SlideShare a Scribd company logo
1 of 48
Instructor:
M. Mujiya Ulkhaq
Department of Industrial Engineering
Aljabar Linear
Linear Algebra
Vectors and Matrices
• Fundamental operations with vectors;
• Linear combination of vectors;
• Dot product;
• Fundamental operations with matrices;
• Matrix multiplication.
1-2
Definisi Vektor
A real n-vector is an ordered sequence of n real numbers (sometimes
referred to as an ordered n-tuple of real numbers).
The set of all n-vectors is denoted Rn.
Contoh:
R2 adalah himpunan dari 2-vectors (ordered 2-tuples = ordered pairs) dari bilangan
real; misalnya [2, 3]T dan [1.444, –6.67]T.
R3 adalah himpunan dari 3-vectors (ordered 3-tuples = ordered triples) dari bilangan
real; misalnya [1, 2, 11]T dan [0, 68, –3]T.
† Cara menuliskan vektor:
• Tulisan tangan: huruf latin kecil dengan anak panah di atasnya
• Cetak/komputer: huruf latin kecil yang dicetak tebal v
‡ Secara konvensional, vektor ditulis sebagai vektor kolom,
sehingga vektor dengan anggota/entri/komponen 2 dan 3 ditulis dengan atau






3
2
v
v
simbol transpose
  .T
32v  1-3
Vektor yang semua entri (anggota)-nya bernilai 0 (nol) disebut vektor nol.
Contoh: Dalam R2 vektor nol-nya adalah: [0, 0]T dan [0, 0, 0]T dalam R3.
Dua buah vektor dalam Rn dikatakan sama jika dan hanya jika semua entri yang
bersesuaian nilainya sama; sehingga: [x1, x2, …, xn]T = [y1, y2, …, yn]T jika dan
hanya jika x1 = y1, x2 = y2, …, xn = yn.
Contoh 1.1
Cari a, b, dan c apabila [a, 3b, –2c]T = [3, 6, 10]T!
Karena kedua vektor sama, maka: a = 3; 3b = 6  b = 2; –2c = 10  c = –5.
Bilangan tunggal (seperti 2 atau –4 atau 7) sering disebut skalar untuk membedakan
dengan vektor.
1-4
Suatu vektor dalam R2 sering direpresentasikan sebagai pergerakan dari satu titik
ke titik lainnya dalam sistem koordinat dua dimensi.
Contoh: Dari titik awal (3, 2) ke titik akhir (1, 5), terjadi pengurangan dua unit pada
sumbu-x dan penambahan tiga unit pada sumbu-y; sehingga vektor yang me-
representasikan pergerakan ini adalah [–2, 3]T.
Perhatikan!
Komponen dari suatu vektor ditulis dalam kurung siku [];
sedangkan posisi/koordinat dari suatu titik ditulis dalam
tanda kurung ().
Nama titik dalam suatu sistem koordinat ditulis dengan
huruf kapital yang dicetak miring, misalnya A(3, 2).
Gambar 1.1. Pergerakan yang direpresentasikan oleh vektor [–2, 3]T
1-5
Suatu vektor dalam R3 sering direpresentasikan sebagai pergerakan dari satu titik
ke titik lainnya dalam sistem koordinat tiga dimensi.
Contoh: Dari titik awal (2, 3, –1) ke titik akhir (4, 1, 5), terjadi penambahan dua unit
pada sumbu-x, pengurangan dua unit pada sumbu-y, dan penambahan enam unit
pada sumbu-z; sehingga vektor yang merepresentasikan ini adalah [2, –2, 6]T.
Memvisualisasikan vektor dalam R4 (atau yang
lebih tinggi) adalah tidak mungkin karena
titik terletak pada sistem koordinat empat
dimensi (atau yang lebih tinggi).
Namun hal ini bisa dilakukan, sehingga [2, 7, –3,
10]T merepresentasikan pergerakan dari titik
(5, –6, 2, –1) ke (7, 1, –1, 9) dalam sistem
koordinat empat dimensi.
Gambar 1.2. Pergerakan yang direpresentasikan oleh vektor [2, –2, 6]T
T
bisa dibayangkan; tidak bisa digambarkan
1-6
Definisi
Panjang (atau juga disebut sebagai norm atau besar) dari suatu
vektor a = [a1, a2, …, an]T dalam Rn adalah ‖a‖ = .
22
2
2
1 naaa  
Contoh 1.2
Cari panjang dari vektor a = [4, –3, 0, 2]T!
‖a‖ =
Setiap vektor yang mempunyai panjang 1 (satu) disebut unit vector.
Contoh: [3/5, –4/5]T adalah unit vector dalam R2.
Standard unit vector adalah unit vector yang satu komponennya bernilai 1 (satu)
dan lainnya bernilai 0. Contoh: Dalam R3 terdapat tiga standar unit vectors, yaitu:
i = [1, 0, 0]T, j = [0, 1, 0]T, dan k = [0, 0, 1]T.
  .29409162034 2222

1-7
Proses “membagi” vektor dengan panjangnya untuk mendapatkan unit vector disebut
proses normalisasi vektor.
Contoh 1.3
Cari unit vector dari vektor x = [2, 3, –1, 1]T!
 
 
 
TTT





 






15
1
,
15
1
,
15
3
,
15
2
15
1,1,3,2
1132
1,1,3,2
x
x
u
2222
Teorema 1.1
Jika x adalah vektor taknol dalam Rn, maka adalah unit vector.
x
x
u 
1-8
Teorema 1.2
Jika x Rn dan c adalah skalar (bilangan real),
maka ‖cx‖ = |c| ‖x‖; atau dengan kata lain:
Panjang vektor cx adalah nilai absolut dari c
dikalikan dengan panjang vektor x.
Contoh: Jika x = [4, –5]T, maka 2x = [8, –10]T; 3x = [12, –15]T ; dan 0.5x = [2, –5/2]T.
Dalam Rn, perkalian vektor dengan skalar c akan
memperpanjang vektor tersebut apabila |c| > 0
dan akan memperpendek vektor apabila |c| < 0.
Definisi
Jika x = [x1, x2, …, xn]T adalah vektor dalam Rn, dan c adalah skalar
(bilangan real), maka cx (perkalian skalar antara vektor x dengan c),
adalah suatu vektor [cx1, cx2, …, cxn]T.
Gambar 1.3. Perkalian skalar dengan vektor [4, –5]T

1-9
Contoh:
• Vektor [1, –3, 2]T dan [3, –9, 6]T adalah paralel/sejajar dalam arah yang sama
(same direction) karena [3, –9, 6]T = 3[1, –3, 2]T atau [1, –3, 2]T = ⅓ [3, –9, 6]T.
• Vektor [–2, 4, 0, 10]T dan [4, –8, 0, –20]T adalah paralel/sejajar dalam arah yang
berlawanan karena [4, –8, 0, –20]T = –2[–2, 4, 0, 10]T.
Definisi
Dua vektor taknol x dan y dalam Rn berada dalam arah yang sama jika
dan hanya jika terdapat suatu bilangan real positif sehingga y = cx.
Dua vektor taknol x dan y dalam Rn berada dalam arah yang berlawanan
jika dan hanya jika terdapat suatu bilangan real negatif sehingga y = –cx.
Dua vektor taknol dikatakan paralel/sejajar jika dan hanya jika keduanya
berada dalam arah yang sama atau dalam arah yang berlawanan.
1-10
Definisi
Jika x = [x1, x2, …, xn]T dan y = [y1, y2, …, yn]T adalah vektor dalam
Rn, maka x + y atau penjumlahan vektor x dan y adalah [x1 + y1, x2 +
y2, …, xn + yn]T dalam Rn.
Gambar 1.4. Contoh penjumlahan vektor dalam R2 Gambar 1.5. Contoh pengurangan vektor dalam R2
Apabila –y dianggap sebagai perkalian skalar –1y, maka pengurangan vektor y
terhadap vektor x dapat didefinisikan sebagai penjumlahan dua buah vektor
tersebut sebagai berikut: x – y = x + (–y).
Perhatikan!
Dua buah vektor tidak dapat
ditambahkan (atau dikurangkan)
kecuali keduanya mempunyai jumlah
komponen atau anggota yang sama!
1-11
Teorema 1.4
Jika x = [x1, x2, …, xn]T adalah vektor dalam Rn dan c adalah skalar (bilangan real);
sehingga apabila cx = 0, maka x = 0 atau c = 0.
Teorema 1.3
Jika x = [x1, x2, …, xn]T, y = [y1, y2, …, yn]T, dan z = [z1, z2, …, zn]T adalah vektor dalam
Rn; c dan d adalah skalar (bilangan real), 0 adalah vektor 0 dalam Rn; maka:
1) x + y = y + x Hukum komutatif penjumlahan
2) x + (y + z) = (x + y) + z Hukum asosiatif penjumlahan
3) 0 + x = x + 0 = x Vektor 0 sebagai elemen identitas dari penjumlahan
4) x + (–x) = (–x) + x = 0 Vektor (–x) elemen invers dari penjumlahan
5) c(x + y) = cx + cy Hukum distributif perkalian skalar untuk penjumlahan
6) (c + d)x = cx + dx Hukum distributif perkalian skalar untuk penjumlahan
7) (cd)x = c(dx) Asosiativitas perkalian skalar
8) 1x = x 1 merupakan elemen identitas untuk perkalian skalar
1-12
Contoh 1.4
Seorang laki-laki berenang di sungai dengan kecepatan 5 km/jam ke arah timur. Jika
arus air sungai mempunyai kecepatan 3 km/jam ke arah barat laut, berapa
resultan (total) kecepatan-nya (arah dan besar)?
v1 = 5 ke arah timur
v1 = [5, 0]T
v2 = 3 ke arah barat laut
v2 = [3 cos 135°, 3 sin 135°]T
v2 = [–(3√2)/2, (3√2)/2]T
R = v1 + v2 = [5 – ((3√2)/2), (3√2)/2]T
R ≈ [2.88, 2.12]T
‖R‖ ≈ 3.58 km/jam
TT
T
1-13
Contoh 1.5
Suatu benda dengan massa 5 kg ditarik oleh dua buah gaya: F1 = 10 N pada arah
[–2, 1, 2]T dan F2 = 20 N pada arah [6, 3, –2]T . Berapa percepatan yang dialami
oleh benda tersebut?
Pertama kita harus me-normalisasi kedua vektor arah tersebut agar tidak mem-
pengaruhi besarnya vektor gaya:
F1 = F2 =
F = F1 + F2 =
a = F/m = ‖a‖ = 3.18 m/s2
  
