SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
Raja Ampat, Papua Barat

Seoul, 9th of March 2014
Tinjauan Umum Modul 4
Secara umum, Modul 4 akan membahas mengenai penentuan alokasi sumber daya yang jumlahnya
terbatas secara optimal dengan menggunakan linear programming: metode simpleks.

Modul 4 terdiri dari dua kegiatan belajar:
• Kegiatan Belajar 1 – Pemecahan Masalah yang Formulasinya Berbentuk Standar dengan Metode Simpleks
• Kegiatan Belajar 2 – Analisis Sensitivitas
Setelah mempelajari Modul 4, diharapkan mampu memecahkan masalah linear programming yang
memiliki variabel lebih dari dua dan lebih kompleks.
Secara khusus, setelah mempelajari Modul 4, diharapkan mampu:
• Memecahkan masalah linear programming yang memiliki variabel lebih dari dua macam;
• Memecahkan masalah dengan menggunakan tabel dan rumus-rumus dalam metode simpleks.

2
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah dari programma linier dapat diselesaikan dengan dua metode: metode visual (grafik)
dan metode simpleks. Metode grafik sudah dibahas pada Modul 3 sedang metode simpleks akan dibahas
pada Modul 4.
Kelebihan metode simpleks adalah dapat diimplementasikan pada masalah dengan variabel keputusan
lebih dari tiga, di mana metode visual (grafik) tidak mampu untuk menyelesaikannya.
Kekurangannya adalah metode ini lebih rumit dalam implementasi dan perhitungan dibandingkan dengan
metode visual (grafik).

3
Formulasi Masalah
Sebelum memulai pemograman dengan programma linier, maka kita harus merumuskan kasus atau
masalah yang akan diselesaikan, tentu saja dalam persamaan-persamaan linier. Ada dua macam model
persamaan:
1. Fungsi tujuan (objektif), yang sifatnya menimimalkan atau memaksimalkan.
2. Fungsi pembatas (konstrain), yang merupakan batasan fungsional terhadap jumlah sumber daya yang
terbatas.
Simbol-simbol konvensional yang dipakai:
i
: Nomor (indeks) sumber daya;
j
: Nomor (indeks) aktivitas;
m
: Banyaknya macam sumber daya;
n
: Banyaknya macam aktivitas;
aij : Kebutuhan setiap unit aktivitas j akan sumber daya i;
bi
: Banyaknya sumber daya i yang tersedia;
cj
: Manfaat yang diperoleh untuk setiap unit aktivitas j;
Xj : Ukuran (unit) aktivitas;
Z
: Jumlah nilai yang akan dituju (maksimasi atau minimasi).
4
Formulasi Masalah
Ilustrasi 1:

5
Formulasi Masalah
1. Fungsi Tujuan
Fungsi ini menunjukkan tujuan yang akan dioptimalkan: maksimasi atau minimasi.
Simbol yang digunakan adalah Z.
Bentuk umum:
Z

n

c X
j

j

0

j 1

Z  c1 X 1  c2 X 2    cn X n  0
X merupakan variabel keputusan: apa atau siapa yang akan dioptimalkan. Dari ilustrasi 1, yang akan
dioptimalkan adalah jumlah produk 1 dan 2 yang akan diproduksi, maka, n = 2.

Untuk ilustrasi 1, fungsi tujuannya adalah:
Maksimasi
Z – (c1X1 + c2X2) = 0
Z – 3X1 – 4X2 = 0
6
Formulasi Masalah
2. Fungsi Pembatas
a. Pembatas Fungsional (Sumber Daya)
Fungsi ini menunjukkan alokasi sumber daya yang tersedia. Apabila setiap unit aktivitas j memerlukan
a unit sumber daya i, maka bentuk umum pertidaksamaan fungsi pembatas fungsional adalah:
S1 

n

a

1j X j

 b1

j 1

S2 

n

a

2jX j

 b2

j 1
n

a
j 1

a21 X 1  a22 X 2    a2 n X n  S 2  b2




Sm 

a11 X 1  a12 X 2    a1n X n  S1  b1

mj X j

 bm

S merupakan slack variabel
yang berfungsi untuk “menampung”
perbedaan antara sisi kanan dan kiri
diakibatkan berubahnya tanda ≤
atau ≥ menjadi =.

am1 X 1  am 2 X 2    amn X n  S 3  bm

Untuk ilustrasi 1, fungsi pembatas fungsionalnya
adalah:
Subject to 2X1 + 1X2 + S1= 6.000
2X1 + 3X2 + S2= 9.000

7
Formulasi Masalah
2. Fungsi Pembatas
b. Pembatas Tanda
Fungsi ini menunjukkan bahwa variabel keputusan (Xj) tidak boleh bernilai tertentu. Biasanya, dalam
kasus programma linier sederhana, variabel keputusan tidak boleh bernilai negatif (lebih besar atau
sama dengan nol).
Bentuk umum:
X 1  0; X 2  0;; X n  0
S1  0; S 2  0;; S n  0

Untuk ilustrasi 1, fungsi pembatas tandanya adalah:
X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0

8
Formulasi Masalah
Formulasi masalah secara lengkap dari Ilustrasi 1 adalah:
Maksimasi
Z – 3X1 – 4X2 = 0
Subject to
(1) 2X1 + 1X2 + S1= 6.000
(2) 2X1 + 3X2 + S2= 9.000
(3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0

9
Metode Simpleks – Maksimasi
1. Masukkan formulasi masalah ke dalam tabel simpleks
Bentuk umum dari tabel simpleks:
V.D. merupakan variabel dasar (variabel basis)
N.K. merupakan nilai dari sisi kanan dari tiap persamaan

Tabel simpleks dari ilustrasi 1 adalah:
V.D.

Z

X1

X2

S1

S2

N.K.

Z

1

–3

–4

0

0

0

S1

0

2

1

1

0

6.000

2

3

0

1

9.000

S2
0
Variabel dasar

Variabel dasar dalam baris Z harus bernilai 0

10
Metode Simpleks – Maksimasi
2. Pilih “kolom kunci” yang merupakan kolom dengan nilai Z yang paling kecil (negatif terkecil)
Kolom kunci dari ilustrasi 1 iterasi 1 adalah:
V.D.

X1

X2

S1

S2

N.K.

Z

1

–3

–4

0

0

0

S1

0

2

1

1

0

6.000

S2

I

Z

0

2

3

0

1

9.000

3. Pilih “baris kunci” yang merupakan baris dengan nilai positif terkecil
Baris S1 = 6.000 / 1 = 6.000
Baris S2 = 9.000 / 3 = 3.000 → positif terkecil
Baris kunci dari ilustrasi 1 iterasi 1 adalah:
V.D.

X1

X2

S1

S2

N.K.

Z
I

Z
1

–3

–4

0

0

0

S1

0

2

1

1

0

6.000

S2

0

2

3

0

1

9.000
11
Metode Simpleks – Maksimasi
4. Ubah nilai dari “baris kunci” dengan membaginya dengan nilai dari “kolom kunci”.
Kemudian Variabel Dasar (V.D.) juga diubah menjadi Variabel Dasar dari “kolom kunci”
Untuk “baris nonkunci”, ubah nilainya sebagai berikut:
Nilai baru = nilai lama – (nilai baris yang bersesuaian pada “kolom kunci” × nilai “baris kunci” baru)
Iterasi 2
V.D.
Z
X1
X2
S1
S2
N.K.
Z

–4

0

0

0

S1

0

2

1

1

0

6.000

0

2

3

0

1

9.000

Z

1

–1/3

0

0

4/3

12.000

S1

0

4/3

0

1

–1/3

3.000

X2

II

–3

S2

I

1

0

2/3

1

0

1/3

3.000

Z pada kolom X1 = –3 – (–4 × 2/3) = –1/3
Z pada kolom S1 = 0 – (–4 × 0) = 0
Z pada kolom S2 = 0 – (–4 × 1/3) = 4/3
Z pada kolom N.K. = 0 – (–4 × 3.000) = 12.000

Semua nilai pada kolom kunci
bernilai 0 kecuali yang terletak
pada baris kunci

S1 pada kolom X1 = 2 – (1 × 2/3) = 4/3
S1 pada kolom S1 = 1 – (1 × 0) = 1
S1 pada kolom S2 = 0 – (1 × 1/3) = –1/3
S1 pada kolom N.K. = 6.000 – (1 × 3.000) = 3.000
12
Metode Simpleks – Maksimasi
5. Pilih “kolom kunci” yang merupakan kolom dengan nilai Z yang paling kecil (negatif terkecil)
Pilih “baris kunci” yang merupakan baris dengan nilai positif terkecil
Baris S1 = 3.000 / 4/3 = 2.250 → positif terkecil
Baris X2 = 3.000 / 2/3 = 4.500
Kolom dan baris kunci dari ilustrasi 1 iterasi 2 adalah:
V.D.

X2

S1

S2

N.K.

1

–3

–4

0

0

0

S1

0

2

1

1

0

6.000

S2

0

2

3

0

1

9.000

Z
II

X1

Z

I

Z

1

–1/3

0

0

4/3

12.000

S1

0

4/3

0

1

–1/3

3.000

X2

0

2/3

1

0

1/3

3.000

13
Metode Simpleks – Maksimasi
6. Ubah nilai dari “baris kunci” dengan membaginya dengan nilai dari “kolom kunci”.
Kemudian Variabel Dasar (V.D.) juga diubah menjadi Variabel Dasar dari “kolom kunci”
Untuk “baris nonkunci”, ubah nilainya sebagai berikut:
Nilai baru = nilai lama – (nilai baris yang bersesuaian pada “kolom kunci” × nilai “baris kunci” baru)
Iterasi 3
V.D.
Z
X1
X2
S1
S2
N.K.
Z

0

0

0

S1

0

2

1

1

0

6.000

0

2

3

0

1

9.000

1

–1/3

0

0

4/3

12.000

S1

0

4/3

0

1

–1/3

3.000

X2

0

2/3

1

0

1/3

3.000

Z
III

–4

Z
II

–3

S2

I

1

1

0

0

1/4

5/4

12.750

X1

0

1

0

3/4

–1/4

2.250

X2

0

0

1

–1/2

1/2

1.500
14
Metode Simpleks – Maksimasi
7. Pemeriksaan hasil akhir.
Karena pada iterasi terakhir tidak ada nilai Z yang bernilai negatif, maka nilai yang optimal telah
diperoleh.
V.D.

