negara dan pemerintahan dengan ikut serta
dalam proses politik.
- - Melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat di
lembaga perwakilan. Melaksanakan prinsip hak-hak
asasi warga negara.
3. DASAR HUKUM DAN LANDASAN PEMILU DI INDONESIA
Dasar Pemikiran dilaksanakannya Pemilu di Indonesia ada beberapa hal
yang menjadi dasar pemikiran dilaksanakan pemilu di Indonesia,
diantaranya adalah:
A. Sebagai sarana untuk dapat melaksanakan reformasi dalam berbagai
bidang kehidupan, khususnya reformasi dalam bidang politik
B. Membentuk lembaga permusyawarah/perwakilan rakyat agar dapat
berpartisipasi dalam pemerintahan
C. Melaksanakan asas kedaulatan rakyat sesuai sila keempat pancasila
yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan
D. Melaksanakan hak politik warga negara Indonesia.
Pemilu yang demokratis merupakan suatu cara untuk menyatakan diri
sebagai negara demokrasi karena suatu negara dikatakan demokratis
apabila memenuhi dua asas pokok pemerintahan demokrasi yaitu:
1. Adanya pengakuan hak asasi manusia
2. Adanya partisipas rakyat dalam pemerintahan yang diwujudkan
dalam bentuk pemilu yang demokratis
Dasar-dasar hukum pemilihan umum adalah:
1. Pancasila
2. Undang-Undang Dasar 1945
3. Ketetapan MPR tentang GBHN
4. Ketetapan MPR tentang pemilu
5. UU No.31 tahun 2002 tentang partai politik
6. UU No.12 tahun 2003 tentang pemilu
Landasan pemilu di Indonesia meliputi:
1. Landasan ideal pemilu adalah Pancasila
2. Landasan konstitusional adalah Undang-Undang Dasar 1945
3. Landasan operasional adalah
a. Ketetapan MPR No. III / MPR / 1998
b. UU No. 31 tahun 2002 tentang partai politik
c. UU No. 12 tahun 2003 tentang pemilu
4. KEBUDAYAAN REMAJA DAN SISWA
SEBAGAI PEMILIH MUDA DALAM PEMILU
Siswa atau remaja pada umumnya memiliki suatu sistem sosial yang
seolah-olah menggambarkan bahwa mereka mempunyai “dunia
sendiri”. Dalam sistem remaja ini terdapat kebudayaan yang antara
lain mempunyai nilai-nilai, norma-norma. Sikap serta bahasa
tersendiri yang berbeda dari orang dewasa. Dengan demikian remaja
pada umumnya mempunyai persamaan dalam pola tingkah laku,
sikap dan nilai, dimana pola tingkah laku kolektif ini dapat berbeda
dalam beberapa hal dengan orang dewasa
Nilai kebudayaan remaja antara lain adalah santai, bebas dan
cenderung pada hal-hal yang informal dan mencari kesenangan, oleh
karena itu semua hal yang kurang menyenangkan dihindari.
Disamping mencari kesenangan, kelompok sebaya atau “peer group”
adalah penting dalam kehidupan seorang remaja, sehingga bagi
seorang remaja perlu mempunyai kelompok teman sendiri dalam
pergaulan. Masa pubertas merupakan tahap permulaan
perkembangan perasaan sosial. Pada masa ini timbul keinginan
remaja untuk mempunyai teman akrab dan sikap bersatu dengan
teman-temannya, sedangkan terhadap orang dewasa mereka
menjauhkan diri. “Peer culture” ini berpengaruh sekali selama masa
remaja sehingga nilai-nilai kelompok sebaya mempengaruhi
kelakuan mereka. Seorang remaja membutuhkan dukungan dan
konsensus dari kelompok sebayanya. Dalam hal ini setiap
penyimpangan nilai dan norma kelompok akan mendapat celaan dari
kelompoknya, karena hubungan antara remaja dan kelompoknya
bersifat solider dan setia kawan. Pada umumnya para remaja atas
kelompok-kelompok yang lebih kecil berdasarkan persamaan dalam
minat, kesenangan atau faktor lain.
Berkenaan dengan kapasitas kebudayaan remaja/siswa tersebut,
setidaknya dapat dijadikan gambaran penting upaya melihat peta demokrasi
dan kesadaran politik kalangan remaja di lingkungan persekolahan sebagai
bagian pemilih pemula dalam pilkada.
Ada tiga tingkat materi yang perlu ditanamkan dalam kurikulum
pendidikan berkaitan dengan sosialisasi pemilu melalui kurikulum
pendidikan.
Ketiga materi tersebut adalah penanaman hakikat pemilu yang benar
sehingga memunculkan motif yang kuat bagi pemilih pemula untuk
mengikuti pemilu, pemahaman mengenai sistem pemilu, dan pemahaman
tentang posisi tawar politik.
Pemahaman perilaku politik (Political Behavior) yaitu perilaku
politik dapat dinyatakan sebagai keseluruan tingkah laku aktor politik dan
warga negara yang telah saling memiliki hubungan antara pemerintah dan
