SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
AMBLIOPIA
Dewi Nugrahwati Putri
Pembimbing :
Dr. dr. Noor Syamsu, Sp.M(K), MARS, M.Kes
dr. Marliyanti N. Akib, Sp.M(K), M.Kes
dr. Ratih Natasha Maharani, Sp.M, M.Kes
Moderator :
dr. Ririn Nislawati, Sp.M, M.Kes
Sari Pustaka
PENDAHULUANApakah yang
bayi lihat ?
Stimulasi gambar
retina yang kabur,
akan menghasilkan
ketajaman penglihatan
yang buruk dan
menggangguan
perkembangan otak,
disebut Ambliopia
• Lambaian tangan atau hitung jari
• Disebabkan Imaturitas pusat
penglihatan di otak
• Berkembang secara cepat
sebagai respons terhadap
stimulasi visual yang
berasal dari retina
• Ambliopia atau “mata malas” berasal dari bahasa Yunani yang berarti
penglihatan yang kabur/buram
• Kata amblys berarti kabur dan ops berarti mata
DEFINISI
Ambliopia didefinisikan sebagai
• Penurunan koreksi terbaik ketajaman penglihatan (best
corrected visual acuity)
• Disebabkan oleh gangguan perkembangan penglihatan
akibat kurangnya input penglihatan di otak pada awal
kehidupan
• Terdeteksi kelainan pada struktur bola mata atau
kelainan pada jalur penglihatan
EPIDEMIOLOGI
Faktor
lingkungan /
ibu selama
hamil :
Merokok Narkoba Alkohol
Prematur KMK
Developmental
delayed
Cerebral
Palsy
Retardasi
mental
Riw.
Keluarga
ambliopia
• Pada anak-anak : sekitar 2 – 4 %
• Pada usia 20 – 70 tahun : penyebab utama hilangnya penglihatan monokuler
• Unilateral > Bilateral
Faktor Resiko :
PERKEMBANGAN
PENGLIHATAN NORMAL
Stimulus visual → mengaktifkan elemen
fotosensitif di retina → sinyal listrik →
lateral geniculate nucleus (LGN) → korteks
visual → proses → PENGLIHATAN
Kurva menunjukkan peningkatam ketajaman
penglihatan selama periode kritis (Lahir sampai 3
bulan)
PERKEMBANGAN VISUAL
MONOKULAR
Sel – sel ganglion pada retina terbentuk antara
minggu ke 8 sampai minggu ke 15
Apoptosis
Perubahan anatomi
mayor serempak pada
semua level pusat
visual pathway
Fovea masih tertutup beberapa lapisan sel
dan jarang terdapat sel kerucut → 20/400
Fotoreseptor tersebar kembali
Densitas sel kerucut yang ↑ 5x → 20/20
Substansia alba
pada visual
pathway tidak
termielinisasi
sepenuhnya
Meluas secara
cepat dalam 2
tahun pertama
Neuron dari
lateral LGN hanya
60% dari ukuran
dewasa
↑ bertahap
hingga usia 2
tahun
Perbaikan koneksi
sinaptik di korteks
striata
Setingkat
dewasa saat
usia ± 10 tahun
PERKEMBANGAN VISUAL BINOKULAR
• Berlangsung seiring dengan perkembangan
visus monokuler
• Saling berhubungan :
Faktor – Faktor Yang Dibutuhkan Dalam
Perkembangan Penglihatan Normal
Bayangan di retina yang jernih
Tingkat kejernihan yang sama di kedua mata
Kesejajaran bola mata
Pada manusia dan beberapa binatang
percobaan sekitar 70 % merupakan neuron
binokuler
Perkembangan Visual dan Ambliopia
Periode Kritis 1 minggu sampai 3 – 4 bulan (paling rentan amblyopia)
Plastisitas Visual Lahir sampai 7 – 8 tahun (rentan amblyopia)
Plastisitas
Lanjutan
10 tahun sampai dewasa muda; kemungkinan tetap
memiliki plastisitas yang terbatas
• Neuroplastisitas → kemampuan otak untuk
menata kembali struktur dan fungsi
koneksinya sebagai respon perubahan
lingkungan
• Dibentuk oleh pengalaman selama periode
sensitif, selanjutnya stabil selama
perkembangan normal
PLASTISITAS OTAK &
PERIODE AMBLIOGENIK TRADISIONAL
Selama
masa
kanak-
kanak
SAAT INI
Selama
semua
tahapan
kehidupan
PLASTISITAS VISUAL
ETIOLOGI DEPRIVASI STRABISMIK REFRAKTIF
• Ptosis
• Kekeruhan
kornea
• Kista iris
• Katarak
• Perdarahan
vitreus dan
kekeruhan
lainnya
• Retinoblastoma
• Optik Nerve
Hypoplasia
• Konstan
esotropia
• Konstan
exotropia
• Constant
cyclovertical
strabismus
• Bilateral
hipermetropia
• Bilateral miopia
• Bilateral
astigmatism
• Aniso-
hipermetropia
• Anisomiopia
• AnisoastigmatikSegala proses yang
menghambat
perkembangan jaras
penglihatan sampai ke otak
• Disebabkan oleh stimulasi visual yang
abnormal
• Selama masa perkembangan awal
penglihatan
• Terjadi gangguan pada pusat
penglihatan di otak
PATOFISIOLOGI
• Tergantung dari jenis ambliopia
PATTERN
DISTORTION
Bayangan yang
masuk ke mata
jatuhnya tidak fokus
di fovea
Gambar yang
dihasilkan oleh
retina menjadi
buram
me↓ sensitifitas
neuron-neuron
kortikal
A
M
B
L
I
O
P
I
A
SUPRESI
KORTIKAL
Interaksi kompetitif
antar neuron yang
membawa
informasi visual
nonfusi
Dominasi kortikal
dari mata normal
me↓
pertumbuhan
neuron kortikal
dari mata
ambliopia
Dapat berdiri sendiri atau bersamaan
A Monyet normal dengan 6 lapisan (lapisan
yang terwarnai lebih gelap)
B Monyet amblIopia, hanya 3 lapisan dan
lebih tebal dari normal
A Monyet normal. garis gelap dan terang → Lebar sama
B Monyet yang salah satu kelopak matanya dijahit sejak usia 18
bulan. Garis terang : lebih lebar. yang gelap : yang tertutup