S1

S2

N.K.

1

–3

–4

0

0

0

S1

0

2

1

1

0

6.000

0

2

3

0

1

9.000

Z

1

–1/3

0

0

4/3

12.000

S1

0

4/3

0

1

–1/3

3.000

X2

0

2/3

1

0

1/3

3.000

Z

III

X2

S2
II

X1

Z
I

Z

1

0

0

1/4

5/4

12.750

X1

0

1

0

3/4

–1/4

2.250

X2

0

0

1

–1/2

1/2

1.500

Variabel keputusan
yang terpilih

Nilai akhir
Z = 12.750

Nilai variabel keputusan:
X1 = 2.250;
X2 = 1.500
15
Informasi Tambahan
1. Pada pemilihan “kolom kunci” terdapat dua atau lebih nilai negatif terkecil (pada maksimasi) atau
positif terbesar (pada minimasi) di baris Z.
Silakan pilih salah satu sesuai selera karena hasilnya akan sama saja (apabila benar dalam pengerjaan).
2. Pada pemilihan “baris kunci” terdapat dua atau lebih nilai positif terkecil.
Silakan pilih salah satu sesuai selera karena hasilnya akan sama saja (apabila benar dalam pengerjaan).
3. Terdapat lebih dari satu alternatif penyelesaian (mempunyai nilai Z yang sama namun variabel
keputusan yang terpilih berbeda).
Pada dasarnya, alternatif-alternatif tersebut adalah sama, karena mempunyai hasil (nilai Z) yang sama,
namun dalam praktiknya, terkadang alternatif yang lebih “practical” yang harus dipilih.

16
“Penyimpangan”
1. Fungsi tujuan Minimasi
Ketika fungsi tujuan dari programma linier adalah minimasi, maka terdapat dua cara penyelesaian:
mengubah ke bentuk maksimasi atau tetap menggunakan bentuk minimasi dengan cara pengejaan
yang sedikit berbeda dengan maksimasi. Namun dalam Modul ini hanya dibahas cara yang pertama.
Untuk mengganti bentuk minimasi menjadi maksimasi adalah dengan mengalikan –1.
Contoh:
Minimasi

Z = 3X1 + 4X2

Maksimasi

–Z = –3X1 – 4X2
–Z + 3X1 + 4X2 = 0

Tabel simpleks-nya adalah:
V.D.

Z

X1

X2

…

…

N.K.

Z

–1

3

4

…

…

0

…

…

…

…

…

…

…

…

…

…

…

…

…

…

Ingat bahwa setelah iterasi terakhir, N.K. yang diperoleh harus dikali –1 karena koefisien dari Z adalah
–1 (lihat Tabel Simpleks).
17
“Penyimpangan”
2. Pembatas fungsional bertanda “=”
Ketika suatu permasalahan dalam programma linier ada pembatas fungsional yang bertanda = (sama
dengan), maka kondisi ini akan menyulitkan dalam penyelesaiannya, karena matriks identitas yang
akan dijadikan solusi dasar awal tidak akan ditemui. Cara penyelesaiannya adalah dengan
menambahkan variabel artifisial R ke dalam formulasi pembatas fungsional di mana nilai dari variabel
artifisial ini harus nol. Metode yang digunakan dalam penyelesaian masalah dengan kondisi ini ada
dua: Metode Dua Fasa dan Metode Big M. Namun dalam Modul ini hanya dibahas Metode Big M.
Metode Big M merupakan metode untuk mengeliminasi variabel artifisial dengan memberikan nilai
positif yang sangat besar (M) pada fungsi tujuan (untuk maksimasi bertanda negatif; untuk minimasi
bertanda positif).
Z = 3X1 + 4X2 – MR1
Contoh:
Maksimasi
Z = 3X1 + 4X2
Maksimasi
Z – 3X1 – 4X2 + MR1 = 0
Subject to
(1) 2X1 + X2 = 6.000
Subject to
(1) 2X1 + X2 + R1 = 6.000
(2) 2X1 + 3X2 ≤ 9000
(2) 2X1 + 3X2 + S2 = 9000
(3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0
(3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S2 ≥ 0

18
“Penyimpangan”
2. Pembatas fungsional bertanda “=”
Tabel simpleks dari contoh tersebut adalah:
V.D.

Z

X1

X2

R1

S2

N.K.

Z

1

–3

–4

M

0

0

R1

0

2

1

1

0

6.000

S2

0

2

3

0

1

9.000

Ingat bahwa nilai V.D. (Variabel Dasar) pada baris Z harus 0, namun dalam tabel di atas, nilai R1
adalah M, maka agar nilai R1 sebesar 0, baris Z nilainya harus diubah sedemikian rupa (ingat metode
eliminasi dalam pemecahan masalah linier):
Baris pertama (Z) dikurangi M kali baris kedua (R1):
–3X1 – 4X2 + MR1 + 0S2 = 0
2MX1 + MX2 + MR1 + 0S2 = 6.000M
(–3–2M)X1 + (–4–M)X2 = – 6.000M
V.D.

Z

X1

X2

R1

S2

N.K.

Z

1

–3–2M

–4–M

0

0

– 6.000M

R1

0

2

1

1

0

6.000

S2

0

2

3

0

1

9.000

19
“Penyimpangan”
3. Pembatas fungsional bertanda “≥”
Ketika suatu permasalahan dalam programma linier ada pembatas fungsional yang bertanda ≥ (lebih
besar atau sama dengan), maka penyelesaiannya dengan menambahkan variabel slack dengan tanda
negatif.
Contoh:
Maksimasi
Subject to

Z = 3X1 + 4X2
(1) 2X1 + X2 ≤ 6.000
(2) 2X1 + 3X2 ≥ 9000
(3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0

Maksimasi
Subject to

Z – 3X1 – 4X2 = 0
(1) 2X1 + X2 + S1 = 6.000
(2) 2X1 + 3X2 – S2 = 9000
(3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0

Tabel simpleks dari contoh tersebut adalah:
V.D.

Z

X1

X2

S1

S2

N.K.

Z

1

–3

–4

0

0

0

S1

0

2

1

1

0

6.000

–S2

0

2

3

0

1

9.000

Melanggar pembatas tanda S2 ≥ 0

20
“Penyimpangan”
3. Pembatas fungsional bertanda “≥”
Karena variabel dasar melanggar aturan pembatas tanda, maka variabel artifisial R dapat dimasukkan
ke dalam persamaan. Karena R masuk ke dalam persamaan, sehingga Metode Big M dipakai untuk
menyelesaikan masalah. Maka, dalam fungsi tujuan juga harus ditambahkan M (untuk maksimasi
bertanda negatif; untuk minimasi bertanda positif).
Z – 3X1 – 4X2 = 0
(1) 2X1 + X2 + S1 = 6.000
(2) 2X1 + 3X2 – S2 = 9000
(3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0

Maksimasi
Subject to

Z – 3X1 – 4X2 + MR2 = 0
2X1 + X2 + S1 = 6.000
2X1 + 3X2 – S2 + R2 = 9000
X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0

Tabel simpleks dari contoh tersebut adalah:
V.D.

Z

X1

X2

S1

S2

R2

N.K.

Z

1

–3

–4

0

0

M

0

S1

0

2

1

1

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

9.000
21
“Penyimpangan”
3. Pembatas fungsional bertanda “≥”
V.D.

Z

X1

X2

S1

S2

R2

N.K.

Z

1

–3

–4

0

0

M

0

S1

0

2

1

1

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

9.000

Ingat bahwa nilai V.D. (Variabel Dasar) pada baris Z harus 0, namun dalam tabel di atas, nilai R2
adalah M, maka agar nilai R2 sebesar 0, baris Z nilainya harus diubah sedemikian rupa (ingat metode
eliminasi dalam pemecahan masalah linier):
Baris pertama (Z) dikurangi M kali baris ketiga (R2):
–3X1 – 4X2 + 0S1 + 0S2 + MR2 = 0
2MX1 + 3MX2 + 0S1 – MS2 + MR2= 9.000M
(–3–2M)X1 + (–4–3M)X2 + MS2 = – 9.000M
V.D.

Z

X1

X2

S1

S2

R2

N.K.

Z

1

–3–2M

–4–3M

0

M

0

– 9.000M

S1

0

2

1

1

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

9.000
22
“Penyimpangan”
Contoh penyelesaian masalah untuk beberapa penyimpangan tersebut:
Minimasi
Z = 5X1 + 2X2
Subject to
(1) 2X1 + X2 = 6.000
(2) 2X1 + 3X2 ≥ 9000
(3) X1 + X2 ≤ 4000
(4) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0
Ubah formulasi masalah di atas menjadi bentuk standar dengan mengubah ke bentuk maksimasi
(mengalikan – 1) serta menambahkan variabel slack dan artifisial.
Maksimasi
–Z + 5X1 + 2X2 + MR1 + MR2 = 0
Subject to
(1) 2X1 + X2 + R1 = 6.000
(2) 2X1 + 3X2 – S2 + R2 = 9000
(3) X1 + X2 + S3 = 4000
(4) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0; S3 ≥ 0

23
“Penyimpangan”
1. Masukkan formulasi masalah ke dalam tabel simpleks
V.D.

Z

X1

X2

R1

S2

R2

S3

N.K.