masyarakat, antara lembaga-lembaga pemerintah, dan antara kelompok
masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan
keputusan politik.
Sedangkan menurut Almond dan Verba yang dimaksud budaya
politik (Political Culture) merupakan suatu sikap orientasi yang khas warga
negara terhadap sitem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap
terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem itu. Warga negara
senantiasa mengidentifikasi diri mereka dengan simbol-simbol dan lembaga
kenegaraan berdasarkan orientasi yang mereka miliki.
5. PANDANGAN ANAK MUDA TENTANG PARTAI POLITIK
Partai politik pada dasarnya menjadi alat pencerah untuk menyadarkan
masyarakat pada peran politiknya. Namun sepertinya partai politik melupakan
sesuatu, pencerahan politik yang dilakukan terkadang tidak menyentuh generasi
muda khususnya anak muda/remaja. Program-program yang ada dalam partai
politik cenderung tidak memperhatikan potensi pemilih suara dari kalangan ini.
Masa muda merupakan saat-saat dimana mereka ingin mencoba mengikuti proses
pemilu. Pertumbuhan partai politik di Indonesia tidak di imbangi dengan
kemampuan memahami kepentingan anak muda. Program-program partai belum
menjangkau remaja. Apalagi mewakilinya. Mungkin ini merupakan salah satu
kelemahan partai politik yang sering meremehkan hal-hal kecil. Remaja
merupakan generasi penerus keberlangsungan bangsa ini. Pendidikan pilitik bagi
mereka merupakan hal penting. Merekalah generasi pemilih di masa yang akan
datang.
Bila di kaji lebih dalam, remaja bis memberi keuntungan pada prti politik bila
input pendidikan politik pada mereka di berikan secara intensif. Kaum pemuda
akan memiliki kesadaran berpolitik tinggi dan semakin kritis pada proses politik
yang tengah terjadi. Partai juga diuntungkan karena dapat melakukan kaderisasi
politik secara dini. Hanya saja partai politik sepertinya belum memahami arti
penting ini.
Orientasi partai politik masih pada isu-isu besar. Cara mendongkrak suara pun
masih menggunakan cara-cara yang sudah umum, misal menggunakan artis
dengan cara merekrutnya. Dengan kondisi seperti itu secara tidak langsung telah
membentuk sikap tertentu dikalangan remaja. Peran remaja pun menjadi kurang.
Dan pada alkhirnya mereka akan memilih hura-hura ketimbang memikirkan
politik yang rumit dan belum tentu memberikan keuntungan bagi mereka.
Remaja lebih sering mendapat informasi tentang politik dari media. Baik itu
cetak, elektronik, dan sekarang pada media online. Tentunya informasi yang
mereka dapatkan dari media bukanlah penegetahuan mendalam, namun
sepotong-sepotong. Ketidakpedulian partai politik akan mempersulit
menyadarkan remaja pada peranan politiknya. Kalau hanya kemengan dalam
pemilu yang di kejar oleh partai politik, remaja selamanya tidak akan pernah
tertarik mempelajari politik. Faktor lainnya yang membentuk kesdaran
remaja tergantung pada orangtua. Bila tidak ada yang mengarahkan mereka
tidak akan pernah memiliki kepedulian.
Indonesia ini menganut sistem demokrasi dalam tatacara pemerintahannya.
Konsekuensi logis pertama dari demokrasi kita adalah diadakannya
pemilihan raya untuk memilih pemimpin eksekutif dan legislatif (perwakilan
rakyat) pada berbagai tingkatan daerah. Pemilihan ini menggunaka sistem
one-man-one-vote, rtinya tidak peduli tingkat pendidikan, ekonomi dan
sosial, satu orang memiliki satu suara. Itulah menariknya demokrasi.
Masyarakat memiliki hak untuk mengekspresikan kepuasan dan
ketidakpuasan setidaknya 5 tahun tiga kali, saat pemilu nasional, dan pilkada
provinsi dan kabupaten/kota. Bila ia puas maka ia akan memilih incumbent,
bila kecewa ia akan memilih pasangan alternatif.
Kesempatan ekspresi seperti ini perlu kita perjuangkan dengan
menggunakannya dengan baik. Sebelum era reformasi, kebebasan ini tidak
dimiliki sepenuhnya. Bila kita tidak menggunakannya maka, bisa jadi suara
kita diklaim atau di bajak oleh pihak tertentu. Konsekuensi selanjutnya dari
demokrasi adalah hak menyampaikan aspirasi. Mekanisme yang digunakan
oleh Indonesia dalam hal ini adalah perwakilan melalui sistem paratai
politik. Rasanya memang menjadi agak aneh apabila, kita menjadi anti