 
  T
T
T
21,2,
3
10
21,2,
21,2,10


   
 
  T
T
T
2,3,6
7
20
2,3,6
2,3,620



T






21
20
,
21
250
,
21
220
TT





















21
4
,
21
50
,
21
44
21
20
,
21
250
,
21
220
5
1
1-14
Setiap vektor dalam Rn dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari standard unit
vectors: e1 = [1, 0, 0, …, 0]T, e2 = [0, 1, 0, …, 0]T, …, en = [0, 0, 0, …, 1]T.
Contoh: vektor [3, –2, 5]T dalam R3 dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari i,
j, dan k: 3[1, 0, 0]T –2[0, 1, 0]T + 5[0, 0, 1]T = 3i – 2j + 5k.
Untuk satu buah vektor u, maka satu-satunya kombinasi linearnya adalah cu.
Untuk dua buah vektor u dan v, maka kombinasi linearnya adalah cu + dv.
Untuk tiga buah vektor u, v, dan w, maka kombinasi linearnya adalah cu + dv + ew.
Definisi
Jika v1, v2, …, vk adalah vektor dalam Rn, maka v adalah kombinasi
linear dari v1, v2, …, vk jika dan hanya jika terdapat bilangan skalar
c1, c2, …, ck yang memungkinkan v = c1v1 + c2v2 + … + ckvk.
1-15
Apabila c, d, dan e adalah skalar (bilangan real), dan u, v, dan w adalah vektor
taknol, maka:
• Kombinasi linear dari semua kemungkinan kombinasi yang mungkin dari cu
adalah memenuhi garis.
• Kombinasi linear dari semua kemungkinan kombinasi yang mungkin dari cu + dv
adalah memenuhi bidang.
• Kombinasi linear dari semua kemungkinan kombinasi yang mungkin dari cu + dv
+ ew adalah memenuhi ruang tiga dimensi.
Gambar 1.6. Kombinasi linear dari vektor u Gambar 1.5. Kombinasi linear dari vektor u dan v dalam R2
1-16
Definisi
Jika x = [x1, x2, …, xn]T dan y = [y1, y2, …, yn]T adalah vektor dalam
Rn, maka hasil kali titik (dot/inner product) dari x dan y adalah:
x ·y = x1y1 + x2y2 + … + xnyn = 

n
k
kk yx
1
.
Contoh 1.6
Temukan hasil dot product dari kedua vektor berikut ini: [2, –4, 3]T dan [1, 5, –2]T.
Hasil dot product = (2)(1) + (–4)(5) + (3)(–2) = –24.
Perhatikan!
• Hasil dari dot product adalah skalar
• Dot product hanya berlaku untuk dua vektor yang
mempunyai jumlah komponen atau anggota yang sama!
1-17
Teorema 1.5
Jika x = [x1, x2, …, xn]T, y = [y1, y2, …, yn]T, dan z = [z1, z2, …, zn]T adalah vektor dalam
Rn, c adalah skalar (bilangan real); maka:
1) x ·y = y ·x Hukum komutatif dot product
2) x ·x = ‖x‖2 ≥ 0 Hubungan antara dot product dengan panjang vektor
3) x ·x = 0 jika dan hanya jika x = 0
4) c(x ·y) = (cx) ·y = x ·(cy) Hubungan antara perkalian skalar dengan dot product
5) x ·(y + z) = (x ·y) + (x ·z) Hukum distributif dot product untuk penjumlahan
6) (x + y) ·z = (x ·z) + (y ·z) Hukum distributif dot product untuk penjumlahan
Teorema 1.6 (Pertidaksamaan Segitiga/Pertidaksamaan Minkowski)
Jika x = [x1, x2, …, xn]T dan y = [y1, y2, …, yn]T adalah vektor dalam Rn; maka:
‖x + y‖ ≤ ‖x‖ + ‖y‖.
1-18
Teorema 1.7 (Pertidaksamaan Cauchy-Schwarz)
Jika x = [x1, x2, …, xn]T dan y = [y1, y2, …, yn]T adalah vektor dalam Rn; maka:
|x ·y| ≤ (‖x‖)(‖y‖).
Contoh 1.7
Verifikasi pertidaksamaan Cauchy-Schwarz untuk vektor x = [–1, 4, 2, 0, –3]T dan
y = [2, 1, –4, –1, 0]T.
x ·y = (–1)(2) + (4)(1) + (2)(–4) + (0)(–1) + (–3)(0) = –6
‖x‖ =
‖y‖ =
|x ·y| ≤ (‖x‖)(‖y‖)  |–6| ≤  6 ≤ (≈ 25.7)  terbukti
    3030241 22222

    2201412 22222

  2230 1652
1-19
Contoh 1.8
Hitung sudut di antara dua vektor berikut ini: x = [6, –4]T dan y = [–2, 3]T.
θ ≈ cos–1(–0.9231) ≈ 157.39° atau 2.75 radian.
Definisi
Jika x dan y adalah vektor taknol dalam Rn (untuk n ≥ 2), maka sudut
di antara dua vektor tersebut adalah sudut unik yang besarnya di
antara 0 dan π radian; cosinus-nya adalah: (x ·y) / ((‖x‖)(‖y‖)).
  
     
       9231.0
13
12
1352
24
3246
3426
yx
yx
cos
2222








 




 




1-20
Teorema 1.8
Jika x = [x1, x2, …, xn]T dan y = [y1, y2, …, yn]T adalah vektor dalam Rn, θ adalah sudut
di antara x dan y; maka:
1) x ·y > 0 jika dan hanya jika 0 ≤ θ < π/2 radian (0° atau sudut lancip)
2) x ·y = 0 jika dan hanya jika θ = π/2 radian (sudut siku-siku 90°)
Kedua vektor tegak lurus (perpendicular/orthogonal)
3) x ·y < 0 jika dan hanya jika x = π/2 < θ < π radian (180° atau sudut tumpul)
Contoh 1.9
Verifikasi Teorema 1.8 untuk dua vektor berikut ini: x = [2, –5]T dan y = [–10, –4]T .
x ·y = (2)(–10) + (–5)(–4) = 0.
Dikarenakan x · y = 0, maka sudut di antara x dan y
adalah sudut siku-siku (kedua vektor saling tegak lurus)
 terbukti
1-21
Teorema 1.9
Jika x dan y adalah vektor taknol dalam Rn; maka x dan y akan paralel/sejajar jika
dan hanya jika x ·y = ± ‖x‖ ‖y‖;
yakni nilai cos θ = ±1, di mana θ adalah sudut di antara x dan y
Contoh 1.10
Buktikan bahwa dua vektor x = [8, –20, 4]T dan y = [6, –15, 3]T adalah paralel!
x ·y = (8)(6) + (–20)(–15) + (4)(3) = 360
‖x‖ = ‖y‖ =
‖x‖ ‖y‖ =
Karena x ·y = ‖x‖ ‖y‖, maka kedua vektor paralel  terbukti
Perhatikan bahwa kedua vektor juga paralel sesuai dengan definisi karena:
[8, –20, 4]T = 4/3 [6, –15, 3]T
  4804208 222
   2703156 222

360129600270480 
1-22
Contoh 1.11
Cari proyeksi vektor b = [3, 1, –7]T pada vektor a = [4, 0, –3]T!
p = projab =
Definisi
Jika a dan b adalah vektor dalam Rn (a ≠ 0), maka proyeksi vektor b
pada vektor a adalah:
p = projab =   a
a
ba
a
a
cosb 2 






 

        
 
   
T
TT






























 









 
25
99
0,,
25
132
30,,4
25
33
30,,4
304
731034
a
a
ba
222
2
1-23
Teorema 1.10
Jika a adalah vektor taknol dalam Rn dan b adalah vektor dalam Rn; maka b dapat
didekomposisi sebagai jumlah dari dua komponen vektor: projab dan b – projab;
di mana yang pertama (apabila taknol) adalah paralel terhadap a dan yang kedua
adalah tegak lurus terhadap a.
Contoh 1.12
Dengan menggunakan vektor pada Contoh 1.11,
buktikan bahwa b – p adalah tegak lurus ter-
hadap a!
b – p = [3, 1, –7]T – [132/25, 0, –99/25]T = [–57/25, 1, –76/25]T
(b – p) ·a =
Karena hasil dot product (b – p) ·a = 0, maka kedua vektor tegak lurus  terbukti
       0
25
228
25
228
3
25
76
014
25
57













1-24
Contoh 1.13
Suatu benda ditarik oleh sebuah gaya sebesar 8 N dengan arah [1, –2, 1]T. Benda
tersebut ternyata bergerak sepanjang 5 m ke arah [2, –1, 0] T. Hitung usaha yang
dilakukan!
Pertama kita harus me-normalisasi kedua vektor arah tersebut agar tidak mem-
pengaruhi besarnya vektor gaya dan jarak.
F = d =
Usaha yang dilakukan adalah:
W= F ·d
=
  
 
  T
T
T
12,,1
6
8
12,,1
12,,18


   
 
  T
T
T
0,1,2
5
5
0,1,2
0,1,25



                  J2.29
30
440
011221
30
40
0,1,2
5
5
12,,1
6
8












 TT
1-25
Contoh:
Matriks 2 × 3
Definisi Matriks
An m × n matrix is a rectangular array of real numbers, arranged in m
rows and n columns.
Element/anggota dari suatu matriks disebut entri;
m × n disebut ukuran dari suatu matriks.