Z

–1

5

2

M

0

M

0

0

R1

0

2

1

1

0

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

0

9.000

S3

0

1

1

0

0

0

1

4.000

Baris pertama (Z) ditambah M kali baris pertama (R1) dan ditambah M kali baris ketiga (R2)
5X1 + 2X2 + MR1 + 0S2 + MR2 + 0S3 = 0
2MX1 + MX2 + MR1 + 0S2 + 0R2 + 0S3= 6.000M
2MX1 + 3MX2 + 0R1 – MS2 + MR2 + 0S3= 9.000M
(5–4M)X1 + (2–4M)X2 + MS2
= –15.000M
V.D.

Z

X1

X2

R1

S2

R2

S3

N.K.

Z

–1

5–4M

2–4M

0

M

0

0

–15.000M

R1

0

2

1

1

0

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

0

9.000

S3

0

1

1

0

0

0

1

4.000

24
“Penyimpangan”
2. Pilih “kolom kunci” yang merupakan kolom dengan nilai Z yang paling kecil (negatif terkecil)
Karena X1 dan X2 sama-sama bernilai negatif terkecil, maka dipilih salah satu, yaitu X2.
3. Pilih “baris kunci” yang merupakan baris dengan nilai positif terkecil
Kolom kunci dan baris kunci iterasi 1 adalah:
Baris R1 = 6.000 / 1 = 6.000
Baris R2 = 9.000 / 3 = 3.000 → positif terkecil
Baris S3 = 4.000 / 1 = 4.000
V.D.

X1

X2

R1

S2

R2

S3

N.K.

Z
I

Z
–1

5–4M

2–4M

0

M

0

0

–15.000M

R1

0

2

1

1

0

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

0

9.000

S3

0

1

1

0

0

0

1

4.000

25
“Penyimpangan”
4. Ubah nilai dari “baris kunci” dengan membaginya dengan nilai dari “kolom kunci”.
Kemudian Variabel Dasar (V.D.) juga diubah menjadi Variabel Dasar dari “kolom kunci”
Untuk “baris nonkunci”, ubah nilainya sebagai berikut:
Nilai baru = nilai lama – (nilai baris yang bersesuaian pada “kolom kunci” × nilai “baris kunci” baru)
Iterasi 2
V.D.

X2

R1

S2

R2

S3

N.K.

–1

5–4M

2–4M

0

M

0

0

–15.000M

R1

0

2

1

1

0

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

0

9.000

S3

0

1

1

0

0

0

1

4.000

Z

II

X1

Z
I

Z

–1

11/3–4/3M

0

0

2/3–1/3M

4/3M–2/3

0

–6.000–3.000M

R1

0

4/3

0

1

1/3

–1/3

0

3.000

X2

0

2/3

1

0

–1/3

1/3

0

3.000

S3

0

1/3

0

0

1/3

–1/3

1

1.000

26
“Penyimpangan”
5. Pilih “kolom kunci” yang merupakan kolom dengan nilai Z yang paling kecil (negatif terkecil)
6. Pilih “baris kunci” yang merupakan baris dengan nilai positif terkecil
Kolom kunci dan baris kunci iterasi 2 adalah:
Baris R1 = 3.000 / 4/3 = 2.250 → positif terkecil
Baris X2 = 3.000 / 2/3 = 4.500
Baris S3 = 1.000 / 1/3 = 3.000
V.D.

X2

R1

S2

R2

S3

N.K.

–1

5–4M

2–4M

0

M

0

0

–15.000M

R1

0

2

1

1

0

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

0

9.000

S3

0

1

1

0

0

0

1

4.000

Z
II

X1

Z
I

Z

–1

11/3–4/3M

0

0

2/3–1/3M

4/3M–2/3

0

–6.000–3.000M

R1

0

4/3

0

1

1/3

–1/3

0

3.000

X2

0

2/3

1

0

–1/3

1/3

0

3.000

S3

0

1/3

0

0

1/3

–1/3

1

1.000
27
“Penyimpangan”
7. Ubah nilai dari “baris kunci” dengan membaginya dengan nilai dari “kolom kunci”.
Iterasi 3
V.D.

R1

S2

R2

S3

N.K.

–1

5–4M

2–4M

0

M

0

0

–15.000M

R1

0

2

1

1

0

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

0

9.000

0

1

1

0

0

0

1

4.000

Z

–1

11/3–4/3M

0

0

2/3–1/3M

–2/3+4/3M

0

–6.000–3.000M

R1

0

4/3

0

1

1/3

–1/3

0

3.000

X2

0

2/3

1

0

–1/3

1/3

0

3.000

S3

0

1/3

0

0

1/3

–1/3

1

1.000

Z
III

X2

S3

II

X1

Z
I

Z

–1

0

0

–11/4+M

–1/4

–1/4+M

0

–14.250

X1

0

1

0

3/4

1/4

–1/4

0

2.250

X2

0

0

1

–1/2

–1/2

1/2

0

1.500

S3

0

0

0

–1/4

1/4

–1/4

1

250

28
“Penyimpangan”
8. Pilih “kolom kunci” yang merupakan kolom dengan nilai Z yang paling kecil (negatif terkecil)
9. Pilih “baris kunci” yang merupakan baris dengan nilai positif terkecil
Kolom kunci dan baris kunci iterasi 4 adalah:
Baris X1 = 2.250 / 1/4 = 9.000
Baris X2 = 1.500 / –1/2 = –3.000
Baris S3 = 250 / 1/4 = 1.000 → positif terkecil
V.D.

R1

S2

R2

S3

N.K.

–1

5–4M

2–4M

0

M

0

0

–15.000M

R1

0

2

1

1

0

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

0

9.000

0

1

1

0

0

0

1

4.000

Z

–1

11/3–4/3M

0

0

2/3–1/3M

–2/3+4/3M

0

–6.000–3.000M

R1

0

4/3

0

1

1/3

–1/3

0

3.000

X2

0

2/3

1

0

–1/3

1/3

0

3.000

S3

0

1/3

0

0

1/3

–1/3

1

1.000

Z
III

X2

S3

II

X1

Z
I

Z

–1

0

0

–11/4+M

–1/4

–1/4+M

0

–14.250

X1

0

1

0

3/4

1/4

–1/4

0

2.250

X2

0

0

1

–1/2

–1/2

1/2

0

1.500

S3

0

0

0

–1/4

1/4

–1/4

1

250

29
“Penyimpangan”
10. Ubah nilai dari “baris kunci” dengan membaginya dengan nilai dari “kolom kunci”.
Iterasi 4
V.D.

S2

R2

S3

N.K.

–1

5–4M

2–4M

0

M

0

0

–15.000M

R1

0

2

1

1

0

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

0

9.000

0

1

1

0

0

0

1

4.000

–1

11/3–4/3M

0

0

2/3–1/3M

–2/3+4/3M

0

–6.000–3.000M

R1

0

4/3

0

1

1/3

–1/3

0

3.000

X2

0

2/3

1

0

–1/3

1/3

0

3.000

S3

0

1/3

0

0

1/3

–1/3

1

1.000

Z

–1

0

0

–11/4+M

–1/4

–1/4+M

0

–14.250

X1

0

1

0

3/4

1/4

–1/4

0

2.250

X2

0

0

1

–1/2

–1/2

1/2

0

1.500

S3

0

0

0

–1/4

1/4

–1/4

1

250

Z
IV

R1

Z

III

X2

S3

II

X1

Z
I

Z

–1

0

0

–3+M

0

–1/2+M

1

–14.000

X1

0

1

0

1

0

0

–1

2.000

X2

0

0

1

–1

0

0

2

2.000

S2

0

0

0

–1

1

–1

4

1.000

30
“Penyimpangan”
11. Pemeriksaan hasil akhir
Karena pada iterasi terakhir tidak ada nilai Z yang bernilai negatif, maka nilai yang optimal telah
diperoleh
V.D.

X1

X2

R1

S2

R2

S3

N.K.

Z
IV

Z
–1

0

0

–3+M

0

–1/2+M

1

–14.000

X1

0

1

0

1

0

0

–1

2.000

X2

0

0

1

–1

0

0

2

2.000

S2

0

0

0

–1

1

–1

4

1.000

Variabel keputusan
yang terpilih

Nilai akhir
–Z = –14.000
Z = 14.000

Nilai variabel keputusan:
X1 = 2.000;
X2 = 2.000;
S2 = 1.000

31
Analisis Sensitivitas
A. Marginal Value (Shadow Price)
Marginal Value pada Table Simpleks iterasi terakhir terdapat pada kolom Slack Variable.
Contoh:
Maksimasi Z = 3X1 + 4X2
Subject to (1) 2X1 + X2 ≤ 6.000
(2) 2X1 + 3X2 ≤ 9.000
(3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0
Tabel Simpleks iterasi terakhir (optimal) adalah:
Iterasi

Z

X1

X2

S1

S2

N.K.

Z

1

0

0

1/4

5/4

12.750

X1

0

1

0

3/4

–1/4

2.250

X2

III

V.D.

0

0

1

–1/2

1/2

1.500

S1 = 1/4, maka apabila nilai ruas kanan pada fungsi pembatas pertama ditambah 1 unit, maka nilai Z
akan bertambah 1/4. Dan apabila nilai ruas kanan pada fungsi pembatas kedua ditambah 1 unit, maka
nilai Z akan bertambah 5/4 (S2 = 5/4).

32
Analisis Sensitivitas
B. Mencari Nilai Optimal Baru
Apabila terjadi perubahan nilai ruas kanan pada suatu pembatas, maka nilai optimal dapat diketahui
tanpa mengulangi proses perhitungan.
Pada contoh sebelumnya, tabel simpleks iterasi terakhir adalah sebagai berikut:
Iterasi

Z

X1

X2

S1

S2

N.K.

Z

1

0

0

1/4

5/4

12.750

X1

0

1

0

3/4

–1/4

2.250

X2

III

V.D.