terhadap partai politik, karena justru merekalah corong opini kita
kepemerintah.
6. ANTUSIASME GENERASI MUDA DALAM PEMILU
Dari sekitar 190 juta warga yang memiliki hak pilih dalam pemilu, 7,4 persen di
antaranya atau sekitar 14 juta orang, adalah generasi muda yang akan memakai
hak pilih untuk pertama kalinya. Berbagai kalangan mengungkapkan
kekhawatiran, bahwa mereka akan bersikap apolitis atau tergilincir pada politik
uang.
Diperkirakan bahwa dalam setiap Pemilu, 30% dari total jumlah pemilih adalah
pemilih muda (usia 17-30 tahun). Demografi ini tentunya sangat signifikan dan
partisipasi mereka akan sangat berpengaruh dalam menentukan hasil
pemilu.Karena jumlah mereka yang sangat signifikan, mereka harus menjadi
pemilih yang bertanggung jawab dan dapat menentukan pilihan atas dasar yang
kuat. Semua ini demi tercapainya pemilu yang berkualitas dan memastikan
calon yang terkuatlah yang akan akhirnya terpilih.
Tingkat apatis generasi muda Indonesia memang tinggi. Respon yang biasanya kita
dapat ketika kita bertanya kenapa mereka enggan untuk memilih:
· - Siapa pun yang menang, Indonesia akan begini-begini aja, gak akan mengubah
apa-apa.
- Gak kenal juga siapa aja calonnya.
- Semua politisi itu korup.
- Gak tahu apa perbedaan antara partai politik peserta pemilu.
- Kayaknya prosesnya ribet deh.
Untuk mengangkat mereka ke tatanan pertama saja sudah sangat sulit karena
tingkat apatis yang tinggi, perlu pendekatan yang berbeda untuk meyankinkan
mereka bahwa partisipasi mereka justru sangat penting untuk memutus siklus
buruk yang terjadi dalam kepemerintahan Indonesia saat ini.
Ketika kita berhasil mengubah persepsi bahwa suara mereka tidak
berpengaruh, kita baru bisa masuk ke tahap kedua di mana mereka harus tahu
betul siapa yang akan mereka pilih dan kenapa.
Sayangnya karena korupsi sudah menjadi bagian dalam budaya Indonesia saat
ini; seakan-akan kita harus menerima bahwa korupsi memang sudah menjadi
bagian dari proses. Pemberitaan di media rasanya seperti tidak berhenti dari
satu kasus ke kasus yang lain, sampai terkadang kita lupa tentang kasus-kasus
sebelumnya atau malah sering tertukar siapa saja orang yang terlibat dalam
suatu kasus karena sudah terlalu banyak.
Karena kita sudah dibombardir dengan pemberitaan negatif ini, kita merasa
bahwa semua orang dalam dunia politik itu kotor. Tapi bukan begitu
kenyataannya, masih banyak orang-orang yang sangat pintar dan kompeten
yang bekerja dalam pemerintahan..
KESIMPULAN
Pada dasarnya Pemilihan umum merupakan
sarana demokrasi guna mewujudkan sistem
pemerintahan negara yang berkedaulatan rakyat.
Pemerintahan negara terbentuk melalui pemilu itu
adalah yang berasal dari rakyat (termasuk remaja 17
tahun keatas), dijalankan sesuai dengan kehendak
rakyat yang diabdikan untuk kesejahteraan rakyat.
Karena pemerintah tidak bisa bertindak apapun
mengenai negara tanpa persetujuan rakyat. Oleh sebab
itu ada DPR dan MPR yang mewakili rakyat.
Maka dalam hal ini untuk memenuhi keinginan
tersebut peran pemuda disini adalah sangat penting
terutama untuk memahami politik dengan sebaik-
baiknya. Dan tingkat pemahaman pemuda juga
didorong dari keluarga dan juga lingkungan tempat ia
beradaptasi. Lingkungan juga akan memberikan hal
positif dan negatif pada diri remaja. Lingkungan yang
positif akan memberikan dampak yang baik bagi
perkembangan politik remaja muda.
SARAN
Sebagai muda mudi dalam pemilihan umum dan sebagai
remaja yang masih belum memahami penuh politik
hendaknya kita ikut memahami lebih dalam tentang
makna pemilihan umum dengan lebih baik lagi dan
memberikan hak pilih kita dengan adil dan tanpa
pemaksaan dari pihak orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia.com
https://ahmadmufidchomsan.wordpress.c
om/2013/02/23/pentingnya-pemilu-
dikalangan-pemilih-pemula-2/
http://suarajakarta.co/ekstra/jurnalis-
warga/peran-pemuda-dalam-pemilu/
Abubakar, H Suardi, drs, dkk.
2004. Kewarganegaraan Menuju
Masyarakat Madani. Jakarta : Yudhistira
Purwanto, Drs. 2006. GLADI
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN.
Klaten : Gading Kencana.
Turmudi, Spd. 2004. TELADAN PPKN.
Mojokerto : CV. SINAR MULIA
PUSTAKA.
PERTANYAAN?
 1.
 2.
 3.