504
132
A













35
71
24
B
Matriks 3 × 2
 42C 
Matriks 1 × 2
 5D 
Matriks 1 × 1
† Cara menuliskan matriks:
Huruf latin kapital yang dicetak tebal A, B (bisa juga ditambah dengan subscript: A1, A2).
‡ Ukuran dari matriks dinyatakan dengan menyebutkan jumlah baris terlebih dahulu, kemudian jumlah kolomnya. 1-26
• Suatu matriks berukuran m × n dapat dianggap sebagai:
– kumpulan m vektor baris yang masing-masing mempunyai n komponen;
– kumpulan n vektor kolom yang masing-masing mempunyai m komponen.
• aij merepresentasikan entri suatu matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j.
Entri a11 = 2 a22 = 0
Entri a21 = 4 a23 = –5
• Diagonal utama suatu matriks A adalah a11, a22, a33, …, yang terletak pada suatu
garis diagonal menurun dari kiri atas ke kanan bawah.
• Mmn merupakan himpunan matriks dengan entri bilangan real yang mempunyai
baris m dan kolom n.
• Dua buah matriks A dan B dikatakan sama jika dan hanya jika semua entri yang
bersesuaian nilainya sama; sehingga: A = B jika aij = bij untuk semua i (1 ≤ i ≤ m)
dan untuk semua j (1 ≤ j ≤ n).







232221
131211
A
aaa
aaa









504
132
A
1-27
Contoh penggunaan matriks dalam menampilkan data:
GDP : Gross Domestic Product
CPI : Corruption Perception Index
HDI : Human Development Index
1-28
• Matriks persegi (square matrix) adalah matriks yang berukuran n × n
(mempunyai jumlah baris dan kolom sama).
• Matriks diagonal adalah matriks persegi yang semua entri kecuali diagonal
utama bernilai 0 (nol).
• Matriks identitas adalah matriks diagonal yang semua diagonal utamanya
bernilai 1 (satu). Sebuah n × n matriks identitas dinyatakan sebagai In.





 

12
42
B














013
212
193
V







10
02
C











800
010
003
F
Dn merupakan himpunan matriks diagonal
yang mempunyai baris dan kolom n.







10
01
I2











100
010
001
I3
1-29
• Matriks segitiga atas (upper triangular) adalah matriks persegi yang semua
entri di bawah diagonal utamanya bernilai 0 (nol).
• Matriks segitiga bawah adalah (lower triangular) adalah matriks persegi yang
semua entri di atas diagonal utamanya bernilai 0 (nol).
• Matriks nol adalah matriks yang semua entrinya bernilai 0 (nol). Sebuah m × n
matriks nol dinyatakan sebagai Omn; sedangkan On menyatakan matriks nol
dengan ukuran n × n.







10
52
P











600
110
883
Q







15
01
R











831
018
003
S
Ln merupakan himpunan matriks segitiga bawah
yang mempunyai baris dan kolom n.







00
00
O2 






000
000
O23
Un merupakan himpunan matriks segitiga atas
yang mempunyai baris dan kolom n.
1-30
Definisi
Jika A dan B adalah matriks berukuran m × n, maka penjumlahan
matriks A dan B atau A + B adalah matriks berukuran m × n di mana
entrinya sama dengan aij + bij.
Contoh:
Apabila A = dan B = , maka A + B =
Perhatikan!
Dua buah matriks tidak dapat ditambahkan kecuali keduanya berukuran sama, sehingga:
A = dan B = tidak dapat dijumlahkan.











600
110
883












122
119
082












722
229
8165








541
032












14
52
76
1-31
Definisi
Jika A adalah matriks berukuran m × n dan c adalah bilangan skalar,
maka matriks cA adalah perkalian skalar matriks di mana entrinya
sama dengan caij.
Contoh:
Apabila A = dan c = 2, maka 2A =
Apabila –A dianggap sebagai perkalian skalar –1y, maka pengurangan matriks B
terhadap matriks A dapat didefinisikan sebagai penjumlahan dua buah matriks
tersebut sebagai berikut: A – B = A + (–B).
Contoh:
Apabila D = dan E = , maka D – E =











600
110
883











1200
220
16166






 246
121





 
101
210






 147
311
1-32
Seperti halnya pada kombinasi linear dari vektor, jumlah dari perkalian skalar
matriks disebut sebagai kombinasi linear dari matriks.
Contoh:
Apabila P = , Q = , dan R =
maka 2P + Q – 3R adalah kombinasi linear dari ketiga matriks di atas, yaitu:














00192
01220
01215
21242















10012
12321
22161
01100













10031
00121
11210
12000





























































202103
14402
511511
15584
30093
00363
33630
36000
10012
12321
22161
01100
002184
02440
024210
42484
1-33
Teorema 1.11
Jika A, B, dan C adalah matriks berukuran m × n; c dan d adalah skalar, maka:
1) A + B = B + A Hukum komutatif penjumlahan
2) A + (B + C) = (A + B) + C Hukum asosiatif penjumlahan
3) Omn + A = A + Omn = A Matriks Omn sebagai elemen identitas penjumlahan
4) A + (–A) = (–A) + A = Omn Matriks (–A) sebagai elemen invers dari penjumlahan
5) c(A + B) = cA + cB Hukum distributif perkalian skalar untuk penjumlahan
6) (c + d)A = cA + dA Hukum distributif perkalian skalar untuk penjumlahan
7) (cd)A = c(dA) Asosiativitas perkalian skalar
8) 1(A) = A 1 merupakan elemen identitas untuk perkalian skalar
1-34
Teorema 1.12
Jika A dan B adalah matriks berukuran m × n; c adalah skalar, maka:
1) (AT)T = A
2) (A + B)T = AT + BT
3) (cA)T = c(A)T
Contoh:
Jika A = dan B = , maka AT = dan BT =
Definisi
Jika A adalah matriks berukuran m × n, maka transpose dari matriks A
AT adalah matriks dengan ukuran n × m, di mana entri (i, j)-nya
sama dengan entri (j, i) dari matriks A.











600
110
883












14
52
76










 618
018
003








157
426
1-35
Contoh:
Matriks A = adalah matriks symmetric karena AT = .
Matriks B = adalah matriks skew-symmetric karena B = –BT.
Definisi
Suatu matriks A adalah symmetric jika dan hanya jika A = AT.
Suatu matriks A adalah skew-symmetric jika dan hanya jika A = –AT .












304
016
462












304
016
462
















0456
4023
5201
6310
Perhatikan bahwa karena matriks diagonal adalah sama dengan
transpose-nya, maka matriks diagonal adalah symmetric. 1-36
Contoh 1.14
Dekomposisikan matriks A = ke dalam matriks S dan V!
S = ½ (A + AT) =
V = ½ (A – AT) =
Teorema 1.13
Setiap matriks persegi A dapat didekomposisi secara unik sebagai jumlah dari dua
matriks: S dan V, di mana S adalah matriks symmetric dan V adalah matriks skew-
symmetric.
A = S + V; di mana S = ½ (A + AT) dan V = ½ (A – AT)












201
736
524






























 













2272
2734
244
275
032
164
201
736
524
2
1
































 













0273
2702
320
275
032
164
201
736
524
2
1
Perhatikan bahwa A = S + V;
S adalah matriks symmetric
dan V adalah matriks skew-
symmetric.
1-37
Definisi
Trace suatu matriks persegi A adalah jumlah dari diagonal utamanya.
Contoh: Trace dari matriks A = adalah –1 + 4 + (–6) = –3.
Teorema 1.14
Jika A dan B adalah matriks persegi; c adalah skalar, maka:
1) tr(A + B) = tr(A) + tr(B)
2) tr(cA) = c ·tr(A)
3) tr(A) = tr(AT)
   

n
i
nnii aaaa
1
2211Atr 












6126
2411
301
1-38
Definisi
Jika A adalah matriks berukuran m × n dan B adalah matriks berukur-
an n × p, maka hasil perkalian keduanya, C = AB, adalah matriks
berukuran m × p, di mana entri (i, j) adalah dot product dari baris
ke-i matriks A dan kolom ke-j matriks B; yaitu:
di mana




















mnmm
inii
n
n
aaa
aaa
aaa
aaa






21
21
22221
11211















npnjnn
pj
pj
bbbb
bbbb
bbbb




21
222221
111211




















mpmjmm
ipijii
pj
pj
cccc
cccc
cccc
cccc






21
21
222221
111211
.
1
2211 

n
k
kjiknjinjijiij babababac 
1-39
Contoh 1.15
Cari matriks C = AB, di mana: A = dan B = .
C =
C =