0

0

1

–1/2

1/2

1.500

Apabila fungsi pembatas yang pertama bertambah 100, maka:
Z baru = Z lama + koefisien S1 × 100 = 12.750 + 1/4(100) = 12.775
X1 baru = X1 lama + koefisien S1 × 100 = 2.250 + 3/4(100) = 2.325
X2 baru = X2 lama + koefisien S1 × 100 =1.500 – 1/2(100) = 1.450

Cek feasibilitas:
(1) 2X1 + X2 ≤ 6.000
(1) 2(2.325) + 1.450 ≤ 6.000 (OK)
33
Analisis Sensitivitas
B. Mencari Nilai Optimal Baru
Cek feasibilitas
Seperti sudah disinggung sebelumnya, setiap penambahan atau pengurangan nilai ruas kanan pembatas
fungsional, maka harus dicek feasibilitasnya dengan memasukkan nilai yang baru ke fungsi pembatas yang
baru, apabila tidak sesuai, maka hal tersebut tidak dapat dilakukan.
Mencari selang feasibilitas
Pembatas fungsional 1
(1) 2.250 + 3/4×Δ 1 ≥ 0; maka Δ ≥ –3.000 (sebagai batas bawah)
(2) 1.500 – 1/2×Δ 1 ≥ 0; maka Δ ≤ 3.000 (sebagai batas atas)
Sehingga –3.000 ≤ Δ 1 ≤ 3.000 adalah selang bagi penambahan nilai ruas kanan pembatas 1.
Artinya, nilai ruas kanan dari pembatas 1 tidak boleh bertambah lebih dari 3.000 atau berkurang lebih dari
3.000.
Pembatas fungsional 2
(1) 2.250 – 1/4×Δ 2 ≥ 0; maka Δ ≤ 9.000 (sebagai batas atas)
(2) 1.500 + 1/2×Δ 2 ≥ 0; maka Δ ≥ –3.000 (sebagai batas bawah)
Sehingga –3.000 ≤ Δ 2 ≤ 9.000 adalah selang bagi penambahan nilai ruas kanan pembatas 1.
Artinya, nilai ruas kanan dari pembatas 1 tidak boleh bertambah lebih dari 9.000 atau berkurang lebih dari
3.000.

34
Analisis Sensitivitas
B. Mencari Nilai Optimal Baru
Mencari selang feasibilitas
Pembatas fungsional 1: –3.000 ≤ Δ 1 ≤ 3.000
Pembatas fungsional 2: –3.000 ≤ Δ 2 ≤ 9.000
Apabila fungsi pembatas yang pertama bertambah 4.000, maka:
Z baru = Z lama + koefisien S1 × 100 = 12.750 + 1/4(4.000) = 13.750
X1 baru = X1 lama + koefisien S1 × 100 = 2.250 + 3/4(4.000) = 5.250
X2 baru = X2 lama + koefisien S1 × 100 =1.500 – 1/2(4.000) = –500
Cek feasibilitas:
(1) 2X1 + X2 ≤ 6.000
(1) 2(5.250) –500 ≥ 6.000 (Tidak OK);
Selain itu, nilai X2 ≤ 0 yang juga melanggar pembatas tanda: X2 ≥ 0

35
Terima Kasih

감사합니다
Sampai Bertemu Lagi di Pertemuan Selanjutnya

Raja Ampat, Papua Barat

Seoul, 9th of March 2014

More Related Content

What's hot

Metode Dualitas (Primal-Dual)
Metode Dualitas (Primal-Dual)Metode Dualitas (Primal-Dual)
Metode Dualitas (Primal-Dual)hazhiyah
 
3 . analisis regresi linier berganda dua peubah
3 .  analisis regresi  linier berganda dua peubah3 .  analisis regresi  linier berganda dua peubah
3 . analisis regresi linier berganda dua peubahYulianus Lisa Mantong
 
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)hazhiyah
 
metode simpleks maksimum (Program linear)
 metode simpleks maksimum (Program linear) metode simpleks maksimum (Program linear)
metode simpleks maksimum (Program linear)Resti Amin
 
Dualitas- Program Linear
Dualitas- Program LinearDualitas- Program Linear
Dualitas- Program LinearHelvyEffendi
 
STATISTIKA-Regresi dan korelasi
STATISTIKA-Regresi dan korelasiSTATISTIKA-Regresi dan korelasi
STATISTIKA-Regresi dan korelasiYousuf Kurniawan
 
Momen kemiringan dan_keruncingan(7)
Momen kemiringan dan_keruncingan(7)Momen kemiringan dan_keruncingan(7)
Momen kemiringan dan_keruncingan(7)rizka_safa
 
Contoh soal Metode Simpleks
Contoh soal Metode SimpleksContoh soal Metode Simpleks
Contoh soal Metode SimpleksReza Mahendra
 
Riset Operasi - Teori Permainan
Riset Operasi - Teori PermainanRiset Operasi - Teori Permainan
Riset Operasi - Teori Permainanmieftahulduila
 
Metode Simpleks
Metode SimpleksMetode Simpleks
Metode Simplekshazhiyah
 
Riset operasional
Riset operasionalRiset operasional
Riset operasionalHenry Guns
 
Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitasAnalisis sensitivitas
Analisis sensitivitasAde Nurlaila
 
Pertemuan 3 turunan dan aturan rantai
Pertemuan 3   turunan dan aturan rantaiPertemuan 3   turunan dan aturan rantai
Pertemuan 3 turunan dan aturan rantaiSenat Mahasiswa STIS
 
Metode transportasi
Metode transportasiMetode transportasi
Metode transportasiAfan lathofy
 

What's hot (20)

Metode Dualitas (Primal-Dual)
Metode Dualitas (Primal-Dual)Metode Dualitas (Primal-Dual)
Metode Dualitas (Primal-Dual)
 
3 . analisis regresi linier berganda dua peubah
3 .  analisis regresi  linier berganda dua peubah3 .  analisis regresi  linier berganda dua peubah
3 . analisis regresi linier berganda dua peubah
 
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
 
metode simpleks maksimum (Program linear)
 metode simpleks maksimum (Program linear) metode simpleks maksimum (Program linear)
metode simpleks maksimum (Program linear)
 
Dualitas- Program Linear
Dualitas- Program LinearDualitas- Program Linear
Dualitas- Program Linear
 
STATISTIKA-Regresi dan korelasi
STATISTIKA-Regresi dan korelasiSTATISTIKA-Regresi dan korelasi
STATISTIKA-Regresi dan korelasi
 
Momen kemiringan dan_keruncingan(7)
Momen kemiringan dan_keruncingan(7)Momen kemiringan dan_keruncingan(7)
Momen kemiringan dan_keruncingan(7)
 
contoh soal program linear
contoh soal program linearcontoh soal program linear
contoh soal program linear
 
Contoh soal Metode Simpleks
Contoh soal Metode SimpleksContoh soal Metode Simpleks
Contoh soal Metode Simpleks
 
4. metode transportasi
4. metode transportasi4. metode transportasi
4. metode transportasi
 
Riset Operasi - Teori Permainan
Riset Operasi - Teori PermainanRiset Operasi - Teori Permainan
Riset Operasi - Teori Permainan
 
Perilaku konsumen
Perilaku konsumenPerilaku konsumen
Perilaku konsumen
 
Probabilitas 2
Probabilitas 2Probabilitas 2
Probabilitas 2
 
Distribusi poisson
Distribusi poissonDistribusi poisson
Distribusi poisson
 
Metode Simpleks
Metode SimpleksMetode Simpleks
Metode Simpleks
 
Riset operasional
Riset operasionalRiset operasional
Riset operasional
 
Simpleks maksimum
Simpleks maksimum Simpleks maksimum
Simpleks maksimum
 
Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitasAnalisis sensitivitas
Analisis sensitivitas
 
Pertemuan 3 turunan dan aturan rantai
Pertemuan 3   turunan dan aturan rantaiPertemuan 3   turunan dan aturan rantai
Pertemuan 3 turunan dan aturan rantai
 
Metode transportasi
Metode transportasiMetode transportasi
Metode transportasi
 

Viewers also liked

BMP EKMA4413 Riset Operasi
BMP EKMA4413 Riset OperasiBMP EKMA4413 Riset Operasi
BMP EKMA4413 Riset OperasiMang Engkus
 
Tugas Mandiri Riset Operasi
Tugas Mandiri Riset OperasiTugas Mandiri Riset Operasi
Tugas Mandiri Riset OperasiPrincess Nisa
 
EKSI 4203 - Modul 1 Pengertian dan Instrument Pasar Modal
EKSI 4203  - Modul 1 Pengertian dan Instrument Pasar ModalEKSI 4203  - Modul 1 Pengertian dan Instrument Pasar Modal
EKSI 4203 - Modul 1 Pengertian dan Instrument Pasar ModalAncilla Kustedjo
 
EKSI 4203 - Modul 2 Risk & Return
EKSI 4203  - Modul 2 Risk & ReturnEKSI 4203  - Modul 2 Risk & Return
EKSI 4203 - Modul 2 Risk & ReturnAncilla Kustedjo
 

Viewers also liked (12)

EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 1
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 1EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 1
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 1
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 5
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 5EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 5
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 5
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 3
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 3EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 3
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 3
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 7
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 7EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 7
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 7
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 2
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 2EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 2
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 2
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 9
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 9EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 9
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 9
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 6
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 6EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 6
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 6
 
BMP EKMA4413 Riset Operasi
BMP EKMA4413 Riset OperasiBMP EKMA4413 Riset Operasi
BMP EKMA4413 Riset Operasi
 
Tugas Mandiri Riset Operasi
Tugas Mandiri Riset OperasiTugas Mandiri Riset Operasi
Tugas Mandiri Riset Operasi
 
EKSI 4203 - Modul 1 Pengertian dan Instrument Pasar Modal
EKSI 4203  - Modul 1 Pengertian dan Instrument Pasar ModalEKSI 4203  - Modul 1 Pengertian dan Instrument Pasar Modal
EKSI 4203 - Modul 1 Pengertian dan Instrument Pasar Modal
 
EKSI 4203 - Modul 2 Risk & Return
EKSI 4203  - Modul 2 Risk & ReturnEKSI 4203  - Modul 2 Risk & Return
EKSI 4203 - Modul 2 Risk & Return
 