tampak jauh lebih sempit
LATERAL GENICULATE NUCLEUS
(LGN)
OCULAR DOMINANCE COLUMN
PADA KORTEKS STRIATE
PATOLOGI
Buka
• Sel – sel berespon secara cepat
• LGN kemungkinan besar tidak
terlalu berperan
• perbaikan ODC
• aliran darah kortikal & metabolisme
glukosa lebih rendah selama proses
stimulasi ambliopia
KLASIFIKASI
Kelainan
struktur
anatomi
Ambliopia fungsional
Ambliopia organik
Mekanisme Deprivasi
Interaksi binokular abnormal
Klinis Ambliopia strabismik
Ambliopia anisometropia
Ambliopia isoametropia
Ambliopia deprivasi
Ambliopia kombinasi
AMBLIOPIA STRABISMIK
• Paling sering
• Konstan
• Supresi kortikal
• Pasien dengan strabismus yang memiliki
fiksasi dan supresi bergantian
↓
Tidak ambliopia namun tidak memiliki
fungsi binokular
2 objek yang berbeda yang ditangkap
secara bersamaan oleh retina →
kebingungan visual dan diplopia→
adaptasi → ambliopia
GK :
• Ketidaksejajaran bola mata
• ↓ visus pada mata yang deviasi
• Visus : 20/200 atau lebih buruk
AMBLIOPIA REFRAKTIF
ANISOMETROPIA DIOPTRI
Anisohiperopia >1.50 D
Anisoastigmatism >2.00 D
Anisomiopia >3.00 D
ISOAMETROP DIOPTRI
Astigmat > 2.00 - 3.00 D
Hiperopia > 4.00 – 5.00 D
Miopia > 5.00 – 6.00 D
GK :
• Visus tetap tidak mencapai normal dengan kekuatan kacamata yang sesuai
• Pemeriksaan struktur mata yang lain dalam batas normal
• Visus biasanya dari
rentang:
20/40 - 20/80 (sedang)
dan 20/100 – 20/400
(berat) pada mata yang
ambliopia
• Perbedaan kedua mata >
3 baris
• Visus biasanya dari
rentang 20/40 – 20/80
(sedang)
• Praktis, ambliopia → penurunan ketajaman
visus sebenarnya dalam spektrum luas
(beberapa huruf di baris 20/20 sampai
lambaian tangan)
• Klasifikasi Derajat Ambliopia Berdasarkan
BCVA :
 Ambliopia ringan : 20/25 - 20/40
 Ambliopia sedang : 20/40 - 20/100
 Amblyopia berat : 20/100 - 20/400
• Selain ↓ BCVA, defisit lain :
 Fenomena Crowding (khas namun tidak
patognomonik)
 Defek pupil aferen ringan jarang
ditemukan (ambliopia berat)
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN
KETAJAMAN
PENGLIHATAN (VISUAL
ACUITY)
Bayi
Pra-
Sekolah
Usia
SekolahPenilaian monokular
+ koreksi penuh
Standar baku :
Tes optotipe huruf
linear atau crowded
optotype
• Fixes and
follows
• Central,
steady,
maintained
?
Sloan Letters
LEA SYMBOLS® & HOTV
Massachusetts Pediatric Eye Chart
Chart LogMAR dengan
LEA SYMBOLS
POSISI BOLA MATA BINOKULAR
DAN GERAK BOLA MATA
PEMERIKSAAN REFLEKS
FUNDUS BINOKULAR
(BRÜCKNER)
Refleks cahaya kornea Binokular. A.Ortotropia,
B. Esotropia, C.Exotropia
• Versi
• Duksi
• Oblique
PEMERIKSAAN BINOKULARITAS / STEREOSKOPIS
Tes Worth 4-Dot. A, Pasien melihat melalui
sepasang kacamata merah-hijau dan
memandang sebuah kotak dengan 4 lampu
pada 6 m dan pada 33 cm.
Respon yang mungkin diberikan :
• B, Pasien melihat semua 4 lampu: fusi
Perifer dengan orthophoria atau strabismus
dengan ARC
• C, Pasien melihat 2 merah : Supresi di mata
kiri
• D, Pasien melihat 3 lampu hijau: Supresi di
mata kanan.
• E, Pasien melihat 5 lampu: diplopia
PEMERIKSAAN RETINOSKOPI / REFRAKSI
DENGAN SIKLOPLEGIK
perbaikan refraksi
subjektif
status refraksi
sikloplegik
Ideal
aman
adekuat
PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI
• Diskus optik
• Makula
• Retina
• Pembuluh darah
• Koroid
Dilatasi
KRITERIA DIAGNOSIS
• Pasien memiliki kondisi yang diketahui sebagai penyebab ambliopia
• Defisit ketajaman penglihatan dibawah rentang normal berdasarkan usia menetap meskipun
telah dilakukan koreksi terhadap kelainan yang mendasarinya
Ambliopia Unilateral
Response terhadap oklusi monocular Penolakan asimetris
Fixation preference Tidak dapat mempertahankan fiksasi
Preferential looking Berbeda 2-oktaf atau lebih
Best corrected visual acuity (BCVA) Perbedaan interokular 2-baris atau lebih
Ambliopia Bilateral
Best corrected visual acuity (BCVA) Ketajaman penglihatan :
 Usia 3 sampai ≤4 tahun : kurang dari 20/50
 Usia 4 sampai ≤5 tahun : visual acuity kurang dari 20/40
 Usia >5: kurang dari 20/30
PENATALAKSANAAN
1. Eliminasi (jika dibutuhkan) semua bentuk obstruksi aksis
visual yang menyebabkan deprivasi visual
2. Mengkoreksi kelainan refraksi signifikan yang
tampaknya menyebabkan penurunan penglihatan
3. Meningkatkan penggunaan mata yang ambliopia
dengan membatasi mata yang lain
Tujuan terapi : menyamakan ketajaman penglihatan pada
kedua mata
KOREKSI KELAINAN REFRAKSI
• Langkah awal
• Resep kacamata → kelainan refraksi yang didapatkan dengan sikloplegik
• Beberapa kondisi pasien yang harus dikoreksi :
Dicurigai ambliopia
↓
Anisometropia > 0.50 D dan
Astigmat 1.50 D
Hipermetropia + strabismus
muda
↓
Koreksi penuh
Miopik
↓
Koreksi penuh selama proses diagnosis
Meskipun peresepan sferis minus
mungkin harus dikurangi pada bayi dan
balita
Anak prasekolah