More Related Content

Similar to Kelompok 4 Pendidikan Kewarganegaraan Stim BudiBakti

Peran Partai Politik dalam Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesia
Peran Partai Politik dalam Pemilihan Umum (PEMILU) di IndonesiaPeran Partai Politik dalam Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesia
Peran Partai Politik dalam Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesiavina irodatul afiyah
 
Pemilu sebagai sarana pendidikan politik guna mewujudkan persatuan
Pemilu sebagai sarana pendidikan politik guna mewujudkan persatuanPemilu sebagai sarana pendidikan politik guna mewujudkan persatuan
Pemilu sebagai sarana pendidikan politik guna mewujudkan persatuanReedha Williams
 
PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA
PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA  PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA
PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA vina irodatul afiyah
 
Konsepku 131010214842-phpapp01
Konsepku 131010214842-phpapp01Konsepku 131010214842-phpapp01
Konsepku 131010214842-phpapp01Ahmad Sulton
 
Makalah ilmu politik 2015
Makalah ilmu politik 2015Makalah ilmu politik 2015
Makalah ilmu politik 2015Ikhwan Setiawan
 
PRESENTASI SUARA DEMOKRASI.pptx
PRESENTASI SUARA DEMOKRASI.pptxPRESENTASI SUARA DEMOKRASI.pptx
PRESENTASI SUARA DEMOKRASI.pptxRednaAmbar
 
demokrasi masyarakat beradab
demokrasi masyarakat beradabdemokrasi masyarakat beradab
demokrasi masyarakat beradabNasria Ika
 
Kelompok 5 HTN.pptx
Kelompok 5 HTN.pptxKelompok 5 HTN.pptx
Kelompok 5 HTN.pptxSnn27
 
PPT 2 3 pemahaman ttg Demokrasi.pptx
PPT 2 3 pemahaman ttg Demokrasi.pptxPPT 2 3 pemahaman ttg Demokrasi.pptx
PPT 2 3 pemahaman ttg Demokrasi.pptxArulArya1
 
Cici Ariska, SMAN 13 Banda Aceh, Pemilihan Duta Demokrasi, Sayembara Menulis ...
Cici Ariska, SMAN 13 Banda Aceh, Pemilihan Duta Demokrasi, Sayembara Menulis ...Cici Ariska, SMAN 13 Banda Aceh, Pemilihan Duta Demokrasi, Sayembara Menulis ...
Cici Ariska, SMAN 13 Banda Aceh, Pemilihan Duta Demokrasi, Sayembara Menulis ...Konsultan Pendidikan
 
Demokrasi indonesia
Demokrasi indonesiaDemokrasi indonesia
Demokrasi indonesiaChe Bintank
 
Implementasi Pendidikan Politik dan Keterlibatan Mahasiswa dalam Aktivitas Po...
Implementasi Pendidikan Politik dan Keterlibatan Mahasiswa dalam Aktivitas Po...Implementasi Pendidikan Politik dan Keterlibatan Mahasiswa dalam Aktivitas Po...
Implementasi Pendidikan Politik dan Keterlibatan Mahasiswa dalam Aktivitas Po...AnjeliPurba
 
Presentasi bab sistem politik
Presentasi bab sistem politikPresentasi bab sistem politik
Presentasi bab sistem politikMaeko Kaoin
 
Pemilih pemula sosialisasi
Pemilih pemula sosialisasiPemilih pemula sosialisasi
Pemilih pemula sosialisasiMuktar Eneste
 
budaya demokrasi menuju masyarakat madani
budaya demokrasi menuju masyarakat madanibudaya demokrasi menuju masyarakat madani
budaya demokrasi menuju masyarakat madaniMaeko Kaoin
 

Similar to Kelompok 4 Pendidikan Kewarganegaraan Stim BudiBakti (20)

Peran Partai Politik dalam Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesia
Peran Partai Politik dalam Pemilihan Umum (PEMILU) di IndonesiaPeran Partai Politik dalam Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesia
Peran Partai Politik dalam Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesia
 
Pemilu sebagai sarana pendidikan politik guna mewujudkan persatuan
Pemilu sebagai sarana pendidikan politik guna mewujudkan persatuanPemilu sebagai sarana pendidikan politik guna mewujudkan persatuan
Pemilu sebagai sarana pendidikan politik guna mewujudkan persatuan
 
Pengaruh golput di indonesia
Pengaruh golput di indonesiaPengaruh golput di indonesia
Pengaruh golput di indonesia
 
PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA
PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA  PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA
PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA
 
Konsepku 131010214842-phpapp01
Konsepku 131010214842-phpapp01Konsepku 131010214842-phpapp01
Konsepku 131010214842-phpapp01
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah ilmu politik 2015
Makalah ilmu politik 2015Makalah ilmu politik 2015
Makalah ilmu politik 2015
 
Kelompok 2 pkn demokrasi
Kelompok 2 pkn demokrasiKelompok 2 pkn demokrasi
Kelompok 2 pkn demokrasi
 
Modul p kn kelas xi
Modul p kn kelas xiModul p kn kelas xi
Modul p kn kelas xi
 
PRESENTASI SUARA DEMOKRASI.pptx
PRESENTASI SUARA DEMOKRASI.pptxPRESENTASI SUARA DEMOKRASI.pptx
PRESENTASI SUARA DEMOKRASI.pptx
 
demokrasi masyarakat beradab
demokrasi masyarakat beradabdemokrasi masyarakat beradab
demokrasi masyarakat beradab
 