Similar to EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4

Metode Simpleks.ppt
Metode Simpleks.pptMetode Simpleks.ppt
Metode Simpleks.pptslotbandar21
 
Linier simplek MAKSIMASI
Linier simplek MAKSIMASILinier simplek MAKSIMASI
Linier simplek MAKSIMASISusan Ucnk
 
DIPELAJARI YA (1).pptx
DIPELAJARI YA (1).pptxDIPELAJARI YA (1).pptx
DIPELAJARI YA (1).pptxZoroRoronoa64
 
Materi 2
Materi 2Materi 2
Materi 2cipta31
 
Teknik riset operasi pertemuan 6
Teknik riset operasi pertemuan 6Teknik riset operasi pertemuan 6
Teknik riset operasi pertemuan 6Afrina Ramadhani
 
Modul+OR+-+Simpleks+Minimum.pdf
Modul+OR+-+Simpleks+Minimum.pdfModul+OR+-+Simpleks+Minimum.pdf
Modul+OR+-+Simpleks+Minimum.pdfwiwinastuti1
 
Riset operasi
Riset operasiRiset operasi
Riset operasisuperjnr
 
4 pers nonlin(studikasus)
4 pers nonlin(studikasus)4 pers nonlin(studikasus)
4 pers nonlin(studikasus)Alvin Setiawan
 
Teknik riset operasi pertemuan 7
Teknik riset operasi pertemuan 7Teknik riset operasi pertemuan 7
Teknik riset operasi pertemuan 7Afrina Ramadhani
 
Pemograman Linier
Pemograman LinierPemograman Linier
Pemograman Linierainineni
 
Materi 4 programasi linier dan solusi metode simpleks
Materi 4 programasi linier dan solusi metode simpleksMateri 4 programasi linier dan solusi metode simpleks
Materi 4 programasi linier dan solusi metode simpleksahmad fauzan
 
Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.
Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.
Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.Ochaa BeQii
 
Teknik pemecahan LP dengan solusi grafis .docx
Teknik pemecahan LP dengan solusi grafis .docxTeknik pemecahan LP dengan solusi grafis .docx
Teknik pemecahan LP dengan solusi grafis .docxMahardikaSarahSinaga
 
Pot p emograman linear 2016
Pot  p emograman linear 2016Pot  p emograman linear 2016
Pot p emograman linear 2016ogie saputra
 

Similar to EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4 (20)

MPL ITS
MPL ITSMPL ITS
MPL ITS
 
Metode Simpleks.ppt
Metode Simpleks.pptMetode Simpleks.ppt
Metode Simpleks.ppt
 
LP SIMPLEKS KASUS MINIMISASI.pptx
LP SIMPLEKS KASUS MINIMISASI.pptxLP SIMPLEKS KASUS MINIMISASI.pptx
LP SIMPLEKS KASUS MINIMISASI.pptx
 
Linier simplek MAKSIMASI
Linier simplek MAKSIMASILinier simplek MAKSIMASI
Linier simplek MAKSIMASI
 
DIPELAJARI YA (1).pptx
DIPELAJARI YA (1).pptxDIPELAJARI YA (1).pptx
DIPELAJARI YA (1).pptx
 
Materi 2
Materi 2Materi 2
Materi 2
 
program linier.pptx
program linier.pptxprogram linier.pptx
program linier.pptx
 
Teknik riset operasi pertemuan 6
Teknik riset operasi pertemuan 6Teknik riset operasi pertemuan 6
Teknik riset operasi pertemuan 6
 
Big M Methode
Big M MethodeBig M Methode
Big M Methode
 
M2 lp-2 met simpleks
M2  lp-2 met simpleks M2  lp-2 met simpleks
M2 lp-2 met simpleks
 
Modul+OR+-+Simpleks+Minimum.pdf
Modul+OR+-+Simpleks+Minimum.pdfModul+OR+-+Simpleks+Minimum.pdf
Modul+OR+-+Simpleks+Minimum.pdf
 
Riset operasi
Riset operasiRiset operasi
Riset operasi
 
Aksial
AksialAksial
Aksial
 
4 pers nonlin(studikasus)
4 pers nonlin(studikasus)4 pers nonlin(studikasus)
4 pers nonlin(studikasus)
 
Teknik riset operasi pertemuan 7
Teknik riset operasi pertemuan 7Teknik riset operasi pertemuan 7
Teknik riset operasi pertemuan 7
 
Pemograman Linier
Pemograman LinierPemograman Linier
Pemograman Linier
 
Materi 4 programasi linier dan solusi metode simpleks
Materi 4 programasi linier dan solusi metode simpleksMateri 4 programasi linier dan solusi metode simpleks
Materi 4 programasi linier dan solusi metode simpleks
 
Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.
Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.
Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.
 
Teknik pemecahan LP dengan solusi grafis .docx
Teknik pemecahan LP dengan solusi grafis .docxTeknik pemecahan LP dengan solusi grafis .docx
Teknik pemecahan LP dengan solusi grafis .docx
 
Pot p emograman linear 2016
Pot  p emograman linear 2016Pot  p emograman linear 2016
Pot p emograman linear 2016
 

More from Diponegoro University

Linear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces
Linear Algebra - Finite Dimensional Vector SpacesLinear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces
Linear Algebra - Finite Dimensional Vector SpacesDiponegoro University
 
Linear Algebra - Determinants and Eigenvalues
Linear Algebra - Determinants and EigenvaluesLinear Algebra - Determinants and Eigenvalues
Linear Algebra - Determinants and EigenvaluesDiponegoro University
 
Linear Algebra - System of Linear Equation
Linear Algebra - System of Linear EquationLinear Algebra - System of Linear Equation
Linear Algebra - System of Linear EquationDiponegoro University
 
Linear Algebra - Vectors and Matrices
Linear Algebra - Vectors and MatricesLinear Algebra - Vectors and Matrices
Linear Algebra - Vectors and MatricesDiponegoro University
 

More from Diponegoro University (20)

Polar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar CurvesPolar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar Curves
 
Parametric Equations
Parametric EquationsParametric Equations
Parametric Equations
 
Shewhart Charts for Variables
Shewhart Charts for VariablesShewhart Charts for Variables
Shewhart Charts for Variables
 
A Brief Concept of Quality
A Brief Concept of QualityA Brief Concept of Quality
A Brief Concept of Quality
 
Methods and Philosophy of SPC
Methods and Philosophy of SPCMethods and Philosophy of SPC
Methods and Philosophy of SPC
 
Linear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces
Linear Algebra - Finite Dimensional Vector SpacesLinear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces
Linear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces
 
Linear Algebra - Determinants and Eigenvalues
Linear Algebra - Determinants and EigenvaluesLinear Algebra - Determinants and Eigenvalues
Linear Algebra - Determinants and Eigenvalues
 
Linear Algebra - System of Linear Equation
Linear Algebra - System of Linear EquationLinear Algebra - System of Linear Equation
Linear Algebra - System of Linear Equation
 
Linear Algebra - Vectors and Matrices
Linear Algebra - Vectors and MatricesLinear Algebra - Vectors and Matrices
Linear Algebra - Vectors and Matrices
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
 
Apple
AppleApple
Apple
 
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 8
EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 8EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 8
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 8
 
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 9
EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 9EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 9
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 9
 
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 7
EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 7EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 7
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 7
 
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 6
EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 6EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 6
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 6
 
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 5
EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 5EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 5
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 5
 
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 4
EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 4EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 4
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 4
 
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 3
EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 3EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 3
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 3
 
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 2
EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 2EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 2
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 2
 
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 1
EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 1EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 1
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 1
 

Recently uploaded

algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10maulitaYuliaS
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptimamshadiqin2
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 

Recently uploaded (20)

algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 

EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4

  • 1. Raja Ampat, Papua Barat Seoul, 9th of March 2014
  • 2. Tinjauan Umum Modul 4 Secara umum, Modul 4 akan membahas mengenai penentuan alokasi sumber daya yang jumlahnya terbatas secara optimal dengan menggunakan linear programming: metode simpleks. Modul 4 terdiri dari dua kegiatan belajar: • Kegiatan Belajar 1 – Pemecahan Masalah yang Formulasinya Berbentuk Standar dengan Metode Simpleks • Kegiatan Belajar 2 – Analisis Sensitivitas Setelah mempelajari Modul 4, diharapkan mampu memecahkan masalah linear programming yang memiliki variabel lebih dari dua dan lebih kompleks. Secara khusus, setelah mempelajari Modul 4, diharapkan mampu: • Memecahkan masalah linear programming yang memiliki variabel lebih dari dua macam; • Memecahkan masalah dengan menggunakan tabel dan rumus-rumus dalam metode simpleks. 2
  • 3. Pemecahan Masalah Pemecahan masalah dari programma linier dapat diselesaikan dengan dua metode: metode visual (grafik) dan metode simpleks. Metode grafik sudah dibahas pada Modul 3 sedang metode simpleks akan dibahas pada Modul 4. Kelebihan metode simpleks adalah dapat diimplementasikan pada masalah dengan variabel keputusan lebih dari tiga, di mana metode visual (grafik) tidak mampu untuk menyelesaikannya. Kekurangannya adalah metode ini lebih rumit dalam implementasi dan perhitungan dibandingkan dengan metode visual (grafik). 3
  • 4. Formulasi Masalah Sebelum memulai pemograman dengan programma linier, maka kita harus merumuskan kasus atau masalah yang akan diselesaikan, tentu saja dalam persamaan-persamaan linier. Ada dua macam model persamaan: 1. Fungsi tujuan (objektif), yang sifatnya menimimalkan atau memaksimalkan. 2. Fungsi pembatas (konstrain), yang merupakan batasan fungsional terhadap jumlah sumber daya yang terbatas. Simbol-simbol konvensional yang dipakai: i : Nomor (indeks) sumber daya; j : Nomor (indeks) aktivitas; m : Banyaknya macam sumber daya; n : Banyaknya macam aktivitas; aij : Kebutuhan setiap unit aktivitas j akan sumber daya i; bi : Banyaknya sumber daya i yang tersedia; cj : Manfaat yang diperoleh untuk setiap unit aktivitas j; Xj : Ukuran (unit) aktivitas; Z : Jumlah nilai yang akan dituju (maksimasi atau minimasi). 4
  • 6. Formulasi Masalah 1. Fungsi Tujuan Fungsi ini menunjukkan tujuan yang akan dioptimalkan: maksimasi atau minimasi. Simbol yang digunakan adalah Z. Bentuk umum: Z n c X j j 0 j 1 Z  c1 X 1  c2 X 2    cn X n  0 X merupakan variabel keputusan: apa atau siapa yang akan dioptimalkan. Dari ilustrasi 1, yang akan dioptimalkan adalah jumlah produk 1 dan 2 yang akan diproduksi, maka, n = 2. Untuk ilustrasi 1, fungsi tujuannya adalah: Maksimasi Z – (c1X1 + c2X2) = 0 Z – 3X1 – 4X2 = 0 6
  • 7. Formulasi Masalah 2. Fungsi Pembatas a. Pembatas Fungsional (Sumber Daya) Fungsi ini menunjukkan alokasi sumber daya yang tersedia. Apabila setiap unit aktivitas j memerlukan a unit sumber daya i, maka bentuk umum pertidaksamaan fungsi pembatas fungsional adalah: S1  n a 1j X j  b1 j 1 S2  n a 2jX j  b2 j 1 n a j 1 a21 X 1  a22 X 2    a2 n X n  S 2  b2   Sm  a11 X 1  a12 X 2    a1n X n  S1  b1 mj X j  bm S merupakan slack variabel yang berfungsi untuk “menampung” perbedaan antara sisi kanan dan kiri diakibatkan berubahnya tanda ≤ atau ≥ menjadi =. am1 X 1  am 2 X 2    amn X n  S 3  bm Untuk ilustrasi 1, fungsi pembatas fungsionalnya adalah: Subject to 2X1 + 1X2 + S1= 6.000 2X1 + 3X2 + S2= 9.000 7
  • 8. Formulasi Masalah 2. Fungsi Pembatas b. Pembatas Tanda Fungsi ini menunjukkan bahwa variabel keputusan (Xj) tidak boleh bernilai tertentu. Biasanya, dalam kasus programma linier sederhana, variabel keputusan tidak boleh bernilai negatif (lebih besar atau sama dengan nol). Bentuk umum: X 1  0; X 2  0;; X n  0 S1  0; S 2  0;; S n  0 Untuk ilustrasi 1, fungsi pembatas tandanya adalah: X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0 8
  • 9. Formulasi Masalah Formulasi masalah secara lengkap dari Ilustrasi 1 adalah: Maksimasi Z – 3X1 – 4X2 = 0 Subject to (1) 2X1 + 1X2 + S1= 6.000 (2) 2X1 + 3X2 + S2= 9.000 (3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0 9
  • 10. Metode Simpleks – Maksimasi 1. Masukkan formulasi masalah ke dalam tabel simpleks Bentuk umum dari tabel simpleks: V.D. merupakan variabel dasar (variabel basis) N.K. merupakan nilai dari sisi kanan dari tiap persamaan Tabel simpleks dari ilustrasi 1 adalah: V.D. Z X1 X2 S1 S2 N.K. Z 1 –3 –4 0 0 0 S1 0 2 1 1 0 6.000 2 3 0 1 9.000 S2 0 Variabel dasar Variabel dasar dalam baris Z harus bernilai 0 10
  • 11. Metode Simpleks – Maksimasi 2. Pilih “kolom kunci” yang merupakan kolom dengan nilai Z yang paling kecil (negatif terkecil) Kolom kunci dari ilustrasi 1 iterasi 1 adalah: V.D. X1 X2 S1 S2 N.K. Z 1 –3 –4 0 0 0 S1 0 2 1 1 0 6.000 S2 I Z 0 2 3 0 1 9.000 3. Pilih “baris kunci” yang merupakan baris dengan nilai positif terkecil Baris S1 = 6.000 / 1 = 6.000 Baris S2 = 9.000 / 3 = 3.000 → positif terkecil Baris kunci dari ilustrasi 1 iterasi 1 adalah: V.D. X1 X2 S1 S2 N.K. Z I Z 1 –3 –4 0 0 0 S1 0 2 1 1 0 6.000 S2 0 2 3 0 1 9.000 11
  • 12. Metode Simpleks – Maksimasi 4. Ubah nilai dari “baris kunci” dengan membaginya dengan nilai dari “kolom kunci”. Kemudian Variabel Dasar (V.D.) juga diubah menjadi Variabel Dasar dari “kolom kunci” Untuk “baris nonkunci”, ubah nilainya sebagai berikut: Nilai baru = nilai lama – (nilai baris yang bersesuaian pada “kolom kunci” × nilai “baris kunci” baru) Iterasi 2 V.D. Z X1 X2 S1 S2 N.K. Z –4 0 0 0 S1 0 2 1 1 0 6.000 0 2 3 0 1 9.000 Z 1 –1/3 0 0 4/3 12.000 S1 0 4/3 0 1 –1/3 3.000 X2 II –3 S2 I 1 0 2/3 1 0 1/3 3.000 Z pada kolom X1 = –3 – (–4 × 2/3) = –1/3 Z pada kolom S1 = 0 – (–4 × 0) = 0 Z pada kolom S2 = 0 – (–4 × 1/3) = 4/3 Z pada kolom N.K. = 0 – (–4 × 3.000) = 12.000 Semua nilai pada kolom kunci bernilai 0 kecuali yang terletak pada baris kunci S1 pada kolom X1 = 2 – (1 × 2/3) = 4/3 S1 pada kolom S1 = 1 – (1 × 0) = 1 S1 pada kolom S2 = 0 – (1 × 1/3) = –1/3 S1 pada kolom N.K. = 6.000 – (1 × 3.000) = 3.000 12
  • 13. Metode Simpleks – Maksimasi 5. Pilih “kolom kunci” yang merupakan kolom dengan nilai Z yang paling kecil (negatif terkecil) Pilih “baris kunci” yang merupakan baris dengan nilai positif terkecil Baris S1 = 3.000 / 4/3 = 2.250 → positif terkecil Baris X2 = 3.000 / 2/3 = 4.500 Kolom dan baris kunci dari ilustrasi 1 iterasi 2 adalah: V.D. X2 S1 S2 N.K. 1 –3 –4 0 0 0 S1 0 2 1 1 0 6.000 S2 0 2 3 0 1 9.000 Z II X1 Z I Z 1 –1/3 0 0 4/3 12.000 S1 0 4/3 0 1 –1/3 3.000 X2 0 2/3 1 0 1/3 3.000 13
  • 14. Metode Simpleks – Maksimasi 6. Ubah nilai dari “baris kunci” dengan membaginya dengan nilai dari “kolom kunci”. Kemudian Variabel Dasar (V.D.) juga diubah menjadi Variabel Dasar dari “kolom kunci” Untuk “baris nonkunci”, ubah nilainya sebagai berikut: Nilai baru = nilai lama – (nilai baris yang bersesuaian pada “kolom kunci” × nilai “baris kunci” baru) Iterasi 3 V.D. Z X1 X2 S1 S2 N.K. Z 0 0 0 S1 0 2 1 1 0 6.000 0 2 3 0 1 9.000 1 –1/3 0 0 4/3 12.000 S1 0 4/3 0 1 –1/3 3.000 X2 0 2/3 1 0 1/3 3.000 Z III –4 Z II –3 S2 I 1 1 0 0 1/4 5/4 12.750 X1 0 1 0 3/4 –1/4 2.250 X2 0 0 1 –1/2 1/2 1.500 14