↓
Astigmatisme ≥
2,50D
Pada Bayi
↓
Astigmatisme lebih dari
3,00D sampai 4,00D
Afakia setelah operasi
katarak di masa kanak-
kanak
↓
Segera berikan koreksi
Ortotropik hipermetropia
↓
koreksi bisa dikurangi
simetris hingga 1.50 D
untuk mendorong
penerimaan kacamata
OKLUSI
• Ambliopia unilateral
• Memaksa penggunaan mata ambliopia
• Patching harus dipertimbangkan sebagai terapi
awal → Ambliopia sedang, dengan dosis 2 jam
oklusi harian atau atropin akhir pekan
Iritasi
• 2–6 jam per hari
• Telah terbukti mencapai hasil≈ penuh waktu
Oklusi Paruh
Waktu
• Selama semua jam bangun
• Dapat terjadi strabismus
Oklusi Penuh
Waktu
• 20 menit – 1 jam
• Campbell dkk : 20 menit perhari efektif untuk
meningktakan visus 83% anak hingga 6/12
• Kombinasi dengan konsentrasi pada tugas yang sulit
Periode
singkat
• Tidak ada perbedaan antara 2 dan 6 jam pada
anak ambliopia sedang
• Tidak ada perbedaan antara 6 jam dan oklusi
waktu penuh pada anak ambliopia berat
Randiomised
trial US
• Menemukan manfaat yang signifikan dari > 3
jam dibandingkan dengan < 3 jam
• Tetapi tidak ada manfaat tambahan dari > 6
jam
Randomised
controlled lain
Direkomendasikan :
Sebagian besar anak-
anak dengan ambliopia
akan mendapat
manfaat dari 3-6 jam
oklusi per hari.
Dosis total patching
↓
Total 150- 250 jam oklusi untuk mencapai efek penuh
(sekitar 3 jam per hari selama 3 bulan)
PENALISASI
Atropin
• Anak ambliopia ringan – sedang – berat
• Agen sikloplegik ( umumnya atropin 1%)
• Tidak bekerja dengan baik untuk pasien mipoia
• Per hari, akhir pekan , atau dua hari berturut-turut per minggu selama
4 bulan
• Keuntungan : anak sulit mengelak
• Efek samping : reverse amblyopia dan efek sistemik
Optik • Menambahkan lensa plus,1,00 D - 3,00 D → jauh kabur
• Efektivitas bervariasi dan belum dievaluasi melalui uji klinis
secara acak
Filter Bangerter
(Translusen)
• Anak dengan ambliopia ringan
yang
• Sebagai perawatan pemeliharaan
setelah perawatan awal dengan
patching atau atropin.
PEMBEDAHAN TERAPI AKTIVITAS TERAPI SISTEMIK
Kekeruhan media
okular :
• Katarak
• Vitreous opacity
• Kekeruhan kornea
• Blepharoptosis
Bedah refraktif
↓
Tidak patuh
dengan koreksi
refraksi
Penting untuk
kombinasi terapi
oklusi
↓
Permainan
Interaksi visual
• Mengatasi
masalah
kepatuhan
terhadap oklusi
• Meningkatkan
akomodasi dan
pola fiksasi
• Levodopa-carbidopa
(L-dopa)
• Dosis terstandarisasi
belum tersedia
• Efek samping : sesak,
pusing, ↓ respirasi, ↓
suhu tubuh
• Citicolin
• keberhasilan cukup
tinggi
• efek samping
sedikit
TERAPI ALTERNATIF
Terapi
Vision
Terapi
Binokular
• “orthoptics” atau latihan mata
• ↑ Visus dan binokularitas
• Gambar dichoptic :
• kontras tinggi → ambliopia
• kontras rendah →
nonambliopia
KOMPLIKASI
• Ambliopia
reverse
• Strabismus
FOLLOW-UP
• 2 -3 bulan setelah
memulai
pengobatan
• Selama visus tetap
stabil, interval
hingga 12 bulan
antara kunjungan
follow up dapat
diterima
PENGHENTIAN TERAPI
• 3 bulan tanpa
perbaikan
• Mencapai batas
kemajuan
maksimumnya
• Pengurangan terapi
sebanyak 50% setiap 3
bulan
PENCEGAHAN
• Skrining
PROGNOSIS
• Semakin dini terjadi dan semakin lama tidak dirawat,
semakin buruk
• Semakin awal dilakukan intervensi, prognosis semakin
baik
• Anisometropik miop merespon lebih baik daripada
Anisometropik hipermetropi
• Bilateral merespon lebih baik daripada unilateral
Ambliopia unilateral mungkin memiliki dampak yang kecil pada kehidupan sehari – hari
pada masa kanak-kanak dan dewasa. Namun, hal ini mungkin menghalangi profesi dan
aktivitas tertentu seperti angkatan bersenjata, kepolisian, atau penerbangan
PENUTUP
Ambliopia didefinisikan sebagai penurunan koreksi terbaik
ketajaman penglihatan (BCVA) yang disebabkan oleh
gangguan perkembangan penglihatan akibat kurangnya
input penglihatan di otak pada awal kehidupan
Ambliopia merupakan penyakit yang dapat memiliki
kemungkinan prognosis yang baik, oleh karena itu sangat
penting untuk mendeteksi dini dan sesegera mungkin
melakukan penanganan terhadap ambliopia dan penyakit
yang mendasarinya
Banyak dilakukan pengembangan terapi tambahan dan
alternatif yang diharapkan dapat menjadi solusi terbaik
untuk pasien ambliopia baik pada anak maupun dewasa
TERIMA
KASIH SCREENING ME
• Menolak oklusi mata
dengan penglihatan yang
lebih baik
• Dapat mempertahankan
fiksasi ?
• Fixation preference yang
kuat untuk satu mata
penurunan penglihatan
mata nonpreferred
• C atau central → fiksasi pada fovea
(refleks cahaya kornea di tengah)
• S atau steady → tidak adanya
nistagmus dan gangguan motorik
fiksasi lainnya
• M atau maintained → fiksasi tetap
setelah mata yang tertutup dibuka
Preferential Looking
Teller Acuity Cards
Visual Evoked Petensial
(VEP)
Metode Alternatif
Amblyopia DNP