063
415













4352
0167
2849
                        
                       







400623301683506643207693
440125341185546145247195








6182415
6273430
Perhatikan bahwa matriks A dan B dapat dikalikan (C = AB) jika
dan hanya jika jumlah kolom matriks A sama dengan jumlah
baris matriks B.
Ukuran matriks C yang merupakan hasil perkalian matriks A dan
B adalah: jumlah baris sama dengan jumlah baris matriks A
dan jumlah kolom sama dengan jumlah kolom matriks B.
A · B = C
(m × n) (n × p) (m × p)
==
=
1-40
Contoh 1.16
Apabila D = ; E = ; F = ; G = ; H =
Carilah perkalian dari dua matriks yang mungkin!
DE = ; DH = ; GF =
EE = ; EH = ; HE = ; HH =
FG = ; FD =












34
50
12
 124




 
20
61











5
1
7






31
05












304
100
142












917
155
39













51020
124
71428





 
40
181








62
181








121
305






92
025
 25  312
1-41
Dari Contoh 1.16 dapat diambil kesimpulan bahwa “urutan” matriks dalam suatu
perkalian matriks sangatlah penting. Selain itu:
• Kedua perkalian matriks dapat didefinisikan: EH dan HE; GF dan FG.
• Satu perkalian matriks dapat didefinisikan, yang lain tidak: DE dapat, ED tidak.
• Kedua perkalian matriks dapat didefinisikan namun dengan ukuran matriks yang
tidak sama: FG matriks 1 × 1, GF matriks 3 × 3.
• Kedua perkalian matriks dapat didefinisikan dengan ukuran matriks sama, namun
entrinya berbeda: EH dan HE.
Apabila AB = BA, dikatakan bahwa “A dan B commute” atau “A commutes with B”.
Namun hukum komutatif tidak berlaku pada perkalian matriks.
Matriks identitas I dikatakan matriks identitas perkalian karena:
• Apabila A matriks berukuran m × n, maka: AIn = ImA = A.
• Apabila A matriks berukuran n × n, maka: AIn = InA = A  A dan In commute.
1-42
Contoh 1.17
Empat DVD: W, X, Y, dan Z yang dijual oleh suatu perusahaan dikirimkan dari tiga gudang
yang berbeda. Pembeli akan dikenai biaya kirim sesuai dengan jenis DVD-nya. Jumlah
DVD yang terjual ditunjukkan oleh matriks A sedangkan biaya kirim dan keuntungan
ditunjukkan oleh matriks B (dalam puluh ribu rupiah). Hitung total biaya kirim dan
keuntungan yang didapatkan!
A = ; B =
Total biaya kirim dan keuntungan ditunjukkan oleh matriks AB:
AB =










220340200170
240320180210
190240160130
3Gudang
2Gudang
1Gudang
Z
Y
X
W
3Gudang
2Gudang
1Gudang
W X Y Z
Biaya Profit






2
3
4
3






2
4
2
3
Total Biaya Total Profit





2770
2790
2130





2710
2750
2050
1-43
Untuk membuat kombinasi linear dari baris atau kolom suatu matriks, konsep
perkalian matriks dapat diaplikasikan.
Contoh 1.18
Apabila matriks A =
Buat kombinasi linear dari: 7(baris
pertama matriks A) – 8(baris kedua
matriks A) + 9(baris ketiga matriks A)!
Contoh 1.19
Buat kombinasi linear dari: 10(kolom
pertama matriks A) – 11(kolom kedua
matriks A) + 12(kolom ketiga matriks
A) – 13(kolom keempat matriks A)!
 
 5779147
6352
3141
5623
987





















































189
27
59
13
12
11
10
6352
3141
5623













6352
3141
5623
1-44
Perhatikan:
• Jika AB = AC (di mana A ≠ O), maka belum tentu B = C; atau
• Jika AE = CE (di mana A ≠ O), maka belum tentu A = C.
• Jika AD = O, maka belum tentu benar bila A = O atau D = O.
Buktikan pernyataan di atas dengan:
A = ; B = ; C = ; D =
Teorema 1.15
Jika A, B, dan C adalah matriks yang dapat didefinisikan jumlah dan perkaliannya;
c adalah skalar, maka:
1) A(BC) = (AB)C Hukum asosiatif perkalian
2) A(B + C) = AB + AC Hukum distributif perkalian matriks untuk penjumlahan
3) (A + B)C = AC + BC Hukum distributif perkalian matriks untuk penjumlahan
4) c(AB) = (cA)B = A(cB) Hukum asosiatif perkalian skalar dan matriks






36
12






25
01






 03
13








42
21
1-45
Teorema 1.16
Jika A adalah matriks persegi; s dan t bilangan bulat positif, maka:
1) As+t = (As) (At)
2) (As)t = Ast = (At)s
Contoh: Apabila A = , maka: A2 = (A)(A) = =
A3 = (A2)A = =
Definisi
Jika A adalah matriks persegi berukuran n × n, maka bentuk pangkat
(eksponen) positif dari A diberikan oleh:
A0 = In ; A1 = A ; dan untuk k ≥ 2: Ak = (Ak–1)(A).






 34
12






 34
12






 34
12






 520
50






 520
50






 34
12








560
1520
1-46
Contoh 1.20
Verifikasi Teorema 1.17 untuk matriks A = dan matriks B =
AB = ; (AB)T = ; BT = ; AT =
BTAT = = (AB)T  terbukti
Perhatikan bahwa (AB)T ≠ ATBT, karena ATBT =
Teorema 1.17
Jika A adalah matriks berukuran m × n dan B adalah matriks berukuran n × p, maka:
(AB)T = BTAT





 
31
42






 51
23





 
170
1610






 1716
010





 
52
13






 34
12






 196
38






 1716
010
1-47
Instructor:
M. Mujiya Ulkhaq
Department of Industrial Engineering
Aljabar Linear
Linear Algebra
Thank You for your Attention

More Related Content

What's hot

Geometri Analitik Ruang
Geometri Analitik RuangGeometri Analitik Ruang
Geometri Analitik RuangFebri Arianti
 
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04KuliahKita
 
Mrv 4.1 fitriana &amp; fatmala yunita ruang n- euclidis
Mrv 4.1   fitriana &amp; fatmala yunita  ruang n- euclidisMrv 4.1   fitriana &amp; fatmala yunita  ruang n- euclidis
Mrv 4.1 fitriana &amp; fatmala yunita ruang n- euclidisNunink Apriani
 
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi RekursiRelasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi RekursiOnggo Wiryawan
 
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar LinearVektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linearahmad haidaroh
 
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1DSolusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1DHeni Widayani
 
Rangkuman Rumus Parabola, Elips, Hiperbola
Rangkuman Rumus Parabola, Elips, HiperbolaRangkuman Rumus Parabola, Elips, Hiperbola
Rangkuman Rumus Parabola, Elips, HiperbolaSafira APM
 
Power Point Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
Power Point Sistem Persamaan Linear Tiga VariabelPower Point Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
Power Point Sistem Persamaan Linear Tiga Variabelrestu sri rahayu
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupKabhi Na Kehna
 
Integral Fungsi Trigonometri
Integral Fungsi TrigonometriIntegral Fungsi Trigonometri
Integral Fungsi TrigonometriAna Sugiyarti
 
Sistem Persamaan Linear
 Sistem Persamaan Linear Sistem Persamaan Linear
Sistem Persamaan LinearRizky Wulansari
 
Integral Tak Wajar ( Kalkulus 2 )
Integral Tak Wajar ( Kalkulus 2 )Integral Tak Wajar ( Kalkulus 2 )
Integral Tak Wajar ( Kalkulus 2 )Kelinci Coklat
 
Subgrup normal dan grup faktor
Subgrup normal dan grup faktorSubgrup normal dan grup faktor
Subgrup normal dan grup faktorSholiha Nurwulan
 
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARNailul Hasibuan
 
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )Kelinci Coklat
 

What's hot (20)

Geometri Analitik Ruang
Geometri Analitik RuangGeometri Analitik Ruang
Geometri Analitik Ruang
 
Transformasi elementer
Transformasi elementerTransformasi elementer
Transformasi elementer
 
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04
 
Mrv 4.1 fitriana &amp; fatmala yunita ruang n- euclidis
Mrv 4.1   fitriana &amp; fatmala yunita  ruang n- euclidisMrv 4.1   fitriana &amp; fatmala yunita  ruang n- euclidis
Mrv 4.1 fitriana &amp; fatmala yunita ruang n- euclidis
 
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi RekursiRelasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
 
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar LinearVektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
 
Polar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar CurvesPolar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar Curves
 
Matriks elementer
Matriks elementerMatriks elementer
Matriks elementer
 
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1DSolusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
 
Rangkuman Rumus Parabola, Elips, Hiperbola
Rangkuman Rumus Parabola, Elips, HiperbolaRangkuman Rumus Parabola, Elips, Hiperbola
Rangkuman Rumus Parabola, Elips, Hiperbola
 
Power Point Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
Power Point Sistem Persamaan Linear Tiga VariabelPower Point Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
Power Point Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrup
 
Integral Fungsi Trigonometri
Integral Fungsi TrigonometriIntegral Fungsi Trigonometri
Integral Fungsi Trigonometri
 
Sistem Persamaan Linear
 Sistem Persamaan Linear Sistem Persamaan Linear
Sistem Persamaan Linear
 