Kelompok 5 HTN.pptx
Kelompok 5 HTN.pptxKelompok 5 HTN.pptx
Kelompok 5 HTN.pptx
 
PPT 2 3 pemahaman ttg Demokrasi.pptx
PPT 2 3 pemahaman ttg Demokrasi.pptxPPT 2 3 pemahaman ttg Demokrasi.pptx
PPT 2 3 pemahaman ttg Demokrasi.pptx
 
Cici Ariska, SMAN 13 Banda Aceh, Pemilihan Duta Demokrasi, Sayembara Menulis ...
Cici Ariska, SMAN 13 Banda Aceh, Pemilihan Duta Demokrasi, Sayembara Menulis ...Cici Ariska, SMAN 13 Banda Aceh, Pemilihan Duta Demokrasi, Sayembara Menulis ...
Cici Ariska, SMAN 13 Banda Aceh, Pemilihan Duta Demokrasi, Sayembara Menulis ...
 
Demokrasi indonesia
Demokrasi indonesiaDemokrasi indonesia
Demokrasi indonesia
 
Implementasi Pendidikan Politik dan Keterlibatan Mahasiswa dalam Aktivitas Po...
Implementasi Pendidikan Politik dan Keterlibatan Mahasiswa dalam Aktivitas Po...Implementasi Pendidikan Politik dan Keterlibatan Mahasiswa dalam Aktivitas Po...
Implementasi Pendidikan Politik dan Keterlibatan Mahasiswa dalam Aktivitas Po...
 
Presentasi bab sistem politik
Presentasi bab sistem politikPresentasi bab sistem politik
Presentasi bab sistem politik
 
Pemilu
PemiluPemilu
Pemilu
 
Pemilih pemula sosialisasi
Pemilih pemula sosialisasiPemilih pemula sosialisasi
Pemilih pemula sosialisasi
 
budaya demokrasi menuju masyarakat madani
budaya demokrasi menuju masyarakat madanibudaya demokrasi menuju masyarakat madani
budaya demokrasi menuju masyarakat madani
 

Recently uploaded

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxshafiraramadhani9
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 

Recently uploaded (20)