More Related Content

What's hot (20)

3. lensa
3. lensa3. lensa
3. lensa
 
uveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatuveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referat
 
Gangguan lapang pandang by Gabriella
Gangguan lapang pandang by GabriellaGangguan lapang pandang by Gabriella
Gangguan lapang pandang by Gabriella
 
Kaspan katarak senilis imatur
Kaspan   katarak senilis imaturKaspan   katarak senilis imatur
Kaspan katarak senilis imatur
 
2. konjungtiva
2. konjungtiva2. konjungtiva
2. konjungtiva
 
Keratitis
KeratitisKeratitis
Keratitis
 
Referat Endophtalmitis
Referat EndophtalmitisReferat Endophtalmitis
Referat Endophtalmitis
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
 
Ppt glaukoma
Ppt glaukomaPpt glaukoma
Ppt glaukoma
 
Resusitasi cairan
Resusitasi cairanResusitasi cairan
Resusitasi cairan
 
Blefaritis
BlefaritisBlefaritis
Blefaritis
 
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi AAnatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
 
ambliopia
ambliopiaambliopia
ambliopia
 
Ileus obstruktif
Ileus obstruktifIleus obstruktif
Ileus obstruktif
 
Pemeriksaan visus
Pemeriksaan visusPemeriksaan visus
Pemeriksaan visus
 
Penyakit kelenjer tiroid
Penyakit kelenjer tiroidPenyakit kelenjer tiroid
Penyakit kelenjer tiroid
 
Skrinning & Penatalaksanaan Paska Operasi Katarak
Skrinning & Penatalaksanaan Paska Operasi KatarakSkrinning & Penatalaksanaan Paska Operasi Katarak
Skrinning & Penatalaksanaan Paska Operasi Katarak
 
Baca ct scan
Baca ct scanBaca ct scan
Baca ct scan
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 

Similar to Amblyopia DNP

KP 30 KELAINAN AKOMODASI DAN REFRAKSI.pptx
KP 30 KELAINAN AKOMODASI DAN REFRAKSI.pptxKP 30 KELAINAN AKOMODASI DAN REFRAKSI.pptx
KP 30 KELAINAN AKOMODASI DAN REFRAKSI.pptxNoviraSulfianti
 
Penggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptx
Penggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptxPenggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptx
Penggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptxMuhammadReza735642
 
289902682 kelainan-refraksi
289902682 kelainan-refraksi289902682 kelainan-refraksi
289902682 kelainan-refraksitaufiq andrian
 
refleksi kasus ilmu penyakit mata kedokt
refleksi kasus ilmu penyakit mata kedoktrefleksi kasus ilmu penyakit mata kedokt
refleksi kasus ilmu penyakit mata kedoktSriNaharindahNaharin
 
Askep myopia
Askep myopiaAskep myopia
Askep myopiaq_key
 
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksifikri asyura
 
Kasus mata presbiopia
Kasus mata presbiopiaKasus mata presbiopia
Kasus mata presbiopiaNadya Ho
 
Alat Eksresi : Indra Penglihatan Mata
Alat Eksresi : Indra Penglihatan MataAlat Eksresi : Indra Penglihatan Mata
Alat Eksresi : Indra Penglihatan Matablog biljabbaradnan
 
Pemeriksaan mata dengan gangguan mata malas (Ambliopia.potx
Pemeriksaan mata dengan gangguan mata malas (Ambliopia.potxPemeriksaan mata dengan gangguan mata malas (Ambliopia.potx
Pemeriksaan mata dengan gangguan mata malas (Ambliopia.potxD3OptAaNugraha
 
Penyakit mata anak
Penyakit mata anakPenyakit mata anak
Penyakit mata anakRizal_mz
 
Referat Mata Kabur
Referat Mata KaburReferat Mata Kabur
Referat Mata KaburKharima SD
 
CRS PPT Pemeriksaan dan kelainan refraksi.pdf
CRS PPT Pemeriksaan dan kelainan refraksi.pdfCRS PPT Pemeriksaan dan kelainan refraksi.pdf
CRS PPT Pemeriksaan dan kelainan refraksi.pdfEBNYMOBAPUBGMobileGa
 