Integral Tak Wajar ( Kalkulus 2 )
Integral Tak Wajar ( Kalkulus 2 )Integral Tak Wajar ( Kalkulus 2 )
Integral Tak Wajar ( Kalkulus 2 )
 
Subgrup normal dan grup faktor
Subgrup normal dan grup faktorSubgrup normal dan grup faktor
Subgrup normal dan grup faktor
 
Bab ii ring
Bab ii ringBab ii ring
Bab ii ring
 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
 
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
 
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
 

Similar to VEKTOR DAN MATRIKS

Similar to VEKTOR DAN MATRIKS (20)

Fungsi Vektor dan Operasinya
Fungsi Vektor dan OperasinyaFungsi Vektor dan Operasinya
Fungsi Vektor dan Operasinya
 
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PADA LINGKARAN (mar'atus syakdia)
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PADA LINGKARAN (mar'atus syakdia)PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PADA LINGKARAN (mar'atus syakdia)
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PADA LINGKARAN (mar'atus syakdia)
 
1. vektor dan skalar
1. vektor dan skalar1. vektor dan skalar
1. vektor dan skalar
 
diferensial vektor
diferensial vektordiferensial vektor
diferensial vektor
 
Notasi
NotasiNotasi
Notasi
 
tugas_vektor_pptx.pptx
tugas_vektor_pptx.pptxtugas_vektor_pptx.pptx
tugas_vektor_pptx.pptx
 
Bab 6
Bab 6Bab 6
Bab 6
 
Translasi dan Rotasi
Translasi dan RotasiTranslasi dan Rotasi
Translasi dan Rotasi
 
matematika geodesi-transformasi linier
matematika geodesi-transformasi liniermatematika geodesi-transformasi linier
matematika geodesi-transformasi linier
 
1. barisan-dan-deret.ppt
1. barisan-dan-deret.ppt1. barisan-dan-deret.ppt
1. barisan-dan-deret.ppt
 
fungsi trigonometri
fungsi trigonometrifungsi trigonometri
fungsi trigonometri
 
Parametric Equations
Parametric EquationsParametric Equations
Parametric Equations
 
Modul VEKTOR
Modul VEKTORModul VEKTOR
Modul VEKTOR
 
Vektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar LinierVektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar Linier
 
Kinematika partikel
Kinematika partikelKinematika partikel
Kinematika partikel
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
 
Makalah fisika terapan
Makalah fisika terapanMakalah fisika terapan
Makalah fisika terapan
 
Materi 1 Besaran, satuan dan vektor.pptx
Materi 1 Besaran, satuan dan vektor.pptxMateri 1 Besaran, satuan dan vektor.pptx
Materi 1 Besaran, satuan dan vektor.pptx
 

More from Diponegoro University

Linear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces
Linear Algebra - Finite Dimensional Vector SpacesLinear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces
Linear Algebra - Finite Dimensional Vector SpacesDiponegoro University
 
Linear Algebra - Determinants and Eigenvalues
Linear Algebra - Determinants and EigenvaluesLinear Algebra - Determinants and Eigenvalues
Linear Algebra - Determinants and EigenvaluesDiponegoro University
 

More from Diponegoro University (20)

Shewhart Charts for Variables
Shewhart Charts for VariablesShewhart Charts for Variables
Shewhart Charts for Variables
 
A Brief Concept of Quality
A Brief Concept of QualityA Brief Concept of Quality
A Brief Concept of Quality
 
Methods and Philosophy of SPC
Methods and Philosophy of SPCMethods and Philosophy of SPC
Methods and Philosophy of SPC
 
Linear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces
Linear Algebra - Finite Dimensional Vector SpacesLinear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces
Linear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces
 
Linear Algebra - Determinants and Eigenvalues
Linear Algebra - Determinants and EigenvaluesLinear Algebra - Determinants and Eigenvalues
Linear Algebra - Determinants and Eigenvalues
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 6
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 6EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 6
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 6
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 7
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 7EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 7
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 7
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 9
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 9EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 9
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 9
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 2
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 2EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 2
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 2
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 1
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 1EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 1
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 1
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 5
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 5EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 5
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 5
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 3
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 3EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 3
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 3
 
Apple
AppleApple
Apple
 
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 8
EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 8EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 8
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 8
 
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 9
EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 9EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 9
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 9
 
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 7
EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 7EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 7
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 7
 
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 6
EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 6EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 6
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 6
 

Recently uploaded

Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 

Recently uploaded (20)

Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 

VEKTOR DAN MATRIKS

  • 1. Instructor: M. Mujiya Ulkhaq Department of Industrial Engineering Aljabar Linear Linear Algebra Vectors and Matrices
  • 2. • Fundamental operations with vectors; • Linear combination of vectors; • Dot product; • Fundamental operations with matrices; • Matrix multiplication. 1-2
  • 3. Definisi Vektor A real n-vector is an ordered sequence of n real numbers (sometimes referred to as an ordered n-tuple of real numbers). The set of all n-vectors is denoted Rn. Contoh: R2 adalah himpunan dari 2-vectors (ordered 2-tuples = ordered pairs) dari bilangan real; misalnya [2, 3]T dan [1.444, –6.67]T. R3 adalah himpunan dari 3-vectors (ordered 3-tuples = ordered triples) dari bilangan real; misalnya [1, 2, 11]T dan [0, 68, –3]T. † Cara menuliskan vektor: • Tulisan tangan: huruf latin kecil dengan anak panah di atasnya • Cetak/komputer: huruf latin kecil yang dicetak tebal v ‡ Secara konvensional, vektor ditulis sebagai vektor kolom, sehingga vektor dengan anggota/entri/komponen 2 dan 3 ditulis dengan atau       3 2 v v simbol transpose   .T 32v  1-3
  • 4. Vektor yang semua entri (anggota)-nya bernilai 0 (nol) disebut vektor nol. Contoh: Dalam R2 vektor nol-nya adalah: [0, 0]T dan [0, 0, 0]T dalam R3. Dua buah vektor dalam Rn dikatakan sama jika dan hanya jika semua entri yang bersesuaian nilainya sama; sehingga: [x1, x2, …, xn]T = [y1, y2, …, yn]T jika dan hanya jika x1 = y1, x2 = y2, …, xn = yn. Contoh 1.1 Cari a, b, dan c apabila [a, 3b, –2c]T = [3, 6, 10]T! Karena kedua vektor sama, maka: a = 3; 3b = 6  b = 2; –2c = 10  c = –5. Bilangan tunggal (seperti 2 atau –4 atau 7) sering disebut skalar untuk membedakan dengan vektor. 1-4
  • 5. Suatu vektor dalam R2 sering direpresentasikan sebagai pergerakan dari satu titik ke titik lainnya dalam sistem koordinat dua dimensi. Contoh: Dari titik awal (3, 2) ke titik akhir (1, 5), terjadi pengurangan dua unit pada sumbu-x dan penambahan tiga unit pada sumbu-y; sehingga vektor yang me- representasikan pergerakan ini adalah [–2, 3]T. Perhatikan! Komponen dari suatu vektor ditulis dalam kurung siku []; sedangkan posisi/koordinat dari suatu titik ditulis dalam tanda kurung (). Nama titik dalam suatu sistem koordinat ditulis dengan huruf kapital yang dicetak miring, misalnya A(3, 2). Gambar 1.1. Pergerakan yang direpresentasikan oleh vektor [–2, 3]T 1-5
  • 6. Suatu vektor dalam R3 sering direpresentasikan sebagai pergerakan dari satu titik ke titik lainnya dalam sistem koordinat tiga dimensi. Contoh: Dari titik awal (2, 3, –1) ke titik akhir (4, 1, 5), terjadi penambahan dua unit pada sumbu-x, pengurangan dua unit pada sumbu-y, dan penambahan enam unit pada sumbu-z; sehingga vektor yang merepresentasikan ini adalah [2, –2, 6]T. Memvisualisasikan vektor dalam R4 (atau yang lebih tinggi) adalah tidak mungkin karena titik terletak pada sistem koordinat empat dimensi (atau yang lebih tinggi). Namun hal ini bisa dilakukan, sehingga [2, 7, –3, 10]T merepresentasikan pergerakan dari titik (5, –6, 2, –1) ke (7, 1, –1, 9) dalam sistem koordinat empat dimensi. Gambar 1.2. Pergerakan yang direpresentasikan oleh vektor [2, –2, 6]T T bisa dibayangkan; tidak bisa digambarkan 1-6
  • 7. Definisi Panjang (atau juga disebut sebagai norm atau besar) dari suatu vektor a = [a1, a2, …, an]T dalam Rn adalah ‖a‖ = . 22 2 2 1 naaa   Contoh 1.2 Cari panjang dari vektor a = [4, –3, 0, 2]T! ‖a‖ = Setiap vektor yang mempunyai panjang 1 (satu) disebut unit vector. Contoh: [3/5, –4/5]T adalah unit vector dalam R2. Standard unit vector adalah unit vector yang satu komponennya bernilai 1 (satu) dan lainnya bernilai 0. Contoh: Dalam R3 terdapat tiga standar unit vectors, yaitu: i = [1, 0, 0]T, j = [0, 1, 0]T, dan k = [0, 0, 1]T.   .29409162034 2222  1-7
  • 8. Proses “membagi” vektor dengan panjangnya untuk mendapatkan unit vector disebut proses normalisasi vektor. Contoh 1.3 Cari unit vector dari vektor x = [2, 3, –1, 1]T!       TTT              15 1 , 15 1 , 15 3 , 15 2 15 1,1,3,2 1132 1,1,3,2 x x u 2222 Teorema 1.1 Jika x adalah vektor taknol dalam Rn, maka adalah unit vector. x x u  1-8
  • 9. Teorema 1.2 Jika x Rn dan c adalah skalar (bilangan real), maka ‖cx‖ = |c| ‖x‖; atau dengan kata lain: Panjang vektor cx adalah nilai absolut dari c dikalikan dengan panjang vektor x. Contoh: Jika x = [4, –5]T, maka 2x = [8, –10]T; 3x = [12, –15]T ; dan 0.5x = [2, –5/2]T. Dalam Rn, perkalian vektor dengan skalar c akan memperpanjang vektor tersebut apabila |c| > 0 dan akan memperpendek vektor apabila |c| < 0. Definisi Jika x = [x1, x2, …, xn]T adalah vektor dalam Rn, dan c adalah skalar (bilangan real), maka cx (perkalian skalar antara vektor x dengan c), adalah suatu vektor [cx1, cx2, …, cxn]T. Gambar 1.3. Perkalian skalar dengan vektor [4, –5]T  1-9
  • 10. Contoh: • Vektor [1, –3, 2]T dan [3, –9, 6]T adalah paralel/sejajar dalam arah yang sama (same direction) karena [3, –9, 6]T = 3[1, –3, 2]T atau [1, –3, 2]T = ⅓ [3, –9, 6]T. • Vektor [–2, 4, 0, 10]T dan [4, –8, 0, –20]T adalah paralel/sejajar dalam arah yang berlawanan karena [4, –8, 0, –20]T = –2[–2, 4, 0, 10]T. Definisi Dua vektor taknol x dan y dalam Rn berada dalam arah yang sama jika dan hanya jika terdapat suatu bilangan real positif sehingga y = cx. Dua vektor taknol x dan y dalam Rn berada dalam arah yang berlawanan jika dan hanya jika terdapat suatu bilangan real negatif sehingga y = –cx. Dua vektor taknol dikatakan paralel/sejajar jika dan hanya jika keduanya berada dalam arah yang sama atau dalam arah yang berlawanan. 1-10
  • 11. Definisi Jika x = [x1, x2, …, xn]T dan y = [y1, y2, …, yn]T adalah vektor dalam Rn, maka x + y atau penjumlahan vektor x dan y adalah [x1 + y1, x2 + y2, …, xn + yn]T dalam Rn. Gambar 1.4. Contoh penjumlahan vektor dalam R2 Gambar 1.5. Contoh pengurangan vektor dalam R2 Apabila –y dianggap sebagai perkalian skalar –1y, maka pengurangan vektor y terhadap vektor x dapat didefinisikan sebagai penjumlahan dua buah vektor tersebut sebagai berikut: x – y = x + (–y). Perhatikan! Dua buah vektor tidak dapat ditambahkan (atau dikurangkan) kecuali keduanya mempunyai jumlah komponen atau anggota yang sama! 1-11
  • 12. Teorema 1.4 Jika x = [x1, x2, …, xn]T adalah vektor dalam Rn dan c adalah skalar (bilangan real); sehingga apabila cx = 0, maka x = 0 atau c = 0. Teorema 1.3 Jika x = [x1, x2, …, xn]T, y = [y1, y2, …, yn]T, dan z = [z1, z2, …, zn]T adalah vektor dalam Rn; c dan d adalah skalar (bilangan real), 0 adalah vektor 0 dalam Rn; maka: 1) x + y = y + x Hukum komutatif penjumlahan 2) x + (y + z) = (x + y) + z Hukum asosiatif penjumlahan 3) 0 + x = x + 0 = x Vektor 0 sebagai elemen identitas dari penjumlahan 4) x + (–x) = (–x) + x = 0 Vektor (–x) elemen invers dari penjumlahan 5) c(x + y) = cx + cy Hukum distributif perkalian skalar untuk penjumlahan 6) (c + d)x = cx + dx Hukum distributif perkalian skalar untuk penjumlahan 7) (cd)x = c(dx) Asosiativitas perkalian skalar 8) 1x = x 1 merupakan elemen identitas untuk perkalian skalar 1-12
  • 13. Contoh 1.4 Seorang laki-laki berenang di sungai dengan kecepatan 5 km/jam ke arah timur. Jika arus air sungai mempunyai kecepatan 3 km/jam ke arah barat laut, berapa resultan (total) kecepatan-nya (arah dan besar)? v1 = 5 ke arah timur v1 = [5, 0]T v2 = 3 ke arah barat laut v2 = [3 cos 135°, 3 sin 135°]T v2 = [–(3√2)/2, (3√2)/2]T R = v1 + v2 = [5 – ((3√2)/2), (3√2)/2]T R ≈ [2.88, 2.12]T ‖R‖ ≈ 3.58 km/jam TT T 1-13
  • 14. Contoh 1.5 Suatu benda dengan massa 5 kg ditarik oleh dua buah gaya: F1 = 10 N pada arah [–2, 1, 2]T dan F2 = 20 N pada arah [6, 3, –2]T . Berapa percepatan yang dialami oleh benda tersebut? Pertama kita harus me-normalisasi kedua vektor arah tersebut agar tidak mem- pengaruhi besarnya vektor gaya: F1 = F2 = F = F1 + F2 = a = F/m = ‖a‖ = 3.18 m/s2        T T T 21,2, 3 10 21,2, 21,2,10           T T T 2,3,6 7 20 2,3,6 2,3,620    T       21 20 , 21 250 , 21 220 TT                      21 4 , 21 50 , 21 44 21 20 , 21 250 , 21 220 5 1 1-14
  • 15. Setiap vektor dalam Rn dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari standard unit vectors: e1 = [1, 0, 0, …, 0]T, e2 = [0, 1, 0, …, 0]T, …, en = [0, 0, 0, …, 1]T. Contoh: vektor [3, –2, 5]T dalam R3 dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari i, j, dan k: 3[1, 0, 0]T –2[0, 1, 0]T + 5[0, 0, 1]T = 3i – 2j + 5k. Untuk satu buah vektor u, maka satu-satunya kombinasi linearnya adalah cu. Untuk dua buah vektor u dan v, maka kombinasi linearnya adalah cu + dv. Untuk tiga buah vektor u, v, dan w, maka kombinasi linearnya adalah cu + dv + ew. Definisi Jika v1, v2, …, vk adalah vektor dalam Rn, maka v adalah kombinasi linear dari v1, v2, …, vk jika dan hanya jika terdapat bilangan skalar c1, c2, …, ck yang memungkinkan v = c1v1 + c2v2 + … + ckvk. 1-15