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 

Kelompok 4 Pendidikan Kewarganegaraan Stim BudiBakti

  • 1. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Dipresentasikan Oleh: Kelompok 4 Pemilu di mata remaja Dosen pengampu: Rachmat Basuki, SE, MM
  • 2. ANGGOTA KELOMPOK 4: 1. Natasha 2. Immanuel 3. Doni 4. Fauzi 5. Risky 6. Noval
  • 3. DAFTAR ISI / POKOK PEMBAHASAN  Pengertian pemilu  Tujuan diadakannya pemilu di Indonesia  Dasar hukum dan landasan pemilu di Indonesia  Kebudayaan remaja sebagai pemilih muda dalam pemilu  Pandangan remaja tentang partai politik  Antusiasme remaja dalam pemilu
  • 4. 1. PENGERTIAN PEMILU Pertama tama apa sebenarnya pemilu?. Sesuai Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pengertian pemilihan umum diuraikan secara detail. Pemilihan Umum atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan pemilu adalah proses dimana beberapa orang dipilih oleh rakyat agar bisa mengisi jabatan jabatan tertentu di pemerintahan. Pemilu digunakan untuk memilih presiden, gubernur, walikota, bupati, dan DPR sebagai wakil rakyat. Pemilu sendiri sudah dilaksanakan Indonesia sejak tahun 1955 untuk mengisi kursi DPR. Dalam pemilu calon calon yang akan dipilih akan mempengaruhi rakyat dengan adanya janji janji yang mereka buat. Masa itu juga dikenal dengan sebutan kampanye.Dengan kata lain, pemilu merupakan sarana bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatan dan merupakan lembaga demokrasi .
  • 5. Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuatif (tidak memaksa) dengan melakuakan kegiatan retorika, hubungan publik, komunikasi massa, lobi dan lain-lain. Meskipun agitasi dan propaganda di negara demokrasi sangat di kecam, namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakai oleh para kandidat atau politikus selaku komunikator politik. Dalam pemilu, para pemilih dan pemilu juga di sebut konstituen, dan kepada para merekalah para peserta pemilu menawarkan janji-janji dan program- programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pengumutan suara. Setelah pengumutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih. Alasan dan fungsi pemilu pemilu sebagai wujud demokrasi dan salah satu aspek yang penting untuk dilaksanakan secara demokratis. Semua demokrasi modern melaksanakan pemilihan. Namun tidak semua pemilihan adalah demokratis. Karena pemilihan secara demokratis bukan sekedar lambang, melainkan pemilihan yang harus kompetitif, berkala, inklusif (luas), dan definitif untuk menentukan pemerintah. Terdapat dua alasan mengapa pemilu menjadi variabel penting suatu negara, yakni: A. Pemilu merupakan suatu mekanisme transfer kekuasaan politik secara damai. legitimasi kekuasaan seseorang atau partai politik tertentu tidak diperoleh dengan cara kekerasan. namun kemenangan terjadi karena suara mayoritas rakyat didapat melalui pemilu yang fair. B. Demokrasi memberikan ruang kebebasan bagi individu. pemilu dalam konteks ini, artinya konflik yang terjadi selama proses pemilu diselesaikan melalui lembaga-lembaga demokrasi.
  • 6. 2. TUJUAN DIADAKANNYA PEMILU DI INDONESIA Tujuan pemilu adalah membentuk pemerintahan baru dan perwakilan rakyat yang benar benar bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Menurut UUD 1945, tujuan pemilu dilaksanakan untuk memilih: - - Presiden dan wakil presiden, - - Anggota DPR - - Anggota DPD - - Gubernur dan wakil gubernur - - Anggota DPRD provinsi - - Bupati dan wakil bupati/walikota - - Anggota DPRD kabupaten/kota - Tujuan Pemilihan Umum / Tujuan penyelenggaraan pemilu adalah: - - Mewujudkan peralihan kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan damai. - - Mewujudkan pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan. - - Memobilisasi dan menggalang dukungan rakyat terhadap negara dan pemerintahan dengan ikut serta dalam proses politik. - - Melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat di lembaga perwakilan. Melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara.
  • 7. 3. DASAR HUKUM DAN LANDASAN PEMILU DI INDONESIA Dasar Pemikiran dilaksanakannya Pemilu di Indonesia ada beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran dilaksanakan pemilu di Indonesia, diantaranya adalah: A. Sebagai sarana untuk dapat melaksanakan reformasi dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya reformasi dalam bidang politik B. Membentuk lembaga permusyawarah/perwakilan rakyat agar dapat berpartisipasi dalam pemerintahan C. Melaksanakan asas kedaulatan rakyat sesuai sila keempat pancasila yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan D. Melaksanakan hak politik warga negara Indonesia. Pemilu yang demokratis merupakan suatu cara untuk menyatakan diri sebagai negara demokrasi karena suatu negara dikatakan demokratis apabila memenuhi dua asas pokok pemerintahan demokrasi yaitu: 1. Adanya pengakuan hak asasi manusia 2. Adanya partisipas rakyat dalam pemerintahan yang diwujudkan dalam bentuk pemilu yang demokratis
  • 8. Dasar-dasar hukum pemilihan umum adalah: 1. Pancasila 2. Undang-Undang Dasar 1945 3. Ketetapan MPR tentang GBHN 4. Ketetapan MPR tentang pemilu 5. UU No.31 tahun 2002 tentang partai politik 6. UU No.12 tahun 2003 tentang pemilu Landasan pemilu di Indonesia meliputi: 1. Landasan ideal pemilu adalah Pancasila 2. Landasan konstitusional adalah Undang-Undang Dasar 1945 3. Landasan operasional adalah a. Ketetapan MPR No. III / MPR / 1998 b. UU No. 31 tahun 2002 tentang partai politik c. UU No. 12 tahun 2003 tentang pemilu