PPT_KATARAK_pptx.pptx
PPT_KATARAK_pptx.pptxPPT_KATARAK_pptx.pptx
PPT_KATARAK_pptx.pptxDiasPradika1
 
Penyuluhan_Kelainan_Refraksi_pkm (1).pptx
Penyuluhan_Kelainan_Refraksi_pkm (1).pptxPenyuluhan_Kelainan_Refraksi_pkm (1).pptx
Penyuluhan_Kelainan_Refraksi_pkm (1).pptxklinikdokterhargiyan
 
KELAINAN REFRAKSI.pptx
KELAINAN REFRAKSI.pptxKELAINAN REFRAKSI.pptx
KELAINAN REFRAKSI.pptxrani879360
 
Ablatio retina
Ablatio retinaAblatio retina
Ablatio retinamateri-x2
 

Similar to Amblyopia DNP (20)

KP 30 KELAINAN AKOMODASI DAN REFRAKSI.pptx
KP 30 KELAINAN AKOMODASI DAN REFRAKSI.pptxKP 30 KELAINAN AKOMODASI DAN REFRAKSI.pptx
KP 30 KELAINAN AKOMODASI DAN REFRAKSI.pptx
 
Penggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptx
Penggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptxPenggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptx
Penggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptx
 
289902682 kelainan-refraksi
289902682 kelainan-refraksi289902682 kelainan-refraksi
289902682 kelainan-refraksi
 
refleksi kasus ilmu penyakit mata kedokt
refleksi kasus ilmu penyakit mata kedoktrefleksi kasus ilmu penyakit mata kedokt
refleksi kasus ilmu penyakit mata kedokt
 
Askep myopia
Askep myopiaAskep myopia
Askep myopia
 
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
 
Kasus mata presbiopia
Kasus mata presbiopiaKasus mata presbiopia
Kasus mata presbiopia
 
Alat Eksresi : Indra Penglihatan Mata
Alat Eksresi : Indra Penglihatan MataAlat Eksresi : Indra Penglihatan Mata
Alat Eksresi : Indra Penglihatan Mata
 
Pemeriksaan mata dengan gangguan mata malas (Ambliopia.potx
Pemeriksaan mata dengan gangguan mata malas (Ambliopia.potxPemeriksaan mata dengan gangguan mata malas (Ambliopia.potx
Pemeriksaan mata dengan gangguan mata malas (Ambliopia.potx
 
Penyakit mata anak
Penyakit mata anakPenyakit mata anak
Penyakit mata anak
 
Referat Mata Kabur
Referat Mata KaburReferat Mata Kabur
Referat Mata Kabur
 
CRS PPT Pemeriksaan dan kelainan refraksi.pdf
CRS PPT Pemeriksaan dan kelainan refraksi.pdfCRS PPT Pemeriksaan dan kelainan refraksi.pdf
CRS PPT Pemeriksaan dan kelainan refraksi.pdf
 
PPT_KATARAK_pptx.pptx
PPT_KATARAK_pptx.pptxPPT_KATARAK_pptx.pptx
PPT_KATARAK_pptx.pptx
 
Penyuluhan_Kelainan_Refraksi_pkm (1).pptx
Penyuluhan_Kelainan_Refraksi_pkm (1).pptxPenyuluhan_Kelainan_Refraksi_pkm (1).pptx
Penyuluhan_Kelainan_Refraksi_pkm (1).pptx
 
Miopi
Miopi Miopi
Miopi
 
Kasus 4 dhila
Kasus 4 dhilaKasus 4 dhila
Kasus 4 dhila
 
masalah penglihatan
masalah penglihatanmasalah penglihatan
masalah penglihatan
 
KELAINAN REFRAKSI.pptx
KELAINAN REFRAKSI.pptxKELAINAN REFRAKSI.pptx
KELAINAN REFRAKSI.pptx
 
Ablatio retina
Ablatio retinaAblatio retina
Ablatio retina
 
Strabismus kelompok
Strabismus kelompokStrabismus kelompok
Strabismus kelompok
 

Recently uploaded

SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 

Recently uploaded (18)

SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 

Amblyopia DNP

  • 1. AMBLIOPIA Dewi Nugrahwati Putri Pembimbing : Dr. dr. Noor Syamsu, Sp.M(K), MARS, M.Kes dr. Marliyanti N. Akib, Sp.M(K), M.Kes dr. Ratih Natasha Maharani, Sp.M, M.Kes Moderator : dr. Ririn Nislawati, Sp.M, M.Kes Sari Pustaka
  • 2. PENDAHULUANApakah yang bayi lihat ? Stimulasi gambar retina yang kabur, akan menghasilkan ketajaman penglihatan yang buruk dan menggangguan perkembangan otak, disebut Ambliopia • Lambaian tangan atau hitung jari • Disebabkan Imaturitas pusat penglihatan di otak • Berkembang secara cepat sebagai respons terhadap stimulasi visual yang berasal dari retina
  • 3. • Ambliopia atau “mata malas” berasal dari bahasa Yunani yang berarti penglihatan yang kabur/buram • Kata amblys berarti kabur dan ops berarti mata DEFINISI Ambliopia didefinisikan sebagai • Penurunan koreksi terbaik ketajaman penglihatan (best corrected visual acuity) • Disebabkan oleh gangguan perkembangan penglihatan akibat kurangnya input penglihatan di otak pada awal kehidupan • Terdeteksi kelainan pada struktur bola mata atau kelainan pada jalur penglihatan
  • 4. EPIDEMIOLOGI Faktor lingkungan / ibu selama hamil : Merokok Narkoba Alkohol Prematur KMK Developmental delayed Cerebral Palsy Retardasi mental Riw. Keluarga ambliopia • Pada anak-anak : sekitar 2 – 4 % • Pada usia 20 – 70 tahun : penyebab utama hilangnya penglihatan monokuler • Unilateral > Bilateral Faktor Resiko :
  • 5. PERKEMBANGAN PENGLIHATAN NORMAL Stimulus visual → mengaktifkan elemen fotosensitif di retina → sinyal listrik → lateral geniculate nucleus (LGN) → korteks visual → proses → PENGLIHATAN Kurva menunjukkan peningkatam ketajaman penglihatan selama periode kritis (Lahir sampai 3 bulan)
  • 6. PERKEMBANGAN VISUAL MONOKULAR Sel – sel ganglion pada retina terbentuk antara minggu ke 8 sampai minggu ke 15 Apoptosis Perubahan anatomi mayor serempak pada semua level pusat visual pathway Fovea masih tertutup beberapa lapisan sel dan jarang terdapat sel kerucut → 20/400 Fotoreseptor tersebar kembali Densitas sel kerucut yang ↑ 5x → 20/20 Substansia alba pada visual pathway tidak termielinisasi sepenuhnya Meluas secara cepat dalam 2 tahun pertama Neuron dari lateral LGN hanya 60% dari ukuran dewasa ↑ bertahap hingga usia 2 tahun Perbaikan koneksi sinaptik di korteks striata Setingkat dewasa saat usia ± 10 tahun
  • 7. PERKEMBANGAN VISUAL BINOKULAR • Berlangsung seiring dengan perkembangan visus monokuler • Saling berhubungan : Faktor – Faktor Yang Dibutuhkan Dalam Perkembangan Penglihatan Normal Bayangan di retina yang jernih Tingkat kejernihan yang sama di kedua mata Kesejajaran bola mata Pada manusia dan beberapa binatang percobaan sekitar 70 % merupakan neuron binokuler
  • 8. Perkembangan Visual dan Ambliopia Periode Kritis 1 minggu sampai 3 – 4 bulan (paling rentan amblyopia) Plastisitas Visual Lahir sampai 7 – 8 tahun (rentan amblyopia) Plastisitas Lanjutan 10 tahun sampai dewasa muda; kemungkinan tetap memiliki plastisitas yang terbatas • Neuroplastisitas → kemampuan otak untuk menata kembali struktur dan fungsi koneksinya sebagai respon perubahan lingkungan • Dibentuk oleh pengalaman selama periode sensitif, selanjutnya stabil selama perkembangan normal PLASTISITAS OTAK & PERIODE AMBLIOGENIK TRADISIONAL Selama masa kanak- kanak SAAT INI Selama semua tahapan kehidupan PLASTISITAS VISUAL
  • 9. ETIOLOGI DEPRIVASI STRABISMIK REFRAKTIF • Ptosis • Kekeruhan kornea • Kista iris • Katarak • Perdarahan vitreus dan kekeruhan lainnya • Retinoblastoma • Optik Nerve Hypoplasia • Konstan esotropia • Konstan exotropia • Constant cyclovertical strabismus • Bilateral hipermetropia • Bilateral miopia • Bilateral astigmatism • Aniso- hipermetropia • Anisomiopia • AnisoastigmatikSegala proses yang menghambat perkembangan jaras penglihatan sampai ke otak • Disebabkan oleh stimulasi visual yang abnormal • Selama masa perkembangan awal penglihatan • Terjadi gangguan pada pusat penglihatan di otak
  • 10. PATOFISIOLOGI • Tergantung dari jenis ambliopia PATTERN DISTORTION Bayangan yang masuk ke mata jatuhnya tidak fokus di fovea Gambar yang dihasilkan oleh retina menjadi buram me↓ sensitifitas neuron-neuron kortikal A M B L I O P I A SUPRESI KORTIKAL Interaksi kompetitif antar neuron yang membawa informasi visual nonfusi Dominasi kortikal dari mata normal me↓ pertumbuhan neuron kortikal dari mata ambliopia Dapat berdiri sendiri atau bersamaan
  • 11. A Monyet normal dengan 6 lapisan (lapisan yang terwarnai lebih gelap) B Monyet amblIopia, hanya 3 lapisan dan lebih tebal dari normal A Monyet normal. garis gelap dan terang → Lebar sama B Monyet yang salah satu kelopak matanya dijahit sejak usia 18 bulan. Garis terang : lebih lebar. yang gelap : yang tertutup tampak jauh lebih sempit LATERAL GENICULATE NUCLEUS (LGN) OCULAR DOMINANCE COLUMN PADA KORTEKS STRIATE PATOLOGI Buka • Sel – sel berespon secara cepat • LGN kemungkinan besar tidak terlalu berperan • perbaikan ODC • aliran darah kortikal & metabolisme glukosa lebih rendah selama proses stimulasi ambliopia