  • 16. Apabila c, d, dan e adalah skalar (bilangan real), dan u, v, dan w adalah vektor taknol, maka: • Kombinasi linear dari semua kemungkinan kombinasi yang mungkin dari cu adalah memenuhi garis. • Kombinasi linear dari semua kemungkinan kombinasi yang mungkin dari cu + dv adalah memenuhi bidang. • Kombinasi linear dari semua kemungkinan kombinasi yang mungkin dari cu + dv + ew adalah memenuhi ruang tiga dimensi. Gambar 1.6. Kombinasi linear dari vektor u Gambar 1.5. Kombinasi linear dari vektor u dan v dalam R2 1-16
  • 17. Definisi Jika x = [x1, x2, …, xn]T dan y = [y1, y2, …, yn]T adalah vektor dalam Rn, maka hasil kali titik (dot/inner product) dari x dan y adalah: x ·y = x1y1 + x2y2 + … + xnyn =   n k kk yx 1 . Contoh 1.6 Temukan hasil dot product dari kedua vektor berikut ini: [2, –4, 3]T dan [1, 5, –2]T. Hasil dot product = (2)(1) + (–4)(5) + (3)(–2) = –24. Perhatikan! • Hasil dari dot product adalah skalar • Dot product hanya berlaku untuk dua vektor yang mempunyai jumlah komponen atau anggota yang sama! 1-17
  • 18. Teorema 1.5 Jika x = [x1, x2, …, xn]T, y = [y1, y2, …, yn]T, dan z = [z1, z2, …, zn]T adalah vektor dalam Rn, c adalah skalar (bilangan real); maka: 1) x ·y = y ·x Hukum komutatif dot product 2) x ·x = ‖x‖2 ≥ 0 Hubungan antara dot product dengan panjang vektor 3) x ·x = 0 jika dan hanya jika x = 0 4) c(x ·y) = (cx) ·y = x ·(cy) Hubungan antara perkalian skalar dengan dot product 5) x ·(y + z) = (x ·y) + (x ·z) Hukum distributif dot product untuk penjumlahan 6) (x + y) ·z = (x ·z) + (y ·z) Hukum distributif dot product untuk penjumlahan Teorema 1.6 (Pertidaksamaan Segitiga/Pertidaksamaan Minkowski) Jika x = [x1, x2, …, xn]T dan y = [y1, y2, …, yn]T adalah vektor dalam Rn; maka: ‖x + y‖ ≤ ‖x‖ + ‖y‖. 1-18
  • 19. Teorema 1.7 (Pertidaksamaan Cauchy-Schwarz) Jika x = [x1, x2, …, xn]T dan y = [y1, y2, …, yn]T adalah vektor dalam Rn; maka: |x ·y| ≤ (‖x‖)(‖y‖). Contoh 1.7 Verifikasi pertidaksamaan Cauchy-Schwarz untuk vektor x = [–1, 4, 2, 0, –3]T dan y = [2, 1, –4, –1, 0]T. x ·y = (–1)(2) + (4)(1) + (2)(–4) + (0)(–1) + (–3)(0) = –6 ‖x‖ = ‖y‖ = |x ·y| ≤ (‖x‖)(‖y‖)  |–6| ≤  6 ≤ (≈ 25.7)  terbukti     3030241 22222      2201412 22222    2230 1652 1-19
  • 20. Contoh 1.8 Hitung sudut di antara dua vektor berikut ini: x = [6, –4]T dan y = [–2, 3]T. θ ≈ cos–1(–0.9231) ≈ 157.39° atau 2.75 radian. Definisi Jika x dan y adalah vektor taknol dalam Rn (untuk n ≥ 2), maka sudut di antara dua vektor tersebut adalah sudut unik yang besarnya di antara 0 dan π radian; cosinus-nya adalah: (x ·y) / ((‖x‖)(‖y‖)).                 9231.0 13 12 1352 24 3246 3426 yx yx cos 2222                     1-20
  • 21. Teorema 1.8 Jika x = [x1, x2, …, xn]T dan y = [y1, y2, …, yn]T adalah vektor dalam Rn, θ adalah sudut di antara x dan y; maka: 1) x ·y > 0 jika dan hanya jika 0 ≤ θ < π/2 radian (0° atau sudut lancip) 2) x ·y = 0 jika dan hanya jika θ = π/2 radian (sudut siku-siku 90°) Kedua vektor tegak lurus (perpendicular/orthogonal) 3) x ·y < 0 jika dan hanya jika x = π/2 < θ < π radian (180° atau sudut tumpul) Contoh 1.9 Verifikasi Teorema 1.8 untuk dua vektor berikut ini: x = [2, –5]T dan y = [–10, –4]T . x ·y = (2)(–10) + (–5)(–4) = 0. Dikarenakan x · y = 0, maka sudut di antara x dan y adalah sudut siku-siku (kedua vektor saling tegak lurus)  terbukti 1-21
  • 22. Teorema 1.9 Jika x dan y adalah vektor taknol dalam Rn; maka x dan y akan paralel/sejajar jika dan hanya jika x ·y = ± ‖x‖ ‖y‖; yakni nilai cos θ = ±1, di mana θ adalah sudut di antara x dan y Contoh 1.10 Buktikan bahwa dua vektor x = [8, –20, 4]T dan y = [6, –15, 3]T adalah paralel! x ·y = (8)(6) + (–20)(–15) + (4)(3) = 360 ‖x‖ = ‖y‖ = ‖x‖ ‖y‖ = Karena x ·y = ‖x‖ ‖y‖, maka kedua vektor paralel  terbukti Perhatikan bahwa kedua vektor juga paralel sesuai dengan definisi karena: [8, –20, 4]T = 4/3 [6, –15, 3]T   4804208 222    2703156 222  360129600270480  1-22
  • 23. Contoh 1.11 Cari proyeksi vektor b = [3, 1, –7]T pada vektor a = [4, 0, –3]T! p = projab = Definisi Jika a dan b adalah vektor dalam Rn (a ≠ 0), maka proyeksi vektor b pada vektor a adalah: p = projab =   a a ba a a cosb 2                          T TT                                            25 99 0,, 25 132 30,,4 25 33 30,,4 304 731034 a a ba 222 2 1-23
  • 24. Teorema 1.10 Jika a adalah vektor taknol dalam Rn dan b adalah vektor dalam Rn; maka b dapat didekomposisi sebagai jumlah dari dua komponen vektor: projab dan b – projab; di mana yang pertama (apabila taknol) adalah paralel terhadap a dan yang kedua adalah tegak lurus terhadap a. Contoh 1.12 Dengan menggunakan vektor pada Contoh 1.11, buktikan bahwa b – p adalah tegak lurus ter- hadap a! b – p = [3, 1, –7]T – [132/25, 0, –99/25]T = [–57/25, 1, –76/25]T (b – p) ·a = Karena hasil dot product (b – p) ·a = 0, maka kedua vektor tegak lurus  terbukti        0 25 228 25 228 3 25 76 014 25 57              1-24
  • 25. Contoh 1.13 Suatu benda ditarik oleh sebuah gaya sebesar 8 N dengan arah [1, –2, 1]T. Benda tersebut ternyata bergerak sepanjang 5 m ke arah [2, –1, 0] T. Hitung usaha yang dilakukan! Pertama kita harus me-normalisasi kedua vektor arah tersebut agar tidak mem- pengaruhi besarnya vektor gaya dan jarak. F = d = Usaha yang dilakukan adalah: W= F ·d =        T T T 12,,1 6 8 12,,1 12,,18           T T T 0,1,2 5 5 0,1,2 0,1,25                      J2.29 30 440 011221 30 40 0,1,2 5 5 12,,1 6 8              TT 1-25
  • 26. Contoh: Matriks 2 × 3 Definisi Matriks An m × n matrix is a rectangular array of real numbers, arranged in m rows and n columns. Element/anggota dari suatu matriks disebut entri; m × n disebut ukuran dari suatu matriks.          504 132 A              35 71 24 B Matriks 3 × 2  42C  Matriks 1 × 2  5D  Matriks 1 × 1 † Cara menuliskan matriks: Huruf latin kapital yang dicetak tebal A, B (bisa juga ditambah dengan subscript: A1, A2). ‡ Ukuran dari matriks dinyatakan dengan menyebutkan jumlah baris terlebih dahulu, kemudian jumlah kolomnya. 1-26
  • 27. • Suatu matriks berukuran m × n dapat dianggap sebagai: – kumpulan m vektor baris yang masing-masing mempunyai n komponen; – kumpulan n vektor kolom yang masing-masing mempunyai m komponen. • aij merepresentasikan entri suatu matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j. Entri a11 = 2 a22 = 0 Entri a21 = 4 a23 = –5 • Diagonal utama suatu matriks A adalah a11, a22, a33, …, yang terletak pada suatu garis diagonal menurun dari kiri atas ke kanan bawah. • Mmn merupakan himpunan matriks dengan entri bilangan real yang mempunyai baris m dan kolom n. • Dua buah matriks A dan B dikatakan sama jika dan hanya jika semua entri yang bersesuaian nilainya sama; sehingga: A = B jika aij = bij untuk semua i (1 ≤ i ≤ m) dan untuk semua j (1 ≤ j ≤ n).        232221 131211 A aaa aaa          504 132 A 1-27
  • 28. Contoh penggunaan matriks dalam menampilkan data: GDP : Gross Domestic Product CPI : Corruption Perception Index HDI : Human Development Index 1-28
  • 29. • Matriks persegi (square matrix) adalah matriks yang berukuran n × n (mempunyai jumlah baris dan kolom sama). • Matriks diagonal adalah matriks persegi yang semua entri kecuali diagonal utama bernilai 0 (nol). • Matriks identitas adalah matriks diagonal yang semua diagonal utamanya bernilai 1 (satu). Sebuah n × n matriks identitas dinyatakan sebagai In.         12 42 B               013 212 193 V        10 02 C            800 010 003 F Dn merupakan himpunan matriks diagonal yang mempunyai baris dan kolom n.        10 01 I2            100 010 001 I3 1-29
  • 30. • Matriks segitiga atas (upper triangular) adalah matriks persegi yang semua entri di bawah diagonal utamanya bernilai 0 (nol). • Matriks segitiga bawah adalah (lower triangular) adalah matriks persegi yang semua entri di atas diagonal utamanya bernilai 0 (nol). • Matriks nol adalah matriks yang semua entrinya bernilai 0 (nol). Sebuah m × n matriks nol dinyatakan sebagai Omn; sedangkan On menyatakan matriks nol dengan ukuran n × n.        10 52 P            600 110 883 Q        15 01 R            831 018 003 S Ln merupakan himpunan matriks segitiga bawah yang mempunyai baris dan kolom n.        00 00 O2        000 000 O23 Un merupakan himpunan matriks segitiga atas yang mempunyai baris dan kolom n. 1-30
  • 31. Definisi Jika A dan B adalah matriks berukuran m × n, maka penjumlahan matriks A dan B atau A + B adalah matriks berukuran m × n di mana entrinya sama dengan aij + bij. Contoh: Apabila A = dan B = , maka A + B = Perhatikan! Dua buah matriks tidak dapat ditambahkan kecuali keduanya berukuran sama, sehingga: A = dan B = tidak dapat dijumlahkan.            600 110 883             122 119 082             722 229 8165         541 032             14 52 76 1-31