  • 9. 4. KEBUDAYAAN REMAJA DAN SISWA SEBAGAI PEMILIH MUDA DALAM PEMILU Siswa atau remaja pada umumnya memiliki suatu sistem sosial yang seolah-olah menggambarkan bahwa mereka mempunyai “dunia sendiri”. Dalam sistem remaja ini terdapat kebudayaan yang antara lain mempunyai nilai-nilai, norma-norma. Sikap serta bahasa tersendiri yang berbeda dari orang dewasa. Dengan demikian remaja pada umumnya mempunyai persamaan dalam pola tingkah laku, sikap dan nilai, dimana pola tingkah laku kolektif ini dapat berbeda dalam beberapa hal dengan orang dewasa Nilai kebudayaan remaja antara lain adalah santai, bebas dan cenderung pada hal-hal yang informal dan mencari kesenangan, oleh karena itu semua hal yang kurang menyenangkan dihindari. Disamping mencari kesenangan, kelompok sebaya atau “peer group” adalah penting dalam kehidupan seorang remaja, sehingga bagi seorang remaja perlu mempunyai kelompok teman sendiri dalam pergaulan. Masa pubertas merupakan tahap permulaan perkembangan perasaan sosial. Pada masa ini timbul keinginan remaja untuk mempunyai teman akrab dan sikap bersatu dengan teman-temannya, sedangkan terhadap orang dewasa mereka menjauhkan diri. “Peer culture” ini berpengaruh sekali selama masa remaja sehingga nilai-nilai kelompok sebaya mempengaruhi kelakuan mereka. Seorang remaja membutuhkan dukungan dan konsensus dari kelompok sebayanya. Dalam hal ini setiap penyimpangan nilai dan norma kelompok akan mendapat celaan dari kelompoknya, karena hubungan antara remaja dan kelompoknya bersifat solider dan setia kawan. Pada umumnya para remaja atas kelompok-kelompok yang lebih kecil berdasarkan persamaan dalam minat, kesenangan atau faktor lain.
  • 10. Berkenaan dengan kapasitas kebudayaan remaja/siswa tersebut, setidaknya dapat dijadikan gambaran penting upaya melihat peta demokrasi dan kesadaran politik kalangan remaja di lingkungan persekolahan sebagai bagian pemilih pemula dalam pilkada. Ada tiga tingkat materi yang perlu ditanamkan dalam kurikulum pendidikan berkaitan dengan sosialisasi pemilu melalui kurikulum pendidikan. Ketiga materi tersebut adalah penanaman hakikat pemilu yang benar sehingga memunculkan motif yang kuat bagi pemilih pemula untuk mengikuti pemilu, pemahaman mengenai sistem pemilu, dan pemahaman tentang posisi tawar politik. Pemahaman perilaku politik (Political Behavior) yaitu perilaku politik dapat dinyatakan sebagai keseluruan tingkah laku aktor politik dan warga negara yang telah saling memiliki hubungan antara pemerintah dan masyarakat, antara lembaga-lembaga pemerintah, dan antara kelompok masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan keputusan politik. Sedangkan menurut Almond dan Verba yang dimaksud budaya politik (Political Culture) merupakan suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sitem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem itu. Warga negara senantiasa mengidentifikasi diri mereka dengan simbol-simbol dan lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang mereka miliki.
  • 11. 5. PANDANGAN ANAK MUDA TENTANG PARTAI POLITIK Partai politik pada dasarnya menjadi alat pencerah untuk menyadarkan masyarakat pada peran politiknya. Namun sepertinya partai politik melupakan sesuatu, pencerahan politik yang dilakukan terkadang tidak menyentuh generasi muda khususnya anak muda/remaja. Program-program yang ada dalam partai politik cenderung tidak memperhatikan potensi pemilih suara dari kalangan ini. Masa muda merupakan saat-saat dimana mereka ingin mencoba mengikuti proses pemilu. Pertumbuhan partai politik di Indonesia tidak di imbangi dengan kemampuan memahami kepentingan anak muda. Program-program partai belum menjangkau remaja. Apalagi mewakilinya. Mungkin ini merupakan salah satu kelemahan partai politik yang sering meremehkan hal-hal kecil. Remaja merupakan generasi penerus keberlangsungan bangsa ini. Pendidikan pilitik bagi mereka merupakan hal penting. Merekalah generasi pemilih di masa yang akan datang. Bila di kaji lebih dalam, remaja bis memberi keuntungan pada prti politik bila input pendidikan politik pada mereka di berikan secara intensif. Kaum pemuda akan memiliki kesadaran berpolitik tinggi dan semakin kritis pada proses politik yang tengah terjadi. Partai juga diuntungkan karena dapat melakukan kaderisasi politik secara dini. Hanya saja partai politik sepertinya belum memahami arti penting ini. Orientasi partai politik masih pada isu-isu besar. Cara mendongkrak suara pun masih menggunakan cara-cara yang sudah umum, misal menggunakan artis dengan cara merekrutnya. Dengan kondisi seperti itu secara tidak langsung telah membentuk sikap tertentu dikalangan remaja. Peran remaja pun menjadi kurang. Dan pada alkhirnya mereka akan memilih hura-hura ketimbang memikirkan politik yang rumit dan belum tentu memberikan keuntungan bagi mereka.