  • 15. Metode Simpleks – Maksimasi 7. Pemeriksaan hasil akhir. Karena pada iterasi terakhir tidak ada nilai Z yang bernilai negatif, maka nilai yang optimal telah diperoleh. V.D. S1 S2 N.K. 1 –3 –4 0 0 0 S1 0 2 1 1 0 6.000 0 2 3 0 1 9.000 Z 1 –1/3 0 0 4/3 12.000 S1 0 4/3 0 1 –1/3 3.000 X2 0 2/3 1 0 1/3 3.000 Z III X2 S2 II X1 Z I Z 1 0 0 1/4 5/4 12.750 X1 0 1 0 3/4 –1/4 2.250 X2 0 0 1 –1/2 1/2 1.500 Variabel keputusan yang terpilih Nilai akhir Z = 12.750 Nilai variabel keputusan: X1 = 2.250; X2 = 1.500 15
  • 16. Informasi Tambahan 1. Pada pemilihan “kolom kunci” terdapat dua atau lebih nilai negatif terkecil (pada maksimasi) atau positif terbesar (pada minimasi) di baris Z. Silakan pilih salah satu sesuai selera karena hasilnya akan sama saja (apabila benar dalam pengerjaan). 2. Pada pemilihan “baris kunci” terdapat dua atau lebih nilai positif terkecil. Silakan pilih salah satu sesuai selera karena hasilnya akan sama saja (apabila benar dalam pengerjaan). 3. Terdapat lebih dari satu alternatif penyelesaian (mempunyai nilai Z yang sama namun variabel keputusan yang terpilih berbeda). Pada dasarnya, alternatif-alternatif tersebut adalah sama, karena mempunyai hasil (nilai Z) yang sama, namun dalam praktiknya, terkadang alternatif yang lebih “practical” yang harus dipilih. 16
  • 17. “Penyimpangan” 1. Fungsi tujuan Minimasi Ketika fungsi tujuan dari programma linier adalah minimasi, maka terdapat dua cara penyelesaian: mengubah ke bentuk maksimasi atau tetap menggunakan bentuk minimasi dengan cara pengejaan yang sedikit berbeda dengan maksimasi. Namun dalam Modul ini hanya dibahas cara yang pertama. Untuk mengganti bentuk minimasi menjadi maksimasi adalah dengan mengalikan –1. Contoh: Minimasi Z = 3X1 + 4X2 Maksimasi –Z = –3X1 – 4X2 –Z + 3X1 + 4X2 = 0 Tabel simpleks-nya adalah: V.D. Z X1 X2 … … N.K. Z –1 3 4 … … 0 … … … … … … … … … … … … … … Ingat bahwa setelah iterasi terakhir, N.K. yang diperoleh harus dikali –1 karena koefisien dari Z adalah –1 (lihat Tabel Simpleks). 17
  • 18. “Penyimpangan” 2. Pembatas fungsional bertanda “=” Ketika suatu permasalahan dalam programma linier ada pembatas fungsional yang bertanda = (sama dengan), maka kondisi ini akan menyulitkan dalam penyelesaiannya, karena matriks identitas yang akan dijadikan solusi dasar awal tidak akan ditemui. Cara penyelesaiannya adalah dengan menambahkan variabel artifisial R ke dalam formulasi pembatas fungsional di mana nilai dari variabel artifisial ini harus nol. Metode yang digunakan dalam penyelesaian masalah dengan kondisi ini ada dua: Metode Dua Fasa dan Metode Big M. Namun dalam Modul ini hanya dibahas Metode Big M. Metode Big M merupakan metode untuk mengeliminasi variabel artifisial dengan memberikan nilai positif yang sangat besar (M) pada fungsi tujuan (untuk maksimasi bertanda negatif; untuk minimasi bertanda positif). Z = 3X1 + 4X2 – MR1 Contoh: Maksimasi Z = 3X1 + 4X2 Maksimasi Z – 3X1 – 4X2 + MR1 = 0 Subject to (1) 2X1 + X2 = 6.000 Subject to (1) 2X1 + X2 + R1 = 6.000 (2) 2X1 + 3X2 ≤ 9000 (2) 2X1 + 3X2 + S2 = 9000 (3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0 (3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S2 ≥ 0 18
  • 19. “Penyimpangan” 2. Pembatas fungsional bertanda “=” Tabel simpleks dari contoh tersebut adalah: V.D. Z X1 X2 R1 S2 N.K. Z 1 –3 –4 M 0 0 R1 0 2 1 1 0 6.000 S2 0 2 3 0 1 9.000 Ingat bahwa nilai V.D. (Variabel Dasar) pada baris Z harus 0, namun dalam tabel di atas, nilai R1 adalah M, maka agar nilai R1 sebesar 0, baris Z nilainya harus diubah sedemikian rupa (ingat metode eliminasi dalam pemecahan masalah linier): Baris pertama (Z) dikurangi M kali baris kedua (R1): –3X1 – 4X2 + MR1 + 0S2 = 0 2MX1 + MX2 + MR1 + 0S2 = 6.000M (–3–2M)X1 + (–4–M)X2 = – 6.000M V.D. Z X1 X2 R1 S2 N.K. Z 1 –3–2M –4–M 0 0 – 6.000M R1 0 2 1 1 0 6.000 S2 0 2 3 0 1 9.000 19
  • 20. “Penyimpangan” 3. Pembatas fungsional bertanda “≥” Ketika suatu permasalahan dalam programma linier ada pembatas fungsional yang bertanda ≥ (lebih besar atau sama dengan), maka penyelesaiannya dengan menambahkan variabel slack dengan tanda negatif. Contoh: Maksimasi Subject to Z = 3X1 + 4X2 (1) 2X1 + X2 ≤ 6.000 (2) 2X1 + 3X2 ≥ 9000 (3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0 Maksimasi Subject to Z – 3X1 – 4X2 = 0 (1) 2X1 + X2 + S1 = 6.000 (2) 2X1 + 3X2 – S2 = 9000 (3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0 Tabel simpleks dari contoh tersebut adalah: V.D. Z X1 X2 S1 S2 N.K. Z 1 –3 –4 0 0 0 S1 0 2 1 1 0 6.000 –S2 0 2 3 0 1 9.000 Melanggar pembatas tanda S2 ≥ 0 20
  • 21. “Penyimpangan” 3. Pembatas fungsional bertanda “≥” Karena variabel dasar melanggar aturan pembatas tanda, maka variabel artifisial R dapat dimasukkan ke dalam persamaan. Karena R masuk ke dalam persamaan, sehingga Metode Big M dipakai untuk menyelesaikan masalah. Maka, dalam fungsi tujuan juga harus ditambahkan M (untuk maksimasi bertanda negatif; untuk minimasi bertanda positif). Z – 3X1 – 4X2 = 0 (1) 2X1 + X2 + S1 = 6.000 (2) 2X1 + 3X2 – S2 = 9000 (3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0 Maksimasi Subject to Z – 3X1 – 4X2 + MR2 = 0 2X1 + X2 + S1 = 6.000 2X1 + 3X2 – S2 + R2 = 9000 X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0 Tabel simpleks dari contoh tersebut adalah: V.D. Z X1 X2 S1 S2 R2 N.K. Z 1 –3 –4 0 0 M 0 S1 0 2 1 1 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 9.000 21
  • 22. “Penyimpangan” 3. Pembatas fungsional bertanda “≥” V.D. Z X1 X2 S1 S2 R2 N.K. Z 1 –3 –4 0 0 M 0 S1 0 2 1 1 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 9.000 Ingat bahwa nilai V.D. (Variabel Dasar) pada baris Z harus 0, namun dalam tabel di atas, nilai R2 adalah M, maka agar nilai R2 sebesar 0, baris Z nilainya harus diubah sedemikian rupa (ingat metode eliminasi dalam pemecahan masalah linier): Baris pertama (Z) dikurangi M kali baris ketiga (R2): –3X1 – 4X2 + 0S1 + 0S2 + MR2 = 0 2MX1 + 3MX2 + 0S1 – MS2 + MR2= 9.000M (–3–2M)X1 + (–4–3M)X2 + MS2 = – 9.000M V.D. Z X1 X2 S1 S2 R2 N.K. Z 1 –3–2M –4–3M 0 M 0 – 9.000M S1 0 2 1 1 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 9.000 22
  • 23. “Penyimpangan” Contoh penyelesaian masalah untuk beberapa penyimpangan tersebut: Minimasi Z = 5X1 + 2X2 Subject to (1) 2X1 + X2 = 6.000 (2) 2X1 + 3X2 ≥ 9000 (3) X1 + X2 ≤ 4000 (4) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0 Ubah formulasi masalah di atas menjadi bentuk standar dengan mengubah ke bentuk maksimasi (mengalikan – 1) serta menambahkan variabel slack dan artifisial. Maksimasi –Z + 5X1 + 2X2 + MR1 + MR2 = 0 Subject to (1) 2X1 + X2 + R1 = 6.000 (2) 2X1 + 3X2 – S2 + R2 = 9000 (3) X1 + X2 + S3 = 4000 (4) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0; S3 ≥ 0 23
  • 24. “Penyimpangan” 1. Masukkan formulasi masalah ke dalam tabel simpleks V.D. Z X1 X2 R1 S2 R2 S3 N.K. Z –1 5 2 M 0 M 0 0 R1 0 2 1 1 0 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 0 9.000 S3 0 1 1 0 0 0 1 4.000 Baris pertama (Z) ditambah M kali baris pertama (R1) dan ditambah M kali baris ketiga (R2) 5X1 + 2X2 + MR1 + 0S2 + MR2 + 0S3 = 0 2MX1 + MX2 + MR1 + 0S2 + 0R2 + 0S3= 6.000M 2MX1 + 3MX2 + 0R1 – MS2 + MR2 + 0S3= 9.000M (5–4M)X1 + (2–4M)X2 + MS2 = –15.000M V.D. Z X1 X2 R1 S2 R2 S3 N.K. Z –1 5–4M 2–4M 0 M 0 0 –15.000M R1 0 2 1 1 0 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 0 9.000 S3 0 1 1 0 0 0 1 4.000 24