  • 12. KLASIFIKASI Kelainan struktur anatomi Ambliopia fungsional Ambliopia organik Mekanisme Deprivasi Interaksi binokular abnormal Klinis Ambliopia strabismik Ambliopia anisometropia Ambliopia isoametropia Ambliopia deprivasi Ambliopia kombinasi
  • 13. AMBLIOPIA STRABISMIK • Paling sering • Konstan • Supresi kortikal • Pasien dengan strabismus yang memiliki fiksasi dan supresi bergantian ↓ Tidak ambliopia namun tidak memiliki fungsi binokular 2 objek yang berbeda yang ditangkap secara bersamaan oleh retina → kebingungan visual dan diplopia→ adaptasi → ambliopia GK : • Ketidaksejajaran bola mata • ↓ visus pada mata yang deviasi • Visus : 20/200 atau lebih buruk
  • 14. AMBLIOPIA REFRAKTIF ANISOMETROPIA DIOPTRI Anisohiperopia >1.50 D Anisoastigmatism >2.00 D Anisomiopia >3.00 D ISOAMETROP DIOPTRI Astigmat > 2.00 - 3.00 D Hiperopia > 4.00 – 5.00 D Miopia > 5.00 – 6.00 D GK : • Visus tetap tidak mencapai normal dengan kekuatan kacamata yang sesuai • Pemeriksaan struktur mata yang lain dalam batas normal • Visus biasanya dari rentang: 20/40 - 20/80 (sedang) dan 20/100 – 20/400 (berat) pada mata yang ambliopia • Perbedaan kedua mata > 3 baris • Visus biasanya dari rentang 20/40 – 20/80 (sedang)
  • 15. • Praktis, ambliopia → penurunan ketajaman visus sebenarnya dalam spektrum luas (beberapa huruf di baris 20/20 sampai lambaian tangan) • Klasifikasi Derajat Ambliopia Berdasarkan BCVA :  Ambliopia ringan : 20/25 - 20/40  Ambliopia sedang : 20/40 - 20/100  Amblyopia berat : 20/100 - 20/400 • Selain ↓ BCVA, defisit lain :  Fenomena Crowding (khas namun tidak patognomonik)  Defek pupil aferen ringan jarang ditemukan (ambliopia berat)
  • 16. DIAGNOSIS PEMERIKSAAN KETAJAMAN PENGLIHATAN (VISUAL ACUITY) Bayi Pra- Sekolah Usia SekolahPenilaian monokular + koreksi penuh Standar baku : Tes optotipe huruf linear atau crowded optotype • Fixes and follows • Central, steady, maintained ? Sloan Letters LEA SYMBOLS® & HOTV Massachusetts Pediatric Eye Chart Chart LogMAR dengan LEA SYMBOLS
  • 17. POSISI BOLA MATA BINOKULAR DAN GERAK BOLA MATA PEMERIKSAAN REFLEKS FUNDUS BINOKULAR (BRÜCKNER) Refleks cahaya kornea Binokular. A.Ortotropia, B. Esotropia, C.Exotropia • Versi • Duksi • Oblique
  • 18. PEMERIKSAAN BINOKULARITAS / STEREOSKOPIS Tes Worth 4-Dot. A, Pasien melihat melalui sepasang kacamata merah-hijau dan memandang sebuah kotak dengan 4 lampu pada 6 m dan pada 33 cm. Respon yang mungkin diberikan : • B, Pasien melihat semua 4 lampu: fusi Perifer dengan orthophoria atau strabismus dengan ARC • C, Pasien melihat 2 merah : Supresi di mata kiri • D, Pasien melihat 3 lampu hijau: Supresi di mata kanan. • E, Pasien melihat 5 lampu: diplopia
  • 19. PEMERIKSAAN RETINOSKOPI / REFRAKSI DENGAN SIKLOPLEGIK perbaikan refraksi subjektif status refraksi sikloplegik Ideal aman adekuat PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI • Diskus optik • Makula • Retina • Pembuluh darah • Koroid Dilatasi
  • 20. KRITERIA DIAGNOSIS • Pasien memiliki kondisi yang diketahui sebagai penyebab ambliopia • Defisit ketajaman penglihatan dibawah rentang normal berdasarkan usia menetap meskipun telah dilakukan koreksi terhadap kelainan yang mendasarinya Ambliopia Unilateral Response terhadap oklusi monocular Penolakan asimetris Fixation preference Tidak dapat mempertahankan fiksasi Preferential looking Berbeda 2-oktaf atau lebih Best corrected visual acuity (BCVA) Perbedaan interokular 2-baris atau lebih Ambliopia Bilateral Best corrected visual acuity (BCVA) Ketajaman penglihatan :  Usia 3 sampai ≤4 tahun : kurang dari 20/50  Usia 4 sampai ≤5 tahun : visual acuity kurang dari 20/40  Usia >5: kurang dari 20/30
  • 21. PENATALAKSANAAN 1. Eliminasi (jika dibutuhkan) semua bentuk obstruksi aksis visual yang menyebabkan deprivasi visual 2. Mengkoreksi kelainan refraksi signifikan yang tampaknya menyebabkan penurunan penglihatan 3. Meningkatkan penggunaan mata yang ambliopia dengan membatasi mata yang lain Tujuan terapi : menyamakan ketajaman penglihatan pada kedua mata
  • 22. KOREKSI KELAINAN REFRAKSI • Langkah awal • Resep kacamata → kelainan refraksi yang didapatkan dengan sikloplegik • Beberapa kondisi pasien yang harus dikoreksi : Dicurigai ambliopia ↓ Anisometropia > 0.50 D dan Astigmat 1.50 D Hipermetropia + strabismus muda ↓ Koreksi penuh Miopik ↓ Koreksi penuh selama proses diagnosis Meskipun peresepan sferis minus mungkin harus dikurangi pada bayi dan balita Anak prasekolah ↓ Astigmatisme ≥ 2,50D Pada Bayi ↓ Astigmatisme lebih dari 3,00D sampai 4,00D Afakia setelah operasi katarak di masa kanak- kanak ↓ Segera berikan koreksi Ortotropik hipermetropia ↓ koreksi bisa dikurangi simetris hingga 1.50 D untuk mendorong penerimaan kacamata
  • 23. OKLUSI • Ambliopia unilateral • Memaksa penggunaan mata ambliopia • Patching harus dipertimbangkan sebagai terapi awal → Ambliopia sedang, dengan dosis 2 jam oklusi harian atau atropin akhir pekan Iritasi • 2–6 jam per hari • Telah terbukti mencapai hasil≈ penuh waktu Oklusi Paruh Waktu • Selama semua jam bangun • Dapat terjadi strabismus Oklusi Penuh Waktu • 20 menit – 1 jam • Campbell dkk : 20 menit perhari efektif untuk meningktakan visus 83% anak hingga 6/12 • Kombinasi dengan konsentrasi pada tugas yang sulit Periode singkat