  • 12. Remaja lebih sering mendapat informasi tentang politik dari media. Baik itu cetak, elektronik, dan sekarang pada media online. Tentunya informasi yang mereka dapatkan dari media bukanlah penegetahuan mendalam, namun sepotong-sepotong. Ketidakpedulian partai politik akan mempersulit menyadarkan remaja pada peranan politiknya. Kalau hanya kemengan dalam pemilu yang di kejar oleh partai politik, remaja selamanya tidak akan pernah tertarik mempelajari politik. Faktor lainnya yang membentuk kesdaran remaja tergantung pada orangtua. Bila tidak ada yang mengarahkan mereka tidak akan pernah memiliki kepedulian. Indonesia ini menganut sistem demokrasi dalam tatacara pemerintahannya. Konsekuensi logis pertama dari demokrasi kita adalah diadakannya pemilihan raya untuk memilih pemimpin eksekutif dan legislatif (perwakilan rakyat) pada berbagai tingkatan daerah. Pemilihan ini menggunaka sistem one-man-one-vote, rtinya tidak peduli tingkat pendidikan, ekonomi dan sosial, satu orang memiliki satu suara. Itulah menariknya demokrasi. Masyarakat memiliki hak untuk mengekspresikan kepuasan dan ketidakpuasan setidaknya 5 tahun tiga kali, saat pemilu nasional, dan pilkada provinsi dan kabupaten/kota. Bila ia puas maka ia akan memilih incumbent, bila kecewa ia akan memilih pasangan alternatif. Kesempatan ekspresi seperti ini perlu kita perjuangkan dengan menggunakannya dengan baik. Sebelum era reformasi, kebebasan ini tidak dimiliki sepenuhnya. Bila kita tidak menggunakannya maka, bisa jadi suara kita diklaim atau di bajak oleh pihak tertentu. Konsekuensi selanjutnya dari demokrasi adalah hak menyampaikan aspirasi. Mekanisme yang digunakan oleh Indonesia dalam hal ini adalah perwakilan melalui sistem paratai politik. Rasanya memang menjadi agak aneh apabila, kita menjadi anti terhadap partai politik, karena justru merekalah corong opini kita kepemerintah.
  • 13. 6. ANTUSIASME GENERASI MUDA DALAM PEMILU Dari sekitar 190 juta warga yang memiliki hak pilih dalam pemilu, 7,4 persen di antaranya atau sekitar 14 juta orang, adalah generasi muda yang akan memakai hak pilih untuk pertama kalinya. Berbagai kalangan mengungkapkan kekhawatiran, bahwa mereka akan bersikap apolitis atau tergilincir pada politik uang. Diperkirakan bahwa dalam setiap Pemilu, 30% dari total jumlah pemilih adalah pemilih muda (usia 17-30 tahun). Demografi ini tentunya sangat signifikan dan partisipasi mereka akan sangat berpengaruh dalam menentukan hasil pemilu.Karena jumlah mereka yang sangat signifikan, mereka harus menjadi pemilih yang bertanggung jawab dan dapat menentukan pilihan atas dasar yang kuat. Semua ini demi tercapainya pemilu yang berkualitas dan memastikan calon yang terkuatlah yang akan akhirnya terpilih. Tingkat apatis generasi muda Indonesia memang tinggi. Respon yang biasanya kita dapat ketika kita bertanya kenapa mereka enggan untuk memilih: · - Siapa pun yang menang, Indonesia akan begini-begini aja, gak akan mengubah apa-apa. - Gak kenal juga siapa aja calonnya. - Semua politisi itu korup. - Gak tahu apa perbedaan antara partai politik peserta pemilu. - Kayaknya prosesnya ribet deh.
  • 14. Untuk mengangkat mereka ke tatanan pertama saja sudah sangat sulit karena tingkat apatis yang tinggi, perlu pendekatan yang berbeda untuk meyankinkan mereka bahwa partisipasi mereka justru sangat penting untuk memutus siklus buruk yang terjadi dalam kepemerintahan Indonesia saat ini. Ketika kita berhasil mengubah persepsi bahwa suara mereka tidak berpengaruh, kita baru bisa masuk ke tahap kedua di mana mereka harus tahu betul siapa yang akan mereka pilih dan kenapa. Sayangnya karena korupsi sudah menjadi bagian dalam budaya Indonesia saat ini; seakan-akan kita harus menerima bahwa korupsi memang sudah menjadi bagian dari proses. Pemberitaan di media rasanya seperti tidak berhenti dari satu kasus ke kasus yang lain, sampai terkadang kita lupa tentang kasus-kasus sebelumnya atau malah sering tertukar siapa saja orang yang terlibat dalam suatu kasus karena sudah terlalu banyak. Karena kita sudah dibombardir dengan pemberitaan negatif ini, kita merasa bahwa semua orang dalam dunia politik itu kotor. Tapi bukan begitu kenyataannya, masih banyak orang-orang yang sangat pintar dan kompeten yang bekerja dalam pemerintahan..
  • 15. KESIMPULAN Pada dasarnya Pemilihan umum merupakan sarana demokrasi guna mewujudkan sistem pemerintahan negara yang berkedaulatan rakyat. Pemerintahan negara terbentuk melalui pemilu itu adalah yang berasal dari rakyat (termasuk remaja 17 tahun keatas), dijalankan sesuai dengan kehendak rakyat yang diabdikan untuk kesejahteraan rakyat. Karena pemerintah tidak bisa bertindak apapun mengenai negara tanpa persetujuan rakyat. Oleh sebab itu ada DPR dan MPR yang mewakili rakyat. Maka dalam hal ini untuk memenuhi keinginan tersebut peran pemuda disini adalah sangat penting terutama untuk memahami politik dengan sebaik- baiknya. Dan tingkat pemahaman pemuda juga didorong dari keluarga dan juga lingkungan tempat ia beradaptasi. Lingkungan juga akan memberikan hal positif dan negatif pada diri remaja. Lingkungan yang positif akan memberikan dampak yang baik bagi perkembangan politik remaja muda. SARAN Sebagai muda mudi dalam pemilihan umum dan sebagai remaja yang masih belum memahami penuh politik hendaknya kita ikut memahami lebih dalam tentang makna pemilihan umum dengan lebih baik lagi dan memberikan hak pilih kita dengan adil dan tanpa pemaksaan dari pihak orang lain.
  • 16. DAFTAR PUSTAKA www.wikipedia.com https://ahmadmufidchomsan.wordpress.c om/2013/02/23/pentingnya-pemilu- dikalangan-pemilih-pemula-2/ http://suarajakarta.co/ekstra/jurnalis- warga/peran-pemuda-dalam-pemilu/ Abubakar, H Suardi, drs, dkk. 2004. Kewarganegaraan Menuju Masyarakat Madani. Jakarta : Yudhistira Purwanto, Drs. 2006. GLADI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Klaten : Gading Kencana. Turmudi, Spd. 2004. TELADAN PPKN. Mojokerto : CV. SINAR MULIA PUSTAKA.
  • 17.