  • 32. Definisi Jika A adalah matriks berukuran m × n dan c adalah bilangan skalar, maka matriks cA adalah perkalian skalar matriks di mana entrinya sama dengan caij. Contoh: Apabila A = dan c = 2, maka 2A = Apabila –A dianggap sebagai perkalian skalar –1y, maka pengurangan matriks B terhadap matriks A dapat didefinisikan sebagai penjumlahan dua buah matriks tersebut sebagai berikut: A – B = A + (–B). Contoh: Apabila D = dan E = , maka D – E =            600 110 883            1200 220 16166        246 121        101 210        147 311 1-32
  • 33. Seperti halnya pada kombinasi linear dari vektor, jumlah dari perkalian skalar matriks disebut sebagai kombinasi linear dari matriks. Contoh: Apabila P = , Q = , dan R = maka 2P + Q – 3R adalah kombinasi linear dari ketiga matriks di atas, yaitu:               00192 01220 01215 21242                10012 12321 22161 01100              10031 00121 11210 12000                                                              202103 14402 511511 15584 30093 00363 33630 36000 10012 12321 22161 01100 002184 02440 024210 42484 1-33
  • 34. Teorema 1.11 Jika A, B, dan C adalah matriks berukuran m × n; c dan d adalah skalar, maka: 1) A + B = B + A Hukum komutatif penjumlahan 2) A + (B + C) = (A + B) + C Hukum asosiatif penjumlahan 3) Omn + A = A + Omn = A Matriks Omn sebagai elemen identitas penjumlahan 4) A + (–A) = (–A) + A = Omn Matriks (–A) sebagai elemen invers dari penjumlahan 5) c(A + B) = cA + cB Hukum distributif perkalian skalar untuk penjumlahan 6) (c + d)A = cA + dA Hukum distributif perkalian skalar untuk penjumlahan 7) (cd)A = c(dA) Asosiativitas perkalian skalar 8) 1(A) = A 1 merupakan elemen identitas untuk perkalian skalar 1-34
  • 35. Teorema 1.12 Jika A dan B adalah matriks berukuran m × n; c adalah skalar, maka: 1) (AT)T = A 2) (A + B)T = AT + BT 3) (cA)T = c(A)T Contoh: Jika A = dan B = , maka AT = dan BT = Definisi Jika A adalah matriks berukuran m × n, maka transpose dari matriks A AT adalah matriks dengan ukuran n × m, di mana entri (i, j)-nya sama dengan entri (j, i) dari matriks A.            600 110 883             14 52 76            618 018 003         157 426 1-35
  • 36. Contoh: Matriks A = adalah matriks symmetric karena AT = . Matriks B = adalah matriks skew-symmetric karena B = –BT. Definisi Suatu matriks A adalah symmetric jika dan hanya jika A = AT. Suatu matriks A adalah skew-symmetric jika dan hanya jika A = –AT .             304 016 462             304 016 462                 0456 4023 5201 6310 Perhatikan bahwa karena matriks diagonal adalah sama dengan transpose-nya, maka matriks diagonal adalah symmetric. 1-36
  • 37. Contoh 1.14 Dekomposisikan matriks A = ke dalam matriks S dan V! S = ½ (A + AT) = V = ½ (A – AT) = Teorema 1.13 Setiap matriks persegi A dapat didekomposisi secara unik sebagai jumlah dari dua matriks: S dan V, di mana S adalah matriks symmetric dan V adalah matriks skew- symmetric. A = S + V; di mana S = ½ (A + AT) dan V = ½ (A – AT)             201 736 524                                              2272 2734 244 275 032 164 201 736 524 2 1                                                0273 2702 320 275 032 164 201 736 524 2 1 Perhatikan bahwa A = S + V; S adalah matriks symmetric dan V adalah matriks skew- symmetric. 1-37
  • 38. Definisi Trace suatu matriks persegi A adalah jumlah dari diagonal utamanya. Contoh: Trace dari matriks A = adalah –1 + 4 + (–6) = –3. Teorema 1.14 Jika A dan B adalah matriks persegi; c adalah skalar, maka: 1) tr(A + B) = tr(A) + tr(B) 2) tr(cA) = c ·tr(A) 3) tr(A) = tr(AT)      n i nnii aaaa 1 2211Atr              6126 2411 301 1-38
  • 39. Definisi Jika A adalah matriks berukuran m × n dan B adalah matriks berukur- an n × p, maka hasil perkalian keduanya, C = AB, adalah matriks berukuran m × p, di mana entri (i, j) adalah dot product dari baris ke-i matriks A dan kolom ke-j matriks B; yaitu: di mana                     mnmm inii n n aaa aaa aaa aaa       21 21 22221 11211                npnjnn pj pj bbbb bbbb bbbb     21 222221 111211                     mpmjmm ipijii pj pj cccc cccc cccc cccc       21 21 222221 111211 . 1 2211   n k kjiknjinjijiij babababac  1-39
  • 40. Contoh 1.15 Cari matriks C = AB, di mana: A = dan B = . C = C =         063 415              4352 0167 2849                                                         400623301683506643207693 440125341185546145247195         6182415 6273430 Perhatikan bahwa matriks A dan B dapat dikalikan (C = AB) jika dan hanya jika jumlah kolom matriks A sama dengan jumlah baris matriks B. Ukuran matriks C yang merupakan hasil perkalian matriks A dan B adalah: jumlah baris sama dengan jumlah baris matriks A dan jumlah kolom sama dengan jumlah kolom matriks B. A · B = C (m × n) (n × p) (m × p) == = 1-40
  • 41. Contoh 1.16 Apabila D = ; E = ; F = ; G = ; H = Carilah perkalian dari dua matriks yang mungkin! DE = ; DH = ; GF = EE = ; EH = ; HE = ; HH = FG = ; FD =             34 50 12  124       20 61            5 1 7       31 05             304 100 142             917 155 39              51020 124 71428        40 181         62 181         121 305       92 025  25  312 1-41
  • 42. Dari Contoh 1.16 dapat diambil kesimpulan bahwa “urutan” matriks dalam suatu perkalian matriks sangatlah penting. Selain itu: • Kedua perkalian matriks dapat didefinisikan: EH dan HE; GF dan FG. • Satu perkalian matriks dapat didefinisikan, yang lain tidak: DE dapat, ED tidak. • Kedua perkalian matriks dapat didefinisikan namun dengan ukuran matriks yang tidak sama: FG matriks 1 × 1, GF matriks 3 × 3. • Kedua perkalian matriks dapat didefinisikan dengan ukuran matriks sama, namun entrinya berbeda: EH dan HE. Apabila AB = BA, dikatakan bahwa “A dan B commute” atau “A commutes with B”. Namun hukum komutatif tidak berlaku pada perkalian matriks. Matriks identitas I dikatakan matriks identitas perkalian karena: • Apabila A matriks berukuran m × n, maka: AIn = ImA = A. • Apabila A matriks berukuran n × n, maka: AIn = InA = A  A dan In commute. 1-42
  • 43. Contoh 1.17 Empat DVD: W, X, Y, dan Z yang dijual oleh suatu perusahaan dikirimkan dari tiga gudang yang berbeda. Pembeli akan dikenai biaya kirim sesuai dengan jenis DVD-nya. Jumlah DVD yang terjual ditunjukkan oleh matriks A sedangkan biaya kirim dan keuntungan ditunjukkan oleh matriks B (dalam puluh ribu rupiah). Hitung total biaya kirim dan keuntungan yang didapatkan! A = ; B = Total biaya kirim dan keuntungan ditunjukkan oleh matriks AB: AB =           220340200170 240320180210 190240160130 3Gudang 2Gudang 1Gudang Z Y X W 3Gudang 2Gudang 1Gudang W X Y Z Biaya Profit       2 3 4 3       2 4 2 3 Total Biaya Total Profit      2770 2790 2130      2710 2750 2050 1-43
  • 44. Untuk membuat kombinasi linear dari baris atau kolom suatu matriks, konsep perkalian matriks dapat diaplikasikan. Contoh 1.18 Apabila matriks A = Buat kombinasi linear dari: 7(baris pertama matriks A) – 8(baris kedua matriks A) + 9(baris ketiga matriks A)! Contoh 1.19 Buat kombinasi linear dari: 10(kolom pertama matriks A) – 11(kolom kedua matriks A) + 12(kolom ketiga matriks A) – 13(kolom keempat matriks A)!    5779147 6352 3141 5623 987                                                      189 27 59 13 12 11 10 6352 3141 5623              6352 3141 5623 1-44
  • 45. Perhatikan: • Jika AB = AC (di mana A ≠ O), maka belum tentu B = C; atau • Jika AE = CE (di mana A ≠ O), maka belum tentu A = C. • Jika AD = O, maka belum tentu benar bila A = O atau D = O. Buktikan pernyataan di atas dengan: A = ; B = ; C = ; D = Teorema 1.15 Jika A, B, dan C adalah matriks yang dapat didefinisikan jumlah dan perkaliannya; c adalah skalar, maka: 1) A(BC) = (AB)C Hukum asosiatif perkalian 2) A(B + C) = AB + AC Hukum distributif perkalian matriks untuk penjumlahan 3) (A + B)C = AC + BC Hukum distributif perkalian matriks untuk penjumlahan 4) c(AB) = (cA)B = A(cB) Hukum asosiatif perkalian skalar dan matriks       36 12       25 01        03 13         42 21 1-45
  • 46. Teorema 1.16 Jika A adalah matriks persegi; s dan t bilangan bulat positif, maka: 1) As+t = (As) (At) 2) (As)t = Ast = (At)s Contoh: Apabila A = , maka: A2 = (A)(A) = = A3 = (A2)A = = Definisi Jika A adalah matriks persegi berukuran n × n, maka bentuk pangkat (eksponen) positif dari A diberikan oleh: A0 = In ; A1 = A ; dan untuk k ≥ 2: Ak = (Ak–1)(A).        34 12        34 12        34 12        520 50        520 50        34 12         560 1520 1-46
  • 47. Contoh 1.20 Verifikasi Teorema 1.17 untuk matriks A = dan matriks B = AB = ; (AB)T = ; BT = ; AT = BTAT = = (AB)T  terbukti Perhatikan bahwa (AB)T ≠ ATBT, karena ATBT = Teorema 1.17 Jika A adalah matriks berukuran m × n dan B adalah matriks berukuran n × p, maka: (AB)T = BTAT        31 42        51 23        170 1610        1716 010        52 13        34 12        196 38        1716 010 1-47
  • 48. Instructor: M. Mujiya Ulkhaq Department of Industrial Engineering Aljabar Linear Linear Algebra Thank You for your Attention