  • 24. • Tidak ada perbedaan antara 2 dan 6 jam pada anak ambliopia sedang • Tidak ada perbedaan antara 6 jam dan oklusi waktu penuh pada anak ambliopia berat Randiomised trial US • Menemukan manfaat yang signifikan dari > 3 jam dibandingkan dengan < 3 jam • Tetapi tidak ada manfaat tambahan dari > 6 jam Randomised controlled lain Direkomendasikan : Sebagian besar anak- anak dengan ambliopia akan mendapat manfaat dari 3-6 jam oklusi per hari. Dosis total patching ↓ Total 150- 250 jam oklusi untuk mencapai efek penuh (sekitar 3 jam per hari selama 3 bulan)
  • 25. PENALISASI Atropin • Anak ambliopia ringan – sedang – berat • Agen sikloplegik ( umumnya atropin 1%) • Tidak bekerja dengan baik untuk pasien mipoia • Per hari, akhir pekan , atau dua hari berturut-turut per minggu selama 4 bulan • Keuntungan : anak sulit mengelak • Efek samping : reverse amblyopia dan efek sistemik Optik • Menambahkan lensa plus,1,00 D - 3,00 D → jauh kabur • Efektivitas bervariasi dan belum dievaluasi melalui uji klinis secara acak Filter Bangerter (Translusen) • Anak dengan ambliopia ringan yang • Sebagai perawatan pemeliharaan setelah perawatan awal dengan patching atau atropin.
  • 26. PEMBEDAHAN TERAPI AKTIVITAS TERAPI SISTEMIK Kekeruhan media okular : • Katarak • Vitreous opacity • Kekeruhan kornea • Blepharoptosis Bedah refraktif ↓ Tidak patuh dengan koreksi refraksi Penting untuk kombinasi terapi oklusi ↓ Permainan Interaksi visual • Mengatasi masalah kepatuhan terhadap oklusi • Meningkatkan akomodasi dan pola fiksasi • Levodopa-carbidopa (L-dopa) • Dosis terstandarisasi belum tersedia • Efek samping : sesak, pusing, ↓ respirasi, ↓ suhu tubuh • Citicolin • keberhasilan cukup tinggi • efek samping sedikit
  • 27. TERAPI ALTERNATIF Terapi Vision Terapi Binokular • “orthoptics” atau latihan mata • ↑ Visus dan binokularitas • Gambar dichoptic : • kontras tinggi → ambliopia • kontras rendah → nonambliopia
  • 28. KOMPLIKASI • Ambliopia reverse • Strabismus FOLLOW-UP • 2 -3 bulan setelah memulai pengobatan • Selama visus tetap stabil, interval hingga 12 bulan antara kunjungan follow up dapat diterima PENGHENTIAN TERAPI • 3 bulan tanpa perbaikan • Mencapai batas kemajuan maksimumnya • Pengurangan terapi sebanyak 50% setiap 3 bulan PENCEGAHAN • Skrining
  • 29. PROGNOSIS • Semakin dini terjadi dan semakin lama tidak dirawat, semakin buruk • Semakin awal dilakukan intervensi, prognosis semakin baik • Anisometropik miop merespon lebih baik daripada Anisometropik hipermetropi • Bilateral merespon lebih baik daripada unilateral Ambliopia unilateral mungkin memiliki dampak yang kecil pada kehidupan sehari – hari pada masa kanak-kanak dan dewasa. Namun, hal ini mungkin menghalangi profesi dan aktivitas tertentu seperti angkatan bersenjata, kepolisian, atau penerbangan
  • 30. PENUTUP Ambliopia didefinisikan sebagai penurunan koreksi terbaik ketajaman penglihatan (BCVA) yang disebabkan oleh gangguan perkembangan penglihatan akibat kurangnya input penglihatan di otak pada awal kehidupan Ambliopia merupakan penyakit yang dapat memiliki kemungkinan prognosis yang baik, oleh karena itu sangat penting untuk mendeteksi dini dan sesegera mungkin melakukan penanganan terhadap ambliopia dan penyakit yang mendasarinya Banyak dilakukan pengembangan terapi tambahan dan alternatif yang diharapkan dapat menjadi solusi terbaik untuk pasien ambliopia baik pada anak maupun dewasa
  • 32. • Menolak oklusi mata dengan penglihatan yang lebih baik • Dapat mempertahankan fiksasi ? • Fixation preference yang kuat untuk satu mata penurunan penglihatan mata nonpreferred • C atau central → fiksasi pada fovea (refleks cahaya kornea di tengah) • S atau steady → tidak adanya nistagmus dan gangguan motorik fiksasi lainnya • M atau maintained → fiksasi tetap setelah mata yang tertutup dibuka Preferential Looking Teller Acuity Cards Visual Evoked Petensial (VEP) Metode Alternatif

Editor's Notes

  1. The anaglyphic version of the iPod-based Tetris game. The high-contrast red blocks were seen by the amblyopic eye. These were the falling blocks. The low-contrast green blocks were seen by the fellow fixing eye (FFE). These were the superficial ground plane blocks relevant to the task. Some ground plane blocks were seen by both eyes (brown/orange). Over time and successful play, the contrast offset between the eyes was reduced (the fixing eye contrast was increased by 10 per cent of its starting value every 24 hours). We identified two phases of fusional recovery (Figures 7A and B); phase 1 where the contrast is automatically incrementing in the fixing eye with successful game play and phase 2 where the contrast in the FFE has reached an asymptote (usually 100 per cent), which is the same as that of the fellow amblyopic eye. Results: We found that at-home use for 10 to 30 hours restored simultaneous binocular perception in 13 of 14 cases along with significant improvements in acuity (0.11 ± 0.08 logMAR) and stereopsis (0.6 ± 0.5 log units). Furthermore, the anaglyph and lenticular platforms were equally effective. In addition, the iPod devices were able to record a complete and accurate picture of treatment compliance. Conclusion: The home-based dichoptic iPod approach represents a viable treatment for adults with amblyopia