  • 25. “Penyimpangan” 2. Pilih “kolom kunci” yang merupakan kolom dengan nilai Z yang paling kecil (negatif terkecil) Karena X1 dan X2 sama-sama bernilai negatif terkecil, maka dipilih salah satu, yaitu X2. 3. Pilih “baris kunci” yang merupakan baris dengan nilai positif terkecil Kolom kunci dan baris kunci iterasi 1 adalah: Baris R1 = 6.000 / 1 = 6.000 Baris R2 = 9.000 / 3 = 3.000 → positif terkecil Baris S3 = 4.000 / 1 = 4.000 V.D. X1 X2 R1 S2 R2 S3 N.K. Z I Z –1 5–4M 2–4M 0 M 0 0 –15.000M R1 0 2 1 1 0 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 0 9.000 S3 0 1 1 0 0 0 1 4.000 25
  • 26. “Penyimpangan” 4. Ubah nilai dari “baris kunci” dengan membaginya dengan nilai dari “kolom kunci”. Kemudian Variabel Dasar (V.D.) juga diubah menjadi Variabel Dasar dari “kolom kunci” Untuk “baris nonkunci”, ubah nilainya sebagai berikut: Nilai baru = nilai lama – (nilai baris yang bersesuaian pada “kolom kunci” × nilai “baris kunci” baru) Iterasi 2 V.D. X2 R1 S2 R2 S3 N.K. –1 5–4M 2–4M 0 M 0 0 –15.000M R1 0 2 1 1 0 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 0 9.000 S3 0 1 1 0 0 0 1 4.000 Z II X1 Z I Z –1 11/3–4/3M 0 0 2/3–1/3M 4/3M–2/3 0 –6.000–3.000M R1 0 4/3 0 1 1/3 –1/3 0 3.000 X2 0 2/3 1 0 –1/3 1/3 0 3.000 S3 0 1/3 0 0 1/3 –1/3 1 1.000 26
  • 27. “Penyimpangan” 5. Pilih “kolom kunci” yang merupakan kolom dengan nilai Z yang paling kecil (negatif terkecil) 6. Pilih “baris kunci” yang merupakan baris dengan nilai positif terkecil Kolom kunci dan baris kunci iterasi 2 adalah: Baris R1 = 3.000 / 4/3 = 2.250 → positif terkecil Baris X2 = 3.000 / 2/3 = 4.500 Baris S3 = 1.000 / 1/3 = 3.000 V.D. X2 R1 S2 R2 S3 N.K. –1 5–4M 2–4M 0 M 0 0 –15.000M R1 0 2 1 1 0 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 0 9.000 S3 0 1 1 0 0 0 1 4.000 Z II X1 Z I Z –1 11/3–4/3M 0 0 2/3–1/3M 4/3M–2/3 0 –6.000–3.000M R1 0 4/3 0 1 1/3 –1/3 0 3.000 X2 0 2/3 1 0 –1/3 1/3 0 3.000 S3 0 1/3 0 0 1/3 –1/3 1 1.000 27
  • 28. “Penyimpangan” 7. Ubah nilai dari “baris kunci” dengan membaginya dengan nilai dari “kolom kunci”. Iterasi 3 V.D. R1 S2 R2 S3 N.K. –1 5–4M 2–4M 0 M 0 0 –15.000M R1 0 2 1 1 0 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 0 9.000 0 1 1 0 0 0 1 4.000 Z –1 11/3–4/3M 0 0 2/3–1/3M –2/3+4/3M 0 –6.000–3.000M R1 0 4/3 0 1 1/3 –1/3 0 3.000 X2 0 2/3 1 0 –1/3 1/3 0 3.000 S3 0 1/3 0 0 1/3 –1/3 1 1.000 Z III X2 S3 II X1 Z I Z –1 0 0 –11/4+M –1/4 –1/4+M 0 –14.250 X1 0 1 0 3/4 1/4 –1/4 0 2.250 X2 0 0 1 –1/2 –1/2 1/2 0 1.500 S3 0 0 0 –1/4 1/4 –1/4 1 250 28
  • 29. “Penyimpangan” 8. Pilih “kolom kunci” yang merupakan kolom dengan nilai Z yang paling kecil (negatif terkecil) 9. Pilih “baris kunci” yang merupakan baris dengan nilai positif terkecil Kolom kunci dan baris kunci iterasi 4 adalah: Baris X1 = 2.250 / 1/4 = 9.000 Baris X2 = 1.500 / –1/2 = –3.000 Baris S3 = 250 / 1/4 = 1.000 → positif terkecil V.D. R1 S2 R2 S3 N.K. –1 5–4M 2–4M 0 M 0 0 –15.000M R1 0 2 1 1 0 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 0 9.000 0 1 1 0 0 0 1 4.000 Z –1 11/3–4/3M 0 0 2/3–1/3M –2/3+4/3M 0 –6.000–3.000M R1 0 4/3 0 1 1/3 –1/3 0 3.000 X2 0 2/3 1 0 –1/3 1/3 0 3.000 S3 0 1/3 0 0 1/3 –1/3 1 1.000 Z III X2 S3 II X1 Z I Z –1 0 0 –11/4+M –1/4 –1/4+M 0 –14.250 X1 0 1 0 3/4 1/4 –1/4 0 2.250 X2 0 0 1 –1/2 –1/2 1/2 0 1.500 S3 0 0 0 –1/4 1/4 –1/4 1 250 29
  • 30. “Penyimpangan” 10. Ubah nilai dari “baris kunci” dengan membaginya dengan nilai dari “kolom kunci”. Iterasi 4 V.D. S2 R2 S3 N.K. –1 5–4M 2–4M 0 M 0 0 –15.000M R1 0 2 1 1 0 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 0 9.000 0 1 1 0 0 0 1 4.000 –1 11/3–4/3M 0 0 2/3–1/3M –2/3+4/3M 0 –6.000–3.000M R1 0 4/3 0 1 1/3 –1/3 0 3.000 X2 0 2/3 1 0 –1/3 1/3 0 3.000 S3 0 1/3 0 0 1/3 –1/3 1 1.000 Z –1 0 0 –11/4+M –1/4 –1/4+M 0 –14.250 X1 0 1 0 3/4 1/4 –1/4 0 2.250 X2 0 0 1 –1/2 –1/2 1/2 0 1.500 S3 0 0 0 –1/4 1/4 –1/4 1 250 Z IV R1 Z III X2 S3 II X1 Z I Z –1 0 0 –3+M 0 –1/2+M 1 –14.000 X1 0 1 0 1 0 0 –1 2.000 X2 0 0 1 –1 0 0 2 2.000 S2 0 0 0 –1 1 –1 4 1.000 30
  • 31. “Penyimpangan” 11. Pemeriksaan hasil akhir Karena pada iterasi terakhir tidak ada nilai Z yang bernilai negatif, maka nilai yang optimal telah diperoleh V.D. X1 X2 R1 S2 R2 S3 N.K. Z IV Z –1 0 0 –3+M 0 –1/2+M 1 –14.000 X1 0 1 0 1 0 0 –1 2.000 X2 0 0 1 –1 0 0 2 2.000 S2 0 0 0 –1 1 –1 4 1.000 Variabel keputusan yang terpilih Nilai akhir –Z = –14.000 Z = 14.000 Nilai variabel keputusan: X1 = 2.000; X2 = 2.000; S2 = 1.000 31
  • 32. Analisis Sensitivitas A. Marginal Value (Shadow Price) Marginal Value pada Table Simpleks iterasi terakhir terdapat pada kolom Slack Variable. Contoh: Maksimasi Z = 3X1 + 4X2 Subject to (1) 2X1 + X2 ≤ 6.000 (2) 2X1 + 3X2 ≤ 9.000 (3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0 Tabel Simpleks iterasi terakhir (optimal) adalah: Iterasi Z X1 X2 S1 S2 N.K. Z 1 0 0 1/4 5/4 12.750 X1 0 1 0 3/4 –1/4 2.250 X2 III V.D. 0 0 1 –1/2 1/2 1.500 S1 = 1/4, maka apabila nilai ruas kanan pada fungsi pembatas pertama ditambah 1 unit, maka nilai Z akan bertambah 1/4. Dan apabila nilai ruas kanan pada fungsi pembatas kedua ditambah 1 unit, maka nilai Z akan bertambah 5/4 (S2 = 5/4). 32
  • 33. Analisis Sensitivitas B. Mencari Nilai Optimal Baru Apabila terjadi perubahan nilai ruas kanan pada suatu pembatas, maka nilai optimal dapat diketahui tanpa mengulangi proses perhitungan. Pada contoh sebelumnya, tabel simpleks iterasi terakhir adalah sebagai berikut: Iterasi Z X1 X2 S1 S2 N.K. Z 1 0 0 1/4 5/4 12.750 X1 0 1 0 3/4 –1/4 2.250 X2 III V.D. 0 0 1 –1/2 1/2 1.500 Apabila fungsi pembatas yang pertama bertambah 100, maka: Z baru = Z lama + koefisien S1 × 100 = 12.750 + 1/4(100) = 12.775 X1 baru = X1 lama + koefisien S1 × 100 = 2.250 + 3/4(100) = 2.325 X2 baru = X2 lama + koefisien S1 × 100 =1.500 – 1/2(100) = 1.450 Cek feasibilitas: (1) 2X1 + X2 ≤ 6.000 (1) 2(2.325) + 1.450 ≤ 6.000 (OK) 33
  • 34. Analisis Sensitivitas B. Mencari Nilai Optimal Baru Cek feasibilitas Seperti sudah disinggung sebelumnya, setiap penambahan atau pengurangan nilai ruas kanan pembatas fungsional, maka harus dicek feasibilitasnya dengan memasukkan nilai yang baru ke fungsi pembatas yang baru, apabila tidak sesuai, maka hal tersebut tidak dapat dilakukan. Mencari selang feasibilitas Pembatas fungsional 1 (1) 2.250 + 3/4×Δ 1 ≥ 0; maka Δ ≥ –3.000 (sebagai batas bawah) (2) 1.500 – 1/2×Δ 1 ≥ 0; maka Δ ≤ 3.000 (sebagai batas atas) Sehingga –3.000 ≤ Δ 1 ≤ 3.000 adalah selang bagi penambahan nilai ruas kanan pembatas 1. Artinya, nilai ruas kanan dari pembatas 1 tidak boleh bertambah lebih dari 3.000 atau berkurang lebih dari 3.000. Pembatas fungsional 2 (1) 2.250 – 1/4×Δ 2 ≥ 0; maka Δ ≤ 9.000 (sebagai batas atas) (2) 1.500 + 1/2×Δ 2 ≥ 0; maka Δ ≥ –3.000 (sebagai batas bawah) Sehingga –3.000 ≤ Δ 2 ≤ 9.000 adalah selang bagi penambahan nilai ruas kanan pembatas 1. Artinya, nilai ruas kanan dari pembatas 1 tidak boleh bertambah lebih dari 9.000 atau berkurang lebih dari 3.000. 34
  • 35. Analisis Sensitivitas B. Mencari Nilai Optimal Baru Mencari selang feasibilitas Pembatas fungsional 1: –3.000 ≤ Δ 1 ≤ 3.000 Pembatas fungsional 2: –3.000 ≤ Δ 2 ≤ 9.000 Apabila fungsi pembatas yang pertama bertambah 4.000, maka: Z baru = Z lama + koefisien S1 × 100 = 12.750 + 1/4(4.000) = 13.750 X1 baru = X1 lama + koefisien S1 × 100 = 2.250 + 3/4(4.000) = 5.250 X2 baru = X2 lama + koefisien S1 × 100 =1.500 – 1/2(4.000) = –500 Cek feasibilitas: (1) 2X1 + X2 ≤ 6.000 (1) 2(5.250) –500 ≥ 6.000 (Tidak OK); Selain itu, nilai X2 ≤ 0 yang juga melanggar pembatas tanda: X2 ≥ 0 35
  • 36. Terima Kasih 감사합니다 Sampai Bertemu Lagi di Pertemuan Selanjutnya Raja Ampat, Papua Barat Seoul, 9th of March 2014